PENGARUH PEMBERIAN METANIL YELLOW PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ESOFAGUS MENCIT BALB/C
JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana strata-1 Kedokteran Umum
Di susun oleh : ELIZABETH FLORENTINA C I D 22010110120127
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014
THE EFFECT OF METANIL YELLOW EXPOSURE WITH GRADED DOSAGES TO MICROSCOPIC IMAGES FOR 30 DAYS ON BALB/C MICE’S ESOPHAGUS. Elizabeth Florentina C I D1, Farmaditya Eka Putra M2 ABSTRACT
Background: Methanyl yellow is a synthetic dye powder with a brownishyellow color. It is water and alcohol soluble and is usually used as a dying agent for textile, paper, etc. However, in Indonesia, this chemical is often misused to color many food products. Methanyl yellow is an industrial chemical that has an irritant quality. If inhaled, it can cause an allergic reaction that induces coughing and difficulty in breathing. If ingested, this chemical can cause gastro-intestinal discomfort and food poisoning. This research is focused on its effect on the gastro-intestinal system, mainly the esophagus. Purpose: To knowing the histopathological outcome caused by administrations of methanyl yellow in increasing doses for 30 days on the esophagus of laboratory mice (Mus musculus BALB/c). Method: The method used in this research is true experimental with a post test only controlled group design. The sample consisted of 20 individual laboratory mice that meet the inclusion and exclusion criteria. These mice were then adapted and divided into four groups: the control group (K) that was only given standard food and drink, experimental group that was given methanyl yellow orally with a dose of 1,050 mg/kgBB (P1), 2,100 mg/kgBB (P2), and 4,200 mg/kgBB (P3) for 30 days. On the 31st day, the samples were terminated and their esophagi were harvested to be histopathologically examined. Result: The mean value of damage to the mucosa of the esophagus is the highest in the 1st experimental group (P3). Using Kruskal-Wallis nonparametric test, there is no significant difference calculated in this experiment (p = 0.274). Conclusion: The oral administrations of methanyl yellow in increasing doses for 30 days did not show a significant mucosa alteration to the esophagi of laboratory mice (Mus musculus BALB/c). Key Words: methanyl, yellow, increasing, doses, histopathologic, esophagus 1) 2)
Student of Faculty of medicine Diponegoro University, semarang
Staff on Histology departement faculty of medicine Diponegoro University, semarang
PENGARUH PEMBERIAN METANIL YELLOW PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ESOFAGUS MENCIT BALB/C Elizabeth Florentina C I D1, Farmaditya Eka Putra M2 ABSTRAK
Latar Belakang : Metanil yellow adalah bahan pewarna sintetik berbentuk serbuk, bewarna kuning kecoklatan, bersifat larut dalam air dan alkohol, umumnya digunakan sebagai pewarna pada tekstil, kertas, dll. Namun di Indonesia banyak disalahgunakan untuk mewarnai berbagai jenis pangan. Metanil yellow yang merupakan bahan kimia industri bersifat iritan, apabila terhirup dapat menyebabkan reaksi sensitisasi, batuk, dan kesulitan bernapas. bila tertelan dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada saluran pencernaan. Dalam penelitian ini dikhususkan pada organ esofagus.
Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian Metanil yellow dosis bertingkat selama 30 hari terhadap gambaran histopatologis esofagus mencit balb/c.
Metode : Penelitian ini berjenis true experimental dengan rancangan post test only controlled group design. Sampel sebanyak 20 ekor mencit balb/c yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan diadaptasi lalu dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok control (K) yang hanya diberi makanan dan minuman standar, kelompok perlakuan diberi Metanil yellow peroral dengan dosis 1050mg/kgBB (P1), 2100mg/kgBB (P2), dan 4200mg/kgBB (P3) selama 30 hari. Pada hari ke 31, mencit diterminasi dan diambil organ esofagusnya untuk dilakukan pemeriksaan histopatologis. Hasil : Nilai rerata jumlah kerusakan mukosa esofagus tertinggi pada perlakuan 3. Dengan uji non parametrik Kruskal-Wallis tidak diperoleh perbedaan yang bermakna pada hasil data penelitian (p=0,274). Kesimpulan : Pemberian Metanil yellow peroral dosis bertingkat selama 30 hari tidak menunjukan perubahan mukosa yang bermakna pada esofagus mencit balb/c. Kata kunci : Metanil yellow dosis bertingkat, histopatologis esofagus 1)
Mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang
2)
Staf Pengajar Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universita Diponegoro, Semarang
PENDAHULUAN Metanil Yellow adalah pemberi warna kuning, yang digunakan untuk industri tekstil dan cat. Bentuknya bisa berupa serbuk, bisa pula berupa padatan. Biasanya digunakan secara illegal pada industri mie, kerupuk dan jajanan berwarna kuning mencolok. Pemakaian zat ini pada makanan jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut.12 Secara umum, efek yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan pewarna sintesis adalah terjadinya gangguan fungsi hati baik akut maupun kronis, kanker hati, kanker usus, dan ginjal. Metanil yellow sendiri merupakan salah satu pewarna azo yang telah dilarang digunakan dalam pangan. Senyawa ini bersifat iritan sehingga jika tertelan dapat menyebabkan iritasi saluran cerna. Metanil yellow yang sebenarnya berfungsi sebagai indikator dalam larutan, obat-obatan dan dapat menyebabkan mual, muntah, edema paru, nekrosis hati, gangguan ginjal dan kanker saluran urin.6 Esofagus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang memiliki fungsi utama menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung. Esofagus memiliki panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 2 cm, yang terbentang dari hipofaring hingga kardia lambung.8 Epitel pada esofagus memiliki fungsi utama untuk melindungi jaringan di bawahnya. Lamina propria merupakan jaringan ikat yang terdiri dari serat kolagen dan elastin serta pembuluh darah dan saraf. Pada bagian mukosa terdapat kelenjar
mukosa, kelenjar mukosa ini menghasilkan mukus untuk lubrikasi jalannya makanan di dalam esofagus. Selain itu sekresi dari kelenjar esofagus ini sangat penting untuk pembersihan dan pertahanan jaringan terhadap asam. Karena Metanil Yellow bersifat asam, ada kemungkinan bahwa esofagus tahan terhadap Metanil Yellow.20 Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Metanil yellow dosis bertingkat selama 30 hari terhadap gambaran histopatologis esofagus mencit balb/c.
METODE Penelitian ini merupakan penelitian true eksperimental dengan desain yang dipakai adalah post test only controll group design. Besar sampel ditentukan berdasarkan kriteria WHO, setiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 binatang coba. Penelitian ini menggunakan 20 ekor mencit balb/c usia 2-3 bulan yang sehat dan tidak tampak abnormalitas anatomis. Mencit balb/c tersebut dibagi ke dalam 3 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol yang ditentukan secara acak. Kelompok kontrol (K) hanya diberi pakan standar ad libitum, sedangkan ketiga kelompok perlakuan (P1, P2, P3) selain diberikan pakan standar juga diberikan metanil yellow peroral dosis bertingkat yang diberikan pada mencit balb/c sesuai kelompoknya. Akuades pada kelompok kontrol, 1/4x dosis subletal pada kelompok 1, 1/2x dosis subletal pada kelompok 2, 1x dosis subletal pada kelompok 3. Volume metanil yellow dosis
bertingkat diukur dengan spuit 1 cc (tuberculin). Setelah itu dicampur dengan akuades hingga 1 ml dan diberikan per sonde selama 30 hari.. Kelompok perlakuan 1 (P1) 1050 mg/kgBB/hari, kelompok perlakuan 2 (P2) 2100 mg/kgBB/hari, dan kelompok perlakuan 3 (P3) 4200mg/kgBB/hari. Pada hari ke 31 mencit balb/c diterminasi, selanjutnya dilakukan pembedahan, pembuatan dan pemeriksaan preparat mikroskopis esofagus. Organ esofagus dari mencit diproses secara mikroteknik dan dilakukan pengecatan menggunakan HE. Masing-masing preparat dibaca pada 5 lapangan pandang, dengan perbesaran 400x. Data yang dikumpulkan berupa data primer hasil pengamatan gambaran mikroskopis esofagus mencit balb/c, kemudian dinilai index histopatologinya menggunakan scoring Barthel-Manja. HASIL PENELITIAN Karakteristik sampel penelitian Karakteristik sampel penelitian berupa data skor kerusakan mukosa esofagus dapat dilihat pada Tabel 1. Kerusakan Mukosa Kelompok Mean
Standar Deviasi
Kontrol
1,2
0,4
P1
1,2
0,4
P2
1,6
0,5
P3
2,0
1,0
Tabel 1 menunjukkan hasil rata-rata perubahan gambaran histopatologi mukosa esofagus mencit balb/c. Kelompok perlakuan 3 (2,0) dengan rata-rata tertingi dan kelompok kontrol (1,2) dan kelompok perlakuan 1 (1,2) yang memiliki rata-rata lebih rendah dibanding kelompok lain
Analisis Data Rerata skor gambaran histopatologi kerusakan mukosa esofagus mencit balb/c dilakukan uji normalitas menggunakan Shapiro-wilk. Hasil uji analisis didapatkan bahwa distribusi data tidak normal, selanjutnya data diuji dengan uji Kruskal-Wallis karena syarat uji parametrik tidak terpenuhi. Hasil uji KruskalWallis didapatkan p< 0,274 yang menunjukkan analisa statistik tidak terdapat perbedaan gambaran histologis esofagus mencit balb/c yang bermakna antar kelompok. Maka dari itu tidak dilanjutkan dengan uji analisis Mann-Whitney.
Hasil Pembacaan Preparat Esofagus
Epitel Normal Esofagus
Deskuamasi Epitel Esofagus
Erosi Epitel Esofagus
Pada kelompok perlakuan ditemukan perubahan histopatologis berupa deskuamasi dan erosi pada mukosa esofagus, namun perubahan yang ditemukan setelah diuji menggunakan analisis statistik tidak memberikan perubahan yang bermakna.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, terlihat adanya perubahan histopatologi berupa deskuamasi dan erosi pada kelompok perlakuan. Pemberian Metanil yellow dengan dosis bertingkat pada kelompok P1 1050 mg/kgBB/hari, kelompok P2 2100 mg/kgBB/hari, dan kelompok P3 4200 mg/kgBB/hari,
memperlihatkan perubahan pada
gambaran histopatologis
esofagus mencit balb/c jantan usia 2-3 bulan dalam masing-masing kelompok. Namun begitu ditemukan perubahan histopatologi berupa deskuamasi dan erosi pada kelompok perlakuan. Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 30 hari, yang terjadi hanya pada tahap akut tidak sampai pada tahap kronik. Namun
perbedaan/perubahan tersebut tidak bermakna setelah diuji menggunakan analisis statistik. Hal itu mungkin disebabkan oleh beberapa hal. Epitel pada esofagus memiliki fungsi utama untuk melindungi jaringan di bawahnya. Lamina propria merupakan jaringan ikat yang terdiri dari serat kolagen dan elastin serta pembuluh darah dan saraf. Pada bagian mukosa terdapat kelenjar mukosa, kelenjar mukosa ini menghasilkan mukus untuk lubrikasi jalannya makanan di dalam esofagus. Selain itu sekresi dari kelenjar esofagus ini sangat penting untuk pembersihan dan pertahanan jaringan terhadap asam. Karena Metanil Yellow bersifat asam, ada kemungkinan bahwa esofagus tahan terhadap Metanil Yellow.20 Esofagus sendiri memiliki berapa mekanisme pertahanan. Mukus yang disekresi oleh kelenjar komposita pada esofagus bagian atas dapat mencegah ekskoriasi mukosa oleh makanan atau bahan kimia yang baru masuk, sedangkan kelenjar komposita dekat perbatasan esofagus lambung melindungi dinding esofagus dari pencernaan oleh getah lambung yang mengalami refluks ke esofagus bawah. Sel epitel pada esofagus merupakan salah satu organ yang memiliki sel labil. Sel labil ialah sel yang mempunyai kemampuan regenerasi (penggantian sel atau jaringan yang mengalami kerusakan oleh sel yang sama fungsinya) dan kecepatan pengembalian yang tinggi sehingga sel-sel yang hilang akan cepat diganti.8,21 Berdasarkan analisis uji beda pada penelitian ini didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok-kelompok perlakuan. Hasil ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sakar dan Gosh pada tahun 2012. Sakar
dan Gosh melakukan penelitian dengan memberikan Metanil yellow kepada tikus albino dengan paparan selama 30 hari, dan selama 45 hari. Hasil penelitian Sakar dan Gosh menunjukkan adanya perubahan struktur histopatologi yang signifikan pada testis akibat pemberian Metanil yellow peroral. Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian Sakar dan Gosh diduga karena perbedaan organ yang diteliti.
KESIMPULAN a. Pemberian metanil yellow peroral dosis 1050 mg/KgBB/hari, 2100 mg/KgBB/hari, 4200 mg/KgBB/hari selama 30 hari memperlihatkan perubahan deskuamasi dan erosi pada gambaran histopatologi esofagus mencit balb/c, namun analisis data secara statistik tidak ditemukan perubahan bermakna antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. b. Ditemukan perubahan pada gambaran histopatologis esofagus mencit balb/c antar kelompok perlakuan, namun analisis secara statistik tidak ditemukan perubahan bermakna.
Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis yang beredar di masyarakat dengan waktu yang lebih lama untuk memberikan pengaruh kronik pada pemberian Metanil yellow jangka panjang. 2. Menambahkan
studi
epidemiologi
keracunan
atau
ditimbulkan efek pewarna (Metanil yellow) di masyarakat.
sakit
yang
DAFTAR PUSTAKA 1. Winarno FG. Bahan tambahan makanan dan kontaminan. Jakarta: PT. Gramedia, 1994 : 21-30,35-6,67-71. 2. Winarno FG. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1995 : 183-9. 3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88. 4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/99. 5. SK Menteri Kesehatan RI No.239/Menkes/Per/V/85 6. Irdawati, Pengaruh Jumlah Starter dan Waktu Fermentasi Terhadaap Pigmen yang Dihasilkan oleh Monascus purpureus pada Limbah Ubi Kayu (Manihot utillisima).2010 7. http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2011/10/15/korelasi-zatkarsinogen-dengankanker-403744.html, Sumber : Halo Cipto ( Instalasi PKRS), (www.rscm.co.id) 8. Guyton, A.C. and John, E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. 9. Toxicological Effect of Metanil Yellow on the Testis of Albino Rat, R. Sakar , A. R. Gosh (2012) 10. Buku Diktat Anatomi Situs Abdominis Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 11. Sultana MH Faradz, Soejoto, Soetedjo, Bambang W, Neni S, Ratna DP, Akhmad I. Lecture Notes Histologi 2 Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. (2011)
12. Agustina, Arini. Analisis Pewarna Buatan Pada Selai Roti Yang Bermerek Dan Tidak Bermerek Yang Beredar Di Kota Medan Tahun 2013. (sumber: repository.usu.ac.id) 13. Astina Aritonang. pelaksanaan higiene sanitasi pengolahan dan pemeriksaan zat pewarna metanil yellow pada hasil industri pengolahan tempe yang dijual di pasar sei sikambing kota medan tahun 2012 (sumber : repository.usu.ac.id) 14. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1 Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC . hal 412 15. Tjahjono, Bambang ED, Kasno-Awal P, Udadi S-Indra W.Pedoman Kuliah Mahasiswa Patologi Anatomi 2. Semarang; Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang; 2011, hal 74-75 16. Robert K. Murray, Daryl K. Granner, Victor W. Rodwell. Biokimia Harper, Edisi 27. Jakarta; EGC; 2006 17. Barthel M, Hapfelmeier S, Quintanilla ML, Kremer M, Rohde M, Hogardt M, et al. Pretreatment of mice with streptomycin provides a Salmonella enterica serovar typhimurium colitis model that allows analysis of both pathogen
and
host.
Available
from
http://iai.asm.org/egi/content/full/71/5/2839/ 18. Sudigdo S, Sofyan I. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinia, Edisi 2. Jakarta; Sagung Seto; 2002 19. Robbins, Stanley L/ Vinay Kumar. Buku Ajar Patologi I, Edisi 4. Jakarta; EGC; 1995 20. Seiden AM. Esophageal disorder. In : Paparella MM, Shunmrick DA, eds. Otolaryngology. 3rd edition. Vol 3. : WB Saunders, 1991 :2439-69.
21. Underwood, JCE. Patologi Umum dan Sistematik I. Jakarta; EGC; 1999 22. Orlando RC. Esophageal mucosal defense mechanisms. Goyal & Shaker GI Motility
Online.
Published
16
May
2006.
Available
from:
http://www.nature.com/gimo/contents/pt1/full/gimo15html. 23. Orlando RC. Mucosal Defense in Barrett’s Esophagus. In: Sharma P,Sampliner R, eds. Barrett’s esophagus and esophageal adenocarcinoma. 2nd edition. UK: Blackwell, 2006 ; 62-7.