KHDTK Carita
Cakupan bahasan A. Status B. Progres C. Permasalahan
status
Landasan hukum : SK. Menhut No. 290/Kpts-II/2003 tanggal 26 Agustus 2003 Lokasi : Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten RPH Carita dan RPH Pasauran, BKPH Pandeglang, KPH Banten, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat Luas : 3.000 ha
Koordinat : 0608’ - 06014’ LS dan 105050’ - 105055’ BT
Kronologis penataan dan pengelolaan KHDTK Carita 1915 Kompleks hutan Gunung Aseupan ditunjuk sebagai kawasan hutan 1938 Kawasan Carita dijadikan sebagai Recreatie bos (Hutan wisata) 1955 Balai Penyelidikan Kehutanan Bogor menggunakannya sebagai lokasi riset. Dilakukan pembangunan koleksi pohon famili Dipterocarpaceae 1978 Kawasan hutan pantai Carita ditunjuk sebagai Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 440/Kpts/Um/7/1978 tanggal 1 Juli 1978, seluas 95 ha 1990 Pemberian Hak Pengelolaan pariwisata Alam selama 20 (dua puluh) tahun pada 9 lokasi TWA di Pulau Jawa kepada Perum Perhutani berdasarkan Keputusan Menteri kehutanan No. 284/Menhut-II/1990 tanggal 4 Juni 1990 (salah satunya TWA Carita).
1993 Penunjukan beberapa lokasi di kawasan hutan sebagai kebun percobaan dan pos penelitian pada kawasan yang dikelola Perum Perhutani melalui SK Menteri Kehutanan No. 569/Kpts-II/1993 tanggal 29 September 1993. Salah satu lokasi yang ditunjuk adalah Carita Banten tepatnya di RPH Cirata BKPH Pandeglang 1995 Penetapan blok pengelolaan TWA Carita melalui SK Dirjen PHPA No.42/Kpts/DJVI/1995 seluas 30 Ha menjadi Blok Pemanfaatan dan sisanya merupakan blok perlindungan 1999 Kerjasama riset antara Perum Perhutani, Universitas Gadjah Mada dan ITTO dalam pengembangan tanaman Meranti 2003 Penunjukan Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) seluas ±3.000 ha berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 290/Kpts-II/2003 2006 Penataan batas KHDTK Hutan Penelitian Carita oleh BPKH XI Yogyakarta
Rute dari Bogor ke KHDTK Carita
Peta zonasi KHDTK Carita
Penutupan lahan
Batas Wilayah :
TWA Carita, Desa Jaya Mekar & Desa Citaman (Timur), Desa Sukarame & DesaSukanegara (Barat), Desa Cinoyong (Utara), Desa Sindang Laut (Selatan) Kondisi biofisik : Jenis tanah : aluvial kelabu dengan bahan induk endapan liat. Secara umum sifat fisik tanah aluvial adalah tekstur liat, struktur pejal, konsistensi teguh (lembab), plastis (basah), keras (kering) tanpa batas horizon, warna kelabu hingga coklat, tanpa solum sampai bersolum sedang. Sifat kimianya adalah bahan organik rendah, kejenuhan basa sedang hingga tinggi, adaptasi tinggi, kemasaman bervariasi dan permeabilitasnya rendah (Badan Litbang Kehutanan, 2005). Topografi : landai sampai curam (10 - 35%) Ketinggian tempat : sampai 100 m dpl (Carita I dan II); sebagian di atas 100 m dpl Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, tipe curah hujan adalah tipe A. Suhu : 23oC – 32oC. Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3.950 mm. Kelembaban nisbi rata-rata : 77% - 85%
Vegetasi tanaman Dipterocarpaceae Khaya sp. Swietenia sp. Nyamplung Gaharu Rimba campuran lainnya
Fauna Berbagai jenis burung Mamalia
Kegiatan penelitian Introduksi jenis Evaluasi hasil introduksi jenis pohon hutan Potensi penyerapan karbon oleh jenis pohon hutan Model pertumbuhan beberapa jenis pohon hutan Konservasi jenis-jenis Dipterocarpaceae Hama pemyakit beberapa jenis pohon hutan Kajian dan penerapan model-model agroforestry Aneka Usaha kehutanan Penanaman pohon gaharu dan rotan jernang Kegiatan non-penelitian Pemasangan papan nama pohon/papan peringatan Pembibitan sederhana Rekonstrksi batas luar Pemeliharaan batas petak Pengamanan
Sarana prasarana Rumah Dinas Guest House Kendaraan roda dua
Self Assessment Kriteria dan Indikator Berdasar SK Kabadan Litbang No. SK. 49/VIIISET/2010 Kriteria dan Indikator Pengelolaan KHDTK Carita (Terlampir)
Hasil Perhitungan Kriteria dan Indikator Berdasar SK Kabadan Litbang No. SK. 49/VIII-SET/2010 No
Kriteria
Jumlah Nilai
Indikator
Nilai Indikator Tertimbang
1.
I
24
12
16,00
2.
II
27
13
18,00
3.
III
5
3
3,33
56
28
37,33
Total
Termasuk Katagori kurang (20 - 60).
progres
Upaya Peningkatan Katagori Pengelolaan KHDTK Carita
RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN PENGELOLAAN KHDTK CARITA TAHUN 2011 – 2014 DALAM MENYONGSONG SFM (TERLAMPIR)
DRAF PROTOKOL NOMOR : ………. TENTANG PENGAMANAN KHDTK CARITA PENDAHULUAN Umum Tujuan Dasar Hukum II. ISTILAH-ISTILAH III. PROSEDUR Tindakan Pre-emtif Tindakan Preventif Tindakan Represif I.
(TERLAMPIR)
permasalahan
Terdapat 29 KK menempati areal KHDTK (petak 16 di Carita I) Pencurian kayu → proses secara hukum Pembangunan Route SUTT dan Tower 150 KV AsahimasMenes yang melewati KHDTK → sudah dilaporkan kepada Kepala Badan Pengamanan → patroli secara rutin dengan melibatkan masyarakat dan instansi terkait Terbatasnya anggaran Tata batas belum temu gelang Usulan Pemprov Banten mengenai Tahura
Tata Batas KHDTK Carita BPKH
Wilayah XI Jawa Madura melaksanakan tata batas pemanfaatan kawasan untuk KHDTK Carita pada November 2006. Panjang batas KHDTK Hutan Penelitian Carita yang ditata batas sepanjang 23.642,90 meter dari panjang batas seluruhnya sepanjang 42.000 meter dengan jumlah pal batas 220 buah. Rencana penyelesaian tata batas pada tahun 2012.
Tugas Timdu penelitian usulan perubahan fungsi HP (KHDTK Carita) dan TWA Carita menjadi TAHURA (Kepmenhut No. SK.95/Menhut-II/2011 1.
2. 3. 4.
5. 6.
Pengumpulan data & informasi sekunder Kajian pustaka (desk study) Pengumpulan data primer di lapangan. Pemilahan, pengolahan dan analisis data primer Pembahasan dan perumusan hasil penelitian Perumusan rekomendasi
Hutan Dengan Tingkat Gangguan Tinggi (Plot I = Petak 1)
Hutan Dengan Tingkat Gangguan Sedang (Plot II = Petak 72)
Hutan Dengan Tingkat Gangguan Ringan (Plot III = Petak 13)
Kesimpulan Hasil Timdu 1. Berdasarkan aspek biofisik, teknis, sosial-ekonomi-budaya,
hukum & kelembagaan, faktor yg menguatkan terbentuknya TAHURA Carita : a. Merupakan ekosistem hutan dataran rendah untuk koleksi tumbuhan. b. Keindahan alam potensial untuk pengembangan jasling c. Usulan perubahan fungsi kawasan Hutan menjadi TAHURA memenuhi persyaratan Kepmenhut No. P.34/Menhut-II/2010 d. Dukungan Gubernur Banten (surat No. 078/2434HUTBUN/2010) e. Dukungan Kepala Balitbang (surat No. S.4/VIII-P3KR/2011, Dirjen PHKA (surat No. S.7/IV-KK/2011. f. RTRWP Banten 2010 – 2030, ditetapkan Kawasan Strategis untuk kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup.
Lanjutan 2. Terdapat beberapa faktor kendala pembangunan TAHURA: a. Penggarapan lahan akibat ketergantungan masyarakat terhadap hutan untuk kebutuhan hidup. b. Potensi konflik dengan masyarakat yang menjadi KTH dalam program PHBM yang pernah dikembangkan oleh Perum Perhutani
Rekomedasi Timdu 1. Berdasarkan hasil penelitian dan pertimbangan Timdu: KHDTK Carita & TWA Carita yang layak diubah fungsi menjadi TAHURA ± 1.590 ha. Sedangkan ± 1.425 ha tetap KHDTK Carita. 2. Percepatan perubahan fungsi kawasan Hutan tersebut dengan syarat & pertimbangan addendum Kepmenhut No. 290/Kpts-II/2003 & No. 291/Kpts-II/2003 ttg penunjukan KHDTK Hutan Carita seluas ± 3.000 ha. 3. Pengelolaan TAHURA Carita harus diikuti dengan pembentukan Lembaga Kolaboratif TAHURA 4. Plot gaharu dan kantor/mess KHDTK tetap masuk dalam KHDTK