BUKU PEGANGAN KADER BKR
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA JAKARTA 2013
i
Buku Pegangan Kader BKR Tentang Delapan Fungsi Keluarga Diterbitkan oleh : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hak Cipta @2013 Direktorat Bina Ketahanan Remaja Cetakan Pertama Disusun oleh : Indra Wirdhana, SH, MM Drs. M. Edi Muin, M.Si Witri Windrawati, SE Andi Hendardi, SH Alifah Nuranti, S.Psi, MPH Didik Trihantoro, S.Si, MAPS Antonius Angkawijaya, S.Psi, MM Ade Isyanah, S.Pd, MSR Dra. Robertha Suparyati, MM Khaeri Marifah, S.Psi Irmiyanti Kusumastuti, SE, MA Retnoningsih Suharno, S.Pd Soetriningsih, S.Sos, M.Si Ahmad Zuhdi, S.Sos, MPH Drs. Eddy Setiadi Priyo Susilo, Amd ISBN 978-602-8068-70-3 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma – Jakarta Timur Telp/fax : (021) 8009029, 8008548 http://ceria.bkkbn.go.id
ii
KATA SAMBUTAN
Dalam rangka mewujudkan misi Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, yakni mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, maka salah satu strateginya adalah meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pembinaan keluarga. Dalam UU No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Oleh karena itu keluarga dituntut untuk aktif dan berperan dalam mengawal proses perkembangan dan pertumbuhan anaknya. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penanaman nilai-nilai moral dalam keluarga melalui penanaman delapan fungsi keluarga sangatlah penting. Sosok orang tua sebagai penanggung jawab utama dalam menanamkan nilai-nilai yang paling mendasar sebelum anak masuk pada fase perkembangan dan pertumbuhan serta komunitas berikutnya, sehingga perlu disusun buku Pegangan Kader BKR tentang Delapan Fungsi Keluarga. iii
Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam membina remaja, melalui penanaman dan penerapan nilai-nilai dalam delapan fungsi keluarga. Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan Taufik dan rahmatnya kepada kita semua. Amin.
Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
Dr. Sudibyo Alimoeso, MA
iv
KATA PENGANTAR
Berbagai upaya telah dilakukan untuk merespon masalah remaja, salah satunya melalui program Generasi Berencana (GenRe). Pendekatan program GenRe adalah melalui kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR). Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua atau keluarga lain dalam pembinaan tumbuh kembang remaja. Dengan adanya kegiatan BKR, orangtua diharapkan memiliki pengetahuan dan dapat menyampaikan pengetahuan yang mereka miliki serta menanamkan nilai-nilai dalam delapan fungsi keluarga. Pentingnya peran dan fungsi keluarga, menjadikan keluarga sebagai lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar dan berperan sebagai makhluk sosial. Sekaitan hal tersebut di atas, maka disusunlah buku Pegangan Kader BKR tentang Delapan Fungsi Keluarga. Buku ini ditujukan kepada para kader BKR dan orangtua sebagai bahan bacaan dalam memperkaya pengetahuan dan informasi tentang Delapan Fungsi Keluarga. Fungsi-fungsi yang ada pada Delapan Fungsi Keluarga menjadi prasayarat , acuan dan pola hidup setiap keluarga dalam rangka terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas. BKKBN membagi fungsi keluarga, menjadi 8 fungsi yaitu fungsi v
agama, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan. Akhirnya kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya.
Jakarta, Maret 2013 Direktur Bina Ketahanan Remaja
Indra Wirdhana, SH, MM
vi
DAFTAR ISI
Kata Sambutan ...........................................................
iii
Kata Pengantar ..........................................................
v
Daftar Isi .....................................................................
vii
Bab I : PENDAHULUAN ..............................................
1
A. Pengertian Keluarga .............................................................
1
B. Tugas Utama Keluarga . .......................................................
2
C. Fungsi Keluarga......................................................................
3
Bab II : DELAPAN FUNGSI KELUARGA ......................
5
A. Fungsi Agama ....................................................................
5
B.
Fungsi Sosial Budaya ........................................................
14
C. Fungsi Cinta Kasih .............................................................
28
D. Fungsi Perlindungan . ......................................................
53
E.
Fungsi Reproduksi .............................................................
63
F.
Fungsi Sosialisasi Pendidikan ........................................
69
G. Fungsi Ekonomi .................................................................
78
H. Fungsi Lingkungan ...........................................................
82
Bab III : PENUTUP .......................................................
89
Daftar Pustaka ...........................................................
91 vii
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar dan berperan sebagai makhluk sosial. Keluarga juga merupakan satu-satunya lembaga sosial yang diberikan tanggung jawab untuk mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Pada saat sebuah lembaga mulai membentuk kepribadian seseorang dalam hal-hal penting, keluarganya tentu lebih banyak berperan dalam persoalan perubahan itu, dengan mengajarkan berbagai kemampuan dan menjalankan banyak fungsi-fungsi sosialnya (Sayyid: 2007). Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Duval, 1972 dalam Setiadi 2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan
1
perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain. Indonesia telah merumuskan pengertian keluarga seperti yang dicantumkan dalam UU No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
B. Tugas Utama Keluarga Tugas utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anggota keluarganya. Yang mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, membimbing perkembangan kepribadian anak-anaknya dan memenuhi emosional anggota keluarganya. Keluarga sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tugas atau fungsi agar sistem tersebut berjalan. Tugas tersebut berkaitan dengan pencapaian tujuan, integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan atau pemeliharaan keluarga. Resolusi Majelis Umum PBB menguraikan fungsi-fungsi utama keluarga adalah : “Keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera” (Megawangi, 1994). Agar fungsi keluarga berada
2
pada kondisi optimal, perlu peningkatan fungsionalisasi dan struktur yang jelas, yaitu suatu rangkaian peran dimana sistem sosial dibangun.
C. Fungsi Keluarga Keluarga Sejahtera merupakan dambaan dan harapan dari setiap keluarga. Untuk mencapai kondisi tersebut bukan suatu yang tidak mungkin terjadi, apabila setiap keluarga menerapkan fungsi-fungsi yang seharusnya berjalan di dalam kehidupan keluarga. Fungsi yang dimaksud tersebut dikenal sebagai “ Delapan Fungsi Keluarga.” Delapan fungsi keluarga adalah fungsi-fungsi yang menjadi prasayarat , acuan dan pola hidup setiap keluarga dalam rangka terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas. BKKBN membagi fungsi keluarga, menjadi 8 fungsi yaitu fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan.
3
4
BAB II DELAPAN FUNGSI KELUARGA
Setiap fungsi dalam delapan fungsi keluarga mempunyai makna masing-masing dan mempunyai peran penting dalam kehidupan keluarga. Delapan fungsi keluarga ini diharapkan bukan hanya sebagai simbol belaka, tetapi dapat menjadikan pijakan dan tuntunan keluarga dalam menjalani roda kehidupannya. Adapun pembahasan mengenai masing-masing fungsi keluarga dalam delapan fungsi keluarga, adalah sebagai berikut : A. Fungsi Agama 1. Pengertian Fungsi Agama Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang remaja mengenal agama. Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga remaja menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa. Setiap manusia mempunyai kewajiban yang berbeda. Kewajiban tersebut disesuaikan berdasarkan umur dan profesinya. Karena itu penting bagi masing-masing individu untuk mengetahui dan sadar dengan tanggung jawab yang dipikulnya, termasuk dengan pengetahuan akan eksistensinya sebagai manusia yang dicipta oleh yang Maha Pencipta.
5
Manusia pada hakekatnya diciptakan tak lain adalah untuk menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena itu sangat pantaslah sekiranya setiap langkah yang akan dituju oleh setiap manusia hanyalah mengharap atas ridho dari Allah SWT. Dalam hidup perjalanan setiap manusia sesungguhnya tak lepas dari sekedar menjalani sebuah skenario yang telah digariskan oleh yang Maha mengatur, sehingga masing-masing orang satu sama lain baik rezeki, musibah dan takdir pasti tidak akan sama, karena disitulah letak kerahasiaan dari Sang Pencipta.
2. Nilai-Nilai dalam Fungsi Agama Dalam fungsi agama, terdapat 12 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Dua belas nilai dasar tersebut diantaranya:
6
a.
Iman, yang dimaksud dengan iman yaitu mempercayai akan adanya Allah SWT, Tuhan YME, mengamalkan segala ajaranNya.
b.
Taqwa, yang dimaksud dengan taqwa adalah mengamalkan segala sesuatu yang diperintahkan dan menghindari segala yang dilarang Allah SWT.
c.
Kejujuran, yang dimaksud dengan kejujuran yaitu menyampaikan apa adanya.
d.
Tenggang rasa ditandai dengan adanya kesadaran bahwa setiap orang berbeda dalam sifat dan karakternya.
e.
Rajin, maksudnya menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
f.
Kesalehan, maksudnya adalah memiliki nilai moral yang tinggi dengan melakukan sesuatu yang benar secara konsisten.
g.
Ketaatan, maksudnya dengan segera dan senang hati melaksremajaan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
h.
Suka membantu, memiliki kebiasaan menolong dan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
i.
Disiplin, maksudnya menepati waktu, mematuhi aturan yang telah disepakati.
j.
Sopan santun, maksudnya adalah seseorang yang berperilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai agama.
k.
Sabar dan Ikhlas, maksudnya kemampuan seseorang untuk menahan diri dalam menginginkan sesuatu serta dalam menghadapi suatu kesulitan.
l.
Kasih sayang, merupakan ungkapan perasaan dengan penuh perhatian, kesadaran dan kecintaan terhadap seseorang.
3. Penerapan Fungsi Agama dalam Keluarga a. Iman Menanamkan keimanan kepada remaja berhubungan dengan kemampuan orangtua dalam memberikan
7
nilai-nilai keagamaan agar dapat menjalankan ajaran agamanya. Misalnya: 1) Membiasakan menjalankan ibadah secara bersama dengan keluarga, baik di rumah maupun di tempat ibadah. 2) Bersyukur atas anugerah Tuhan YME. 3) Sabar ketika mendapat musibah. 4) Memberikan bahan bacaan dan pengetahuan tentang keagamaan b. Taqwa Ketaqwaan adalah buah dari keimanan yang harus tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari, baik dirumah maupun di masyarakat. Orangtua sebaiknya menunjukkan prilaku ketaqwaan kepada anak. Misalnya, dengan menjalankan ibadah shalat, puasa. c. Kejujuran Kejujuran perlu ditanamkan oleh orangtua terhadap anak remajanya, baik dalam keluarga maupun dimasyarakat. Hilangnya kejujuran akan menimbulkan saling curiga sehingga akan membuat hidup tidak tentram. Menanamkan kejujuran dalam kehidupan keluarga, berkaitan dengan kemampuan orangtua dan remaja untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi dan mendorong orang lain untuk berbuat hal serupa. Orangtua dapat menanamkan remajanya dengan cara :
8
kejujuran
pada
1) Berlaku jujur dalam setiap ucapan dan tindakannya. 2) Berbuat jujur terhadap siapapun. 3) Mengemukakan manfaat berlaku jujur. 4) Memberi contoh atau teladan orang yang selalu berlaku jujur. 5) Memperhatikan raut muka ketika berbicara dengan remajanya untuk menunjukkan rasa percaya orangtua kepada anaknya. d. Tenggang rasa Sikap tenggang rasa dapat tercermin dari kerukunan hidup beragama, yakni dengan saling menghormati dan memahami perasaan orang lain. Orangtua dapat menerapkan nilai moral tenggang rasa dalam fungsi agama dicerminkan melalui saling menghargai dan menghormati agama atau kepercayaan orang lain dalam menjalankan ibadahnya. Misalnya pada saat bulan Ramadhan, tidak makan atau minum dihadapan orang menjalankan ibadah puasa, menjaga kerukunan antar umat beragama, bersikap sopan dan berbudi luhur terhadap pemeluk agama lain. e. Rajin Ciri orang yang rajin adalah selalu melaksanakan tugas dengan baik dan benar, menyediakan waktu untuk menyelesaikan tugas, dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan. Kewajiban orang tua untuk senantiasa memotivasi remaja rajin menjalankan kewajiban dan
9
tanggung jawabnya, misalnya dalam melaksanakan ibadah pengajian atau kebaktian. f.
Kesalehan Dalam Fungsi Agama, kesalehan merupakan nilai moral tertinggi yang dimiliki seseorang. Dengan demikian, orang tua perlu memperhatikan dan menanamkannya nilai-nilai agama kepada remaja. Menanamkan kesalehan dalam kehidupan berkeluarga melalui fungsi agama dapat dilakukan dengan menjaga diri dari prilaku yang tidak baik. Cara penerapan yang dilakukan orangtua adalah dengan memberikan teladan dan mengingatkan: a. Menjalankan ibadah dan berbuat baik kepada sesama b. Menjauhi hal yang dilarang agama seperti tidak menyakiti hati orang lain, tidak berburuk sangka, dan tidak iri terhadap keberhasilan orang lain.
g. Ketaatan Taat adalah melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan ikhlas. Ketaatan merupakan sikap terpuji dan pencerminan dari orang yang mempunyai moral dan akhlak yang mulia. Sebaiknya orangtua menanamkan sifat ketaatan ini sejak dini, dan dimulai dari keluarga. Ketaatan dalam kehidupan keluarga, tercermin dalam menjalankan kewajiban agama, mengikuti aturan, melaksanakan pekerjaan dengan tanggung jawab dan ikhlas.
10
Dalam menerapkan ketaatan kepada remaja, orangtua perlu memperhatikan: 1) Menjalankan ibadah sebagai kewajibannya kepada Tuhan YME;
pelaksanaan
2) Mempunyai kesadaran sendiri untuk menyelesaian dengan segera tugas-tugas rumah maupun sekolah. h. Suka membantu Membantu atau menolong orang lain yang dilandasi dengan keikhlasan merupakan perbuatan yang sangat disukai oleh Tuhan YME. Menanamkan perilaku suka menolong dalam kehidupan keluarga melalui fungsi agama, berhubungan dengan kamauan orangtua dan remaja untuk selalu siap mengulurkan tangan membantu orang lain tanpa pamrih. Untuk menanamkan perilaku suka menolong , dapat dilakukan orangtua dengan memberikan contoh/teladan. Misalnya, dengan membantu kesulitan atau permasalahan yang dihadapi tetangga, teman, atau anggota keluarga lain. Ajaklah remaja untuk senantiasa ringan tangan jika ada teman atau anggota keluarga lain membutuhkan bantuan. i.
Disiplin Disiplin adalah mematuhi aturan agama yang berlaku dan harus tertanam dalam pribadi setiap orang. Setiap anggota keluarga sebaiknya menjadi orang yang disiplin. Penerapan perilaku disiplin beragama
11
berhubungan dengan ketepatan dan keteraturan dalam memanfaatkan waktu, dan tidak melanggar aturan. Perilaku tersebut terlihat dari contoh berikut. 1) Melaksanakan ibadah tepat waktu 2) Selalu menepati janji 3) Mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan j.
Sopan santun Sikap sopan santun sebaiknya diajarkan oleh orangtua kepada remaja mulai dari kebiasaan di rumah. Sikap sopan anak bagaimanapun adalah cerminan orang tua. Sopan satun merupakan kepentingan bersama agar setiap orang dapat hidup berdampingan dan bermasayarakat. Sopan santun juga merefleksikan kepribadian yang penuh cinta dan tenggang rasa, contoh norma sopan santun 1) hormat menghormati 2) ajarkan bertutur kata sopan sejak dini 3) mengucapkan salam ketika bertemu dan saat berpamitan
k.
Sabar dan Ikhlas Sabar adalah kuatan jiwa dalam menahan diri yang didalamnya meliputi ketabahan, keuletan, ketahanan menghadapi tantangan, ancaman dan hambatan untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Sikap sabar
12
ini mesti ditanamkan oleh orangtua kepada remaja dan dimulai dari rumah. Penanaman sikap sabar dalam kehidupan keluarga, berkenaan dengan kemampuan orangtua dan remaja dalam menahan diri/bersikap tenang ketika menginginkan sesuatu dan ketika menghadapi kesulitan, tidak cepat puas dan tidak mudah marah. Contoh perilaku sabar: 1) Mampu menguasai nafsu amarah dalam diri 2) Tidak tergesa-gesa dalam menjalankan ibadah 3) Sabar dalam mewujudkan keinginan 4) Sabar dalam pergaulan l.
Kasih sayang Kasih sayang adalah bentuk ungkapan perasaan (dengan sepenuh perhatian), kesadaran, dan kecintaan terhadap seseorang. Semua agama mengajarkan kepada umatnya supaya memounyai rasa kasih sayang terhadap semua orang. Pepatah agama mengatakan: “kasihilah orang lain seperti kamu mengasihi dirimu sendiri”. Ungkapan itu memberi arti bahwa rasa kasih sayang merupakan kebutuhan setiap orang. Setiap orang memerlukan kasih sayang dari orang lain. Mereka memerlukan kasih sayang dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dengan tulus dan ikhlas. Menanamkan kasih sayang dalam kehidupan keluarga,
13
berhubungan dengan kemampuan orangtua dengan cara: 1) Memberikan perhatian penuh secara tulus dan ikhlas terhadap kesulitan dan permasalahan yang dihadapi anak remaja 2) Tidak bersikap kasar, dan mengingatkan anak bahwa sikap kasar tidak boleh dilakukan oleh siapa saja dan kepada siapapun.
B.
Fungsi Sosial Budaya 1. Pengertian Fungsi sosial budaya mempunyai makna bahwa keluarga adalah wahana pertama dan utama dalam pembinaan dan penanaman nilai-nilai luhur budaya yang selama ini menjadi panutan dalam tata kehidupan. Dengan penerapan fungsi sosial budaya dalam keluarga, nilai luhur yang selama ini sudah menjadi panutan dalam kehidupan bangsa tetap dapat dipertahankan dan dipelihara. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat telah mengalami banyak perubahan, dimana nilai-nilai sosial dan budaya yang dianut sudah semakin bebas, dan menyebabkan kurang dipegangnya lagi aturan-aturan dalam masyarakat. Penanaman nilai-nilai sosial budaya juga dimulai dari keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama sekali dikenal oleh anak.
14
Di dalam keluarga inilah pertama sekali mulai terbentuknya penanaman nilai sosial budaya yang diajarkan melalui contoh perilaku orangtuanya. Adanya interaksi di dalam lingkungan keluarga antara satu anggota dengan anggota lainnya akan menyadarkan anak bahwa mereka berfungsi sebagai individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial ia belajar menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama, yaitu saling tolong menolong dan mempelajari adat istiadat yang berlaku disekitarnya. Melalui orangtualah anak belajar untuk menjalankan peran yang nantinya diharapkan di masyarakat.
2. Nilai-nilai dalam Fungsi Sosial Budaya Nilai-nilai dalam fungsi sosial budaya yang dapat ditanamkan didalam lingkungan keluarga antara lain : a. Toleransi dan saling menghargai Toleransi bisa diartikan sebagai sikap menghargai pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian kita sendiri. Sikap toleransi ini bisa ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil, karena pada usia anak mereka masih lebih bersifat egosentris, dimana anak menganggap bahwa dirinya adalah segalanya, yang membuat mereka sulit berbagi atau belum bersedia bermain dengan orang lain. Mereka juga sangat sensitif akan sesuatu yang berbeda yang ada di sekitarnya dan sering kali
15
mereka menolak dengan tegas perbedaan tersebut. Hal inilah yang membuat mereka seolah kejam dan tidak punya toleransi. Disinilah peran penting orangtua dalam menanamkan nilai toleransi kepada anaknya. Terutama, menstimulasi anak agar dia siap menerima keberadaan orang lain. Secara bersamaan, juga menanamkan karakter toleran terhadap orang lain yang berbeda dari dirinya. Orangtua harus mulai memperkenalkan toleransi dan perbedaan bukanlah sesuatu yang menakutkan, buruk atau harus dihindari pada mereka. Dan jangan lupa, kita sebagai orangtua harus menjaga sikap di hadapan mereka dengan tidak melontarkan kata-kata atau tindakan yang menolak perbedaan. Kadang kala, disadari atau tidak, kita melontarkan kata-kata yang tidak enak didengar mengenai perbedaan yang ada di sekitar kita seperti perbedaan suku, agama atau adat istiadat, bahkan bersikap sinis pada perbedaan tersebut. Sungguh, semua tindakan kita akan direkam tanpa sensor oleh anak. Jika kita tidak menjaga sikap dan tidak memberi bimbingan lebih lanjut, mereka akan kehilangan sikap toleransi pada sesamanya. b. Gotong Royong Gotong royong adalah melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama yang dilandasi dengan kesukarelaan dan kekeluargaan. Membangkitkan jiwa
16
gotong royong dalam kehidupan keluarga berkaitan dengan kesediaan orang tua dan anak-anak untuk saling menolong dan tanpa pamrih dalam melakukan pekerjaan. Selain dapat menciptakan hubungan sesama yang positif, tolong menolong juga memberikan pengaruh positif bagi orang yang melakukannya. Orang yang suka menolong, akan membuat jiwanya lebih positif, jiwanya lebih besar, dan seringkali lebih bahagia. Itulah kenapa kita semua perlu menanamkan jiwa yang suka menolong pada anak-anak kita. Cara yang paling sederhana dan punya efek yang luar biasa adalah dengan memperagakan aktivitas kita yang suka menolong orang lain juga. c. Sopan Santun Semua orangtua tentu berharap anak mereka bersikap sopan dan santun. Namun, budi pekerti atau tata krama yang baik tidak bisa muncul begitu saja. Anak perlu mendapat pengajaran bagaimana bersikap sopan dan santun. Memang, tidak mudah menerapkan sopan santun pada anak. Tetapi jika orangtua berhasil mengajarkan sopan santun pada anaknya, si kecil akan tumbuh menjadi seseorang yang berperilaku baik di sepanjang hidupnya. Meskipun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan di luar rumah juga memiliki peran yang sangat besar pada pembentukan perilaku yang sopan dan santun ini.
17
Sopan santun ini dipelajari anak melalui teladan atau contoh dari orangtuanya, dimana diantara ayah dan ibu atau keluarga yg ikut tinggal dalam rumah belajar untuk saling menghormati dan bersikap lemah lembut satu dengan yang lain. d. Kebersamaan dan kerukunan Keluarga adalah tempat dimana seseorang dapat merasakan kebahagian atau kesedihan dalam dunia ini. Dalam keluarga kita tumbuh dan belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Dengan keluarga pula kita berbagi suka duka kehidupan dan bahu membahu menghadapi berbagai masalah yang terjadi. Orangtua seharusnya mengajarkan kebersamaan kepada anak bukan malahan sibuk dengan bisnis dan menitipkan anak kepada kakek atau nenek atau bahkan pembantu. Kebersamaan sangatlah penting dan tidak bernilai harganya. Kebersamaan orangtua dan anak tidak akan tergantikan dengan kebersamaan lainnya. Tidak ada yang lebih indah lagi selain melihat kekompakan ayah, ibu dan anak-anak. Orangtua harus selalu menanamkannya sedari anak kecil. e. Kepedulian Peduli artinya menanggapi perasaan dan pengalaman orang lain. Ciri-ciri kepedulian sosial budaya yaitu upaya menghargai dan menghormati adat istiadat setempat. Setiap orang lahir disertai
18
sifat/watak/karakter dan kepribadian yang berbeda. Begitupun dalam hidup di masyarakat akan diwarnai oleh sosial, budaya dan adat yang berbeda setiap anggota keluarga semestinya mempunyai sikap kepedulian terhadap masalah sosial, budaya dan adat yang berbeda dimana saja berada. Sikap peduli dapat diawali oleh orangtua dalam keluarga terhadap anak-anaknya dengan memelihara, menghargai dan menghormati adat istiadat, sifat dan watak seseorang. Kepedulian diantara sesama anggota keluarga atau masyarakat akan membangkitkan rasa kekeluargaan serta kesetiakawanan. Menumbuhkan sikap peduli dalam kehidupan keluarga, melalui fungsi sosial budaya, berkenaan dengan bimbingan orangtua terhadap anak-anaknya untuk melestarikan adat istiadat dan menghargai serta menghormati sosial budaya orang lain. f.
Cinta Tanah Air atau Nasionalisme Rasa cinta tanah air atau nasionalisme dapat dicirikan dengan kemampuan seseorang untuk menghargai nilai–nilai sejarah kepahlawanan, mencintai produk sendiri, menyadari adanya pengaruh global terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Saat ini jiwa kebangsaan kita dirasakan bukan mulai pudar lagi tapi justru semakin pudar setelah arus globalisasi informasi dan teknologi semakin kuat merasuk ke dalam keluarga. Hal ini sebagai
19
tantangan kita selaku orangtua untuk menanamkan kembali jiwa kebangsaan ini terhadap anak-anak. Menanamkan jiwa kebangsaan dalam kehidupan keluarg, melalui Fungsi Sosial Budaya, berhubungan dengan kemampuan orangtua dan anak-anak untuk menghargai nilai-nilai sejarah kepahlawanan, menyintai produksi dalam negeri dan menyadari adanya pengaruh globalisasi terhadap kehidupan.
3. Penerapan Fungsi Sosial Budaya dalam Keluarga Penerapan nilai-nilai dalam fungsi sosial budaya yang dapat ditanamkan didalam lingkungan keluarga antara lain : a. Toleransi dan saling menghargai Cara-cara menanamkan toleransi yang bisa dilakukan adalah : 1) Orangtua dapat mengajarkan toleransi dengan memberikan contoh-contoh dengan cara mereka sendiri. Membicarakan tentang toleransi dan sikap menghargai akan membantu anak memahami nilai apa yang ingin Anda tanamkan pada diri mereka. 2) Hati-hati jika membicarakan kebiasaan orangorang yang berbeda dengan orangtua. Meskipun hanya candaan, ini akan terserap pada pikiran anak dan dapat mempengaruhi sikapnya.
20
3) Carilah komunitas yang beragam. Berilah kesempatan anak untuk bermain dan beraktivitas dengan orang lain yang berbeda dengan diri mereka. Misalnya ketika memilih sekolah, tempat berlibur, atau penitipan anak, carilah tempat yang populasinya beragam. 4) Ketika mengetahui anak menolak pertemanan dengan berdasarkan alasan perbedaan warna kulit, tidak cantik/tampan, agama, status sosial, atau bahkan karena ada kekurangan (tuna daksa atau tuna grahita) pada teman barunya, maka segeralah untuk memberi pemahaman yang lebih lanjut. b. Gotong Royong Cara menanamkan nilai-nilai gotong royong antara lain : 1)
Interaksi ibu dan ayah dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari dapat dijadikan sebagai teladan bagi anak-anaknya, misalnya ketika sang ibu menyediakan minum untuk ayahnya sedangkan sang ayah membantu ibu memperbaiki kompor yang rusak. Anak-anak akan mencontoh sikap saling menolong tersebut ketika mereka sedang berinteraksi dengan anakanak lain atau interaksi kakak-beradik.
2)
Mendukung inisiatif anggota keluarga termasuk anak untuk menolong orang lain. Misalnya
21
mendukung inisiatifnya untuk terlibat dalam kegiatan sekolah yang tujuannya untuk tolongmenolong atau menolong orang lain yang sedang terkena musibah. 3)
Memberikan contoh menolong orang yang sedang kesusahan, seperti membagi makanan, menyisihkan sebagian harta yang kita punya untuk orang yang kurang mampu, meringankan kesulitan keluarga atau orang lain, dan masih banyak lagi.
c. Sopan Santun Cara-cara keluarga:
menanamkan
sopan
santun
dalam
1) Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari Anak adalah peniru paling ulung. Bahkan, saat masih belum dapat berbicara pun, anak sudah bisa menirukan perbuatan yang kita lakukan. Meskipun dalam "bahasa dan bentuk" yang lain. Sangatlah tepat ungkapan “anak-anak mendengar tidak dengan telinga, melainkan dengan matanya” Itu artinya, orangtua harus menjadi contoh nyata bagaimana bersikap sopan dan santun. 2) Ajarkan 3 kata penting "Terima kasih", "Tolong", dan "Maaf" adalah 3 kata penting yang sebaiknya diajarkan sejak anak lahir. Ucapkanlah kata "Tolong" jika ingin
22
meminta bantuan kepada siapa saja. Ucapkan "Terima kasih" bila si anak melakukan sesuatu untuk orangtua, dan jangan segan berkata "Maaf" jika orangtua berbuat salah. Dengan demikian anak akan mengetahui bahwa dirinya dihargai dan ia pun akan terbiasa menghargai orang lain. 3) Latihan sambil bermain Mungkin orangtua sudah berusaha mengajarkan sopan santun pada anak. Tapi bisa saja ketika anak berhadapan dengan orang lain ia melakukan perbuatan yang kurang santun. Jangan menyerah. Cobalah melatih sikap sopan santun dengan mengajak anak bermain peran. Coba minta anak menjadi tamu dan orangtua tuan rumahnya. Lakukan juga peran sebaliknya. Berperanlah sebagai tuan rumah yang sopan dan minta si Nk berperan sebagai tamu yang sopan. Biasanya, saat berperan anak akan menjadi "aktor" yang baik sehingga ia akan melakukan skenario yang sudah disepakati. Saat anak bersikap santun dalam peran yang dimainkannya pujilah perbuatannya. Tunjukkan bahwa orangtua sangat menghargai sikap positif ini. 4) Harus konsisten Anak sering lupa bagaimana bersikap baik, sehingga sangat wajar bila ia tiba-tiba melakukan tindakan kurang sopan. Jangan langsung
23
memarahinya. Tapi ingatkan dia bahwa tindakan tersebut tidak sopan. Beri peringatan dengan cara yang menyenangkan. Misalnya, "Wah, karena terlalu haus, jagoan Bunda lupa bilang terima kasih ya..." Untuk membentuk sikap yang sopan dan santun orangtua harus konsisten dan jangan bersikap permisif atau memaklumi dengan alasan apapun. Bila anak melakukan tindakan yang tidak sopan, ingatkan lagi, lagi dan lagi. 5) Jangan dijadikan lelucon Sikap yang kurang sopan bukan lelucon atau bahan guyonan. Jangan menertawakan anak saat ia melakukan tindakan yang tidak santun. Bila orangtua atau anggota lain melakukannya, anak akan berpikir perbuatannya lucu, wajar dan benar. Ini akan membuat anak semakin sulit memahami makna sopan santun, apalagi mempraktekkannya. 6) Tunjukkan perhatian Anak sering melakukan tindakan yang tidak santun hanya untuk menarik perhatian orangtuanya. Karena itu, sebaiknya sesibuk apapun orangtua di meja makan, bersama tamu atau dengan pekerjaan, berikan perhatian pada anak. Berikan pujian jika anak menunjukkan perilaku yang sopan dan santun.
24
d. Kebersamaan dan kerukunan Cara menanamkan nilai-nilai kebersamaan antara lain: 1) Pertama, bisa dimulai dari dalam rumah. Orangtua harus menerapkan waktu makan bersama dengan anak setiap pagi dan malam hari. Dari sini anak anda akan selalu merasakan indahnya waktu makan bersama ayah dan ibunya. 2) Biasakan selalu mempunyai waktu luang pada saat anak belajar. Ayah dan ibu bisa bersamasama membantu dan menunggui anak ketika anak sedang belajar. Anak akan merasakan kebahagiaan karena orangtua selalu mendukungnya, 3) Sebagai orangtua bisa membiasakan komunikasi dengan anak. Komunikasi bisa menjalin kebersamaan. Biasakan untuk mengobrol setiap sore atau setelah anak pulang sekolah tentang semua kegiatannya disekolah. 4) Biasakan anak menonton televisi bersama orangtuanya diruang keluarga. Jangan meletakkan televisi dikamar tidur mereka karena akan membuat mereka lebih senang berdiam dikamar. 5) Lakukan kegiatan-kegiatan didalam rumah bersama misalnya membetulkan mobil digarasi
25
bersama anak atau memasak didapur dengan bantuan anak. Ini akan membuat kebersamaan semakin terjalin. 6) Orangtua bisa merencanakan berlibur bersama. Liburan adalah saat-saat yang penting untuk menjalin kebersamaan dengan anak anda. 7) Orangtua bisa mengajak anak untuk melakukan beberapa aktifitas olahraga setiap minggu bersama misalnya bermain basket, bersepeda, atau aktifitas lain. Kegiatan tersebut akan diingat oleh anak sampai anak dewasa. e. Kepedulian Cara menanamkan nilai-nilai kepedulian antara lain : 1) Menerapkan sikap peduli terhadap anak-anak dimulai oleh orangtua, bisa dengan cara penteladanan. Orangtua, apakah ayah atau ibu mungkin berbeda hobi, berlainan sifat dan watak. Adanya perbedaan kita harus saling menghargai dan menghormati. 2) Mungkin kita mempunyai dua orang anak, yang satu hobi nyanyi pop indonesia, dan satunya lagi nyanyi pop jawa. Keduanya tiba-tiba saling mengejek disebabkan perbedaan hobi. Kita dapat membicarakan masalah itu dengan melibatkan kedua anak-anak kita, agar mengerti perbedaan hobi dan menghargai keberadaannya.
26
3) Bisa juga kita mengajak anak-anak ketempat rekreasi cagar budaya, tempat kesenian atau seni patung, misalnya di Taman Mini Indonesia Indah atau tempat lainnya yang dekat. Di tempat itu orangtua dapat menunjukkan berbagai kesenian, adat dan budaya yang beragam yang saling berdampingan. f.
Kebangsaan Cara-cara menanamkan nilai-nilai kebangsaan antara lain: 1) Tanamkan sikap “Aku Bangga Jadi Orang Indonesia”. 2) Mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar dirumah, selain juga bahasa asing lainnya. 3) Membeli dan menggunakan produk dalam negeri, kalau ada buatan masyarakat sekitar. 4) Menceritakan kepahlawanan atau cerita rakyat daerah. 5) Mengikuti atau menghadiri upaya bendera peringatan hari kemerdekaan 17 Agustusan atau hari-hari besar nasional lainnya. 6) Mengenalkan dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, seperti Garuda Pancasila, Padamu Negeri, Halo-halo Bandung dan sebagainya. 7) Mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau mengikuti upacara ziarah ke makam pahlawan.
27
Menanamkan jiwa kebangsaan juga dilakukan dengan membandingkan sifat, watak, sosial dan budaya bangsa lain yang berbeda. Orangtua dapat menceritakan dari segi keunggulan dan kelemahannya, sehingga dapat menggugah anakanaknya untuk tetap memiliki jiwa kebangsaan yang baik. Penanaman nilai-nilai kebangsaan sangat penting untuk menghindari konflik antar umat beragama.
C.
Fungsi Cinta Kasih 1. Pengertian Fungsi Cinta Kasih Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang. Kasih sayang merupakan komponen dasar yang utama dalam proses pembentukan karakter atau akhlak anak. Dengan cinta dan kasih sayang suasana rumah akan menjadi tempat yang sangat menyenangkan bagi anak dan seluruh penghuninya. Sehingga rumah menjadi tempat tinggal dan berkumpulnya seluruh kegembiraan, kedamaian dan kesopanan. Rumah yang dipenuhi dengan sinar cinta dan kasih sayang akan menjadi tempat kejujuran dan segala sifat kebaikan dan kebahagiaan tinggal. Bahkan ada istilah yang mengatakan bahwa “rumahku istanaku”. Anak akan belajar mengasihi apabila di rumah kedua orangtuanya hidup dalam suasana penuh cinta kasih sayang. Dengan pelajaran cinta kasih yang diterimanya di
28
rumah anak akan menjadi anak yang lembut dan penurut. Apabila anak dibesarkan dalam suasana rumah yang penuh dengan kebencian dan kedengkian akan melahirkan watak yang gampang tersinggung dan cepat marah, hidupnya akan selalu dipenuhi oleh rasa dendam yang pada akhirnya akan merugikan anak itu sendiri dimasa dewasanya. Fungsi cinta kasih mempunyai makna bahwa keluarga harus menjadi tempat untuk menciptakan suasana cinta dan kasih sayang dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Nilai-nilai dasar Dalam menanamkan nilai-nilai cinta kasih dalam keluarga, maka ada beberapa hal yang harus diajarkan dalam keluarga, antara lain : a. Empati Empati adalah merupakan kepekaan seseorang dalam memahami dan mengerti perasaan orang lain. Kita mungkin sering mendengarkan kata-kata “empati” ini diucapkan oleh orang lain, bahkan oleh diri kita sendiri, tetapi apakah kita sendiri sudah pernah menerapkan empati dalam perilaku kita sehari-hari? Apalagi bila kita sedang berhadapan dengan pasangan atau anak-anak kita. Empati erat berhubungan dengan perilaku moral. Empati adalah suatu perasaan yang mendorong seseorang untuk
29
bertindak peduli, meskipun secara rasional tidak diperlukan. Anak yang tidak dapat mengembangkan kemampuan berempati akan menjadi orang yang tak peduli dan tak menyadari akibat perilaku mereka pada orang lain. Kemampuan berempati tidak didapatkan secara otomatis, tetapi harus dipelajari. Disinilah peran orangtua sangat diharapkan untuk dapat melatih kemampuan emosi anak dan memberikan contoh kepada anak untuk dapat berempati kepada orang lain. Jika orangtua dapat mengembangkan sikap empati anak-anak, maka mereka akan membangun kekuatan batin yang akan melindungi mereka dari pengaruh luar dalam pengambilan keputusan yang tepat. b. Keakraban Keakraban dapat diartikan sebagai hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaam dan kedekatan perasaan. Ciri-ciri keakraban ini tidak hanya dilihat dari kebersamaan (kedekatan secara fisik) tetapi dapat dilihat dari adanya saling memberi perhatian, dapat menikmati kebersamaan, mempunyai keperdulian serta memiliki rasa persahabatan (kedekatan secara emosi). Kepedulian terhadap setiap anggota keluarga menjadi suatu keharusan dalam sebuah keluarga. Seperti apa pun sikap seorang anggota keluarga, ia patut mendapatkan kepedulian dari anggota yang
30
lain. Karena itu, peranan orangtua sangat penting dalam membangun kepedulian ini. Seorang anak yang sejak kecil diajari untuk peduli terhadap anggota keluarganya akan memberi perhatian yang besar kepada sesamanya. c. Keadilan Adil dalam pengertian sederhana adalah menempatkan segala sesuatu sesuai dengan potensi dan kapasitasnya. Dalam keluarga, keadilan harus ada dan ditanamkan sejak usia dini. Kita tidak bisa melakukan sesuatu secara adil tanpa memahami potensi dan kapasitas yang ada pada anak-anak. Perbedaan perlu dipahami untuk membuat perlakuan yang diberikan sesuai dengan kapasitasnya. Orangtua tidak menjadi seorang pemberi dan anak sebagai penerima. Lebih dari itu ada proses saling memahami, sehingga pemberian dan penerimaan adalah bagian dari peran dan fungsi orangtua dan anak yang memiliki hak dan kewajibannya masing-masing, baik yang sudah menjadi norma maupun kesepakatan. Orang adil dapat dicirikan dengan kemampuan seseorang untuk memperlakukan orang lain secara wajar seperti kita ingin diperlakukan oleh orang lain, berpihak pada kebenaran dan tidak pilih kasih terhadap orang lain. d. Pemaaf Pemaaf adalah dapat menerima kesalahan orang lain tanpa perasaan dendam. Namun mengakui
31
kesalahan dan berani meminta maaf lebih utama. Meminta maaf dan memberi maaf adalah sebuah keterampilan sosial dan emosional yang perlu diajarkan sejak dini, karena sangat berperan dalam membentuk kepribadian yang positif. Apabila anak tidak diajarkan sejak dini, maka anak akan menjadi anak yang egois. Jika hal tersebut terjadi pada anak, kelak ia akan menemui kesulitan dalam berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi. Hal ini juga membuat sportivitas anak tidak berkembang. Sportivitas yang rendah akan merugikan anak karena dia akan dicap negatif dan dijauhi teman-temannya. e. Kesetiaan Setiap anggota keluarga semestinya mempunyai sikap setia terhadap keluarga, teman dan kelompok sesuai dengan kesepakatan bersama tanpa adanya saling mengkhianati. Melalui kesetiaan dapat melahirkan kekuatan untuk menghadapi masalah yang selalu menghadang dihadapan kita. Orang tua bersama anak-anak dan anggota masyarakat lainnya sebaiknya membangun rasa kesetiakawanan. Penumbuhan sikap setia dalam kehidupan keluarga, melalui fungsi cinta kasih, berkenaan dengan bimbingan orangtua dan anak-anak untuk membangun kesetian dalam keluarga, bersama teman anak-anak dan orang lain dalam lingkungan masyarakat.
32
f.
Suka Menolong Suka menolong adalah kebiasaan untuk menolong dan membantu orang lain. Tolong menolong yang dilandasi cinta kasih merupakan bagian dari kebersamaan yang dapat menjalin kerukunan dan kedamaian. Menumbuhkan sifat suka menolong dalam kehidupan keluarga, berhubungan dengan kemauan orangtua dan anak-anaknya untuk selalu siap mengulurkan tangan dalam membantu orang lain dan selalu mencari kesempatan ingin memberikan sumbangan. Dimulai dengan kebiasaan dalam keluarga, dimana ayah bisa membantu ibu untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah, seperti mengepel rumah, mencuci piring, dan sebagainya.
g. Tanggungjawab Rasa bertanggung jawab bukan sikap bawaan dari lahir yang sudah ada pada setiap individu, tetapi merupakan sikap yang butuh pembiasaan dan pengajaran. Untuk membuat seseorang anak memiliki sikap bertanggung jawab, perlu peran orang lain untuk membiasakannya bertanggung jawab sedini mungkin mulai dari hal-hal yang kecil. Untuk memulai hal tersebut, anak membutuhkan contoh dan arahan dari lingkungan terdekatnya, terutama orangtua.
33
3. Penerapan Fungsi Cinta Kasih dalam Keluarga a. Empati Cara-cara mengajarkan anak-anak untuk melakukan empati : 1) Ajarkan anak-anak untuk mengikuti hati nurani. Jika dalam hati merasa bersalah, berarti itu tidak baik untuk siapa pun. Hal ini membantu mereka menjaga motivasi mereka tulus dan murni. Kita dapat membantu mereka untuk memahami hal ini dengan lebih baik, yaitu dengan membahas tentang apa yang memotivasi kita untuk melakukan sesuatu, bagaimana sebuah tindakan dapat bermanfaat bagi kita maupun orang lain dan tidak merugikan siapapun. 2) Ciptakan hubungan terbuka antara Anda dan anak-anak sehingga mereka tak ragu bercerita tentang pengalaman positif maupun negatif mereka. Tunjukkan perhatian atas cerita mereka dan berikan respon yang menunjukkan bahwa Anda peduli pada mereka. Dari kebiasaan ini, anak akan belajar mendengarkan, peduli, bahkan membantu orang lain. 3) Ajak dan biasakan anak untuk melakukan sesuatu bagi orang lain yang membutuhkan. Memberi sedekah pada fakir miskin, memberikan buku dan mainannya yang tak lagi digunakan ke anak yatim, atau memberi sumbangan pada korban
34
banjir. Melakukan tindakan menolong mudah dilakukan, baik di sekolah, dalam keluarga atau di masyarakat, namun yang perlu ditekankan adalah agar anak berpikir tentang kemalangan orangorang yang mereka bantu. Ketika mereka melakukannya, mereka dapat mengerti tentang bagaimana rasanya jika berada dalam posisi tersebut. 4) Sebagai orangtua, kita dapat mencoba untuk mengembangkan empati anak-anak dengan dialog. Beberapa contoh berikut: a)
Ketika anak-anak kita berhadapan dengan orang yang tidak mereka suka atau bertentangan dengan mereka, bantulah mereka untuk mencoba menemukan sesuatu yang baik dari orang tersebut sekecil apapun.
b)
Mintalah anak-anak secara mental menempatkan dirinya dalam posisi musuh mereka atau mengajak mereka untuk melihat pengalaman yang telah terjadi sebelumnya dengan posisi yang berbalik.
c)
Ketika kita marah kepada seseorang, kita sering salah berasumsi orang itu akan melakukan sesuatu secara sengaja untuk menyakiti kita. Tetapi biasanya apa yang mereka lakukan berbeda dengan apa yang kita pikirkan. Kita dapat membantu anak-
35
anak kita untuk menemukan niat baik dari orang yang tidak mereka sukai. d)
Ekspresikan empati kita sendiri, misalnya, "Bapak sangat lelah setelah pulang dari bekerja, pasti Bapak akan merasa jauh lebih baik jika ada seseorang yang membawakan minuman dan surat kabar." Setelah itu, kita dapat membantu mereka melihat efek yang kuat dari empati mereka: "Kamu lihat, kan? Bapak senang sekali karena ada seseorang yang meluangkan waktunya untuk membuat Bapak merasa nyaman. Bapak merasa sangat dicintai."
5) Bermain role play juga dapat membantu menyampaikan ‘pesan’ tentang empati pada anak-anak. Jika mereka bercerita atau menghadapi masalah dengan temannya misalnya, bimbing mereka untuk mencari tahu apa yang menjadi penyebab temannya melakukan hal yang tak disukainya. 6) Mengajar Anak Empati Dengan Tidak Mencela Orang Yang Lemah. Entah itu membudaya atau naluri, tapi pada umumnya orang mencela yang lemah. Mungkin orang yang tampak aneh di kerumunan, orangtua yang berjalan pelan, seseorang yang gagap pada waktu wawancara tv, atau seorang teman yang kegemukan.
36
b. Keakraban Menerapkan sikap keakraban dari orangtua terhadap anak-anak agar menjadi kepribadian dilakukan dengan keteladanan, keterlibatan, penguatan, dan kerjasama dengan cara antara lain : 1)
Membiasakan untuk makan bersama dengan keluarga juga merupakan salah satu cara untuk membina keakraban di dalam keluarga.
2)
Mengajak teman-teman anak untuk makan bersama di rumah kita
3)
Mengajak anak-anak untuk liburan bersama orangtua, dimana orangtua juga ikut terlibat dalam permainan dengan anak-anak, tidak hanya menemani secara fisik.
c. Keadilan Cara menanamkan nilai-nilai keadilan pada anakanak dengan cara : 1)
Membagi tugas pekerjaan rumah pada anakanak secara merata, dengan melihat potensi dan kapasitasnya masing-masing.
2)
Tidak membedakan perlakuan terhadap anakanak, kalau ada yang berbuat salah untuk diberikan teguran, sedangkan yang berbuat baik berilah pujian.
3)
Memberikan kesempatan yang sama bagi anakanak untuk mendapatkan pendidikan dan pemenuhan gizi pada anak.
37
d. Pemaaf Dapat mengakui dan menerima kesalahan diri sendiri dan menerima kesalahan orang lain tanpa menyimpan dendam bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh orangtua apalagi oleh anak-anak, tetapi dapat kita tanamkan kepada anak-anak melalui dengan cara : 1) Beri Contoh. Kebiasaan kita minta maaf setelah melakukan kesalahan adalah hal yang sangat efektif untuk dijadikan pelajaran oleh anak. Dia akan melihat dan mempelajari bahwa bila seseorang berlaku salah maka ia harus minta maaf. Jika hal ini sering dilihatnya, akan lebih mudah meminta anak untuk belajar minta maaf. Bukankah anak mudah sekali belajar dari lingkungannya? Jadi, jangan sungkan minta maaf pada anak bila kita melakukan kesalahan, begitu juga sebaliknya apabila anak meminta maaf maka orangtua juga langsung memaafkan anak. 2) Pembiasaan. Setelah anak dapat meminta maaf atas kesalahannya, kita perlu membiasakannya agar anak menjelma menjadi anak yang memiliki etika moral yang baik. Caranya, ketika anak lupa minta maaf setelah melakukan kesalahan, kita harus mengingatkannya, “Kakak, ayo minta maaf ke temanmu. Kamu kan sudah merusak mainannya!” Pembiasaan seperti ini akan membuat anak tahu apa yang harus dilakukannya ketika dia melakukan kesalahan.
38
3) Ketika ada seseorang yang membuat kita marah, contohkan sikap tenang dan berorientasi pada penyelesaian masalah. Biasakan membicarakan masalah yang timbul, misalnya jika ada perbedaan pendapat antara ayah dan ibu,jangan segan meminta maaf secara terbuka. Ketika telah memaafkan, lanjutkan kehidupan dan tidak mengungkit lagi kesalahan orang tersebut. Begitu pula ke-tika anak yang berbuat kesalahan, contohkan bagaimana orangtua dapat memaafkannya. Dengan melihat contoh, anak akan belajar bagaimana mengatasi masalah dengan cara positif dan akhirnya akan mengaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari. 4) Mengajarkan anak untuk bicara kepada orang yang membuatnya sakit hati untuk memberitahukan bahwa perkataan atau tindakan orang tersebut telah menyakitinya. 5) Beri kesempatan pada anak untuk mengungkapkan masalahnya. Galilah dari diri anak apa yang membuatnya tidak mau/menolak meminta maaf. Orangtua harus bersikap netral, tidak berpihak kepada pelaku ataupun korban. Jika berpihak, dikhawatirkan pemulihan hubungan keduanya akan semakin sulit. 6) Tidak memaksa anak meminta maaf dan memaafkan. Sering dijumpai orangtua yang memaksa anaknya untuk minta maaf, ” Ayo,kamu minta maaf sekarang sama adik!” Sebetulnya, cara seperti ini tidak benar dan dapat menekan anak. Semakin dipaksa untuk
39
meminta maaf, semakin sulit bagi anak untuk melakukannya. Karena paksaan merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan maka hal itu tak akan diulangi lagi. Atau, kalaupun mau, anak akan meminta maaf dengan terpaksa, tidak tulus. 7) Tumbuhkan empati pada anak. Cara terbaik dengan menumbuhkan empatinya. “Kamu sudah memukul adik seperti itu. Coba, kamu pikirkan kalau kamu yang diperlukan seperti itu, bagaimana rasanya?” Mungkin anak tidak akan langsung menjawab atau berkomentar saat itu juga dengan mengatakan, “Tidak enak”, misalnya. Tapi setidaknya anak tahu, perbuatan telah membuat orang lain menderita, terganggu, atau tersakiti. Orangtua harus bisa memahami, perbuatannya itu tidak baik. Dia juga harus merasakan apa yang orang lain rasakan. Anak harus melihat dampak yang dia lakukan pada anak lain, bagaimana perasaan orang tersebut, dan sebagainya. 8) Berikan dorongan. Contoh, “Ibu akan senang kalau kamu mendengarkan keluhan orang lain dan kamu mau mengubah perilakumu. Ibu berharap kamu juga bisa meminta maaf atas perbuatan yang sudah kamu lakukan pada temanmu.” Harapan semacam ini tidak memberi kesan memaksa dan sok berkuasa, melainkan mengajari anak untuk bersikap terbuka dan membuatnya berpikir. Apalagi di usia ini anak sudah bisa diajak berpikir mengenai konsekuensi.
40
9) Kenalkan aneka cara meminta maaf. Ada berbagai cara meminta maaf, baik secara langsung maupun tidak. Ada yang lewat salaman tangan, rangkulan, sentuhan, dan cara lainnya, atau yang terbaru dengan SMS, e-mail, chat, komentar maaf di jejaring sosial seperti Facebook, Friendster, dan lain-lain. Anak tahu mana yang paling tepat dan cocok. Biasanya dengan dibebaskan mengemukakan pendapatnya, anak akan menemukan banyak ide. Kecuali jika anak memang tak tahu caranya, maka orangtua mempunyai kesempatan untuk memberi masukan. 10) Beri toleransi waktu. Hindari menyuruh anak meminta maaf di saat itu juga. Orangtua memang harus menunggu hingga anak mau melakukannya dengan tulus tanpa terpaksa. Selanjutnya, jika anak sudah siap, orangtua bisa menjadi perantara, membantu anak untuk meminta maaf dan mendamaikan kedua anak yang berseteru. 11) Dorong anak untuk memaafkan dan berbuat baik pada orang yang berbuat salah padanya. Ini mungkin paling sulit dilakukan dan terkesan tidak masuk akal bagi anak. Beritahu dasar pemikirannya, orang yang menyakiti orang lain adalah orang yang mengalami penderitaan di dalam dirinya. Karena itu, justru patut dikasihani dengan harapan kebaikan dapat mengubah keburukan dalam diri orang itu.
41
Beberapa manfaat apabila kita mengajarkan anak meminta maaf dan memaafkan : a) Belajar Etika Moral. Ada anak yang tidak sadar kalau dirinya melakukan kesalahan. Dia akan cuek dan tak peduli terhadap kesalahannya. Mungkin karena dia tak mendapat pengarahan bagaimana menyikapi kesalahannya sehingga secara etika dan moral, anak akan dicap negatif. Nah, bila kita mengajarkan minta maaf saat melakukan kesalahan, maka anak belajar etika dan moral yang positif. Dengan begitu di dalam pergaulan pun kepribadian anak akan lebih positif. b) Introspeksi dan Mengakui Kesalahan. Mengajarkan minta maaf dan memaafkan juga memberikan pemahaman kepada anak mengenai konsep salah dan benar dalam berhubungan dengan orang lain. Umpama, anak memukul temannya karena tak dipinjamkan mainan. Ini adalah tindakan keliru sehingga kita meminta anak untuk minta maaf pada temannya. Saat memberikan arahan inilah, anak akan tahu bahwa tindakannya salah. Kelak, anak akan lebih mudah untuk tidak membuat kesalahan. c) Lebih Realistis. Mudah minta maaf dan memaafkan akan menumbuhkan jiwa yang lebih realistis. Dia mampu menerima diri sendiri maupun orang lain dengan kelebihan dan kekurangannya. Secara emosional anak tumbuh
42
lebih kuat dan sehat. Selain itu, jiwa sportivitasnya pun lebih terasah karena mudah menerima kelebihan dan kekurangan tersebut. d) Menghargai Orang Lain. Dengan meminta maaf, anak pun belajar menghargai orang lain. Dia juga belajar bahwa dalam berperilaku tak boleh semaunya tetapi harus pula memperhatikan orang-orang di sekelilingnya. e) Lebih Peka. Anakjuga lebih peka/sensitif terhadap situasi dan lingkungan sosial. Dia jadi lebih berhati-hati melakukan sesuatu karena tak mau melakukan kesalahan. f) Kemampuan Berkomunikasi. Saat meminta maaf, anak berkomunikasi dengan orang lain. Tidak semua bisa dengan lancar melakukannya tetapi banyak yang harus dituntun. Nah, di saat inilah anak sedang meningkatkan kemampuan berkomunikasinya karena meminta maaf terkadang sangat sulit dilakukan. g) Tidak Pendendam. Dengan meminta maaf anak pun belajar bagaimana memaafkan orang lain. Dari sinilah anak akan tahu bahwa bila kita atau orang lain melakukan kesalahan maka kesalahan tersebut harus diperbaiki sehingga tak ada kesan dendam yang muncul pada diri anak. e. Kesetiaan Penerapan nilai-nilai kesetiaan dalam keluarga :
43
1) Penerapan sikap setia terhadap anak-anak dimulai oleh orangtua dengan penteladanan, keterlibatan, penguatan, kerjasama dan membahas kembali hal-hal yang berkaitan dengan sikap setia dengan anak merupakan cara terbaik. 2) Kita sebagai orangtua harus mendorong anakanak kita agar berlaku setia kepada temannya, dan selalu menepati janji. 3) Kita harus mengawali dengan memberi contoh perilaku setia kepada keluarga, sehingga menjadi panutan yang baik bagi anak-anak kita untuk bersikap setia yang dilandasi cinta kasih antar sesama. f.
Suka Menolong Cara menanamkan nilai-nilai suka menolong pada anak dapat dilakukan dengan cara: 1) Berikan anak pekerjaan rumah tangga sehari-hari a)
44
Lakukan pembagian tugas tanpa tekanan, mulai dengan mendaftar pekerjaan yang sesuai usia anak. Misalnya, memasukkan baju kotor ke tempatnya, membereskan tempat tidur, menjemur handuk, menyapu dan lainnya. Buatlah aturan karena anak biasanya menolak, misalnya anak-anak boleh mengerjakan lainnya jika sudah menyelesaikan tugas.
b)
Hindari menghukum anak jika tidak mengerjakan tugasnya, karena hukuman akan menumbuhkan rasa kesal dan marah. Hal ini akan mengurangi keinginan anak untuk menolong. Maka, berikan konsekuensi saja, misalnya karena lupa membereskan tempat tidur saat bangun pagi. Maka anak tidak boleh melakukan kegiatan yang disukainya pada sore hari.
2) Gunakan jadwal untuk mengingatkan tugas anak Anak tidak akan belajar mandiri jika selalu dicereweti, tapi akan mengerjakan sesuatu jika diperintah. Untuk itu, gunakan formulir berisi pekerjaan yang harus diselesaikan anak, beri tanda atau gambar bintang jika anak telah menyelesaikan tugas. Anak harus melapor pada orangtua untuk diparaf. Setelah itu, anak boleh bermain, perlu diingat Jika anak telah menyelesaikan tugasnya, maka anak boleh bermain atau mengerjakan sesuatu yang disukainya. 3) Pantau prestasi kerja anak dan beri penghargaan yang sesuai a)
Mengingatkan anak tentang tugasnya, hanya akan membuatnya tergantung. Maka, biarkan anak menerima konsekuensi akan perbuatannya, anak biasanya akan lebih konsekuen untuk mengerjakan tugasnya.
45
Selanjutnya jika anak mengerjakan tugasnya dengan baik, pujilah usahanya agar anak belajar mengulang tingkah laku positif itu. Dari pada sekadar mengatakan anak baik atau anak buruk. b)
Misalnya. “ ade, pinter, Ya..... Telah membereskan kamarnya pagi ini. Bunda lihat, kamarnya sudah disapu dan dipel, baunya harum lagi, nyaman sekali kamarmu. Ada baiknya, jika kardus mainan dikolong tempat tidur dikeluarkan agar tak jadi sarang nyamuk.” Dengan teknik ini, akan menyadarkan anak bahwa dirinya telah mengalami kemajuan kualitas kerjanya.
4) Berikan teladan sikap suka menolong pada anak Anak yang melihat orangtuanya membukakan pintu dan memberi kesempatan orang lain masuk terlebih dahulu, akan cenderung meniru tingkah laku orangtuanya itu, maka dari mulut si kecil akan mudah meluncurkan kalimat, “terima kasih, ayah telah membukakan pintu untuk bunda. Ayah telah menolong bunda. “ selanjutnya, anak akan meniru sikap ayahnya untuk selalu membukakan pintu untuk ibunya atau jika ada tamu. 5) Libatkan anak pada kegiatan sosial Anak-anak yang dilibatkan pada kegiatan panti asuhan atau panti werda akan belajar, betapa
46
para penghuni panti berterima kasih pada orang yang melayaninya, sehingga timbul kepuasan yang membahagiakan. g. Tanggungjawab Untuk mendidik anak Anda agar bertanggung jawab sejak dini, ada beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain : 1) Berlatih menjalankan tugas Berikan anak Anda tugas-tugas ringan sesuai dengan umurnya seperti berpakaian atau menyelesaikan PR, hal ini akan membantunya lebih mandiri. Namun begitu, jangan membebaninya terlalu banyak pekerjaan serta lihat kondisi atau suasana hatinya, karena dapat menurunkan motivasi dan target yang ingin dicapainya. Selain itu, biarkan anak untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri. Orangtua hanya bertugas mengarahkan. Namun jika tugas yang Anda berikan tidak dapat diselesaikan, bantulah anak sesuai kebutuhannya. 2) Beri sedikit tanggung jawab Awal yang paling baik untuk mendidik tanggung jawab pada anak adalah pada umur 3 tahun. Pada umur itu, sang anak telah bisa memahami perkataan orangtua. Sebagai awal, kita dapat mendidiknya dengan cara menyuruhnya untuk
47
menyimpan kembali mainan digunakannya ke tempat semula.
yang
telah
3) Biarkan sang anak mengambil keputusan Saat anak Anda menghadapi beberapa pilihan, biarkan dia memilih apa yang dia mau. Membiarkan anak untuk mengambil keputusan sendiri tanpa paksaan maupun pengaruh dari Anda akan mengajarinya rasa tanggung jawab sekaligus membuatnya mandiri. Anak juga akan mendapatkan konsekuensi dari apa yang dipilihnya, baik maupun buruk. 4) Beri contoh yang baik Hati-hati berperilaku di hadapan anak Anda, karena anak adalah peniru nomor satu. Jika ingin mendidik anak untuk bertanggung jawab, maka berilah contoh perbuatan orangtua yang bertanggung jawab karena anak akan menilai dan meniru dari contoh yang diberikan oleh orangtuanya sebagai orang terdekat. Jika orangtua berjanji pada si kecil, jangan lupa untuk menepatinya. Jangan karena anak masih kecil lantas menganggap janji orangtua tidak perlu ditepati, padahal anak akan belajar dari situ. 5) Ajari mengelola keuangan Untuk mengajari anak bertanggung jawab terhadap hartanya dengan membiarkannya mengelola keuangannya sendiri, dapat mulai
48
dilakukan saat anak Anda memasuki usia sekolah. Caranya, Anda bisa menambah uang sakunya dan menyuruhnya menabung jika anak Anda menginginkan suatu barang. Jika memang "tabungan" anak Anda ada hasilnya, Anda bisa menambahnya untuk membeli barang yang diinginkan sebagai hadiah. Atau bisa juga dengan memberikan sekaligus uang jajan selama satu minggu dan membiarkan anak Anda mengaturnya sendiri. Jika sebelum satu minggu telah habis, jangan tambah lagi uang jajannya agar anak Anda berpikir sehingga bisa lebih bijak dalam menghabiskan uangnya untuk jajan. 6) Gunakan cerita Banyak buku cerita anak yang mengandung pesan-pesan positif yang salah satunya mengenai tanggung jawab. Carilah cerita seperti itu, kemudian bacakan pada anak di sela-sela waktu luang. Pilihlah cerita yang ringan dengan gambar yang menarik agar anak antusias, sekaligus beri penjelasan tentang makna tanggung jawab yang terkandung dalam cerita tersebut. 7) Jelaskan dampak bertanggung jawab Berikan penjelasan pada anak bahwa dengan bertanggung jawab akan berpengaruh kepada orang-orang lain di sekitarnya, bukan hanya
49
untuk dirinya sendiri. Saat dibagi tugas untuk tugas kelompok di sekolah misalnya, jika ada salah seorang yang tidak mengerjakan maka akan berpengaruh buruk dan menjatuhkan nilai anggota kelompok lain yang telah mengerjakan tugasnya. Dengan demikian, anak akan memiliki kesadaran dari diri sendiri untuk bertanggung jawab, tidak hanya karena ada suruhan dari orang lain. Tidak sedikit orangtua yang salah menerapkan rasa cinta dan kasih sayang dalam keluarganya. Tatapan mata penuh cinta kasih, belaian dan perbuatan serta obrolan dirumah memang perlu dan mutlak dilakukan, tapi kebanyakan orangtua lupa bahwa cinta dan kasih sayang tersebut membutuhkan penegasan dan kepastian yang tegas. Rasa cinta dan kasih sayang itu harus diucapkan dengan kata-kata yang mendidik, sehingga anak mengerti dan memahami bahwa dirinya adalah bagian dari keluarganya. Anak akan memahami dan menyadari bahwa dia juga mempunyai hak dan kewajiban serta tanggungjawab dalam keluarga, sama seperti anggota keluarga lainnya. Memberikan pengertian dengan bahasa cinta yang jelas dan beradab akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang lembut dan penuh
50
tanggungjawab. Anak akan mudah memahami lingkungannya dan enak diajak berkomunikasi, sehingga pada akhirnya setelah dia dewasa kelak dia akan tumbuh menjadi manusia yang keberadaanya diakui sebagai pemberi dan penebar kasih sayang yang jadi panutan bagi sesamanya Cara terbaik mengajarkan cinta dan kasih sayang kepada anak disamping selalu memenuhi rumah dengan aura cinta dan kasih sayang yang nyaman adalah dengan memberi kesempatan kepada anak untuk melihat rasa cinta dan kasih sayang yang manis yang diberikan orangtua mereka terhadap nenek dan kakek mereka. Dengan cara itu anak akan terbimbing jiwanya untuk mengikuti rasa cinta dan manisnya kasih sayang yang diberikan dan diperlihatkan orangtuanya terhadap ibu bapak mereka. Dapat dikatakan bahwa fungsi ini sangat berperan penting dalam kehidupan keluarga. Karena fungsi inilah yang dapat membuat seorang individu nyaman terhadap keluarga dan membentuk individu tersebut menjadi baik. Mengapa saya mengatakan seperti itu? Kebanyakan orangtua jaman sekarang sangat sibuk dengan urusan mencari nafkah. Walaupun itu merupakan salah satu fungsi keluarga yang
51
lain, apabila tidak diseimbangkan, fungsi tersebut menjadi tidak ada nilainya. Biasanya orangtua tersebut merasa apabila dapat memberikan apa yang anak mau, itu merupakan sebuah rasa kasih sayang terhadap sang anak. Padahal rasa kasih sayang bukan hanya berupa materi. Bahkan sebuah cinta kasih dapat dikatakan lebih mahal dari semua materi tersebut. Seorang individu (anak), lebih membutuhkan perhatian yang lebih (berupa cinta kasih) dalam kehidupannya. Karena disetiap perkembangannya, sang anak pasti membutuhkan perhatian yang berbeda dari figur orangtua. Apabila kedua orangtua memberikan cinta kasih yang memang seharusnya anak itu dapatkan, anak itu akan merasa bahwa dia mempunyai ‘makna’ lahir didunia ini. Dia akan berusaha untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Tetapi apabila orangtua tidak memberikan rasa cinta kasih tersebut, banyak sekali penyimpangan yang akan terjadi. Biasanya anak akan terjerumus pada pergaulan bebas, penggunaan narkotika, tindakan kriminal, bahkan penyimpangan seksual. Karena anak tersebut pasti merasa bahwa mereka tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan.
52
D. Fungsi Perlindungan
1. Pengertian Fungsi Perlindungan Sesuai dengan amanah Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga bahwa pembangunan keluarga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram dan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Keluarga sebagai unit terkecil dari sistem sosial adalah tempat bernaung atau berlindung bagi seluruh anggotanya. Jika keluarga berfungsi dengan baik sudah semestinya keluarga akan mampu memberikan fungsi perlindungan bagi anggotanya. Undang-Undang no. 23 tahun 2002 Bab I Pasal 1 butir 12 yang menyebutkan bahwa Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Perlindungan tersebut meliputi aspek fisik, mental, spiritual dan sosial. Pada prinsipnya, anak-anak memeiliki hak atas perlindungan dari kedua orang tuanya. Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi anggota keluarganya. Artinya bahwa keluarga menjadi pelindung yang pertama dan utama dalam memberikan kebenaran dan keteladanan kepada anak dan keturunannya. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keluarga harus memberikan rasa aman, tenang dan tenteram bagi anggota keluarganya.
53
Perlindungan identik dengan suatu keadaan dimana obyek adalah dalam keadaan yang lemah dan memerlukan pembelaan. Dalam konteksanya dengan kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, perempuan dan anak - anak dianggap sebagai anggota kelompok masyarakat yang relatif lebih lemah dan tersubordinasi. Mereka, terutama anak-anak menjadi sangat rentan terhadap kekerasan dan kontrol dari orang dewasa. Untuk melaksanakan fungsi perlindungan dalam proses tumbuh kembang anak, orangtua seyogyanya melaksanakan perannya dengan sabar, pemaaf, dan dapat menciptakan suasana aman dan damai. Anak-anak harus diasuh dalam perlindungan orang tua karena fungsi keluarga adalah melindungi. Ayah bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan bagi seluruh anggota keluarga dengan mencukupi kebutuhan dasar seluruh anggota keluarga.
2. Nilai – Nilai Fungsi Perlindungan Dalam fungsi perlindungan terdapat 5 (lima) nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Kelima nilai dasar tersebut diantaranya : a.
Aman Perasaan aman dalam hidup merupakan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga. Orang tua, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya membutuhkan rasa aman untuk meraih keberhasilan hidup. Dalam
54
kehidupan berkeluarga, penumbuhan rasa aman berperan penting melalui fungsi perlindungan. Hal ini berkaitan dengan adanya kewajiban orang tua memberikan perlindungan terhadap anak-anak dengan menciptakan rasa aman dalam segala aspek kehidupan. Anak-anak yang tumbuh dengan rasa aman diharapkan dapat berkembang secara baik. b.
Pemaaf Pemaaf adalah sifat terpuji yang diajarkan oleh setiap agama. Keluarga berperan membentuk manusia pemaaf terhadap segala kesalahan atau kekhilafan orang lain. Orang tua mampu menunjukkan sifat pemaaf melalui perilaku seharihari yang dapat ditiru oleh anak. Pada dasarnya setiap orang membutuhkan rasa maaf dari orang lain ketika melakukan kesalahan. Orang tua yang pemaaf memberikan ciri dalam perilakunya dengan menjauhkan anak-anak dari rasa dendam terhadap orang lain, serta mampu menunjukkan kesalahan seseorang dan diri sendiri dengan selalu memperbaikinya.
c.
Tanggap Manusia tanggap adalah manusis yang mampu mengetahui dan menyadari sesuatu yang akan membahayakan atau menghawatirkan. Sebagai orang tua perilaku tanggap dapat ditunjukkkan pada sikap dan perasaan kepada anak-anak. Anak-anak diajarkan untuk mengetahui keadaan yang
55
membahayakan dirinya, keadaan yang biasa, situasi mencurigakan dan menggembirakan. Setiap orang membutuhkan perhatian dari orang lain sehingga didalam keluarga diharapkan setiap orang tua mampu menanggapi perasaan dan permasalahan yang dihadapi oleh anak-anaknya, kemudian orang tua mampu membantu menyelesaikan permasalahan anak dengan melihat potensi anak dan keluarga. Permasalahan yang dapat dipecahkan bersama-sama didalam satu keluarga memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berlapang dada dan terlatih tanggap terhadap lingkungannya. d.
Tabah Setiap orang idealnya diharapkan memupuk sifat tabah agar mampu mengendalikan diri dan membangkitkan semangat ketika menghadapi masalah atau mendapatkan keberuntungan. Penumbuhan sifat tabah dalam kehidupan keluarga berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk menunjukkan pengendalian diri atau kesabaran dalam menghadapi situasi apapun. Orang tua yang tabah dapat mendorong, memberikan semangat kepada anak-anaknya untuk menjalani kehidupan dengan segala permasalahannya.
e.
Peduli Upaya untuk memelihara, melindungi lingkungan dari kerusakan dapat diawali oleh orang tua dalam keluarga. Dengan adanya kepedulian diantara
56
sesama anggota keluarga atau masyarakat akan terjalin rasa persaudaraan yang erat. Hilangnya rasa kepedulian dapat menimbulkan kecurigaan antar sesama. Penumbuhan sikap peduli ini sangat penting untuk menghindari berbagai konflik antar sesama. Orang tua menjadi panutan dalam menumbuhkan rasa kepedulian atau solidaritas anak dengan lingkungannya.
3. Penerapan Fungsi Perlindungan dalam Keluarga Fungsi perlindungan dalam keluarga melibatkan kewajiban orang tua untuk menjamin masa depan anakanak. Orang tua memiliki tanggung jawab dalam menjamin diterapkannya fungsi perlindungan dalam keluarga yang meliputi : a. Aman Perkembangan zaman kearah globalisasi telah memunculkan berbagai permasalahan terkait dengan mulai hilangnya rasa aman baik didalam sebuah keluarga mauapun dilingkungan masyarakat. Adapun beberapa kasus yang marak saat ini antara lain : Menurut data KPAI, jumlah kasus kekerasan terhadap anak pada 2012 meningkat hingga mencapai 2.275 kasus yang terbagi dalam sembilan bidang perlindungan anak. Kesembilan bidang perlindungan anak itu, antara lain pendidikan, kesehatan, hak sipil
57
dan kebebasan, agama dan budaya, sosial dan perlindungan khusus anak dalam bencana alam, keluarga dan pengasuhan alternatif, perlindungan anak berhadapan degan hukum (ABH) dan kekerasan, perlindungan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif (napza) dan pornografi, perlindungan dari ‘trafficking’ dan eksploitasi. Keluarga menjadi sumber pemecahan masalahmasalah diatas. Fungsi perlindungan menjadi tolak ukur dalam penanganan hilangnya rasa aman anak dalam keluarga. Orang tua dapat menerapkan perilaku kekerasan antara lain : membentak, memaki, mengancam, menakut-nakuti yang pada dasarnya membuat anak-anak merasa tidak aman. Berbagai perilaku kekerasan telah mengakibatkan hilangnya rasa tentram, damai, nyaman dan suka cita. Dalam jangka waktu tertentu anak yang dibesarkan dalam perilaku kekerasan akan tumbuh menjadi pribadi yang pemberontak. b. Pemaaf Perselisihan yang sering terjadi antara anggota keluarga (ayah - ibu, kakak-adik), banyak disebabkan oleh sikap egois dan tak mau mengalah. Sering kali orang tua mengatakan seorang kakak harus lebih mengalah dari adiknya. Kebiasaan berselisih pada anak seharusnya dapat ditangkap oleh orang tua sebagai cara untuk saling memaafkan.
58
Dari sejak dini, orang tua bisa nyampaikan bahwa kemarahan tidak menunjukkan suatu kekuatan sebaliknya sikap pemaaf tidak identik dengan kelemahan. Dengan kata lain anak-anak yang terbiasa memaafkan kesalahan orang lain bukan berarti lemah, namun kekuatan sejati akan nampak pada kemampuan anak untuk menahan amarah. Anak perlu ditanamkan bahwa menjadi pemaaf akan memperoleh banyak teman, disukai guru, orang tua dan teman sepermainan. Orang tua wajib mendorong anak yang bertengkar untuk saling berjabat tangan dan saling memaafkan, karena pada dasarnya tidak ada yang menang atau kalah, benar atau salah. Orangtua pernah melakukan kesalahan berkaitan dengan anak-anak kita sehingga orangtua dapat meminta maaf kepada anak-anak tanpa ada rasa malu, jatuh gengsi, atau sok tahu. Melalui cara ini, orangtua memberikan contoh sekaligus melibatkan anak-anak dalam proses pemaafan sebagai penguatan tumbuhnya sifat pemaaf. c. Tanggap Kasus bunuh diri pada anak dan remaja merupakan kasus yang paling sering terjadi akhir-akhir ini. Salah satunya kasus bunuh diri yang dilakukan oleh heryanto anak berusia 9 tahun di indramayu dengan cara menggantung diri di tralis jendela kamarnya, penyebabnya sepele hanya karena perbedaan jumlah tabungan antara dia dengan kakaknya. Selain itu,
59
kasus yang dialami seorang anak di Serang berusia 8 tahun yang nekat bunuh diri dengan cara meminum racun serangga dengan penyebab karena depresi, minder berkepanjangan karena drop out dari sekolahnya. Pada kenyataannya banyak orangtua yang belum paham tentang perkembangan jiwa anak, banyak yang menganggap bahwa anak tidak mungkin mengalami stres seperti yang dialami orang dewasa. Anak dianggap sebagai anak kecil yang tidak mengerti sehingga tidak mungkin mengalami stres, padahal anak sedang berfikir untuk mengambil jalan pintas dengan bunuh diri tanpa mengetahui efek yang akan timbul. Orang tua wajib mengetahui permasalahan anakanaknya secara menyeluruh. Ketika anak-anak menghadapi berbagai masalah pribadi diharapkan orangtua memiliki perhatian khusus terhadap anak dari ekspresi wajah anak yang ditampilkan (kusam, cemberut, kecewa, sedih, menangis). Selaku orang tua kita harus tanggap atas keadaan anak dengan ikut bersama menyelesaikan permasalahan. Adapun cara orang tua melibatkan diri terhadap masalah anak dengan bertanya, memancing anak bercerita sehingga anak dapat mengungkapkan perasaannya. Apabila permasalahan sudah diketahui maka orang tua memberikan alternative pemecahan masalah melalui saran yg mungkin dapat dilakukan anak sesuai kondisinya masing-masing.
60
d. Tabah Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia terus meningkat jumlahnya. Pada Hari Autis Sedunia yang jatuh pada 8 April diketahui bahwa prevalensi anak berkebutuhan khusus saat ini mencapai 10 anak dari 100 anak. Berdasarkan data ini menunjukkan 10 persen populasi anak-anak adalah anak berkebutuhan khusus dan mereka harus mendapatkan pelayanan khusus. Anak adalah anugerah bagi setiap orang tua, tetapi beberapa orang tua mendapatkan cobaan dengan memiliki anak yang memiliki kebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus memiliki perbedaan dengan anak pada umumnya sehingga orang tua dituntut untuk menunjukkan sikap tabah. Anak-anak ini membutuhkan penguatan dan bantuan dalam pertumbuhannya. Mengajar anak berkebutuhan khusus bukannya perkara mudah, terutama bagi orang tua yang belum berpengalaman. Orang tua dituntut sangat sabar dalam menangani anak-anak kebutuhan khusus agar memberikan efek positif bagi anak untuk tumbuh dengan rasa percaya diri. Orang tua harus menanamkan sikap tabah kepada anak meski memiliki kekurangan tertentu, anak tidak boleh merasa rendah diri, malah justru membuatnya termotivasi dengan merubah kekurangan menjadi kelebihan.
61
e. Peduli Hal yang menarik yang dapat kita dengar di banyak tempat adalah mulai muncul gerakan peduli sesama. Gerakan itu di antaranya didorong oleh semangat beragama. Mereka merasa terpangil untuk peduli dan memperhatikan terhadap mereka yang lemah. Gerakan itu bentuknya macam-macam. Misalnya, dalam bidang pendidikan ada sekelompok orang yang memberikan pelayanan terhadap mereka yang tidak mampu mengenyam pendidikan dengan mendirikan sekolah gratis, memberi beasiswa dan aneka rupa lainnya. Sayangnya gerakan peduli seperti itu masih dilakukan oleh sebagian orang yang jumlahnya belum terlalu banyak. Masih banyak orang yang baru merasa puas tatkala berhasil mengumpulkan harta untuk kepentingan dirinya sendiri dan keluarganya. Sebaliknya, belum banyak orang yang memandang bahwa kepuasan juga bisa diperoleh dari kegiatan memberi atau peduli terhadap sesama. Orang tua dapat meningkatkan rasa peduli kepada anak melalui kebiasaan seperti saling memberi, berbagi, menjaga, mengerti dan saling menyayangi. Orang tua mampu menumbuhkan kepedulian dengan mencontohkan hal-hal positif akan manfaat peduli pada sesama yaitu dapat mengurangi sifat egois, merasakan penderitaan orang lain, mengurangi beban penderitaan orang lain, membuat orang lain menjadi bahagia, menciptakan hubungan yang harmonis dan memiliki tingkat sosial yang tinggi.
62
E.
Fungsi Reproduksi 1. Pengertian Fungsi Reproduksi Salah satu tujuan perkawinan adalah melestarikan keturunan, karena itu pengembangan keturunan menjadi tuntunan fitrah manusia. Tidak mendapat keturunan bagi suatu keluarga akan mengurangi kebahagiaan bahkan menjadi sebab penderitaan batin bagi keluarga. Artinya adalah untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga, bukan hanya mengembangkan keturunan tetapi juga merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh) diantaranya seksualitas yang sehat dan berkualitas, pendidikan seksualitas bagi anak dan yang lainnya. Bagi keluarga, fungsi ini sangat penting untuk mengatur reproduksi sehat dan terencana sehingga anak-anak yang dilahirkan menjadi generasi penerus yang berkualitas. Dewasa ini tanyangan tv dan film bioskop yang berbau seksualitas semakin marak, sebagian besar anak memperoleh informasi tentang seksualitas melalui media yang terkadang menjadi sumber informasi yang tidak mendidik atau menyesatkan. Peran orang tua menjadi penting untuk menjelaskan hal-hal yang ingin anak-anak ketahui yang berkaitkan dengan informasi tentang seksualitas dari berbagai sumber baik yang dapat dipercaya maupun yang tidak.
63
Anak belajar mengenai masalah seksualitas dari orang tua yang mereka kenal dan percayai sehingga anak akan belajar mengenai nilai-nilai dan cinta yang berkaitan dengan fakta-fakta yang ada. Harapannya anak tersebu tidak akan melakukan hubungan seksual sebelum waktunya dan akan menjadi orang yang bertanggungjawab. Selain itu, anak mampu memiliki keteguhan untuk berkata “tidak” terhadap godaan/gangguan dalam melakukan hubungan seksual pranikah.
2. Nilai-nilai Fungsi Reproduksi Untuk mengatasi hal tersebut diatas perlu adanya penanaman 3 nilai dasar yang harus dipahami dalam fungsi reproduksi diantaranya adalah tanggung jawab, sehat, dan teguh. a. Tanggung jawab Bertanggungjawab merupakan sikap yang baik bagi setiap anggota keluarga. Tanggungjawab adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui serta melakukan apa yang jadi tugasnya. Pemupukan sikap bertanggung jawab pada fungsi reproduksi adalah kemampuan orang tua menerapkan perilaku seksual yang tidak lagi dianggap tabu saat ini dibicara secara bijaksana kepada anak-anak dengan tujuan anak dapat mengetahui sekaligus
64
bertanggungjawab atas segala akibat dan kaitannya dengan seksualitas. b. Sehat Sehat dimaksudkan untuk keadaan sehat secara fisik, fungsi dan system reproduksi serta rohani/ emosional, orang yang sehat dalam fungsi reproduksi dicirikan dengan kemampuan seseorang menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksinya. Orang sehat dalam fungsi reproduksi dapat berarti kemampuan seseorang dalam menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksinya, terbebas dari berbagai penyakit yang berhubungan dengan fisik, fungsi, dan sistem reproduksi yang tidak memiliki kelainan secara mental atau jiwa dalam menjalankan fungsi reproduksi. c. Teguh Teguh dimaksudkan untuk keteguhan dalam fungsi reproduksi yaitu kemampuan seseorang mampu menjaga kesucian organ reproduksinya sebelum menikah. Keteguhan ini erat dengan sikap tegas seseorang yang harus ditanamkan orang tua pada anak-anaknya, antara lain menjaga kesucian organ reproduksi dengan tidak melakukan hubungan seksual sebelum nikah, menghindari pelecehan seksual.
65
3. Penerapan Fungsi Reproduksi a. Tanggung jawab Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 mengungkapkan bahwa remaja berusia kurang dari sama dengan 19 tahun yang belum menikah dan memiliki pengalaman seks sebesar 3,6%. Remaja melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum menikah dengan beberapa alasan, diantaranya untuk perempuan alasan tertinggi adalah karena terjadi begitu saja (38,4%); dipaksa oleh pasangannya (21,2%). Sedangkan pada lelaki, alasan tertinggi ialah karena ingin tahu (51,3%); karena terjadi begitu saja (25,8%). Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya tanggung jawab yang dimiliki oleh kalangan remaja tentang kesehatan reproduksi. Maka dari itu peran orang tua sangat penting dalam membimbing anak-anaknya untuk memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sejak dini. Sikap bertanggung jawab orang tua yang berkaitan dengan pendidikan seks dapat dilakukan dengan cara memberikan penjelasan tentang perbedaan jenis kelamin, ciri-ciri anatomi reproduksi remaja, resiko kehidupan seks pranikah, prilaku seksual menyimpang, kehamilan diluar pernikahan. Pengetahuan tersebut dapat menajadi dasar orang tua untuk menanamkan sifat bertanggung jawab terhadap fungsio reproduksi sejak dini.
66
b. Sehat Pembicaraan tentang kesehatan reproduksi masih dianggap sebagai suatu hal yang tabu, apalagi dibicarakan dengan remaja. Orang tua merasa khawatir akan memicu putra-putrinya untuk melakukan hal-hal yang dianggap tabu tersebut. Padahal, keinginan untuk tahu dan mencoba sesuatu yang baru itu akan selalu ada pada karakter remaja. Pada saat itulah fungsi orang tua membimbing putra-putrinya agar tidak salah arah. Tentunya dengan cara memberikan penjelasan yang benar dan jelas kepada mereka. Anak-anak terlebih lagi anak perempuan perlu diperkenalkan sejak dini tentang fungsi dan cara merawat organ reproduksinya. Mulai dari menjaga kebersihan organ, misalnya cebok sehabis âpipisâ� untuk menghindari jangan sampai terserang penyakit. Itu adalah bentuk kecil peran orangtua dalam mengajarkan kesehatan reproduksi kepada anaknya. Ketika anak beranjak remaja, sudah saatnya para orangtua mulai terbuka berbicara tentang permasalahan yang sensitif ini. Diskusikan dengan anak resiko-resiko yang akan muncul apabila tidak bisa menjaga organ reproduksinya. Berikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada anak untuk dapat menilai sendiri atas apa yang dilakukan. Dan luangkan waktu untuk anak bertanya.
67
Menjaga kesehatan reproduksi dapat dicontohkan melalui bimbingan orangtua kepada anak-anaknya, melibatkan dan bekerjasama dengan anak-anak dalam membersihkan kamar mandi, menjaga kebersihan diri, serta melindungi kesehatan reproduksi merupakan awal dari bimbingan orangtua kepada anak-anaknya dalam menerapkan nilai sehat reproduksi pada keluarga. c. Teguh Hasil jajak pendapat diberikan redaksi cekau.com kepada 100 orang pria. Hasilnya mengejutkan, bahwa para lelaki menerima ‘tidak perawan’ itu lebih dikarenakan ‘kasihan’ melihat pasangannya menderita. Apalagi soal hubungan intim yang dilakukan calon istrinya dengan mantan pacarnya, selalu terbayang dibenaknya sang calon suami. Ada dua permasalahan terkait status perawan atau tidak perawan seorang wanita, yang dinilai oleh lelaki. Pertama, tidak perawan disebabkan atau perlakukan perkosaan (dengan pemaksaan), atau kedua, tidak perawan karena perbuatan dirinya sendiri alias dilakukan suka sama suka. Saat ini banyak kasus pemerkosaan pada anak remaja tetapi banyak juga anak balita menjadi korban, karena itu orang tua perlu waspada menjaga anak-anaknya melalui pengasuhan dengan menggunakan baju yang pantas dan tidak mengundang pelecehan seksual. sebaiknya orang
68
tua memberikan bimbingan dengan rambu-rambu yang menjadi larangan hubungan seksual sebelum menikah, penjelasan tentang pacaran dan batasbatas normal kesopanan, penyakit kelamin, pencegahan diri dari pergaulan bebas.
F.
Fungsi Sosialisasi Pendidikan
1. Pengertian Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya (Mubarak, dkk 2009). Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga yang dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi (Setiawati, 2008). Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi pendidikan dimana hal ini terkait dengan pendidikan anak secara khusus dan pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa “keluarga adalah pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak”. Dengan adanya fungsi pendidikan ini otomatis keluarga menjadi sentra dan lingkungan pendidikan bagi setiap anggota keluarga. Pendidikan dalam keluarga dapat dimulai dengan memberikan keteladanan dari perilaku orangtua sehari-hari. Hal ini akan menjadi wahana pendidikan moral dan ahlak bagi
69
anak, karena anak akan mengikuti apa yang orangtuanya lakukan, bukan yang orangtuanya katakan. Ia melihat perbuatan kita, bukan mendengar apa yang kita nasihatkan. Pendidikan dalam keluarga tidak hanya tentang bagaimana meningkatkan fungsi kognitif atau mencerdaskan anak saja, tetapi juga membentuk karakter. Anak perlu diajari untuk membedakan mana yang salah dan yang benar, mana yang hak dan mana yang bathil, serta bagaimana agar tetap hidup benar di lingkungan yang salah. Apalagi jangka waktu yang diperlukan untuk membentuk karakter itu sangat terbatas. Kita hanya bisa melakukannya saat anak balita hingga mencapai usia remaja. Lewat dari itu maka akan sulit untuk mengubah perilakunya. Sehingga lebih sulit untuk mengajarkan dan melatih kejujuran dibandingkan dengan mengajarkan ilmu pengetahuan.
2. Nilai-Nilai Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan Yang termasuk nilai-nilai moral dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah percaya diri, luwes, bangga, rajin, kreatif, bertanggungjawab dan kerjasama. a. Percaya diri Percaya diri dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah kebebasan berbuat secara mandiri dengan mempertimbangkan serta memutuskan sesuatu sendiri, tanpa bergantung pada orang lain. Percaya
70
diri dapat dicirikan dengan orang yang tidak rendah diri sekaligus berani mengungkapkan kemampuan dirinya. b. Luwes Luwes dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Orang luwes dapat dicirikan dengan mudah menerima pendapat orang lain serta dapat bergaul dengan siapa saja. c. Bangga Bangga dalam fungsi sosialisasi pendidikan yaitu perasaan senang yang dimiliki, ketika selesai melaksanakan tugas/pekerjaan yang menantang atau berhasil meraih sesuatu yang diinginkan. Orang bangga dapat dicirikan dengan kesenangan seseorang setelah berhasil mencapai sesuatu yang diinginkan. Sikap bangga seyogyanya ditanamkan sejak dini oleh orang tua agar anak dapat menghargai dirinya sendiri. d. Rajin Rajin dalam fungsi sosialisasi pendidikan adalah menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Orang rajin dicirikan dengan selalu menyediakan waktu, tanpa mengenal menyerah serta mempunyai cita-cita. Kadang kala kita merasa anak-anak malas belajar.
71
Padahal sebenarnya, anak-anak bukan malas belajar melainkan hanya tidak berminat pada bidang pelajarannya. Bahkan bisa jadi kitalah yang telah memaksanya untuk mempelajari bidang yang bukan menjadi minat dan bakat terbesarnya. e. Kreatif Kreatif dalam fungsi sosialisasi pendidikan adalah mendapatkan banyak cara untuk melakukan sesuatu. Orang kreatif dapat dicirikan dengan selalu banyak ide/gagasan dalam melakukan sesuatu, tidak pernah berhenti untuk berbuat sesuatu yang lebih baik. f. Tanggung jawab Tanggungjawab dalam fungsi sosialisasi pendidikan maksudnya mengetahui serta melakukan apa yang menjadi tugasnya. Orang bertanggung jawab dapat dicirikan dengan mengetahui apa yang menjadi tugasnya dan mengerti bagaimana cara melaksanakannya. g. Kerjasama Kerjasama dalam fungsi sosialisasi pendidikan maksudnya melakukan sesuatu pekerjaan secara bersama-sama. Kerjasama dapat dicirikan dengan kemampuan seseorang untuk saling menolong, suka kerja kelompok, setia kawan dan ada pembagian tugas dengan orang lain.
72
3. Penerapan Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan Dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan, terdapat 7 (tujuh) nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Ketujuh nilai dasar tersebut diantaranya: a. Percaya diri Penanaman sifat percaya diri pada anak dan remaja, seperti kata-kata dalam sebuah tayangan iklan ditelevisi, yaitu “PD aja lagi” adalah ungkapan yang menunjukkan berani tampil. Rasa percaya diri yang dimiliki seseorang merupakan sifat yang melekat pada dirinya. Sifat tersebut tidak datang secara tibatiba, melainkan harus ditanamkan oleh orangtua sejak kecil. Orang tua dapat menerapkan sifat percaya diri terhadap anak dan remaja tanpa membedakan jenis kelamin, diantaranya dengan cara : 1) Memuji setiap usaha kecil yang dilakukannya meskipun terlihat sepele, misalnya saat anak berhasil mewarnai gambar meskipun warnanya tampak tidak beraturan. 2) Tetap tersenyum jika anak gagal melakukan sesuatu. Jangan lupa untuk memberikan semangat kepada anak untuk mencoba lagi di lain kesempatan. 3) Beri tanggapan secara antusias jika anak sedang bercerita atau menjelaskan sesuatu.
73
4) Lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada mengajari. Misalnya saat anak keliru saat belajar urutan angka, cukup katakan, “Eh, tadi sehabis angka lima berapa ya? Enam atau delapan ya? Mama lupa (padahal maksudnya agar anak memperbaiki). Yuk, kita ulangi lagi.” 5) Menjadi contoh teladan anak dengan tampil percaya diri di depan umum. Karena banyak anak yang kurang percaya diri karena ibunya sendiri juga tidak percaya diri. 6) Memberi kesempatan kepada anak perempuan dan laki-laki untuk melakukan semua kegiatan yang bermanfaat. 7) Menyarankan agar bergabung dengan kelompok-kelompok lain yang anggotanya tidak hanya terdiri dari satu jenis kelamin tertentu sebagai ajang untuk belajar berani tampil beda. 8) Mendorong agar berani tampil percaya diri dalam setiap kesempatan. 9) Memberikan peran yang jelas kepada anak dan remaja ketika ada acara-acara seremonial atau acara lain di rumah atau di masyarakat. 10) Memberi kesempatan kepada anak untuk menyatakan diri secara leluasa, mandiri dalam mengambil keputusan dengan pertimbangan sendiri tanpa tergantung pada orang lain.
74
b. Luwes Menerapkan sikap luwes dalam keluarga dapat dilakukan dengan cara : 1) Melibatkan anak-anak dalam komunikasi di antara anggota keluarga. 2) Mendorong dan membiasakan anak bermain dan bergaul dengan temannya sejak usia balita. 3) Menyarankan anak remaja agar mengikuti kegiatan belajar dalam kelompok, untuk melatih mereka agar mau bersikap mendengarkan atau menghargai pendapat orang lain. 4) Memberikan bimbingan kepada anak yang memiliki rasa rendah diri dan hanya mau bergaul dengan teman tertentu. c. Bangga Cara menerapkan rasa kebanggaan dalam keluarga dengan membiasakan anak untuk: 1) Selalu mengucap syukur dalam melaksanakan tugas. 2) Menghargai keberhasilan anak. 3) Memberikan pujian dan penghargaan. 4) Menghargai dirinya sendiri. d. Rajin Orangtua dapat menumbuhkan sikap rajin dengan memberikan peneladanan. Orangtua harus
75
menunjukkan perilaku rajin pada anak-anaknya misalnya: 1) Melaksanakan ibadah tepat waktu. 2) Mengajak anak-anak mengerjakan tugas di rumah secara bersama-sama. 3) Bangun tidur pagi tepat waktu subuh. 4) Berdoa terlebih dahulu sebelum melaksanakan aktifitas 5) Belajar melaksanakan tugas-tugas mengerjakan PR, dan lain-lain.
sekolah,
6) Melakukan tugas-tugas di rumah sebelum pergi ke sekolah. 7) Rajin berolahraga setiap pagi hari selama beberapa menit. e. Kreatif Penerapan nilai kreatif dalam keluarga melalui fingsi sosialisasi dan pendidikan, berkaitan dengan kemampuan orang tua dalam membimbing anakanaknya agar melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan karya-karya baru dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Contoh penerapan sikap kreatif dapat dilakukan orangtua dengan memberikan peneladanan dan dengan melibatkan anak dalam sebuah pekerjaan, misalnya:
76
1) Mengajak anak membuat kerajinan dari barang bekas. 2) Membuat variasi berbagai menu masakan. 3) Membuat vas bunga dari kaleng bekas atau tanah liat. 4) Bersama orangtua membuat makanan tradisional, misalnya dari bahan singkong. f.
Tanggung jawab Cara menerapkan nilai tanggungjawab kepada anak, antara lain dengan: 1) Memberikan tugas kepada anak-anak sesuai dengan kemampuan dan jenis pekerjaan. 2) Memberikan kebebasan kepada anak untuk menyusun jadwal kegiatan harian (kapan mereka belajar dan menyelesaikan tugas-tugas dirumah, kapan bermain, bagaimana menyelesaikan tugas dll) 3) Menerapkan aturan agar anak menyimpan/mengembalikan benda-benda ke tempat semula.
g. Kerjasama Menumbuhkan sikap kerjasama dalam keluarga melalui fungsi sosialisasi dan pendidikan berhubungan dengan kesediaan orang tua dan anak-anak untuk saling menolong, kerja kelompok,
77
setiakawan, dan adanya pembagian tugas yang jelas. Sebagai contohnya, sikap kerjasama dalam keluarga dapat dilakukan dengan mengajak anak: 1) Bersama-sama membersihkan rumah 2) Bersama-sama menata ruang keluarga 3) Membersihkan jalan 4) Perkumpulan remaja, karang taruna 5) Menyelesaikan tugas bersama dalam suatu tim kerja
G.
Fungsi Ekonomi 1. Pengertian Fungsi Ekonomi Keluarga dalam fungsi ekonomi bermakna bahwa keluarga sebagai tempat membina dan menanamkan nilai-nilai keuangan keluarga dan perencanaan keuangan keluarga sehingga terwujud keluarga sejahtera. Diharapkan setiap keluarga memiliki kecakapan dalam hal keuangan atau disebut kecerdasan finansial. Tidak hanya orangtua, remaja pun harus memilikinya. Membangun sikap dan kebiasaan positif remaja dalam hal finansial harus menjadi perhatian utama orangtua saat ini. Untuk membentuk remaja menjadi pribadi yang jujur, disiplin, peduli, bertanggungjawab dan memiliki jiwa kewirausahaan ternyata bisa dilakukan dengan cara
78
mengajarkan remaja tentang nilai uang. Dalam belajar mengelola keuangan tidak bisa dilakukan remaja dengan sendirinya. Orangtua harus mengajarkannya dengan cara memberi contoh. Oleh karena itu, orangtua harus lebih dulu memahami cara mengelola keuangan yang benar. Bukan menanamkan kebiasaan menabung atau berhemat saja, tetapi yang lebih penting adalah mengajarkan remaja cara mengambil keputusan yang tepat dalam hal keuangannya, serta sumber mendapatkan uang yang halal. Dengan demikian, remaja memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan keuangannya. Perencanaan keuangan merupakan proses pengaturan dan perencanaan keuangan pribadi untuk mencapai tujuan keuangan, baik jangka pendek, menengah maupun panjang. Sedangkan cerdas finansial dapat diartikan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan atas keuangannya.
2. Nilai-nilai dalam Fungsi Ekonomi a. Hemat Hemat dalam fungsi ekonomi adalah kemampuan seseorang belaku berhati-hati dalam membelanjakan dan mempergunakan uang. Orang hemat dapat dicirikan bila membelanjakan uang tidak boros, tidak memaksakan diri, dan menyesuaikan segala sesuatunya dengan kemampuan dan kebutuhan.
79
b. Teliti Teliti dalam fungsi ekonomi adalah kemampuan seseorang berlaku cermat, seksama dan hati-hati dalam segala hal. Orang yang teliti dicirikan dengan memperhitungkan untung rugi, menghindari dan memperkecil kesalahan. c. Disiplin Disiplin dalam fungsi ekonomi adalah menepati waktu, mematuhi aturan kesepakatan yang berlaku. Orang disiplin dapat dicirikan dengan kemampuan melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai waktu, mentaati aturan-aturan yang disepakati bersama dalam berusaha. d. Peduli Peduli dalam fungsi ekonomi dimaksudkan untuk menanggapi perasaan dan pengalaman orang lain. Orang peduli ekonomi dicirikan dengan upaya membantu orang lain yang memerlukan dan kurang mampu secara ekonomis. e. Ulet Ulet dalam fungsi ekonomi adalah kemauan keras seseorang dalam berusaha mencapai tujuan, citacita, keberhasilan dan keberuntungan. Orang ulet dapat dicirikan dengan berusaha tanpa kenal menyerah atau putus asa dalam meraih keberuntungan dan selalu mencoba lagi bila mengalami kegagalan.
80
3. Penerapan Fungsi Ekonomi dalam Keluarga a. Hemat Orang tua dapat memberikan teladan dan melibatkan remaja agar bijak dalam mengeluarkan uang, menyesuaikan segala sesuatunya dengan kemampuan dan kebutuhan keungan yang dimiliki dan menyisihkan uang saku untuk ditabung. b. Teliti Dalam perencanaan keuangan remaja harus memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang dilakukannya, sehingga dapat menghindari atau memperkecil terjadinya kesalahan. Orang tua dapat menerapkan ketelitian pada remaja dengan cara memastikan membayar barang yang dibeli sesuai dengan harga yang seharusnya. c. Disiplin Pengeloaan kebutuhan keuangan keluarga sebaiknya didiskusikan bersama dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi keluarga, keperluan biaya hidup dan yang lainnya sehingga remaja mengerti dan mau ikut terbiasa disiplin dalam penggunaan anggaran keluarga. Penerapan disiplin terkait dengan nilai ekonomi, orang tua dapat mengajarkan anak untuk rajin menabung sebagai latihan disiplin untuk memenuhi kebutuhan pribadi contoh : keperluan pendidikan dan kebutuhan sosial lainnya pada remaja.
81
d. Peduli Menumbuhkan sikap peduli dalam kehidupan keluarga dalam fungsi ekonomi, dengan menanamkan kepada remaja untuk membantu saudara, teman atau tetangga yang memerlukan bantuan ekonomi karena ketidak mampuannya. Misalnya dengan membantu korban bencana alam degan menyisihkan sebagian uang saku atau tabungannnya. e. Ulet Kemauan keras sesorang dalam usahanya dalam mencapai tujuan, cita-cita, keberhasilan atau keberuntungan. Menanamkan sikap ulet pada remaja dapat dilakukan melalui : a. Membersarkan hati ketika remaja meghadapi kegagalan dan mendorong mereka untuk mencoba lagi. b. Selalu mengingatkan agar tidak cepat putus asa dalam mecapai tujuan c. Pantang menyerah dalam mengalami kegagalan
H. Fungsi Lingkungan 1. Pengertian Fungsi Lingkungan Kemampuan keluarga dalam pelestarian lingkungan merupakan langkah yang positif. Penempatan diri untuk
82
keluarga sejahtera dalam lingkungan hidup yang dinamis secara serasi, selaras dan seimbang. Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Lingkungan menyediakan sumber daya alam bagi manusia berupa sumber makanan dan bahan baku industri serta tempat untuk tinggal. Lingkungan memberikan sarana untuk berinteraksi dengan sesama. Terjaganya lingkungan menjadikan kualitas hidup manusia lebih baik. Melihat pentingnya fungsi lingkungan bagi manusia, maka dibutuhkan pengelolaan yang baik untuk menjaga lingkungan. Namun pada kenyataannya, saat ini telah terjadi kemerosotan kualitas lingkungan hidup. Salah satu faktor penyebabnya adalah kegiatan manusia yang mencemari lingkungan hidup dan mengeksploitasi sumber daya alam. Pemanfaatan sumber daya alam tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan dan fungsi ekologi telah merusak kelestarian lingkungan. Penanaman nilai fungsi lingkungan seharusnya dilakukan sejak dini, agar remaja memiliki pemahaman tentang lingkungan hidup, sehingga mereka dapat berperilaku peduli terhadap lingkungan. Tujuan pendidikan lingkungan hidup sejak usia dini bukanlah sekedar mempelajari permasalahan lingkungan hidup, tetapi harus dapat mendorong remaja agar memiliki sikap dan perilaku peduli pada lingkungan.
83
2. Nilai-Nilai dalam Fungsi Lingkungan a. Bersih Bersih maksudnya suatu keadaan lingkungan yang bebas dari kotoran, sampah dan polusi. Orang bersih dalam lingkungan dapat bercirikan dengan selalu menjaga diri dan lingkungannya tetap bersih. b. Disiplin Disiplin disini maksudnya mematuhi aturan dan kesepakatan yang berlaku. Orang disiplin dapat dicirikan dengan kemampuan mentaati rambu-rambu yang berlaku, tidak merusak lingkungan dan selalu menjaga fasilitas umum.
c. Pengelolaan Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Untuk pelestarian fungsi lingkungan hidup maka dilakukan upaya terpadu dalam pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian.
84
d. Pelestarian Manusia bersama lingkungan hidupnya berada dalam suatu ekosistem. Kedudukan manusia di dalam kesatuan ekosistem adalah sebagai bagian penting yang tidak mungkin dipisahkan, karena itu kelangsungan hidup manusia tergantung pula pada kelestarian ekosistemnya. Agar kelestarian ekosistem tersebut dapat terjamin, maka manusia harus menjaga keserasian hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Jika keserasian hubungan manusia dengan lingkungannya terganggu, maka terganggu pula kesejahteraannya. Jadi manusia dan lingkungannya merupakan ikatan yang tidak dapat dipisahkan, karena kedua hal tersebut saling mempengaruhi
3. Penerapan Fungsi Lingkungan a. Bersih Orang tua hendaknya dapat menunjukan dan membimbing seluruh anggota keluarganya untuk berprilaku bersih dalam segala hal. Penerapan perilaku hidup bersih diantaranya dengan cara: 1) Membiasakan remaja menjaga kebersihan diri, misalnya mandi sehari 2 x, rajin mengganti pembalut pada saat menstruasi.
85
2) Membiasakan remaja menjaga kebersihan lingkungan, misalnya menjaga kebersihan kamar, ruang belajar, lingkungan rumah dan sekitarnya.
b. Disiplin Penerapan disiplin dalam fungsi lingkungan dapat dilakukan orang tua dengan cara memberikan bimbingan untuk disiplin dalam pemeliharaan lingkungan. Penrapan perilaku disiplin diantaranya: membuang sampah pada tempatnya, membiasakan hemat energi, air dan bahan bakar minyak (BBM).
c. Pengelolaan Soerjani (1987) menyatakan bahwa ada tiga upaya pengelolaan lingkungan hidup yang harus dijalankan secara seimbang, yaitu : 1) Upaya teknologi Orang tua harus dapat mengarahkan remaja agar bijak memanfaatkan teknologi. Contoh: menggunakan peralatan elektronik (Komputer, laptop, HP dan lainnya) sesuai kebutuhan. 2) Upaya tingkah laku atau sikap Orang tua mampu mengajak remaja turut serta dalam pengelolaan lingkungan hidup yang baik, seperti berpartisispasi dalam penanaman pohon,
86
memelihara tanaman baik di lingkungan sekolah maupun rumah. 3) Upaya untuk memahami dan menerima fenomena alam yang terjadi karena dampak interaksi manusia dengan lingkungannya Kepedulian yang rendah terhadap kelestarian lingkungan, misalnya pemakaian deterjen untuk mencuci tanpa mempertimbangkan akibatnya pada lingkungan dan kebiasaan merokok di tempat umum, asapnya mengganggu kesehatan orang lain. Kurangnya pengetahuan tentang keseimbangan dan fungsi ekosistem, misalnya meminimalis penggunaan produk dari bahan plastik dan pendidikan serta sosialisasi pada remaja tentang konsep 3 (tiga) R yaitu reuse, reduce, recycle.
d. Pelestarian Meningkatkan kepedulian dan pengetahuan terhadap pelestarian lingkungan dengan mendorong remaja agar memiliki sikap dan perilaku peduli pada lingkungan. Seperti mencegah pencemaran pada lingkungan, turut berpartisipasi dalam pelestaian tumbuhan, hewan, biota laut, reboisasi, mensuksukseskan program penanaman sejuta pohon.
87
88
BAB III PENUTUP
Dalam rangka menjadikan keluarga sebagai wahana pertama dan utama dalam pembangunan bangsa, maka peran dan tanggungjawab orangtua menjadi sangat penting dalam upaya mewujudkan pembangunan keluarga yang berkulitas. Keluarga yang mempunyai remaja memerlukan perhatian dan penanganan terutama dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sehingga mampu melakukan pembinaan dengan baik dan benar terhadap anak remajanya sebagai generasi pelanjut yang berperilaku sehat, bertanggung jawab, berakhlaq, dan berkualitas serta produktif. Untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman keluarga tentang 8 fungsi keluarga, maka disusunlah Buku Delapan Fungsi Keluarga ini. Buku ini berisikan tentang pengertian masing-masing fungsi keluarga, nilai-nilai yang terkandung pada masing-masing fungsi keluarga, serta penerapan masing-masing fungsi keluarga. Buku ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan bagi orang tua yang memiliki remaja, kader BKR, pengelola BKR, pengelola program GenRe, remaja dan masyarakat peduli remaja, dalam upaya membina remaja.
89
90
DAFTAR PUSTAKA
1. BKKBN - Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi. Keterampilan Hidup (Life Skills). Jakarta, 2010. 2. BKKBN - Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi. Pendewasaan Usia Perkawinan. Jakarta, 2010. 3. BKKBN - Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja. Jakarta, 2010. 4. BKKBN. Bahan Ajar : Nilai-nilai Moral melalui 8 Fungsi Keluarga. Jakarta, 2006. 5. Bobbi De Porter. Mengatasi 7 Masalah Terbesar Remaja: Panduan bagi Orang Tua. Jakarta, 2007. 6. Sugiri Syarief. Menggapai Keluarga Berkualitas dan Sakinah. Jakarta, 2007. 7. BKKBN - Direktorat Bina Ketahanan Remaja. Materi Pegangan Kader tentang Bimbingan dan Pembinaan Keluarga Remaja. Jakarta, 2012.
91