BAB II DESKRIPSI BUKA-TUTUP ATAP YANG DI RENCANAKAN
2.1
Deskripsi Atap Louvre Otomatis Atap merupakan salah satu konstruksi utama dalam sebuah bangunan. Atap juga
memiliki fungsi penting dalam perencanaan sebuah bangunan. Pada masa sekarang ini selain fungsi utama atap sebagai pelindung dari cahaya sinar matahari dan hujan, pada perkembangannya atap juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Belakangan ini banyak kita jumpai berbagai jenis atap yang sangat majemuk, mulai dari bentuknya hingga bahannya. Semua memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Atap louvre merupakan salah satu jenis atap yang sering kita temukan, selain beberapa jenis atap lain yang sering kita temui misalnya atap pelana atau atap gergaji. Atap juga merupakan salah satu elemen penting dalam membuat suatu bangunan, karena dengan adanya atap maka kita terhindar dari terik matahari dan hujan. Oleh karena itu pengerjaannya harus mendapatkan penanganan yang serius. Beberapa dari kita mungkin pernah merasakan betapa repotnya jika sewaktu-waktu hujan datang begitu cepat, sedang kita masih memiliki beberapa pakaian yang masih dijemur. Anda tidak perlu merasakan hal yang demikian seandainya atap anda dilengkapi dengan system buka-tutup otomatis, yang tentunya akan sangat membantu anda dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Dan hal itu sudah terjawab dengan adanya system buka tutup atap otomatis ini. System buka-tutup atap otomatis ini nantinya difungsikan sebagai alat pengendali atap terhadap panas dan hujan. Dan yang paling penting dari system yang digunakan pada buka-tutup atap otomatis ini menggunakan sensor cahaya sebagai pengatur bukatutupnya, dan selain dapat digunakan pada bidang rumah tangga juga dapat digunakan pada berbagai aplikasi bidang lainnya.
Berikut macam-macam tipe atap otomatis berdasarakan cara kerja dan bentuknya : a.
Atap Vent Otomatis
Atap vent otomatis dikendalikan diatas atap dan tidak memerlukan listrik atau baterai. Pengendali atap vent berupa sebuah pegas yang didalamnya berisi parafin yang mengembang ketika temperatur mencapai kira-kira 65 derajat farenheit. Ketika suhu mulai mendingin lalu parafin menyusut, menarik pegas pengendali setiap atap vent tertutup, dengan suhu kira-kira 50 derajat farenheit. Tabung pegas ini mudah dilepas jika ingin mengendalikan secara manual.
Gambar 2.1 Tabung Pegas Pengendali
Atap vent otomatis ini akan membuka dan menutup bingkai penutup dan engsel atap sampai 15 Lbs. Atap vent otomatis ini dapat terbuka dengan suhu kira-kira 60 derajat – 70 derajat farenheit dan dapat membuka secara maksimum sampai 18 inchi yang dicapai saat suhu kira-kira 86 derajat farenheit. Atap vent otomatis ini memiliki berbagai macam jenis sistem penggerak seperti sistem yang dikendalikan oleh angin yang akan tertutup secara otomatis untuk mencagah masuknya hujan badai. ( ref 2 )
Gambar 2.2 Atap Vent Otomatis
b.
Atap Sliding Otomatis Sistem atap sliding sliding elektrik dibuat dengan kerangka aluminium,
yang membuat struktur kerangka kecil dan ringan tetapi juga kuat. Sistem otomatis atap sliding ini mekanisme kerjanya adalah dengan membuka atap dengan gerak maju dan mundur pada rel yang terpampang dibagian kiri dan kanannya. Unit penggerak dari sistem ini menggunakan motor listrik sebagai penggerakknya. ( ref 7 )
Gambar 2.3 Atap Sliding Otomatis
c.
Atap Awning Otomatis Atap jenis ini banyak dijumpai dinegara amerika latin, karena bentuknya
yang simpel dan ringan biasanya atap jenis ini sering digunakan pada rumah mobil, tetapi disamping itu cocok juga digunakan sebagai kanopi rumah dan berbagai aplikasi lainnya. Atap otomatis jenis ini dilengkapi dengan berbagai jenis sensor otomatis yang akan membuka dan menutup sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Walaupun atap ini memiliki banyak sensor otomatis tetapi atap otomatis jenis ini juga hemat energi dan mudah dalam perawatannya. ( ref 2 )
Gambar 2.4 Atap Awning Otomatis
d.
Atap Louvre Otomatis Atap jenis ini paling cocok diaplikasikan sebagai atap otomatis, karena dapat
membuka dan menutup secara cepat dan efisien. Hal ini disebabkan perputaran poros stripnya yang dapat membuka dan menutup hanya dengan 45 derajat putaran motor. Atap louvre otomatis ini dapat memanfaatkaan beberapa sensor seperti sensor cahaya dan sensor air sebagai pengendali sistem geraknya. Konstruksi dari sistem atap jenis ini tidak memerlukan ruang lingkup yang luas karena atap ini terdiri dari beberapa strip atap yang dapat menjalankan fungsinya sebagai pelindung dari sinar matahari atau membuka, agar sinar matahari dapat masuk hanya dengan memutar poros atap louvre tersebut. (ref 5)
Gambar 2.5 Atap Louvre 2.2
Mekanisme Penggerak Buka-Tutup Atap Louvre Otomatis Untuk menggerakkan atap louvre diperlukan suatu alat penggerak utama
disamping alat pendukung lainnya. Untuk alat penggerak utama pada atap semi otomatis dan otomatis sering menggunakan motor listrik. Untuk membuat kecepatan alat yang dikehendaki lebih rendah dari kecepatan motor maka dibutuhkan komponen puli bergerigi yang bisa mereduksi perputaran motor penggerak menjadi lebih rendah. Hal ini
memerlukan penyusunan transmisi, selain puli bergerigi juga bisa menggunakan roda gigi dimana untuk menghubungkan roda gigi yang satu dengan yang lain digunakan rantai. Pada prinsipnya kinerja dari atap hanyalah sebagai pelindung dari panas dan hujan, tetapi pada atap louvre otomatis ini atap akan menyesuaikan fungsinya sebagai pelindung hanya pada keadaan panas. Hal ini dikarenakan system kerjanya dikendalikan melalui sensor cahaya. Jadi apabila sewaktu sensor mendapatkan perlakuan cahaya atau disinari maka atap akan membuka, karena sensor akan memberi sinyal melalui arus listrik kepada motor penggerak pembuka sampai pada batas tertentu. Sebaliknya ketika sensor tidak mendapatkan cahaya seperti pada keadaan mendung atau menjalang malam, maka sensor akan mengirim sinyal melalui arus listrik kepada motor penggerak penutup hingga atap tertutup sempurna. System atap louvre otomatis dengan penggerak dua motor ini memiliki beberapa komponen-komponen, diantaranya : strip atap louvre, puli bergerigi, switch, sensor cahaya, belt, gear box, rol, bantalan serta rangka yang terbuat dari besi ukuran 3 cm dengan tinggi 49 cm lebar 30 cm dan panjang 34 cm. Rincian kinerja dari system buka-tutup atap louvre otomatis ini adalah sebagai berikut. Pada saat pagi hari ketika matahari mulai terbit maka sinarnya akan mengenai sensor yang sengaja diletakkan pada bagian atas rangka, untuk pengerjaan atap yang sebenarnya sensor tidak perlu diletakkan pada bagian atas tetapi dapat dialihkan ke bagian yang lain asalkan sensor masih mendapatkan sinar matahari. Kami meletakkan sensor pada bagian atas agar memudahkan untuk dapat diamati serta agar sensor dapat bekerja secara efektif. Setelah sensor bereaksi terhadap sinar yang datang maka komponen didalamnya yang bekerja seperti kinerja switch akan menghubungkan arus listrik ke motor penggerak pembuka sehingga atap akan terbuka dan menyentuh limit switch yang fungsinya memutus aliran arus listrik menuju motor pembuka. Dan apabila matahari akan terbenam atau ketika akan turun hujan, maka sensor tidak mendapat pencahayaan yang cukup maka sensor akan memberi sinyal berupa arus listrik kepada motor penggerak penutup untuk menutup atap sampai pada keadaan tertutup sempurna. Ketika atap sudah tertutup sempurna maka salah satu bagian atap akan menyentuh limit switch yang menyababkan aliran listrik menuju motor terhenti atau terputus.
Ada beberapa komponen yang mendukung
system kerja dalam pembuatan
system buka-tutup atap louvre otomatis ini. Diantara komponen-komponen penunjang tersebut adalah sebagai berikut :
a. Motor listrik
e. Rol
b. Belt
f. Sensor
c. Puli Bergerigi
g. Gear box
d. Atap
h.Poros
36
49 35
34 30
Gambar 2.6 Dimensi Atap Louvre Yang Direncanakan
5 6
7
4
8 3
2
9
1
Gambar 2.7 Atap Louvre
Gambar 2.8 Atap Louvre
Tampak Depan
Tampak Samping
Keterangan : 1. Kerangka Utama
5. Sensor Cahaya
2. Motor Penggerak
6. Rol
3. Puli Bergerigi
7. Strip Atap Louvre
4. Gear Box
8. Sabuk Bergerigi 9. Switch
2.3
Konstruksi Atap Otomatis Untuk membuat system buka-tutup ini bekerja dengan baik, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan agar hasilnya dapat maksimal dan efisien. Diantaranya adalah sebagai berikut :
2.3.1 Roda Gigi Roda gigi merupakan bagian mesin yang meneruskan gaya atau roda yang mentransmisikan gerak putar dari sumber penggerak, dan ada juga yang berfungsi sebagai perantara atau “idler gear”. Roda gigi juga untuk mereduksi putaran dari sumber penggerak atau sering kita sebut putaran input dengan output. Jenis roda gigi menurut letak porosnya dibedakan menjadi : 1.
Roda Gigi Poros Sejajar : a. Roda gigi lurus b. Roda gigi miring c. Roda gigi miring ganda d. Roda gigi dalam e. Roda gigi batang gigi dan pinyon
2.
Roda Gigi Dengan Poros Berpotongan : a. Roda gigi kerucut lurus b. Roda gigi kerucut spiral c. Roda gigi permukaan
3.
Roda Gigi Poros Bersilangan a. Roda gigi miring silang b. Roda gigi cacing c. Roda gigi cacing silindris d.. Roda gigi hypoid
Gambar 2.9 Jenis Roda Gigi Menurut Letak Porosnya
Ukuran roda gigi didapat dengan menggunakan iterasi karena beban yang dipindahkan dan kecepatan kedua-duanya tergantug pada langsung atau tidak langsung, jarak puncak p. Informasi yang diketahui biasanya : a. Daya H b. Kecepatan n dalam rpm dari roda gigi yang ukurannya akan ditentukan c. Jumlah gigi n dari roda gigi yang akan ditentukan Prosedur perhitungan adalah memilih suatu harga coba-coba untuk puncak diametral dan kemudian melakukan urut-urutan perhitungan berikut : 1. Diameter puncak d Dalam Inchi dari persamaan d
=
dimana :
N P
N
= jumlah gigi
P
= puncak diametral
( ref. 6)
2. Lingkaran Puncak ρ dari persamaan
π
ρ=
P
dimana : P
= puncak diametral
( ref. 6 )
3. Kecepatan Garis Puncak V dalam feet per minute dari persamaan V =
πdn 12
dimana: d
= diameter puncak
n = putaran, rpm.
( ref. 6 )
4. Beban yang dipindahkan Wt dalam pound dari persamaan Wt =
33(10) 3 H V
H = Daya V = Kecepatan garis puncak
(ref. 6)
5. Faktor Kecepatan Kv Dari persamaan
Kv =
1200 1200 + V
= kecepatan garis puncak
( ref. 6 )
6. Lebar Muka Gigi Fdalam Inchi Dari Persamaan
F=
Wt P Kv Y σ ρ
dimana : Wt = Beban yang dipindahkan P = Puncak Diametral Kv = Faktor Kecepatan Y = Faktor Bentuk dari Lewis ( tabel 13.3 ) σρ = Tegangan Lentur
( ref. 6 )
Gambar 2.10 Bagian-Bagian Roda gigi
2.3.2
Pemilihan Sabuk Bergerigi Sabuk bergerigi merupakan dasar profil pahat pembuat gigi, pasangan
antara sabuk bergerigi dan puli bergerigi digunakan untuk merubah gerakan putar menjadi gerak lurus atau sebaliknya. Dalam perancangan suatu mesin pemilihan belt atau sabuk sangat diperhatikan. Karena ada beberapa bentuk dan ukuran yang masing-masing memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda. Dalam memilih sabuk haruslah yang sesuai dengan puli bergerigi dimana belt melekat, jika belt
dan puli bergerigi tidak sesuai maka akan terjadi slip antara belt dan puli bergerigi. Sabuk bergerigi yang kami pilih memiliki ukuran diameter 28 mm, lebar gigi 16 mm, tebal gigi 3,25 mm, jumlah gigi 19 dan lebar ruang 2,25 mm. Sabuk bergerigi ini memiliki beberapa kelebihan antara lain : 1. Ukurannya kecil sehingga cocok untuk pembuatan alat-alat dengan ukuran kecil. 2. Mudah untuk menstel kelonggaran atau kekencangan sabuk. 3. Harganya relatif murah.
Gambar 2.11 Sabuk Bergerigi 2.3.3
Rol Rol merupakan bagian yang ditempatkan pada sisi luar belt yang berfungsi
sebagai penekan sekaligus membantu roda gigi agar tidak slip dengan belt. Rol yang kami pilih berasal dari komponen tape dengan diameter roda1 cm. Umumnya setiap rol persinggungan pada permukaannya yang melengkung dengan berbagai kelengkungan dan gesekan gelinding yang rendah dibanding dengan gesekan luncur. Sedangkan perbedaannya adalah: 1. Cara persinggungannya sebagai contoh persinggungan titik pada suatu peluru terhadap permukaan atau persinggungan garis pada suatu rol terhadap permukaan.
2. Cara gerakan, baik pergerakan murni seperti roda jalan tanpa tenaga ataupun dengan tambahan gesekan seperti pada roda gigi atau pelubangan seperti peluru pada suatu poros langsung atau pucuk yang dibulatkan atau dalam kasus extrim tanpa gerakan. 3. Cara pembebanan, baik hanya tegak lurus terhadap bidang singgung seperti pada bantalan gelinding atau juga tangensial seperti pada roda jalan bertenaga atau pada roda gesek, selanjutnya apakah keadaan keadaan beban tenang, membesar atau berupa kejutan tetap. Keamanan lapisan dan pengarah dari beban gelinding baik berdasarkan gaya atau berdasarkan bentuk, karena sarang dan rel ataupun pinggirannya atau karna pita gelinding pemegang.( ref. 3 )
Gambar 2.12 Rol
2.3.4
Pemilihan Sensor Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran
fisik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu. Hampir seluruh peralatan elektronik yang ada mempunyai sensor didalamnya. Pada saat ini, sensor tersebut telah dibuat dengan ukuran sangat kecil
dengan orde nanometer. Ukuran yang sangat kecil ini sangat memudahkan pemakaian dan menghemat energi. Jenis-jenis sensor :
A.
Sensor Fisika Sensos fisika mendeteksi besaran suatu besaran berdasarkan hukum-
hukum fisika, contoh sensor fisika adalah sensor cahaya, sensor suara, sensor gaya, sensor kecepatan, sensor percepatan, sensor suhu.
B.
Sensor Kimia Sensor kimia mendeteksi jumlah suatu zat kimia dengan cara mengubah
besaran kimia menjadi besaran listrik. Biasanya melibatkan beberapa reaksi kimia. Contoh sensor kimia adalah sensor pH, sensor oksigen, sensor ledakan dan sensor gas.
Gambar 2.13 Sensor Cahaya
2.3.5
Gear Box Gear box merupakan tempat dimana sabuk dan gear bekerja, gear box
dibuat untuk melindungi rangkaian puli beserta sabuk agar tidak terkena kotoran
atau benda-benda yang dapat merusak sistem kerja suatu mesin. Gear box yang kami buat berasal dari bahan acrylic, karena bahan ini bersifat transparan sehingga kerja system puli bergerigi dan sabuk dapat terlihat dari luar.
Gambar 2.14 Gear Box
2.3.6
Pemilihan Motor Ukuran daya-mekanis motor dinyatakan dalam horse power ( hp ) atau
watt. Dua faktor penting yang menentukan output daya-mekanis adalah torsi dan kecepatan. Torsi adalah besarnya puntiran atau daya pemutar, sering dinyatakan dalam pound-feet (lb\ft). Kecepatan motor umumnya dinyatakan dalam putaran per menit (rpm).
horse power
=
kecepa tan ( rpm ) x torsi (lb \ ft ) 5252
( ref.10 )
Persentasi Torsi 300 c 200 100
a b ( ref.10 )
20
40
60
80
100
Persentasi Kecepatan
Gambar 2.15 Grafik Torsi Kecepataan Motor
Beberapa faktor penting yang ditunjukkan oleh grafik mencakup :
a. Torsi Start
: Adalah torsi yang dihasilkan pada
kecepatan nol.
B. Torsi Percepatan :
Adalah torsi minimum yang dihasilkan
selama percepatan dari keadaan diam sampai kecepatan kerja.
C. Torsi Patah
: Ini adalah torsi maksimum yang dapat
dihasilkan motor sebelum mogok (stalling).
Efisiensi daya dari motor listrik didefinisikan sebagai berikut :
Efisiensi (%) =
= Efisiensi
output input
( ref. 10 )
daya output outputdaya + rugi − rugi
Beban
90
Penuh
80
%
70
( ref.10 )
1
2
5
10
20
30
50
Hp
Gambar 2.16 Grafik Efisiensi Motor
Jadi untuk setiap motor, horse power tergantung pada kecepatan, makin lambat motor bekerja, makin besar torsi motor yang dihasilkan agar memberikan jumlah daya yang sama. Untuk mempertahankan torsi yang lebih besar, motor yang lambat memerlukan komponen yang lebih kuat dibanding dengan komponen dari motor kecepatan lebih tinggi untuk ukuran kerja yang sama. Motor yang lambat biasanya lebih besar, lebih berat, lebih mahal dibandingkan dengan motor yang cepat dengan ukuran kerja ekivalen. Besarnya torsi yang dihasilkan oleh motor biasanya kecepatannya berubah dan bergantung pada jenis dan desain motor. Terdapat tiga jenis motor motor listrik dalam hal perbedaan kelakuan dan penggunaannya.
I.
Motor DC Motor ini pengoperasiannya oleh arus listrik searah. Setiap motor memiiki
2 bagian dasar. a. Bagian yang tetap atau stasioner disebut stator, stator ini menghasilkan medan magnet baik yang dibangkitkan dari sebuah koil (elektromagnetik) ataupun medan magnet permanen. b. Bagian yang berputar disebut rotor, bagian ini berupa koil dimana arus listrik mengalir.
II.
Motor AC Motor ini pengoperasiannya oleh arus bolak balik. Kelemahan dari motor
ini adalah kurang mampu dalam menahan kelebihan beban hingga dua kali torsi rata-rata mereka.
III.
Motor Stepper Motor stepper adalah motor yang mengubah pulsa listrik yang menjadi
gerakan discert ( berlainan ) yang disebut step ( langkah ) i derajat per langkah motor dibutuhkan 360 pulsa untuk menggerakkan melewati satu putaran. Ukuran kerja dari stepper biasanya diberikan dengan jumlah langkah per putaran per detik. Motor stepper biasanya berkecepatan rendah dan torsi rendah memiliki kontrol gerakan posisi yang cermat. Operasi motor stepper sangat bergantung pada suplay daya yang membangkitkan pulsa, biasanya dimulai oleh komputer mikro. Komputer memulai sederetan pulsa untuk menggerakkan alat yang dikendalikan pada posisi apapun yang dikehendaki. Pada cara ini motor stepper memiliki kontrol gerakan posisi yang sangat cermat. Dengan terus menghitung pulsa yang diberikan, komputer dapat mengetahui secara tepat dimana posisi motor itu. Sistem pengendali motor stepper terdiri dari motor stepper dan paket penggerak yang berisi pengendali elektronis dan suply daya. ( ref.10 )
Gambar 2.17 Motor AC
2.3.7
Poros Poros disini berfungsi sebagai tempat melekatnya strip atap serta tempat
menopang puli bergerigi, dan Poros yang digunakan berjumlah tujuh buah yang terbuat dari bahan baja. Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Hampir setiap mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran, peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Menurut pembebanannya poros dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu poros transmisi, spindle dan garden. Dalam merencanakan sangatlah perlu untuk memperhatikan kekuatan dan pembebanan yang diterima poros. Untuk itu dalam merencanakannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.
Kekuatan Poros Pada poros transmisi akan mengalami beberapa pembebanan yaitu
beban puntir, beban lentur atau bisa terjadi pembebanan kedua-duanya.
b.
Kekakuan Poros Walau poros memiliki kekuatan yang cukup tinggi, jika defleksi
atau puntiran terlalu besar maka akan mengakibatkan ketidakstabilan getaran dan suara.
c.
Putaran Kritis Putaran kritis terjadi jika putaran mesin dinaikkan pada putaran
tertentu dan mengakibatkan terjadi getaran yang cukup besar. Hal ini sangatlah tidak diinginkan karena dapat merusak porosnya sendiri juga dapat merusak komponen lainnya. Untuk itu putaran kerja mesin harus dibawah putaran kritis.
d.
Korosi
Dalam perancangan perlu diperhatikan penggunaan bahan. Hal ini untuk mencegah terjadinya korosi dengan cepat pada poros.
e.
Bahan Poros Poros untuk mesin pada umumnya terbuat dari bahan baja yang
ditarik dingin dan didefinisi. Baja karbon konstruksi mesin yang dihasilkan dari ingot yang dioksidasikan dengan ferrosilicon dan dicor, maka kadar karbonnya terjamin. Poros untuk meneruskan putaran yang tinggi dan beban yang berat dibuat dari paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Bahan untuk paduannya antara lain baja khrom, nikel, molibdem, baja khrom dan masih banyak lagi.(ref.11) Daya rencana : pd = fc.P atau pd =
(T / 1000)(2π / 60) 102
Dimana : fc
= faktor koreksi
P
= daya motor
T
= momen puntir
N1
= putaran poros (rpm)
Momen puntir T = 9,74 . 105
2.3.8
pd n1
( ref. 11 )
Baut Untuk konstruksi yang tidak permanen dalam penyambungan biasanya
menggunakan sambungan baut. Dimana sambungan baut terdiri dari sebuah poros
dengan bentuk ulir yang kemudian ditanamkan kedalam elemen itu sendiri atau dikunci dengan mur. Selain itu baut juga memiliki tingkat kemudahan dalam pemasangan. Baut memiliki tiga tipe :
a.
Through Bolt Merupakan tipe baut yang berupa batang berbentuk silinder yang
kedua bagian ujungnya dibuat ulir sebagai tempat dudukan dari mur.
b.
Tap Bolt Sebuah baut yang salah satu ujungnya dimasukkan kedalam lubang
dan menyambung tanpa menggunakan mur. c.
Studs Baut yang berupa batang bulat yang kedua ujungnya dibuat ulir,
dimana ujung yang satu dimasukkan kedalam lubang tap dan ujung satunya sebagai dudukan dari mur. ( ref..6 )
Gambar 2.18 Jenis-Jenis Baut
Gambar 2.19 Variasi Kepala Baut
2.3.9
Pengelasan Mengelas adalah salah satu cara menyambung dua bagian logam secara
permanen dengan menggunakan tenaga panas. Tenaga panas ini diperlukan untuk mencairkan bahan dasar yang akan disambung dan kawat las sebagai bahan pengisi. Setelah dingin dan membeku, terbentuklah ikatan yang kuat dan permanen. Dalam konstruksi yang mengunakan bahan baku logam, hampir sebagian besar sambungan-sambungannya dikerjakan dengan cara pengelasan. Sebab dengan cara ini dapat diperoleh sambungan yang lebih kuat dan lebih ringan dibandingkan dengan keling, juga disamping itu proses pembuatannya lebih sederhana. Dewasa ini teknologi pengelasan telah berkembang begitu pesat lebih dari 40 jenis pengelasan telah dikenal orang dan digunakan dalam praktik penyambungan logam. Karena begitu banyak jenis pengelasan maka dibuatlah klasifikasi menurut cara pelaksanaan pengelasan dan proses : a. Las Lumer (cair) b. Las Tahanan Listrik
c. Las Solder Atau Brazing
2.3.9.1 Las Lumer Pada proses las cair bahan dasar dan kawat las dipanaskan hingga keduanya mencair dan berpadu satu sama lain. Untuk jenis sambungan tertentu las cair ini kadang tidak diperlukan kawat las, sehingga yang dicairkan hanyalah bagian bahan dasar yang akan disambungkan saja. Las gas adalah cara pengelasan dimana panas yang digunakan untuk pengelasan diperoleh dari nyala api pembakaran bahan bakar gas dengan oksigen (zat asam). Bahan bakar gas yang biasa digunakan pada pengelasan gas adalah gas asitelin (gas karbit). Untuk pekerjaan yang tidak memerlukan suhu terlalu tinggi digunakan jenis gas lain, misalnya propan , gas alam (methan) dan LPG (liquid petroleum gas). Gas tersebut memiliki nilai panas lebih rendah dari gas asitelin. Las gas yang menggunakan bahan bakar asitelin lebih popular disebut las asitelin atau las oksi-asitelin atau las karbit. Las asitelin adalah cara pengelasan dengan menggunakan nyala api yang didapat dari pembakaran gas asitelin dan oksigen.
2.3.9.2 Las Tahanan Listrik Las listrik atau las busur adalah cara pengelasan dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panasnya. Las tahanan listrik adalah cara pengelasan dengan mengunakan tahanan listrik yang terjadi antara dua bagian logam yang akan disambungkan. Cara pengelasan ini digunakan pada alas titik, las tekan atau las roll. Beberapa macam proses las yang termasuk pada kelompok las ini adalah : a. Las listrik elektroda karbon. b. Las listrik dengan elektroda berselaput. c. Las listrik TIG (tungsten inert gas). d. Las listrik MIG (metel inert gas). e. Las listrik busur rendam.
2.3.9.3 Solder atau Brazing Penyolderan adalah cara penyambungan logam dibawah pengaruh penyaluran panas dengan bantuan logam penyambung yang memiliki ttitik lebur rendah dari pada logam yang akan disambungkan. Pada proses solder atau brazing, hanya bahan penyambung saja yang dicairkan, sedang bahan dasarnya dipanaskan sampai suhu cair bahan penyambung tersebut. Sebagai alat pemanas untuk penyolderan ini dapat digunakan pipa hembus, pemanas listrik, atau alat pembakar yang biasa digunakan dalam las gas (las asitelin). Pelapisan permukaan (mempertebal permukaan) termasuk juga proses pengelasan, bahan pelapis yang dilapiskan pada permukaan benda dapat berupa kawat las atau serbuk las. (ref 12)
2.4 Perancangan 2.4.1
Arti Perancangan Perancangan merupakan usaha lanjut dari merencana, merencana berarti
merumuskan suatu rencana dalam memenuhi kebutuhan manusia. Dimana manusia setaip harinya melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan, untuk memudahkan kebutuhan diutarakan dengan jelas. Kita dapat melihat contoh dalam kehidupan yang kita hadapi setiap saat, misalkan saja suatu keinginan yang berbeda dalam memilih tempat berlibur. Dan mengambil suatu keputusan harus mempertimbangkan waktu, jarak, biaya, perjalanan, biaya inap dan juga harus bisa mencofer keinginan dari semua anggota keluarga. Berbeda dengan persoalan ilmiah atau matematika, dimana persoalan perencanaan tidak memiliki jawaban yang khas. Dan hal ini sangat mustahil untuk mengharapkan suatu jawaban yang tepat atas permasalahan perencanaan. Pada kenyataannya jawaban yang tepat pada saat sekarang bisa jadi besok menjadi jawaban yang tidak baik. Hal ini dikarenakan adanya suatu permasalahan yang menyebabkan terjadinya perubahan sehingga menuntut pula suatu keputusan yang sesuai dengan kondisi terakhir. Suatu persoalan perencanaan memiliki maksud yaitu suatu kreasi atas suatu yang memiliki kenyataan fisik. Perencanaan dalam
bidang teknik menyangkut suatu proses dimana prinsip-prinsip ilmiah dan alat teknik seperti matematika, komputer, grafik, dan bahasa dalam menghasilkan suatu rancangan yang kalau dilaksanakan akan bisa memenuhi kebutuhan manusia.
2.4.2
Perancangan Teknik Mesin Perancangan teknik mesin merupakan suatu sistem yang berkaitan dengan
bidang mesin, struktur, produk, alat-alat dan lain sebagainya.pada umumnya perencanaan teknik mesin mempergunakan matematika, ilmu bahan dan ilmu mekanika teknik. Untuk perencanaan mesin perencana harus menguasai disiplin ilmu yang mendasari bidang permesinan misalkan saja tentang ilmu fluida panas dan lain sebagainya.
2.4.3
Tahap Perancangan Sebelum kita memulai suatu perencanaan dalam diri kita akan timbul
beberapa persoalan serta pertanyaan bagaimana kita akan memulainya. Untuk itu kita perlu membuat suatu bagan sebelum kita memulai suatu perencanaan.
Pengenalan kebutuhan
Perumusan masalah
Sintesa
Analisa optimasi
Evaluasi
Penyajian
Gambar 2.20 Diagram Tahap Perencanaan
2.4.4
Evaluasai Dan Penyajian Sebelum kita memutuskan secara final dari suatu rencana, terlebih dahulu
kita mengevaluasi rencana tersebut. Evaluasi sangat penting karena evaluasi
merupakan tahap akhir dalam suatu perencanaan. Dengan evaluasi kita akan mengetahui apakah rencana ini sudah memenuhi kebutuhan yang menjadi tuntutan dalam masyarakat. Dengan begitu seandainya belum memenuhi dari keinginan kita dalam perencanaan maka kita perlu mengadakan langkah-langkah ulang dari awal, dan seandainya sudah memenuhi keinginan maka kita bisa teruskan dalam bentuk penyajian. Penyajian merupakan suatu cara untuk menyampaikan hasil perencanaan kepada publik atau orang lain.
2.4.5
Pertimbangan Perencanaan Dalam merencanakan kita sangatlah perlu memperhatikan hal-hal yang
bisa mempengaruhi pada suatu yang kita rencanakan. Apabila kita lupa akan hal tersebut maka bisa saja terjadi kegagalan pada perencanaan itu sendiri. Faktor-faktor ini sangat berkaitan dengan sifat yang mempengaruhi dari elemen itu sendiri. Kadang jika kekuatan dari suatu elemen merupakan factor yang paling penting dalam mencari dari geometri dan ukuran dari elemen tersebut. Selain dari kekuatan juga masih banyak faktor-faktor lainnya misalkan saja : kekuatan, keandalan, pertimbangan panas, korosi keausan, gesekan pembuatan, kegunaan, kekakuan dan masih banyak lagi faktor-faktor yang mempengaruhinya.
( ref..11 )