CARA JALAN - macam – gait !!!! 2. Gerakan Volunter Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa, misalnya: • Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu. • Fleksi dan ekstensi arikulus kubii. • Mengepal dan membuka jari-jari tangan. • Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul. • Fleksi dan ekstensi arikulus genu. • Plantar leksi dan dorso leksi kaki. • Gerakan jari- jari kaki.
3. Palpasi otot. • Pengukuran besar otot. • Nyeri tekan. • Kontraktur. • Konsistensi ( kekenyalan ). • Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada. – Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningiis, HNP. – Kelumpuhan jenis UMN ( spasisitas ). – Gangguan UMN ekstrapiramidal ( rigiditas ). – Kontraktur otot. • Konsistensi otot yang menurun terdapat pada. – Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot. – Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di ”motor end plate”. 4. Perkusi otot. • Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yang bersifat setempat dan berlangsung hanya 1 atau 2 deik saja. • Miodema : penimbunan sejenak tempat yang telah diperkusi ( biasanya terdapat pada pasien mixedema, pasien dengan gizi buruk ). • Miotonik : tempat yang diperkusi menjadi cekung untuk beberapa deik oleh karena kontraksi otot yang bersangkutan lebih lama dari pada biasa. 5. Tonus otot. • Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian ekstremitas tersebut kita gerak-gerakkan leksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut . Pada orang normal terdapat tahanan yang wajar. • Flaccid : idak ada tahanan sama sekali ( dijumpai pada kelumpuhan LMN). • Hipotoni : tahanan berkurang. • Spasik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan , ini dijumpai pada kelumpuhan UMN. • Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada Parkinson. 6. Kekuatan otot.
Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot ada dua cara : Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan pemeriksa menahan gerakan ini.♣ Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh menahan.♣ Cara menilai kekuatan otot : 1. Dengan menggunakan angka dari 0-5. 0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total. 1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun idak didapatkan gerakan pada persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut. 2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini idak mampu melawan gaya berat ( gravitasi ). 3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat. 4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang diberikan. 5 : Tidak ada kelumpuhan ( normal ). 2. Dengan menggunakan angka dari 0 – minus 4 Nilai 0 -1 -2 -3 -4 Gerakan bebas + + + - Melawan graitasi + + + - Melawan pemeriksa + + - - Ket : Nilai O = normal, -1 = parese ringan, -2 = parese moderat, -3= parese hebat, -4 paralisis. Anggota gerak atas. • Pemeriksaan otot oponens digii kuini ( C7,C8,T1,saraf ulnaris) • Pemeriksaan otot aduktor policis ( C8,T1 , saraf ulnaris ). • Pemeriksaan otot interosei palmaris ( C8,T1,saraf ulnaris ). • Pemeriksaan otot interosei dorsalis ( C8,T1, saraf ulnaris ). • Pemeriksaan abduksi ibu jari. • Pemeriksaan otot ekstensor digitorum (C7,8,saraf radialis ). • Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian atas ( C5-C8). • Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian bawah ( C5-C8). • Pemeriksaan otot laisimus dorsi ( C5-C8, saraf subskapularis). • Pemeriksaan otot seratus aterior ( C5-C7,saraf torakalis ). • Pemeriksaan otot deltoid ( C5,C5, saraf aksilaris ). • Pemeriksaan otot biseps ( C5,C6, saraf muskulokutaneus ). • Pemeriksaan otot triseps ( C6-C8, saraf radialis ). Anggota gerak bawah. • Pemeriksaan otot kuadriseps femoris ( L2-L4,saraf femoralis ). • Pemeriksaan otot aduktor ( L2-L4, saraf obturatorius). • Pemeriksaan otot kelompok ” hamstring ” (L4,L5,S1,S2,saraf siaika). • Pemeriksaan otot gastroknemius ( L5,S1, S2,saraf ibialis ). • Pemeriksaan otot leksor digitorum longus ( S1, S2, saraf ibialis)
7. Gerakan involunter. • Gerakan involunter diimbulkan oleh gejala pelepasan yang bersifat posiif, yaitu dikeluarkan akivitas oleh suatu nukleus tertentu dalam susunan ekstrapiramidalis yang kehilangan kontrol akibat lesi pada nukleus pengontrolnya. Susunan ekstrapiramidal ini mencakup kortex ekstrapiramidalis, nuklues kaudatus, globus pallidus, putamen, corpus luysi, substansia nigra, nucleus ruber, nukleus ventrolateralis thalami substansia reikularis dan serebelum • Tremor saat isirahat : disebut juga tremol striatal, disebabkan lesi pada corpus striatum (nucleus kaudatus, putamen, globus pallidus dan lintasan lintasan penghubungnya ) misalnya kerusakan substansia nigra pada sindroma Parkinson. • Tremor saat bergerak ( intensional ) : disebut juga tremor serebellar, disebabkan gangguan mekanisme “feedback” oleh serebellum terhadap akivitas kortes piramidalis dan ekstrapiramidal hingga imbul kekacauan gerakan volunteer • Khorea : gerakan involunter pada ekstremitas, biasanya lengan atau tangan, eksplosif, cepat bergani sifat dan arah gerakan secara idak teratur, yang hanya terheni pada waktu • idur. Khorea disebabkan oleh lesi di corpus striataum, substansia nigra dan corpus subthalamicus. • Athetose : gerakan involenter pada ektremitas, terutama lengan atau tangan atau tangan yang agak lambat dan menunjukkan pada gerakan melilit lilit , torsi ekstensi atau torsi leksi pada sendi bahu, siku dan pergelangan tangan. Gerakan ini dianggap sebagai manifestasi lesi di nucleus kaudatus. • Ballismus: gerakan involunter otot proksimal ekstremitas dan paravertebra, hingga menyerupai gerakan seorang yang melemparkan cakram. Gerkaan ini dihubungkan dengan lesi di corpus subthalamicus, corpus luysi, area prerubral dan berkas porel. • Fasikulasi: kontrasi abnormal yang halus dan spontan pada sisa serabut otot yang masih sehat pada otot yang mengalami kerusakan motor neuron. Kontraksi nampak sebagai keduten keduten dibawah kulit. • Myokimia: fasikulasi benigna. Frekwensi keduten idak secepat fasikulasi dan berlangsung lebih lama dari fasikulasi. • Myokloni : gerakan involunter yang bangkit iba iba cepat, berlangsung sejenak, aritmik, dapat imbul sekali saja atau berkali kali diiap bagian otot skelet dan pada seiap waktu, waktu bergerak maupun waktu isirahat. 8. Fungsi koordinasi. Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai akivitas serebelum. Serebelum adalah pusat yang paling pening untuk mengintegrasikan akivitas motorik dari kortex, basal ganglia, veribular apparatus dan korda spinalis. Lesi organ akhir sensorik dan lintasan – lintasan yang mengirimkan informasi ke serebelum serta lesi pada serebelum dapat mengakibatkan gangguan fungsi koordinasi atau sering disebut “Cerebellar sign“ Macam-macam pemeriksaan “ Cerebellar sign” Test telunjuk hidung.♣ Test jari – jari tangan.♣ Test tumit – lutut.♣ • Test diadokinesia berupa: pronasi – supinasi, tapping jari tangan. Test fenomena rebound.♣ Test mempertahankan sikap.♣
Test nistagmus.♣ Test disgraia.♣ Test romberg.♣ Test romberg posiif: baik dengan mata terbuka maupun dengan mata tertutup , pasien akan jatuh kesisi lesi setelah beberapa saat kehilangan kestabilan ( bergoyang – goyang ). Pasien sulit berjalan pada garis lurus pada tandem walking, dan menunjukkan gejala jalan yang khas yang disebut “ celebellar gait “ Pasien idak dapat melakukan gerakan volunteer dengan tangan,lengan atau tungkai dengan halus. Gerakan nya kaku dan terpatah-patah. Gait dan Staion. Macam macam Gait: • Hemiplegik gait: gaya jalan dengan kaki yang lumpuh digerakkan secara sirkumduksi. • Spasik ( scissors gait ): gaya jalan dengan sirkumduksi kedua tungkai, misalnya spasik paraparese. • Tabeic gait: gaya jalan pada pasien tabes dorsalis. • Steppage gait: gaya jalan seperi ayam jago, pada paraparese laccid atau paralisis n. Peroneus. • Waddling gait: gaya berjalan dengan pantat dan pinggang bergoyang berlebihan, khas untuk kelemahan otot tungkai proksimal, misalnya otot gluteus. • Parkinsonian gait: gaya berjalan dengan sikap tubuh agak membungkuk, kedua tungkai berleksi sedikit pada sendi lutut dan panggul. Langkah dilakukan setengah diseret dengan jangkauan yang pendek-pendek.
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks