1
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
Diterbitkan oleh : JKKG (Jaring Komunikasi Komunitas Guru)
PENGANTAR REDAKSI
http://www.buletinguruindonesia.com
“ Buletin Guru Indonesia adalah Media publikasi online nasional untuk mengembangkan dan menyebar luaskan kompetensi guru, kreatifitas, karya tulis ilmiah dan inovatif guna membangun kepribadian bangsa dan meningkatkan komunikasi insan guru “ Pengelolah /Penanggung Jawab: Bambang Sutedjo,SPd,Msi Dewan Redaksi : -Pristy Aroma Mawarda, S.Si -T. Yuliantoro , SPd
Puji syukur Kehadirat Allah “Buletin Guru Indonesia mampu terbit sampai masuk tahun keempat 2014. Disisi lain mampu memfasilitasi pendidik(guru) untuk menyalurkan dan memberi inspirasi para pendidik melalui karya tulis dan memberikan publikasi karya tulis tersebut yang dapat diakui secara legal guna kenaikan pangkat atau tugas dalam perkuliahan. Karena masih banyak rekan-rekan guru yang kesulitan dalam mengirim naskah melalui email maka ditahun 2014 naskah dapat dikirim diperwakilan JKKG di seluruh Indonesia yang tiap kota/kabupaten sudah terdapat perwakilan. Perlu diketahui bahwa pemuatan naskah tidak dipungut biaya. Perubahan Alamat redaksi di Perumahan Jombang Citra Raya Blok D6 No 5 Penerapan Pendidikan Karakter di SD......................3
Layout/Desing : -T.T. Susanto, S.Ikom - A.S. Adhim, S.Kom e-mail:
[email protected] 0817 0388 6953
Definisi Bermain dan pentingnya bermain................11 Mengembangkan kemampuan menjadi mandiri........17 Mengembangkan konsep EMASLIM di SSA............21
Keterangan Cover depan Kepala Daerah Bupati-Walikota dan Pejabat Menteri RI Lingkungan hidup dalam deklarasi bersih peduli sampah 2020 di Surabaya. Keterangan Sampul Belakang : Kegiatan peduli sampah warga Surabaya
Setiap karya tulis yang termuat di Buletin Guru Indonesia memiliki ISSN 2338-2155 dengan barcode berbeda-beda tergantung volume, nomor, dan tahun penerbitan. Secara otomatis karya tulis tersimpan dan terkoneksi di PDII LIPI dan TGJ LIPI Jakarta. Untuk bukti publikasi penulis, mengunduh atau download : halaman depan (cover depan), hal 1 (daftar isi), karya tulisan anda lengkap, dan halaman belakang (cover belakang) yang ada barcode. Jika kesulitan hubungi redaksi
[email protected]
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1Thn 2014 Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155 ISSN 2338-2155
2
PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR Oleh : Abdul Basir D Negarayu 02 Kec. Tonjong Kab. Brebes Jateng
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” (Ali bin Abi Thalib) Pesan bijak di atas kiranya perlu kita renungkan, ucapan itu berasal dari pribadi yang luhur dan saleh. Bermula dari itu penulis bermaksud mengumpulkan artikel dari berbagai sumber menjadi sebuah makalah yang disajikan dalam seminar dan workshop peningkatan profesionalitas guru. Banyaknya peristiwa yang tidak bermoral yang sering melanda negeri ini baik yang dilakukan para pejabat maupun rakyat. Semua itu terjadi karena mulai hilangnya karakter bangsa ini. Sebuah penggalan pepatah mengatakan, “be careful of your character, for your character becomes your destiny.” Jika diterjemahkan, arti pepatah tersebut berbunyi demikian, “Berhatihatilah dengan karaktermu, karena karaktermu akan menentukan nasibmu.” Sadar atau tidak sadar, sesungguhnya apa yang terjadi di dalam hidup seseorang, termasuk diri kita, merupakan buah dari karakter yang melekat pada diri kita. Acapkali terdengar ungkapan bahwa baik atau buruknya karakter seseorang merupakan warisan atau bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah. Pandangan tersebut tentu saja keliru. Mengapa? Karena karakter yang dimiliki oleh manusia tidak bersifat statis tetapi dinamis. Itu sebabnya kita bisa melihat bahwa ada orang yang dulunya jahat sekarang menjadi baik. Sebaliknya, ada orang yang dulunya baik tapi kemudian berubah menjadi jahat. Menurut Doni Koesoema A (Penulis, Peneliti dan Konsultan Pendidikan) menganggap bahwa jiwa manusia bisa dirubah dengan pendidikan, dan ini bisa dilakukan disekolah. Disekolah tersebut bisa diterapkan lima metode pendidikan karakter yakni mengajarkan pengetahuan tentang nilai, memberikan keteladanan, menentukan prioritas, praksis prioritas dan refleksi. Semua metode itu dilaksanakan dalam setiap momen disekolah, kemudian 3
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
diaktualisasikan
di
lingkungan
Pemerintah akan menerapkan pendidikan
bisa
karakter pada jenjang pendidikan anak
mengontrolnya dan juga turut serta
usia dini (PAUD) hingga perguruan
mempraktekkan.
tinggi mulai tahun ajaran baru 2011/2012.
masyarakat
supaya
mereka
Pendidikan karakter tersebut diwujudkan mulai dari kurikulum sampai dengan
B. Masalah Bagaimana
penerapan
pendidikan
membangun kultur budaya di sekolah. Sebelum
karakter di sekolah?
melangkah
lebih
jauh
dalam pembicaraan tentang pendidikan karakter, kita perlu mengetahui terlebih
C. Tujuan 1. Mengembangkan
keterampilan
dahulu arti dari karakter dan definisi dari pendidikan karakter. Ditinjau dari sudut
menulis; 2. Membuka
pengetahuan
pembaca
tentang pendidikan karakter; 3. Menyebarluaskan
perkembangan
etimologi, kata “karakter” atau dalam bahasa
Inggris
disebut
“character”
berasal dari kata Yunani “charassein” diartikan sebagai “pola perilaku moral
dunia pendidikan.
individu.” Oleh karena itu, pendidikan karakter
D. Manfaat 1. Meningkatkan profesionalitas guru; 2. Bahan bacaan di perpustakaan; 3. Peningkatan karir;
dapat
didefinisikan
sebagai
upaya membentuk pola perilaku moral individu
yang
baik
lewat
proses
berkesinambungan.
4. Referensi.
BAB II PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH
A. Hakikat Pendidikan Karakter
Karakter
dapat
diartikan
cara
"Pendidikan Karakter sebagai Pilar
berpikir dan berperilaku yang menjadi
Kebangkitan Bangsa (Raih Prestasi
ciri khas tiap individu untuk hidup dan
Junjung Tinggi Budi Pekerti)"
bekerjasama,
baik
dalam
lingkup
Slogan di atas merupakan tema
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Hardiknas tahun 2011 yang dicanangkan
Individu yang berkarakter baik adalah
pemerintah
melalui
Kementerian
individu yang bisa membuat keputusan
Pendidikan
Nasional
(Kemdiknas).
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
4
dan siap mempertanggungjawabkan tiap
memiliki keinginan, apalagi melakukan
akibat dari keputusan yang ia buat.
kualitas
karakter
tersebut
dalam
Karakter dan akhlak mempunyai arti
kehidupannya sehari-hari. Tidak heran
sama yaitu suatu kehendak yang sudah
jika kita masih menjumpai siswa antar
biasa
secara
sekolah yang terlibat tawuran, siswa yang
tujuan
terjerumus dalam pemakaian narkoba,
pendidikan
siswa yang bolos sekolah, siswa yang
akhlak semakna dan sejalan, yakni suatu
terlibat dalam pergaulan bebas, siswa
usaha sadar untuk membantu individu
yang
mempunyai kehendak
kepada guru bahkan berani menganiaya
dan
spontan.
sering
Maka
pendidikan
dilakukan
maksud
karakter
dan
dan
untuk
berbuat
mengucapkan
sendiri.
kata-kata
Oleh
kasar
sesuai dengan nilai dan norma (baik
gurunya
karena
itu,
dalam agama maupun di masyarakat)
pendidikan karakter tidak cukup hanya
serta membiasakan perbuatan tersebut
menyentuh akal pikiran tapi juga hati
dalam kehidupannya.
setiap peserta didik agar mereka mampu
Saat ini mulai marak dibicarakan
menghayati dengan benar dan pada
mengenai pendidikan karakter. Tetapi
akhirnya mengambil keputusan untuk
yang masih umum diterapkan mengenai
melakukan serta memiliki karakter yang
pendidikan karakter ini masih pada taraf
baik dalam hidupnya.
jenjang pendidikan pra sekolah (taman bermain
dan
taman
kanak-kanak).
B. Memahami Pendidikan Karakter Pendidikan karakter
Sementara pada jenjang sekolah dasar sangat-sangat
utama sejatinya diberikan kepada seorang
jarang sekali. Kurikulum pendidikan di
anak, sejak usia dini, dalam institusi
Indonesia masih belum menyentuh aspek
pendidikan yang paling kecil namun
karakter ini, meskipun ada pelajaran
berperan paling penting, yaitu keluarga.
Pendidikan
dan
Dalam lingkup keluarga, seorang anak
semisalnya, tapi itu masih sebatas teori
akan dibentuk karakter atau pola perilaku
dan tidak dalam tataran aplikatif. Dengan
moralnya oleh orang tua yang terdiri dari
kata lain, karakter yang baik baru sebatas
ayah dan ibu. Selain keluarga, ada
teori
institusi
dan
5
yang paling
seterusnya
dalam
masih
Kewarganegaraan
kepala
mereka.
Siswa
pendidikan
baik seperti kejujuran, ketaatan, tanggung
menanamkan karakter yang baik dalam
jawab, dan lain sebagainya, tapi hal
diri
tersebut tidak meresap di dalam hati
pendidikan
sehingga siswa tidak mampu merasakan,
sekolah. Sebagai institusi pendidikan
yang
tua
bisa
dilibatkan
anak-anak
orang
yang
mengerti tentang kualitas karakter yang
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
oleh
lain
mereka. dimaksud
ISSN 2338-2155
untuk
Institusi adalah
formal,
sekolah
pendidikan
mulai dari
awal
hingga
jenjang
pribadi yang berkarakter baik dalam
jenjang
hidupnya.
pendidikan tinggi berkewajiban untuk membentuk
karakter
setiap
peserta
didiknya. Hal ini dikarenakan sekolah merupakan partner orang tua dalam
Tiga tahapan penting tersebut adalah : 1. Knowing
good
(mengetahui
yang
baik); 2. Feeling good (merasakan yang baik), dan;
mendidik anak-anaknya.
3. Doing good (melakukan yang baik). Knowing good (mengetahui yang baik)
bisa
mudah
pengetahuan
diajarkan
bersifat
sebab
kognitif
saja.
Setelah knowing good harus ditumbuhkan feeling good (merasakan yang baik), yakni Terdapat sembilan pilar karakter yang
berasal
dari
nilai-nilai
luhur
bagaimana
1. Karakter cinta Tuhan dan segenap
bisa membuat orang senantiasa mau sesuatu
tumbuh kesadaran bahwa, orang mau
Setelah terbiasa melakukan kebajikan,
3. Kejujuran/amanah, diplomatis;
maka doing good (melakukan yang baik)
4. Hormat dan santun; 5. Dermawan, suka tolong-menolong dan
itu berubah menjadi kebiasaan. Ketiga tahapan tersebut harus dicapai seluruhnya
gotong royong/kerjasama;
oleh setiap peserta didik dan tidak bisa
6. Percaya diri dan pekerja keras;
diabaikan salah satunya.
7. Kepemimpinan dan keadilan;
Demi
8. Baik dan rendah hati, dan; 9. Karakter toleransi, kedamaian, dan
karakter
tercapainya yang
berhasil
pendidikan di
sekolah,
tidaklah logis jika tuntutan itu hanya
kesatuan.
dialamatkan pilar
karakter
itu,
diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik melalui tiga tahapan penting yang harus dicapai oleh setiap didik
Sehingga
cinta dengan perilaku kebajikan itu.
2. Kemandirian dan tanggungjawab;
peserta
kebaikan.
melakukan perilaku kebajikan karena dia
ciptaan-Nya;
Kesembilan
dan
mencintai kebajikan menjadi engine yang
berbuat
universal, yaitu:
merasakan
agar
mampu
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
menjadi
pada
peserta
didik.
Tanggung jawab yang seharusnya lebih besar lagi justru terletak di pundak kita, para guru, karena bagaimana pun setiap peserta didik atau siswa yang kita bina akan melihat contoh nyata pelaksanaan ISSN 2338-2155
6
karakter yang kita ajarkan tidak lain dari
kepada siswa tentang kemampuan dan
perilaku maupun perkataan kita sehari-
kebiasaan bekerja keras serta selalu
hari. Oleh sebab itu, guru harus menjadi
berupaya untuk melakukan yang terbaik
teladan atau pelaku pertama dari karakter
dalam proses belajar mereka (Thomas
yang
Lickona, 2004).
diajarkan
kepada
setiap
anak
didiknya. Selain keteladanan, guru juga harus
C. Desain Pendidikan Karakter
menjalin relasi yang baik dengan orang
Pendidikan karakter jika ingin efektif
tua peserta didik. Hal ini penting agar
dan utuh mesti menyertakan tiga basis
guru dapat bekerja sama dengan orang
desain dalam pemrogramannya. Tanpa
tua
tiga
untuk
memantau
kekonsistenan
basis
itu,
perkembangan karakter peserta didik baik
karakter
di
di sekolah maupun di rumah.
wacana semata.
program
sekolah
pendidikan
hanya
menjadi
1. Desain pendidikan karakter berbasis kelas. Desain ini berbasis pada relasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pembelajar di dalam kelas. Konteks pendidikan karakter adalah Bila pendidikan karakter di sekolah
proses relasional komunitas
dapat berjalan sebagaimana mestinya,
dalam konteks pembelajaran. Relasi
setiap
guru-pembelajar
peserta
didik
bukan
hanya
bukan
monolog,
berkembang dalam hal perilaku moral
melainkan dialog dengan banyak arah
atau karakternya saja tetapi berdampak
sebab komunitas kelas terdiri dari guru
juga pada perkembangan akademisnya.
dan
Pernyataan ini didasari pada dua alasan.
berinteraksi
dengan
Pertama,
Memberikan
pemahaman
jika
program
pendidikan
siswa
yang
sama-sama materi. dan
karakter di sekolah mengembangkan
pengertian akan keutamaan yang benar
kualitas hubungan antara guru dan anak
terjadi dalam konteks pengajaran ini,
didik, serta hubungan antara anak didik
termasuk di dalamnya pula adalah
dengan orang lain, maka secara tidak
ranah
langsung akan tercipta lingkungan yang
manajemen kelas, konsensus kelas,
baik untuk mengajar dan belajar. Kedua,
dan
noninstruksional,
lain-lain,
yang
seperti
membantu
pendidikan karakter juga mengajarkan 7
kelas
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
terciptanya
suasana
belajar
yang
hanya akan bersifat parsial, inkonsisten, dan tidak efektif.
nyaman. 2. Desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah.
BAB III
Desain ini mencoba membangun kultur
sekolah
membentuk
yang
karakter
PENUTUP
mampu
anak
didik
dengan bantuan pranata sosial sekolah
A. Simpulan Pendidikan
karakter
adalah
agar nilai tertentu terbentuk dan
pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang
terbatinkan dalam diri siswa. Untuk
melibatkan
aspek
menanamkan nilai kejujuran tidak
(cognitive),
perasaan
cukup hanya dengan memberikan
tindakan (action). Karakter adalah cara
pesan-pesan moral kepada anak didik.
berpikir dan berperilaku yang menjadi
Pesan
ciri khas tiap individu untuk hidup dan
moral ini
mesti diperkuat
(feeling),
bekerjasama,
melalui pembuatan tata peraturan
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
sekolah yang tegas dan konsisten
Individu yang berkarakter baik adalah
terhadap setiap perilaku ketidakjujuran.
individu yang bisa membuat keputusan
sekolah
mendidik,
tidak
Masyarakat
lingkup
dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
komunitas. Dalam
dalam
dan
dengan penciptaan kultur kejujuran
3. Desain pendidikan karakter berbasis
baik
pengetahuan
berjuang di
pendidikan,
komunitas
Mahatma Gandhi memperingatkan
sendirian.
tentang salah satu tujuh dosa fatal, yaitu
luar
seperti
lembaga keluarga,
“education
without
character”
(pendidikan tanpa karakter). Dr. Martin
masyarakat umum, dan negara, juga
Luther
King
juga
pernah
berkata:
memiliki tanggung jawab moral untuk
“Intelligence plus character….that is the
mengintegrasikan
pembentukan
goal of true education” (Kecerdasan plus
karakter dalam konteks kehidupan
karakter….itu adalah tujuan akhir dari
mereka.
pendidikan sebenarnya). Juga Theodore Roosevelt yang mengatakan: “To educate
Pendidikan karakter hanya akan bisa
a person in mind and not in morals is to
pendidikan
educate a menace to society” (Mendidik
karakter ini dilaksanakan secara simultan
seseorang dalam aspek kecerdasan otak
dan sinergis. Tanpanya, pendidikan kita
dan bukan aspek moral adalah ancaman
efektif
jika
tiga
desain
mara-bahaya kepada masyarakat).. Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
8
http://www.pendidikankarakter.org/inde
B. Saran Setelah
melihat
pentingnya
x.php?p=4_6
pendidikan karakter di sekolah, alangkah baiknya jika setiap jenjang sekolah yang
Koesoema A, Doni. (2010). Pendidikan
ada di Indonesia menjadikan pendidikan
Karakter Integral. Dapat diakses pada
karakter sebagai salah satu strong point
URL:(http://www.pendidikankarakter.o
atau pilar kekuatan sekolah dengan
rg/index.php?p=2_2
memperhatikan hal-hal berikut : 1. Komunikasi keluarga-sekolah;
Aline. (2011). Hardiknas Tahun ini Bertema
2. Kesehatan pertumbuhan peserta didik;
Pendidikan Karakter. Dapat diakses
3. Keceriaan peserta didik;
pada
4. Kenyamanan belajar;
http://www.pendidikankarakter.org/inde
5. Kreatifitas anak.
x.php?news&nid=25 )
URL:
Andri Susilo, Saktia. (2011). Mendiknas :
DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan Karakter Segera Diterapkan. ___________.
Membandingkan
Dapat
Karakter
Doni
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/r
Koesoema A dengan Ibnu Miskawaih.
ead/news/2011/05/02/84523/Mendiknas
Dapat
-Pendidikan-Karakter-Segera-
Konsep
(2010). Pendidikan
diakses
pada
URL:
http://www.pendidikankarakter.org/inde
diakses
pada
URL:
Diterapkan
x.php?news&nid=19 Suyanto. Koesoema A, Doni. (2010). Koran Harian
(2009).
Urgensi
Pendidikan
Karakter. Dapat diakses pada URL:
Anak BERANI, Jumat 23 Juli 2010. Hal.
http://www.mandikdasmen.depdiknas.g
9.
o.id/web/pages/urgensi.html
Mengembangkan
Pendidikan
Karakter di Sekolah. Dapat diakses pada
URL:
___________. (2010). Dampak Pendidikan
http://www.pendidikankarakter.org/inde
Karakter Terhadap Akademi Anak.
x.php?p=4_4
Dapat
diakses
pada
URL:
http://pondokibu.com/parenting/pend Joseph.
9
Masa Depan Cerah. Pendidikan
idikan-psikologi-anak/dampak-
Karakter di Sekolah. Dapat diakses
pendidikan-karakter-terhadap-
pada
akademi-anak/
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
URL:
ISSN 2338-2155
Nuridin. ( 2010 ). Pendidikan Karakter. Dapat
diakses
pada
URL:
http://www.pendidikankarakter.org/inde x.php?p=4_5
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/r ead/cetak/2010/04/30/107670/Pendidika n-Karakter-
atau
CONTOH PENULISAN ABSTRAK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN UNTUK SISWA KELAS VIIIB SMPN NEGERI 4 AMUNTAI MELALUI STRATEGI MEMORY CYCLE (Tahun 2011, 239 halaman)
Suhadi Guru IPA SMP Negeri 4 Amuntai Kabupaten Hulu Sungai Utara Propinsi Kalimantan Selatan
ABSTRAK Penelitian tindakan kelas secara umum bertujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran untuk peserta didik Kelas VIIIB SMPN 4 Amuntai. Secara khusus bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan aktivitas peserta didik; (2) Mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran oleh guru; dan (3) Mengetahui hasil belajar peserta didik yang mengacu pada strategi memory cycle pada Kelas VIIIB SMPN 4 Amuntai semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 untuk materi Bahan Kimia dalam Kehidupan Sehar-hari. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, di mana masingmasing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I terdiri dari dua pertemuan (dua kali tatap muka), demikian pula halnya dengan Siklus II. Data aktivitas peserta didik digali dengan Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik, data Pengelolaan Pembelajaran oleh Guru digali dengan Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran, sedangkan data hasil belajar peserta didik digali dengan Tes Hasil Belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Aktivitas peserta didik kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai tahun pembelajaran 2011/2012 pada pembelajaran yang mengacu kepada strategi memory cycle pada materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari di siklus I maupun siklus 2 penelitian tindakan kelas ini berada pada kategori BAIK; (2) Pengelolaan pembelajaran oleh guru di kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai yang tahun pembelajaran 2011/2012 yang telah dilakukan guru pada materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari dengan strategi memory cycle di siklus 1 maupun siklus 2 penelitian tindakan kelas ini juga berada pada kategori BAIK; dan (3) Hasil belajar peserta didik kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai tahun pembelajaran 2011/2012 pada materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari mengalami peningkatan dibanding tahun pelajaran 2010/2011 setelah menggunakan strategi memory cycle. Kata Kunci : bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari, kualitas pembelajaran, penelitian tindakan kelas, strategi memory cycle Catatan: Sebenarnya tata cara penulisan di atas juga dapat diberlakukan untuk abstrak skripsi,tesis, atau jurnal penelitian lainnya
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
10
DEFINISI BERMAIN DAN PENTINGNYA BERMAIN BAGI ANAK OLEH USWATUN KHASANAH TK Kartini Bengkulu
A. Definisi Bermain Menurut Para Ahli Bermain merupakan konsep yang tidak mudah untuk dijabarkan. Mungkin, mayoritas orang, seringkali mendengar kata-kata bermain. Bahkan mereka seringkali melakukan permainan. Namun, seringkali orang belum mampu memberikan definisi bermain. Para ahli, mendefinisikan konsep bermain berbeda-beda menurut perspektif masing-masing.Berikut ini adalah beberapa definisi bermain menurut sebagian kecil para ahli.para ahli. 1. Menurut Piaget, 1951 bermain merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan (Piaget, 1951). 2. secara lebih umum dalam term psikologi, Joan Freeman dan Utami Munandar (1996) mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional. 3. Bermain menurut pendapat Elizabeth Hurlock (1987:320) adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir. 4. Menurut Hughes (1999), seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya Children, Play, and Development, mengatakan bermain merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Suatu kegiatan yang disebut bermain harus ada lima unsur didalamnya, yaitu: a. Mempunyai tujuan yaitu permainan itu sendiri untuk mendapat kepuasan . b. Memilih dengan bebas dan tas kehendak sendiri, tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa. c. Menyenangkan dan dapat menikmati. d. Mengkhayal untuk mengembangkan daya imaginatif dan kreativitas e. Melakukan secara aktif dan sadar (DWP, 2005).
5.
Friedrich Froebel ( 1782- 1852 ) menjelaskan bahwa konsep bermain merupakan proses belajar bagi anak usia dini. Anak diajak bekerja di kebun, bermain dengan pimpinan, bernyanyi, pekerjaan tangan atau keterampilan, bersosialisasi, berfantasi, adalah merupakan proses belajar sambil bekerja.
6. Menurut Karl Buhler dan Schenk Danziger, bermain adalah ”kegiatan yang menimbulkan kenikmatan”. Dan kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya. 11
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
9. bagian mutlak dari kehidupan anak dan
a. 7. Andang Ismail (2009: 26) menuturkan bahwa permainan ada dua
permainan merupakan bagian integral
pengertian.
dari proses pembentukan kepribadian anak.
a.Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah.
secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima
b. Kedua, permainan diartikan sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan
10. Bermain menurut Mulyadi (2004),
kepuasan,
namun
ditandai
pencarian menang-kalah.
pengertian bermain : a. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak b. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik c. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak d. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak e. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar
7. Menurut Kimpraswil (dalam As’adi
bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya
Muhammad, 2009: 26) mengatakan bahwa definisi bermain adalah usaha
Berdasarkan beberapa pakar di atas,
olah diri (olah pikiran dan olah fisik)
dapat disimpulkan bahwa bermain
yang
bagi
merupakan keseluruhan aktivitas yang
pengembangan
dilakukan oleh individu yang sifatnya
motivasi, kinerja, dan prestasi dalam
menyenangkan, yang berfungsi untuk
melaksanakan tugas dan kepentingan
membantu individu mencapai
organisasi dengan lebih baik.
perkembangan yang utuh, baik fisik,
sangat
peningkatan
bermanfaat dan
8. Menurut Hans Daeng (dalam Andang
intelektual, sosial, moral dan emosional.
Ismail, 2009: 17) bermain adalah
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
12
B. Mengapa Bermain Penting untuk
·
Berpikir secara konkrit, dimana anak
dikembangkan?
belum daat memahami atau
Bagi siapa bermain itu penting dilakukan?
memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak (seperti cinta dan keadailan)
Berdasarkan perspektif psikologi, menurut aliran psikoanalisa, Sigmund
·
kuat untuk menanggapi segala sesuatu
Freud, perkembangan pada masa dini
sebagai hal yang riil atau nyata
kanak-kanak, khususnya dalam rentang 5 tahun pertamanya, memiliki
Realisme, yaitu kecenderungan yang
·
Egosentris, yaitu melihat segala
pengaruh kuat terhadap kepribadian di
sesuatu hanya dari sudut pandangnya
masa dewasa. Oleh karena itu, pada awa
sendiri dan tidak mudah menerima
kehidupan manusia, perlu dikembangkan
penjelasan dari si lain
kepribadiannya secara optimal. Hasil
·
Kecenderungan untuk berpikir
penelitian di bidang neurologi yang dilakukan
sederhana dan tidak mudah menerima
Benyamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan
sesuatu yang majemuk
memperlihatkan, bahwa pertumbuhan sel
·
jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun
berpikir bahwa semua objek yang ada
mencapai 50 %, hingga usia 8 tahun mencapai
dilingkungannya memiliki kualitas
80 %. Artinya apabila pada usia tersebut otak
kemanusiaan sebagaimana yang
anak tidak mendapatkan rangsangan yang
dimiliki anak
optimal maka perkembangan otak anak tidak akan berkembang secara maksimal. Semakin
Animisme, yaitu kecenderungan untuk
·
Sentrasi, yaitu kecenderungan untuk
dini penanganan dan bentuk-bentuk
mengkonsentrasikan dirinya pada satu
rangsangan yang dilakukan orang tua/
aspek dari suatu situasi
pendidik terhadap anaknya maka hasilnya
·
Anak usia dini dapat dikatakan
akan semakin baik. Sebaliknya, semakin lama
memiliki imajinasi yang sangat kaya
(lambat) anak mendapatkan penanganan dan
dan imajinasi ini yang sering
bentuk-bentuk rangsangan yang baik, maka
dikatakan sebagai awal munculnya
semakin buruk hasilnya.
bibit kreativitas pada anak.
Perkembangan kepribadian pada anak ini, lebih cocok dikembangkan melalui aktivitas bermain. Karena menurut piaget, seorang ahli dalam perkembangan kognitif, anak anak usia 27 tahun berada dahap tahap praorerasional yang di tandai dengan pemikiran sebagai berikut :
13
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini
seorang bayi menyiratkan kesan tidak enak,
adalah anak yang berusia 2 – 6 tahun, yang
trauma dan mungkin juga frustasi keluar dari
berada pada tahap perkembangan awal
rahim ibunya, sehingga anak akan merasa
masa
memiliki
tenang dalam dekapan ibunya, dan bermain
karakteristik berpikir konkrit, realisme,
menyebabkan anak ceria dan menimbulkan
sederhana, animism, sentrasi, dan memiliki
kreatifitas.
kanak-kanak,
yang
daya imajinasi yang kaya. Oleh karena itu, pada
tahap
ini,
perlu
seluruh totalitas kepribadian anak melalui aktivitas
bermain
merupakan
karena
suatu
bermain
kegiatan
yang
menyenangkan dan spontan sehingga hal ini
memberikan
rasa
Menurut para ahli perkembangan
dikembangkan
aman
secara
kognitif, bermain mempunyai arti penting tersendiri.Menurut
Piaget, peran bermain
terhadap perkembangan sosial anak adalah untuk
memperaktikkan
dan
konsolidasi konsep-konsep serta keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya.
psikologis pada anak.
melakukan
Menurut
Vygotsky, bermain dapat memajukan berpikir Mengapa
bermain
pada
anak
perlu
dikembangkan?
abstrak dan dengan belajar ia akan dapat mengatur dirinya.
Berdasarkan perspektif psikologi,
Sedangkan
dalam
perspektif
menurut Erik Erikson, bermain berfungsi
sosiologi, seperti yang dikemukakan oleh
memelihara ego anak-anak. Hal ini dapat
Mildred Farten, menyatakan bahwa kegiatan
dipahami karena anak yang sedang bermain
bermain
merasakan senang sehingga terpaksa ia harus
Dengan bermain kadar interaksi sosialnya
mempertahankan kesenangannya itu atau
akan
sebaliknya ia akan memelihara egonya secara
tersebut dimulai dari bermain sendiri dan
proporsional, sehingga menimbulkan
dilanjutkan dengan bermain secara bersama.
rasionalitas dan tenggang rasa terhadap anak
Karena itu dalam konteks ini akan tampak,
lainnya. Semakin intens pengalaman itu
bahwa anak yang dibiasakan bermain akan
dilalui anak akan semakin kuat juga interaksi
lebih mudah menerima kehadiran orang lain
sosialnya dalam proses sosialisasi tersebut.
dan berinteraksi dengan orang lain. Semakin
Peran bermain dalam perkembangan sosial
banyak ia disosialisasikan dengan orang lain,
anak misalnya, menurut pandangan
maka akan semakin mudah ia berinteraksi
psikoanalisis adalah untuk mengatasi
dengan dan menerima (kehadiran) orang lain.
merupakan
sarana
sosialisasi.
meningkat. Kadar interaksi sosial
pengalaman traumatik dan keluar dari rasa frustasi. Tampaknya Freud melihatnya dalam pengalaman lahir. Dalam peristiwa kelahiran Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
Sedangkan menurut menurut buku 'Games Therapy untuk Kecerdasan Bayi dan Balita' ISSN 2338-2155
14
yang ditulis oleh Psikolog Effiana Yuriastien,
Misalnya perkembangan keterampilan sosial
dkk ada 9 manfaat bermain bagi anak
dapat terlihat dari cara anak mendekati dan
1. Memahami diri sendiri dan
bersama dengan orang lain, berkompromi
mengembangkan harga diri
serta bernegosiasi.
Ketika bermain, anak akan menentukan
Apabila anak mengalami kegagalan saat
pilihan-pilihan. Mereka harus memilih apa
melakukan suatu permainan, hal itu akan
yang akan dimainkan. Anak juga memilih di
membantu mereka menghadapi kegagalan
mana dan dengan siapa mereka bermain.
dalam arti sebenarnya dan mengelolanya pada
Semua pilihan itu akan membantu
saat mereka benar-benar harus
terbentuknya gambaran tentang diri mereka
bertanggungjawab.
dan membuatnya merasa mampu
3. Melatih mental anak
mengendalikan diri. Permainan memotong
Ketika bermain, anak berimajinasi dan
kertas, mengatur letak atau mewarnai
mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di
misalnya dapat dilakukan dalam beragam
dalam dirinya. Anak mengekspresikan
bentuk. Tidak ada batasan yang harus
pengetahuan yang dia miliki sekaligus
diikuti.Identitas dan kepercayaan diri dapat
mendapatkan pengetahuan baru.
berkembang tanpa rasa ketakutan akan kalah
Orangtua akan dapat semakin mengenal anak
atau gagal. Pada saat anak menjadi semakin
dengan mengamati saat bermain. Bahkan,
dewasa dan identitasnya telah terbentuk
lewat permainan (terutama bermain pura-pura)
dengan lebih baik, mereka akan semakin
orangtua juga dapat menemukan kesan-kesan
mampu menghadapi tantangan permainan
dan harapan anak terhadap orangtua serta
yang terstruktur, bertujuan dan lebih dibatasi
keluarganya.
oleh aturan-aturan.
4. Meningkatkan daya kreativitas dan
2. Menemukan apa yang dapat mereka
membebaskan anak dari stres
lakukan dan mengembangkan kepercayaan diri.
Kreativitas anak akan berkembang melalui permainan. Ide-ide yang orisinil akan keluar dari pikiran mereka, walaupun kadang terasa abstrak untuk orangtua. Bermain juga dapat membantu anak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari. Stres pada anak biasanya disebabkan oleh rutinitas harian yang membosankan. 5. Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi
Permainan mendorong berkembangnya keterampilan, fisik, sosial dan intelektual. 15
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
anak. Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi. Anak mempelajari ISSN 2338-2155
nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil
9. Mengembangkan otak kanan anak Bermain memiliki aspek-aspek yang
memasuki suatu kelompok. Ketika anak memainkan peran 'baik' dan 'jahat', hal ini
menyenangkan dan membuka kesempatan
membuat mereka kaya akan pengalaman
untuk menguji kemampuan dirinya
emosi. Anak akan memahami perasaan yang
berhadapan dengan teman sebaya serta
terkait dari ketakutan dan penolakan dari
mengembangkan perasaan realistis akan
situasi yang dia hadapi.
dirinya. Dengan begitu, bermain memberi
6. Melatih motorik dan mengasah daya
kesempatan pada anak untuk
analisa anak
mengembangkan otak kanan, kemampuan
Melalui permainan, anak dapat belajar banyak
yang mungkin kurang terasah baik di sekolah
gal. Di antaranya melatih kemampuan
maupun di rumah.
menyeimbangkan antara motorik halus dan Daftar Rujukan
kasar. Hal ini sangat mepengaruhi perkembangan psikologisnya. Permainan akan memberi kesempatan anak untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus memecahkan masalah. Anak-anak akan berusaha menganalisa dan memahami persoalan yang terdapat dalam setiap permainan. 7. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan
Corey,G.2003.Teori dan Praktek Konseling &Psikoterapi.Terjemah oleh E.Koeswara.Bandung:Refika Aditama Farihen,H. http.umj.fai.com.(online), diakses 20 Nopember 2011 https://sites.google.com/a/apedukatif.co.cc/w ww/artikel_1, .(online), diakses 20 Nopember 2011
anak Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat
http://id-id.facebook.com/notes/kesehatan-
dipenuhi dengan cara lain, seringkali dapat
ibu-dan-anak/manfaat-bermain-bagi-
dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak
anak/124047511020083. .(online), diakses 20
mampu mencapai peran pemimpin dalam
Nopember 2011
kehidupan nyata, mungkin akan memperlohen pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara saat bermain.
http://belajarpsikologi.com/category/bimbinga n-dan-konseling/,.(online), diakses 20 Nopember 2011
8. Standar moral Walaupun anak belajar di rumah dan sekolah tentang apa yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan
http://deny.student.umm.ac.id/manfaataktivitas-bermain-terhadap-perkembanganpsikologis-anak-usia-dini/,.(online), diakses 20 Nopember 2011
standar moral selain dalam kelompok bermain. Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
16
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA MENJADI MANUSIA MANDIRI Oleh: Darmanik SMPN 46 Surabaya I. LATAR BELAKANG MASALAH Berkembangnya teknologi akhir-akhir ini berakibat pada kemajuan zaman. Hal ini membawa dampak positif dan negatif bagi masyarakat terutama anak-anak atau siswa. Banyaknya kejadian memalukan yang sebenarnya belum boleh dilakukan, misalnya saja kasus Aril dengan Luna Maya ataupun dengan Cut Tari. Ada lagi kasus sodomi yang dilakukan oleh anak-anak kecil sampai kakek-kakek. Serunya, pasca kejadian itu di seluruh bumi
Indonesia seakan terjadi gempa atau krisis moral yang meluas. Walaupun,
sebelumnya sudah banyak dilakukan namun tidak segempar dan seheboh kejadian tersebut. Karena, dampak dari kasus itu anak-anak remaja lebih
berani dalam bertindak
atau
bertingkah laku yang kurang senonoh meskipun di tempat terbuka atau tempat umum. Mereka
tidak segan dan
malu. Lagi-lagi ini karena canggihnya tehnologi yang
memudahkan anak-anak untuk mengakses situs-situs yang aduhai dan semlohe. Bukan itu saja kenakalan remaja makin hari semakin meningkat, itu semua disebabkan banyaknya kebutuhan anak yang harus cepat terpenuhi. Faktor keluarga
yang tidak bisa memenuhi keinginginannya, membuat
mereka
mengambil jalan pintas melakukan tindakan kriminal dan menjual diri asalkan penampilan keren, borju, tidak ketinggalan zaman terlebih demi gengsi tinggi mereka rela melakukan tindakan yang melanggar norma, moral dan nilai-nilai keagamaan. Ironisnya lagi karena orang tua tidak bisa mencukupi permintaan anak yang macam-macam dia nekat jambret, nyopet dan mencuri sepeda motor. Ujung-ujungnya masuk penjara. Bila tidak, untuk menghilangkan stresnya mereka lari keminum-minuman keras dan kalau lingkungan nya parah mereka bisa terjerumus dalam Narkoba. Sebenarnya kalau diamati yang paling dirugikan dari masalah-masalah itu adalah anak
atau siswa itu sendiri, orang tua,
lingkungan dia tinggal dan sekolah sebagai institusi pendidikan. Untuk mengantisipasi terjadinya masalah-masalah tersebut di atas upaya yang dapat dilakukan adalah : (1) melalui penanaman nilai-nilai dan norma agama sejak dini oleh keluarga dengan perhatian langsung serta kasih sayang yang tulus sehingga orang tua bisa menjadi teman sekaligus sandaran bagi anak-anak untuk menumpahkan perasaannya.(2) menciptakan keluarga yang harmonis dengan komunikasi yang baik. (3) menciptakan dan 17
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
memilih lingkungan yang kondusif. (4)
penghambat
mampu memilah dan memilih situs-
sekolah dan pencemaran nama baik
situs di jejaring sosial. (Sudarmi, :
sekolah. Sedangkan lingkungan tidak
2008). Kendala yang dihadapi dalam
lagi kondusif dan terjadi
mengatasi persoalan tersebut adalah :
citra lingkungan
(1)
Terlambatnya
mendapatkan
pengetahuan agama dan penanaman nilai-nilai moral. (2)
Banyaknya
perceraiansehingga ketidakharmonisan terjadi dalam keluarga yang akhirnya berdampak pada siswa. (3) Sulitnya memantau hubungan sosial anak bila diluar
rumah
dan
sekolah.
(4)
Menjamurnya iklan porno di layanan media internet sehingga anak dengan mudah mengakses situs-situs porno.
peningkatan
mutu
penurunan
III. TANTANGAN Tantangan
dalam
menyikapi
pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah adalah :
minimnya sumber
daya manusia yang mampu dan mau meneladani sikap-sikap dan karakter yang
berbudaya
luhur,
sulitnya
keteladanan tokoh tingkat sekolah, daerah
maupun
nasional
yang
memiliki jiwa kepemimpinan yang bisa mengarahkan pada sikap yang berkarakter, misalnya: sikap kejujuran, tulus hati, demokratis,
amanah,
sportifitas, peduli, hemat, kelembutan hati dan ketangguhan.
II. DAMPAK SUBSTANTIF Dampak langsung terhadap siswa adalah siswa menjadi kurang sopan santun, kurang peduli pada orang lain dan berani melakukan sesuatu dengan meninggalkan nilai-nilai keagamaan dan moralitas meskipun di sekolah anak-anak
sudah
dibekali
ilmu
pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor) dan nilai-nilai moral, tapi
mereka
malah
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
menjadi
Disamping itu tidak adanya dana khusus
yang
digunakan
untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter, misalnya sarana prasarana di perpustakaan untuk guru dan siswa, sedangkan pelaksanaan
ISSN 2338-2155
18
kebijakan pendidikan karakter pada
karakter disela-sela jam mengajarnya,
siswa kurang bisa dilaksanakan secara
(3)
disiplin, konsekwen dan berkelanjutan.
workshop pendidikan karakter untuk
Hal ini berkaitan dengan sistem yang
guru, karyawan dan
kurang
sehingga
setahun dua kali, (4) Membudayakan
keberhasilan pelaksanaan pendidikan
program 7 S yaitu : salam, senyum,
karakter di sekolah berjalan lambat,
sapa,
ditambah lingkungan sekolah dan
semangat, (5) Memanggil kakak kelas
tempat tinggal siswa justru memberi
dengan sebutan Kak pada kelas yang
dampak
lebih tinggi dan dik untuk kelas yang
mendukung
negatif
terhadap
Mengadakan
sopan,
seminar
atau
siswa minimal
santun,
sabar
dan
perkembangan karakter yang dimiliki
lebih
siswa karena lokasi sekolah dan
kegiatan
tempat
dekat
membersihkann
lokalosasi/porstitusi sehingga terjadi
lingkungannya,
kontradiksi antara tujuan pendidikan
sampah kering dan basah. Sampah
karakter disekolah dengan kondisi
basah untuk pembuatan kompos dan
nyata yang diperoleh siswa dalam
sampah kering untuk didaur ulang, (7)
lingkungannya.
Mengadakan Lomba kebersihan antar
tinggal
sekolah
kelas
rendah,
(6)
jumat
yang
Mengadakan bersih
yaitu
kelas
dan
serta
memilah
bertujuan
untuk
penanaman pendidikan karakter, (8) Mengadakan upacara bendera setiap hari senin untuk pagi hari dan setiap hari jumat untuk yang sore hari, (9) Mengadakan
peringatan
hari-hari
basar, ( 10) Meningkatkan iman dan tagwa
IV. GAGASAN
sholat dhuha, sholat dhuhur dan sholat
Dari permasalahan–permasalahan
19
diantaranya melaksanakan
ashar,
(11)
Membudayakan
dan
diatas maka timbul gagasan atau
menerapkan sikap jujur melalui kantin
inisiatif untuk memberikan beberapa
kejujuran,
solusi
pelaksanaan
diantaranya
adalah
:
(1)
(12) ekskul
Memantau pramuka
di
Melaksanakan doa bersama untuk
sekolah sebagai penanaman sikap
mengawali dan mengakhiri pelajaran,
disiplin, (13) Menggalang kepedulian
(2)
pelajaran
siswa melalui kegiatan infak setiap
seharusnya mengajarkan pendidikan
hari jumat dan untuk pembangunan
Setiap
guru
mata
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
masjid, (14) Merencanakan kegiatan
berpartisipasi
dana sosial pada hari senin untuk :
pendidikan karakter kedalam proses
orang tua siswa dan guru yang
pembelajaran, sehingga keberhasilan
meninggal, (15) Menanamkan hidup
pendidikan karakter pada siswa segera
bersih dan sehat dengan menjaga
bisa terwujud. (3) Siswa diharapkan
kebersihan
kamar
memiliki
Sedangkan
dari
mandi
gagasan
siswa. di
manfaat yang diperoleh
atas
sekolah
adalah : (1) Situasi sekolah menjadi sangat
kondusif.
(2)
Saling
aktif
dan
melaksanakan
mengembangkan
kemampuan menjadi manusia yang mandiri,
kreatif
dan
berwawasan
kebangsaan. B. SARAN
menghargai antara siswa, guru dan
Sekolah
harus
mampu
karyawan. (3) Terciptanya lingkungan
mengembangkan
yang
kehidupan sekolah sebagai lingkungan
bersih,
sehat
dan
penuh
lingkungan
kekeluargaan, (4) Sekolah menjadi
belajar
rumah ke dua yang menyenngkan
kreatifitas
bagi penghuninya.
dengan rasa kebangsaan yang tinggi
yang
aman,
dan
jujur,
persahabatan
penuh serta
dan penuh kekuatan. VI. REFERENSI 1. Prof.Dr Said Hamid Hasan. 2010. Bahan
Pelatihan
Metodologi
Penguatan Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing Dan Karakter Bangsa, di ambil dari
internet
situs
Pendidikan
Karakter. V.
2. Yuni Sri Rahayu, 2012. Jejak
A. SIMPULAN
Budaya Dalam Karakter Siswa Dari
paparan
diatas
dapat
disimpulkan sebagai berikut : (1). Sekolah pendidikan
mampu karakter
Semua
guru
situs Pendidikan Karakter.
melaksanakan dengan baik,
disiplin, konsekwen dan berkelanjutan. (2)
Indonesia,di ambil dari internet
hendaknya
3. Sudarmi
,Sri
.
2008.
Galeri
Pengetahuan Sosial Terpadu ( BSE Kelas 8 ) ,PT JePe Press Media Utama ( Jawa Pos Group )
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
20
MENGEMBANGAKAN KONSEP EMASLIM SEKOLAH SATU ATAP DI SMP NEGERI 45 SURABAYA oleh : Yulia Krisnawati M.Pd Nip. 19640717 198703 2011
A.
Latar Belakang 1. Konsep Sekolah satu atap secara nasional Pengetahuan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Manusia yang memiliki
pengetahuan akan dikatakan sebagai manusia yang beradab. Oleh karenanya, sebagai makhluk yang beradab manusia harus selalu belajar untuk menumbuh kembangkan kemampuan dalam berpikir, bertindak, dan menghadapi segala hal persoalan yang harus dihadapi. Dalam hal proses pembelajaran tersebut terdapat satu hal yang kita kenal dengan pendidikan. Pendidikan mempunyai ikatan tak terpisahkan dengan pembelajaran yang mana pembelajaran tersebut merupakan bagian dari proses pendidikan. Sebagai bagian dari sebuah peradaban pendidikan tidak terlepas dengan perubahan yang mana perubahan itupun tidak serta merta terjadi tanpa adanya suatu sebab tertentu yang menuntut diadakannya sebuah perubahan maupun pergeseran. Perubahan dan pergeseran dalam berbagai hal khususnya pendidikan menuntut hal tersebut (pendidikan) untuk lebih baik sehingga semakin lama suatu proses pendidikan diharapkan akan semakin mengokohkan sebuah peradaban yag kuat dan berhakikat. Namun perubahan dan pergeseranpun tentunya bukan suatu hal yang perlu ditakuti bahkan dihindari. Perubahan merupakan suatu hal yang memang sudah sewajarnya untuk dihadapi (tentunya dengan dasar pemikiran yang kuat, sehingga sebuah perubahan itu akan mengarah ke yang lebih baik, bukan sebaliknya). Inovasi di dalam pendidikan sebagai contoh adanya pandangan bahwa dengan menyatukan satuan pendidikan tingkat dasar dengan tingkat menengah atas akan memudahkan proses adaptasi dan prinsip kontinuitas peserta didik. Hal ini dilakukan karena pada umumnya seorang siswa sekolah dasar kualifikasi grade bawah enggan meneruskan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi karena kesulitan baik biaya, maupun tempat (lokasi) yang tidak dekat yang pada umumnya terjadi di daerah pedalaman, maupun kesiapan mental calon peserta didik tersebut.
21
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk
dalam
karena jarak tempuh ke sekolah yang jauh.
pendidikan
Menurut Rogers inovasi yang baru
merupakan suatu upaya untuk menjembatani
tersebut adalah model pengelolaan sekolah
masa sekarang dan masa yang akan datang
satu atap di mana terdapat satu sistem
dengan jalan memperkenalkan pembaharuan-
manajerial yang terjadi pada jenjang sekolah
pembaharuan
tertentu (misalnya SD dan SMP), hal ini
yang
bidang
usia sekolah yang tidak bersekolah hanya
cenderung
mengejar
efisiensi dan efektifitas. Oleh karenanya,
dilakukan
keberadaan inovasi di bidang pendidikan
umumnya jarak antara sekolah dasar dengan
mutlak
tingkat
menuntut
adanya
efisiensi
dan
karena
sekolah
di
daerah
lanjutannya
terpencil
relatif
jauh
efektifitas dalam proses pendidikan yang
sehingga memunculkan keengganan bagi para
dilakukan di lapangan. Konsep sekolah satu
peserta
atap merupakan suatu model pengelolaan
pendidikan ke jenjang selanjutnya sehingga
pendidikan oleh satuan pendidikan dengan
menambah angka pengangguran di wilayah
menyatukan sekolah-sekolah dari tingkat TK,
tersebut. Dirasakan perlu dibuatnya model
SD, SMP, sampai dengan SMA maupun
sekolah satu atap karena dengan model ini,
beberapa diantara jenjang sekolah yang ada
siswa yang telah dinyatakan lulus dari satu
pad
jenjang sekolah tertentu tidak perlu berpindah
didik
yang
akan
melanjutkan
tempat belajar karena dia akan belajar di tempat yang sama yaitu di tempat di mana peserta didik tersebut menimba ilmu pada jenjang sebelumnya. Dalam rangka program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang a
harus
tuntas
pada
tahun
2008/2009,
satu wilayah tertentu. Sekolah satu atap
Departemen Pendidikan Nasional dalam hal
merupakan model pendidikan berbeda jenjang
ini
TK dan SD, SD dan SMP yang pelaksanaan
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
kegiatan belajar mengajarnya berlangsung
Pembinaan Sekolah Pertama, melaksanakan
pada satu tempat. Model ini di desain untuk
beberapa
mendekatkan lembaga pendidikan ke tempat
meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK)
yang
oleh
pasa daerah dengan APK yang rendah. Upaya
masyarakat. Harapannya tidak lagi ada anak
yang dilakukan untuk peningkatan APK
paling
mudah
dijangkau
Direktorat
tersebut
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
jenderal
program
salah
Manajemen
alternatif
satunya
adalah
ISSN 2338-2155
untuk
dengan
22
perluasan
akses
Menengah
Pertama.
alternatif
yang
pendidikan
Sekolah
tahun 2009, kemudian pada tahun 2010
Adapun
program
disusul dengan SMPN 46, SMPN 47, SMPN
dilaksanakan
selain
48, dan terakhir pada tahun 2011 sekolah satu
pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) dan
atap baru yaitu SMPN 50, SMPN 51, dan
Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) di
SMPN 52.
sekolah-sekolah yang over capasity, adalah
Pendirian sekolah satu atap di Surabaya
program pengembangan SD SMP Satu Atap
dilakukan dengan asumsi bahwa semakin
untuk daerah terpencil, terpencar, dan terisolir.
terbatasnya lahan yang tersedia di kota
2. Konsep
sekolah
satu
atap
di
Surabaya Konsep sekolah satu atap di Surabaya, memiliki karakteristik yang unik yang mana tidak mengadop secara keseluruhan dari kosep sekolah satu atap secara nasional, keunikan tersebut terletak pada lokasi sekolah yang berada di kota, bukan di daerah terpencil, jarak antara jenjang sekolah Dasar dengan SMP tidak terlalu jauh, meskipun sekolah satu atap namun manajemen tidak terpadu, artinya manajemen SD dan SMP satup atap terpisah, masing-masing sekolah memiliki Kepala Sekolah sendiri-sendiri, masing masing menempati gedung sendiri, demikian juga dengan sarana prasarana sekolah yang dimiliki, namun lokasi SD dan SMP satu atap berada dalam satu lokasi, selain itu ada
Surabaya, dan harga tanah di kota Surabaya dari tahun ke tahun terus membubung tinggi, serta adanya ledakan jumlah siswa lulusan Sekolah Dasar yang akan masuk ke jenjang yang lebih tinggi di SMP, mempermudah akses pendidikan dari lulusan SD Satu Atap ke jenjang yang lebih tinggi yaitu keSMP , selain itu dengan adanya konsep sekolah satu atap ini merupakan salah satu terobosan pemerintah daerah untuk mengatasi hal itu, hal ini juga merupakan tantangan bagi Kepala Sekolah, dalam megimplementasikan ilmu keleadershipannya dalam mengelola sebuah institusi baru dengan konsep SATAP, karena pada Umumnya Kepala sekolah yang ditugaskan pada sekolah Satu Atap adalah Kepala Sekolah pemula yang baru saja diangkat menjadi Kepala Sekolah.
beberapa kegiatan dan budaya sekolah yang
3 Dasar hukum:
memang sengaja dibuat bersama seperti
Dasar hukum penyelenggaraan program
upacara bendera bersama, dan halal bihalal
pengembangan SD-SMP satu atap ini adalah
bersama.
sebagai berikut:
Di Surabaya ada 9 Sekolah satu atap
1.
Undang-undang Republik Indonesia no
yakni SMPN 44, 45 dua sekolah ini
20
merupakan sekolah pertama berkonsep satu
Pendidikan Nasional, Bab XIII, bagian
atap di Surabaya dimulai beroperasi pada
Keempat, Pasal 49 ayat 3, menyebutkan
23
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
Tahun
2003
tentang
ISSN 2338-2155
Sistem
:” dana pendidikan dari Pemerintah dan
untuk daerah pedesaan, wilayah
Pemerintah
satuan
terpencil, dan kepulauan, disertai
pendidikan diberikan dalam bentuk
rehabilitasi dan revitasasi sarana
hibah
dan
Daerah
sesuai
untuk
dengan
peraturan
rusak
konflik dan bencana alam, serta
Peraturan Presiden Republik Indonesia
penyediaan
No 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
yang
termasuk yang berada di wilayah
perundangan yang berlaku” 2.
prasarana
Pendidikan
biaya
operasional
pendidikan secara memadai, dan
Jangka
atau subsidi/ hibah dalam bentuk
Menengah Nasional Tahun 2004-2009
susidi atau imbal swadaya bagi (1)
Bagian IV bab 27 butir C Arah
satuan pendidikan dasar dan untuk
Kebijakan Nomor 19, disebutkan: “
Meningkatkan
peran
meningkatkan
serta
mutu
layanan
pendidikan.”
masyarakat dalam pembangunan pendidikan
termasuk
dalam
pembiayaan
pendidikan,
penyelenggaraan
pendidikan
berbasis masyarakat serta dalam peningkatan
mutu
pelayanan
pendidikan
yang
meliputi
percanaan,
pengawasan,
dan
evaluasi progran pendidkan” 3. (2)
Bagian IV Bab 27 butir D
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005
Program-Program Pembangunan
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan
Nomor 2.1, berbunyi:”Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan
4.
Keputusan
Menteri
Pendidikan
yang berkualitas termasuk unit
Nasional
No 133/U/2003 Tentang
sekolah baru (USB), Ruang Kelas
Pemberian
Bantuan
Baru
Pendidikan Dasar dan Menengah.
(RKB),
laboratorium,
perpustakaan, buku pelajaran, dan
5.
Keputusan
Subsidi
Menteri
untuk
Pendidikan
peralatan peraga pendidikan yabg
Nasional No. 129
diseratai
Standar Pelayanan Minimal Bidang
dengan
penyediaaan
pendidikan
dan
tenaga
kependidika
secara
merata,
a/U/2004 tentang
Pendidikan B.
Tujuan / Pokok Penulisan
bermutu, tepat lokasi, terutama Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
24
Sebagai persyaratan untuk kenaikan pangkat
yaitu
sekolah(PTS)
penelitian
tindakan
yang merupakan bagian dari
tugas Kepala Sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan
bidang-bidang
garapan
di
sekolah. Bidang garapan itu secara umum ada enam yaitu; bidang pengajaran, kesiswaan,
tugas kepala Sekolah.
kepegawaian, keuangan, sarana prasarana, C.
Refleksi dan Rancangan Program kerja
Dari keenam bidang tersebut menurut
Masing-masing Sekolah Satu Atap di Surabaya
dan hubungan sekolah masyarakat.
sendiri-
menjadi dua, yaitu mengelola komponen-
sendiri mulai yang sederhana sampai dengan
komponen organisasi sekolah yang berupa
yang kompleks. Namun ada dua hal besar
benda (material element), dan selain benda
yang harus yang harus menjadi perhatian
(immaterial element).Oleh karena itu kepala
seorang Kepala Sekolah satu atap di Surabaya
sekolah dalam pengelolaan semua bidang
yakni:
garapan tersebut, mulai dari perencanaan,
1.
Masalah yang berkait dengan internal
pengorganisasian,
sekolah
pengendaliannya.
2.
mempunyai
persoalan
Indrafachrudi (1996) dapat diklasifikasikan
pengerahan,
sampai
Masalah yang berkait dengan institusi
Tugas dibidang supervisi adalah tugas-
lain dalam satu atap, serta dengan
tugas Kepala Sekolah yang berkaitan dengan
masyarakat setempat.
pembinaan
guru
untuk
perbaikan
pembelajaran. Supervisi merupakan bidang wewenang tanggung jawab Kepala Sekolah bagi upaya perbaikan pembelajaran. Dalam pembelajaran tersebut ditekankan adanya tanggung jawab bagi upaya mencapai tujuan sekolah
melalui
atau
bergantung
pada
pengorganisasian masyarakat sekolah. Dalam organisasi sekolah yang menjadi pemimpin adalah Kepala Sekolah. Sebagai pemimpin, Kepala Sekolah memiliki tugas dan tanggung jawab. Secara umum tugastugas
pokok
Kepala
Sekolah
tersebut
diklasifikasikan dalam bidang administratif dan tugas supervisi ( Indrafachrudi, 1996).
Salah satu bagian dari masyarakat sekolah adalah guru.
Oleh karena
supervisi menjadi salah satu kegiatan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Hal ini tampak
jelas
bahwa
sebagai
pemimpin
sekolah, tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah cukup berat. Atas dasar kedua tugas
Tugas di bidang administrasi adalah tugas25
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
itu,
ISSN 2338-2155
diatas maka maka Kepala Sekolah sebagai
permasalahan sekolah satu Atap SMP Negeri
administrator,
45 Surabaya di atas yang meliputi:
sekaligus
supervisor
pendidikan.
1.
Berdasarkan Kepala
bidang
sekolah
harus
kompetensinya menguasai
1.1
lima
program
7 orang
pembelajaran,
kemampuan mengelola personal sekolah, kemampuan
Sebagai sekolah unit baru pada awalnya jumlah guru dan karyawan minim hanya
kemampuan pengelolaan yakni: kemampuan mengelola
Permasalahan internal SMP Negeri 45
mengelola
1.2
guru dan karyawan yang ditempatkan di SMPN 45 saat itu pada umumnya
kesiswaan,
adalah mereka yang bukan dari grade 1,
kemampuan mengelola keuangan dan sarana
atau
sekolah, kemampuan mengelola hubungan
mereka-mereka
yang
kurang
dikehendaki di sekolah asalnya karena
masyarakat.
kinerja rendah ,motivasi kerja rendah, Departemen
Pendidikan
Nasional
sering terlambat datang ke sekolah,
mengembangkan peran dan fungsi Kepala
semaunya sendiri, mengajar seenaknya,
Sekolah
karakter
dengan
konsep
EMASLIM
kurang
terpuji,
memiliki
(Depdknas 2000). Pengembangan komponen
hubungan interaksi sosial kurang bagus
EMASLIM
terhadap
Sekolah
mengandung sebagai
makna
educator,
kepala
manager,
sesama
guru,
atau
atasan,merasa disingkirkan dari sekolah
administrator, supervisor, leader, inovator,
asal, dll
dan, motivator 1.3
Belum
memiliki
gedung
sekolah,
Selain hal di atas Permendiknas No. 13
sehingga harus menumpang pada SD
TAHUN 2007 Tentang Standar Kepala
dengan jumlah ruang yang sangat
Sekolah juga merumuskan dalam kerangka
terbatas, pada saat musim hujan sekolah
pelaksanaan Pasal 38 ayat (5) PP No 19
banjir karena posisi tanah rendah.
Tahun
2005
Pendidikan
tentang
Standar
mengatur
Nasional
tentang
Standar
Kompetensi Kepala Sekolah yang meliputi kompetensi
Kepribadian,
Manajerial,
Kewirausahaan, Supervisi, dan Kompetensi
1.4
Memiliki sarana prasarana yang sangat minim, jumlah komputer dan printer hanya
1
unit,
Laboratorium
tidak
IPA,
memiliki, laboratorium
IT,peralatan Olah Raga, perpustakaan,
sosial.
musholah,
ruang
Kepala
sekolah
Merujuk Peran dan Fungsi yang harus
bergabung dengan ruang guru, ruang
dimiliki oleh Kepala Sekolah, tentunya
TU, ruang BK, sehingga pada saat jam
seorang
istirahat
Kepala
Sekolah
harus
mampu
sebagian
guru
harus
menyelesaikan 2 hal yang berkait dengan Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
26
1.5
memanfaatkan bawah pohon dengan
seluruh siswa SD Mulyorejo peserta
membawa kursi untuk istirahat.
PPDB tanpa terkecuali dapat diterima sebagai siswa di SMPN 45 walaupun
Jumlah siswa hanya 114 siswa hal ini
jumlah nilai NUN nya hanya 12,00 saja,
berdampak pada jumlah bantuan BOS maupun
Bopda
sehingga
mereka mengancam akan melakukan
jumlah
demonstrasi, bahkan ketua LKMK dan
anggaran operasional yang dikelola juga
9 orang warga mendatangi sekolah dan
sangat minim
langung masuk ke ruang Kepala sekolah, 1.6
Kualitas input sangat rendah, baik dari
mereka melakukan pressure terhadap
segi kemampuan akademis maupun
kepala Sekolah untuk menerima seluruh
karakter, dan perilaku siswa yang
siswa SD Mulyorejo peserta PPDB
kurang terpuji, suka memaki-maki di
berapapun jumlah nilai NUNnya.
lingkungan sekolah, berkata-kata kotor, sering
kehilangan
HP,
uang,
dan
2.2
Banyaknya pedagang makanan dan mainan yang memenuhi akses masuk
peralatan sekolah.
sekolah, sehingga akses masuk ke 1.7
Kebanyakan siswa berlatar belakang
sekolah terhambat, dan sebagian penjual
ekonomi kurang mampu, daya dukung
adalah warga Mulyorejo, sehingga sulit
orang tua terhadap pendidikan rendah. 2.
untuk daerah
Permasalahan yang terkait dengan
tsb
adalah
masuk
merasa dalam
wilayahnya, pada umumnya karakter
institusi lain dalam satu atap, dan
mereka keras.
masyarakat setempat. 2.1
diperingatkan karena
Sejarah tanah agaknya juga dianggap menjadi sebuah persoalan yang cukup serius bagi sebagian warga, yang ingin memanfaatkan LKMK beberapa
situasi
kelurahan warga
seperti ketua
Mulyorejo, yang
dan
terprovokasi,
mereka beranggapan bahwa bangunan yang ditempati oleh SMPN 45 dulu
27
2.3
Rasa kurang nyaman dari beberapa guru
adalah tanah milik salah satu warga
dan
yang dihibahkan pada SD Mulyorejo,
keberadaan SMPN 45, yang seolah-olah
sehingga
berkenan
melakukan
invasi ke
apabila dimanfaatkan untuk SMPN 45,
mulyorejo,
sehingga
sebagai imbal baliknya mereka meminta
terjalin kurang komunikatif, mindset
mereka
kurang
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
Kepala
Sekolah
SD
dengan
wilayah situasi
ISSN 2338-2155
SD yang
yang tertanam dalam diri mereka tanah
maupun sepeda motor, sehingga rawan
yang di lingkungan satu atap adalah
siswa tertabrak.
milik SD Mulyorejo, sehingga pada saat akan dibangun gedung
2.4
2.6
baru untuk
passing grade pada saat PPDB, SMP 45
SMPN 45 timbul konflik-konflik dalam
menghendaki penentuan nilai passing
lingkungan satu atap
grade PPDB untuk siswa satu atap tetap
Kondisi
geografis
dengan
menguntungkan
memperhatikan
kualitas,
karena berdekatan dengan Kampus
sehingga tidak terjadi kesenjangan yang
UNAIR, ITS dan Unmuh, juga beberapa
terlalu jauh antara siswa yang masuk
institusi pemerintah yaitu kelurahan,
lewat jalur PPDB online, dengan siswa
kecamatan,
satu
puskesmas,
dan UPTD
atap,
sedangkan
pihak
SD
sehingga memudahkan dalam menjalin
menghendaki nilai NUN
kerjasama, namun karena letaknya di
rendahnya
jalan tikungan tajam, dari arah timur
seluruh siswa tertampung di SMPN 45.
pandangan terhalang, sehingga rawan
2.7
kecelakaan. 2.5
Perbedaan pandangan dalam penentuan
Adanya
sehingga
serendah-
memungkinkan
Adanya dua kepimpinan dalam sekolah satu atap sehingga mempersulit di
perbedaan
dalam
dalam pengambilan suatu kebijakan di
budaya
sekolah antara SD dan SMP
lingkungan satu atap.
45
misalnya jam masuk sekolah SMPN 45 masuk pk 06.30 SD masuk pk.07.00, penutupan
pintu
gerbang
D.
Analisis dan Strategi Implementasi
halaman
Dari persoalan-persoalan yang muncul
sekolah pada pagi hari juga tidak bisa
di sekolah satu atap SMPN 45, tentunya
dilakukan karena dengan ditutupnya
diperlukan
gerbang
Sekolah untuk
menyebabkan
gesekan dengan pihak
terjadinya SD,
masih
menggunakan sandal jepit, mengenakan daster, kaos babydool, kaos oblong, dan pakaian yang dianggap oleh warga SMPN 45 kurang sopan, siswa maupun orang tua siswa masuk di lingkungan sekolah
tetap
mengendarai
sepeda
Kepala
menyelesaikan persoalan-
Kepala Sekolah adalah salah satu sumberdaya sekolah yang disebut sumberdaya manusia jenis manajer yang memiliki tugas dan
fungsi
mengkoordinasikan
menyerasikan sumberdaya
manusia
dan jenis
pelaksana melalui sejumlah input managemen agar sumber daya pelaksana menggunakan jasanya untuk bercampur tangan dengan sumberdaya
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
seorang
persoalan di atas.
banyak Orang Tua siswa SD yang masuk di lingkungan sekolah masih
kepiawaian
selebihnya,
sehingga ISSN 2338-2155
proses 28
belajar mengajar dapat berlangsung dengan
dengan institusi lain, dengan masyarakat
baik
secara harmonis.
untuk
menghasilkan
output
yang
diharapkan. (Poernomosidi Haji Sarosa, 1997)
Apabila mengacu pada kriteria Kepala
Kepala Sekolah berperan sebagai penggerak
Sekolah profesional menurut Slamet (2000),
kehidupan sekolah, dan Kepala sekolah harus
maka seorang Kepala Sekolah Profesional
memahami serta bertanggung jawab terhadap
harus memiliki karaktristik sebagai berikut:
fungsi dan perannya demi keberhasilan a.
sekolah (Wahjosumidjo, 2002)
Memiliki wawasan jauh kedepan, tahu tindakan apa yang harus dilakukan
Mengacu pada kedua pendapat di atas
(visi). Paham tentang apa yang akan
maka permasalahan utama yang dihadapi
ditempuh
(Strategi),
Kepala Sekolah adalah bagaimana menjadi
kemampuan
mengambil
penggerak
dengan terampil( cepat, tepat,cekatan,
kehidupan
mengkoordinasikan sumberdaya
sekolah,
dan
manusia
menyerasikan
dan
dan
sumberdaya
akurat),
memiliki
memiliki keputusan
kemampuan
memobilisasi sumberdaya yang ada
selebihnya,
untuk
mencapai
tujuan
dan
yang
Berarti seorang Kepala Sekolah harus
mampu menggugah pengikutnya untuk
mampu mengatur perencanaan, pelaksanaan,
melakukan hal-hal penting bagi tujuan
dan pengembangan program pembelajaran,
sekolah, memiliki toleransi terhadap
harus
perbedaan
mampu
mengatur
pelaksanaan
setiap
orang,
memiliki
pendidikan di sekolah, baik guru maupun
kemampuan memerangi “musuh-musuh
personel
sekolah
Kepala Sekolah”, yaitu ketidakpedulian,
sistem
kecurigaan, tidak membuat keputusan,
organisasi sekolah, maka KS dituntut mampu
imitasi, arogansi, pemborosan, kaku,
untuk memberikan pengarahan, merancang
dan bermuka dua dalam bersikap dan
tugas-tugas,
mendelegasikan
wewenang,
bertindak.
mengadakan
pembinaan
memonitor
administrasi.
merupakan
unsur
Personel
pokok
dalam
dan
Menggunakan
“pendekatan
pelaksanaan tugas personil sekolah, harus
sebagai
cara
mampu mengatur siswa mulai dari PPDB,
mengelola,
penempatan
layanan
kehidupan sekolah, yaitu harus berpikir
pembelajaran sampai kelulusan siswa, KS
secara benar dan utuh, secara runtut,
harus
dan
secara holistik tidak parsial, berpikir
barang
sebab akibat, berpikir entropis ( apa
inventaris maupun non inventaris, KS harus
yang diubah pada komponen tertentu
kelas,
mampu
peralatan
pemberian
mengatur
sekolah
yang
keuangan berupa
b.
dasar dan
cara
berpikir,
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
cara
menganalisis
mampu membina hubungan antara sekolah
29
sistem”
ISSN 2338-2155
c.
akan berpengaruh terhadap komponen-
mengandung persoalan, mengupayakan
komponen lainnya)
langkah-langkah pemecahan.
Memiliki
input
managemen
yang
yang
oleh kelengkapan dan kejelasan dalam
saling terkait danterikat antar fungsi dan
tugas (apa yang harus dikerjakan,
antar warga sekolah, menumbuhkan
disertai
solidaritas,
fungsi,
kewenangan,
kerjasama,
kolaborasi,
tanggungjawab, kewajiban, dan hak)
sehingga terbentuk iklim kolektifitas
rencana (deskripsi produk yang akan
yang
dihasilkan),
hasil/output sekolah.
program(
alokasi h.
(peraturan
dapat
menjamin
Menciptakan
situasi
menumbuhkan
kepastian
yang
dapat
kreativitas
dan
perundangan, kualifikasi, spesifikasi,
memberikan peluang kepada warga
metode kerja, prosedur kerja, dll)
sekolah untuk melakukan eksperimen-
pendendalian (tindakan turun tangan),
eksperimen
dan memberi kesan yang baik kepada
kemungkinan-kemungkinan
anak buah.
meskipun hasilnya tidak selalu benar.
Memahami,
menghayati,
dan
i.
untuk
mengahasilkan baru,
Memiliki kemampuan dan kesanggupan
melaksanakan peran sebagai manajer,
melaksanakan
pemimpin, pendidik, penyelia (pengarah,
sekolah sebagai konsekuensi logis dari
pembimbing, dan memberi contoh),
pergeseran
pencipta
pembaharu,
berbasis
pusat
atura-aturan
berbasis
sekolah
iklim
regulator
kerja,
(pembuat
sekolah), dan pembangkit motivasi.
f.
teamwork
kompak/kohesif dan cerdas, membuat
kententuan-ketentuan
e.
Mengupayakan
lengkap dan jelas, yang ditunjukkan
sumberdaya untuk merealisassi rencana),
d.
g.
Memahami,
menghayati,
manajemen
kebijakan
Berbasis
menejemen
menuju
manajemen
(dalam
kerangka
perhatian
pada
otonomi daerah) dan
j.
Memusatkan
melaksanakan dimensi-dimensi tugas,
pengelolaan
proses, lingkungan, dan ketrampilan
pembelajaransebagai kegiatan utamanya,
personal
dan memandang kegiatan-kegiatan lain
Mampu menciptakan tantangan kinerja
sebagai penunjang/pendukung proses
sekolah (kesenjangan antara kinerja
pembelajaran.
yang aktual atau nyata dan kinerja yang
k.
proses
Mampu dan sanggup memberdayakan
diharapkan), merumuskan sasaran yang
sekolahnya,
akan dicapai, lakukan analisis SWOT
manusia sekolah melalui pemberian
untuk menemukan faktor yang siap atau
kewenangan, keluwesan
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
terutama
sumberdaya
ISSN 2338-2155
30
Dengan berlandaskan dasar pemikiran
dan Misi sekolah yang telah disusun
tersebut di atas maka untuk mengatasi
bersama-sama dengan guru, minimnya
masalah
tenaga pendidik dan kependidikan, dari
1
tahun ketahun dapat teratasi karena
di internal SMP Negeri 45 pada awal
adanya komunikasi dan laporan ke
pendirian sekolah:
Dinas Pendidikan tentang kebutuhan Sebelum
melaksanakan
action
KS
tenaga pendidik dan kependidikan, serta
menggunakan “pendekatan sistem” dengan
merekrut
berpikir secara benar dan utuh, runtut, holistik
mendasari pola
berpikirnya,
dan
melakukan pemetaan, serta lakukan analisis pada persoalan-persoalan sebagai berikut: 1.1
Guru
dan
karyawan
yang
sesuai dengan anggran yang dimiliki. 1.2
Sedangkan untuk mengatasi SDM yang ada dengan melakukan analisis terhadap tenaga-tenaga
yang
potensial,
merancang tugas-tugas dan melakukan
berjumlah 7 orang, dan sebagian besar
pendelegasian terhadap personal yang
SDM tersebut kinerja rendah, kurang
dinilai
loyalitas terhadap sekolah, seenaknya
mengupayakan teamwork yang kompak,
sendiri, karakter kurang terpuji, serta
dan
hubungan interaksi sosial yang kurang
bermusyawarah
bagus terhadap pimpinan, dan sejawat
menyelesaikan
dari sekolah, asal, dan pada umumnya
sekolah, Kepala Sekolah tidak alergi
mereka
terhadap kritik dan saran dari staf,guru,
disingkirkan
dari
memiliki
cerdas,
selalu
kompetensi,
sharing
dengan
staf
dan dalam
persoalan-persoalan
sekolah asalnya.
bahkan siswa terhadap sekolah, serta
Sebagai seorang manajer berarti Kepala
menumbuhkan
Sekolah harus
mampu
kerjasama sehingga terbentuk iklim
kemampuan
dalam
perencanaan,
menerapkan menyusun
pengorganisasian,
pengerahan
staf
pengendalian
sekolah,
menyusun
program
sekolah,
dan
maka
kerja
KS
sekolah
jangka pendek, menengah, dan jangka panjang yang mana di dalam program sudah
terdapat
gambaran
kedepan
jumlah kebutuhan SDM dan kualitas yang dikehendaki, sesuai dengan Visi 31
PTT
hanya
merasa
yang
dan
disesuaikan dengan kebutuhan, dan
dan berpikir “sebab akibat” terlebih dahulu dalam
GTT
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
solidaritas
dan
kolektifitas. Action yang dilakukan pada personal yang Sekolah
kurang
berkarakter
melakukan
Kepala
pengelolaan
personal sekolah dengan memberikan pengarahan, mengadakan pembinaan secara berkala satu bulan sekali atau kadang-kadang
bersifat
insidentil,
membimbing, dan memberi keteladanan yang positif, memonitor pelaksanaan ISSN 2338-2155
tugas personel sekolah, menganalisis
melakukan komunikasi dengan Kepala
dan menindaklanjuti program yang
UPTD setempat, dan Kepala sekolah
dilaksanakan, sebagai seorang leader
SD agar Kepala Sekolah SD berkenan
KS
dan
meminjamkan sebagian ruang untuk
menggerakkan personal tersebut agar
digunakan kelas SMPN 45, dan juga
ikut serta, dan rela dalam pelaksanaan
bersama
pengelolaan program sekolah yang telah
mengajukan, serta mengawal proposal
dirumuskan,
prinsip
yang disusun pada Dinas Pendidikan
penghargaan dan hukuman, tegas dalam
Jagir, Dinas Cipta Karya, dan Bappeko ,
menegakkan
berusaha
mengecek secara berkala pada Dinas
masing-masing
Cipta Karya dan Bappeko sampai
juga
memahami bawahan,
mempengaruhi
menerapkan
aturan, karakter penuh
perhatian
sejauhmana
pada
Urusan
realisasi
Sarpras
pembangunan
gedung,
bawahan, menjaga iklim kerja yang konduksif, siap mendengarkan apa yang
waka
1.4
sedangkan minimnya sarpras diatasi
menjadi keluhan bawahan, berperilaku
dengan
dan bertutur kata yang sopan pada
Dinas pendidikan, bagian perlengkapan
bawahan, selalu mengobarkan semangat
di Pemerintahan kota, dinas lain seperti
kebersamaan, menggelorakan semangat
Dinas perhubungan untuk rambu-rambu
untuk melakukan perubahan ke arah
lalu lintas dan Traffic light depan
yang positif, bekerja dengan dengan
sekolah, Dinas pemuda dan olahraga
otak dan hati, sehingga di SMP Negeri
untuk peralatan olah raga, mengadakan
45
telah
pembelian barang kebutuhan sekolah
solid,
dari dana BOS(Bantuan Operasional
perubahan karakter yang baik, loyalis,
Sekolah) sesuai dengan anggaran yang
jarang sekali ada guru yang terlambat
ada, dan bahkan bantuan dalam bentuk
datang ke sekolah, suasana kerja yang
barang dari orang tua siswa berupa AC,
nyaman,
aman,
printer, komputer, soundsystem, LCD
konduksif,
dan
sekarang
terbentuk
alhamdulilah
Teamwork
yang
menyenangkan, kekeluargaan
yang
mengajukan
proposal
pada
proyektor,dll.
tinggi, meskipun belum semua personal memiliki kinerja yang tinggi, namun sudah jauh terjadi perubahan yang positif dari pada awal operasional
1.5
Pada awal operasional siswa hanya berjumlah 3 rombel atau 114 siswa saja sehingga
berdampak
pada
besaran
perolehan Bantuan Bopda( Bantuan
sekolah pada tahun 2009.
Operasional Daerah ) maupun Bos, 1.3
Untuk mengatasi kekurangan gedung yang terbatas, Kepala sekolah Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
sehingga muaranya minimnya sumber
KS ISSN 2338-2155
32
dana operasional sekolah, berkonsultasi
sangat memadai, kamar mandi siswa
pada Dikdas(Pendidikan Dasar) untuk
yang jumlahnya memadai dan bersih
penambahan
setiap
serta lingkungan sekolah yang bersih
tahun saat PPDB(Penerimaam Peserta
dan nyaman, pembenahan dalam KBM
Didik Baru) dengan memperhatikan
meskipun belum seluruh guru mampu
rasionalisasi jumlah kelas, dari tahun
melaksanakan pembelajaran berkualitas,
ketahun ada kenaikan jumlah siswa,
sehingga dari tahun ketahun animo
sehingga kebutuhan operasional sesuai
masyarakat yang akan menyekolahkan
dengan kebutuhan, mengelola keuangan
anaknya
secara
meningkat
jumlah
transparan
rombel
dan
akuntabel
sehingga
45
semakin
input
semakin
beragam kualitasnya, adanya program
terhadap Kepala Sekolah, berusaha
peningkatan
merealisasikan
membentuk kelompok siswa UPPER
seluruh
program-
Pada awal sekolah beroperasi Kualitas
segi kemampuan akademis maupun karakter sebagian siswa kurang bagus, seperti suka memaki-maki, berbicara kotor, sering
terlambat
datang
ke
sekolah, siswa sering kehilangan HP, uang, dan peralatan sekolah, melihat dari kenyataan tesebut, sekolah terus berbenah diri terhadap fisik sekolah dengan bantuan Dinas Pendidikan kota surabaya, Dinas Cipta Karya, dan Bappeko pembanggunan gedung di SMPN 45 terus berlanjut, setiap tahun, demikian juga penggadaan fasilitas sekolah
selalu
menjadi
perhatian,
sehingga pada tahun kelima ini sudah memiliki lab IPA, lab IT, Lab Bahasa, ruang pertemuan, perpustakaan yang layanan
berbasis
mutu
pendidikan
dgn
kelas IX yang diberi pengayaan setiap
input SMP Negeri 45 rendah, baik dari
IT,
area
Wifi,
musholah, kantin, ruang kelas yang 33
SMPN
sehingga tumbuh trust dari bawahan
program sekolah. 1.6
ke
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
sabtu mulai pukul 07.00 s.d. 11.00 wib untuk melakukan tutor sebaya bagi teman satu kelas, pemilahan siswa yang berkualitas pada setiap slesai try out untuk mendapat treatment khusus dari guru pembina UNAS, penambahan jam pada mapel UNAS pada setiap hari senin sampai kamis selama 120 menit setiap pulang sekolah. Bagi siswa yang kurang berkarakter, BK,
Kesiswaan,
wali kelas, guru dan
Tim
Tatib
bekerjasama dengan Tim echo school memberikan hukuman yang mendidik pada siswa terlambat dengan kegiatan berkait
dengan
Adiwiyata
echoo
mulai
school
dari
dan
menyiram
tanaman disekolah, membawa tanaman ke sekolah, memunguti sampah yang tercecer
di
membersihkan
lingkungan kamar
sekolah,
mandi,
dan
halaman sekolah, baru boleh masuk ke ISSN 2338-2155
kelas pada jam kedua, belajar diluar
hal ini tentunya sangat berdampak pada
kelas, mengisi surat pernyataan tidak
dukungan
akan terlambat lagi, memanggil orang
pendidikan di SMP Negeri 45.
orang
tua
terhadap
tua, agar kedisiplinan mereka terbentuk, ternyata dengan cara tersebut jumlah
Sedangkan
penyelesaian
masalah
berkurang,
yang terkait dengan institusi lain
sedangkan untuk membetukan karakter
dalam satu atap dan masyarakat
yang lain dengan membiasakan siswa
setempat sebagai berikut:
siswa
terlambat
jauh
untuk senyum, salim, salam, sapa,
2.1
Persoalan
dengan
beberapa
warga
sopan santun dengan diawali pada pagi
Mulyorejo dan ketua LKMK(Lembaga
hari sebelum masuk ke gerbang sekolah
Ketahanan Masyarakat Kelurahan) yang
dengan KS dan guru dilanjutkan pada
mempermasalahkan
saat mereka masuk di dalam lingkungan
berdasarkan sejarah versi ketua LKMK
sekolah, guru BK beserta wali kelas
yang mengatakan status tanah yang
memberikan pembinaan, pembimbingan
didirikan gedung SMPN 45 adalah
pada
tanah
siswa
diperlukan
bermasalahn,
juga dengan
apabila
melakukan
bengkok
dihibahkan
status
milik
untuk
tanah
warga
yang
digunakan
SD
homevisit, khusus perlakuan bagi siswa
Mulyorejo saja bukan untuk SMPN 45
yang
di
sehingga karena LKMK beranggapan
sekolah
kewenangannya hingga asset tanah yang
juga
ditempati SMPN 45, sehingga dia dapat
mendeskripsikan kasus yang dilakukan
mengintervensi kebijakan yang berkait
pada majalah dinding sekolah namun
dengan
seizin orang tua siswa tersebut, ternyata
intimidasi Kepala Sekolah, agar SMPN
membuat
45 bisa menerima seluruh siswa lulusan
melakukan
lingkungan
pencurian
sekolah,
memampang
1.7
2.
foto
mereka
pelaku
betul-betul
jera
PPDB,
dengan
melakukan
sehingga sampai saat ini tidak pernah
SD
terjadi pencurian lagi di lingkungan
NUN(Nilai Ujian Nasional)nya karena
sekolah.
mereka
Dengan dilaksanakan program-program
Mulyorejo adalah adalah penduduk
sekolah yang antara lain disebutkan di
kelurahan
atas, dari tahun ke tahun siswa yang
dengan melakukan intimidasi bahkan
bersekolah
terdapat
ketua LKMK dengan mengerahkan
perubahan sehingga saat ini baik latar
sembilan orang penduduk Mulyorejo
belakang pendidikan, ekonomi, dan
yang sepaham dengan ketua LKMK
di
SMPN
45
Mulyorejo
berapapun
beranggapan
Mulyorejo,
siswa
tidak
jumlah
SD
cukup
profesi Orang tua semakin hiterogen, Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
34
berdemonstrasi dengan menyelonong
tersebut sebenarnya sudah menjadi asset
masuk ke ruang kepala sekolah
Pemkot surabaya.
Dengan
menggunakan
Selain
lima
itu
Kepala
Sekolah
kemampuan pengelolaan yang dikuasai
mengundang Lurah, camat Mulyorejo,
oleh Kepala Sekolah antara lain adalah
kepala UPTD, Kepala Sekolah SD
kemampuan
Mulyorejo, ketua RT, dan ketua RW
masyarakat,
mengelola maka
hubungan
Kepala
Sekolah
setempat
dalam
rangka
sosialisasi
mampu membina hubungan hubungan
tentang keberadaan SMP Negeri 45 di
antara
sekolah
wilayah tersebut.
secara
harmonis,
dengan
yang
Bekerjasama dengan Polsek Mulyorejo,
menganalisi
dan Koramil wilayah Mulyorejo, dan
masyarakat, mengadakan komunikasi,
beberapa tokoh masyarakat setempat
melibatkan
dilakukan
4
masyarakat tahap
adalah
masyarakat
dengan
dalam rangka pengamanan di wilayah
isue-isue
negatif
SMP
memecahkan
Negeri
45
ternyata
langkah
masyarakat, dan kompetensi yang harus
tersebut
dimiliki oleh seorang kepala sekolah
informasi dari pihak SMPN 45 pada
antara lain adalah memiliki motivasi
saat terjadi demonstrasi di SMPN 45,
yang kuat untuk sukses melaksanakan
Polisi dari polsek Mulyorejo langsung
tugas pokok dan funsinya sebagai
melakukan pengaman, dan melakukan
pemimpin sekolah, pantang menyerah
interogasi
dan selalu mencari solusi terbaik, dalam
terjadinya peristiwa tersebut sampai saat
menghadapi kendala yang dihadapi oleh
ini tidak pernah lagi terjadi demonstrasi,
sekolah, bekerjasama dengan pihak lain
dan
untuk
kepentingan
masyarakat ataupun ketua LKMK lagi.
memiliki
kepekaan
masyarakat, sosial
sangat
tepat.
terhadap
intimidasi
Tanpa
pelaku,
dari
ada
sejak
kelompok
terhadap Untuk
orang atau kelompok lain.
memperoleh
dukungan
yang lebih luas, SMPN 45 mengundang Kepala
Sekolah
bekerjasama
seluruh
orang
tua
siswa
yang
dengan Kepala UPTD dan kelurahan
berdomisili
mencari kejelasan status tanah, sehingga,
melakukan konsolidasi, dan koordinasi
diperoleh
yang
tentang keradaan SMPN 45, serta
sudah dihargai
meminta masukan tentang isue-isue
dengan nominal tertentu dan diganti
negatif masyarakat mulyorejo, ternyata
tanah ditempat
apa
copy
surat
menyebutkan tanah
tanah
lain, hingga tanah
yang
di
Mulyorejo
untuk
disampaikan oleh ketua
LKMK bahwa masyarakat Mulyorejo 35
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
2.2
menghendaki seluruh siswa peserta
guru dan Kepala Sekolah SMPN 45,
PPDB
sehingga
SD Mulyorejo harus diterima
pada
saat
pembangunan
seluruhnya di 45, ternyata tidak benar,
gedung SMPN 45 sangat rawan dengan
Ketua LKMK hanya memanfaatkan
konflik.
situasi dan kondisi saja berkait dengan
Untuk menghadapi masalah tersebut
peta perpolitikan di wilayah tsb saja.
Kepala Sekolah sering melakukan rapat
Persoalan tentang banyaknya pedagang
koordinasi dengan mengundang kepala
makanan, dan minuman yang menutup
UPTD, guru-guru dan Kepala sekolah
akses masuk ke sekolah satu atap
SD, guru-guru SMPN 45, dalam rangka
sehingga
mensosialisasikan
wajah
depan
lingkungan
pembangunan
sekolah terkesan kumuh, dan sebagian
gedung SMPN 45, mensosialisakan SK
pedagang
adalah
Mulyorejo
Walikota Surabaya tentang peruntukann
sehingga
sulit
diperingatkan
tanah dan bangunan bagi SMP Negeri
warga
untuk
45 surabaya, meminjamkan sebagian
karena merasa daerah tsb wilayahnya.
ruang kelas yang baru dibangun untuk
Yang dilakukan oleh kepala Sekolah
digunakan siswa SD,
melakukan rapat koordinasi dengan
menghormati, dan bertegur sapa dengan
ketua RT, RW setempat, kelurahan,
guru-guru dan Kepala sekolah SD,
kecamatan Mulyorejo, Kepala UPTD, Kepala
Sekolah
berkoordinasi dengan
SD,
langkah
menyampaikan
setelah
Misi dan pola pikir tentang lingkungan
minta bantuan Satpol PP
melakukan
pembersihan
program-program
sekolah serta menyamakan visi, dan
berikutnya
satu atap, melakukan upacara bendera
kecamatan dan Satpol PP kota Surabaya untuk
menghargai
bersama,
di
halal
bihalal
bersama,
memberikan bantuan seragam sekolah
wilayah tersebut .
bagi siswa SD yang kurang mampu 2.3
Rasa kurang nyaman dari beberapa guru dan
Kepala
Sekolah
SD
setiap tahun, sehingga pada tahun
dengan
kelima perjalanan Sekolah Satu Atap,
keberadaan SMPN 45 Surabaya, karena
situasi lingkungan SATAP konduksif,
mindset mereka tanah dan gedung di
dan dukungan. Guru-guru SD sekitar
lingkungan Satu Atap adalah milik SD,
85%
sehingga dalam pemahaman mereka
terhadap
pengembangan
lingkungan Satap.
SMPN 45 melakukan invasi ke wilayah mereka, hal ini tercermin dari statmentstament yang dilontarkan serta sikap yang kurang bersahabat terhadap guruBuletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
2.4
Kondisi geografis yang menguntungkan karena
lokasi
berdekatan
dengan
beberapa Perguruan Tinggi yakni: Unair,
ISSN 2338-2155
36
ITS, Unmuh, dan juga berdekatan
kebiasaan Orang Tua siswa masuk ke
beberapa instansi pemerintah yang lain
area
yaitu
daster,
kelurahan,
Puskesmas
kecamatan,
sehingga
dan
oblong,
sandal
jepit,
dimanfaatkan untuk menjalin kerjasama
sopan.
yang saling menguntungkan, seperti
Masalah Budaya sekolah yang beda
PPL
Unmuh,
inilah yang sampai saaat ini belum
kedokteran gigi, dan keperawatan Unair
dapat dituntaskan seluruhnya, untuk jam
kerjasama dalam perawatan gigi siswa
masuk dengan dimediasi Kepala UPTD
SMP
dan
sudah dapat disamakan yaitu pukul
terkait
dengan
calon
guru
oleh
penyuluhan-penyuluhan metode
06.30 siswa sudah mulai masuk kelas,
pembelajaran terbaru, kerjasama dengan
untuk penutupan pintu gerbang serta
ITS dalam rangka pembinaan jiwa
penempatan tenaga keamanan untuk
interpreneur bagi siswa, robotika, dll
bertugas didekat pintu masuk sampai
Sedangkan kondisi lahan sekolah yang
saat ini masih belum dapat dilakukan,
berada
cukup
meskipun sudah dilakukan koordinasi
membahayakan siswa, maka Kepala
dengan Kepala Sekolah SD, sedangkan
Sekolah bekerjasama Dishub dalam
penggunaan pakaian yang dianggap
pengadaan rambu-rambu lalu lintas dan
oleh warga SMPN 45 kurang pada
Traffic light di depan sekolah, serta
tempatnya, masih belum teratasi karena
melakukan
takut menimbulkan ketersingungan dari
di
kesehatan,
tikungan
tajam
pavingisasi
pada
akses
tampak rapi dan aman/
37
kaos
dianggap oleh warga SMPN 45 tidak
sering
pihak SD.
masuk ke sekolah sehingga lingkungan
2.5
sekolah dengan menggunakan
2.6
Perbedaan pandangan dalam penentuan
sekolah
passing grade pada saat PPDB, SMPN
antara SD dan SMP tentang jam masuk
45 penerimaan siswa baru menghendaki
sekolah SD masuk pukul 07.00 dan
memperhatikan mutu input, sedangkan
SMP pukul 06.30 sehingga KBM
SD menghendaki kuantitas siswa yang
terganggu, penutupan pintu gerbang
diterima di SMPN 45. Setiap tahun
sekolah untuk keamanan sekolah juga
menjelang berlangsungnya PPDB untuk
menimbulkan gesekan dengan pihak SD,
siswa satu atap selalu terjadi diskusi-
serta kebiasan siswa SD dan Orang Tua
diskusi yang alot, tahun pertama nilai
SD
NUN
Adanya
perbedaan
budaya
menggendarai sepeda maupun
SMPN
45
melalui
PPDB
sepeda motor di lingkungan sekolah
online......, sedangkan PPDB satu atap
sehingga
pada Tahun 2010 dengan nilai NUN
siswa
rawan
tertabrak,
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
hanya 18,00 tahun 2011 NUN 18,50,
sekolah
satu
Atap
berdasarkan
kemudian 19,00 tahun 2012 NUN 20,00
kebijakan yang dibuat oleh Dinas terkait.
sedangkan tahun 2013 turun menjadi 19,50, Kepala Sekolah tidak bersikap
E.
kaku dalam menetukan nilai passing grade,
penentuan
nilai
NUN
Penyelenggaraan sekolah unit baru Satu
Atap
diperlukan,
seorang
Kepala
berdasarkan rapat dan musyawarah
Sekolah yang mau bekerja keras, kepala
yang melibatkan staf SMP, guru-guru
sekolah yang benar-benar memiliki peran dan
SMP 45, dan Kepala Sekolah serta
fungsi serta kompetensi Kepala Sekolah
guru-guru pengajar kelas VI SD Satu
profesional.
Atap. 2.7
Kesimpulan
Kepala
Adanya
2
Sekolah
kepemimpinan Satu
mempersulit
Atap
dalam sehingga
Sekolah
harus
mampu
mengembangkan konsep EMASLIM (sebagai Educator,
Manager,
Administrator,
di dalam memutuskan
Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator),
suatu kebijakan dalam lingkungan Satu
serta harus memiliki keprofesionalan seperti
Atap,
menyelesaikan
yang yang dikemukakan oleh Slamet. PH.
permasalahan tersebut Kepala Sekolah
Dan juga 5 kompetensi yaitu kepribadian,
tetap
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan
untuk
berlaku
sebagaimana
seorang
manajer yang mampu melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen
dalam
mengelola sekolah yaitu menyusun perencanaan,pengorganisasian, pengerahan
staf
dan
kompetensi sosial. Selain kemampuan di atas Kepala Sekolah juga harus memiliki keikhlasan, kesabaran
pengendalian
program sekolah, melaksanakan dan
dan
kesungguhan
hati,
serta
kemauan yang tinggi dalam mengembangkan sekolah.
mengelola program sekolah, mengambil keputusan yang tepat berkait dengan
Karena persoalan yang dihadapi bukan
pengembangan sekolah, menciptakan
hanya berkait dengan internal sekolah namun
lingkungan
dan
juga berkait dengan sekolah lain dalam satu
inovatif di dalam sekolah Satu Atap,
atap, sehingga persoalan yang dihadapi lebih
mengembangkan tradisi akhlak mulia,
kompleks
berusaha
yang
konduksif
menjadi
teladan
,
bagi
Apabila
pengembangan
komunitas sekolah Satu Atap, memiliki
pengembangan lingkungan berjalan maksimal,
integritas
kepribadian
sebagai
maka akan dapat mengangkat grade sekolah
pemimpin,
dan
mengikuti
baik SD maupun SMP Satu Atap, sehingga
perkembangan
kebijakan
tentang
animo masyarakat semakin tinggi untuk
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
38
menyekolahkan anaknya di Sekolah Satu
butir
Atap. F.
Saroso, Poernomosidi Hadji. (1997). Butir untuk
Memahami
Pengertian
Fungsi, Analisa Tingkat Kesiapan, dan
Daftar Pustaka
Input Manajemen (Bahan Kuliah STIE Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat
Mitra Indonesia Yogyakarta).
Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan
Sekolah Satu Atap sebagai Inovasi Bidang
Sekolah Menengah Pertama (2008).
Pendidikan,
Qibti.
4
Juni
Panduan Pelaksanaan Pengembangan
08.33(Rapendik on Streaming)
2013.
SD-SMP Satu Atap Australia-Indonesia (Basic Education Program/AIBEP)
Slamet P.H (2000). Karakteristik Kepala Sekolah
Indrafachrudi, Memimpin
dkk.(1996). Sekolah
Bagaimana Yang
yang
Tangguh.
Jakarta:
Depdiknas.
Efektif.
Malang: Abdi Manunggal Jaya.
Wahjo
Sumidjo.
(2001).
Kepemimpinan
Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang
Persada
Standar Kepala Sekolah Winardi. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2003
(2000).
Manajemen.
Kepemimpinan Jakarta:
Rineka
dalam Cipta
tentang Standar Nasional Pendidkan . PPPK Bukan Honorer ‘Baju Baru’ JAKARTA – Pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang diatur dalam UU tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) bukan merupakan tenaga honorer yang versi baru, karena sebenarnya sejak tahun 2005 pemerintah sudah melarang pengangkatan tenaga honorer. Demikian halnya dengan tenaga honorer kategori 2 (K2) yang tidak lulus tes, maka status mereka tidak bisa serta merta menjadi PPPK. Dalam UU ASN, PPPK merupakan pegawai profesional. “PPPK berbeda sama sekali dengan tenaga honorer. Jadi tenaga honorer kategori 2 yang tidak lulus tes CPNS tidak bisa serta merta ditetapkan menjadi PPPK,” ujar Deputi SDM Aparatur Kementerian PANRB Setiawan Wangsaatmaja di Jakarta, Rabu (07/01). Dikatakan, untuk menjadi PPPK, pintu masuknya jelas, seperti halnya untuk CPNS. Harus melalui pengusulan dan penetapan formasi, kinerjanya juga terukur. PPPK juga mendapatkan remunerasi, tunjangan sosial, dan kesejahteraan mirip sama dengan PNS. Karena itu, setiap instansi yang mengangkat harus mengusulkan kebutuhan dan formasinya, kualifikasinya seperti apa, serta harus melalui tes. PPPK, seperti diatur dalam UU ASN adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. “PPPK berhak memperoleh gaji dan tunjangan, cuti, perlindungan, dan pengembangan kompetensi,” tambah Setiawan. Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Eko Soetrisno mengatakan, tenaga honorer kategori 2 yang tidak lulus tes, nantinya tergantung instansi atau pemerintah daerah masing-masing. Yang pasti, instansi yang punya K2 harus punya database. Hal ini menjadi PR bersama pemerintah pusat dan pemda. Setiap instansi yang mempekerjakan seseorang, harus jelas jenjang karirnya. “Bukan hanya masalah status, tapi kesejahterannya juga harus diperhatikan,” tuturnya. (bby/HUMAS MENPANRB) http://www.menpan.go.id/berita-terkini/2158-pppk-bukan-honorer-baju-baru
39
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
Buletin Guru Indonesia Vol IV No 1 Thn 2014
ISSN 2338-2155
40