BUMBANG AJI DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT LAMPUNG PEPADUN MARGA BUAY NYERUPA DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(SKRIPSI) Oleh
YUNIKA TIRAWATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK
BUMBANG AJI DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT LAMPUNG PEPADUN MARGA BUAY NYERUPA DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh Yunika Tirawati Dalam upacara perkawinan masyarakat lampung mengenal istilah Bumbang aji yang merupakan tatanan adat perkawinan masyarakat Lampung Pepadun . Dasar memilih jenjang adat perkawinan ini karena dasar utamanya adalah kesepakatan dari pihak gadis yang akan dinikahi oleh pihak pria secara terang kepada orang tuanya. Namun bentuk Bumbang aji hanya dapat dilaksanakan apabila permintaan dari pihak keluarga wanita di sanggupi oleh pihak keluarga laki-laki. Jika sudah terjadi sebambangan yang di lakukan oleh wanita dan laki-laki maka sebambangan harus dibatalkan dan wanita harus di kembalikan pada pihak keluarganya dan di selesaikan dengan proses adat yang di pilih seperti dengan Bumbang aji. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Prose pelaksaanaan Bumbang Aji dalam upacara perkawinan masyarakat lampung pepadun marga Buay Nyerupa di kabupaten Lampung Tengah”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Proses pelaksaanaan Bumbang Aji dalam upacara perkawinan masyarakat lampung pepadun marga buay Nyerupa di kabupaten Lampung Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif yaitu dengan berusaha mencari gambaran menyeluruh tetang data, fakta, dan peristiwa yang sebenarnya mengenai penelitian yang di lakukan di daerah Komering Putih.. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, dan kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis mengambil kesimpulan bahwa keseluruhan upacara Bumbang Aji meliputi proses persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian. Bumbang Aji merupakan upacara perkawinan masyarakat Lampung Pepadun yang didahului dengan acara lamaran.
BUMBANG AJI DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT LAMPUNG PEPADUN MARGA BUAY NYERUPA DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
( Skripsi )
Oleh Yunika Tirawati
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukoharjo, Lampung Selatan. Pada Tanggal 02 Juni 1995, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Wiyarto, M.Hum. dan Ibu Nurbaiti. Penulis memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Bukit Kemuning, Kabupaten Lampung Utara, sampai tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bukit Kemuning Kabupaten Lampung Utara dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di daerah Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jakarta. Selain itu penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2016 di Desa Candi Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah, serta penulis juga
melaksanakan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Way Pengubuan pada tahun 2016.
MOTTO
"Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa
malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun." ( Ir.Soekarno )
PERSEMBAHAN
Terucap syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada :
Bapakku Wiyarto, Ibuku Nurbaiti Adikku Deni Afrian yang telah menasehatiku serta mendukungku dalam menggapai cita-cita dan yang telah menjadi sumber semangatku
Sahabat- sahabatku tercinta dan seluruh keluarga besarku
Para pendidik dan teman- teman kampus yang memberikan semangat untukku Serta ALMAMATERKU tercinta
SANWACANA Assalamualaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Bumbang Aji Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Lampung Pepadun Marga Buay Nyerupa Di Kabupaten Lampung Tengah”. Sholawat serta salam semoga sena ntiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.
Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., Wakil Dekan Bidang Keuangan Umum dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs.
Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Syaiful. M, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah membantu memberikan masukan, kritik dan saran selama proses perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi. Terimakasih Pak. 6. Drs. Iskandar Syah, M.H Pembimbing Utama dalam skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik, dan saran selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi. Terimakasih Pak. 7. Suparman Arif, S.Pd, M.Pd., Pembimbing Akademik (PA) dan Pembimbing Kedua yang telah sabar membimbing dan memberi masukan serta saran yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih Pak. 8. Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum, Dosen Pembahas yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasihat dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi. Terimakasih Pak. 9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Dr. Risma Sinaga, M.Hum, Drs. Maskun, M.H, Drs. Tontowi, M.Si, M. Basri, S.Pd, M.Pd , Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, Cheri Saputra, S.Pd, M.Pd, Myristica Imanita, S.Pd, M.Pd dan para pendidik di Unila pada umumnya yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah.
10. Kepada Bapak Hari Zayaningrat Kasi Kesenian Bidang Kebudayaan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, terimakasih atas bantuan yang bapak berikan. 11. Seseorang yang aku sayangi yang selalu menghibur ketika aku bersedih dengan senyuman dan canda tawanya serta tingkah lakunya, adikku Deni Afrian yang sangat aku sayangi terimakasih banyak untuk semangat serta canda tawanya selama ini. 12. Sahabat-sahabatku Indah sari dan Sarah Dhiba, Landoria Bangun Hutabarat terimakasih kalian telah memberikan dukungan, semangat, dan partisipasinya, meskipun kita sering bertengkar dan kadang tidak akur tapi terimakasih untuk 4 tahun kebersamaan yang tecipta. Kalian mengajari aku banyak pelajaran yang berharga, keep contact ya... 13. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah 2013 , Farisa, Ulul Azmi, Bang Asep, Navil, dan teman-temanku lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 14. Teman- teman dan adik- adik tingkat di Program Studi Pendidikan Sejarah terima kasih atas motivasinya. 15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.
Semoga ALLAH SWT membalas segala amal kebaikan kita. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Wassalamu`alaikum Wr. Wb
Bandar Lampung, Penulis
Yunika Tirawati
2017
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................
iii
I. Latar Belakang Masala 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah ................................................................ 1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................... 1.3 Pembatasan Masalah ...................................................................................... 1.4 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 1.6 Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 1.7 Ruang Lingkup Penelitian...............................................................................
1 5 5 5 6 6 7
II. Tinjauan Pustaka, Kerangka Pikir dan Paradigma 2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 2.1.1 Konsep Kebudayaan.............................................................................. 2.1.2 Konsep Perkawinan............................................................................... 2.1.3 Konsep Bumbang Aji ............................................................................ 2.1.4 Konsep Masyarakat Lampung Pepadun................................................ 2.2 Konsep Abung Sewo Mego............................................................................... 2.3Kerangka Pikir.................................................................................................... 2.4 Paradigma .........................................................................................................
8 8 9 11 14 15 19 20
III. Metode Penelitian 3.1 Metode Penelitian............................................................................................. 3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................................... 3.3 Variable Penelitian ........................................................................................... 3.4 Definisi Operasional Variabel ........................................................................... 3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 3.5.1. Teknik Observasi ...................................................................................... 3.5.2 Teknik Wawancara ...................................................................................
21 23 23 24 25 25 25
3.5.2.1 Informan ........................................................................................ 3.6 Teknik Kepustakaan ............................................................................................ 3.7 Teknik Analisis Data............................................................................................ IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1.Hasil 4.1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ............................................................. 4.1.1.1. Sejarah Singkat Lampung Tengah ............................................... 4.1.1.2.Letak Kabupaten Lampung Tengah.............................................. 4.1.1.3.Topografi dan iklim di Kabupaten Lampung Tengah................... 4.1.1.4.Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah .......................................................................... 4.1.2. Adat Perkawinan Suku Lampung Pepadun ................................................... 4.1.3. Upacara Perkawinan Bumbang Aji ................................................................ 4.1.4. Deskripsi Data Pelaksanaan Bumbang Aji..................................................... 4.1.4.1 Tahap persiapan pelaksanaan Bumbang Aji..................................... 4.1.4.2 Tahap Pelaksanaan Bumbang Aji..................................................... 4.1.4.3 Tahap Penyelesaian Bumbang Aji.................................................... 4.2 Pembahasan............................................................................................................... V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan............................................................................................ 5.2 Saran ...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
26 28 28
30 30 35 36 37 38 45 48 48 53 57 54 56 65 66
DAFTAR TABEL
Tabel :
Halaman
1. Daftar Bupati di Kabupaten Lampung Tengah……………………...…...34 2. Luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah.............................................................................................37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Penelitian 2. Kuesioner 3. Daftar Nama Responden 4. Surat Izin Penelitian Pendahuluan 5. Surat Izin Penelitian 6. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian 7. Lembar Pengajuan Judul
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan salah satu hal yang tak bisa di pisahkan dari suatu masyarakat sehingga seringkali terdengar istilah manusia adalah mahluk budaya, hal ini jelas terlihat kenyataannya karena budaya merupakan produk dari keberadaan manusia. Selama manusia hidup hampir di seluruh prilakunya melekat erat dengan kebudayaan itu sendiri bahkan bisa dikatakan bahwa budaya merupakan suatu tiang penyangga bagi keberadaan suatu masyarakat. Menurut Redi Panuju bahwa kebudayaan dapat dipandang sebagai tindakan berpola dalam masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat terbentuk atau terkelompok oleh adanya kebudayaan (Redi Panuju,1996 : 28). Keadaan geografis negara Republik Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau dengan karakteristik masyarakat yang berbeda tentunya menyebabkan timbulnya keragaman kebudayaan bagi masyarakat di masing-masing daerah, hal ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi bangsa Indonesia yang memiliki jumlah suku bangsa terbanyak di dunia yang antara lain suku suku tersebut memilki corak kebudayaan yang berbeda-beda, salah satu suku yang ada di Indonesia adalah suku Lampung yang berada di Provinsi Lampung.
2
Salah satu dari keanekaragaman budaya yang berbeda tersebut dapat kita lihat pada masyarakat adat Lampung. Lampung adalah salah satu tempat dimana masyarakatnya menganut sistem kekeluargaan Patrilinial yaitu sistem yang menganut sistem Kebapak-an.. Dilihat dari segi budaya, masyarakat Lampung dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu masyarakat yang menganut adat Saibatin dan masyarakat yang menganut adat Pepadun. Dalam buku Pakaian dan Perhiasan Pengantin Tradisional Lampung dinyatakan bahwa : Suku Lampung beradatkan Pepadun ditandai dengan upacara adat naik tahta duduk diatas alat yang disebut Pepadun; yaitu singgasana adat pada upacara pengambilan gelar adat, biasa disebut upacara cakak Pepadun. Kelompok masyarakat adat Pepadun terdiri dari 4 klen besar yang masingmasing dibagi menjadi klen-klen yang disebut Buay. Pembagian klen pada masyarakat Lampung awalnya berdasarkan pada lokasi tempat. (Pemerintah Provinsi Lampung Dinas Pendidikan, 2004 : 2).
Berdasarkan pernyataan di atas Lampung Pepadun memiliki empat klan besar yang masing-masing terbagi menjadi klan-klan yang disebut buay. Klan tersebut adalah Abung Sewo Mego, Pubiyan Telu Suku, Mego Pak Tulang Bawang, dan Way Kanan Buay Lima/ Sungkai. Di dalam Abung Sewo Mego sendiri terdiri dari sembilan marga, salah satunya adalah Buay Nyerupa yang masyarakatnya bermukim di wilayah Komering Putih. Masyarakat Buay Nyerupa hingga saat ini masih menjaga dan melaksanakan tradisi terutama pada perkawinan yang di anggap sebagai suatu pesta adat. Dalam buku Lampung Pepadun dan Saibatin/Pesisr dinyatakan bahwa terjadinya perkawinan menurut adat suku Lampung Pepadun melalui 2 cara, yaitu ( Sabarudin sa, 2012 :75).
Rasan Sanak
dan
Rasan Tuho
3
Perkawaninan Rasan Sanak ini terjadi atas kehendak muda mudi atau mulei menganai sendiri, yang dilakukan dengan cara pelarian ( sebambangan ), dimana si gadis dibawa oleh pihak bujang kekepala adatnya, kemudian di selesaikan dengan perundingan damai diantara kedua belah pihak. Sedangkan Rasan Tuho merupakan perkawinan yang terjadi dengan cara lamaran atau pinangan dari orang tua bujang kepada pihak orang tua gadis. Rasan Tuho ini dapat juga terjadi karena adanya Rasan Sanak, yang kemudian diselesaikan oleh para penyimbang kedua belah pihak dengan Rasan Tuho. Bentuk upacara perkawinan berdasarkan lamaran ini atau Rasan Tuho pelaksanaannya secara adat antara lain dapat melalui Bumbang Aji atau Hibal Serbo. Bumbang Aji adalah upacara perkawian yang termasuk dalam upacara besar yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Buay Nyerupa di Lampung Tengah. “ Bumbang Aji Merupakan bentuk perkawinan yang didahului dengan pertunangan. Jangka waktu pertunangan tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak. Bentuk upacara Bumbang Aji melalui tiga tahapan yaitu bepadu atau bebalah, ngakuk majau, nyambut majau.” Dalam upacara perkawinan masyarakat lampung mengenal istilah Bumbang Aji yang merupakan tatanan adat perkawinan masyarakat Lampung Pepadun . Dasar memilih jenjang adat perkawinan ini karena dasar utamanya adalah kesepakatan
dari pihak gadis yang akan dinikahi oleh pihak pria secara
terang kepada orang tuanya., namun bentuk Bumbang Aji hanya dapat dilaksanakan apabila permintaan dari pihak keluarga wanita di sanggupi oleh pihak keluarga laki-laki. Jika sudah terjadi sebambangan yang di lakukan oleh wanita dan laki-laki maka sebambangan harus dibatalkan dan wanita harus di
4
kembalikan pada pihak keluarganya dan di selesaikan dengan proses adat yang di pilih seperti dengan Bumbang Aji. Dalam kegiatan persiapan upacara Bumbang Aji banyak tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan yang sesuai dengan adat yang berlaku. Tahapan-tahapan dalam upacara perkawinan ini dapat dimulai dari sebambangan tetapi ada juga yang memulainya langsung dari pertunangan dengan adanya kesepakatan antara kedua keluarga calon mempelai. Setelah tahap pertunangan selesai maka akan diadakan pelamaran calon mempelai wanita oleh pihak laki-laki tyang akan datang bersama para punyimbang adat pada tahap ini akan diadakan musyawarah kembali setelah kesepakatan sudah terjadi maka hanya akan menunggu waktu untuk pelaksanaan pernikahan saja. Pada dasarnya upacara Bumbang Aji ini merupakan upacara adat yang besar dan tergolong mewah karena banyak persiapan yang harus di lakukan dan banyak permintaan dari pihak wanita yang harus dipenuhi ditambah dengan tata cara pelaksanaan sampai dengan penyelesaian upacara adat ini. Seiring dengan perubahan dan kemajuan zaman membuat manusia semakin berkembang begitupula dengan kebudayaan yang mengikuti perkembangan zaman membuat budaya itu sendiri mengalami pergeseran dalam proses pelaksanaannya tidak terkecuali dalam proses pelaksanaan Bumbang Aji sendiri. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud untuk meneliti mengenai Proses pelaksaanaan Bumbang Aji dalam upacara perkawinan masyarakat Lampung Pepadun marga Buay Nyerupa di Kabupaten Lampung Tengah .
5
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan oleh penulis di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Proses pelaksaanaan Bumbang Aji dalam upacara perkawinan masyarakat Lampung Pepadun marga Buay Nyerupa di Kabupaten Lampung Tengah. 2. Fungsi Bumbang Aji dalam Uapacara Perkawinan masyarakat Lampung Pepadun marga Buay Nyerupa di Kabupaten Lampung Tengah.
1.3. Pembatasan Masalah Agar dalam penelitian ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ada, maka penulis membatasi masalah ini pada Proses kegiatan Bumbang Aji dalam upacara perkawinan masyarakat Lampung Pepadun marga Buay Nyerupa di Kabupaten Lampung Tengah.
1.4. Rumusan Masalah Untuk memudahkan penelitian lebih lanjut, maka rumusan masalah sangat penting untuk dibuat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimanakah
Proses pelaksaanaan Bumbang Aji dalam upacara perkawinan masyarakat Lampung Pepadun marga Buay Nyerupa di Kabupaten Lampung Tengah ?”.
1.5. Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang di lakukan tentunya memiliki tujuan di hasil akhir penelitian. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Proses pelaksaanaan Bumbang Aji dalam
6
upacara perkawinan masyarakat Lampung Pepadun marga Buay Nyerupa di Kabupaten Lampung Tengah.
1.6. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi semua pihak yang membutuhkan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Sebagai sumbangan referensi bagi mahasiswa dan masyarakat umum agar mengetahui Proses pelaksaanaan Bumbang Aji dalam upacara perkawinan masyarakat Lampung Pepadun marga Buay Nyerupa di Kabupaten Lampung Tengah. 2. Sebagai informasi kepada generasi muda untuk lebih mengetahui Proses pelaksaanaan Bumbang Aji dalam upacara perkawinan masyarakat Lampung Pepadun marga Buay Nyerupa.
1.7. Ruang Lingkup Penelitian a) Ruang Lingkup Ilmu Penelitian Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup Antropologi budaya. b) Ruang Lingkup Objek Penelitian Ruang lingkup objek penelitian ini adalah Proses pelaksaanaan Bumbang Aji dalam upacara perkawinan masyarakat Lampung Pepadun marga Buay Nyerupa di Kabupaten Lampung Tengah. c) Ruang Lingkup Subjek Penelitian
7
Ruang lingkup subjek
penelitian ini adalah Masyarakat Lampung
Pepadun Buay Nyerupa di Kabupaten Lampung Tengah. d) Ruang Lingkup Waktu Penelitian Waktu penelitian ini adalah pada tahun 2016. e) Ruang Lingkup Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lampung Tengah.
REFERENSI Redi Panuju.1996. Ilmu Budaya Dasar dan Kebudayaan. PT Gramedia. Jakarta. Halaman 28 Pemerintah Provinsi Lampung Dinas Pendidikan. 2004. Pakaian dan Perhiasan Pengantin Tradisional Lampung. UPTD Museum Negeri Lampung “Ruwa Jurai”. Bandar Lampung Halaman 2. Depdikbud. 1999. Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun. Bandar Lampung. Halaman 1 Koleksi Deposit, 2006, Selayang Pandang Sejarah Dan Budaya Kabupaten Lampung Tengah, Gunung Sugih, Depdikbud Kanwil Propinsi Lampung. Halaman 79
Wawancara Kasim. Di Kampung Komering Putih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah. 11 February 2017. Sabtu. Pukul 13.00 WIB.
8
II. Tinjauan Pustaka, Kerangka Pikir dan Paradigma
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kebudayaan Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung serta di teruskan oleh anggota masyarakat tertentu (Drs. Djoko Widagdho, 2003 :19) . Menurut Koentjaraningrat Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. (Koentjaraningrat, 2003:72) Dua kekayaan manusia yang paling utama ialah akal dan budi atau yang lazim di sebut dengan pikiran dan perasaan, yang memungkinkan munculnya karya-karya manusia. Cipta, karsa dan rasa pada manusia sebagai buah akal budinya terus melangkah maju tanpa hentinya menghasilkan benda-benda baru, dari proses ini maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan. Jadi kebudayaan hakikatnya tidak lain adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia. Dari penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa pengertian kebudayaan diungkapkan secara berbeda-beda, namun dapat di simpulkan bahwa kebudayaan adalah suatu bentuk dari satu kesatuan sifat atau tingkah laku manusia yang menghasilkan
9
sebuah karya di dalam masyarakat dengan cara belajar dan menyatakan diri berada di dalam seluruh segi kehidupan social dan membentuk kesatuan sosial dengan suatu ruang dan waktu. Pemicu terbentuknya sebuah kebudayaan adalah akal dan budi yang berada di dalam diri manusia itu sendiri sehingga merangsang adanya pertumbuhan ataupun perkembangan yang memicu terbentuknya suatu kebudayaan yang dihasilkan dan menyatau di dalam masyarakat serta di dalam tatanan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat adat lampung pepadun yang menetap di kampung komering putih Kabupaten Lampung Tengah.
2.1.2 Konsep Perkawinan Menurut Sabarudin Sa perkawinan merupakan unsurtali-temali yang meneruskan kehidupan manusia dalam masyarakat ( generasi ) dengan kata lain, terjadi perkawinan berarti berlakunya ikatan kekerabatan untuk dapat saling membantu dan menunjang hubungan kekerabatan yang rukun dan damai serta adanya silsilah yang menggambarkan kedudukan seseorang sebagai anggota kerabat (Sabarudin Sa, 2012 : 66). Menurut R. Soetojo Prawirohamidjojo perkawinan adalah persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita yang di kukuhkan secara formal dengan undang-undang yaitu yuridis dan juga kebanyakan “ religious “, menurut tujuan suami istri dan undang-undang, dan dilakukan untuk selama hidupnya menurut pengertian lembaga perkawinan (R. Soetojo Prawirohamidjojo 1998 : 22 ) .
10
Tata cara perkawinan adat pepadun pada umumnya berdasarkan perkawinan jujur yang pelaksanaannya dapat dengan cara hibal sereba, Bumbang Aji, intar padang, intar manom, sebambangan. Tata cara upacara adat ini dapat di laksanakan apabila sudah tercapai kesepakatan antara kerabat dari pihak pria dengan kerabat dari pihak wanita, baik yang di lakukan karena rasan sanak atau rasan tuha artinya kesepakatan terjadi baik ketika berlarian atau sebambangan ataupun terjadi perundingan atau adanya peminangan atau Bumbang Aji. Dalam perkawinan adat biasanya seluruh masyarakat yang bersangkutan secara langsung ataupun tidak langsung ikut ambil bagian, karena perkawinan bagi masyarakat lampung bukan semata-mata urusan pribadi melainkan juga urusan keluarga, kerabat dan masyraakat adat. “perkawaninan masyarakat lampung pepadun menurut hukum adat bukan saja suatu ikatan antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri untuk bermaksud mendapatkan keturunan dan membangun serta membina rumah tangga yang bahagia dan kekal, tetapi juga suatu hubungan yang menyangkut para anggota kerabat, baik dari pihak suami maupun pihak istri, serta diantara hubungan kekerabatan yang paling bersangkut paut dengan masalah perkawinan”( pemerintah provinsi lampung dinas pendidikan, 1998 : 10 ). Beberapa pendapat di atas telah menjelaskan tentantang pengertian perkawinan, jadi dapat di simpulkan bahwa Perkawinan dilaksanakan oleh dua orang yang telah bekerja sama dan telah sepakat untuk hidup bersama hingga hayatnya. Agar kehidupan rumah tangga ini dapat langgeng sepanjang masa, mutlak diperlukan ikatan yang kuat berupa rasa cinta yang bertujuan untuk saling memahami, saling menjaga, saling melindungi, dan saling membantu.
11
Perkawinan bukan semata-mata legalisasi, dari kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan perempuan tetapi lebih dari itu perkawinan merupakan ikatan lahir batin dalam membina kehidupan keluarga. Dalam menjalankan kehidupan berkeluarga diharpkan kedua individu itu dapat memenuhi kebutuhannya dan mengembangkan dirinya. Perkawinan sifatnya kekal dan bertujuan menciptakan kebahagian individu yang terlibat didalamnya. sedangkan perkawinan bagi masyraakat Lampung dapat di simpulkan bahwa perkawinan bagi masyarakat lampung pepadun tidak hanya menyangkut kepentingan atau urusan individu melainkan sudah menyangkut kepentingan keluarga dan masyrakat adat. Perkawinan bagi masyrakat lampung pepadun tidak hanya di pandang sebagai suatu yang suci namun juga di pandang sebagi suatu ikatan yang dapat menggabungkan atau mempererat hubungan antara pihak kerabat pria maupun wanita yang akan menjadi satu keluarga yang utuh setelah perkanian di lakukan.
2.1.3 Konsep Bumbang Aji Bumbang Aji merupakan perkawinan yang dilakukan ketika si gadis dibawa ke keluarga pria untuk ditanya kesediaannya menikah. Jika setuju, si gadis diantar kepada keluarganya. Prosesi kemudian dilanjutkan dengan pertunangan. Bumbang Aji adalah upacara perkawian yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Buay Nyerupa di Lampung Tengah. Menurut Bapak Suttan Junjungan Sako dalam wawancara beliau mengatakan : “ Bumbang Aji Merupakan bentuk perkawinan yang didahului dengan pertunangan.Jangka waktu pertunangan tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak. Bentuk upacara Bumbang Aji melalui tiga tahapan yaitu bepadu atau bebalah, ngakuk Majau, Nyambut Majau.”( Hasil wawancara dengan bapak Suttan Junjungan Sako . tanggal 31 Oktober 2016 ) .
12
Dalam upacara perkawinan masyarakat Lampung mengenal istilah Bumbang Aji yang merupakan tatanan adat perkawinan masyarakat Lampung Pepadun . Dasar memilih jenjang adat perkawinan ini karena dasar utamanya adalah kesepakatan
dari pihak gadis yang akan dinikahi oleh pihak pria secara
terang kepada orang tuanya. Namun bentuk Bumbang
Aji hanya dapat
dilaksanakan apabila permintaan dari pihak keluarga wanita di sanggupi oleh pihak keluarga laki-laki. Jika sudah terjadi sebambangan yang di lakukan oleh wanita dan laki-laki maka sebambangan harus dibatalkan dan wanita harus di kembalikan pada pihak keluarganya dan di selesaikan dengan proses adat yang di pilih seperti dengan Bumbang Aji. Tahapan pertama dalam Bumbang Aji dimulai yaitu dengan bujang (meranai) mula-mula melarikan gadis (muli) ketempat punyimbang pihak laki-laki, lalu Penghulu setempat datang menanyakan kepada muli, apakah dia dipaksa atau kemauan sendiri. Bila jawabannya kemauan sendiri maka dia akan dipulangkan kekeluarganya diiringi oleh para punyimbang bujang gadis dari pihak laki-laki. Sebelum gadis diantar pulang telah terjadi kesepakatan antar kedua belah pihak tentang pemberian kepada gadis untuk dibawa pulang berupa uang, pakaian dan perlekangkapan lainnya. Selanjutnya para peghwatin memusyawarahkan lamanya waktu pertunangan. Masa pertunangan dapat mencapai waktu setahun atau lebih sesuai kesepakatan bersama. Umumnya di bawah satu tahun. Tahap kedua dilaksanakan setelah masa pertunangan habis maka kedua belah pihak melakukan musyawarah untuk
13
menentukan segala sesuatu yang berkenaan dengan resepsi pernikahan. Hal-hal yang dirundingkan diantaranya adalah: 1) Dau atau uang denda 2) Dau Balak atau uang jujur. Tahapan ketiga dilaksanakan dilakukan dengan melakukan berbagai persiapan diantaranya kekeluarga pihak laki-laki bersama peghwatin mempersiapkan segala sesuatunya untuk berangkat ke kediaman pihak wanita. Rombongan ini terjadi atas keluarga besar pihak laki-laki bersama punyimbang adat dan tak lupa pula muli meghanai (bujang gadis). Pihak perempuan keluarga besarnya telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan rombongan calon besan. Persiapan meliputi juga perlengkapan upacara pernikahan, setelah itu akan di lanjutkan kepada acara inti yaitu pembacaan ayat Alqur'an oleh calon mempelai, akad nikah sesuai dengan rukun islam, duduk bersanding diatas puade, sabaian yakni acara pengesahan menjadi besan (sabai), pemberian gelar adat kepada pengantin laki-laki diberi adok sedangkan pengantin wanita diberi amai. 2.1.4 Konsep Masyarakat Lampung Pepadun Di Indonesia terdapat berbagai macam masyarakat adat salah satunya adalah masyarakat Lampung Pepadun. Adat istiadat masyarakat Pepadun khususnya ditandai dengan upacaraupacara adat besar dengan pemberian gelar atau Juluk Adok. Dalam kedudukan setiap orang mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan status adat (Achieved status), dengan melakukan cakak Pepadun. Syaratnya adalah membayar sejumlah uang yang disebut dau dan sejumlah kerbau. Makin tinggi tingkat adat yang akan dicapai, makin banyak uang yang dibayarkan dan kerbau yang harus dipotong. Kalau seseorang
14
menaikan statusnya sebagai penyimbang atau pemimpin adat harus lebih dulu disahkan dan diakui oleh penyimbang-penyimbang yang setingkat di lingkungan daerahnya (Pemerintah Provinsi Lampung Dinas Pendidikan, 2004 : 2).
Pepadun dalam arti sehari-hari adalah bangku tahta kepunyimbangan adat yang terbuat dari bahan kayu berkaki empat dan berukir-ukir” ( Hilman Hadikusuma 2003:18). Bangku tahta tersebut didapat para penyimbang dulu dari Banten pada abad 17, dan agaknya berasal dari Jepara (Jawa Tengah) atau dari Bali. Bangku tahta itu digunakan oleh para punggawa Banten dalam
acara serba besar di
Pusiban Kesultanan Banten. Adat Pepadun terdiri dari 5 (lima) klan yaitu : Tulang Bawang, Way Kanan, Sungkai, Abung Siwo Mego/Sembilan Marga, dan Pubian Telu Suku/Tiga Suku. Pepadun sebagaimana kita ketahui bangku kecil berkaki 4 (empat) sebagai makna tempat pepaduan atau musyawarah yang Pepadun terbuat dari kayu Lemangsa
dipimpin oleh ketua adat. Semula Kepampang. Sebagai kayu tempat
persembahan kerajaan Tumi, cabangnya satunya beracun, kemudian cabang yang satu getahnya adalah penangkal racun. Ketika kerajaan Tumi dikalahkan oleh Putri Bulan maka untuk mengenang adanya kerajaan Tumi yang dikalahkan Kayu Lemangsa Kepampang ditebang dijadikan bangku tempat duduk sang pemimpin adat yang lazim disebut Pepadun. Berdasarkan pendapat di atas didapat bahwa Pepadun adalah bangku
tahta
kepenyimbangan adat yang digunakan untuk bermusyawarah, menyelesaikan perkara-perkara adat yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kerabat bersangkutan dengan rukun dan damai. Masyarakat Lampung Pepadun umumnya berdialek Nyo“O” Seperti pada masyarakat adat Abung Sewo Mego dan Mego
15
Pak Tulang bawang, sebagian lagi menggunakan dialek Api“A” seperti pada masyarakat Pubiyan Telu Suku, Bunga Mayang (Sungkai), dan Way Kanan. 2.2 Konsep Masyarakat Abung Sewo Mego Dalam buku Hilman Hadikusuma Masyarakat dan Adat Budaya Lampung, menyatakan bahwa Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat: Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi. Penduduk di Lampung Tengah sendiri di angkat dari adat kemargaan “Abung Sewo Mego” dan “Pubian Telu Suku”, yaitu kebuaian atau jurai yang berasal dari 9 (sebilan) keturunan. Kesembilan jurai (jurai sewo) itu terdiri dari Anak Tuha, Nuban, Nunyai, Unyi, Subing, Kunang, Selagai, Nyerupa dan Beliuk. Penduduk asli Lampung di Lampung Tengah di angkat dari adat kemargaan “Abung Siwo Mego” dan “Pubian Telu Suku”, yaitu kebuaian atau jurai yang berasal dari 9 (sebilan) keturunan. Sembilan kebuaian penduduk asli ini, di lingkungan setempat masing-masing mendiami sejumlah tempat di Kabupaten Lampung Tengah. Hal itu dengan ditandai adanya perkampungan masyarakat pribumi, bahasa daerah sehari-hari yang dipergunakan serta budaya daerah penduduk suku asli yang turun temurun bermukim di sini. Dalam Kitab “Kuntara Raja Niti”, yakni kitab (book) adat istiadat orang Lampung yang hingga kini masih dapat ditemukan dan di baca, baik dalam bentuk aksara asli Had Lappung maupun yang telah di tulis dalam aksara latin, walaupun isinya sudah banyak di pengaruhi agama Islam yang masuk dari Banten, dikatakan sebagai berikut: Siji turunan Batin tilu suku tuha lagi lewek djak Pagaruyung Menangkabau pina turun satu putrid kajangan, dikawinkan jama Kun Tunggal, ja ngada Ruh Tunggal
16
ja ngakon tunggal ja ngadakan umpu sai tungau umpu sai tungau ngadakan umpu serunting umpu sai runting pendah disekala berak ja budiri ratu pumanggilan, Ratu pumanggilan (umpu si Runting nganak lima muari; 1) Sai tuha Indor Gadjah turun abung siwa miga, 2) Si Belunguh turunan peminggir, 3) Si Pa’lang nurunkan pubijan tilu suku, 4) Si Pandan ilang, 5) Si Sangkan wat di suka ham. Dengan demikian, menurut apa yang diuraikan Kuntara Raja Niti, orang-orang Lampung (suku Pubian, Abung, Peminggir dan lain-lain) berasal dari Pagaruyung. Marga Abung ada 9 kebuayan yaitu : 1. BUAY NUNYAI : Ngemulan batin sebuay nunyai,mergo siwo tanjar semapew, akkun begawei nguppulken sumbay, serbo cukup tandono liyeuw. Arti: Permulaan/Bibit Pemimpin si buay nunyai, sembilan marga sejajar berdampingan, waktu pesta adat mengumpulkan sumbay, serba kecukupan tandanya lewat. Ini menandakan dari sembilan marga Abung buay nunyai awalnya merupakan pemimpin karena dia anak paling tua selain itu tanda mereka adalah serba kecukupan. 2. BUAY UNYI: Tuladan buay unyi,gayo ngemulan sako, mak ngemik anying ngenei, mulo jejamo mako. Arti: Ketauladan buay unyi, kaya permulaan dulu, tidak punya tapi memberi, makanya sesama punya/kaya. Ini menandakan buay Unyi adalah orang yang senang menolong/berbagi satu sama lain.
17
3. BUAY SUBING: Cemecek batin lain wat apai, liwakno ho sangun kakmapeu,akun begawei nguppulken sumbay, selek tigo tandono liyeuw Arti: Cemecek pemimpin bukan ada tempat tidur, berpisah dulu memang sudah kaya, waktu pesta adat mengumpulkan sumbay, menyandang tiga keris tandanya lewat. Ini menandakan buay subing dari dulu juga sudah kaya dan dalam pesta adat selalu menyandang 3 keris (biasanya 2) karena ada 1 keris yang merupakan rampasan dari raja bajak laut atau bajau yang berhasil dia kalahkan. 4. BUAY NUBAN: Buay nuban sejaro timbay,anjak dijaman sang bimo ratu, wateu bebagei sikam pak mubai, nuwak tano semapeu tungguw Arti: Buay nuban sejaro dulu, dari jaman sang bimo tunggal, waktu berbagi
kami
empat
perempuan,
nuwak
sekarang
menunggu
berdampingan. Ini menandakan buay nuban adalah anak perempuan. 5. BUAY BELIYUK: Anak kudo kecacah awas, sebidang ruang semapeu tungguw, akun begawei lagi digilas, pak likur daw tandono liyeuw Arti: Anak kuda awas kesohor, sebidang ruang menunggu berdampingan, waktu pesta adat di gilas, 40 harta tandanya lewat. Ini menandakan ada 40 daw dari ngejuk akkuk untuk buay beliyuk dalam adat setelah perdamaian digilas setelah berselisih dengan buay Nunyai? dimana buay beliyuk sewaktu mereka hampir kalah lalu dibantu orang misterius dari Banten yang diperkirakan adalah Fatahillah. 6. BUAY NYERUPO: Gajah igai sekappung, nyepurung sapu jagad, nyeberang suwo nginum, mak neteng kanan kiri. Arti: Gajah igai
18
sekampung, memutar sapu jagat, nyeberang sekalian minum, tidak memegang kanan kiri. Ini menandakan ciri dari buay nyerupo, sebelumnya kedudukannya diisi oleh buay bulan setelah terjadi perselishan dijaman Belanda akhirnya kedudukan buay bulan digantikan buay nyerupo 7. BUAY SELAGAI: Kimas sako ngeberan,lem abung siwo migo,baten lagi rusuan, yo sangun meno sibo. Arti: Pemimpin dulu pangeran, dalam abung sewo migo, banten dan rasuan, dia memang duluan siba. Ini menandakan buay selagai yang paling duluan siba ke Banten dan mendapat gelar pangeran atau adipati. 8. BUAY KUNANG: Buay kunang nyahajo, jak aji pemanggilan,dilem pengawo sewo, meno pesayan. Arti: Inilah buay kunang, dari aji pemanggilan, dalam punggawa sembilan, duluan sendiri. Ini mengisahkan sewaktu buay nunyai turun dari canguk gatcak ke Way Abung atau rarem mereka sudah menjumpai buay kunang bermukim di sekitar Bujung Penagan 9. BUAY ANAK TUHO: Anak aji simeno,turun jak tali kiang,sijo saitemen yo, ngadiken siwo ruang. Arti: Anak aji yang duluan, turun dari tali kiang, ini yang sebenarnya, mengadakan sembilan ruang. Ini menandakan dari kerabat buay aji, buay anak tuho yang duluan turun dari Skala Brak. Berdasarkan identifikasi persebaran masyarakat Lampung Pepadun Abung Sewo Mego, maka Kampung Komering Putih Kabupaten Lampung Tengah masuk kedalam marga Abung Sewo Mego buay nyerupa.
19
2.3 Kerangka Pikir Masyarakat Lampung Pepadun merupakan salah satu dari beraneka ragamnya suku bangsa di Indonesia dalam masyarakat Lampung Pepadun sendiri memiliki sebuah upacara perkawinan yang di kenal dengan nama Bumbang Aji atau dengan cara lamaran yang merupakan tatanan adat perkawinan masyarakat Lampung Pepadun . Dasar memilih jenjang adat perkawinan ini karena dasar utamanya adalah kesepakatan dari pihak gadis yang akan dinikahi oleh pihak pria secara terang kepada orang tuanya, namun bentuk Bumbang
Aji hanya dapat
dilaksanakan apabila permintaan dari pihak keluarga wanita di sanggupi oleh pihak keluarga laki-laki. Jika sudah terjadi sebambangan yang di lakukan oleh wanita dan laki-laki maka sebambangan harus dibatalkan dan wanita harus di kembalikan pada pihak keluarganya dan di selesaikan dengan proses adat yang di pilih seperti dengan Bumbang Aji. Bumbang Aji merupakan bentuk perkawinan yang didahului dengan pertunangan. Jangka waktu pertunangan tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak. Bentuk upacara Bumbang Aji melalui tiga tahapan yaitu bepadu atau bebalah pada tahapan ini
para punyimbang di serta beberapa anggota kerabat dari pihak
keluarga bujang datang ke tempat pihak keluarga gadis untuk berbicara atau berunding dalam rangka peminangan untuk perkawinan apabila lamaran diterima oleh pihak keluarga gadis maka tahapan selanjutnya adalah ngakuk Majau rombongan dari pihak pria datang kembali ke tempat pihak keluarga gadis dengan membawa
biaya
adat
kemudian
perwatin
adat
pihak
mempelai
pria
menyampaikan maksud tujuannya untuk menyerahkan barang-barang bawaannya. Nyambut Majau pada tahap ini kedatangan kembali rombongan mempelai pria di
20
sambut dengan upacara adat. Setelah penjelasan mengenai Bumbang Aji, maka kerangka pikir dalam penelitian ini akan membahas mengenai proses pelaksanaan Bumbang Aji
yang terdiri dari tahap persiapan Bumbang Aji, pelaksanaan
Bumbang Aji dan penyelesaian kegiatan Bumbang Aji.
21
2.4 Paradigma
PerkawinanAdat Lampung Pepadun
Bumbang Aji
Kegiatan I (Tahap persiapan Pelaksanaan Bumbang Aji)
Kegiatan II (Tahap pelaksanaan Bumbang Aji )
Keterangan: : Garis Hubungan : Garis Kegiatan
Kegaiatan III (Tahap penyelesaian Bumbang Aji)
REFERENSI
Djoko Widagdho. 2003.ilmu budaya dasar. Bumi Aksara. Jakarta. Halaman 19 Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi –Jilid 1, Rineka Cipta .Jakarta. Halaman 72
Ibid.at 20 Sabaruddin Sa. 2012. Lampung Pepadun dan saibati/Pesisir . Buletin Waylima Manjau. Jakarta. Halaman 66 Prodjohamidjojo.2000. Martiman, Gemilang, Jakarta. Halaman 22
Hukum
Perkawinan
Indonesia.
Karya
Soerjono Soekanto. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. CV. Rajawali. Jakarta. Halaman 13 Aisyah Dachlan. 1979. Perkawinan dalam Islam. Pustaka amani. Jakarta. Halaman 56. Koentjaranigrat. 1982. Beberapa pokok antropologi sosial. Dian Rakyat. Jakarta. Halaman 90. Biro Bina Sosial Sekretariat Daerah. 2012. Tata Titi Adat Istiadat Budaya Lampung. Lampung. Halaman 46
Pemerintah Provinsi Lampung Dinas Pendidikan. 2004. Pakaian dan Perhiasan Pengantin Tradisional Lampung. UPTD Museum Negeri Lampung “Ruwa Jurai”. Bandar Lampung Halaman 2.
22
III.METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Menurut Husin Sayuti, metode adalah cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Sayuti, 1989 : 32). Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan masalah, maka langkahlangkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah dirumuskan (Nawawi, 1985 : 61). Dalam suatu penelitian metode sangat penting dalam menentukan
suatu
keberhasilan terhadap obyek yang diteliti. Metode penelitian digunakan agar hasil penelitian yang dilakukan tersusun secara sistematis dan objektif. Metode penelitian merupakan faktor yang penting dalam memecahkan suatu masalah yang turut menentukan pilihan. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif yaitu dengan berusaha mencari gambaran menyeluruh tetang data, fakta, dan peristiwa yang sebenarnya mengenai penelitian yang di lakukan di daerah Komering Putih.
23
3.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian tentang Bumbang Aji sedniri dilakukan di Kampung komering putih marga Buay Nyerupa Kabupaten Lampung Tengah. Adapun pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan atas pertimbangan sebagai berikut : -
Dilokasi tersebut mayoritas penduduknya adalah masyarakat Lampung Pepadun
-
Lokasi tersebut mayoritas masyarakatnya masih memiliki adat yang kental dan sering melaksanakan upacara perkawinan Bumbang Aji
3.3 Variabel Penelitian Menurut Soetandyo Wignjosoebroto (1983) dalam bukunya Bagong Suyanto dan Sutinah mengatakan bahwa variabel adalah suatu konsep yang dapat mewujud kedalam dua atau lebih dari dua kesatuan variasi (hitungan atau ukuran) (Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005 : 47). Variable adalah konsep yang mempunyai variasi nilai (misalnya variable model kerja, keuntungan, biaya promosi, volume penjualan , tingkat pendidikan manajer, dan sebagaianya. Atau dapat juga di artikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut. ( Drs. S. Margono 2007 :133 ). Menurut Kidder, variabel adalah suatu kualitas ( qualities ) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Sedangkan menurut Robbin Pearson, bahwa variabel adalah semua karakteristik umum yang dapat diukur (measurable) dan dapat berubah dalam intensitas, keluasan atau keduanya.
24
Dapat disimpulkan bahwa variable penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari kemudian di tarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal mengenai Bumbang Aji dalam upacara perkawinan pada masyarakat Lampung Pepadun marga Buay Nyerupa di Kabupaten Lampung Tengah. 3.4 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel penelitian adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. (Moh. Nazir; 2003:126). Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi definisi Operasional Variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel atau memberi petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Masri Singarimbun :1991 : 46). Dengan demikian maka dapat di simpulkan definisi operasional variabel adalah suatu petunjuk yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan agar mudah diteliti. Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah proses pelaksanaan Bumbang Aji pada masyarakat adat lampung pepadun di Kampung Komering Putih .
25
3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5 1. Teknik Observasi Menurut Edwards dan Talbott teknik Observasi adalah teknik yang digunakan untuk membandingkan masalah yang dirumuskan dengan kenyataan yang di lapangan (Maryaeni, 2005 : 68). Dalam kegiatan observasi seyogiyanya diperhatikan prinsip-prinsip berikut : a. Peneliti hanya mencatat apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan dan tidak memasukkan sikap dan pendapat pada catatan observasi yang dituliskannya. Dengan kata lain, catatan observasi hanya berisi deskripsi fakta tanpa opini. b. Jangan mencatat sesuatu yang hanya merupakan perkiraan karena memang belum dilihat, didengar atau dirasakan secara langsung. c. Diusahakan agar catatan observasi menampilkan deskripsi fakta secara holistis sehingga konteks fakta yang tercatat terfahami. d. Ketika melakukan observasi jangan melakukan target karena mungkin saja ketika melakukan observasi peneliti menemukan fakta lain yang menarik, tetapi tidak menjadi bagian dari penelitiannya (Maryaeni, 2005 : 69).
Berdasarkan pendapat tersebut maka observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan serta pencatatan langsung secara sistematik terhadap suatu gejala atau objek penelitian. Dengan menggunakan teknik observasi ini, peneliti dapat memperoleh gambaran umum mengenai proses pelaksanaan Bumbang Aji Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Lampung Pepadun Marga Buay Nyerupa Di Kabupaten Lampung Tengah. 3.5 2. Teknik Wawancara Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara. Wawancara atau interview adalah salah satu cara pengambilan data yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi lisan dalan bentuk terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur ( Dr. Maryaeni 2005 : 70 ).
26
Teknik pengumpulan data melalui wawancara merupakan salah satu teknik terbaik untuk mendapatkan data pribadi, tidak terbatas pada tingkat pendidikan, asalkan responden dapat berbicara dengan baik, dan dapat dijadikan pelengkap teknik pengumpulan data lainnya (Usman, 2009 : 57). Teknik ini dapat di gunakan untuk mencari keterangan secara lengkap tentang Bumbang Aji di Kabupaten Lampung Tengah, oleh sebab itu
peneliti
menggunakan teknik wawancara dengan tokoh-tokoh adat (punyimbang adat) untuk mencari atau menggali keterangan tentang Bumbang Aji. Tujuan di gunakan teknik wawancara pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan menggunakan tanya jawab dengan informan sehingga memperoleh informasi yang jelas. 3.5.2.1 Informan Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian ( Moleong ,2006 : 132) Jadi, dia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Supaya lebih terbukti perolehan informasinya, ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan informan, yaitu : a) Subjek telah lama dan tahu dengan kegiatan atau aktifitas menjadi sasaran peneliti. b) Pernyataan yang di kemukakan oleh subjek kepada peneliti dapat di percaya dan benar adanya. c) Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang di maksud oleh peneliti. ( Prof. Dr. Sugiono, 2015 : 194 ).
27
Kriteria yang digunakan untuk memilih informan pada penelitian ini adalah : a) Masyarakat Lampung yang sudah menikah dengan menggunakan Bumbang Aji. b) Pemuka adat yang
menangani masalah perkawinan khususnya pada
pelaksanaan Bumbang Aji. Untuk melakukan penelitian ini, penulis menggunakan Purposif Sampling dalam penelitian kualitatif, Purposive sample adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:85). Teknik penentuan sampel Purposif Sampling di dasarkan pada ciri-ciri tertentu yang di pandang yang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri yang sudah di ketahui dengan kata lain sampel harus di sesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang di terapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Menurut Arikunto
(2010:183) pemilihan sampel secara
purposive pada penelitian ini akan berpedoman pada syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut: a) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. b) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjectis). c) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
28
3.6
Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan selain berfungsi untuk mendukung data primer yang diperoleh dari lapangan, teknik ini juga bermanfaat untuk memahami konsepkonsep ilmiah maupun teori-teori yang ada kaitannya dengan materi penelitian (Departemen Pendidikan Nasional, 2001 : 5). Teknik kepustakaan ini dapat digunakan untuk mensinkronisasikan dan mendukung data yang di peroleh di lapangan dengan teori yang telah di kemukakan oleh para ahli.
3.7 Teknik Analisis Data Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif karena data yang diperoleh bukan merupakan angka-angka sehingga tidak dapat diuji secara statistik dan data-data yang diperoleh merupakan uraian-uraian analisis. Analisis kualitatif dengan menggunakan proses berfikir induktif, untuk menguji hipotesis yang dirumuskan sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti. Induktif dalam hal ini dibuat bertolak dari berbagai fakta teridentifikasi munculnya atau tidak (Ali, 1985 : 155).
Analisis kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri (Usman, 2009 : 78). Langkah-langkah dalam penelitian menganlisis data dalam penelitian adalah sebagai berikut :
29
1. Reduksi Data Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian, penggolongan, pengabstrakan, dan membuang data yang tidak perlu serta memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian sehingga dapat diverifikasikan dan memperoleh kesimpulan. Data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mengolah hasil data tersebut. 2. Penyajian Data Penyajian data bertujuan untuk memudahkan peneliti melihat data secara keseluruhan. Bentuk penyajian data yang digunakan pada data kualitatif adalah bentuk teks naratif untuk mendeskripsikan hasil penelitian. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan memilih data yang relevan dan disajikan dalam kalimat yang mudah dimengerti. 3. Pengambilan Kesimpulan Dan Verifikasi Setelah data direduksi dan disajikan maka kemudian tindak lanjut peneliti adalah mencari arti, keteraturan pola, konfigurasi dan alur sebab akibat dan sebagainya. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung sehingga akan diperoleh kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.
30
Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengambil kesimpulan adalah : a) Mencari data-data yang relevan dengan penelitian b) Menyusun data-data dan menyeleksi data yang diperoleh dari sumber dilapangan c) Setelah semua data diseleksi barulah ditarik kesimpulan dan hasilnya dituangkan dalam bentuk penulisan.
REFERENSI Muhammad Nazir. 1998. Metode Penelitian Sosial. Ghalia Indonesia. Jakarta Halaman 57 Hadari Nawawi. 1985. Instrument Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Halaman 49 Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara. Jakarta. Halaman 118 Suryabrata, Sumadi. 1983. Metedologi Penelitian. Rajawali. Jakarta. Halaman 83 Masri Singarimbun. 1991. Metode Penelitian. LP3S. Yogyakarta. Halaman 46 Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Halaman 68. Ibid. Hlm 69. Sutrisno Hadi.1984. Metodelogi Research. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Halaman 120 Kartini Kartono. 1980. Pengantar Metodelogi Riset Sosial. Alumni. Bandung. Halaman 171 Suwardi Endraswara. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Pustaka Widyatama. Yogyakarta. Halaman 119
Kebudayaan.
Moh.Ali. 1985. Penelitian kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung. Halaman 120
63
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan
bahwa proses pelaksanaan
Bumbang Aji , upacara ini didahului dengan pihak keluarga calon mempelai lakilaki akan menyerahkan calon mempelai wanita untuk dikembalikan terlebih dahulu kepada keluarganya, lalu akan mengadakan musyawarah dengan keluarga calon mempelai wanita untuk menentukan hari pelamaran. Perlengkapan yang harus disiapkan sebelum melaksakan Bumbang Aji yaitu pakaian adat lengkap , tempat sirih, uang sidang atau adat serta kerbau yang akan di serahkan oleh calon mempelai laki-laki. Selanjutnya pada tahapan pelaksanaan Bumbang Aji adalah pihak keluarga laki-laki akan menyerahkan barang seserahan atau permintaan dari calon mempelai wanita
yang sudah disepakati, setelah selesai melakukan
seserahan maka para punyimbang adat akan melakukan musyawarah kembali untuk menerima lamaran dari pihak pria dan untuk menentukan berapa lama jangka waktu pertunangan, ketika masa pertunangan habis maka akan langsung diadakan musyawarah kebali antar punyimbang adat yang akan membahas tengang waktu pelaksanaan Bumbang Aji serta biaya yang akan dikeluarkan jika kesepakatan telah selesai maka acara akan dilaksanakan, seta tahap penyelesaian Bumbang Aji yaitu kedatangan kembali rombongan mempelai ketempat pria
66
disambut pula dengan upacara adat. Setelah kedua mempelai mencelupkan kakinya kedalam baskom air yang telah disediakan, lalu keduanya masuk kedalam rumah untuk duduk “Tindih Sila” dan “Dipusek” selanjutnya mempelai wanita diberikan gelar 5.2. Saran Berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul Bumbang Aji dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Lampung Pepadun Marga Buay Nyerupa di Kabupaten Lampung Tengah, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran diantaranya :
1. Kepada seluruh mayarakat Lampung Pepadun di Kabupaten lampung Tengah agar dapat terus melaksanakan serta mempertahankan baik Bumbang Aji atau tradisi-tradisi lainnya. 2. Kepada generasi muda diharapkan untuk tetap dapat mempertahankan dan memahami tata cara persiapan sampai dengan akhir dari pelaksaan upacara pernikahan ini dan tradisi-tradisi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 1985. Penelitian kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara. Jakarta. BPS Kabupaten Lampung Tengah. 2016. Lampung Tengah Dalam Angka 2016. Lampung. Biro Bina Sosial Sekretariat Daerah. 2012. Tata Titi Adat Istiadat Budaya Lampung. Lampung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bandar Lampung. Burngin, Burhan. 2007 .Analisis Data penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan . 1999. Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun. Bandar Lampung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bandar Lampung
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Fungsi Keluarga Dalam Penanaman Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Minangkabau Di kota Bukittinggi. PD SYUKURI. Padang. Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Kebudayaan.
Hadi, Sutrisno.1984. Metodelogi Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung. Mandar Maju. Hadikusuma, Hilman. 2003. Hukum Perkawinan Adat Dengan Adat Istiadat Dan Upacara Adatnya. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Kartono, Kartini. 1980. Pengantar Metodelogi Riset Sosial. Alumni. Bandung.
Kherustika, Zurida dkk. 2008. Pakaian Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun. Bandar Lampung, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata UPDT Museum Negeri. Koleksi Deposit, 2006, Selayang Pandang Sejarah Dan Budaya Kabupaten Lampung Tengah, Gunung Sugih, Depdikbud Kanwil Propinsi Lampung. Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Rineka Cipta
Antropologi –Jilid 1, cetakan kedua, Jakarta:
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Masri, Singarimbun. 1991. Metode Penelitian. Yogyakarta: LP3S. Moleong, L. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Muhammad Nazir. 1998. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nawawi, Hadari. 1985. Instrument Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Nazir, Muhammad. 1998. Metode Penelitian Sosial. Ghalia Indonesia. Jakarta Pemerintah Provinsi Lampung Dinas Pendidikan. 2004. Pakaian dan Perhiasan Pengantin Tradisional Lampung. UPTD Museum Negeri Lampung “Ruwa Jurai”. Bandar Lampung Prawirohamidjojo,R. Soetojo.1998, Pluralisme Dalam Perundang-Undangan Perkawinan Di Indonesia. Surabaya, Universitas Airlangga ( Aup ) Sabaruddin Sa. 2012. Lampung Pepadun dan saibati/Pesisir : Buletin Waylima Manjau. Jakarta Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodelogi Riset. Fajar Agung. Jakarta. Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan- edisi revisi. cetakan keenam. Jakarta. Kencana. Usman, Husaini dan Purnomo. 2009. Metodologi Penelitian Sosial- edisi kedua. cetakan kedua. Jakarta. Bumi Aksara. Widagdho, Djoko 2003.ilmu budaya dasar. Bumi Aksara. Jakarta. Halaman 19 Wawancara : Kasim. Di Kampung Komering Putih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah. 11 February 2017. Sabtu. Pukul 13.00 WIB.
Azhari Kadir. Di Terbanggi Besar dikediaman bapak Azhari Kadir. 13 February 2017. Pukul 10.00 WIB R. Hari Zayaningrat. Di Kantor Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung. 13 February 2017. Senin. Pukul 13.00 WIB. Junaidi. Di Kampung Komering Putih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah. 14 February 2017. Selasa. Pukul 10.00 WIB. Purdawati. Di Kampung Komering Putih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah. 14 February 2017. Selasa. Pukul 13.00 WIB. Abu Midin. Di Kampung Komering Putih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah. 14 February 2017. Selasa. Pukul 15.00 WIB. Abraham Saleh. Di Kampung Komering Putih Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah. 15 February 2017. Rabu. Pukul 13.30 WIB.