PENGEMBANGAN MODEL PEMBIASAAN PADA PEMBELAJARAN AGAMA HINDU DI SLB/C KEMALA BHAYANGKARI TABANAN DALAM MENUMBUHKAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh : Ni Wayan Sumiyantari
[email protected] Pembimbing I Dr. Drs. I Ketut Tanu, M.Si Pembimbing II Drs. I Nyoman Temon Astawa, M.Pd ABSTRAK Penyelenggaraan pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan berbeda dengan sekolah umum lainnya karena tidak menekankan pada pemahaman materi pelajaran tetapi lebih menekankan pada proses pembiasaan. Fenomena yang terjadi di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan adalah model pembiasaan dikembangkan pada pembelajaran agama Hindu di seluruh jenjang pendidikan SLB/C karena kondisi siswa yang mengalami keterbelakangan mental sehingga pada jenjang SMPLB dan SMALB tidak bisa dikembangkan model penguatan seperti sebagaimana mestinya pada sekolah umum. Persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan adalah rendahnya minat siswa dalam belajar. Tingkat intelegensi siswa tunagrahita yang dibawah rata-rata menyebabkan siswa menemui berbagai kendala dalam belajarnya. Berbagai kendala yang dihadapi siswa dalam belajar berdampak pada rendahnya minat belajar siswa. Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian ini ada tiga permasalahan yang akan dibahas antara lain: (1) Mengapa model pembiasaan perlu dikembangkan pada pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam menumbuhkan minat belajar siswa?, (2) Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dalam pengembangan model pembiasaan di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam menumbuhkan minat belajar siswa?, dan (3) Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk menanggulangi hambatan dalam pengembangan model pembiasaan di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam menumbuhkan minat belajar siswa?. Permasalahan di atas akan dikaji dengan menggunakan beberapa teori yaitu teori perkembangan kognitif Piaget, teori belajar Bruner, dan teori behaviorisme. Data diperoleh dengan menggunakan metode observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode di atas, model pembiasaan dikembangkan pada pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan disebabkan oleh kondisi siswa yang mengalami keterbelakangan mental sehingga guru tidak dapat menerapkan model pembelajaran yang diterapkan pada umumnya tetapi harus mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Pembelajaran agama Hindu tidak berpedoman pada kurikulum karena isi kurikulum yang lebih menekankan pada aspek kognitif tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa tunagrahita. Model pembiasaan yang dikembangkan dalam pembelajaran agama Hindu yaitu model pembelajaran individual dan model pembelajaran langsung. Minat belajar siswa dalam pembelajaran agama Hindu
1
tergolong rendah. Adapun upaya guru dalam meningkatkan minat belajar siswa adalah dengan merancang pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan motivasi kepada siswa. Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pengembangan model pembiasaan pada pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam meningkatkan minat belajar siswa antara lain faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmani dan faktor psikologis, sedangkan faktor ektern meliputi keluarga, sekolah, guru, dan pemerintah. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hambatan dalam pengembangan model pembiasaan pada pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam meningkatkan minat belajar siswa antara lain upaya oleh pihak sekolah yaitu menambah media pembelajaran serta meningkatkan disiplin sekolah. Upaya yang dilakukan oleh guru antara lain : (1) guru sebagai teladan yang baik, (2) membangkitkan motivasi belajar siswa, (3) menggunakan aneka ragam sumber belajar yang menarik minat belajar siswa, (4) guru belajar memahami cara membimbing anak tunagrahita. Upaya yang dilakukan oleh keluarga yaitu dengan mengajak anak melakukan terapi dan memberikan latihan-latihan awal kepada anak tunagrahita Upaya yang dilakukan oleh Yayasan Kemala Bhayangkari yaitu dengan mengadakan sosialisasi-sosialisasi mengenai anak tunagrahita.
Kata kunci : model pembiasaan, pembelajaran agama Hindu, SLB/C Kemala Bhayangkari, minat belajar siswa
2
PENDAHULUAN Penyelenggaraan pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan berbeda dengan sekolah formal umum lainnya. Materi pembelajaran agama Hindu yang diberikan tidak berpedoman pada kurikulum pendidikan agama Hindu tetapi disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Isi kurikulum tidak sesuai dengan kondisi peserta didik karena terlalu sarat akan pemahaman materi. Materi yang tercantum dalam kurikulum terlalu berat bagi siswa tunagrahita meskipun kurikulum tersebut khusus dirancang untuk SLB/C. Guru dalam pembelajaran tidak bisa menerapkan model pembelajaran seperti di sekolah umum karena kondisi siswa yang mengalami keterbelakangan mental. Oleh karena itu guru dituntut untuk mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan tidak menekankan pada pemahaman materi pelajaran tetapi lebih menekankan pada proses pembiasaan. Model pembiasaan berorientasi pada aktivitas nyata yang bersifat lebih sederhana. Model pembiasaan dapat melalui proses meniru orang yang dijadikan panutan. Ketika di sekolah, guru merupakan sosok yang dijadikan sebagai panutan. Oleh karena itu guru harus memberi contoh dan menjadi teladan yang baik bagi siswanya, dalam hal ini guru harus memiliki perilaku dan kepribadian yang baik karena siswa cenderung meniru perilaku orang yang dijadikannya sebagai panutan. Fenomena yang terjadi di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan adalah model pembiasaan tidak hanya dikembangkan pada jenjang Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) tetapi juga pada jenjang pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) dimana seharusnya model pembelajaran agamanya menekankan pada penguatan tetapi pada kenyataannya model yang diterapkan adalah model pembiasaan. Persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan adalah rendahnya minat siswa dalam belajar. Keterbatasan yang dimiliki siswa dalam perkembangan mentalnya sangat berpengaruh pada minat belajar siswa. Tingkat intelegensi siswa tunagrahita yang dibawah rata-rata menyebabkan siswa menemui berbagai kendala dalam belajarnya antara lain sebagai berikut: (1) daya tangkap siswa terhadap materi sangat lemah, (2) siswa banyak yang belum bisa membaca dan menulis, (3) siswa mudah lupa akan materi yang diajarkan, dan (4) siswa
3
tunagrahita khususnya yang mengalami yang tergolong tunagrahita sedang dan berat terkadang asik dengan imajinasinya sendiri tanpa mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru. Selain mengalami keterlambatan dalam perkembangan mentalnya beberapa siswa juga mengalami keterlambatan dalam perkembangan motoriknya. Berbagai kendala yang dihadapi siswa dalam belajar berdampak pada rendahnya minat belajar siswa.
METODE Secara metodologis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini diadakan di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dengan pertimbangan antara lain : (1) siswa di sekolah ini memiliki perbedaan dengan siswa di sekolah lainnya yaitu karena siswa di SLB/C ini mengalami keterbelakangan mental, (2) penyelenggaraan pembelajaran agama Hindu di sekolah ini berbeda dengan penyelenggaraan pembelajaran agama Hindu di sekolah umum karena pada seluruh jenjang pendidikan lebih menekankan pada proses pembiasaan, (3) rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran agama Hindu. Jenis data yag dipergunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh dari sumber data primer dan sekunder. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pedoman observasi, pedoman wawancara, kamera dan buku catatan. Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive yaitu informan dipilih betul oleh peneliti, yang dijadikan ukuran adalah tingkat pemahaman informan terhadap masalah yang diteliti. Selanjutnya, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik analisis data yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan, yang hasilnya disajikan dengan menggunakan metode deskriptif.
HASIL ANALISIS Hasil penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Model pembiasaan dikembangkan pada pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan disebabkan oleh kondisi siswa yang memiliki keterbelakangan mental sehingga guru tidak dapat menerapkan model pembelajaran yang diterapkan pada umumnya tetapi harus mengembangkan model pembelajaran yang
4
sesuai dengan kondisi siswa. Pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan bagi siswa yang mengalami keterbelakangan mental berorientasi pada penanaman nilai-nilai kebiasaan melalui aktivitas secara nyata yang bersifat sederhana. Siswa berkebutuhan khusus tentunya memiliki perbedaan dan tidak bisa disamakan dengan siswa normal seperti di sekolah umum lainnya. Siswa tunagrahita yang memiliki tingkat IQ di bawah rata-rata tentunya mengalami berbagai kesulitan dalam belajaranya, salah satunya ialah sulit dalam menangkap materi pelajaran. Oleh karena itu guru harus memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi siswa tunagrahita yakni model pembiasaan. Siswa dibimbing untuk menerapkan dasar-dasar perilaku keagamaan yang bersifat sederhana seperti bersembahyang sebelum bepergian, melakukan Tri Sandhya sebelum pelajaran dimulai, berbicara sopan, hormat kepada orang tua dan guru, dan lain sebagainya. Pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan tidak berpedoman pada kurikulum karena muatan kurikulum terlalu berat bagi siswa yang mengalami keterbelakangan mental. Perancangan dan pengembangan kurikulum tampaknya mengabaikan kondisi dan kebutuhan siswa. Kurikulum pendidikan agama Hindu bagi siswa tunagrahita seharusnya lebih menekankan pada aspek sikap yaitu proses pembiasaan yang berorientasi pada aktivitas secara nyata, bukan menekankan pada aspek kogitif atau pemahaman materi pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran agama Hindu di sekolah regular. Materi pelajaran agama Hindu yang diberikan di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan tidak berpedoman pada kurikulum tetapi disesuaikan dengan kondisi siswa yang mengalami keterbelakangan mental. Guru lebih banyak mengaitkan materi dengan contoh nyata terutama yang menyinggung kebiasaan sehari-hari. Guru juga membangun komunikasi dengan siswa terkait dengan kebiasaan-kebiasaan siswa sehari-hari yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu, misalnya menanyakan apakah siswa sudah hapal dengan mantram Tri Sandhya, sudah sembahyang sebelum berangkat ke sekolah atau apakah siswa ke pura pada saat rahinan, dan lain sebagainya. Model pembiasaan yang dikembangkan pada pembelajaran agama Hindu yaitu model pembelajaran individual dan model pembelajaran langsung. Pembelajaran individual tampak ketika guru memberikan bantuan individual kepada siswa yang
5
mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Selain itu juga tampak ketika guru memberikan perhatian dan bimbingan kepada siswa yang memiliki perilaku yang menyimpang. Model pembelajaran langsung dalam pembelajaran agama Hindu tampak ketika guru agama Hindu menanamkan nilai-nilai kebiasaan yang terkait dengan ajaran agama melalui aktivitas secara nyata. Dalam hal ini guru dapat dikatakan menjadi model atau contoh bagi siswanya. Minat belajar siswa tunagrahita pada pembelajaran agama Hindu tergolong rendah. Rendahnya minat belajar siswa disebabkan oleh rendahnya tingkat intelegensi yang menimbulkan berbagai hambatan siswa dalam belajar. Beberapa hambatan siswa dalam belajar antara lain : (1) daya tangkap siswa terhadap materi lemah, (2) siswa mudah lupa (tidak bisa mengingat sesuatu dengan baik), (3) proses berpikir siswa tergolong lamban, (4) banyak siswa yang belum bisa membaca dan menulis. Upaya guru dalam menumbuhkan minat belajar siswa adalah dengan merancang pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan motivasi kepada siswa. Faktor-faktor
yang menjadi
penghambat
dalam
pengembangan
model
pembiasaan pada pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam menumbuhkan minat belajar siswa bersumber dari faktor intern dan ektern. Faktor intern meliputi kondisi jasmani dan psikologis siswa. Hambatan yang bersumber dari
faktor
jasmaniah
yaitu
beberapa
anak
tunagrahita
selain
mengalami
keterbelakangan mental juga mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik. Sedangkan hambatan yang bersumber dari faktor psikologis yaitu rendahnya tingkat intelegensi siswa dan rendahnya perhatian siswa dalam pembelajaran. Faktor ektern meliputi keluarga, sekolah, guru, dan pemerintah. Faktor penghambat yang bersumber dari keluarga yaitu kesulitan orang tua dalam mendidik anak tunagrahita sehingga orang tua seringkali menerapkan pendidikan yang kurang tepat kepada anak seperti memanjakan dan membiarkan anak melakukan apapun keinginannya. Selain itu tidak semua keluarga siswa tergolong ekonomi mampu sehingga tidak dapat menyediakan fasilitas belajar yang baik. Hambatan yang bersumber dari pihak sekolah yaitu kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran agama Hindu, terutama yang paling dirasakan ialah belum tersedianya buku agama Hindu khusus untuk SLB/C dan media pembelajaran. Faktor penghambat dari pihak guru yaitu kurangnya guru agama Hindu, dimana hanya terdapat satu guru agama Hindu
6
murni sehingga pembelajaran agama Hindu tidak bisa berjalan optimal. Disiplin guru tergolong rendah karena beberapa guru sering datang terlambat, dimana seharusnya guru memberikan contoh yang baik kepada siswa. Strategi guru dalam mengajar kurang variatif. Dalam pembelajaran, penataan ruangan kelas ditata sama seperti kelas di sekolah regular yang membuat kelas terlihat kaku. Metode yang digunakan guru seringkali hanya metode ceramah dan tanya jawab, sehingga menyebabkan kebanyakan siswa terlihat pasif dan lain-lain karena tidak dapat menangkap apa yang dijelaskan oleh guru. Selain itu guru kurang memahami cara menangani anak tunagrahita sehingga guru tidak bisa memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Faktor penghambat dari pihak pemerintah yaitu belum diberikan bantuan guru agama Hindu dan belum adanya buku pelajaran agama Hindu khusus untuk SLB/C. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru menggunakan buku pelajaran agama Hindu sekolah dasar regular. Minimnya jumlah guru agama Hindu mengakibatkan pembelajaran agama Hindu tidak berjalan optimal karena untuk pembelajaran agama Hindu dua kelas seringkali digabung menjadi satu. Idealnya dalam pembelajaran di kelas didampingi oleh minimal satu orang guru, tetapi minimnya jumlah guru mengakibatkan dalam pembelajaran hanya didampingi oleh satu orang guru. Sedikitnya jumlah guru juga berpengaruh pada minat belajar siswa karena dalam pembelajaran siswa tunagrahita harus mendapatkan bimbingan dan perhatian lebih dari guru. Upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk menanggulangi hambatan dalam pengembangan model pembiasan pada pembelajaran agama Hindu dalam menumbuhkan minat belajar siswa yaitu dengan menambah media pembelajaran. Sekolah mengupayakan pengadaan media pembelajaran seperti proyektor. Selain itu upaya yang dilakukan oleh sekolah adalah meningkatkan disiplin sekolah dengan menindak tegas baik guru atau pegawai yang sering datang terlambat yaitu dengan memberikan teguran atau peringatan karena guru yang tidak disiplin akan memberikan contoh negatif kepada siswa untuk melakukan tindakan yang tidak disiplin. Upaya yang dilakukan oleh guru adalah menjadi teladan yang baik dengan menunjukkan perilaku dan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada siswa. Upaya dalam menumbuhkan minat belajar siswa dalam pembelajaran agama Hindu dilakukan dengan membangkitkan motivasi belajar siswa dengan memberikan perhatian, pujian atau hadiah. Selain itu guru juga menggunakan sumber belajar yang menarik minat belajar siswa yaitu
7
menyiapkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi dan mengaitkan materi dengan contoh nyata yang ada lingkungan sekolah. Dengan menggunakan gambar-gambar yang menarik dan relevan dengan materi pelajaran, siswa tunagrahita yang memiliki minat dan perhatian lemah dalam pembelajaran akan lebih tertarik untuk belajar. Selain itu juga memberikan kemudahan bagi guru dalam menjelaskan materi, dan lebih mudah bagi siswa untuk menangkap penjelasan guru. Upaya lain yang dilakukan guru ialah belajar memahami cara membimbing anak tunagrahita dengan memberikan bantuan berupa latihan-latihan sederhana untuk membantu perkembangan siswa. Dalam hal ini sangat diperlukan pemahaman guru tentang kondisi dan keterbatasan yang dimiliki oleh masing-masing siswa sehingga guru dapat memberikan bantuan dan penanganan yang tepat dalam membantu perkembangan siswa. Upaya keluarga dalam menanggulangi hambatan yaitu dengan mengajak anak melakukan terapi dan melakukan latihan-latihan awal yang sederhana kepada anak. Terapi sangat penting dilakukan untuk anak berkebutuhan khusus karena dapat membantu perkembangan anak. Dalam lingkungan keluarga, orang tua merupakan figur yang paling penting dalam memberikan contoh dan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Anak tunagrahita cenderung mengikuti tindakan-tindakan yang biasa dilakukan oleh orang-orang terdekatnya dalam hal ini adalah orang tua. Oleh karena itu orang tua harus memberikan contoh dan menanamkan kebiasaan yang baik serta menuntun anaknya dalam setiap perbuatannya. Kebiasaan-kebiasaan baik yang ditanamkan orang tua sejak dini kepada anak tentunya akan berdampak positif terhadap perkembangan anak. Upaya yang dilakukan oleh Yayasan Kemala Bhayangkari dalam menanggulangi hambatan dalam pengembangan model pembiasaan yaitu dengan menyelenggarakan sosialisasi-sosialisasi tentang anak tunagrahita. sosialisasi-sosialisasi yang berkaitan dengan anak tunagrahita sangat penting dilakukan. Mendidik dan menangani anak yang mengalami keterbelakangan mental tidaklah mudah. Banyak orang tua dan guru tidak mengetahui cara membimbing dan menangani anak tunagrahita sehingga penanganan yang diberikan kurang tepat. Sosialisasi yang diadakan diselenggarakan oleh Yayasan Kemala Bhayangkari dengan mengundang orang tua dan guru sebagai peserta berperan penting dalam memberikan informasi tentang berbagai hal mengenai anak tunagrahita. Melalui informasi yang didapat dalam sosialisasi tentunya pengetahuan orang tua dan guru bertambah. Cara-cara dalam menangani dan membimbing anak tunagrahita yang
8
diperoleh dari sosialisasi dapat diterapkan oleh orang tua di rumah dan guru di sekolah. Upaya tersebut tentunya akan membantu perkembangan mental maupun motorik anak.
SIMPULAN Berdasarkan
hasil
penelitian
pengembangan
model
pembiasaan
pada
pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam menumbuhkan minat belajar siswa dapat disimpulkan sebagai berikut. Pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan bukan ditekankan pada pemahaman tetapi menekankan pada proses pembiasaan.. Materi pelajaran agama Hindu yang diberikan di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan tidak berpedoman pada kurikulum tetapi disesuaikan dengan kondisi siswa yang mengalami keterbelakangan mental. Model pembiasaan yang dikembangkan pada pembelajaran agama Hindu adalah model pembelajaran individual dan model pembelajaran langsung. Minat belajar siswa dalam pembelajara agama hindu tergolong rendah. Untuk meningkatkan minat belajar siswa, dilakukan dengan merancang pembelajaran yang menyenangkan serta memberikan motivasi kepada siswa. Faktor-faktor
yang menjadi
penghambat
dalam
pengembangan
model
pembiasaan pada pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam meningkatkan minat belajar siswa antara lain : (1) faktor intern yang meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis, (2) faktor ektern yang meliputi keluarga, sekolah, guru, dan pemerintah. Upaya-upaya
yang
dilakukan
untuk
menanggulangi
hambatan
dalam
pengembangan model pembiasaan pada pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam meningkatkan minat belajar siswa antara lain upaya oleh pihak sekolah yaitu menambah media pembelajaran serta meningkatkan disiplin sekolah. Upaya guru antara lain : guru sebagai teladan yang baik, membangkitkan motivasi belajar siswa, menggunakan aneka ragam sumber belajar yang menarik minat belajar siswa, dan guru belajar memahami cara membimbing anak tunagrahita. Upaya keluarga yaitu dengan melakukan terapi dan memberikan latihan-latihan kepada anak tunagrahita. Upaya Yayasan Kemala Bhayangkari yaitu dengan mengadakan sosialisasi-sosialisasi mengenai anak tunagrahita.
9
SARAN Saran yang disampaikan adalah (1) Kepada SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan agar dapat menambah sarana dan prasarana pembelajaran agama Hindu terutama pengadaan media pembelajaran. (2) Kepada guru agama Hindu agar lebih variatif dalam mengelola pembelajaran dan merancang pembelajaran yang menarik minat belajar siswa. (3) Kepada pemerintah agar memberikan bantuan guru dan menyediakan buku pembelajaran agama Hindu. Selain itu juga merancang kurikulum yang sesuai dengan kondisi siswa yaitu lebih menekankan pada ranah afektif (sikap) yang berorientasi pada proses pembiasaan.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Dr. Drs. I Ketut Tanu, M.Si sebagai pembimbing I yang dengan penuh ketelitian telah memberikan dorongan, bimbingan, dan saran yang sifatnya korektif selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Drs. I Nyoman Temon Astawa, M.Pd, pembimbing II dan Ketua Program Studi Dharma Acarya yang penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, saran, dan kritik yang penulis perlukan dalam penyelesaian tesis ini. Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rektor Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar, Prof. Dr. I Made Titib, Ph.D, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis dalam mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program magister di IHDN Denpasar. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana IHDN Denpasar, Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija, M.Si, dan Asisten Direktur I Bidang Akademik, Dr. I Gede Suwindia, S.Ag, MA, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis dari terdaftar menjadi mahasiswa hingga penyelesaian studi program magister pada Program Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.
10
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Renika Cipta. Arini, Ni Wayan. 2008. “Aplikasi Model Pembelajaran Agama Hindu di SMA Dharma Praja Badung” (tesis). Denpasar : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers. Daryanto. 1998. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Apollo. Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif. Jakarta : AV Publisher. Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu Pengantar dalam Pendidikan Inklusi. Bandung : PT Refika Aditama. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Asdi Mahasatya. Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Hamruni. 2012. Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan. Yogyakarta : Investidaya. Hasbullah, 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Huzaemah. 2010. Kenali Autisme Sejak Dini. Jakarta : Pustaka Populer Obor. Ihsan, Fuad. 2003. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Irawan, Prasetya. 2004. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta : Stia-Lan Press. Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Mantra, Ida Bagoes. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Marsono. 2009. “Model Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu di Panti Asuhan Artha Kara Kumara Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana” (tesis). Denpasar : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.
11
Mulyasa.E. 2006. Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Nasution, S. 2004. Metode Research ( Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Poerwadarminta, 1999. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. Rosidi, Imron. 2005. Ayo Senang Menulis Karya Tulis Ilmiah. Jakarta : CV. Media Pustaka. Rosseha, Dewi. 2010. Sukses Menulis Proposal, Skripsi, Tesis dan Disertasi. Keen Books. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesinalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers Sagala, Saiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran : Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Alfabeta. Sedarmayanti, Hj dan Hidayat. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung : Mandar Maju. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Smith, Mark K., dkk. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran: Mengukur Kesuksesan Anda dalam Proses Belajar Mengajar Bersama Psikolog Pendidikan Dunia. Jogjakarta : Mirza Media Pustaka. Suardana, Wayan. 2007. “Model Pembelajaran Agama Hindu di Panti Asuhan Dharma Jati I Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung” (tesis). Denpasar : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sunarto, H. dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta. Suprayoga, Imam dan Tambroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Suryadi, Ace dan Budimansyah, Dasim. 2009. Paradigma Pembangunan Pendidikan Nasional. Bandung : Widya Aksara Press.
12
Sutami, Ni Nengah. 2010. “Pengembangan Model Pembelajaran Langsung dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Agama Hindu di SMA Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran 2009/2010” (tesis). Denpasar : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Tanu, I Ketut. 2011. Bunga Rampai Pembelajaran Agama Hindu di Sekolah. Denpasar : Yayasan Sari Kahyangan Indonesia. Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa. 2011. Belajar & Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Tim Penyusun. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Jakarta : Cerdas Pustaka Publisher. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Widyantari, Ni Komang Ayu. 2007. “Peranan Pendidikan Agama Hindu bagi Siswa di SLB/C (Tuna Grahita) Kemala Bhayangkari di Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan” (skripsi). Denpasar : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.
13