BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT Gusti Asnan (Jur. Sejarah, Fak. Ilmu Budaya, Univ. Andalas – Padang
[email protected])
• •
• • • •
•
Berbincang mengenai budaya maritim Nusantara sesungguhnya membincangkan budaya Nusantara itu sendiri Mengapa? – Nusantara identik dengan maritim – Budaya Nusantara juga identik dengan budaya maritim – Setiap perubahan budaya yang meninggalkan dunia maritim akan gagal, atau pada saat negeri ini dalam kondisi gagal Nusantara adalah negeri bahari Nusa (pulau-pulau) ada di kawasan perairan (laut) Makin banyak pulaunya semakin luas kawasan lautnya Nusantara adalah sebuah negeri yang memiliki kawasan laut lebih luas daripada daratannya. Dewasa ini luas perairan laut Indonesia 7,9 juta km2 (termasuk ZEE) dan berdasarkan data UNCLOS ‘82 wilayah Perairan Kepulauan Indo-nesia 3,1 juta km2 dan Wilayah Laut 0,3 juta km2. Dalam sejarahnya, kawasan laut itu beberapa kali mengalami perubahan (bertambah luas)
•
Tidak itu saja, Nusantara adalah negeri yang memiliki sejumlah kawasan laut utama – Laut Jawa, Laut Banda, Laut Aru, Laut Flores, dll – Archipelago dari kata ‘archipelagus’: ‘archi’ = utama dan ‘pelagus’ = laut (berarti ‘laut utama’, yaitu Laut Tengah pada masa Romawi). – Archipelago bukan ‘kumpulan pulau’, tetapi laut di mana terdapat sekumpulan pulau.
• •
•
• • •
Sehingga adalah sebuah kesalahan ketika “Archipelagic State” diterjemahkan menjadi Negara Kepulauan seharusnya Negara Bahari Kebudayaan ditentukan oleh ruang, maka budaya Nusantara yang dominan lautnya, secara langsung atau tidak, adalah budaya bahari unsur-unsur dan aspek-aspek budayanya, berhubungan dengan dunia bahari Namun, kebudayaan juga ditentukan oleh waktu (saat dia tumbuh, berkembang dan dipakai) dalam kenyataan ini, disadari atau tidak, disetujui atau tidak, budaya bahari menjadi budaya dominan Nusantara hanya di masa lampau Apalagi, menurut Purwadarminta (KUBI) kata”bahari” ini bersinonimkan “purbakala’ atau “dahulu kala” Jadi berbicara tentang zaman bahari ditafsirkan berbicara tentang zaman dahulu Berbincang tentang kebudayaan bahari juga dimaknai dengan berbicara tentang kebudayaan yang ada di masa lalu
• •
• •
• • • • •
Hal ini terlihat dari berbagai tulisan sejarawan atau peminat/pengamat dunia bahari, hingga pernyataan pemerintah (pejabat pemerintah) Ada puluhan atau ratusan tulisan yang mengatakan bahwa dewasa ini: – Budaya maritim Indonesia khususnya dan dunia maritim Indonesia pada umumnya tengah berada di titik nadir. – Aspek-aspek maritim Nusantara nyaris menjadi rongsokan. – Kejayaan bahari kita telah lenyap atau tidak lagi menjadi budaya yang dominan. “Indonesia telah lama memunggungi laut. Memunggungi samudra” (Jokowi). "Sampai dengan era SBY selesai, Indonesia belum layak disebut sebagai negara maritim karena perekonomian, industri, serta perniagaannya belum betul-betul mengoptimalkan potensi laut“ (anggota DPR Yudi Widiana Adia) Dll., dlsbnya… Namun, tidak semua yang dikemukakan di atas benar adanya Budaya bahari itu tidak lenyap semuanya, sebagian (atau sedikit) di antaranya masih ada dan tersisa Di lapangan, kita melihat bahwa berbagai aspek maritim masih dipraktikkan Termasuk TOR kegiatan kita ini: – “Dalam memori kolektif bangsa, laut yang membentang luas di Nusantara ini telah meninggalkan warisan budaya maritim”. – “Budaya maritim masa lalu membekas kuat sampai saat ini”.
Warisan Budaya Maritim: • Warisan budaya bendawi hal-hal yang dapat disentuh dan dipakai • Warisan budaya tak benda segala praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan -serta alat-alat, benda (alamiah), artefak, dan ruang-ruang budaya terkait dengannya - yang diakui oleh berbagai komunitas, kelompok, dan dalam hal tertentu perseorangan sebagai bagian warisan budaya mereka. • Wujud dari warisan budaya tak benda: Tradisi, ekspresi lisan termasuk bahasa, seni pertunjuk-an, adat istiadat masyarakat, ritus, perayaan-perayaan, pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta serta kemahiran kerajinan tradisional. • Warisan budaya tak benda: – Diwariskan dari generasi ke generasi – Senantiasa diciptakan kembali sebagai tanggapan terhadap lingkungannya, interaksinya dengan alam, serta sejarahnya – Memberikan rasa jati diri dan keberlanjutan untuk memajukan penghormatan keanekaragaman budaya dan daya cipta insani.
•
•
•
•
Ada banyak warisan bendawi dan tak benda yang berhubungan dengan dunia bahari: – Perlu dicari, ditelusuri, diungkapkan, dan diberitahukan – Apalagi, dari sebagian besar warisan bendawi dan tak benda yang “diakui” atau yang dicatat tidak/belum berkaitan dengan aktivitas bahari Contoh, dari 8 yang telah ditetapkan: – Benda Candi Borobudur; Candi Prambanan; Situs Manusia Purba Sangiran; dan Subak Bali. – Tak Benda Wayang; Keris; Batik; Angklung; Tari Saman, dan Noken (tas rajut multifungsi Papua). Budaya Maritim Aspek2 Maritim: – Perkapalan – Pelayaran – Perdagangan – Perompakan – Pengetahuan bahari – Tradisi bahari – Perikanan Memiliki sejarah yang panjang Sejak praseja-rah dan bukti2 yang banyak (baik bendawi atau tak benda), ditemukan/ dipraktik-kan di hampir seluruh pelosok Nusantara
• •
Masing-masing aspek maritim di atas telah “melambat/terpinggirkan” jauh di masa silam “Melambat/terpinggirkan” seiring dengan masuk dan hadirnya bangsa Barat ke Nusantara (abad ke-16) • “Melambat/terpinggirkan” dalam artian nyaris tidak mengalami perkembangan lagi sebaliknya aspek2 dan budaya maritim “pihak sana” mengalami perkembangan yang dahsyat • Ada hubungan yang erat antara kejayaan dunia/budaya maritim dan kejayaan Nusantara • Pada saat aspek2 maritim hebat, Nusantara hebat • Contoh pada era Sriwijaya, Majapahit, dan Malaka (untuk menyebut sebagian) • Untuk Sumatera Tome Pires Reinos/Terras maritim
•
Perkapalan (perahu, lancara, junk, kapal besar, dll dalam jumlah yang banyak)
•
Pelayaran (kawasan Selat Malaka dan Teluk Benggala)
•
Perdagangan (beragam komoditas, beragam mitra)
• • • •
Perompakan (hampir semua terras dan reinos) Pengetahuan bahari Tradisi bahari Perikanan
• • • • •
• • •
Pada saat aspek2 maritim Nusantara dipinggirkan, kegemilangan (kebudayaan) Nusantara juga sirna Sebaliknya, “Penguasa Baru” yang menguasai laut tampil mendominasi dan meraih kesuksesan dan kejayaan “Penguasa Baru” adalah bangsa2 yang mengembangkan aspek2 maritimnya Mulai dari Portugis, Perancis, Inggris, Belanda, dan Jepang menguasai laut dan aspek2 maritim. Kini ada “Gerakan Kembali Ke Laut” – Menghadap ke laut, menghadap ke samudera – Menjadi poros maritim Gerakan ini harus dengan semangat mengembalikan aspek-aspek maritim, aspek2 maritim harus kuat dan dominan Pemerintah harus “dimaritimisasikan” atau “memaritimisasikan” dirinya (ada porsi perhatian yang lebih besar terhadap dunia dan aspek2 maritim). Budaya maritim akan tampil dan kuat!!!!
Perlu ada sebuah “upaya awal” • Upaya yang memperlihatkan kedaulatan kita di laut • Bisa dimulai dari yang “sederhana” namun berkesan (karena kalau diawali dengan yang besar/canggih mungkin belum mampu) • Upaya “membersihkan” laut kita dari kapal asing yang mencuri kekayaan laut kita dan memasuki perairan secara illegal • Diiringi dengan penguatan aspek2 maritim (setidaknya) perkapalan dan perikanan • Bila kita mampu “membersihkan” laut kita dari kapal2 asing yang memasuki serta beroperasi secara illegal akan muncul kebanggaan bahari • Akan didapat keuntungan dari potensi laut • Akan ada upaya memperkuat infrastruktur kelautan • Akan ada gairah ke laut • Akan muncul budaya yang mengarah dan mengapresiasi laut • Waktu akan membuktikan!!!
SEKIAN TERIMA KASIH