BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Agroklimat Wilayah Penelitian Dari hasil analisis tanah yang dilakukan pada awal penelitian menunjukan bahwa tanah pada lokasi penelitian kekurangan unsur hara nitrogen (N), P sedang dan K sangat tinggi (Lampiran 1). Rekomemndasi pemupukan untuk kabupaten Bone Bolango kisarannya mencapai 200 - 300 kg N Ha-1. Sehingga dalam riset ini peneliti menggunakan pupuk nitrogen (N) dengan dosis 100 sampai 300 kg N Ha-1 untuk memacu pertumbuhan tanaman jagung manis. 4.2. Faktor Iklim di Wilayah Penelitian Hujan adalah titik-titik air di udara atau awan yang sudah terlalu berat karena kandungan airnya sudah sangat banyak, sehingga akan jatuh kembali ke permukaan bumi sebagai hujan (presipitasi). Alat untuk mengukur curah hujan adalah fluviometer.
CH BULANAN 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
399.9 CH BULANAN 249 229
214 129
129
Feb
45.8
38.2
73 Jan
Mar
Apr
118
79.8
76 Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang Gambar 3 diatas menunjukan curah hujan terendah terdapat pada bulan Agustus yaitu sekitar 38,2 mm per bulan dan tertinggi pada bulan Desember sebesar 399,9 mm per bulan. Penelitian dimulai pada bulan September sampai bulan November, Jika dilihat curah hujan bulanan pada awal penelitian menunjukan pada bulan September yaitu saat tanam sekitar 129 mm per bulan dan terendah pada bulan Oktober skitar 45,8 mm per bulan. Sehingga, waktu penelitian pada bulan September termasuk pada fase kritis tanaman jagung manis,
dimana kebutuhan air kurang dan pertumbuhannya pun terhambat. Pertumbuhan tanaman jagung manis sangat didukung oleh curah hujan yang cukup sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Kebutuhan tanaman jagung manis akan air sangatlah penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya, berikut ini disajikan gambar curah hujan harian selama penelitian dilakukan.
HARI HUJAN 30
HARI HUJAN 24
25
25 23
20
20 16 15
12
10
13
12
12
12
10
5
6
0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Gambar 4. Curah hujan harian selama percobaan lapang Gambar 4, menunjukan bahwa curah hujan harian yang terendah terdapat pada bulan September hanya sekitar 6 mm per hari dan tertinggi terdapat pada bulan Juni sebesar 25 mm per hari. Dalam perkembangan tanaman, jagung manis memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhannya. Dilihat dari saat tanam bulan September, curah hujan harian pada bulan ini hanya sekitar 6 mm per hari ini menunjukan bahwa pada bulan ini sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman jagung manis, pada bulan tersebut pertumbuhan jagung manis kurang baik. Pada awal memasuki bulan Oktober curah hujan harian mulai meningkat dari bulan September yaitu peningkatannya sebesar 12 mm per hari, dibulan ini pertumbuhan tanaman mulai membaik dengan tersedianya air yang cukup. Sampai pada akhir penelitian bulan November pertumbuhan tanaman jagung manis semakin baik karna dipengaruhi oleh curah hujan harian untuk pada bulan tersebut sebesar 13 mm per hari. Kondisi seperti ini dapat mempercepat pertumbuhan tanaman sampai pada panen, sehingga hasilnya pun sangat baik.
Jagung manis dapat ditanam didaerah dataran rendah dan dataran tinggi sampai ketinggian 900 meter dpl. Suhu ideal untuk pertumbuhan Jagung Manis berkisar antara 21ºC - 30ºC. Akan tetapi untuk pertumbuhan yang baik tanaman jagung khususnya jagung manis suhu yang optimal adalah 23ºC - 27ºC. Suhu sekitar 25ºC akan mengakibatkan perkecambahan biji jagung lebih cepat dan suhu tinggi lebih dari 40ºC akan mengakibatkan kerusakan embrio sehingga tanaman tidak jadi berkecambah.
SUHU BULANAN
T rata-rata T maks Tmin
36 34 32
32
31
32
33
33
32
32 31
31
32
34
33
30 28
27
26
27
27
26 23
24
22
24
23
23
Feb
Mar
27
27
26
26
27
27
27
27
24
23
24
Okt
Nov
Des
24 23 24
23
23
20 Jan
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Gambar 5. Suhu bulanan selama percobaan lapang Dapat dilihat dari Gambar 5, rata – rata suhu maksimum lokasi penelitian adalah 340C, rata –rata suhu minimum 230C dan kondisi suhu rata – rata pada bulan – bulan tersebut sebesar 270C. Suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung manis, kondisi suhu pada saat penelitian termasuk pada kondisi suhu yang ideal untuk tanaman jagung. Jika dibandingkan dari kondisi suhu pada waktu penelitian pada bulan September, Oktober dan November, suhu tertinggi terdapat pada bulan Oktober suhu rata – rata 340C, suhu maksimum 270Cdan suhu minimum 240C. Tanaman jagung pada bulan ini pertumbuhannya cukup baik jika dibandingkan dengan bulan September suhu rata – rata 320C, suhu maksimum 270Cdan suhu minimum 23 0C, dimna pertumbuhan jagung manis kurang baik. Hal ini membuktikan bahwa pada suhu sangat berpengaruh positif pada pertumbuhan tanaman jagung manis.
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan internal, salah satu faktor eksternal adalah cahaya. Tumbuhan memerlukan cahaya. Banyaknya cahaya yang diperlukan tidak selalu sama pada setiap tumbuhan. Umumnya, cahaya menghambat pertumbuhan meninggi karena cahaya dapat menguraikan auksin (suatu hormon pertumbuhan). Pertumbuhan yang cepat di tempat gelap disebut etiolasi. Cahaya juga merangsang pembungaan tumbuhan tertentu. Ada tumbuhan yang dapat berbunga pada hari pendek (lamanya penyinaran matahari lebih pendek daripada waktu gelapnya). Ada pula tumbuhan yang berbunga pada hari panjang (lamanya penyinaran lebih panjang daripada waktu gelapnya).
LAMA PENYINARAN 9.0
7.9 7.8
7.1
8.0 7.0
6.8
6.0
5.3 6.2
5.0 4.0
7.7
5.6 5.3
4.8 4.9
4.9
3.0 2.0
Lama Penyinaran
1.0 0.0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Gambar 6. Lama penyinaran selama percobaan lapang Berdasarkan Gambar 6 di atas radiasi matahari berasal dari data lama penyinaran yang dicatat oleh stasiun tersebut. Lama penyinaran tertinggi terdapat pada bulan September selama 7,9 jam per hari karena di bulan ini adalah masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Pertumbuhan tanaman pada akhir bulan September semakin membaik karena sudah memasuki masa peralihan. Sedangakan lama penyinaran terendah bulan Juni sekitar 4,8 jam per hari. Lama penyinaran tertinggi pada saat penelitian terdapat pada bulan September dan terendah pada bulan desember selama 4,9 jam per hari. Karena pada bulan ini sudah masuk pada musim hujan yang berkepanjangan.
4.3. Intersepsi Radiasi (Qint) Jagung Manis Intersepsi radiasi (Qint) pada fase tanaman muda (TM) – emergence (EM) dan tassel (TS) – tanaman muda (TM) memberikan respon berbeda nyata pada perlakuan pemupukan nitrogen dan interaksinya, sedangkan intersepsi radiasi (Qint) pada fase panen (PN) – tasell (TS) memberikan respon berbeda nyata terhadap pemupukan nitrogen dan tidak terdapat interaksi. Hal ini menunjukan bahwa intersepsi radiasi (Qint) pada pase TM – EM dan TS – TM sangat maksimal jika dibandingkan dengan fase PN – TS. Tabel 4. Nilai Intersepsi Radiasi (Qint) Jagung Manis pada Tingkat Pemupukan Nitrogen per Fase Perkembangan Nilai Intersepsi Radiasi (MJ per m2 ) per Fase Perkembangan Jagung Manis Fase TM – EM Perlakuan NOTASI N0 4,355 a N1 6,718 b N2 11,453 c N3 14,473 d BNT 5 % = 0,676 Fase TS – TM Perlakuan NOTASI N0 8,725 a N1 10,047 b N2 12,968 c N3 15,693 d BNT 5 % = 1,60 Fase PN – TS Perlakuan NOTASI N0 9,727 a N1 10,652 b N2 15,833 c N3 22,713 d BNT 5 % = 0,729 Ket : angka-angka diikuti huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5 %
Berdasarkan Tabel 4, nilai (Qint) tanaman jagung manis berkisar 4,355 hingga 22,713 MJ per m2 . Dapat dilihat pada tabel diatas pada tiap – tiap fase terdapat perbedaan nilai intersepsi radiasi (Qint). Pada fase TM –EM dengan nilai minimum pada perlakuan N0 dengan nilai intersepsi radiasi (Qint) 4,355 MJ per m2 dan tertinggi terdapat pada perlakuan
N3 dengan nilai
intersepsi radiasi (Qint) 14,473 MJ per m2 . Pada fase TS – TM nilai minimum pada perlakuan N0 dengan nilai intersepsi radiasi (Qint) 8,725 MJ per m2 dan
tertinggi terdapat pada perlakuan
N3 dengan nilai intersepsi radiasi (Qint)
15,693 MJ per m2 . Kemudian pada fase PN – TS nilai minimum pada perlakuan N0 dengan nilai intersepsi radiasi (Qint) 9,727 MJ per m2 dan tertinggi terdapat pada perlakuan N3 dengan nilai intersepsi radiasi (Qint) 22,713 MJ per m2. 4.4.Efisiensi Penggunaan Cahaya Tanaman Jagung Manis Nilai efisiensi penggunaan cahaya tanaman jagung manis merupakan hubungan intersepsi radiasi (Qint) dengan perubahan berat kering total pada tanaman jagung manis. Dapat dilihat pada Tabel 5, nilai efisiensi penggunaan cahaya tanaman jagung manis berkisar 1,06 g MJ -1 hingga 2,35 g MJ-1 . Nilai minimum efisiensi penggunaan cahaya tanaman jagung manis terdapat pada fase PN-TS dan nilai maksimum terdapat pada fase TS-TM. Hal ini disebakan intersepsi radiasi (Qint) pada fase ini cukup baik, dimana tanaman jagung manis dapat menerima cahaya yang diintersepsi oleh tajuk tanaman jagung manis. Tabel 5. Nilai Efisiensi Penggunaan Cahaya Tanaman Jagung Manis pada Tingkat Pemupukan N dan Varietas per Fase. Nilai Efisiensi Penggunaan Cahaya Tanaman Jagung Manis (g MJ -1) Per Fase Perkembangan Jagung Manis Perlakuan Fase TM – EM V1 V2 N0 y = 1.2338x - 1.3614 y = 1.2286x - 1.4167 N1 y = 1.3012x + 2.4112 y = 1.3301x + 3.429 N2 y = 1.5628x + 5.5667 y = 1.6587x + 0.9947 N3 y = 1.877x + 1.3298 y = 1.8856x - 1.5301 Perlakuan Fase TS – TM V1 V2 N0 y = 1.4236x - 5.7681 y = 1.4732x - 4.6342 N1 y = 1.5633x - 5.064 y = 1.5173x - 4.1336 N2 y = 1.8769x + 0.1635 y = 1.7184x - 2.2746 N3 y = 2.0208x + 2.3519 y = 2.3559x + 2.9076 Fase PN – TS
Perlakuan V1 N0 N1 N2 N3
y = 1.0647x + 2.2359 y = 1.08465 + 2.8567 y = 1.1119x + 13.257 y = 1.4334x + 11.34
V2 y = 1.0691x + 5.8962 y = 1.09155x – 4.05 y = 1.1404x + 14.006 y = 1.419x + 14.2
Ket : Fase EM (emergence), TM (tanaman muda), TS (tasseling), PN (panen)
Berdasarkan Tabel 5, pada fase TM – EM nilai efisiensi penggunaan cahaya (LUE) jagung manis terendah terdapat pada perlakuan N0V2 -1
sebesar -1
1.2286 g MJ dan tertinggi pada perlakuan N3V2 sebesar 1.8856 g MJ . Pada fase TS – TM nilai efisiensi penggunaan cahaya (LUE) jagung manis terendah terdapat pada perlakuan N0V1 sebesar 1.4236 g MJ-1 dan tertinggi terdapat pada perlakuan N3V2 sebesar 2.3559 g MJ-1. Pada fase PN –TS nilai efisiensi penggunaan cahaya (LUE) jagung manis terendah terdapat pada perlakuan N0V1 sebesar 1.0647 g MJ-1 dan tertinggi terdapat pada perlakuan N3V1 dengan nilai 1.4334 g MJ-1. 4.5. Berat Tongkol Jagung Manis (Zea mays Sccharata Sturt) Berdasarkan Tabel 6, hasil analisis ragam berat tongkol jagung manis memberikan respon berbeda nyata pada fase panen. Dari hasil uji lanjut BNT 5 % pada Tabel 6, N3 memberikan respon perlakuan yang berbeda nyata hal ini dipengaruhi oleh dosis pupuk 300 kg N Ha-1, jika dibandingkan dengan perlakuan N0, N1,N2. Nilai maksimal berat tongkol terdapat pada perlakuan N3 sebesar 240,500 g m-2 dan nilai minimum pada perlakuan N0 yaitu 196,667 g Ha-1 . Tabel 6. Berat Tongkol Jagung Manis pada Kombinasi Perlakuan N dan Varietas pada Fase Panen. Berat Tongkol (g m-2) dengan Kombinasi Perlakuan N dan Varietas Perlakuan Fase Panen N0 196,667 a N1 204,883 ab N2 217,167 bc N3 240,500 c Ket : angka-angka diikuti huruf yang sama dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5 %
Pada Tabel 6 di atas, pada fase panen perlakuan terendah terdapat pada N0 tanpa pupuk dengan berat tongkol 196,667 g m-2 dan tertinggi pada perlakuan N3 dengan dosis pupuk 300 kg N Ha-1 dengan berat tongkol sebesar 240,500 g m-2 .
4.6. Hubngan Efisiensi Cahaya dan Berat Tongkol Jagung Manis Dalam penelitian ini hubungan efisiensi penggunaan cahaya oleh tanaman jagung manis daapat dilihat dari hubungan berat tongkol jagung manis. Pemupukan nitrogen dengan dosis 100, 200, dan 300 kg N Ha-1, dapat meningkatkan nilai efisiensi cahaya yang dihubungkan dengan berat tongkol
BERAT TONGKOL JAGUNG MANIS (g m-2)
jagung manis.
300 290 280 270
y = 81.517x + 179.09 260 R² = 0.5481
250 240 1.00
1.13
1.25
LUE JAGUNG MANIS (g MJ-1)
Gambar 7. Hubungan efisiensi cahaya dengan berat tongkol.
Berdasarkan Gambar 7, hubungan efisiensi penggunaan cahaya jagung manis dengan berat tongkol saat panen dinyatakan dengan persamaan regresi y = 81,517x + 179,09 dengan koefisien determinasi R= 0,5481. Jadi, diketahui berat tongkol jagung manis pada perlakuan N3V1 sebesar 291 g m-2 dapat menghasilkan nilai efisiensi cahaya 1,43 g MJ-1 . Sedangkan terendah terdapat pada perlakuan N0V1 dengan berat tongkol 250 g m-2 menghasilkan nilai efisiensi cahaya 1,06 g MJ-1.