PENGARUH SOLVABILITAS, PROFITABILITAS, KUALITAS AUDIT, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN by: Maulidah Rahmita Supervisor: Dr.Waseso Segoro
UNIVERSITAS GUNADARMA Abstract: The existence of a business entity established as the goal is to maintain the viability of its business (going concern). At the ailing company going concern issues are found. If disturbed or bad condition of the company, the greater the possibility of the company received a going concern audit opinion. The purpose of this study was to test the effect of solvency which is proxied by total debt to total assets ratio and profitability is proxied by the return on assets ratio, the quality of audit, audit opinion prior year, the company's growth is proxied by sales growth ratio, which may affect revenues going audit opinion concerned with consumer companies listed on the Stock Exchange. The research method used in this study is the purposive sampling, ie sampling in accordance with certain criteria desired by researchers. The population of this research is that consumer companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) for the period 2007-2011. The sample of the study was 145 consumer companies, because not all companies publish financial reports periodically on the Stock Exchange. This study uses independent variable of total debt to total assets ratio, return on assets ratio, the quality of audit, audit opinion prior year, the company's growth. Dependent variable that going-concern audit opinion. Based on the research of the obtained results indicate that the prior year audit opinion variable effect on revenues in going-concern audit opinion. While variable solvency, profitability, quality audit, the company's growth has no effect on revenues going concern audit opinion. The results using logistic regression showed that there are 62 companies that received a going concern audit opinion and the remaining 83 companies received a non-going concern opinions.. Keywords: Solvency, Peofitability, Quality Audit, Audit Opinions Prior Year, Company Growth, Going Concern Audit Opinion.
PENDAHULUAN Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan. Setiap investor pasti mengharapkan keuntungan ketika ingin menanamkan modalnya pada suatu perusahaan. Salah satu pertimbangan investor ketika ingin menginvestasikan modalnya adalah melalui opini auditor atas laporan keuangan perusahaan
tersebut. Oleh karena itu auditor mempunyai peranan yang penting sebagai perantara akan kepentingan investor maupun kepentingan perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan. Kondisi keuangan perusahaan merupakan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan masalah going concern. Apabila kondisi perusahaan terganggu atau buruk maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan auditor tidak pernah mengeluarkan opini audit going concern. Kondisi keuangan perusahaan dapat dianalisis menggunakan rasio keuangan. Mutcher (1985) menyatakan bahwa perusahaan yang kecil akan lebih berisiko menerima opini audit going concern dibandingkan dengan perusahaan yang lebih besar. Hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan yang lebih kecil. Berdasarkan pada uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Solvabilitas, Profitabilitas, Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh Solvabilitas, Profitabilitas, Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Penulis, penelitian ini di harapkan mampu menambah pengetahuan peneliti dan dapat lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini going concern. 2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi. 3. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan oleh pihak manajemen dalam pengambilan keputusan terkait kelangsungan hidup perusahaan.
a. Model Analisis
Variabel Independen (X)
Variabel Dependen (Y)
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
b. Hipotesis Penelitian Untuk menganalisa pengaruh profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going : Ha1 Ha2 Ha3 Ha4 Ha5
: Rasio solvabilitas berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. : Rasio Profitabilitas berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern : Kualitas Audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concen.
TINJAUAN PUSTAKA 1. Opini Audit Going Concern Auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya. Mengacu pada PSA 29 paragraf 11 huruf d menyatakan bahwa keragu-raguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit meskipun tidak mempengaruhi pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion), yang dinyatakan oleh auditor. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) di samping menerbitkan ISAK No.4 melalui Komite Standar Akuntansi Keuangan, juga menerbitkan melalui Komite Standar Profesional Akuntan Publik, Intepretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) No. 30 tentang “Laporan Auditor Independen tentang Dampak memburuknya Kondisi Ekonomi Indonesia Terhadap Kelangsungan Hidup Entitas”. IPSA menganggap bahwa Auditor perlu untuk mempertimbangkan tiga hal, yaitu: 1. Kewajiban auditor untuk memberikan saran bagi kliennya dalam mengungkapkan dampak kondisi ekonomi tersebut (jika ada) terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. 2. Pengungkapan peristiwa kemudian yang mungkin timbul sebagai akibat kondisi ekonomi tersebut. 3. Modifikasi laporan audit bentuk baku jika memburuknya kondisi ekonomi atersebut berdampak terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. (Sukrisno Agoes, 2004).
2. Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan dikatakan solvabel berarti mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk melunasi semua hutangnya. Bagi perusahaan yang tidak solvable akan mengalami kesulitan untuk memperoleh tambahan pinjamanan dari kreditur, sehingga menyebabkan perusahaan sulit untuk mengadakan perluasan usahanya. Total Debt to Total Assets Ratio salah satu rasio solvabilitas yang membandingkan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.. Tingginya rasio ini berarti tingginya resiko keuangan perusahaan, yang menjelaskan perusahaan mengalami kesulitan keuangan, Altman (1968) mengemukakan perusahaan dengan nilai assets lebih kecil akan menghadapi bahaya kebangkrutan Total Hutang Total Aktiva diperkirakan perusahaan tidak going concern.
Total Assets to Total Debt Ratio =
3. Profitabilitas Profitabilitas merupakan jumlah relatif laba yang dihasilkan dari sejumlah investasi atau modal yang ditanamkan dalam suatu usaha. Tujuan dari analisis pfofitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. ROA (Return On Assets) adalah rasio yang diperoleh dengan membagi laba/rugi bersih dengan total asset. Rasio ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh laba dan manajerial dan efisiensi secara keseluruhan. Semakin tinggi ROA semakin efektif pada pengelolan aktiva perusahaan dan semakin baik pula prospek bisnisnya. Laba Bersih (EAT) Return On Assets = Total aktiva 4. Kualitas Audit Fanny dan Saputra (2005) menyatakan bahwa klien biasanya mempersepsikan auditor yang berasal dari Kantor Akuntan Publik besar dan memiliki afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik internasionallah yang memiliki kualitas lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review. Besar kecilnya Kantor Akuntan publik dapat dijadikan alat ukur untuk menentukan kualitas audit (contohnya Kantor Akuntan Publik yang tergolong dalam “Big Four” dengan “Non Big Four”) karena klien cenderung menganggap Kantor Akuntan Publik yang besar memiliki reputasi yang baik. 5. Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian. Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu auditee dengan opini going concern (GCAO) dan tanpa opini going concern (NGCAO). Opini audit tahun sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini opini audit going concern tahun sebelumnya maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan menerima kembali opini audit going concern pada tahun berjalan.
6. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan perusahaan. Pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangan menentukan perusahaan untuk tetap bertahan. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor menerbitkan opini audit going concern. Pertumbuhan penjualan dapat dirumuskan sebagai berikut: Pertumbuhan Perusahaan = Keterangan: Penjualan Bersih t Penjualan Bersih t-1
Penjualan Bersih t –Penjualan Bersih t-1 Penjualan Bersih t-1 = =
Penjualan bersih sekarang Penjualan bersih tahun lalu
METODE PENELITIAN 1. Populasi Dan Sampel Penelitian ini menggunakan sampel dari populasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak dalam sektor consumer periode 2007-2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Sampel dipilih dengan kriterian sebagai berikut: 1. Total Perusahaan Consumer yang listing di BEI pada tahun 2007-2011. 2. Perusahaan Consumer Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 Januari 2007-2011. 3. Tidak menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember 2. Sumber Dan Metode Pengumpulan Data Peneliti menggunakan data sekunder dalam penelitian ini dengan mengunduh data dari website Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id yang berupa laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan yang diamati. 3. Variabel Yang Diteliti Penelitian ini variabel dependennya adalah opini audit going concern. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah variabel dummy. Dimana kategori 1 untuk auditee yang menerima opini audit going concern (GCAO) dan kategori 0 untuk auditee yang menerima opini audit non going concern (NGCAO). Variabel independen diwakili oleh opini audit tahun sebelumnya sebagai opini yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Variabel dummy digunakan opini audit going concern (GCAO) diberi kode 1, sedangkan opini audit non going concern
(NGCAO) diberi kode 0, pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan, profitabilitas diproksikan dengan return on asset (ROA), solvabilitas diproksikan dengan total debt to total assets ratio (TDTAR). Metode-metode yang digunakan adalah metode-metode analisis statistik, baik statistik deskriptif maupun statistic inferensial. Statistik deskriptif (seperti mean dan deviasi standar) yang berguna untuk mengetahui karakteristik dari perusahaan yang dijadikan sampel. Metode statistic inferensial yaitu berupa pengujian multivariate seperti regresi logistik (logistic regression).
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Statistik Deskriptif Nilai statistik deskripif dari masing-masing variabel penelitian ini disajikan dalam table: Tabel 4.6 Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum 0 0
Mean 1 1
.43 .46
Std. Deviation .496 .500
GC ADTR
145 145
OPINI
145
0
1
.39
.490
ROA
145
-.866
.416
.09038
.139322
TDTAR
145
.000
.986
.42057
.214006
SALGR
145
-.914
4.305
.22057
.529151
Valid N (listwise)
145
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS17
Total Debt to Total Assets Ratio (TDTAR) memiliki rata-rata sebesar 0,42057; dengan nilai minimum sebesar 0.000 dan maksimum sebesar 0.986. Standar deviasi untuk variabel ini sebesar 0,214006, hal ini dapat diartikan bahwa penyimpangan untuk variabel ini sebesar 0,214006. Return on Asset (ROA) memiliki rata–rata sebesar 0,09038; dengan nilai minimum sebesar -0,866 dan maksimum sebesar 0,416. Standar deviasi untuk variabel ini sebesar 0,139322, hal ini dapat diartikan bahwa penyimpangan untuk variabel ini sebesar 0,139322. Kualitas Audit (ADTR) memiliki rata–rata sebesar 0,46; dengan nilai minimum sebesar 0,00 dan maksimum sebesar 1,00 karena merupakan variabel dummy. Standar deviasi untuk variabel ini sebesar 0,500, hal ini dapat diartikan bahwa penyimpangan untuk variabel ini sebesar 0,500. Pertumbuhan perusahaan (SALGR) memiliki rata–rata sebesar 0,22057; dengan nilai minimum sebesar -0,914 dan maksimum sebesar 4,305. Standar deviasi untuk variabel ini sebesar 0,529151, hal ini dapat diartikan bahwa penyimpangan untuk variabel ini sebesar 0529151. Opini audit tahun sebelumnya memiliki rata–rata sebesar 0,39; dengan nilai minimum sebesar 0,00 dan maksimum sebesar 1,00 karena merupakan variabel dummy. Standar deviasi
untuk variabel ini sebesar 0,490, hal ini dapat diartikan bahwa penyimpangan untuk variabel ini sebesar 0,490.
2. Analisis Hasil Penelitian a. Uji Model Fit Menguji keseluruhan model (overall model fit). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log likelihood (-2LL) pada awal (block number=0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (block number=1). Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2005). Tabel 4.8 Perbandingan Nilai -2LL Awal dengan -2LL Akhir -2LL awal (Block Number = 0) 197,961 -2LL akhir (Block Number = 1) 126,128 Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS17
Tabel 4.8 menunjukkan perbandingan antara nilai -2LL awal dengan -2LL akhir. Pada -2LL awal (Block Number=0) angka -2LL adalah 197,961 sedangkan pada -2LL akhir (Block Number=1) angka -2LL mengalami penurunan menjadi 126,128. Penurunan Likelihood ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. b. Menguji Kelayakan Model Regresi Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan Goodness of Fit Test yang diukur dengan nilai Chi-Square pada bagian bawah uji Homser and Lemeshow. Tabel 4.7 Hosmer and Lemeshow Test
Step 1
Chi-square 11.717
df
Sig. 8
.164
Tabel 4.7 menunjukkan hasil pengujian Homser and Lemeshow. Dengan probabilitas signifikan menunjukkan angka 0,164, nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar daripada 0,05, maka Ho tidak dapat ditolak (diterima). Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. c. Koefisien Determinasi
Tabel 4.10 Hasil Uji Nagelkerke R Square Model Summary
Step
-2 Log likelihood
1
126.128
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
a
.391
.525
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS17
Tabel 4.10 menunjukkan nilai Nagalkerke R Square. Dilihat dari hasil output pengolahan data nilai Nagalkerke R Square adalah sebesar 0,525 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 52,5% , dan sisanya sebesar 47,5% dijelaskan oleh variabilitas variabel-variabel lain di luar model penelitian. Atau secara bersamasama variasi variabel solvabilitas (TDTAR), variabel profitabilitas (ROA), kualitas audit, pertumbuhan perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya dapat mrnjelaskan variabel opini going concern sebesar 52,5%. d. Matrik Klasifikasi Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada auditee. Tabel 4.12 Matriks Klasifikasi Classification Tablea
Predicted GC Observed Step 1
GC
Percentage Correct NGCAO
GCAO
NGCAO
74
9
89.2
GCAO
14
48
77.4
Overall Percentage
84.1
Sumber : Hasil Pengolahan data dengan SPSS17
Tabel 4.12 menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada auditee sebesar 77.4%, hal ini berarti bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan ada 48 perusahaan yang diprediksi akan menerima
opini audit going concern dari 62 perusahaan yang menerima opini audit going concern. Kekuatan prediksi model untuk menerima opini audit non going concern adalah sebesar 89.2% yang berarti bahwa dengan model regresi yang diajukan ada 74 perusahaan yang diprediksi akan menerima opini audit non going concern dari total 83 perusahaan yang menerima opini audit non going concern. e. Pengujian hipotesis Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik Variables in the Equation
B Step 1a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
ADTR(1)
.001
.498
.000
1
.998
1.001
OPINI(1)
-3.432
.495
48.037
1
.000
.032
.368
1.774
.043
1
.836
1.444
-.072
1.167
.004
1
.951
.930
.322
.388
.689
1
.407
1.380
-.067
.596
.012
1
.911
.935
TDTAR ROA SALGR Constant
Tabel 4.12 menunjukkan hasil pengujian denan regresi logistik pada tingkat signifikansi 5%. Dari pengujian dengan regresi logistik di atas maka diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut: GC = -0.067 - 0.072 ROA + 0.368 TDTAR + 0.001 ADTR – 3.432 OPINI + 0.322 SALGR a. Ha1 : Solvabilitas berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern Variabel solvabilitas yang diproksikan dengan Total Debt to Total Assets Rasio (TDTAR) pada tabel 4.13 menunjukkan koefisien positif sebesar 0.368 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.836 > 0.005 yang berarti Ha1 tidak dapat diterima (ditolak). Hal ini dapat disimpulkan bahwa rasio solvabilitas tidak terpengaruh signifikan terhadap going concern. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa perusahaaan dengan rasio solvabilitas berpengaruh negative terhadap penerimaan opini going concern. Ha2 : Rasio Profitabilitas berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Variabel profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA) pada tabel 4.13 menunjukkan koefisien negatif sebesar 0.072 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.614 > 0.005 yang berarti Ha2 ditolak. Dengan demikian terbukti bahwa rasio profitabilitas berpengaruh negatif terhadap opini going concern. Ha3 : Kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
Variabel kualitas audit (ADTR) pada tabel 4.13 menunjukkan koefisien positif 0.001 pada signifikansi 0.998 > 0.05 yang berarti Ha3 ditolak. Dengan demikian terbukti bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini going concern. Ha4 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Variabel opini audit tahun sebelumnya pada tabel 4.13 menunjukkan koefisien positif sebesar 3.432 pada signifikansi 0.000 < 0.05 yang berarti Ha4 diterima. Dengan demikian terbukti bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini going concern. Ha5
: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern
Variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan Sales Growth Ratio (SALGR) pada tabel 4.13 menunjukkan koefisien positif sebesar 0.322 pada signifikansi 0.407 > 0.05 yang berarti Ha5 ditolak. Dengan demikian terbukti bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini going concern.
KESIMPULAN 1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Rasio Solvabilitas tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. b. Rasio Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. c. Kualitas Audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. d. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan opini going concern. e. Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. 2.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini hanya menggunakan 5 variabel, yaitu 3 variabel keuangan (rasio solvabilitas, profitabilitas dengan pertumbuhan penjualan) serta 2 variabel non keuangan (kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya). 2. Sampel perusahaan yang diambil hanya perusahaan consumer. 3. Periode pengamatan hanya 5 (lima) tahun terakhir (2007-2011). 3. Saran Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya memasukkan variabel tambahan seperti pergantian auditor, rasio keuangan lainnya yang lebih menyeluruh, keahlian serta independensi auditor, debt default sehingga hasil penelitian lebih mampu untuk memprediksi penerbitan opini audit going concern dengan lebih tepat dan akurat.
Selain itu penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan sektor lain seperti sektor non manufaktur dan sektor manufaktur secara menyeluruh. Jumlah tahun pengamatan lebih diperpanjang sehingga dapat melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit going concern oleh auditor dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan pembedaan antara periode krisis moneter dengan periode kondisi ekonomi normal.