CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI OLEH:
PROF. DR. IRFAN IDRIS, MA DIREKTUR DERADIKALISASI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) RI JOGJAKARTA, 11 JUNI 2014
1
Kerangka Konsepsi Radikal diartikan sebagai secara menyeluruh, habis-habisan, amat keras menuntut perubahan, dan maju dalam berpikir atau bertindak. Secara semantik, Radikalisme ialah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, cet. th. 1995, Balai Pustaka)
2
Radikalisme adalah semua aliran politik, yang para pengikutnya menghendaki konsekuensi yang ekstrim, setidaktidaknya konsekuensi yang paling jauh dari pengejawantahan ideologi yang mereka anut. Dalam dua definisi ini radikalisme adalah upaya perubahan dengan cara kekerasan, drastis dan ekstrim. Ensiklopedi Indonesia (Ikhtiar Baru-Van Hoeve, cet. 1984) 3
Pendeta Djaka Sutapa : Radikalisme Agama merupakan suatu gerakan dalam agama yang berupaya untuk merombak secara total suatu tatanan sosial /tatanan politis yang ada dengan menggemakan kekerasan.
4
Terminologi radikalisme memang dapat saja beragam, tetapi secara essensial adanya pertentangan yang tajam antara nilai-nilai yang diperjuangkan oleh kelompok agama tertentu di satu pihak dengan tatanan nilai yang berlaku saat itu.
5
Tindakan radikalisme bukanlah kesalahan ajaran agama tertentu, melainkan pemahaman yang keliru terhadap agama yang dianutnya.
Agama seringkali digunakan sebagai alasan dalam setiap tindakan radikalisme.
Radikalisme muncul dari problem keagamaan yang timbul di tengah-tengah masyarakat yang majemuk peradaban dan dan keberagamaan.
Radikalisme agama terjadi pada semua agama yang ada.
6
Terbunuhnya Rajiv Gandhi melalui bom bunuh diri yang diduga dari kelompok Tamil Eelam menunjukkan terorisme terjadi juga di kalangan umat Hindu.
Kemudian adanya empat aliran radikal kristen di Amerika yaitu 1. Christian Identity, 2. Nordic Christianity, 3. Fundamentalisme Freewheeling dan 4. Kreatorisme merupakan agama ektrimis di Amerika yang berdasarkan pada penyalahan terhadap ras lain, agama lain atau kelompok-kelompok kebangsaan yang lain.
Selain itu gerakan Tamil di Srilangka, IRA (kelompok bersenjata Irlandia Utara), militan Yahudi sayap kanan, sekte kebatinan di Jepang yang tidak jarang menggunakan jalan kekerasan sebagai solusi penyelesaian masalah yang juga merupakan gerakan radikalisme agama.
7
Prof. Dr. H. Afif Muhammad, MA Penyebab munculnya radikalisme atas nama agama, antara lain,
(1) pemahaman yang keliru atau sempit tentang ajaran agama yang dianutnya, (2) ketidak adilan sosial, (3) kemiskinan, (4) dendam politik dengan menjadikan ajaran agama sebagai satu motivasi untuk membenarkan tindakannya, dan (5) kesenjangan sosial atau iri hati atas keberhasilan orang lain. 8
Jalan Memupus Radikalisme Faktor-faktor pendorong berkembangnya radikal bernuansa agama di Indonesia
Pertama : Lemahnya penegakan hukum mencapai 28,0%; Kedua : Rendahnya tingkat pendidikan dan lapangan kerja mencapai 25,2 %; Ketiga : Lemahnya pemahaman ideologi Pancasila mencapai 4,6%; Keempat : Kurangnya dialog antarumat beragama mencapai 13,9%; 9
Kelima : Kurangnya pemahaman agama mencapai 4,9%; Keenam : Ketidakpuasan terhadap pemerintah mencapai 2,3%; Ketujuh : Kesenjangan ekonomi mencapai 1,6%; Kedelapan : Lainnya mencapai 3,1%; Kesembilan : Tidak tahu/tidak jawab mencapai 6,4%.
10
Program deradikalisasi pada dasarnya berangkat dari asumsi bahwa terorisme berawal dari radikalisme. Oleh karena itu, upaya memerangi terorisme lebih efektif melalui deradikalisasi.
Esensi deradikalisasi adalah mengubah pemahaman atau pola pikir yang sempit, dangkal, terbatas dan kaku.
11
Caranya dengan memberikan pengalaman baru yang didapat bukan dari medan perang, tetapi dari kehidupan sosial lewat interaksi antarmanusia secara terbuka dan inklusif agar mendapat pemahaman yang benar soal jihad, terorisme, takfir dan tafjir. Dalam memerangi terorisme harus mempertimbangkan hukum, sosial, dan budaya bangsa karena bila tidak justru akan menciptakan kondisi yang kontra produktif. Oleh karena itu, strategi mengatasi terorisme akan berbeda antarnegara.
12
Pendekatan lunak adalah upaya deradikalisasi yang dilakukan BNPT secara lintas sektoral terhadap akar kejahatan terorisme.
Caranya dengan masuk kehidupan masyarakat lewat upaya pencegahan, serta terhadap para eks pelaku pendukungnya.
ke dalam deteksi dini, pembinaan teror dan
13
Prioritas dalam pendekatan ini adalah para keluarga serta komunitas para teroris yang telah ditindak.
Tidak semua kekerasan dapat dipadamkan melalui tindak kekerasan. Penanggulangan terorisme membutuhkan kebijakan yang bersifat komprehensif baik dalam tataran kebijakan maupun pelaksanaan kontra terorisme yang umum dan menyeluruh.
14
Pada dasarnya penanggulangan terorisme tidak hanya terkait penindakan saja, tetapi juga upaya pencegahan teramat penting yang melibatkan instansi lain, seperti Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Sosial, Kementerian Agama, Kementerian Komunikasi dan Informasi, BIN, Binter TNI, Bimas Polri, serta unsur lainnya. 15
Pemangku kepentingan lain, seperti lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, juga perlu dilibatkan.
Menangkal teroris dengan pendekatan lunak akan lebih berdampak positif. Caranya dapat dimulai dengan mendekati eks para pejuang dari Afganistan, Filipina, dan dari negara lain yang ada di wilayah Indonesia. 16
Pemerintah juga harus mampu merangkul pondok pesantren ataupun organisasi kemasyarakatan Islam dalam mengontrol masuknya ideologi yang keliru dalam memaknai jihad dan penghalalan cara untuk membunuh orang lain. Perlu ditegaskan oleh Kementerian Agama bahwa para teroris bukanlah produk agama karena semua agama mengajarkan kebaikan.
17
Berbagai cara harus dilakukan untuk menyadarkan bahwa tindakan teroris itu tidak dibenarkan oleh agama apa pun sehingga tidak ada lagi kebencian terhadap agama lain, aparat, lingkungan, warga sipil, dan bangsa lain.
Diperlukan keberanian masyarakat luas untuk segera melapor bila menemukan indikasi atau kejadian yang mengarah pada tindakan terorisme. 18
Dari semua uraian di atas tampaknya sudah sangat mendesak untuk secara terintegrasi pemerintah melaksanakan operasionalisasi serta implementasi dari semua kebijakan, konsep, dan rekomendasi yang telah ada agar bermanfaat langsung.
19
20