PRODUKSI, PERDAGANGAN DAN HARGA BAWANG MERAH Muchjidin Rachmat, Bambang Sayaka, dan Chairul Muslim
I.
PENDAHULUAN Bawang merah merupakan sayuran rempah yang dikonsumsi rumahtangga
sebagai bumbu masakan sehari hari. Dibedakan antara produk Bawang Merah atau Shallots (Allium ascalonicum L) dan Bawang Bombay atau Onion (Allium
cepa), namun dalam statistic internasional (FAOSTAT) hanya dikenal istilah Onion dimana Shallots berada didalamnya. Hal ini dapat dimengerti karena sebagian besar konsumsi masyarakat dunia adalah Onion (Bawang Bombay), sementara masyarakat yang mengkonsumsi Bawang Merah (shallost) relative terbatas. Pada kondisi demikian maka data internasional khusus tentang Bawang Merah (shallots) sulit dijumpai, yang ada adalah data tentang Onion secara keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa produsen dan konsumen Bawang Merah (shallots) terbesar di dunia adalah Indonesia. Beberapa Negara di Asia tenggara seperti Malaysia, Thailand, Phillipiina juga mengkonsumsi Bawang Merah namun tidak sebanyak masyarakat Indonesia. Pada kondisi demikian maka beberapa Negara tersebut yang memproduksikan bawang merah banyak ditujukan dalam rangka ekspor ke Indonesia. Permintaan bawang merah cenderung merata setiap saat sementara produksi bawang merah bersifat musiman. Kondisi ini menyebabkan terjadinya gejolak karena adanya senjang (gap) antara pasokan (suplai) dan permintaan sehinga dapat menyebabkan gejolak harga antar waktu. Permintaan bawang merah terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan konsumsi Bawang merah masyarakat. Data BPS (2003) menunjukkan konsumsi
perkapita Bawang merah sebesar 2,22
lebih baru menunjukkan
kg/kap/tahun, namun data
konsumsi bawang merah per kapita sebasar 4,56
kg/kapita/tahun atau 0,38 kg/kap/tahun (Gustini. 2006). Dengan asumsi angka konsumsi tahun 2006 tersebut, maka dengan jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 sebesar 244.775.796 juta jiwa dibutuhkan
penyediaan bawang merah
sebesar 1116.17 ribu ton/tahun. 1
Penyediaan bawang merah selama ini dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, namun karena adanya gap antara pasokan dan permintaan, maa suatu waktu Indonesia mengimpor Bawang Merah
dan pada waktu lain juga
mengekspor menjadi Negara eksportir. Makalah ini akan menyajikan kinerja produksi, perdagangan dan harga bawang merah di Indonesia. II. PRODUKSI DAN PENDAPATAN BAWANG MERAH Dalam kurun waktu tahun 2000 - 2010, produksi bawang merah Indonesia menunjukkan angka peningkatan dari 772,82 ribu ton menjadi 1048,93 ribu ton atau peningkatan dengan laju 3.36 persen/tahun. Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh peningkatan luas panen dan produktivitas . Dalam kurun waktu tahun 2000-2010, luas panen meningkat dengan laju 2,87 %/tahun dan produktivitas meningkat dengan laju 0,63 %/tahun (Tabel 1). Tabel 1. Perkembangan luas penen, produksi dan produktivitas merah produksi nasional tahun 2000 -2010 Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/ha)
84,038.00
772,818.00
9.196
82,147.00
861,150.00
10.483
79,867.00
766,572.00
9.598
2003
88,029.00
762,795.00
8.665
2004
88,707.00
757,399.00
8.538
2005
83,614.00
732,610.00
8.762
2006
89,188.00
794,931.00
8.913
2007
93,694.00
802,810.00
8.568
2008
91,339.00
853,615.00
9.346
2009
104,009.00
965,164.00
9.280
2010
109,634.00
1,048,934.00
9.568
Laju (%/th)
2.87
3.36
0.63
Tahun
Lusas Panen (Ha)
2000 2001 2002
Sasaran/ proyeksi 1) 2011
1,084,600
2012
1,122,000
Sumber : Departemen Pertanian (2012) 1) Ditjen Hortikultura (2012)
2
Dalam tahun 2012, Ditjen Hortikultura (2011) mentargetkan produksi bawang merah nasional sebesar 1122,00 ribu ton.
Besarnya produksi tersebut
sedikit diatas
proyeksi kebutuhan nasional sebesar 1116.17 ribu ton seperti diuraikan diatas.
Pengusahaan bawang merah di Indonesia hanya dilakukan di daerah tertentu (terbatas) dan terkonsentrasi (sekitar 80 persen)
di Pulau Jawa, dan
hamper sekitar 50 persen terkonsentrasi di Jawa Tengah. Di Jawa tengah sentra produksi Bawang Merah utama adalah kabupaten Brebes. Urutan produksi kedua bawang merah terbesar
adalah jawa Timur (sekitar 19,4 persen) yang
terkonsentrasi di kabupaten Nganjuk dan Probolinggo. Semantara Jawa Barat menempati urutan ketiga terbesar produksi bawang nasional dengan sentra produksi di
kabupaten Cirebon.
Di luar pulau Jawa sentra produksi bawang
merah adalah NTB, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan (Tabel 2). Tabel 2. Sepuluh Sentra Produksi Produksi Bawang Merah Th 2010 No
Ton
%
1
Propinsi Jawa Tengah
506.357
48.27
2
Jawa Timur
203.739
19.42
3
Jawa Barat
116.396
11.10
4
NTB
104.324
9.95
5
Sumatera Barat
25.058
2.39
6
Sulawesi Selatan
23.276
2.22
7
DI Yogyakarta
19.951
1.90
8
Bali
10.981
1.05
9
Sulawesi Tengah
10.301
0.98
10
Sumatera Utara
9.413
0.90
Propinsi Lainnya Indonesia
19.138
1.82
1048.938
100.00
Sebagai tanaman yang berproduksi musiman, maka produksi bawang merah pada daerah tertentu terjadi pada bulan bulan tertentu. Semantara itu konsumsi bawang hampir dibutuhkan setiap hari dan bahkan pada hari hari besar keagamaan permintaannya cenderung melonjak. Adanya ketidak sesuaian antra produksi dan permintaan menyebabkan pada saat tersebut terjadi gejolak harga, berupa lonjakan kenaikan harga pada saat permintaan lebih tinggi dari pasokan, atau harga merosot pada saat pasokan lebih tinggi dari permintaan. Dalam kaitan itu sejak lama Ditjen Hortikultura telah menyusun Perencanaan pola Produksi 3
Bawang merah
yang memadukan perencanaan penanaman antar wilayah di
Indonesia sehingga terjadi keseimbangan produksi sepanjang waktu. Dengan cara ini fluktuasi produksi (pasokan ) bawang merah dijaga seminimal mungkin. Namun demikian tidak dapat dipungkiri pada bulan bulan panen raya terjadi lonjakan pasokan dan ada saat tertentu terjadi kekurangan pasokan.Dengan menggunakan data pasokan bawang merah yang masuk ke Pasar Induk Kramatjati, panen raya bawang merah terjadi mulai bulan Maret sampai Agustus (Tabel 3). Tabel 3. Perkembangan Pasokan Bulanan Bawang merah ke Pasar Induk Kramatjati Jakarta Tahun 2008 – Mei 2012 (Ton) Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
Januari
746
725
848
455
554
Februari
896
805
775
252
590
Maret
918
1046
754
385
550
April
881
905
817
644
608
Mei
810
817
793
620
486
Juni
838
820
796
506
Juli
889
773
766
743
Agustus
881
892
786
610
September
951
871
651
595
Oktober
725
914
762
796
Nopember
777
855
611
716
Desember
784
822
577
616
Sumber : Pasar Induk Kr Jati Jakarta (2012)
Bawang merah merupakan tanaman sayuran bernilai ekonomi tinggi. Kegiatan usahatani bawang merah memerlukan modal yang cukup besar. Apabila kondisi produksi dan harga baik keuntungan yang diperoleh juga cukup besar, namun dengan biaya investasi yang besar juga berarti mempunyai resiko besar apabila terjadi hal sebaliknya. Pendapatan per hektar
usahatani bawang merah memberikan keuntungan
sebesar Rp 60.43 juta, yang dihasilkan dari nilai penerimaan sebesar Rp 97,60 juta dan biaya produksi sebesar Rp 37,17 juta. Penerimaan sebesar tersebut merupakan hasil penjualan dari produksi usahatani sebesar 137,575 kuintal per hektar dengan harga jual rata rata Rp 7095 /kg bawang.
4
Sementara itu dari total biaya produksi sebesar Rp 37,17 juta, sebagian besar biaya produksi (49,11 persen) adalah untuk pembelian benih. Biaya produksi lain yang cukup besar adalah untuk tenaga kerja yang mencapai 26,52 persen (Tabel 4). Tabel 4. Analisa Produksi Bawang Merah per Hektar di Brebes Th 2012 No
Uraian
A
Total Biaya (1 sd 7)
1
Benih
2
Pupuk
Satuan
Volume
Kw
17.4 503.545
- Urea
Kg
135.945
kg
102.885
Kg
135.81
‐ KCL
Kg
62.58 66.325
‐ TSP - NPK
37.173.347
% biaya produksi 100
18.257.931
49.11
3.851.686
10.36
2.168.687
5.83
9.859.528
26.52
354.121
0.95
Nilai (Rp)
‐ ZA
Kg
3
Pestisida
Rp
4
Tenaga Kerja
5
Bunga Modal (10%)
6
Biaya lainnya
Rp
1.227.073
3.30
7
Sewa lahan
Rp
1.454.321
3.91
B. C. D.
Produksi Penerimaan
kw Rp
Keuntungan
Rp
HOK
319.6
Rp
137.575
E.
B/C Keterangan : Analisa dihitung dari rata rata dua musim
97.602.510 60.429.163 2.63
III. PERDAGANGAN BAWANG MERAH Perdagangan domestik (distribusi antar pulau) Bawang merupakan salah satu komoditas yang memiliki fluktuasi yang relatif tinggi. Fluktuasi harga bawang dapat disebabkan oleh biaya tanam, cuaca, stok, transportasi, dan bawang impor. Pada bulan Maret 2012 isu yang mempengaruhi perubahan harga bawang merah karena adanya isu kenaikan harga bahan bakar minyak mulai 1 April 2012, selain itu stok yang semakin sedikit akan membuat harga bawang anjlok.
5
Meningkatnya memenuhi
permintaan
permintaan
maka
akan
mempengaruhi
pemerintah
harga.
sebaiknya
Agar
dapat
dapat
menjaga
ketersediaannya. Pasokan yang tersendat ke daerah akan men-gakibatkan menipisnya stok yang ada di pasaran dan membuat harga bawang merah naik. Kelancaran pengiriman bawang merah dari sentra ke daerah yang dipegaruhi dari biaya transpotasi dan cuaca. Isu kenaikan harga bahan bakar minyak mempengaruhi konsumen yang akan menimbun bahan pokok dan menghambat pengiriman dikarenakan adanya penambahan biaya pengiriman, se-dangkan cuaca yang ekstrem akan menghambat distribusi contohnya, pengiriman dari luar pulau yang harus mengirim barang melalui jalur laut. Ekspor-impor Impor bawang merah segar cenderung turun dari tahun 2008 (127.830 ton) hingga tinggal 73.270 ton pada tahun 2010. Nilai impor bawang merah pada tahun 2008 sebesar Rp 4,5 juta dolar dan tahun 2010 sebesar Rp 1,8 juta dolar (Tabel 5). Tabel 5. Volume dan nilai impor dan ekspor bawang merah, 2008-2010 No 1 2
Uraian Impor (ton) ('000 $US) Ekspor (ton) ('000 $US)
2008
127.83 53.745 12.297 4.534
2009 2010 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Total 67.33 31.039 21.851 7.831 12.549 73.27 28.942 13.727 9.867 3.449 6.818 33.862 12.822 46 482 1.47 1.236 3.234 4.348 54 216 975 570 1.815
Pada tahun 1990-an impor bawang merah merebak dari Filipina, Thailand, Burma, dan Vietnam sejak tahun 1990-an secara illegal membuat harga bawang merah dalam negeri merosot. Permen Keuangan No. 591/2004 menaikkan bea masuk dari 5 persen menajdi 25 persen. Peraturan impor bawang merah dari Kementan No. 18/2008 dan diperbaharui tahun 2012 membuat impor komoditas ini smeakin ketata terutama dilarang saat panen raya. Harga bawang merah lokal Indonesia masih di bawah harga dunia (USDA), namun demikian hingga saat ini membanjirnya bawang impor ke daerah sentra produksi bawang merah membuat petani bawang merah semakin cemas terhadap 6
produksi bawang merah lokal. Sejumlah pedagang di Brebes menyatakan saat ini penjualan bawang merah dari Brebes ke Sumatera terhenti karena wilayah tersebut dipenuhi bawang merah impor yang masuk melalui pelabuhan Belawan di Sumatera Utara. Padahal Sumatera Utara merupakan salah satu pasar terbesar bawang merah dari Brebes. Berdasarkan data Paguyuban Petani Bawang Merah (P3BM) Brebes, sebelum adanya bawang merah impor, volume pengiriman bwang merah ke Pulau Sumatera dari Brebes mencapai 280 per hari. Saat ini, pengiriman bawang merah Brebes ke Sumatera hanya 14 ton per hari. Para petani bawang merah yang tergabung dalam Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) menyatakan, tingginya kuota impor bawang merah menjadikan petani semakin cemas atas produksi mereka, sepanjang bulan januari 2012, impor bawang merah yang masuk ke Indonesia sebesar 50.000 ton dari total kebutuhan bawang impor nasional sebesar 500.000 ton dan mengakibatkan harga bawang merah menjadi turun. IV. PERKEMBANGAN HARGA Harga di tingkat pedagang grosir (ps induk) Catatan harga bawang merah di tingkat pedagang besardi Pasar Induk Kramatjati tidak dibedakan antara harga bawang merah lokal dengan harga bawang merah impor. Pada minggu pertama Januari 2012 harga bawang merah rata-rata mendekati Rp 9.857/kg kemudian turun menjadi Rp 7.857/kg pada minggu ke-2 dan ke-3. Minggu berikutnya harga naik menjadi Rp 8.357/kg dan berfluktuasi dari Rp 6.000 hingga Rp 8.500/kg pada minggu pertama Mei 2012. Kemudian harga cenderung naik mencapai Rp 15.429/kg pada minggu ke-4 Mei 2012. Selama periode Januari-Mei 2012 harga bawang merah tingkat pedagang besar rata-rata Rp 8.844/kg atau rata-rata naik 3 persen per minggu. Dari minggu ke-1 Januari 2012 hingga minggu ke-4 Mei 2012 jumlah pasokan bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati asal produksi domestic total sebanyak 10.890 kg atau rata-rata 573 kg/minggu. Pasokan bawang merah impor mulai tercatat minggu ke-3 Januari 2012 hingga minggu ke-4 Mei 2012 sebanyak 2.921 kg atau rata-rata 154 kg/minggu. Rasio pasokan bawang merah impor terhadap bawang merah domestic di Pasar Induk Kramatjati rata-rata 27 persen.
7
Harga ditingkat petani Harga rata-rata bulanan bawang merah paling rendha tejadi pada bulan Januari dan terus meningkat hingga bulan Juli. Hal yang sama juga dialami pada harga grosir (Tabel 6 dan Gambar 1). Kemudian harga turun hingga September saat panen mulai memuncak. Pada bulan Oktober harga mulai meningkat lagi. Rasio harga petani dibanding harga grosir berkisar dari 25 persen (Oktober) hingga 70 persen (Februari). Tabel 6. Harga rata-rata bulanan bawang merah di tingkat produsen (petani) dan grosir di Brebes, 2004-2010 (Rp/kg) Harga
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Produsen 4,594 4,712 5,616 5,209 5,357 5,888 5,850 4,499 4,192 5,661 6,173 5,691
Grosir 7,417 8,019 7,939 7,604 7,644 8,379 8,505 6,888 6,229 7,083 8,823 8,739
Selisih
Rasio
2,823 3,307 2,323 2,395 2,287 2,491 2,655 2,389 2,037 1,423 2,650 3,047
61% 70% 41% 46% 43% 42% 45% 53% 49% 25% 43% 54%
Gambar 1. Rata‐rata Harga Bulanan Bawang Merah, 2005‐2012 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 ‐ Grosir Produsen
8
Harga di berbagai daerah Harga rata-rata bawang merah di 33 kota pada bulan April 2012 meningkat jika dibandingkan dengan bulan Maret 2012 yakni dari harga sebesar Rp. 12.657/kg menjadi Rp.13.909,-/kg. Sedangkan jika dibandingkan dengan April 2011, terjadi penurunan harga sebesar 28 %. Secara rata-rata nasional, fluktuasi harga bawang periode bulan April 2011 sampai dengan bulan April 2012 cukup tinggi yaitu sebesar 19%, yang diindikasikan oleh koefisien keragaman harga bulanan. Untuk periode bulan April 2011 sampai dengan bulan April 2012, harga rata-rata bawang merah nasional yaitu sebesar Rp.15.783/kg, dengan fluktuasi harga yang menurun sejak bulan Juli 2011 hingga Januari 2012. Tingkat perbedaan harga bawang (disparitas) antar wilayah di Indonesia pada bulan April 2012 relatif tinggi. Hal ini terlihat dari nilai koefisien variasi antar wilayah pada bulan April 2012 sebesar 26%. Artinya, perbedaan harga di suatu wilayah dengan rata-rata nasional pada bulan April 2012 berada dalam kisaran +26%. Angka disparitas tersebut masuk dalam kategori tinggi, karena berada dalam kisaran diatas 10%. Disparitas harga ini dikarenakan adanya isu kenaikan bahan bakar minyak yang akan dinaikkan per 1 April 2012 oleh pemerintah. Selain itu perbedaan masa panen antar wilayah sehingga pasokan bawang merah tidak merata di semua wilayah. Jika dilihat berdasarkan per wilayah, koefisien variansi tertinggi untuk komoditas bawang merah pada periode April 2012 sebagian besar sama dengan koefisien variansi tertinggi pada bulan Maret 2012 yaitu, di wilayah Kupang sebesar 35%, Gorontalo sebesar 32% dan Semarang sebesar 30%. Sedangkan untuk wilayah yang memiliki koefisien variasi terendah adalah Banda aceh sebesar 13%, Tanjung pinang sebesar 12%, dan Medan sebesar 8%. Harga tertinggi bawang berdasarkan wilayah terdapat di Manokwari, Jayapura dan Maluku Utara, sedangkan harga terendah bawang berdasarkan wilayah terdapat di Surabaya, Semarang dan Yogyakarta.
9
mbar 2. Disp paritas Harga Bawang Merah M Bulan n April 2012 2 (Kemenda ag, April 201 12) Gam
n Harrga Eceran Harga rata-rata r b bawang me erah tingka at pengece er atau ha arga yang dibayar oleh h konsume en di Jakkarta pada a minggu pertama Januari 2012 adalah Rp 10.9 960/kg dan n berfluktu uasi hingga a Rp 12.00 00/kg pada a minggu ke-2 Mare et 2012. Sela anjutnya ha arga terus naik hingg ga Rp 13.0 000/kg pad da minggu u ke-4 April 2012. Sela ama period de Januari hingga Ap pril 2012, harga h ecera an bawang g merah te erendah adallah di Sura abaya dan Semarang g masing-m masing Rp 6.764/kg dan Rp 6.900/kg dan tertinggi di d Palemba ang dan Sa amarinda masing-ma m asing Rp 14 4.000/kg, serta di nado dan Rp R 14.800/kg pada minggu m perttama Januari 2012. Pada P mingg gu ke-4 Man April 2012 harga terenda ah dijumpa ai di Surabaya dan Se emarang masing-ma m sing Rp 46 dan Rp p 9.820/kg g, dan harrga eceran n tertinggi di Manad do Rp 24.8 800/kg. 9.34 Rata a-rata harg ga bawang g merah ecceran tingkkat nasion nal dari Jan nuari hingg ga April 2012 2 adalah Rp R 11.400/kkg. Harga rata-rata r di tingkat ko onsumen di d seluruh Indonesia pada tahu un 2011 relattif rendah pada bulan Janua ari, yaitu Rp 12.700 0/kg, kemudian teru us naik hing gga Rp 24.700/kg pada bulan April. Bulan berikutnya harga bawang merah cend derung tu urun menjadi Rp 23.000/g 2 d dan terus cenderun ng turun hingga men ncapai Rp 13.400/kg 1 pada bula an Desemb ber. Rata-ra ata harga bawang merah m di tingkkat konsum men sepan njang tahun n 2011 ada alah Rp 18.800/kg.
10
Harga rata-rata bawang merah di tingkat konsumen pada tahun 2010 sebesar Rp 13.000/kg pada bulan Januari. Selanjutnay haraga terus naik hingga mencapai Rp 20.600/kg pada bulan Juli. Bulan berikutnya harga turun kemudian naik lagi pada Desember tahun 2010 menjadi Rp 23.600/kg. Harga rata-rata bawang merah di tingkat konsumen sepanjang tahun 2010 adalah Rp 17.100/kg. Pada tahun 2009 rata-rata harga bawang merah di tingkat konsumen lebih rendah dari tahun 2010, yaitu hanya Rp 12.700/kg. Harga internasional Harga bawah merah domestik mencapai kurang lebih 3 kali lipat harga bawang internasional. Perbedaan pola grafik antara harga bawang merah domestik dan internasional juga cukup terlihat jelas. Pada bulan November 2010Maret 2011 harga bawang domestik mengalami kenaikan yang cukup ekstrim, sedangkan harga bawang internasional cenderung lebih stabil. Harga bawang merah internnasional tertinggi pada bulan Juli 2010, sekitar Rp 7.500/kg, dan terus cenderung turun hingga awal 2012 dibawah Rp 5.000/kg. Harga domestik bawang merah tertinggi berdasarkan data harga Januari 2009-Februari 2012 terjadi pada bulan Januari 2011. Sedangkan harga internasional bawang merah tertinggi terjadi pada bulan Maret 2010. Harga domestik pada bulan November 2010-Januari 2011 mengalami kenaikan harga tertinggi dikarenakan kurangnya pasokan bawang merah akibat cuaca yang kurang baik pada bulan-bulan tersebut. Tahun 2012 harga domestik maupun harga internasional bawang merah cenderung memiliki pola yang sama atau cenderung stabil.
11