CATTARI ARIYA SACCANI
Ia yang telah berlindung pada Buddha, Dhamma serta Sangha,
akan menjumpai Kebijaksanaan Sempurna, yaitu Empat Kebenaran Mulia. (Dhammapada 190) Empat Kebenaran Mulia tersebut adalah : Hidup adalah dukkha,
Penyebab dari dukkha,Terhentinya dukkha dan Jalan untuk menghentikan dukkha. (Dhammapada 191) Perlindungan semacam itu betul-betul aman, perlindungan semacam
itu adalah yang tertinggi, dengan perlindungan semacam itu seseorang dapat terbebas dari dukkha (penderitaan). (Dhammapada 192)
Pengertian Apa yang dimaksud dengan
Cattari Ariya Saccani ? Cattari = empat Ariya
= mulia Saccani = kebenaran Cattari Ariya Saccani = Empat Kebenaran Mulia
Empat Kebenaran Mulia adalah kebenaran yang
ditemukan Buddha Sakyamuni dengan kemampuanNya sendiri. Apakah Buddha muncul atau tidak kebenaran tetap ada. Buddha-lah yang mengungkapkan hal ini kepada dunia yang gelap. Kesunyataan ini tidak akan berubah karena waktu, sebab mereka adalah kebenaran abadi. Buddha sama sekali tidak dibantu oleh siapapun dalam memahami hal itu. Beliau sendiri menyatakan “kebenaran ini tidak terdengar sebelumnya”.
Empat Kebenaran Mulia merupakan ajaran dari semua Samma Sambuddha
Kebenaran terdiri dari 2 macam, yaitu :
Sammuti Sacca kebenaran biasa, kebenaran yang digunakan dalamkehidupan sehari-hari, kebenaran yang berlaku di masyarakat dan diterrima sebagai kebenaran karena dibuat berdasarkan kesepakatan. Paramattha Sacca kebenaran mutlak, terlepas dari konsep-konsep biasa
Pertama kali diajarkan oleh Buddha di Taman Rusa kepada lima pertapa.
a. b. c. d.
Diajarkan oleh Sang Buddha dalam kotbah yang bernama Dhammacakkapavatthana Sutta, terdiri dari :
Kebenaran Mulia tentang Kebenaran Mulia tentang Kebenaran Mulia tentang Dukkha Kebenaran Mulia tentang Terhentinya Dukkha
Dukkha Sebab Dukkha Terhentinya Jalan Menuju
Dalam bahasa Pali disebut Dukkha Ariya
Sacca
Dukkha berasal dari kata “du” dan “kha” “du” berarti tidak menyenangkan, sulit dipertahankan “kha” artinya kosong Dukkha => sesuatu yang kosong yang tidak menyenangkan Dapat juga diartikan sebagai keberadaan yang menekan/menghimpit.
Dalam Dhammacakkappavattana sutta, dijelaskan tentang pengertian dukkha:
Jati-dukkha : kelahiran Jara-dukkha : usia tua Byadi-dukkha ; sakit Marana-dukkha; mati Soka-dukkha : sedih Parideva-dukkha : ratap tangis Dukkha-dukkha : pend. jasmani Domanassa-dukkha : pend. batin Appiyehi sampayoga-dukkha: berkumpul dg yang tidak disenangi Piyehi vippayoga-dukkha : berpisah dengan yang dicinta Yampicchan nalabhati-dukkha : tidak tercapai yang dicita-citakan
a. b. c.
Secara umum, dukkha dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
Dukkha-dukkha (penderitaan yang umum) Viparinama-dukkha (akibat dari perubahan) Sankhara-dukkha (akibat dari keadaan yang bersyarat)
Dukkha-dukkha Dukkha terlihat dalam kehidupan, nyata, dirasakan sebagai derita tubuh atau derita batin, seperti kelahiran, usia tua, kematian, susah hati Viparinama-dukkha Semua perasaan senang dan bahagia adalah tidak kekal, memiliki benih-benih dukkha, cepat atau lambat perasaan senang dan bahagia akanberubah menimbulkan kesedihan. Sankhara-dukkha Manusia adalah kombinasi dari energi jasmani (rupa) dan rohani (nama) yang selalu bergerak yang terdiri dari PANCAKKHANDHA.
Dukkha Samudaya Ariya Sacca Kebenaran Mulia tentang Sebab Dukkha Hakikat hidup di 31 alam ditandai oleh suka dan duka yang sifatnya tidak kekal, selalu berubah dan disebut Dukkha. Dukkha disebabkan oleh Tanha. Tanha dapat didefinisikan sebagai : 1) Kehausan atau nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya 2) Yang menghasilkan kelangsungan kembali dan tumimbal lahir (ponobhavika) 3) Yang terikat oloeh hawa nafsu 4) Yang memperoleh kenikmatan baru di sana sini
Jenis-jenis Tanha
Tanha dapat digolongkan menjadi 3(tiga) macam, yaitu :
Kama-tanha b) Bhava-tanha c) Vibhava-tanha a)
Kama Tanha Adalah keinginan nafsu atau kehausan pemuasan
pemuasan nafsu indera yang terjadi karena keinginan yang tak pernah berhenti untuk memuaskan nafsu melalui semua indera kita. Mata => melihat objek yang indah, menarik Telinga => mendengar sura yang merdu Hidung => membaui aroma harum dan wangi Lidah => mencecap makanan dan minuman yang rasanya enak Tubuh => merasakan sentuhan yang menyenangkan Pikiran => mengkhayal, membayangkan impian
Bhava Tanha Adalah keinginan untuk menjadi hidup, yang
didasrkan pada pandangan tentang adanya “jiwa yang kekal”, bahwa setelah mati kita akan terlahir kembali dengan jiwa yang sama, yang akan tetap ada selamanya . Pandangan kekekalan (attavada)
Vibhava Tanha Adalah keinginan untuk tidak menjadi atau hidup
lagi, keinginan untuk memusnahkan diri. Keinginan ini muncul karena seseorang selalu menderita dalam hidupnya, yang melihat kehidupan ini dengan pesimistis, bahwa semua yang dialaminya membuatnya kecewa, putus asa, tidak puas dan menderita. Berpendapat bahwa semua masalah dapat diselesaikan dengan kematian. Bahwa setelah kematian tidak ada kehidupan lagi, menggangap kematian adalah akhir dari segalagalanya
DUKKHA NIRODHA ARIYA SACCA
Dukkha Nirodha Ariya Sacca Artinya Kebenaran Mulia tentang Lenyapnya Dukkha. Lenyapnya Dukkha disebut sebgaai Nibbana Seperti disabdakan oleh Buddha kepada Ananda, “Ini adalah tenteram, ini adalah suci, luhur, di mana semua bentuk kamma telah terhenti, gugurnya semualapisan kehidupan, padamnya keinginan napsu (tanha), di sanalah Nibbana. Untuk menyingkirkan dukkha secara total, kita harus menyingkirkan akar dukkha yang disebut Tanha. Dengan demikian, Nibbana juga dapat disebut sebagai dengan istilah Tanhakkaya (padamnya kehausan).
Nibbana adalah terhentinya tanha secara total, melepaskan diri, menolak, terbebas dan terlepas dari tanha. Pudarnya benda-benda yang tercipta, terbebas dari semua noda dan terhentinya kekotoran batin, padamnya nafsu keinginan, tidak terpengaruh, terhenti, kesemuanya itulah yang dinamakan dengan Nibbana. Bilamana Dukkha telah lenyap maka tercapailah Nibbana yang menjadi tujuan akhir dari agama Buddha. Bilamana seseorang telah mencapai Nibbana maka ia akan mengalami kebahagiaan kekal, bebas dari kelahiran, penderitaan, umur tua dan kematian, serta batinnya telah bersih dari lobha, dosa dan moha.
Beberapa pengertian Nibbana Menurut Abhidhammatasangaha “yang terbebas dari Tanha disebut Nibbana” Dalam Visudhimagga a. Nibbana adalah kebahagiaan yang terbebas dari kilesa b. Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi Menurut Khuddaka Nikaya Itivuttakka a. Saupadisesa Nibbana : Nibbana dengan adanya sisa b. Anupadisesa Nibbana : Nibbana tanpa adanya sisa “upadi” digunakan untuk menyatakan: a. Sisa lima kelompok kehidupan (pancakkhanda) b. Perasaan jasmaniah serta perasaan ‘senang” atau “sakit” c. Sisa belenggu-belenggu batin yang belum dihancurkan
Menurut Digha Nikaya atthakatha : a. Kilesa Parinibbana : padamnya/ habisnya kilesa b. Khanda Parinibbana : padamnya pancakhandha c. Dhatu Parinibbana : padamnya semua sisa-sisa peninggalan tubuh, relik Sang Buddha Menurut Khuddaka Nikaya, Patika vagga,makna nibbana yang mengacu pada kebebasan (vimokkha) : a. Animitta Nibbana : nibbana yang terbebas dari objek bayangan b. Appnihita Nibbana : nibbana yang terbebas dari objek keinginan c. Sunnata Nibbana : nibbana yang terbebas dari kilesa dan 5 khandha, tidak ada apa-apa yang ketinggalan, habis dan kosong
Dukkha Nirodha Gaminipatipada Ariya Sacca Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju
Lenyapnya Dukkha Dikenal juga dengan Ariya Magga, yaitu jalan untuk mencapai keariyaan dan menjadi ariya puggala. Ada juga yang menyebut sebagai majjhima patipada atau jalan tengah. Disebut sebagai jalan tengah karena pada pelaksanaannya untuk mencapai kebahagiaan menghindari dua cara ekstrim.
Dua Pandangan Ekstrim Sassata-ditthi
yaitu pandangan bahwa kebahagiaan akan tercapai dengan memuaskan napsu-napsu indera. pandangan ini tidak mempercayai adanya sebab akibat perbuatan dan kelahiran kembali, menganggap bahwa kehidupan hanya sekali dan setelah mati tidak ada yang perlu dipertanggungjawabkan. Ucchedda-ditthi yaitu pandagan bahwa kebahagiaan akan tercapai dengan menyiksa diri. menganggap bahwa setelah mati, jiwa seseorang akan hidup kekal abadi di alam berikutnya sehingga jiwa yang dikotori oleh perbuatan jasmani sekarang harus disiksa agar tidak mengotori lagi.
Disebut
juga sebagai Jalan Mulia berunsur delapan, yang terdiri dari tiga kelompok :
Panna
Sila
• Pandangan Benar (samma -ditthi) • Pikiran Benar (samma-sankapa) • Ucapan Benar (samma-vaca) • Perbuatan Benar (samma-kamanta) • Penghidupan Benar (samma-ajiva)
• Daya upaya benar (samma-vayama) • Perhatian Benar (samma-sati) Samadhi • Konsentrasi Benar (samma-samdahi)
Pandangan Benar Adalah pandangan benar yaitu pengetahuan benar
tentang empat kebenaran mulia. (Lokuttara Sammaditthi) Pandangan benar akan memastikan kebenaran pikiran dan keselarasan gagasan. Pandangan benar dengan penalaran biasa setelah mempelajari Dhamma akan menyimpulkan bahwa kamma kita sendiri yang mempengaruhi kehidupan kita. Pandangan benar akan keyakinan terhadap hukum kamma (kammassakata sammaditthi) meliputi: kammassaka, kammadayada, kammayoni, kammabandhu, kammappatisarana.
Pandangan benar menurut kitab Uparipannassa Kammassakata Sammaditthi : pandangan benar tentang
hukum perbuatan Vipassana Sammaditthi : yang timbul setelah penyadaran terhadap Nama dan Rupa Magga Sammaditthi : berupa pengetahuan dalam perenungan objek-objek indera dan batin sebagaimana adanya Phala Sammaditthi : pandangan benar yang menyertai empat tingkat “buah” yang merupakan hasil dari empat tingkat “jalan” Pacavekkhana Sammaditthi : pandangan benar berupa renungan yang terjadi dengan sendirinya setelah pencapaian “magga” dan “phala”
Pikiran Benar * Pikiran yang bebas dari keserakahan nafsunafsu indera, serta bertujuan untuk terbebas dari lingkaran kembali (nekkhamasankappa) Pikiran mulia ini menunjukkan bentuk pikiran-pikiran yang menahan diri untuk tidak dikuasai oleh sifat memuaskan nafsu, juga untuk meninggalkan objek-objek nafsu.
Pikiran benar Pikiran yang bebas dari kebencian dan selalu
membahagiakan mahluk lain (abhayapadasankappa) Pikiran mulia ini mengarahkan pikiran yang diliputi
cinta kasih kepada semua mahluk-mahluk lain, mengharapkan kebahagiaan dan kesejahteraan mereka.
Pikiran benar Pikiran yang terbebas dari keinginan untuk
mencelakai orang lain dan selalu mengembangkan cita kasih terhadap mahluk lain (avihimsasankappa) Pikiran mulia ini mengarahkan pikiran berdasarkan
kasih sayang dengan kemauan untuk membantu orang lain agar terbebas dari penderitaan.
Pikiran benar Merupakan hasil dari memahami segala hal apa
adanya. Pikiran sangat penting, karena kata-kata dan
perbuatan bersumber pada pikiran.
UCAPAN BENAR Adalah ungkapan kata-kata yang benar, beralasan, berfaedah dan tepat waktunya. Ucapan benar adalah bebas dari kata-kata dusta, fitnah, makian, kata-kata kasar dan omong kosong. Dalam berbicara seharusnya tidak dikuasai oleh pikiran jahat seperti lobha dan dosa Banyak pembicaraaan sesungguhnya justru menghambat ketenangan dan pemikiran benar yang kadang membawa pada pembicaraan yang salah.
Hal-hal yang diperoleh dengan melaksanakan Ucapan benar adalah menghindari hal-hal yang tidak berguna, yaitu : a. Berdusta b. Memfitnah c. Makian d. Omong kosong
Perbuatan Benar (samma-kamanta)
Adalah perbuatan-perbuatan yang bermanfaat bagi pembuat maupun bagi orang lain Perbuatan benar bertujuan untuk mengembangkan perbuatan yang bersusila, terhormat dan menjauhkan diri dari keributan-keributan, yang berarti : tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzina. Perbuatan benar berarti mengembangkan kelakuan bermoral, mulia yang dapat diwujudkan dengan melaksanakan Pancasila Buddhis.
Pantang membunuh, kita berusaha untuk tidak membunuh manusia maupun binatang. Semua mahluk ingin hidup, memperthankan dan melindungi dirinya, harta, keluarga. Pantang mencuri, dipenuhi apabila kita tidak mengambil barang yang bukan milik kita atau mendapatkan sesuatu karena diberikan oleh pemiliknya. Berzina adalah berhubungan kelamin yang dilarang oleh hukum agama dan hukum negara.
Penghidupan Benar (samma-ajiva) Adalah bahwa dalam mencari nafkah tidak melanggar prinsip-prinsip moral, yaitu pekerjaan yang tidak melanggar Pancasila Buddhis. Kita dianjurkan untuk menghindari 5 mata pencaharian yang dapat merugikan orang lain: a. Penipuan b. Ketidaksetiaan c. Penujuman d. Kecurangan e. Memungut bunga yang tinggi
Selain itu kita juga harus menghindari 5 (lima) bentuk perdagangan: 1. Senjata 2. Manusia 3. Daging (hasil pembunuhan) 4. Alkohol (minuman keras)/narkoba 5. Racun
Daya upaya benar
Merupakan faktor yang sangat penting untuk kesuksesan, karena kemalasan merupakan bahaya besar karena merupakan dasar dari kejatuhan dan kehancuran.
Daya upaya benar atau usaha benar adalah merupakan semangat untuk maju, dasar dari kemajuan dan ketenangan.
Daya upaya benar berarti pengerahan kekuatan kemauan untuk: 1. Dengan sekuat tenaga mencegah munculnya kondisi yang tidak bermanfaat yang belum muncul 2. Dengan sekuat tenaga berusaha untuk memusnahkan kondisi yang tidak bermanfaat yang telah muncul dalam batin 3. Dengan sekuat tenaga berusaha membangkitkan kondisi yang bermanfaat yang belum muncul dalam batin 4. Berusaha keras untuk mempernyata, mengembangkan dan memperkuat kondisi yang bermanfaat yang telah muncul dalam batin.
Perhatian benar (samma-sati) Terdiri dari latihan Vipassana Bhavana, melatih diri agar benar 1. 2. 3. 4.
benar sadar, penuh perhatian dan waspada terhadap kegiatankegiatan yang terjadi dalam diri manusia Menyangkut : Kayanupassana satipatthana = perhatian yang didasarkan pada perenungan terhadap tubuh Vedananupassana satipatthana = perhatian yang didasarkan pada perenungan terhadap perasaan Cittanupassana satipatthana = perhatian yang didasarkan pada perenungan terhadap kesadaran Dhammanupassana satipatthana = perhatian yang didasarkan pada perenungan terhadap objek-objek pikiran.
Konsentrasi benar (samma samadhi) Adalah cara memusatkan pikiran pada sebuah objek atau suatu perbuatan dengan cara-cara yang benar sehingga batin mencapai tingkatan yang lebih tinggi Samadhi atau konsentrasi pikiran biasanya dikenal dengan sebutan meditasi Konsentrasi menetapkan pikiran pada
tempatnya dan membuatnya supaya tidak terganggu. Latihan yang benar dari konsentrasi akan mempertahankan pikiran dalam keadaan seimbang.
Manfaat melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan Pelaksanaan Jalan Mulia Berunsur Delapan akan melenyapkan sepuluh belenggu yang mengikat manusia dalam lingkaran tumimbal lahir yaitu : 1. Sakkayaditthi – kepercayaan akan adanya atta/roh yang kekal 2. Vicikiccha – keragu-raguan akan ajaran Sang Buddha 3. Silabataparamasa – kepercayaan bahwa dengan mengikuti upacara agama sematamata dapat mencapai kesucian 4. Kamaraga – nafsu indria 5. Patigha – kebencian 6. Ruparaga – keinginan untuk hidup dalam alam halus dengan bentuk 7. Aruparaga – keinginan untuk hidup dalam alam halus tanpa bentuk 8. Mana – kesombongan, membandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain 9. Udaccha – kegelisahan 10. Avijja – ketidaktahuan
Manfaat melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan Apabila seorang siswa dapat melenyapkan belenggu ke-1, ke-2 dan ke-3 maka ia mencapai tingkat kesucian pertama yang disebut Sotapanna (maksimum terlahir kembali tujuh kali). Apabila dapat melemahkan belenggu ke-4 dan ke-5, maka akan tercapai tingkat kesucian kedua yang disebut Sakadagami (terlahir kembali satu kali). Apabila kedua belenggu tersebut dapat dimusnahkannya, maka ia mencapai tingkat kesucian ketiga yang disebut Anagami (tidak akan terlahir kembali di alam mana pun juga kecuali di alam Suddhavasa untuk mencapai tingkat Arahat di sana). Setelah seorang siswa dapat memusnahkan kelima belenggu sisanya, maka ia mencapai tingkat kesucian tertinggi yaitu Arahat.
Memahami Empat Kebenaran Mulia dengan 3 tahap 12 pandangan a.
b.
c.
d.
Secara singkat dapat dijelaskan : Dukkha : (1) diterima sebagai kebenaran, (2) harus dipahami, (3) telah dipahami Sebab Dukkha : (1) diterima sebagai kebenaran, (2) harus dikikis, (3) telah dikikis. Terhentinya Dukkha : (1) diterima sebagai kebenaran, (2) harus direalisasi, (3) telah direalisasi Jalan menuju terhentinya Dukkha : (1) diterima sebagai kebenaran, (2) harus dikembangkan, (3) telah dikembangkan
Ada
2 (dua) hal ekstrim yang tidak bermanfaat => menuruti kesenangan hawa nafsu rendah dan menyiksa diri yang menyakitkan. Empat kebenaran mulia Ada Jalan tengah (jalan mulia berunsur delapan)
Manfaat 1. 2.
3. 4. 5.
6.
Jalan Tengah (berunsur 8) : Membukakan mata batin (Cakkhukarani) Menimbulkan pengetahuan (nanakarani) Membawa ketentraman (upasamaya) Kemampuan batin luar biasa (Abhinnaya) Kesadaran agung (Sambodhaya) Perealisasian Nibbana (Nibbanaya)
Dari 12 pandangan, masing-masing segi pandangan menimbulkan: 1) Pandangan (Cakkhum udapadi) : indera mata mampu mengetahui dengan jelas dalam menyaksikan Dhamma di setiap tempat. 2) Pengetahuan (Nanam udapadi) : pengetahuan terhadap yang lampau dan yang akan datang; baik diri sendiri maupun orang lain 3) Kebijaksanaan (Panna udapadi) : mengetahui secara menyeluruh segala macam Dhamma 4) Penembusan (Vijja udapadi) : kemampuan khusus, mampu mengetahui hal-hal Dhamma 5) Cahaya (Aloko udapadi) : memandang semua penjuru alam semesta hanya sebagai “dhatu” saja.
Ketika
kotbah disampaikan, YA. Kondanna memperoleh “mata Dhamma” (Dhammacakkhu) yang bersih tanpa noda.
Kondanna
sebagai Siswa Bhagava yang pertama mengerti, memperoleh nama julukan “Anna Kondanna” yang artinya Kondanna yang pertama mengerti.
Terima kasih