INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2012
ISBN Nomor Publikasi Nomor Katalog Ukuran Buku Jumlah Halaman
Naskah
: : : : :
979.486.6199 3204.12.70 1413.3204 25,7 Cm x 18,2 Cm 81 + viii
: Seksi Statistik Sosial
Gambar kulit dan seting : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Diterbitkan
: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
i
Kata Pengantar
Atas perkenan Allah SWT edisi ketujuh ”Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bandung Tahun 2012” dapat dipublikasikan. Kegiatan ini terwujud atas kerjasama antara Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung. Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Bandung dibahas berdasarkan masing-masing indikator pembentuknya, yaitu pengukuran pencapaian di bidang kesehatan; pengukuran keberhasilan di bidang pendidikan; dan penghitungan pencapaian di bidang ekonomi. Beberapa penyesuain terkait metodologi penghitungan terus dilakukan. Salah satunya adalah penghitungan indeks kesehatan yang mengggunakan metode yang digunakan pada tahun 2010 dan sebelumnya, sedangkan indeks daya beli menggunakan metode yang disesuaikan pada tahun 2011. Kepada semua pihak di lingkup Pemerintah Kabupaten Bandung yang telah mendukung penyusunan publikasi ini disampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya. Disadari bahwa sajian publikasi ini masih perlu disempurnakan. Oleh karena itu, tanggapan serta saran-saran sangat kami harapkan. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi evaluasi dan perencanaan pembangunan di Kabupaten Bandung.
Soreang, Desember 2012. KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG,
Ir. R. BASWORO WAHYU UTOMO NIP. 19620405 199003 1 001
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
ii
DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I. PENDAHULUAN
1
1.1. 1.2. 1.3.
Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup dan Sumber Data
BAB II. METODOLOGI 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8.
Metode Pengumpulan Data Kerangka Sampel Pengertian Indikator Indikator Pembangunan manusia Metode Penghitungan IPM Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM Ukuran Perkembangan IPM Beberapa Definisi Operasional Indikator Terkait
BAB III. PEMBANGUNAN MANUSIA DI BIDANG KESEHATAN 3.1. 3.2.
Kondisi Kesehatan Capaian Derajat Kesehatan
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
1 2 2
3 3 3 4 5 6 10 11 11 15 15 24
iii
BAB IV. PEMBANGUNAN MANUSIA DI BIDANG PENDIDIKAN 4.1. Kondisi Pendidikan 4.2. Capaian Pendidikan 4.2.1. Angka Melek Huruf 4.2.2. Rata-rata Lama Sekolah BAB V. PEMBANGUNAN MANUSIA DI BIDANG EKONOMI 5.1. 5.2.
31 31 43 44 47 52
Kondisi Ekonomi Masyarakat Capaian Daya Beli
52 62
BAB VI. PENCAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN BANDUNG
66
6.1. 6.2.
Capaian IPM Kabupaten Capaian IPM Kecamatan
66 69
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
74
7.1. 7.2.
Kesimpulan Saran
LAMPIRAN
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
74 76
78-81
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Daftar Komoditi Terpilih untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP)
9
Tabel 2.2. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM
10
Tabel 3.1. Angka kematian bayi (AKB) dan Rata – rata Umur Parkawinan Pertama Wanita di Kabupaten Bandung tahun 2008 - 2012
20
Tabel 5.1. Persentase Lapangan Pekerjaan Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas di kabupaten Bandung Tahun 2008 – 2012
61
Tabel 6.1. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Tahun 2008 – 2012
69
Lampiran 1 Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2012
78
Lampiran 2 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2012
79
Lampiran 3 Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2011
80
Lampiran 4 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2011
81
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Persentase Balita Berdasarkan Penolong Pertama Kelahiran di Kabupaten Bandung Tahun 2008 – 2012
17
Gambar 3.2. Persentase Balita Berdasarkan Penolong Terakhir Kelahiran di Kabupaten Bandung Tahun 2008 – 2012
17
Gambar 3.3. Presentase Balita Menurut Lamanya diberi ASI di Kabupaten Bandung tahun 2012 Gambar 3.4. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
21 23
Gambar 3.5. Persentase Lamanya Sakit Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
23
Gambar 3.6. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup(AHH) di Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
26
Gambar 3.7. Analisis Derajat Kesehatan
28
Gambar 3.8. Perubahan Angka Harapan Hidup di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2012
28
Gambar 3.9. Pencapaian Angka Harapan Hidup di Kabupaten Bandung Tahun 2012
30
Gambar 4.1. Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2012
33
Gambar 4.2. Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
34
Gambar 4.3. Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2012
34
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
vi
Gambar 4.4. Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
36
Gambar 4.5. Perbandingan APK dan APM Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2012
38
Gambar 4.6. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2012
39
Gambar 4.7. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
40
Gambar 4.8. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung Tahun 2012
41
Gambar 4.9. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
43
Gambar 4.10 Pencapaian Angka Melek Huruf Menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2012
46
Gambar 4.11 Pencapaian Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2012
51
Gambar 5.1
Piramida Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2012
53
Gambar 5.2
Angka Beban Ketergantungan Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
55
Gambar 5.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Kesempatan Kerja, dan Pengangguran Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung Tahun 2012
59
Gambar 5.4
60
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Kesempatan Kerja, dan Pengangguran di Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
vii
Gambar 5.5
Daya Beli Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 20082012
63
Gambar 5.6
Pertumbuhan Indeks Daya Beli Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
63
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan yang seimbang antara pembangunan fisik dan pembangunan sumber
daya
manusia
terhadap
upaya
peningkatan
pembangunan manusia.
merupakan
Capaian hasil pembangunan baik
kebijakan yang diambil oleh pemerintah
secara
Kabupaten
manusia harus terus menerus dipantau
Bandung.
didorong
oleh
Hal
tersebut
keinginan
percepatanpeningkatan
derajat
fisik
maupun
dievaluasi.
pembangunan
untuk
dan
Untuk
SDM
keberhasilan peningkatan pembangunan
Kabupaten Bandung, sehinggamasyarakat
dalam
Kabupaten
peningkatan kualitas hidup manusia,
Bandung
akan
mampu
kaitannya
mengukur
bersaing secara regional maupun nasional
maka
baikdibidang
menggunakan
maupun
pendidikan, daya
Pencapaian
angka
Bandungmasih
kesehatan,
beli IPM mungkin
dengan
diperlukan Indeks
upaya
pengukuran Pembangunan
masyarakat.
Manusia (IPM). Munculnya pengukuran
Kabupaten
IPM karena terjadi pergeseran dalam
untuk
kebijakan
pembangunan
ditingkatkan, bahkan mampu bersaing
menyebabkan
dengan
sekitarnya.
pembangunan perlu disesuaikan dan
Langkah yang harus diambil adalah
terukur terhadap upaya peningkatan
denganarah
pembangunan
kualitas hidup manusia. Keberhasilan
pemerintah Kabupaten Bandung yang
pembangunan bukan hanya sekedar
mampu menjawab permasalahan regional
peningkatan pertumbuhan ekonomi, tetapi
yang
Keberhasilan
lebih jauh lagi terjadinya pembangunan
pencapaian pembangunan di wilayah
menjadikan manusia kearah hidup yang
Kabupaten Bandung secara bersamaan
lebih baik.
akan
kabupaten/kota
telah
dapat
kebijakan
terpetakan.
memberikan
pengukuran
yang hasil-hasil
kontribusi
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
1
1.2. TUJUAN IPM atau Human Development Index
menggambarkan
kemudahan
dalam
(HDI) telah dikembangkan oleh United
memperoleh akses terhadap aspek sosial,
Nations
budaya, dan aspek ekonomi.
Development
Program
(UNDP).IPM sangat perlu dievaluasi
Pembangunan
manusia
harus
dalam pembangunan suatu daerahkarena
dipahami sebagai salah satu output
IPM dapat memberikan informasi sampai
penting dalam suatu proses perencanaan
seberapa
pembangunankarena
besar
peningkatan
setiap
hasil
pencapaian pembangunan
memberikan
urutan
skala
IPM
kualitas
merupakan
pembangunan
kontribusi
manusia yang mengukur keberhasilan
positifterhadapkesejahteraan masyarakat
pembangunan. Indikator IPM Kabupaten
dilihat dari aspek pendidikan, kesehatan,
Bandung per kecamatan akan dapat
dan
dijadikan sebagai ukuran keberhasilan
kemampuan
merupakan
ekonominya.
IPM
indeks
yang
suatu
menunjukkan
tentang
peluang
hidup
sehat,mempunyai
aspek-aspek:
Secara
perencanaan
dan
sebagai
pembangunan
bahan dengan
panjang
dan
segenap intervensinya agar pencapaian
pengetahuan
dan
pembangunan memiliki sinergi terhadap
keterampilan yang memadai, serta hidup layak.
pembangunan
tegas
IPM
peningkatan kualitas masyarakatnya.
tersebut
1.3. RUANG LINGKUP DAN SUMBER DATA Data
yang
dalam
Selain itu dilakukan perbandingan terukur
data
terhadap data sekunder dan diperkuat
primer. Salah satu data pokok yang
dengan pengumpulan hasil survei lainnya,
sangat penting dalam penghitungan IPM
termasuk survei harga di Jakarta Selatan
adalah data hasil Survei Khusus IPM.
yang telah distandarisasi UNDP.
penghitungan
IPM
digunakan merupakan
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
2
BAB II METODOLOGI 2.1. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dari rumahtangga
wawancara dengan kepala rumahtangga,
terpilih dilakukan melalui survei dengan
suami/istri kepala rumahtangga atau
wawancara langsung antara petugas
anggota
dengan responden. Keterangan mengenai
mengetahui karakteristik yang ditanyakan.
rumahtangga
lain
yang
rumahtangga dapat dikumpulkan melalui 2.2. Kerangka Sampel Kerangka sampel yang digunakan dalam
IPM
bertahap,
yaitu
dengan
b.
Kedua;
memilih
blok
sensus.
dilakukan
secara
Pemilihan blok sensus ini dilakukan
tahapan
sebagai
dengan cara probability sampling
berikut:
(penarikan
a.
Pertama; dilakukan pemilihan sampel
Adapun yang menjadi sampling
kecamatan
dan
frame untuk penarikan sampel blok
(seluruh
kecamatan
desa/kelurahan
desa/kelurahan
yang
dan
berada
sampel). pengurutan
Selanjutnya nomor
blok
dilakukan sensus
berpeluang).
sensus ini adalah jumlah penduduk
di
Kabupaten Bandung terpilih sebagai
sampel
hasil sensus penduduk tahun 2010. c.
Ketiga; pemilihan rumahtangga pada kelompok blok sensus yang terpilih sampel.
Pemilihan
rumahtangga
secara
proposional
(wilayah pencacahan)yang ada di
dilakukan
seluruh desa/kelurahan. Pengurutan
terhadap lima strata pendidikan
ini dilakukan untuk menjamin bahwa
kepala
setiap blok sensus yang ada dalam
rumahtangga
suatu desa/kelurahan mempunyai
diharapkan merupakan sampel yang
kesempatan yang sama untuk terpilih
representatif
sebagai sampel.
rumahtangga.
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
rumahtangga, yang dari
sehingga terpilih seluruh
3
2.3. Pengertian Indikator Petunjuk yang memberikan indikasi
Indikator
bisa
bersifat
tunggal
tentang sesuatu keadaan dan merupakan
(indikator tunggal) yang isinya terdiri dari
refleksi dari keadaan tersebut disebut juga
satu indikator, seperti Angka Kematian
sebagai Indikator. Dengan kata lain,
Bayi (AKB) dan bersifat jamak (indikator
indikator merupakan variabel penolong
komposit) yang merupakan gabungan dari
dalam mengukur perubahan. Variabel-
beberapa indikator, seperti Indeks Mutu
variabel ini terutama digunakan apabila
Hidup (IMH) yang merupakan gabungan
perubahan yang akan dinilai tidak dapat
dari 3 indikator yaitu Angka Melek Huruf
diukur secara langsung.
(AMH), Angka Kematian Bayi (AKB), dan
Indikator yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: a.
b.
c.
tahun (e1).
Sahih (Valid); indikator harus dapat
Menurut jenisnya, indikator dapat
mengukur sesuatu yang sebenarnya
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok
akan diukur oleh indikator tersebut.
indikator, yaitu:
Objektif; untuk hal yang sama,
a.
Indikator
Input;
indikator harus memberikan hasil
dengan
penunjang
pelaksanaan
yang sama pula, walaupun dipakai
program
dan
menentukan
oleh orang yang berbeda dan pada
keberhasilan program, seperti: rasio
waktu yang berbeda.
murid-guru, rasio murid-kelas, rasio
Sensitif;
perubahan
yang
kecil
mampu dideteksi oleh indikator. d.
Angka Harapan Hidup dari anak usia 1
yang turut
berkaitan
dokter, rasio puskesmas. b.
Indikator
Proses;
yang
Spesifik; indikator hanya mengukur
menggambarkan bagaimana proses
perubahan situasi yang dimaksud.
pembangunan
Namun demikian, perlu disadari
Angka Partisipasi Kasar (APK),
bahwa tidak ada ukuran baku yang benar-
Angka Partisipasi Murni (APM), rata-
benar
dapat
kesejahteraan
berjalan,
seperti:
mengukur
tingkat
rata jumlah jam kerja, rata-rata
seseorang
atau
jumlah kunjungan ke puskesmas,
masyarakat.
persentase anak balita yang ditolong dukun.
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
4
c.
Indikator
Output/Outcome;
yang
ke atas, Angka Kematian Bayi (AKB),
menggambarkan bagaimana hasil
Angka
Harapan
Hidup
(AHH),
(output) dari suatu program kegiatan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
telah berjalan, seperti: persentase
(TPAK), dan lain-lain.
penduduk dengan pendidikan SLTA 2.4. Indikator-IndikatorPembangunan Manusia Upaya
untuk
dan
tolok ukur yang dapat digunakan untuk
besar
menentukan keberhasilan (pembangunan)
telah
dalam beberapa hal agak sulit ditentukan.
dicapai suatu wilayah, tentunya diperlukan
Alat ukur yang sering digunakan untuk
data-data yang up to date dan akurat.
menilai
Data-data yang disajikan diharapkan
sebenarnya hanya mencakup kualitas
sebagai bahan evaluasi terhadap apa
fisik, tidak termasuk kualitas non fisik.
yang telah dilakukan oleh pemerintah
Kesulitan muncul terutama karena untuk
tersebut.
tersebut
menilai keberhasilan pembangunan non-
diperlukan ukuran-ukuran yang tepat
fisik indikatornya relatif lebih abstrak dan
untuk digunakan sebagai indikator. Untuk
bersifat komposit.
mengidentifikasi kemajuan
mengetahui seberapa
pembangunan
Dalam
yang
konteks
itu perlu kiranya diketengahkan mengenai berbagai
ukuran-ukuran
digunakan
yang
sebagai
kualitas
hidup
selama
ini
Salah satu pengukuran taraf kualitas
biasa
fisik penduduk yang banyak digunakan
indikator
adalah Indeks Mutu Hidup (IMH). Ukuran
pembangunan.
ini sebenarnya banyak mendapat kritik
Berbagai program seperti pengadaan
(Hicks and Streeten, 1979; Rat, 1982;
pangan, perbaikan gizi, peningkatan
Holidin, 1993a dan Holidin 1993b) karena
kesehatan, dan peningkatan kegiatan
mengandung
olahraga dilaksanakan
upaya
terutama yang menyangkut aspek statistik
peningkatan taraf kualitas fisik penduduk.
dari keterkaitan antar variabel yang
Namun
dikatakan
digunakannya. Terlepas dari kelemahan
Azwini, Karomo, dan Prijono (1988:469),
tersebut, ada nilai lebih dari IMH yang
demikian,
dalam
seperti
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
beberapa
kelemahan,
5
membuat indikator ini banyak digunakan
yang semakin kompleks. Untuk itu perlu
sebagai
menilai
indikator lain yang lebih reprensentatif
keberhasilan program pembangunan pada
dengan tuntutan permasalahan. Dalam
satu wilayah. Nilai lebih dari IMH ini
kaitan ini, indikator Indeks Pembangunan
adalah
didalam
Manusia (IPM; Human Development
penghitungannya. Disamping itu, data
Index) merupakan salah satu alternatif
yang digunakan untuk menghitung IMH ini
yang
bisa
diajukan.
Indikator
ini,
pada umumnya sudah banyak tersedia.
disampaing
mengukur
kualitas
fisik
IMH bisa dihitung dengan mudah setiap
tercermin dari Angka Harapan Hidup; juga
tahun untuk setiap wilayah (nasional,
mengukur
propinsi,
kabupaten/kota),
(intelektualitas) melalui lamanya rata-rata
sehingga dapat dilakukan perbandingan
penduduk bersekolah dan angka melek
antar wilayah.
huruf;
ukuran
untuk
kesederhanaan
maupun
Sejalan dengan makin tingginya intensitas
dalam
kualitas
juga
non
fisik
mempertimbangkan
kemampuan ekonomi masyarakat di
permasalahan
wilayah itu tercermin dari nilai purcashing
pembangunan, kesederhanaan IMH pada
power parity index(ppp). Jadi, indikator
akhirnya kurang mampu untuk menjawab
IPM
tuntutan perkembangan pembangunan
dibandingkan dengan IMH.
terasa
lebih
komprehensif
2.5. Metode Penghitungan IPM Perkembangan
pembangunan
dengan
peluang
hidup
(longevity),
manusia secara berkelanjutan diperlukan
pengetahuan (knowledge), dan hidup
satu set indikator komposit yang cukup
layak (decent living). Peluang hidup
representatif.
IPM
dihitung berdasarkan angka harapan
mencakup tiga komponen yang dianggap
hidup ketika lahir; pengetahuan diukur
mendasar bagi manusia dan secara
berdasarkan rata-rata lama sekolah dan
operasional
Pada
mudah
menghasilkan
suatu
merefleksikan
upaya
dasarnya
dihitung
untuk
angka melek huruf penduduk usia 15
ukuran
yang
tahun keatas; serta hidup layak diukur
pembangunan
dengan pengeluaran per kapita
yang
manusia. Ketiga aspek tersebut berkaitan
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
6
didasarkan pada purchasing power parity
untuk keperluan perbandingan antar
(paritas daya beli dalam rupiah).
negara.
Usia hidup diukur dengan Angka
Penghitungan indikator konsumsi riil
Harapan Hidup atau e0 yang dihitung
per
menggunakan metode tidak langsung
dilakukan melalui tahapan pekerjaan
(metode
sebagai berikut:
Brass,
varian
Trussel)
berdasarkan variabel rata-rata anak lahir
a.
hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Komponen pengetahuan diukur
kapita
yang
telah
disesuaikan
Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita (=A).
b.
Mendeflasikan nilai A dengan Indeks
dengan angka melek huruf dan rata-rata
Harga Konsumen (IHK) ibukota
lama sekolah. Sebagai catatan, UNDP
propinsi yang sesuai (=B).
dalam
publikasi
tahunan
Human
Report(HDR).
Indikator
(=Purchasing Power Parity (PPP)
angka melek huruf diperoleh dari variabel
/unit ). Metode penghitungan sama
kemampuan
seperti metode yang digunakan
Development
sedangkan
membaca indikator
dan
c.
menulis
rata-rata
lama
Menghitung daya beli per unit
International
Comparison
Project
sekolah dihitung dengan menggunakan
(ICP) dalam menstandarkan nilai
dua variabel secara simultan yaitu
PDB suatu negara.
tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani
d.
Data dasar yang digunakan adalah
dan jenjang pendidikan tertinggi yang
data harga dan kuantum dari suatu
ditamatkan.
basket komoditi yang terdiri dari nilai
Komponen diukur
dengan
standar hidup indikator
layak
rata-rata
27 komoditi. e.
konsumsi riil yang telah disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP menggunakan
Membagi nilai B dengan PPP/unit (=C).
f.
Menyesuaikan
nilai
C
dengan
indikator Produk Domestik Bruto (PDB)
formula Atkinson sebagai upaya
per kapita riil yang telah disesuaikan
untuk memperkirakan nilai marginal
(adjusted real GDP per capita) sebagai
utility dari C.
ukuran komponen tersebut karena tidak
Penghitungan PPP/unit dilakukan
tersedia indikator lain yang lebih baik
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
dengan rumus:
7
E (i, j)
j PPP / unit = ------------------------ (p( 9 , j ) . q ( i , j )) j Dimana, E( i , j )
:
P( 9, j )
:
harga komoditi j di DKI Jakarta
(Jakarta
Selatan) q( i,j )
:
jumlah komoditi j (unit)
pengeluaran konsumsi
yang
untuk komoditi j di
kabupaten ke-i
dikonsumsi
di
kabupaten ke-i Unit
dihitung
suatu rumah tinggal dan bernilai antara 1
berdasarkan indeks kualitas rumah yang
sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah
dibentuk dari tujuh komponen kualitas
yang dikonsumsi oleh suatu rumah tangga
tempat tinggal. Ketujuh komponen kualitas
adalah Indeks Kualitas Rumah dibagi 8.
yang digunakan dalam penghitungan
Sebagai contoh, jika suatu rumah tangga
indeks kualitas rumah diberi skor sebagai
menempati suatu rumah tinggal yang
berikut:
mempunyai Indeks Kualitas Rumah = 6,
a.
Lantai: keramik, marmer, atau granit
maka kuantitas rumah yang dikonsumsi
= 1, lainnya = 0.
oleh rumah tangga tersebut adalah 6/8
Luas lantai per kapita: > 10m2 = 1,
atau 0,75 unit.
b.
kuantitas
rumah
lainnya = 0.
Rumus Atkinson (dikutip dari Arizal
c.
Dinding:tembok = 1, lainnya = 0.
Ahnaf, dkk; 1998: 129) yang digunakan
d.
Atap: kayu/sirap, beton = 1, lainnya =
untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil
0.
secara
Fasilitas penerangan: listrik = 1,
sebagai berikut:
lainnya = 0.
C (i)* = C(i)
Fasilitas air minum: leding = 1,
= Z + 2(C(i) – Z)
e. f.
matematis
dapat
dinyatakan
jika C(i)< Z (1/2)
jika Z < C(i ) < 2Z
lainnya = 0. g.
Jamban: milik sendiri = 1, lainnya = 0.
h.
= Z + 2(Z) (1/2) + 3(C(i) – 2Z) (1/3) jika 2Z < C(i) < 3Z
Skor awal untuk setiap rumah = 1. Indeks kualitas rumah merupakan
penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
= Z + 2(Z) (1/2) + 3(Z) (1/3) + 4(C(i) – 3Z) (1/4) jika 3Z < C(i) < 4Z 8
Dimana,
digunakan
C(I) : Konsumsi per kapita riil yang
kecukupan yang dalam laporan
telah
disesuaikan
dengan
: Threshold
atau
pendapatan
arbiter sebesar Rp 547.500,- per tingkat
tertentu
batas
ini nilai Z ditetapkan secara
PPP/unit (hasil tahapan 5) Z
sebagai
kapita setahun, atau Rp 1.500,-
yang
per kapita per hari
Tabel 2.1. Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP) Komoditi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Unit
[1] Beras lokal Tepung terigu Ketela pohon Ikan tongkol/tuna/cakalang Ikan teri Daging sapi Daging ayam kampung Telur ayam Susu kental manis Bayam Kacang panjang Kacang tanah Tempe Jeruk Pepaya Kelapa Gula pasir Kopi bubuk Garam Merica/lada Mie instant Rokok kretek filter Listrik Air minum Bensin Minyak tanah Sewa rumah Total
[2] Kg Kg Kg Kg Ons Kg Kg Butir 397 gram Kg Kg Kg Kg Kg Kg Butir Ons Ons Ons Ons 80 gram 10 batang Kwh M3 Liter Liter Unit
Sumbangan terhadap total konsumsi(%) *) [3] 7.25 0.10 0.22 0.50 0.32 0.78 0.65 1.48 0.48 0.30 0.32 0.22 0.79 0.39 0.18 0.56 1.61 0.60 0.15 0.13 0.79 2.86 2.06 0.46 1.02 1.74 11.56 37.52
Sumber: Badan Pusat Statistik Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
9
2.6. Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM Rumus penghitungan IPM dikutip
antara selisih nilai suatu indikator dan nilai
dari Arizal Ahnaf, dkk (1998: 129) dapat
minimumnya
disajikan sebagai berikut :
maksimum dan nilai minimum indikator
X(2) :
Indeks
Pendidikan
Indeks X(i) = =
2/3
(Indeks Melek Huruf) + 1/3 (Indeks
Rata-rata
Lama
Sekolah) X(3) :
nilai
disajikan sebagai berikut:
Dimana, Indeks Harapan Hidup
selisih
yang bersangkutan. Rumusnya dapat
IPM = 1/3 (X (1) + X (2) + X (3))
X(1) :
dengan
Indeks Standar Hidup Layak Masing-masing indeks komponen
IPM tersebut merupakan perbandingan
(X(i) - X(i)min) / (X(i)maks - X(i)min)
Dimana, X(i)
: Indikator ke-i (i = 1,2,3)
X(i)maks
: Nilai maksimum X(i)
X(i)min
: Nilai minimum X(i)
Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i) disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indikator Komponen IPM (=X(I)) [1] Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata lama sekolah Konsumsi per kapita yang disesuaikan
Nilai maksimum [2]
Nilai Minimum [3]
85
25
100
0
15
0
732.720 a)
300.000 b)
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
Catatan [4] Sesuai standar global (UNDP) Sesuai standar global (UNDP) Sesuai standar global (UNDP) UNDP menggunakan PDB per kapita riil yang disesuaikan
10
Catatan: a.
Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun
kenaikan 6,5 persen per tahun
untuk propinsi yang memiliki angka
selama kurun 1996-2018.
tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018
b.
Setara
dengan
dua
kali
garis
setelah disesuaikan dengan formula
kemiskinan untuk propinsi yang
Atkinson. Proyeksi mengasumsikan
memiliki angka terendah tahun 1996 di Papua.
2.7. Ukuran Perkembangan IPM Untuk
mengukur
kecepatan
perkembangan IPM dalam suatu kurun
dikutip dari Arizal Ahnaf, dkk (1998: 141) dapat dirumuskan sebagai berikut:
waktu digunakan reduksi shortfall per
(IPM t+n – IPMt) x 101/n
tahun (annual reduction in shortfall). Ukuran
ini
menunjukkan
secara
sederhana
perbandingan
capaian yang masih harus ditempuh untuk mencapai titik ideal (IPM=100). Prosedur penghitungan reduksi shortfall IPM (=r)
beragam
permasalahan
pembangunan manusia selama ini dan bagaimana
(IPM ideal – IPMt) Dimana, IPM t
: IPM pada tahun t
IPM t+n
: IPM pada tahun t + n
IPM ideal
: 100
Operasional
Untuk bisa melihat dengan jelas dan terarah
----------------------------
antara
capaian yang telah ditempuh dengan
2.8. Beberapa Definisi Indikator Terkait
r=
yang
sering
digunakan
diantaranya
adalah:
Rasio jenis kelamin, Perbandingan
mengimplementasikan
antara penduduk laki-laki terhadap
program-program pembangunan secara
penduduk perempuan, dikalikan 100.
baik dan terukur diperlukan ukuran atau indikator yang handal. Beberapa indikator
Angka
ketergantungan,
Perbandingan
antara
jumlah
penduduk usia < 15 tahun ditambah Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
11
usia > 65 tahun terhadap penduduk
seminggu dengan maksud untuk
usia 15 - 64 tahun, dikalikan 100.
memperoleh
Rata-rata Lama Sekolah, Lama
keuntungan. Pekerja keluarga yang
sekolah (tahun) penduduk usia 15
tidak dibayar termasuk kelompok
tahun ke atas.
penduduk yang bekerja.
Angka
Melek
Huruf,
Proporsi
bisa membaca dan menulis (baik
mencari pekerjaan.
Angka
Partisipasi
Murni
Angkatan
terhadap penduduk usia 10 tahun.
Angka Pengangguran Terbuka, Perbandingan
Proporsi penduduk usia 13 - 15
mencari kerja terhadap angkatan
tahun yang sedang bersekolah di
kerja.
penduduk
yang
Persentase pekerja yang setengah
Angka partisipasi Murni SLTA,
menganggur, Proporsi penduduk
Proporsi penduduk usia 16 - 18
usia 10 tahun keatas yang bekerja
tahun yang sedang bersekolah di
kurang dari 35 jam dalam seminggu.
SLTA.
Partisipasi
Angka Partisipasi Murni SLTP,
SLTP.
Tingkat
Kerja, Perbandingan angkatan kerja
SD,
yang sedang bersekolah di SD.
Angkatan Kerja, Penduduk usia 10 tahun keatas yang bekerja atau
Proporsi penduduk usia 7 - 12 tahun
atau
penduduk usia 15 tahun ke atas yang huruf latin maupun huruf lainnya).
pendapatan
Persentase
penduduk
Persentase pekerja dengan status berusaha
dengan
sendiri,
Proporsi
pendidikan SLTP ke atas, Proporsi
penduduk usia 10 tahun keatas
penduduk
yang
dengan status berusaha sendiri.
pendidikan
SLTP
menamatkan atau
jenjang
Persentase pekerja dengan status
pendidikan yang lebih tinggi.
berusaha sendiri dibantu pekerja
Jumlah penduduk usia sekolah,
tidak tetap, Proporsi penduduk usia
Banyaknya penduduk yang berusia
10 tahun keatas dengan status
antara 7 - 24 tahun.
berusaha sendiri dibantu pekerja tak
Bekerja,
dibayar.
Melakukan
kegiatan/pekerjaan paling sedikit 1 (satu) jam berturut-turut selama Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
Persentase pekerja dengan status berusaha dengan buruh tetap, 12
Proporsi penduduk usia 10 tahun
rumah tangga yang menggunakan
keatas yang berusaha dengan buruh
sumber penerangan listrik.
tetap.
bersumber
berusaha pekerja tak dibayar,
Proporsi
Proporsi penduduk usia 10 tahun ke
sumber air minum leding.
Persentase ditolong
persalinan oleh
tenaga
medis,
tangga dengan rumah
tangga
air
minum bersih,
rumah
tangga dengan
sumber
ditolong oleh tenaga medis (dokter,
pompa/sumur/mata air yang jaraknya
bidan dan tenaga medis lainnya).
lebih besar dari 10 meter dengan
Angka Harapan Hidup waktu lahir,
tempat penampungan limbah kotoran
Perkiraan rata-rata lamanya hidup
terdekat.
air
Persentase
minum
rumah
tangga
sekelompok penduduk.
berjamban dengan tangki septik,
Angka Kematian Bayi, Besarnya
Proporsi
kemungkinan
mempunyai jamban dengan tangki
bayi
meninggal
dengan
per
seribu
Persentase
rumah
tangga
yang
septik.
kelahiran hidup.
Pengeluaran,
Pengeluaran
per
kapita untuk makanan dan bukan rumah
makanan.
tangga
Makanan
mencakup
berlantai tanah, Proporsi rumah
seluruh jenis makanan termasuk
tangga yang tinggal dalam rumah
makanan jadi, minuman, tembakau,
dengan lantai tanah.
dan sirih. Bukan makanan mencakup
Persentase rumah tangga beratap
perumahan,
sandang,
biaya
layak, Proporsi rumah tangga yang
kesehatan,
pendidikan,
dan
menempati rumah dengan atap layak
sebagainya.
(atap selain dari dedaunan).
rumah
leding,
Proporsi balita yang kelahirannya
dinyatakan
tangga
minum
Persentase Proporsi
sebelum mencapai usia satu tahun,
air
bersumber
yang
sejak lahir yang akan dicapai oleh
rumah
Persentase pekerja dengan status
atas dengan status pekerja keluarga.
Persentase
Persentase berpenerangan
rumah listrik,
tangga Proporsi
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
Gini Rasio, Ukuran kemerataan pendapatan
yang
dihitung
berdasarkan kelas pendapatan. Nilai 13
Gini Rasio terletak antara 0 yang mencerminkan sempurna
dan
menggambarkan
Garis Kemiskinan, Suatu batas
kemerataan
dimana
1
pengeluaran
yang
ketidakmerataan
tersebut
penduduk kurang
dengan dari
dikategorikan
batas sebagai
sempurna.
miskin. Garis kemiskinan terdiri dari
Penduduk miskin, Penduduk yang
dua komponen yaitu komponen
secara
mampu
batas kecukupan pangan (GKM) dan
makanan
komponen batas kecukupan non
ekonomi
memenuhi
tidak
kebutuhan
setara 2100 kalori dan kebutuhan
makanan (GKNM).
non makanan yang mendasar.
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
14
BAB III PEMBANGUNAN MANUSIA DI BIDANG KESEHATAN 3.1. Kondisi Kesehatan Kondisi kesehatan di Kabupaten
hal
yang
memengaruhi
kesehatan
Bandung mengalami perkembangan yang
pribadinya dan orang lain. Definisi yang
sangat berarti dalam beberapa tahun
bahkan lebih sederhana diajukan oleh
terakhir.Perkembangan ini meperlihatkan
Larry Green dan para koleganya yang
dampak dari ekspansi penyediaan fasilitas
menulis bahwa pendidikan kesehatan
kesehatan publik serta dampak dari
adalah kombinasi pengalaman belajar
program
Meski
yang dirancang untuk mempermudah
demikian masih terdapat tantangan baru
adaptasi sukarela terhadap perilaku yang
sebagai akibat perubahan sosial dan
kondusif bagi kesehatan.
keluarga
berencana.
ekonomi.
Departemen
Kesehatan adalah keadaan sejahtera
mencanangkan
Kesehatan visi
telah
pembangunan
dari badan, jiwa, dan sosial yang
kesehatan yaitu tercapainya penduduk
memungkinkan
hidup
dengan perilaku hidup sehat, memiliki
produktif secara sosial dan ekonomi.
kemampuan untuk menjangkau pelayanan
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
kesehatan yang bermutu secara adil dan
penanggulangan
pencegahan
merata serta memiliki derajat kesehatan
gangguan kesehatan yang memerlukan
yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah
pemeriksaan,
Republik Indonesia. Untuk mencapai visi
perawatan
setiap
orang
dan pengobatan
termasuk
dan/atau
kehamilan
dan
tersebut ditetapkan arah kebijakan bidang
persalinan. Pendidikan kesehatan adalah
kesehatan dan kesejahteraan sosial yang
proses membantu sesorang, dengan
dirangkum ke dalam sembilan butir
bertindak secara sendiri-sendiri ataupun
kebijakan sebagaimana dinyatakan dalam
secara kolektif, untuk membuat keputusan
UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang
berdasarkan pengetahuan mengenai hal-
Program
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
Pembangunan
Nasional
15
(Propenas). Dari kesembilan butir tersebut
AKB yang cukup tinggi, terutama terjadi di
salah satunya adalah meningkatkan mutu
wilayah Bandung Selatan, peningkatan
sumber daya manusia dan lingkungan
akses terhadap layanan kesehatan harus
yang
tetap diprioritaskan.
saling
mendukung
dengan
pendekatan paradigma sehat, memelihara
Kondisi
dan meningkatkan mutu lembaga dan
menggembirakan
pelayanan
melalui
gambar 3.1. mengenai persentase balita
pemberdayaan Sumber Daya Manusia
berdasarkan penolong pertama kelahiran.
(SDM).
Pada tahun 2008 penanganan persalinan
kesehatan
Selanjutnya
dapat
cukup dilihat
pada
tersebut
oleh tenaga non nakes sebesar 37,17
program
persen persalinan yang dibantu dukun
kesehatan pokok antara lain: peningkatan
bersalin dan 0,41 persen dibantu oleh non
lingkungan sehat, perilaku sehat dan
nakes
pemberdayaan
upaya
persalinan oleh dukun bersalin dapat
kesehatan, perbaikan gizi masyarakat,
diturunkan menjadi 36,18 persen dan 0,27
peningkatan kemampuan dan pengadaan
persen oleh tenaga non nakes lainnya.
dijabarkan
kebijakan
yang
dalam
tujuh
masyarakat,
sumber daya kesehatan, dan lain-lain. Kabupaten
Bandung
mempunyai
lainnya.
Pada
tahun
2009
Pada tahun 2010 persalinan oleh dukun
bersalin
meningkat
kembali
wilayah yang cukup luas sehingga upaya
menjadi 42,94 persen dan oleh non nakes
peningkatan derajat kesehatan untuk
lainnya sebesar 0,70 persen. Pada tahun
penurunan angka kematian bayi sangat
2011 persalinan oleh dukun bersalin dapat
membutuhkan perhatian lebih dan kerja
diturunkan menjadi 25,31 persen dan oleh
keras.
melakukan
non nakes lainnya tetap sebesar 0,70
intervensi problem-problem kesehatan
persen. Pada tahun 2012 persalinan oleh
masyarakat
dengan
dukun bersalin dapat diturunkan menjadi
kesehatan ibu, bayi, dan anak. Pada
22,01 persen dan oleh non nakes lainnya
daerah-daerah yang memiliki persebaran
sebesar 0,19 persen.
Terutama
dalam
yang berkaitan
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
16
Gambar 3.1. Persentase Balita Berdasarkan Penolong Pertama Kelahiran di Kabupaten Bandung, Tahun 2008-2012 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Dokter
Bidan
Dukun
Lainnya
57,57
Nakes Lain 0,43
2008
4,42
37,17
0,41
2009 2010
5,59
57,51
0,45
36,18
0,27
7,88
47,87
0,61
42,94
0,70
2011
5,08
68,91
0,00
25,31
0,70
2012
5,88
70,59
1,33
22,01
0,19
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012 Gambar 3.2. Persentase Balita Berdasarkan Penolong Terakhir Kelahiran di Kabupaten Bandung, Tahun 2008-2012 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Dokter
Bidan
Dukun
Lainnya
60,54
Nakes Lain 0,63
2008
4,98
2009
5,94
31,86
1,99
59,01
0,45
34,43
0,17
2010 2011
7,80
48,46
0,41
41,80
1,53
5,40
72,41
0,31
21,88
0,00
2012
7,21
69,26
1,71
21,63
0,19
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
17
Selain itu, mengenai persentase
menjadi 31,86 persen. Sementara itu
balita berdasarkan penolong terakhir
penolong terakhir persalinan oleh dokter
kelahiran dapat dilihat pada gambar 3.2.
meningkat menjadi 4,98 persen dari
Pada tahun 2008 penanganan persalinan
penolong
oleh
sebesar
persen.Penolong terakhir persalinan oleh
31,86persen persalinan yang dibantu
bidan meningkat menjadi 60,54 persen
dukun bersalin dan 1,99 persen dibantu
dari penolong pertama kelahiran 57,57
oleh non nakes lainnya. Pada tahun 2009
persen. Pada tahun 2009 penolong
persalinan oleh dukun bersalin meningkat
pertama kelahiran oleh dukun bayi
menjadi 34,43 persen dan oleh tenaga
sebesar 36,18 persen dan penolong
non nakes lainnya menurun menjadi 0,17
terakhir kelahiran menurun menjadi 34,43
persen. Pada tahun 2010 persalinan oleh
persen. Sementara itu penolong terakhir
dukun bersalin meningkat menjadi 41,80
persalinan oleh dokter meningkat menjadi
persen dan oleh non nakes lainnya
5,94 persen dari penolong pertama
sebesar 1,53 persen. Pada tahun 2011
kelahiran 5,59 persen. Penolong terakhir
persalinan oleh dukun bersalin dapat
persalinan oleh bidan meningkat menjadi
diturunkan menjadi 21,88 persen dan oleh
59,01 persen dari penolong pertama
non nakes lainnya sebesar 0,00 persen.
kelahiran 57,51 persen. Pada tahun 2010
Pada tahun 2012 persalinan oleh dukun
penolong pertama kelahiran oleh dukun
bersalin dapat diturunkan menjadi 21,63
bayi sebesar 42,94 persen dan penolong
persen dan oleh non nakes lainnya
terakhir kelahiran menurun menjadi 41,80
sebesar 0,19 persen.
persen. Sementara itu penolong terakhir
tenaga
non
nakes
pertama
kelahiran
4,42
Pada gambar 3.1. dan 3.2.juga
persalinan oleh dokter menurun menjadi
terlihat bahwa pada lima tahun terakhir
7,80 persen dari penolong pertama
terlihat banyak terjadi kasus rujukan
kelahiran 7,88 persen. Penolong terakhir
persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi
persalinan oleh bidan meningkat menjadi
kepada bidan atau dokter. Pada tahun
48,46 persen dari penolong pertama
2008penolong pertama kelahiran oleh
kelahiran 47,87 persen. Pada tahun 2011
dukun bayi sebesar 37,17 persen dan
penolong pertama kelahiran oleh dukun
penolong terakhir kelahiran menurun
bayi sebesar 25,31 persen dan penolong
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
18
terakhir kelahiran menurun menjadi 21,88
dukun beranak pada proses persalinan.
persen. Sementara itu penolong terakhir
Maka upaya untuk meningkatkan kualitas
persalinan oleh dokter meningkat menjadi
penanganan persalinan agar dilakukan,
5,40 persen dari penolong pertama
baik dengan cara pelatihan bagi dukun
kelahiran 5,08 persen. Penolong terakhir
beranak,
persalinan oleh bidan meningkat menjadi
beranak dengan nakes. Dengan adanya
72,41 persen dari penolong pertama
program Jampersal (Jaminan Persalinan)
kelahiran
tahun
diharapkan ibu dapat melahirkan dengan
2012penolong pertama kelahiran oleh
selamat di bidan atau tenaga kesehatan,
dukun bayi sebesar 22,01 persen dan
sehingga bayi lahir dengan mendapatkan
penolong terakhir kelahiran menurun
prosedur pelayanan yang standar dan
menjadi 21,63 persen. Sementara itu
lebih aman dalam penanganan ibu dan
penolong terakhir persalinan oleh dokter
bayi baik sebelum, melahirkan maupun
meningkat menjadi 7,21 persen dari
pasca melahirkan.
68,91
persen.Pada
maupun
kemitraan
dukun
penolong pertama kelahiran 5,88 persen.
Berdasarkan data Suseda dan Survei
Penolong terakhir persalinan oleh bidan
Khusus IPM selama lima tahun terakhir,
meningkat menjadi 69,26 persen dari
dapat dilihat pada tabel 3.1. rata-rata
penolong pertama kelahiran 70,59 persen.
umur perkawinan pertama wanita di
Penanganan persalinan oleh non
Kabupaten Bandung adalah 22 tahun.
nakes memiliki peluang yang lebih besar
Tahun 2008 rata-rata umur perkawinan
untuk terkena infeksi atau perawatan
pertama adalah 22,27 tahun. Tahun 2009
pasca persalinan yang kurang baik
rata-rata
dibandingkan dengan persalinan yang
meningkat menjadi 22,56 tahun. Tahun
ditolong oleh tenaga nakes seperti dokter,
2010 rata-rata umur perkawinan pertama
bidan, maupun tenaga paramedis. Oleh
menurun menjadi 22,35 tahun. Tahun
karena itu, peranan tenaga medis dalam
2011 rata-rata umur perkawinan pertama
pertolongan
persalinan
harus
terus
menurun menjadi 22,03 tahun. Tahun
ditingkatkan.
Karena
berbagai
hal,
2012 rata-rata umur perkawinan pertama
masyarakat masih menggunakan bantuan
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
umur
perkawinan
pertama
menurun menjadi 21,64.
19
Tabel 3.1. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Rata-rata Umur Perkawinan Pertama Wanita di Kabupaten Bandung, Tahun 2008-2012
Tahun
AKB
[1]
[2]
Rata-rata Umur Perkawinan Pertama (tahun) [3]
2008
37,36
22,27
2009
36,02
22,56
2010
34,75
22,35
2011
34,17
22,03
2012
34,05
21,64
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012 Angka Kematian bayi selama lima
Tinggi
rendahnya
AKB
dapat
tahun terakhir mengalami penurunan.
disebabkan faktor penanganan pada saat
Pada tahun 2008 Angka Kematian bayi
persalinan dan pengaruh usia perkawinan
sebesar 37 bayi. Pada tahun 2009 Angka
pertama, juga dipengaruhi oleh kualitas
Kematian bayi menurun menjadi 36 bayi.
gizi berupa pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Pada tahun 2010, 2011, dan 2012 Angka
dan
Kematian bayi menurun menjadi 34 bayi.
imunisasi.Berdasarkan
makanan,
serta data
pemberian Survei
Pencapaian AHH dan AKB juga
Khusus IPM 2012 pada gambar 3.3.
berkaitan erat dengan tingkat pendidikan
umumnya balita telah diberi ASI selama
keluarga terutama ibu. Usia perkawinan
kurun waktu diatas satu tahun sebesar
pertama yang semakin meningkat, akan
87,40 persen. Dari balita yang pernah
membuat wanita semakin dewasa dalam
diberi ASI, sebanyak 6,20 persen diberi
membina
termasuk
ASI kurang dari 6 bulan dan 12,60 persen
dalam perilaku kesehatannya. Pada saat
diberi ASI hanya sampai berumur satu
mempunyai keturunan, wanita dewasa
tahun. Sebagian besar balita diberi ASI
dan berpendidikan cukup akan berusaha
sampai berumur diatas dua tahun sebesar
memberikan yang terbaik bagi bayinya,
47,87 persen.
rumahtangganya,
termasuk dalam pemberian ASI. Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
20
Gambar 3.3. Persentase Balita Menurut Lamanya Diberi ASI di Kabupaten Bandung, Tahun 2012 1 - 5 bulan 6,20%
> 24bulan 47,87%
6 - 11 bulan 6,40%
12 - 17 bulan 11,82%
18 - 23 bulan 27,71%
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012
Pemberian ASI yang seharusnya
banyak. Kebutuhan gizi remaja akan
didapat seorang anak dengan berbagai
berbeda dengan bayi dan balita, sama
keunggulannya, mungkin saja tidak dapat
halnya dengan kebutuhan gizi dewasa
dilakukan kerena bebagai alasan, seperti
akan berbeda dengan kebutuhan gizi
meninggalnya ibu pasca persalinan, ASI
remaja maupun orang tua.
yang tidak keluar, atau keluar tapi
Orang yang mengalami kekurangan
volumenya tidak mencukupi kebutuhan
zat gizi berpeluang besar mengalami
bayi. Asupan gizi lain bisa diberikan
hambatan dalam pertumbuhan, baik itu
sebagai
ASI.
fisik maupun mental. Secara lahiriah salah
Tubuh manusia memerlukan makanan
satunya dapat terlihat dari ukuran tubuh
untuk menjaga kelangsungan hidup.
dibawah rata-rata ukuran tubuh normal,
Kebutuhan gizi bervariasi sesuai dengan
kurangnya kecerdasan, selalu lesu, mata
tingkatan
minus, dan berbagai permasalahan akibat
makanan
umur.
pendamping
Seiring
dengan
perkembangan usia, semakin besar, anak
kurang gizi lainnya.
membutuhkan asupan gizi yang lebih Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
21
Pada gambar 3.4. terlihat bahwa penduduk
yang
mengalami
keluhan
pada
tahun
2012
persen.Pada
tahun
2008
25,20 rata-rata
kesehatan cenderung meningkat pada
penduduk
tahun 2012 apabila dibandingkan dengan
kesehatan
tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 laki-
kemudian meningkat pada tahun 2009
laki yang mengalami keluhan kesehatan
sebesar
sebesar
meningkat pada tahun 2010 sebesar
19,56
persen
kemudian
yang
sebesar
mengalami
sebesar 26,60
persen
dan
terus
28,19
25,36 persen dan terus meningkat pada
penurunan pada tahun 2011 sebesar
tahun
21,99 persen dan meningkat kembali
sebesar
27,72
persen
mengalami
kemudian mengalami penurunan pada
pada
tahun 2011 sebesar 21,43 persen dan
persen.Selama
meningkat kembali pada tahun 2012
persentase perempuan yang mengalami
sebesar 23,32 persen. Pada tahun 2008
keluhan kesehatan lebih tinggi daripada
perempuan yang mengalami keluhan
laki-laki.Peningkatan
kesehatan
persen
kesehatan terjadi baik terhadap penduduk
kemudian meningkat pada tahun 2009
laki-laki, maupun penduduk perempuan.
sebesar
terus
Gambaran di atas memberikan indikasi
meningkat pada tahun 2010 sebesar
bahwa kualitas kesehatan pada tahun
28,66
mengalami
2012 mengalami penurunan. Hal ini dapat
penurunan pada tahun 2011 sebesar
merupakan akibat dari perubahan cuaca
22,57 persen dan meningkat kembali
yang cukup ekstrim.
sebesar 27,84
persen
22,09
persen kemudian
dan
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
tahun
kemudian
persen
meningkat pada tahun 2009 sebesar 2010
persen
20,81
keluhan
2012
sebesar
lima
tahun
kasus
24,25 terakhir
keluhan
22
Gambar 3.4. Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
2012
2011
2010
2009
2008
30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00
Laki-laki+Perempuan
2008 20,81
2009 26,60
2010 28,19
2011 21,99
2012 24,25
Perempuan
22,09
27,84
28,66
22,57
25,20
Laki-Laki
19,56
25,36
27,72
21,43
23,32
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012 Gambar 3.5. Persentase Lamanya Sakit Penduduk Kabupaten Bandung, Tahun 2008-2012 65 -35
22-30 Hari
2008 3,98
2009 3,49
2010 8,15
2011 5,46
2012 2,81
15-21 Hari
2,94
1,45
3,11
2,88
1,00
8-14 Hari
5,99
6,14
10,01
5,23
4,80
4-7 Hari
40,01
36,02
40,43
37,51
31,61
= < 3 Hari
47,09
52,90
38,30
48,92
59,78
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
23
Persentase penduduk berdasarkan
persen. Persentase lamanya menderita
lamanya menderita sakit menunjukkan
sakit 8-14 hari pada tahun 2008 sebesar
perbaikan.
Persentase
hari
5,99 persen meningkat tahun 2009
menderita
sakit
bergeser
sebesar 6,14 persen dan meningkat
menjadi semakin singkat. Umumnya
kembali tahun 2010 sebesar 10,01 persen
proses penyembuhan penyakit disekitar
kemudian menurun kembali tahun 2011
seminggu bahkan kurang dari seminggu.
sebesar 5,23 persen dan terus menurun
Berdasarkan gambar 3.5. selama lima
tahun
tahun
lamanya
Persentase lamanya menderita sakit 15-
menderita sakit kurang dari 3 hari pada
21 hari pada tahun 2008 sebesar 2,94
tahun
persen
persen menurun tahun 2009 sebesar 1,45
meningkat tahun 2009 sebesar 52,90
persen dan meningkat kembali tahun
persen dan menurun tahun 2010 sebesar
2010 sebesar 3,11 persen kemudian
38,30
meningkat
menurun kembali tahun 2011 sebesar
kembali tahun 2011 sebesar 48,92 persen
2,88 persen dan terus menurun tahun
dan terus meningkat tahun 2012 sebesar
2012 sebesar 1,00 persen. Persentase
59,78
lamanya
lamanya menderita sakit 22-30 hari pada
menderita sakit 4-7 hari pada tahun 2008
tahun 2008 sebesar 3,98 persen menurun
sebesar 40,01 persen menurun tahun
tahun 2009 sebesar 3,49 persen dan
2009
dan
meningkat kembali tahun 2010 sebesar
meningkat kembali tahun 2010 sebesar
8,15 persen kemudian menurun kembali
40,43 persen kemudian menurun kembali
tahun 2011 sebesar 5,46 persen dan terus
tahun 2011 sebesar 37,51 persen dan
menurun tahun 2012 sebesar 2,81
terus menurun tahun 2012 sebesar 31,61
persen.
terakhir 2008
cenderung
persentase
sebesar
persen
persen.
sebesar
lamanya
47,09
kemudian
Persentase
36,02
persen
2012
sebesar
4,80
persen.
3.2. Capaian Derajat Kesehatan Angka Harapan Hidup saat dilahirkan
Mortality Rate (IMR), angka kematian
(AHHo) / Expectation of Life at Birth (e0),
kasar, dan status gizi merupakan indikator
Angka Kematian Bayi (AKB) / Infant
yang mencerminkan derajat kesehatan.
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
24
Dari indikator-indikator tersebut yang
kematian
disepakati digunakan sebagai acuan
meningkatnya harapan untuk hidup.
untuk mengukur kemajuan pembangunan
dan
berakibat
kepada
Angka Kematian Bayi selama lima
manusia adalah Angka Harapan Hidup
tahun
terakhir
terus
mengalami
saat dilahirkan (AHHo).
penurunan. Pada tahun 2008 Angka
Gambar 3.6. memperlihatkan bahwa
Kematian Bayi sebesar 37,36 bayi per
selama periode tahun 2008–2012 Angka
1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2009
Harapan Hidup cenderung mengalami
Angka Kematian Bayi sebesar 36,02 bayi
peningkatan.
Hidup
per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun
Kabupaten Bandung pada tahun 2008
2010 Angka Kematian Bayi sebesar 34,75
sebesar 68,42 tahun meningkat pada
bayi per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun
tahun 2009 menjadi 68,94tahun terus
2011 Angka Kematian Bayi sebesar 34,17
meningkat pada tahun 2010, 2011, 2012
bayi per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun
masing-masing
69,40
2012 Angka Kematian Bayi dapat ditekan
tahun;70,06 tahun; dan 70,28 tahun.
sampai 34,05 bayi per 1000 kelahiran
Seiring dengan teori yang ada, Angka
hidup. Artinya sepanjang rentang waktu
Harapan
lima
Angka
Hidup
Harapan
sebesar
berbanding
terbalik
tahun
angka
kematian
penurunan
yang
bayi
dengan angka kematian (bayi lahir mati,
mengalami
sangat
kematian bayi dibawah 1 tahun, kematian
signifikan sebagai dampak pelaksanaan
anak dibawah lima tahun dan kematian
pembangunan disegala bidang, termasuk
ibu). Makin tinggi kualitas kesehatan
didalamnya intervensi program kesehatan
menyebabkan makin rendahnya angka
yang dilaksanakan di seluruh wilayah Kabupaten Bandung.
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
25
Gambar 3.6. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bandung, Tahun 2008-2012 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
2008
2009
2010
2011
2012
AHH
68,42
68,94
69,40
70,06
70,28
AKB
37,36
36,02
34,75
34,17
34,05
AHH
AKB
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012 Menurut "B-Pichart classification",
3. Daerah dengan AKB di bawah 30
Stan D'Souza (1984) dalam Brotowasisto
per seribu kelahiran bayi hidup
(1990), Angka kematian Bayi dibagi
diklasifikasikan sebagai daerah hard-
menjadi 3 (tiga) wilayah, yaitu:
rock, yaitu hanya sebagian kecil saja
1.
Daerah dengan AKB diatas 100 per
kematian yang disebabkan oleh
seribu kelahiran bayi hidup sebagai
penyakit menular dan sebagian
daerah soft-rock, di mana sebagian
besar disebabkan oleh kelahiran
besar
bawaan atau congenital.
kejadian
kematian
bayi
disebabkan oleh penyakit menular.
Berdasarkan kriteria diatas, maka
2. Daerah dengan AKB 30-100 per
dengan tingkat kematian bayi yang terjadi
seribu kelahiran hidup dikategorikan
pada tahun 2012, Kabupaten Bandung
sebagai daerah intermediate-rock,
termasuk kategori daerah intermediate-
yang memerlukan perubahan sosial
rock, yang memerlukan perubahan sosial
untuk menurunkan AKB-nya.
untuk menurunkan AKB-nya.
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
26
Menurut
pendapat
Singarimbun
Selain itu perlu ditargetkan pula upaya
(1988: vii-viii) ada beberapa faktor yang
meningkatkan
memiliki kekuatan dalam menurunkan
lingkungan dan perilaku sehat pada
angka kematian, khususnya kematian bayi
masyarakat.
dan anak, yaitu: a. b.
di
meningkatkan taraf hidup;
mencapai
kemajuan
teknologi
kesehatan; c.
Adanya Adanya
bidang
kesehatan umur
adalah panjang
sehat.Peningkatan
derajat
untuk yang
kesehatan
masyarakat dapat diukur dari tingkat kesadaran
perbaikan
sanitasi dan higiena; dan d.
kesehatan
Tujuan dari pembangunan manusia
Adanya kemajuan ekonomi dalam Adanya
kualitas
peningkatan
mortalitas dan morbiditas penduduknya. Menurut Henrik L. Blum, peningkatan
persediaan
derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat
makanan dan perbaikan gizi.
faktor penentu yaitu: faktor lingkungan
Resiko kematian bayi lebih besar
berpengaruh sebesar 45 persen, perilaku
bagi bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
kesehatan sebesar 30 persen, pelayanan
kekurangan gizi dibandingkan dengan ibu
kesehatan sebesar 20 persen, dan
yang memiliki gizi cukup. Pada umumnya
kependudukan/keturunan
kekurangan gizi berkorelasi positif dengan
sebesar 5 persen. Peningkatan kesehatan
keadaan sosial ekonomi yang rendah.
lingkungan dan pelayanan kesehatan
Penyebab tingginya angka kematian bayi
merupakan
selain karena masalah infeksi/penyakit
memungkinkan untuk diintervensi dengan
dan berat bayi lahir rendah, juga berkaitan
cepat, dan kontribusinya mencapai 65
erat dengan kondisi pada fase kehamilan,
persen. Sedangkan perubahan perilaku,
pertolongan kelahiran yang aman, dan
meskipun dapat
perawatan bayi pada saat dilahirkan.
perubahannya memerlukan waktu yang
faktor
berpengaruh
yang
diintervensi,
sangat
namun
Pembangunan kesehatan ditujukan
cukup lama. Hubungan derajat kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan
dengan keempat faktornya dapat dilihat
dengan menurunkan angka kematian
pada gambar 3.7. sebagai berikut:
khususnya angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan angka kematian balita.
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
27
Gambar 3.7. Analisis Derajat Kesehatan Lingkungan 45 persen
DERAJAT KESEHATAN Morbiditas & mortalitas
Keturunan 5 persen
Pelayanan Kesehatan 20 persen
Perilaku 30 persen
Sumber: Depkes RI
Gambar 3.8. Perubahan Angka Harapan Hidup Kabupaten Bandung 2007-2012 0,52
0,52
0,66
0,46
0,22 2007-2008
2008-2009
2009-2010
2010-2011
2011-2012
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012 Pada gambar 3.8. dapat dilihat adanya
fluktuasi
perubahan
Jika dilihat menurut kecamatan,
Angka
sebaran pencapaian Angka Harapan
Harapan Hidup selama lima tahun
Hidup di tiap-tiap kecamatan belum begitu
terakhir. Perubahan
Harapan
menggembirakan.Masih cukup banyak
Hidup tahun 2007-2008 dan 2008-2009
kecamatan yang memiliki pencapaian
sebesar 0,52; tahun 2009-2010 sebesar
Angka Harapan Hidup dibawah rata-rata
0,46; tahun 2010-2011 sebesar 0,66 dan
Kabupaten Bandung. Menurut data IPM
tahun 2011-2012 sebesar 0,22.
2012 dari 31 kecamatan di Kabupaten
Angka
Bandung, terdapat sekitar tujuh belas
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
28
kecamatan yang memiliki Angka Harapan
Ciparay, Kecamatan Nagreg, Kecamatan
Hidup
di
atas
rata-rata
kabupaten
Cimaung, dan Kecamatan Dayeuhkolot.
belas
kecamatan
Sedangkan kecamatan yang memiliki
lainnya memiliki Angka Harapan Hidup di
Angka Harapan Hidup dibawah rata-rata
bawah rata-rata kabupaten.
Kabupaten
Bandung
Kecamatan
Margahayu,
sedangkan
empat
Pada gambar 3.9. dapat dilihat
terdapat
Kecamatan
kecamatan yang memiliki Angka Harapan
Kutawaringin,
Hidup
Kecamatan
Arjasari,
Kecamatan
Bandung terdapat di Kecamatan Cileunyi,
Katapang,
Kecamatan
Rancabali,
Kecamatan
Kecamatan
Cimenyan,
Kecamatan
diatas
rata-rata
Rancaekek,
Kabupaten Kecamatan
Majalaya, Kecamatan Ibun, Kecamatan
Bojongsoang,
Banjaran,
Kecamatan
Kecamatan Pangalengan,
Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan
Cilengkrang,
Kecamatan
di
Kecamatan Cicalengka,
Ciwidey,
Paseh, Kecamatan
Kecamatan
Kertasari, Kecamatan Pacet, Kecamatan
Soreang,
Solokanjeruk, dan Kecamatan Cikancung.
Kecamatan
Cangkuang,
Kecamatan
Selengkapnya dapat dilihat pada gambar
Baleendah,
Kecamatan
Margaasih,
3.9. berikut ini:
Kecamatan Pameungpeuk, Kecamatan
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
29
Gambar 3.9. Pencapaian Angka Harapan Hidup menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung, Tahun 2012 Cileunyi
72,81
Rancaekek
72,47
Majalaya
72,21
Ibun
72,14
Banjaran
71,38
Cilengkrang
71,28
Pasirjambu
71,25
Pangalengan
71,21
Soreang
71,10
Cangkuang
71,09
Baleendah
70,97
Margaasih
70,96
Pameungpeuk
70,92
Ciparay
70,81
Nagreg
70,80
Cimaung
70,79
Dayeuhkolot
70,71
Kab. Bandung
70,28
Margahayu
70,19
Kutawaringin
70,14
Ciwidey
69,85
Arjasari
69,82
Katapang
69,44
Rancabali
69,40
Cimenyan
69,35
Bojongsoang
69,32
Paseh
69,13
Cicalengka
68,53
Kertasari
67,77
Pacet
67,65
Solokanjeruk
Cikancung
67,60
65,63
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
30
BAB IV PEMBANGUNAN MANUSIA DI BIDANG PENDIDIKAN 4.1. Kondisi Pendidikan Salah satu tujuan berbangsa dan
ditetapkan dalam UU No. 20 tahun 2003
bernegarasebagaimana
sebagai pengganti. Pendidikan nasional
diamanatkanpadaPembukaan UUD 1945
adalah pendidikan berdasarkan UUD dan
adalah untuk, “Mencerdaskan kehidupan
Pancasila yang berakar pada nilai-nilai
bangsa”. Tujuan mulia tersebut hanya
agama, kebudayaan nasional Indonesia,
akan dapat dicapai melalui pendidikan.
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
Oleh karena itu, pada UUD 1945 pasal 31
zaman.
ayat 1 dinyatakan bahwa: “Setiap warga
Sistem Pendidikan Nasional adalah
negara berhak mendapat pendidikan”, dan
keseluruhan komponen pendidikan yang
dalam ayat 2 ditegaskan bahwa: “Setiap
saling terkait secara terpadu untuk
warga negara wajib mengikuti pendidikan
mencapai tujuan pendidikan nasional.
dasar
Sisdiknas dimaksudkan sebagai arah dan
dan
pemerintah
wajib
membiayainya”.
strategi pembangunan nasional bidang
Untuk mengaktualisasikan amanah UUD 1945 tersebut, maka pemerintah Indonesia
pendidikan. Pemerintah
Kabupaten
Bandung
mengatur
penyelenggaraan
telah mengedepankan upaya peningkatan
melalui
Undang-Undang
kualitas SDM melalui program-program
mengenai Sistem Pendidikan Nasional
pembangunan yang lebih berorientasi
(Sisdiknas). UU No. 2 tahun 1989
pada pemenuhan kebutuhan pendidikan
dipandang tidak memadai lagi, serta perlu
baik formal maupun non formal. Sudah
disempurnakan sesuai amanat perubahan
saatnya masyarakat menyadari bahwa
UUD 1945 menjadi dasar pendidikan di
pendidikan merupakan kebutuhan yang
Indonesia diselenggarakan sesuai dengan
penting, apalagi menjelang globalisasi.
Sistem
Sumber Daya Manusia (SDM) yang
pendidikan
Pendidikan
Nasional
yang
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
31
berkualitaslah yang akan mampu bersaing
menerima
pendidikan
dengan SDM negara lain. Berkaitan
tertentu,
dan
dengan hal tersebut, baik pemerintah
memperhatikan umur siswa. APK suatu
maupun
jenjang
seluruh
stakeholders,
serta
pendidikan
pada
jenjang
biasanya
tidak
mungkin
saja
institusi terkecil seperti rumahtangga,
mempunyai nilai lebih dari 100. Hal ini
hendaknya
pendidikan
disebabkan oleh adanya siswa yang
menjadi kebutuhan utama. Pemerintah
berusia di luar batasan usia sekolah (baik
berkewajiban memfasilitasi hal tersebut,
lebih muda ataupun lebih tua), namun
karena bagaimanapun juga SDM yang
bersekolah pada jenjang sekolah usia
bermutu merupakan syarat utama bagi
tersebut.
menjadikan
terbentuknya peradaban yang maju. Untuk
memperoleh
Pada gambar 4.1. terlihat bahwa
gambaran
APK SD laki-laki sebesar 104,14; APK SD
partisipasi penduduk Kabupaten Bandung
perempuan sebesar 101,36; dan APK SD
terhadap pendidikan, ditunjukkan dengan
laki-laki+perempuan sebesar 103,17. APK
beberapa
Angka
SLTP laki-laki sebesar 80,46; APK SLTP
Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi
perempuan sebesar 94,80; dan APK
Murni (APM), dan Angka Partisipasi
SLTP laki-laki+perempuan sebesar 85,48.
Sekolah
Indikator-indikator
APK SLTA laki-laki sebesar 48,96; APK
tersebut menunjukkan seberapa besar
SLTA perempuan sebesar 48,59; dan
anak berusia tingkat pendidikan tertentu
APK SLTA laki-laki+perempuan sebesar
berada dalam lingkup pendidikan dan
48,83. APK PT laki-laki sebesar 15,42;
penyerapan dunia pendidikan formal
APK PT perempuan sebesar 10,15; dan
terhadap penduduk usia sekolah.
APK PT laki-laki+perempuan sebesar
indikator,
(APS).
yaitu:
Angka partisipasi kasar menunjukkan
13,58.
proporsi anak sekolah baik laki-laki
Dari sudut kesetaraan jender, pada
maupun perempuan pada suatu jenjang
setiap jenjang pendidikan, APK murid
pendidikan tertentu dalam kelompok umur
perempuan relatif sama dengan APK laki-
yang sesuai dengan jenjang pendidikan
laki.
tersebut. Angka ini memberikan gambaran
perlakuan terhadap jenis kelamin.
Artinya
tidak
ada
perbedaan
secara umum mengenai jumlah anak yang
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
32
Gambar 4.1. APK Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2012
SD
SLTP
SLTA
PT
Laki-laki
104,14
80,46
48,96
15,42
Perempuan
101,36
94,80
48,59
10,15
Laki-laki + Perempuan
103,17
85,48
48,83
13,58
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012 Pada gambar 4.2. terlihat bahwa
persen (lebih dari 100 persen). Artinya
APK dari tahun 2008-2012 pada setiap
masih terdapat sekitar 5,69 persen
jenjang pendidikan mengalami fluktuasi.
penduduk diluar usia 7-12 tahun yang
Untuk jenjang SD, APK pada tahun 2008-
berstatus murid SD. Pada tahun 2011
2012 berturut-turut adalah 94,35; 105,69;
terlihat bahwa APK SD untuk kedua jenis
99,91; 101,09; dan 103,17. Untuk jenjang
kelamin di Kabupaten Bandung adalah
SLTP, APK pada tahun 2008-2012
101,09 persen (lebih dari 100 persen).
berturut-turut adalah 75,45; 88,20; 72,62;
Artinya masih terdapat sekitar 1,09 persen
82,95; dan 85,48. Untuk jenjang SLTA,
penduduk diluar usia 7-12 tahun yang
APK pada tahun 2008-2012 berturut-turut
berstatus murid SD.Pada tahun 2012
adalah 47,24; 59,61; 55,22; 39,91; dan
terlihat bahwa APK SD untuk kedua jenis
48,83. Untuk jenjang PT, APK pada tahun
kelamin di Kabupaten Bandung adalah
2008-2012 berturut-turut adalah 8,18;
103,17 persen (lebih dari 100 persen).
8,24; 13,57; 8,05; dan 13,58.
Artinya masih terdapat sekitar 3,17 persen
Pada tahun 2009 terlihar bahwa APK SD untuk kedua jenis kelamin di Kabupaten
Bandung
adalah
penduduk diluar usia 7-12 tahun yang berstatus murid SD.
105,69
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
33
Gambar 4.2. APK Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2008-2012
120,00
100,00 80,00 60,00 40,00 SD SLTP SLTA
20,00 0,00 2008
2009
2010
PT 2011
2012
PT
2008 8,18
2009 8,24
2010 13,57
2011 8,05
2012 13,58
SLTA
47,24
59,61
55,22
39,91
48,83
SLTP
75,45
88,20
72,62
82,95
85,48
SD
94,35
105,69
99,91
101,09
103,17
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012 Gambar 4.3. APM Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2012
SD
SLTP
SLTA
PT
Laki-laki
94,62
61,69
32,14
5,57
Perempuan
90,73
75,35
31,34
6,42
Laki-laki + Perempuan
93,26
66,47
31,86
5,87
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
34
Proporsi anak sekolah pada satu
APM PT perempuan sebesar 6,42; dan
kelompok umur tertentu yang bersekolah
APM PT laki-laki+perempuan sebesar
pada
5,87.
tingkat
yang
sesuai
dengan
kelompok umurnya dapat ditunjukan oleh
Pada gambar 4.4. terlihat bahwa
Angka Partisipasi Murni (APM). APM
APM dari tahun 2008-2012 pada setiap
selalu lebih rendah dibandingkan APK
jenjang pendidikan mengalami fluktuasi.
karena
kecil
Untuk jenjang SD, APM pada tahun 2008-
sementara penyebutnya sama. APM
2012 berturut-turut adalah 75,30; 93,17;
membatasi usia siswa sesuai dengan usia
86,55; 91,99; dan 93,26. Untuk jenjang
sekolah dan jenjang pendidikan sehingga
SLTP, APM pada tahun 2008-2012
angkanya
adalah
berturut-turut adalah 41,87; 72,63; 51,55;
indikator yang menunjukkan proporsi
66,18; dan 66,47. Untuk jenjang SLTA,
penduduk yang bersekolah di suatu
APM pada tahun 2008-2012 berturut-turut
jenjang pendidikan dan usianya sesuai
adalah 41,61; 43,27; 29,49; 26,03; dan
dengan usia sekolah pada jenjang
31,86. Untuk jenjang PT,
pendidikan tersebut. APM yang bernilai
tahun 2008-2012 berturut-turut adalah
100
8,92; 6,20; 8,11; 0,40; dan 5,87.
pembilangnya
lebih
lebih
kecil.
menunjukkan
APM
bahwa
semua
penduduk bersekolah tepat waktu, sesuai dengan
usia
sekolah
dan
jenjang
pendidikannya.
APM pada
Pada gambar 4.4. terlihat bahwa APM SD di Kabupaten Bandung pada tahun 2012 adalah sebesar 93,26 persen;
Pada gambar 4.3. terlihat bahwa
artinya sekitar 93 persen siswa usia
APM SD laki-laki sebesar 94,62; APM SD
sekolah SD bersekolah tepat waktu,
perempuan sebesar 90,73; dan APM SD
sesuai dengan usia sekolah dan jenjang
laki-laki+perempuan sebesar 93,26. APM
pendidikannya. APM SLTP di Kabupaten
SLTP laki-laki sebesar 61,69; APM SLTP
Bandung
perempuan sebesar 75,35; dan APM
sebesar 66,47 persen; artinya sekitar 66
SLTP laki-laki+perempuan sebesar 66,47.
persen
APM SLTA laki-laki sebesar 32,14; APM
bersekolah tepat waktu, sesuai dengan
SLTA perempuan sebesar 31,34; dan
usia sekolah dan jenjang pendidikannya.
APM SLTA laki-laki+perempuan sebesar
APM SLTA di Kabupaten Bandung pada
31,86. APM PT laki-laki sebesar 5,57;
tahun 2012 adalah sebesar 31,86 persen;
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
pada tahun 2012 adalah siswa
usia
sekolah
SLTP
35
artinya sekitar 32 persen siswa usia
sebesar 5,87 persen; artinya sekitar 6
sekolah SLTA bersekolah tepat waktu,
persen siswa usia sekolah PT bersekolah
sesuai dengan usia sekolah dan jenjang
tepat waktu, sesuai dengan usia sekolah
pendidikannya. APM PT di Kabupaten
dan jenjang pendidikannya.
Bandung
pada
tahun
2012
adalah
Gambar 4.4. APM Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2008-2012
100,00 80,00 60,00 40,00 SD SLTP SLTA
20,00
0,00 2008
2009
2010
PT 2011
2012
PT
2008 8,92
2009 6,20
2010 8,11
2011 0,40
2012 5,87
SLTA
41,61
43,27
29,49
26,03
31,86
SLTP
41,87
72,63
51,55
66,18
66,47
SD
75,30
93,17
86,55
91,99
93,26
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012 Pada gambar 4.5. terlihat bahwa
capaian APK SD Kabupaten Bandung
Ketidaksesuaian usia dengan jenjang
pada tahun 2012 sebesar 103,17 persen;
pendidikan yang diikuti dapat dilihat
masih relatif cukup besar disparitasnya
dengan jelas dari selisih antara APK dan
dengan capaian APM SD yang sebesar
APM. Pada jenjang pendidikan SD,
93,26
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
persen.
Kondisi
tersebut
36
menunjukkan bahwa masih terdapat
sekitar
sekitar
yang
bersekolah di SLTA tidak sesuai dengan
bersekolah di SD tidak sesuai dengan
kelompok umur pendidikannya (16-18
kelompok umur pendidikannya (7-12
tahun). Besarnya kesenjangan tersebut
tahun). Besarnya kesenjangan tersebut
utamanya disebabkan karena sudah ada
utamanya disebabkan karena sudah ada
siswa di bawah usia 16 tahun sudah
anak usia pra sekolah (di bawah usia 7
sekolah di SLTA, dan ada siswa yang
tahun) sudah sekolah di SD, dan ada
berusia 18 tahun keatas masih bersekolah
siswa yang berusia 12 tahun keatas masih
di SLTA. Yang perlu diantisipasi adalah
bersekolah
jenjang
jangan sampai kesenjangan tersebut
pendidikan SLTP, capaian APK SLTP
terjadi karena cukup banyaknya murid
Kabupaten Bandung pada tahun 2012
yang mengulang kelas karena hal ini erat
sebesar 85,48 persen; masih relatif cukup
hubungannya dengan kualitas pendidikan,
besar disparitasnya dengan capaian APM
dan kondisi ini dapat mengakibatkan
SLTP yang sebesar 66,47 persen. Kondisi
terhambatnya pencapaian rata-rata lama
tersebut menunjukkan
sekolah dan pendidikan yang ditamatkan
9,91
di
persen
SD.
murid
Pada
bahwa
masih
terdapat sekitar 19,01 persen murid yang
16,97
persen
murid
yang
di masa mendatang.
bersekolah di SLTP tidak sesuai dengan
Pencapaian rata-rata lama sekolah di
kelompok umur pendidikannya (13-15
suatu daerah dewasa ini masih sangat
tahun). Besarnya kesenjangan tersebut
tergantung kemajuan partisipasi murid
utamanya disebabkan karena sudah ada
pada pendidikan formal, utamanya pada
siswa di bawah usia 13 tahun sudah
jenjang pendidikan SLTP keatas. Dengan
sekolah di SLTP, dan ada siswa yang
besaran APK pada jenjang pendidikan
berusia 15 tahun keatas masih bersekolah
SLTP keatas di Kabupaten Bandung yang
di SLTP. Pada jenjang pendidikan SLTA,
masih belum begitu menggembirakan,
capaian APK SLTA Kabupaten Bandung
tampaknya diperlukan langkah-langkah
pada tahun 2012 sebesar 48,83 persen;
terobosan dan akseleratif oleh segenap
masih relatif cukup besar disparitasnya
komponen, baik jajaran dinas pendidikan,
dengan capaian APM SLTA yang sebesar
swasta, dan masyarakat agar anak-anak
31,86
usia sekolah dapat menikmati pendidikan
persen.
Kondisi
tersebut
menunjukkan bahwa masih terdapat Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
secara
baik
dan
berkelanjutan 37
(sustainable).
Perlu
diingat,
penghitungan
angka
rata-rata
bahwa
apabila partisipasi sekolahnya rendah,
lama
maka pertumbuhan angka rata-rata lama
sekolah dihitung hanya untuk golongan
sekolahnya cenderung rendah.
usia dewasa (15 tahun keatas). Sehingga Gambar 4.5. Perbandingan APK dan APM Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2012 120,00 100,00
80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 PT
APK 13,58
APM 5,87
SLTA
48,83
31,86
SLTP
85,48
66,47
SD
103,17
93,26
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012 Pendidikan
yang
sedang
diikuti
SLTP laki-laki+perempuan sebesar 80,85.
digambarkan secara umum oleh Angka
APS SLTA laki-laki sebesar 42,44; APS
Partisipasi Sekolah (APS). Pada gambar
SLTA perempuan sebesar 45,62; dan
4.6. terlihat bahwa APS SD laki-laki
APS SLTA laki-laki+perempuan sebesar
sebesar 98,78; APS SD perempuan
43,55. APS PT laki-laki sebesar 6,36; APS
sebesar 98,03; dan APS SD laki-
PT perempuan sebesar 7,71; dan APS PT
laki+perempuan sebesar 98,52. APS
laki-laki+perempuan sebesar 6,83.
SLTP laki-laki sebesar 81,89; APS SLTP perempuan sebesar 78,93; dan APS
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
Gambar 4.6. memperlihatkan bahwa pada
tahun
2012
APS
penduduk
38
perempuan
rendah
pentingnya investasi di bidang pendidikan
dibandingkan APS penduduk laki-laki
.Banyak alasan yang harus terjawab,
pada kelompok umur pendidikan SD dan
salah satunya adalah apakah pendidikan
SLTP, namun untuk kelompok umur
yang lebih tinggi dapat menjanjikannya
pendidikan yang lebih tinggi, angka
masa depan bagi putra putri mereka? Dan
partisipasi perempuan lebih tinggi. Hal
apakah
tersebut disebabkan karena perempuan
menjamin untuk mendapatkan pekerjaan
di Kabupaten Bandung sudah banyak
dan penghidupan yang lebih layak
yang melanjutkan pendidikan ke jenjang
dibandingkan dengan mereka yang tidak
pendidikan yang lebih tinggi.
melanjutkan sekolah?
Adalah
relatif
tugas
lebih
bersama
berpendidikan
tinggi
akan
untuk
membuka wawasan masyarakat tentang Gambar 4.6. APS Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2012 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
Laki-laki
Perempuan
SD
98,78
98,03
Laki-laki + Perempuan 98,52
SLTP
81,89
78,93
80,85
SLTA
42,44
45,62
43,55
PT
6,36
7,71
6,83
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012 Pada gambar 4.7. terlihat bahwa
Untuk jenjang SD, APS pada tahun 2008-
APS dari tahun 2008-2012 pada setiap
2012 berturut-turut adalah 96,32; 99,20;
jenjang pendidikan mengalami fluktuasi.
94,92; 98,87; dan 98,52. Untuk jenjang
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
39
SLTP, APS pada tahun 2008-2012
adalah 42,61; 50,38; 40,88; 43,63; dan
berturut-turut adalah 83,98; 87,16; 78,53;
43,55. Untuk jenjang PT, APS pada tahun
78,53; dan 80,85.Untuk jenjang SLTA,
2008-2012 berturut-turut adalah 7,18;
APS pada tahun 2008-2012 berturut-turut
9,77; 10,44; 6,07; dan 6,83.
Gambar 4.7. APS Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2008-2012 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00
2008
2009
2010
2011
2012
SD
96,32
99,20
94,92
98,87
98,52
SLTP
83,98
87,16
78,53
78,53
80,85
SLTA
42,61
50,38
40,88
43,63
43,55
PT
7,18
9,77
10,44
6,07
6,83
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012 Dunia kerja kita masih didominasi
di
Kabupaten
Bandung
dirasakan
seolah-olah
bahwa
berpendidikan rendah, namun juga bagi
kesempatan masuk ke dunia kerja masih
mereka yang berpendidikan tinggi. Pada
terbuka lebar meskipun dengan tingkat
akhirnya orangtua lebih memilih untuk
pendidikan yang relatif terbatas. Sehingga
mempekerjakan anaknya guna membantu
memunculkan anggapan di masyarakat
usaha orang tua atau meringankan beban
bahwa pendidikan tinggi belum menjadi
ekonomi
jaminan kemudahan untuk mendapatkan
menyekolahkan anaknya ke jenjang yang
pekerjaan. Rendahnya kesempatan kerja
lebih tinggi.
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
mereka
saja
oleh tenaga kerja berpendidikan rendah, menggambarkan
oleh
tidak
keluarga
yang
daripada
40
Gambar 4.8. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan dan Jenis kelamin di Kabupaten Bandung, Tahun 2012 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00
0,00
Laki-laki
Perempuan
Belum/Tidak Tamat SD
12,01
14,47
Laki-laki + Perempuan 13,22
SD
32,58
36,11
34,32
SLTP
24,15
24,74
24,44
SLTA
24,38
19,50
21,98
PT
6,87
5,18
6,04
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012 Pada gambar 4.8. terlihat dari sisi
dengan penduduk perempuan. Untuk
pemerataan pendidikan khususnya bagi
penduduk laki-laki usia 10 tahun keatas
penduduk perempuan sudah relatif lebih
berdasarkan pendidikan yang ditamatkan
tinggi dibandingkan dengan penduduk
terlihat bahwa yang belum/tidak tamat SD
laki-laki
jenjang
12,01 persen; tamat SD 32,58 persen;
pendidikan SLTP. Namun untuk jenjang
tamat SLTP 24,15 persen; tamat SLTA
pendidikan SLTA keatas penduduk laki-
24,38 persen; dan tamatPT 6,87 persen.
laki relatif lebih tinggi dibandingkan
Untuk penduduk perempuan usia 10
sampai
dengan
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
41
tahun keatas berdasarkan pendidikan
berkemampuan tinggi diharapkan dapat
yang ditamatkan terlihat bahwa yang
meningkatkan
belum/tidak tamat SD 14,47 persen;
berbagai kegiatan, sehingga dimasa
tamatSD 36,11 persen; tamatSLTP 24,74
mendatang mereka dapat hidup lebih
persen; tamatSLTA 19,50 persen; dan
layak.
tamatPT 5,18 persen.
dalam
Pada gambar 4.9. terlihat bahwa
Kondisi ini dapat dimaklumi, karena
persentase penduduk usia 10 tahun
pada umumnya lokasi sekolah SLTA
keatas
relatif
ditamatkan
lebih
partisipasinya
jauh,
sehingga
ada
menurut
pendidikan
dari
tahun
yang
2008-2012.
kecenderungan orang tua untuk lebih
Penduduk usia 10 tahun keatas yang
berani
laki-laki
belum/tidak tamat SD dari tahun 2008-
dibandingkan anak perempuan untuk
2012 berturut-turut adalah 17,27 persen;
bersekolah ke tempat yang relatif jauh.
15,17 persen; 10,25 persen; 15,52
Juga karena ada pemikiran bahwa suatu
persen; dan 13,22 persen. Penduduk usia
saat setelah dewasa, anak laki-laki lebih
10 tahun keatas yang tamat SD dari tahun
berkewajiban untuk mencari nafkah bagi
2008-2012 berturut-turut adalah 37,11
keluarganya,
persen; 35,48 persen; 39,47 persen;
mengirimkan
anak
sehingga
perlu
bekal
pendidikan yang cukup sebagai bekal
37,16
untuk
Penduduk usia 10 tahun keatas yang
mencari
memasuki
nafkah
dunia
pada
kerja.
saat
Pendidikan
persen;
dan
tamat SLTP dari
34,32
persen.
tahun 2008-2012
merupakan elemen penting pembangunan
berturut-turut adalah 24,03 persen; 25,09
dan
sosial-ekonomi
persen; 23,28 persen; 21,90 persen; dan
masyarakat. Pendidikan juga berperan
24,44 persen. Penduduk usia 10 tahun
penting dalam meningkatkan kualitas
keatas yang tamat SLTA dari tahun 2008-
hidup individu, masyarakat dan bangsa.
2012 berturut-turut adalah 18,24 persen;
Semakin
pendidikan
19,96 persen; 21,55 persen; 20,30
masyarakat, semakin baik kualitas sumber
persen; dan 21,98 persen. Penduduk usia
dayanya. Pendidikan yang berkualitas
10 tahun keatas yang tamat PT dari tahun
akan menghasilkan manusia terdidik yang
2008-2012 berturut-turut adalah 3,35
bermutu dan handal sesuai dengan
persen; 4,30 persen; 5,45 persen; 5,12
kebutuhan
persen; dan 6,04 persen.
perkembangan
tinggi
zaman.
tingkat
Penduduk
yang
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
42
Gambar 4.9. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan di Kabupaten Bandung, Tahun 2008-2012 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Belum/Tidak Tamat SD
2008 17,27
2009 15,17
2010 10,25
2011 15,52
2012 13,22
SD
37,11
35,48
39,47
37,16
34,32
SLTP
24,03
25,09
23,28
21,90
24,44
SLTA
18,24
19,96
21,55
20,30
21,98
PT
3,35
4,30
5,45
5,12
6,04
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012 4.2. Capaian Pendidikan Kontribusi bidang pendidikan dalam
olehindeks pendidikan yang mencapai
pencapaian IPM di Kabupaten Bandung
85,05. Kondisi pendidikan jauh lebih baik
selama lima tahun terakhir (periode tahun
jika
2008-2012) masih perlu ditingkatkan
kesehatan yang baru mencapai 75,46;
lagi.Peranan komponen indeks pendidikan
maupun indeks daya beli yang baru
memang relatif paling tinggi dibandingkan
mencapai
dua
mengindikasikan
komponen
IPM
lainnya
yaitu
dibandingkan
65,21.
dengan
Kondisi bahwa
indeks
tersebut Pemerintah
kesehatan dan daya beli. Pencapaian IPM
Kabupaten Bandung masih memiliki tugas
Kabupaten Bandung yang telah mencapai
besar
angka 75,24 di tahun 2012; ditopang
percepatan/akselerasi
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
untuk
meningkatkan pembangunan 43
dibidang pendidikan dan perekonomian
setidaknya 20 persen untuk dialokasikan
masyarakat
bagi pembiayaan pendidikan. Hal ini
guna
mendukung
peningkatan daya beli. Tingginya
masih sulit untuk dipenuhi, karena
indeks
pendidikan
minimnya anggaran pemerintah secara
dibandingkan dengan dua komponen
keseluruhan maka besaran 20 persen
lainnya belum cukup menunjukkan bahwa
baru
kemajuan
anggaran pendidikan (termasuk gaji).
pembangunan
manusia
terpenuhi
untuk
Kabupaten Bandung di bidang pendidikan
Pemerintah
sudah
laju
pembangunan disektor lain yang harus
adanya
dilakukan secara sejalan. Namun hal ini
baik.
Bila
dilihat
perkembangannya, penurunan
dari
terlihat
pertumbuhan
masih
keseluruhan
harus
komponen
setidaknya
menunjukkan
pendidikan pada periode tahun 2008-2012
pemerintah
terhadap
dibandingkan
pendidikan bagi warganya.
dengan
periode
tahun
sebelumnya. Pembangunan di bidang pendidikan
dalam
keseriusan arti
penting
memperoleh
mengalami
pendidikan memang belum merata. Biaya
perlambatan pertumbuhan dari periode
yang harus dikeluarkan untuk mengenyam
sebelumnya karena pada komponen rata-
pendidikan masih relatif mahal, sebab
rata
rentan
pemerintah baru mampu membebaskan
perpindahan/mutasi
biaya pendidikan yang mencakup BOS.
Undang-undang
Sedangkan biaya lainnya seperti pakaian,
mengamanahkan kepada penyelenggara
transportasi, dll, masih harus ditanggung
negara untuk menyediakan anggaran
siswa/orangtua.
lama
dipengaruhi penduduk.
4.2.1.
cenderung
Keadilan
membiayai
sekolah oleh
sangat
Angka Melek Huruf
Indikator
melek
huruf
15 tahun keatas) yang dapat membaca
menggambarkan mutu Sumber Daya
dan menulis minimal kata-kata/kalimat
Manusia (SDM) yang diukur dari aspek
sederhana aksara tertentu, baik mampu
pendidikan. Angka melek huruf yang
membaca dan menulis huruf latin atau
digunakan pada bahasan berikut adalah
maupun huruf lainnya.
dihitung pada penduduk dewasa (berumur
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
44
Secara
umum
pembangunan
Hurufdiatas rata-rata Kabupaten Bandung
pendidikan di Kabupaten Bandung sudah
terdapat
berjalan sesuai dengan arah pencapaian
Kecamatan
Margahayu,
Kecamatan
Dayeuhkolot,
Kecamatan
yang ditetapkan. Hal ini ditunjukkan
Cileunyi,
Kecamatan
Katapang,
dengan
Kecamatan
Soreang,
Kecamatan
semakin
meningkatnya
di
persentase penduduk yang melek huruf
Rancaekek, Kecamatan Pameungpeuk,
dan rata-rata lama sekolah. Menurut data
Kecamatan
Suseda 2008-2011 dan Survei Khusus
Margaasih,
IPM 2012, persentase penduduk dewasa
Kecamatan
Baleendah,
Kecamatan
(usia 15 tahun keatas) yang melek huruf
Cangkuang,
Kecamatan
Pasirjambu,
di Kabupaten Bandung pada tahun 2008
Kecamatan Solokanjeruk, dan Kecamatan
mencapai 98,84 persen. Pada tahun 2009
Ciparay.Sedangkan
Angka Melek Huruf mencapai 98,87
memiliki Angka Melek Huruf dibawah rata-
persen. Dan pada tahun 2010 Angka
rata Kabupaten Bandung terdapat di
Melek Huruf terkoreksi berdasarkan hasil
Kecamatan
Banjaran,
Kecamatan
Sensus Penduduk Tahun 2010 menjadi
Cimenyan,
Kecamatan
Cikancung,
98,41 persen. Pada tahun 2011 Angka
Kecamatan Nagreg, Kecamatan Ciwidey,
Melek Huruf mencapai 98,48 persen.
Kecamatan
Majalaya,
Kecamatan
Pada tahun 2012 Angka Melek Huruf
Kutawaringin,
Kecamatan
Rancabali,
mencapai 98,69 persen. Peningkatan
Kecamatan Cilengkrang, Kecamatan Ibun,
melek huruf di Kabupaten Bandung
Kecamatan Paseh, Kecamatan Pacet,
berjalan relatif lebih lambat,
Kecamatan
hal ini
Cicalengka,
Kecamatan
Kecamatan
Bojongsoang,
kecamatan
Pangalengan, Kecamatan
yang
Kecamatan
disebabkan karena penduduk buta huruf
Kertasari,
yang ada sudah sangat sedikit, dan
Kecamatan
kemungkinan sudah berada di luar usia
dapat dilihat pada gambar 4.10. berikut
produktif.
ini:
Cimaung.
Arjasari,
dan
Selengkapnya
Pada gambar 4.10. dapat dilihat kecamatan yang memiliki Angka Melek
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
45
Gambar 4.11. Pencapaian Angka Melek Huruf menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung, Tahun 2012 Margahayu Dayeuhkolot Cileunyi Katapang Soreang Rancaekek Pameungpeuk Cicalengka Margaasih Bojongsoang Baleendah Cangkuang Pasirjambu Solokanjeruk Ciparay Kab. Bandung Banjaran Cimenyan Cikancung Nagreg Ciwidey Majalaya Kutawaringin Rancabali Cilengkrang Ibun Paseh Pacet Pangalengan Kertasari Arjasari Cimaung 95,00
96,00
97,00
98,00
99,00
100,00
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
46
4.2.2.
Rata-rata Lama Sekolah
Pada awal tahun 1972, ketika program
life
long
disosialisasikan, pembangunan
education
mendatang
kualitas
akan
masyarakat
Kabupaten
telah
utamanya
kesadaran manusia
dibidang pendidikan, sehingga di masa
ini
dibidang
kesejahteraan Bandung,
pendidikan
tidak
disuarakan oleh Edgar Faure, Ketua The
hanya berbicara pada skala provinsi tetapi
International Commision for Education
juga ditingkat nasional.
Development, yang menekankan bahwa
Kondisi
capaian
rata-rata
lama
pendidikan merupakan tugas negara yang
sekolah di Kabupaten Bandung pada
paling
oleh
tahun
pada
meningkatpada tahun 2009 sebesar 8,87
Pendidikan
tahun; meningkat pada tahun 2010
Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab IV (Hak
menjadi 9,02 tahun; menurun pada tahun
dan Kewajiban Warga Negara, Orang
2011 menjadi 8,62 tahun;dan meningkat
Tua, Masyarakat,dan Pemerintah) pasal 6
pada tahun 2012 menjadi 8,67 tahunatau
ayat 1,menyatakan bahwa: “Setiap warga
setara dengan telah menyelesaikan kelas
negara yang berusia tujuh sampai dengan
2 SLTP. Bila dibandingkan dengan tahun
lima
mengikuti
sebelumnya, kondisi pada tahun 2012
pendidikan dasar”, dan pasal 11 ayat 2,
relatif sedikit meningkat. Beberapa alasan
menyatakan bahwa: “Pemerintah dan
yang mungkin terjadi dapat dijelaskan
pemerintah daerah menjamin tersedianya
sebagai berikut:
penting.
pemerintah
telah
Undang-Undang
belas
Hal
senada
dituangkan Sistem
tahun
wajib
2008
mencapai
8,86
tahun;
dana, guna terselenggaranya pendidikan
Rata-rata lama sekolah dihitung dari
bagi setiap warga negara yang berusia
populasi penduduk dewasa (berumur 15
tujuh sampai dengan lima belas tahun”.
tahun atau lebih). Seperti kita ketahui,
Hal ini berarti bahwa sepatutnya sudah
bahwa mobilitas penduduk dewasa cukup
tidak ada lagi anak usia 7-15 tahun yang
tinggi. Perpindahan penduduk dapat
tidak bersekolah,atau tingkat partisipasi
terjadi
sekolahnya 100 persen. Bila kondisi
(umumnya pindah ke wilayah perkotaan
tersebut dicapai, akan dapat dijadikan
/sentra-sentra
modal kuat untuk memperkuat daya saing
atau untuk melanjutkan pendidikan ke
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
akibat
mencari
pekerjaan
industri/perekonomian),
47
jenjang
yang
lebih
tinggi
(karena
Sekolah
Lanjutan
Tingkat
Pertama
umumnya di pedesaan, infrastrukturnya
(SLTP), dan umur 16-18 tahun untuk
sangat terbatas) dan untuk alasan lain.
tingkatSekolah Lanjutan Tingkat Atas
Oleh karena itu, apalagi di beberapa
(SLTA). Pada penduduk kelompok umur
wilayah/kecamatan
7-12 tahun secara umum perbedaan
Bandung
di
merupakan
Kabupaten daerah
tujuan
partisipasi
sekolah antara penduduk
mencari kerja atau tujuan melanjutkan
perkotaan dengan perdesaan relatif tidak
pendidikan, maka fluktuasi pada angka
mencolok. Hal ini kemungkinan karena
rata-rata lama sekolah adalah sangat
gencarnya promosi program pendidikan
memungkinkan.
dasar yang dilakukan pemerintah di
Apabila diasumsikan di suatu daerah migrasi
masuk
keluar
disertai oleh bermacam penyaluran dana
mempunyai kualitas pendatang yang
bantuan pendidikan, mulai dari yang
seimbang, dari mutu SDM yang telah ada,
hanya
di daerah perkotaan cenderung relatif
masyarakat
lebih baik dibanding daerah perdesaan,
Program Keluarga Harapan), hingga yang
hal ini terjadi karena akses ke berbagai
sifatnya menyeluruh seperti Bantuan
fasilitas
masyarakat,
Operasional Sekolah (BOS), maupun
terutama yang berhubungan dengan
beasiswa bagi siswa dari keluarga miskin.
pendidikan,
Setelah anggaran bidang pendidikan
dan
dan
migrasi
berbagai daerah secara luas dengan
pelayanan lebih
mudah
diperoleh.
terbatas
pada
sangat
diperbesar,
baik
untuk
disalurkan, maka permasalahan putus
meningkatkan mutu SDM lebih terbuka
sekolah di pendidikan dasar harus sudah
bagi penduduk perkotaan.
dapat diselesaikan. Dengan kata lain,
kesempatan
Telah ditentukan segmentasi yang harus
usia
rata-rata
lama
berbagai
(seperti:
Kondisi ekonomi juga cenderung lebih sehingga
serta
miskin
kelompok
sekolah
bantuan
penduduk
mendapatkan kesempatan
Kabupaten Bandung harus sudah stabil
sekolah terletak pada selang usia 7-18
(tidak fluktuatif) dan dapat melewati angka
tahun.Secara operasional kelompok umur
9 tahun. Untuk penduduk yang memiliki
tersebut dipilah menjadi tiga yaitu: usia 7-
kemampuan secara ekonomi, harus terus
12 tahun untuk tingkat Sekolah Dasar
didorong untuk melanjutkan sekolah ke
(SD), usia 13-15 tahun untuk tingkat
jenjang yang lebih tinggi.Memiliki ijazah
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
48
SLTP saja tidak cukup untuk bersaing
kualitas SDM melalui program-program
memperoleh lapangan pekerjaan yang
yang lebih berorientasi pada pemenuhan
lebih layak.
kebutuhan pendidikan baik formal maupun
Perkembangan
pencapaian
RLS
non formal. Karena bagaimanapun juga
yang belum begitu besar dan cenderung
SDM yang bermutu merupakan syarat
melambatlaju
utama bagi terbentuknya peradaban yang
pertumbuhannya,
kemungkinan disebabkan karena masih cukup besarnya penduduk yang tingkat
baik. Hampir
separuh
kecamatan
di
pendidikannya rendah. Dengan komposisi
Kabupaten Bandung memiliki rata-rata
penduduk yang relatif besar diusia muda,
lama sekolah diatas angka Kabupaten.
tampaknya perlu dipersiapkan sarana
Kondisi tersebut tentunya belum cukup
penunjang pendidikan yang memadai,
membanggakan karena target pendidikan
utamanya ditujukan bagi penduduk usia
adalah untuk mencapai tuntas pendidikan
10-14 tahun. Intervensi dalam menaikkan
dasar
RLS dengan program pendidikan dasar 9
disparitas/kesenjangan antara kecamatan
tahun masih terus perlu dipacu. Salah
yang memiliki rata-rata lama sekolah
satunya adalah dengan perluasan akses
paling tinggi dengan kecamatan yang
terhadap
pendidikan.
memiliki rata-rata lama sekolah terendah
Disamping terus dijalankan Pendidikan
ternyata cukup besar yaitu mencapai
Luar Sekolah (PLS) seperti program paket
sebesar 3,41 tahun. Kondisi tersebut
A, B, dan C untuk menanggulangi anak
menunjukkan
yang putus sekolah pada usia 15 tahun
menikmati pendidikan di beberapa wilayah
keatas.
masih
infrastruktur
(RLS
begitu
=
9
bahwa rendah
tahun).
Dan
kesempatan dibandingkan
Banyak anggapan yang mengatakan
wilayah lainnya. Dengan sebaran wilayah
bahwa hanya negara yang mempunyai
yang sangat luas, kabupaten Bandung
SDM berkualitas sajalah yang akan
memang akan memiliki kendala dalam
mampu bersaing dengan negara lain
membangun fasilitas pendidikan yang
dalam era globalisasi. Berkaitan dengan
memadai dan mudah dijangkau oleh
hal
penduduknya.
tersebut,
pemerintah
pemerintah daerah
mengedepankan
upaya
khususnya
perlu
lebih
Peranan strategis guru dan pemuka
peningkatan
masyarakat di daerah terpencil masih
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
49
sangat diperlukan dalam mempromosikan
Kecamatan
pentingnya mencapai pendidikan yang
Banjaran, Kecamatan Bojongsoang, dan
memadai untuk meningkatkan kualitas
Kecamatan
hidup.
kecamatan yang memiliki Rata-rata Lama
Pemerintah
daerah
tentunya
Cikancung, Cangkuang.
Sekolah
terus-menerus mendorong peningkatan
Bandung adalah Kecamatan Cilengkrang,
partisipasi sekolah di daerah terpencil
Kecamatan
sehingga terjamin kelangsungan proses
Solokanjeruk,
belajar
Kecamatan
akhirnya
kesemuanya akan mampu meningkatkan
Nagreg,
indeks pendidikan di wilayahnya.
rata-rata
Sedangkan
memiliki komitmen kuat untuk secara
mengajar.Pada
diatas
Kecamatan
Majalaya,
Kabupaten Kecamatan
Kecamatan Baleendah,
Kertasari, Kecamatan
Kecamatan
Margaasih,
Kecamatan
Soreang,
Kecamatan
Pangalengan,
Kecamatan
kecamatan yang memiliki Rata-rata Lama
Kecamatan
Pacet,
Kecamatan
Sekolah
Kabupaten
Pasirjambu,
Kecamatan
Rancabali,
di
Kecamatan
Kecamatan Paseh, Kecamatan Ibun,
Cimenyan,
Kecamatan
Margahayu,
Kecamatan
Kecamatan
Dayeuhkolot,
Kecamatan
Arjasari,
Pada gambar 4.11. dapat dilihat diatas
Bandung
Cileunyi, Kecamatan Rancaekek,
rata-rata
terdapat
Kecamatan
Cimaung, Kecamatan
Katapang,
Kecamatan Ciwidey,
dan
Pameungpeuk,
Kecamatan Kutawaringin. Selengkapnya
Kecamatan
dapat dilihat pada gambar 4.11. berikut
Cicalengka, Kecamatan
Ciparay,
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
ini:
50
Gambar 4.11. Pencapaian Rata-rata Lama Sekolah menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung, Tahun 2012 Cimenyan Margahayu Dayeuhkolot Cileunyi Pameungpeuk Cicalengka Rancaekek Ciparay Cikancung Banjaran Bojongsoang Cangkuang Kab. Bandung Cilengkrang Majalaya Solokanjeruk Kertasari Baleendah Nagreg Margaasih Soreang Pangalengan Katapang Pacet Pasirjambu Rancabali Paseh Ibun Cimaung Arjasari Ciwidey Kutawaringin
10,14 10,13 9,87 9,70 9,60 9,42 9,26 9,09 8,91 8,91 8,89 8,88 8,67 8,61 8,60 8,59 8,56 8,34 8,29 8,27 8,11 8,05 8,01 7,95 7,92 7,80 7,67 7,53 7,52 7,41 7,39 6,73
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
51
BAB V PEMBANGUNAN MANUSIA DI BIDANG EKONOMI 5.1 Kondisi Ekonomi Masyarakat Faktor penting dalam pembangunan
merupakan
penduduk
manusia selain pendidikan dan kesehatan
Penduduk
adalah pembangunan manusia yang
secara
ditinjau dari sisi ekonomi. Pembangunan
lapangan pekerjaan untuk menciptakan
manusia
pendapatan.
yang
meningkatnya
dimaknai
taraf
dengan
hidup
manusia
menempatkan kapasitas ekonomi sebagai prasyarat
utamanya.
Inti
produktif
produktif/aktif.
maksimal
dapat dalam
Gambaran
berperan menyerap mengenai
penduduk produktif dapat dilihat melalui piramida penduduk.
dari
Piramida penduduk menunjukkan
pembangunan manusia adalah berfokus
distribusi penduduk menurut umur dan
pada manusia untuk memulihkan dan
jenis kelamin, serta tingkat perkembangan
meningkatkan
manusia.
penduduk pada setiap kelompok umur
Peningkatan taraf hidup manusia harus
yang berbeda. Dari gambar piramida
didukung oleh sumber daya manusia yang
dapat
memiliki
Kabupaten Bandung masih termasuk
martabat
kondisi
kesehatan
dan
disimpulkan
golongan
berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi
transisi”. Hal ini ditunjukkan oleh panjang
produktif. Dengan berjalannya kegiatan
batang piramida pada kelompok umur
ekonomi
akan
penduduk muda (0-9 dan 10-14 tahun)
untuk
yang sedikit lebih panjang (mencapai
membiayai kehidupannya sehingga akan
29,80 % dari total penduduk) dari
tercapai kesejahteraan.
kelompok umur lainnya dan batang
memperoleh
manusia
pendapatan
muda
penduduk
pendidikan yang baik sehingga dapat
produktif,
“penduduk
bahwa
menuju
Berbagai kegiatan ekonomi dapat
piramida untuk kelompok umur tua (60
dijalankan secara produktif oleh penduduk
tahun ke atas) yang cukup pendek
yang memiliki rentang usia 15-64 tahun.
(mencapai 6,75 % dari total penduduk).
Penduduk yang berusia 15-64 tahun
Suatu penduduk digolongkan penduduk
IPM Kab. Bandung 2012
52
“muda”
apabila
proporsi
penduduk
penduduk,
dengan
perubahan
terus
dibawah 15 tahun sekitar 40 persen dari
menurunnya tingkat fertilitas. Disamping
total
apabila
itu ada upaya untuk meningkatkan derajat
proporsi penduduk diatas 60 tahun
kesehatan, maka pada masa mendatang
mencapai 10 persen, maka digolongkan
komposisi penduduk akan didominasi oleh
penduduk “tua”. Kondisi di atas akan
usia produktif.
penduduk.
Sedangkan
berubah apabila ada upaya pengendalian
Gambar 5.1 Piramida Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2012
60+ 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19
10 - 14 05 - 09 00 - 04
Laki-laki
Perempuan
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012
IPM Kab. Bandung 2012
53
Salah satu ukuran yang dapat
memperlihatkan
kecenderungan
digunakan untuk memberikan gambaran
berfluktuatif. Angka beban ketergantungan
kondisi penduduk dari sisi ekonomi adalah
penduduk di Kabupaten Bandung pada
angka beban ketergantungan penduduk
tahun 2008 sebesar 52,19; pada tahun
(Dependency Ratio) yang menunjukkan
2009 menurun menjadi 48,95; pada tahun
seberapa jauh penduduk yang berusia
2010 kembali meningkat menjadi 54,10.
produktif/aktif secara ekonomi harus
Sementara
menanggung
angkanya menunjukkan tren menurun
penduduk
yang
belum
produktif dan pasca produktif. Angka
beban
merupakan
sejak
tahun
2011,
menjadi 53,17. Pada tahun 2012 angka
ketergantungan
perbandingan
itu
beban ketergantungan kembali menurun
antara
menjadi 52,13 yang artinya pada setiap
penduduk yang belum/tidak produktif (usia
100 penduduk usia produktif harus
0 – 14 tahun dan usia 65 tahun ke atas)
menanggung sebanyak 52 penduduk tidak
dibanding dengan penduduk usia produktif
produktif. Hal ini menunjukkan semakin
(usia 15 – 64 tahun). Semakin tinggi
rendahnya beban yang harus ditanggung
angka
ketergantungan
penduduk produktif untuk membiayai
menunjukkan semakin tingginya beban
hidup penduduk yang belum produktif dan
yang harus ditanggung penduduk yang
tidak produktif lagi. Untuk melihat angka
produktif
hidup
beban ketergantungan penduduk dari
penduduk yang belum produktif dan tidak
tahun 2008–2012 dapat dilihat pada
produktif lagi.
Gambar 5.2 berikut ini.
beban
untuk
membiayai
Selama kurun waktu 2008-2012 angka
beban
ketergantungan
IPM Kab. Bandung 2012
ini
54
Gambar 5.2 Angka Beban Ketergantungan Penduduk Kabupaten Bandung, Tahun 2008-2012 55,00
54,10
54,00
53,17
53,00 persen
52,13
52,19
52,00 51,00 50,00 49,00
48,95
48,00
47,00 46,00 Angka Beban Ketergantungan
2008
2009
2010
2011
2012
52,19
48,95
54,10
53,17
52,13
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012
Capaian masyarakat
suatu
kesejahteran wilayah
yang biasa dipakai dalam melihat atau
sangat
menggambarkan tingkat perekonomian
tergantung kepada potensi sumber daya
masyarakat adalah laju pertumbuhan
yang dimiliki dan bagaimana potensi
angkatan
SDA yang ada dapat dikelola dan
lapangan
dimanfaatkan dengan baik oleh sumber
angkatan kerja di suatu daerah akan
daya manusianya. Kualitas SDM akan
menggerakan perekonomian daerah
sangat berperan untuk menciptakan dan
tersebut.
menggerakkan
ketenagakerjaan
aktivitas
kerja
yang
pekerjaan.
Gambaran seperti
terserap
di
Tingginya
kondisi persentase
perekonomiannya. Peranan SDM dalam
angkatan kerja yang bekerja, dan
mengelola perekonomian suatu wilayah
distribusi lapangan pekerjaan sangat
dapat
berguna untuk melihat prospek ekonomi
ditunjukkan
oleh
indikator
ketenagakerjaan. Salah satu indikator
IPM Kab. Bandung 2012
Kabupaten
Bandung.
Pertumbuhan
55
ekonomi dapat dilihat apakah benar-
Kedua, pembangunan manusia
benar digerakan oleh produksi yang
yang
melibatkan tenaga kerja daerah atau
perekonomian melalui produktifitas dan
karena pengaruh faktor lain. Banyaknya
kreatifitas masyarakat. Pendidikan dan
penduduk
kesehatan
penduduk
menentukan
kemampuan
yang
berdampak
bekerja
pada
akan
peningkatan
tinggi
akan
mempengaruhi
sangat untuk
kemampuan daya beli dan peningkatan
mengelola dan menyerap sumber-
pendapatan
penduduk
sumber pertumbuhan ekonomi.
menentukan
untuk
sangat pemenuhan
kebutuhan hidup yang layak.
Dari kedua pendapat tersebut dapat
Secara sederhana untuk melihat
dikatakan
pembangunan
bahwa
antara
manusia
dan
kualitas pembangunan manusia dapat
pertumbuhan ekonomi berhubungan
disandarkan kepada dua pendapat
secara simultan, dengan kata lain
Ramirez dkk (1998):
tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
Pertama, bahwa kinerja ekonomi
tinggi
yang
disertai
pemerataan
mempengaruhi pembangunan manusia,
distribusi pendapatan, maka tingkat
khususnya
aktivitas
daya beli, kesehatan dan pendidikan
rumahtangga dan pemeritah, aktivitas
akan lebih baik. Dan pada giliranya
rumahtangga yang memiliki kontribusi
akan memperbaiki tingkat produktifitas
langsung
tenaga kerja yang akan mendorong
melalui
terhadap
pembangunan
manusia antara lain kecenderungan rumahtangga
untuk
pertumbuhan ekonomi.
membelanjakan
Karakteristik suatu wilayah dapat
pendapatan bersih untuk memenuhi
pula dilihat dari aspek pendidikan,
kebutuhan (pola konsumsi), tingkat dan
dimana
distribusi
antar
mempengaruhi tingkat kesejahteraan
rumahtangga, dan makin tinggi tingkat
masyarakat. Semakin tinggi tingkat
pendidikan
pendidikan
pendapatan terutama
pendidikan
tingkat
yang
pendidikan
ditamatkan
dapat
oleh
perempuan akan semakin positif bagi
seorang pekerja, maka pekerja tersebut
pembangunan
akan memiliki produktivitas yang relatif
manusia
berkaitan
dengan andil yang tidak kecil dalam
lebih
mengatur pengeluaran rumahtangga.
pendapatan yang lebih tinggi.
IPM Kab. Bandung 2012
baik
dan
mendapatkan
56
Target
pertumbuhan
ekonomi
ada suatu negara pun yang dapat
sebenarnya tidak hanya untuk mencapai
membangun
angka
berkesinambungan
pertumbuhan
yang
tinggi.
manusia
secara
tanpa
Pertumbuhan ekonomi yang diinginkan
pertumbuhan
adalah pertumbuhan yang berkualitas
tinggi. Walaupun demikian tidak berarti
dan
peningkatan
bahwa
masyarakat.
merupakan
digerakkan
kapasitas
oleh
produksi
ekonomi
tingkat
yang
pertumbuhan syarat
relatif
ekonomi
mutlak
Walaupun angka pertumbuhannya tidak
pembangunan
terlalu tinggi, namun apabila kualitas
keduanya tidak ada hubungan otomatis
capaiannya jauh lebih tinggi, maka akan
tetapi berlangsung melalui berbagai
mempengaruhi capaian pembangunan
jalur antara lain yang cukup penting
manusia. Pertumbuhan yang berkualitas
adalah
adalah
menggerakan
pertumbuhan ekonomi akan dapat
pendapatan perkapita, dan menyerap
ditransformasikan menjadi peningkatan
tenaga kerja, yang pada akhirnya dapat
kapabilitas manusia, jika pertumbuhan
memperbaiki pola distribusi pendapatan
itu berdampak secara positif terhadap
antar kelompok masyarakat.
Pada
penciptaan lapangan kerja atau usaha.
akhirnya, pertumbuhan ekonomi yang
Lapangan kerja yang diciptakan pada
berkualitas
akhirnya
yang
dapat
mengakibatkan
banyak
manusia.
bagi
ketenagakerjaan.
akan
Antara
Artinya,
meningkatkan
penduduk yang memiliki cukup uang
pendapatan
untuk memenuhi kebutuhannya untuk
memungkinkannya
membiayai
peningkatan kualitas manusia anggota
kebutuhan
makanan,
rumahtangga
yang
“membiayai”
pendidikan, kesehatan dan perumahan
rumahtangganya.
sehingga
yang meningkat pada sisi lain akan
dapat
mempercepat
pembangunan manusia.
Kualitas
manusia
berdampak pada peningkatan kualitas
Pertumbuhan ekonomi merupakan
tenaga kerja, yang pada gilirannya akan
sarana utama (principal means) bagi
mempengaruhi tingkat dan kualitas
pembangunan manusia untuk dapat
pertumbuhan ekonomi. Secara singkat
berlangsung secara berkesinambungan.
dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
Hal ini sejalan dengan banyak bukti
mempengaruhi ketenagakerjaan dari
empiris yang menunjukkan bahwa tidak
sisi permintaan (menciptakan lapangan
IPM Kab. Bandung 2012
57
kerja)
dan
sisi
penawaran
(meningkatkan kualitas tenaga kerja).
yang menggambarkan seberapa banyak dari angkatan kerja yang aktif secara
Tingkat partisipasi angkatan kerja
ekonomi.
Pendapatan
rumahtangga
(TPAK) di Kabupaten Bandung pada
perlu diberi perhatian lebih, mengingat
tahun 2012 sebesar 54,76 persen, atau
dampaknya yang luas terhadap taraf
menurun dibandingkan tahun 2011 yang
kesejahteraan termasuk kemiskinan.
mencapai 63,56 persen. Jika dilihat
Kemiskinan sangat dipengaruhi oleh
berdasarkan perspektif jender, TPAK
pendapatan
perempuan
hampir
pada
tahun
2012
di
rumahtangga semua
karena
rumahtangga
Kabupaten Bandung yang mencapai
mengandalkan upah/gaji (bagi yang
30,11 persen relatif jauh tertinggal
berstatus
dibandingkan dengan penduduk laki-laki
keuntungan usaha (bagi yang berstatus
yang mencapai 78,59 persen.
berusaha). Dengan demikian masalah
Terdapat
ketimpangan
yang
buruh/karyawan)
ketenagakerjaan
atau
secara
langsung
sangat tajam dalam pasar kerja, dimana
berkaitan dengan masalah kemiskinan.
perempuan cenderung kurang memiliki
Implikasi
akses untuk memasuki dunia kerja. Hal
pengentasan
ini kemungkinan disebabkan karena
merupakan
sebagian
bahkan global (tercermin dari sasaran
besar
perempuan
usia
logisnya
jelas
:
kemiskinan keprihatinan
nasional
pertama
pada posisi sebagai ibu rumah tangga.
Development Goals, MDG) mestinya
Kondisi
harus
menunjukkan
utama
yang
produktif di kabupaten Bandung berada tersebut
dan
upaya
ditempuh
Millenimum
melalui
upaya
perempuan masih mengalami perlakuan
penyelesaian masalah ketenagakerjaan.
tidak berimbang dengan laki-laki dalam
Dalam hal ini masalah ketenagakerjaan,
dunia kerja, dimana laki-laki lebih
paling tidak mengandung dua aspek
diprioritaskan
perempuan,
pokok:
kerja
kerja/usaha
sehingga perempuan
daripada
kesempatan cenderung
bagi sangat
penyediaan dan
lapangan peningkatan
produktifitas tenaga kerja.
kompetitif. TPAK merupakan indikator
IPM Kab. Bandung 2012
58
Gambar 5.3 Tingkat Kesempatan Kerja, Pengangguran dan TPAK Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung, Tahun 2012
Laki-laki
TPAK 78,59
Kesempatan Kerja 91,04
Pengangguran 8,96
Perempuan
30,11
85,79
14,21
Laki-laki+Perempuan
54,76
89,62
10,38
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012
Berdasarkan Survei IPM tahun
Tingkat pengangguran terbuka pada
2012 tingkat pengangguran terbuka di
tahun 2012 masih didominasi oleh
Kabupaten Bandung sebesar 10,38
penduduk perempuan yang mencapai
persen atau sedikit menurun dibanding
14,21 persen. Kondisi tersebut lebih
tahun 2011 dimana angkanya mencapai
banyak disebabkan karena lapangan
10,69 persen. Dibandingkan dengan
kerja yang ada belum sesuai dengan
tahun-tahun
sebelumnya,
angka
ketersediaan kualitas tenaga kerja
pengangguran
ini
cenderung
perempuan di Kabupaten Bandung.
mengalami tren menurun dimana tahun
Untuk meningkatkan daya saing kaum
2008 sebesar 13,19 persen, tahun 2009
perempuan, maka peningkatan kualitas
sebesar 12,51 persen. Namun demikian
pekerja perempuan menjadi mutlak
angka pengangguran masih tergolong
terus dilakukan, baik melalui pendidikan
tinggi, sehingga harus terus diupayakan
formal maupun informal.
penyediaan
juga
lapangan
IPM Kab. Bandung 2012
pekerjaan.
59
Gambar 5.4 Tingkat Kesempatan Kerja, Pengangguran dan TPAK Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
100
87,49
86,81
90
89,80
89,31
89,62
80 64,56
70
54,76
53,44
52,00
52,48
60 50 40 30 20
13,19
12,51
10,20
10,69
10,38
2008
2009
2010
2011
2012
10 0
TPAK
Kesempatan Kerja
Pengangguran
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012
Pergeseran penyerapan lapangan
sektor
lainnya.
Perkembangan
pekerjaan ke sektor industri dapat
penyerapan tenaga kerja pada sektor
menjadi
industri
indikator
kesejahteraan
meningkatnya
masyarakat
periode
2008-2012
cukup
suatu
fluktuatif. Pada tahun 2008 persentase
pada
angkatan kerja yang bekerja di sektor
bahwa
industri sebesar 27,08 persen. Pada
lapangan pekerjaan penduduk 15 tahun
tahun 2010 persentasenya meningkat
ke atas mengalami pergeseran dari
cukup signifikan menjadi 29,87 persen.
sektor pertanian ke sektor industri,
Sebaliknya pada tahun 2010 tenaga
perdagangan,
Distribusi
kerja yang terserap di sektor industri
penduduk usia 15 tahun keatas atau
sedikit menurun menjadi sebesar 29,23
angkatan kerja yang bekerja di sektor
persen. Sementara itu, pada tahun
industri paling besar diantara sektor-
2011, persentasenya kembali meningkat
wilayah.
Berdasarkan
Gambar
5.4
data
diperlihatkan
dan
jasa.
IPM Kab. Bandung 2012
60
cukup tajam menjadi sebesar 32,47
tersebut mengalami peningkatan. Ada
persen. Namun pada tahun 2012
indikasi bahwa peningkatan pada sektor
persentasenya sedikit menurun menjadi
industri adalah pada usaha industri kecil
32,44
dan
persen.
Secara
umum,
perkembangan angkatan kerja yang
mikro
menyerap
yang
cukup
mampu
tenaga
kerja.
bekerja di sektor industri pada periode
Tabel 5.1 Persentase Lapangan Pekerjaan Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas, Tahun 2008-2012
Lapangan Pekerjaan
2008
2009
2010
2011
2012
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
Angkatan Kerja yang Bekerja Pertanian
20,66
21,87
18,91
22,20
18,01
Industri
27,08
29,87
29,23
32,47
32,44
Perdagangan
19,51
18,75
20,50
19,29
21,76
Jasa
10,21
12,49
14,14
10,79
13,48
Lainnya
22,54
17,02
17,22
15,24
14,31
Angkatan Kerja yang Menganggur
13,19
12,51
10,20
10,69
10,38
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012
Lapangan pekerjaan yang paling
pertanian mencapai 18,01 persen, atau
banyak menyerap tenaga kerja selain
menurun dibandingkan dengan tahun
sektor industri, adalah sektor pertanian.
2011 yang mencapai 22,20 persen.
Perkembangan
Proporsi angkatan kerja yang bekerja di
tenaga
kerja
yang
terserap di sektor pertanian cukup
sektor
fluktuatif. Pada tahun 2012, persentase
menunjukkan perubahan yang berarti,
angkatan kerja yang bekerja disektor
bahkan
IPM Kab. Bandung 2012
pertanian ada
masih
indikasi
belum
perpindahan 61
lapangan usaha penduduk dari sektor
angkatan kerja yang bekerja di sektor
pertanian
lainnya
perdagangan masih sebesar 19,29
(terutama sektor perdagangan dan
persen. Pada tahun 2012 mengalami
jasa).
peningkatan menjadi 21,76 persen.
ke
sektor-sektor
Sementara itu, sektor perdagangan
Sedangkan yang bekerja di sektor jasa
mampu menyerap tenaga kerja pada
mencapai 10,79 persen pada tahun
urutan ketiga setelah sektor industri dan
2011, dan pada tahun 2012 mengalami
pertanian. Pada tahun 2011 proporsi
peningkatan menjadi 13,48 persen.
5.2 Capaian Daya Beli Determinasi utama dari tingkat kesejahteraan
ekonomi
penduduk
tingkat inflasi yang tidak berfluktuasi, juga
perekonomian
yang
selalu
adalah tingkat daya beli. Kemajuan
bertumbuh positif. Pada tahun 2012,
angka IPM Kabupaten Bandung selama
ada
beberapa
sangat
ekonomi relatif lebih tinggi dibandingkan
ditunjang oleh adanya peningkatan
kondisi tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
komponen
yang
periode
ternyata
kemampuan
daya
beli
masyarakat. Menurut data IPM tahun
indikasi
juga
bahwa
pertumbuhan
turut
mendorong
pertumbuhan daya beli masyarakat.
2008, kemampuan daya beli penduduk
Pada tahun 2011 kemampuan
Kabupaten Bandung mencapai sebesar
daya
beli
penduduk
Rp. 557.680,-. Pada tahun 2009 daya
Bandung naik signifikan dari tahun
beli mencapai Rp.565.320,- dan pada
sebelumnya
tahun 2010 sebesar Rp.572.910,-.
641.810,-. Kondisi ini disamping akibat
hingga
Kabupaten
mencapai
Rp.
Meskipun tingkat daya beli pada
dari pengingkatan daya beli, juga
suatu wilayah juga dipengaruhi oleh
dikarenakan adanya perubahan metode
kondisi perekonomian nasional maupun
penghitungan
perekonomian global, namun kondisi
metodologi penghitungan IPM Provinsi
krisis ekonomi global yang terjadi di
Jawa Barat). Pada tahun 2012, daya
eropa tidak terasa dampaknya di
beli penduduk mengalami peningkatan
Kabupaten Bandung. Hal tercermin dari
hingga mencapai Rp. 642.190,-.
IPM Kab. Bandung 2012
(disesuaikan
dengan
62
Gambar 5.5 Daya Beli Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
650 600 550 500 2008
2009
2010
2011
2012
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012
Perkembangan indeks daya beli
indeks daya beli meningkat 1,76 poin
penduduk di Kabupaten Bandung selama
menjadi 61,31. Periode 2010-2011 indeks
periode 2008-2012 dapat dilihat pada
daya beli meningkat sebesar 2,06 poin
Gambar 5.6. Pada tahun 2008, indeks
hingga mencapai 65,13. Demikian pula
daya beli penduduk sebesar 59,55,
pada
kemudian pada tahun 2009 naik sebesar
mengalami peningkatan, namun cukup
1,76 poin menjadi 61,31. Hal yang sama
kecil yakni sebesar 0,08 poin hingga
terjadi pada periode 2009-2010, dimana
menjadi 65,21.
periode
2011-2012
indeksnya
Gambar 5.6 Pertumbuhan Indeks Daya Beli Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012 2,5 2 1,5
1,76
1,76
2,06
1 0,5 0 2008-2009
0,08 2009-2010
2010-2011
2011-2012
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012
IPM Kab. Bandung 2012
63
Kebijakan pemerintah pusat yang
kemampuan daya beli masyarakatnya di
didukung oleh Pemerintah Daerah dalam
atas rata-rata kabupaten. Hal yang sama
menyalurkan bantuan langsung melalui
juga dialami tahun sebelumnya dimana
berbagai program perlindungan sosial,
terdapat 15 kecamatan yang memiliki
seperti: penyaluran beras untuk rakyat
kemampuan daya beli diatas rata-rata
miskin, jaminan kesehatan masyarakat,
kabupaten. Kecamatan yang memiliki
mampu mempertahankan kemampuan
kemampuan
daya beli masyarakat secara umum.
tertinggi
Penyaluran bantuan khusus seperti PKH
Kecamatan Baleendah yang mencapai
juga dapat membantu mendongkrak daya
Rp.670.360,
beli masyarakat karena bantuan-bantuan
Kecamatan Bojongsoang dan Cileunyi,
tersebut
yang
langsung
dikonsumsi
oleh
daya
pada
beli
tahun
kemudian
masing-masing
masyarakat 2012 disusul
daya
adalah oleh belinya
masyarakat, dan akan tercermin dalam
sebesar Rp.660.150,- dan Rp.658.470,-
konsumsi rumahtangga.
(selengkapnya lihat Gambar 5.7).
Komponen IPM ini memang sangat dipengaruhi
kondisi
perekonomian
Beberapa
kecamatan
tampaknya
perlu mendapat prioritas agar mampu
nasional, dimana perbaikan ekonomi
mengejar
makro dewasa ini berjalan cukup baik dan
daya beli masyarakatnya. Kecamatan
berpengaruh
perekonomian
tersebut adalah Kecamatan Kertasari
regional. Nilai tukar rupiah yang relatif
dengan daya beli sebesar Rp. 610.690,
stabil dan inflasi yang cukup terkendali
dan Kecamatan: Pacet, Cikancung, dan
tampaknya
mendorong
Cicalengka dengan daya beli masing-
pertumbuhan dunia usaha. Pertumbuhan
masing sebesar Rp.623.020; Rp.627.390;
ekonomi mengarah kepada situasi yang
Rp.630.040. Dalam upaya meningkatkan
menggembirakan, bahkan lebih baik
kemampuan daya beli masyarakat, maka
dibandingkan tahun sebelumnya.
pengembangan usaha skala kecil/mikro
terhadap
mampu
Menurut data IPM 2012, dari 31 kecamatan
di
kabupaten
Bandung
terdapat sekitar 15 kecamatan memiliki
IPM Kab. Bandung 2012
ketertinggalan
kemampuan
tampaknya masih menjadi pilihan untuk mendongkrak pendapatan masyarakat yang relatif tertinggal.
64
Gambar 5.7 Pencapaian Angka PPP menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung, Tahun 2012
Baleendah Bojongsoang Cileunyi Dayeuhkolot Rancaekek Pasirjambu Rancabali Ibun Cilengkrang Pameungpeuk Soreang Pangalengan Margahayu Banjaran Arjasari KABUPATEN Majalaya Paseh Cimaung Cimenyan Kutawaringin Nagreg Ciwidey Cangkuang Solokanjeruk Ciparay Katapang Margaasih Cicalengka Cikancung Pacet Kertasari 600,000
620,000
640,000
660,000
680,000
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012
IPM Kab. Bandung 2012
65
BAB VI CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN BANDUNG Upaya untuk meningkatkan derajat
menjadi beban dalam pembangunan,
manusia di Kabupaten Bandung melalui
namun
berbagai program pembangunan
pembangunan.
di
berbagai bidang komponen IPM telah
dapat
Peningkatan
menjadi
penggerak
kualitas
pendidikan,
menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini
kesehatan dan daya beli, satu dengan
dapat terlihat dari pertumbuhan IPM pada
yang lain saling mempengaruhi. Sehingga
lima tahun terakhir. Adanya peningkatan kualitas hidup manusia yang cukup signifikan baik dari sisi kesehatan,
capaian yang ada untuk satu komponen tidak hanya milik satu sektor, namun dipengaruhi oleh sektor lain. Pada
paparan
berikut
akan
pendidikan maupun ekonomi maka akan
digambarkan pencapaian IPM Kabupaten
terlahir generasi-generasi penerus yang
Bandung serta pencapaian yang telah
berkualitas. Hingga suatu saat nanti
terjadi di wilayah tingkat kecamatan.
penduduk Kabupaten Bandung tidak lagi 6.1 Capaian IPM Kabupaten Sebagai
salah
satu
daerah
meningkatnya penyerapan tenaga kerja
penyangga ibukota propinsi Jawa Barat,
serta pendapatan perkapita. Dengan
Kabupaten Bandung memiliki peluang
posisi strategis serta kekayaan alam yang
yang cukup besar untuk tumbuh dan
cukup potensial, Kabupaten Bandung
mengembangkan
dapat berpeluang menjadi kabupaten
berbagai
sektor
perekonomian, khususnya sektor industri,
termaju.
perdagangan serta jasa. Pengembangan
Permasalahan terbesar terletak pada
usaha pada ketiga sektor ini dapat
kesiapan sumber daya manusia yang
berimplementasi
dimiliki
langsung
IPM Kab. Bandung 2012
terhadap
Kabupaten
Bandung
dalam 66
menjawab tantangan tersebut. Meskipun banyak
kesempatan
kerja
yang
Dalam upaya untuk mengurangi kesenjangan
tersebut,
dilakukan
diciptakan, bila kualitas SDM Kabupaten
peningkatan infrastruktur dan SDM yang
Bandung lebih rendah dan tidak dapat
handal menjadi solusi dan salah satu
memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan
modal
oleh lapangan kerja yang ada, maka
pembangunan.
lambat laun peluang kerja akan diisi oleh
kualitas SDM yang dalam skala luas
para pendatang.
disebut sebagai pembangunan manusia
Jawaban dari permasalahan tersebut
dengan
utama
upaya
dalam Upaya
proses peningkatan
perbaikan
derajat
adalah melalui strategi pembangunan
kesehatan, tingkat pengetahuan dan
yang
keterampilan penduduk serta kemampuan
berorientasi
pada
peningkatan
kualitas hidup masyarakat agar tercapai pemerataan
hasil-hasil
daya beli masyarakat.
pembangunan
Gambaran pembanguan manusia
Hal tersebut
tercermin oleh Indeks Pembangunan
ternyata tidak mudah untuk diwujudkan
Manusia. IPM merupakan indeks komposit
pada
sedang
tunggal yang mengukur tiga dimensi
Kabupaten
pokok pembangunan manusia. Indeks ini
Bandung Fokus pembangunan yang
mencerminkan status kemampuan dasar
masih berpusat pada daerah-daerah yang
penduduk. Ketiga kemampuan tersebut
cepat
adalah umur panjang dan sehat yang
secara lebih berkeadilan. daerah-daerah
berkembang,
seperti
yang di
pertumbuhan
ekonominya,
mengakibatkan daerah-daerah yang relatif
diukur
tertinggal
mendapat
pengetahuan dan keterampilan yang
perhatian. Karena ada pemikiran, hasil
diukur dengan indeks pendidikan, serta
pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada
akses terhadap sumber daya yang
daerah tertentu suatu saat diharapkan
dibutuhkan untuk mencapai standar hidup
akan memberi efek tetesan ke bawah
layak yang diukur dengan indeks daya
pada daerah-daerah periferal tersebut,
beli.
yang
menjadi
pada
kurang
indeks
kesehatan,
diharapkan
Indikator dampak sebagai komponen
upaya
yang dibutuhkan dalam penghitungan IPM
pemberantasan kemiskinan (Denis A.
yang digunakan adalah angka harapan
Rondinelli dan Shahir G. Cheema : 1983).
hidup waktu lahir, pencapaian pendidikan
berdampak
akhirnya
dengan
kuat
IPM Kab. Bandung 2012
pada
67
yang diukur dengan angka melek huruf
diukur
dan
rata-rata
komponen
lama
standard
dengan
indikator
rata-rata
sekolah,
serta
konsumsi riil per kapita yang telah
hidup
layak
disesuaikan.
(kemampuan daya beli) penduduk yang Gambar 6.1 Pertumbuhan IPM Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 -0,50 -1,00 -1,50 -2,00
0,85
0,89
0,77 0,23
2008-2009
2009-2010
2010-2011
2011-2012
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008 – 2011, Survei Khusus IPM 2012
Selama periode lima tahun terakhir,
Kenaikan indeks pembangunan
pertumbuhan IPM Kabupaten Bandung
manusia pada tahun 2012 dipengaruhi
dari tahun ke tahun terlihat cukup baik.
oleh
Namun hal tersebut belum berarti
pendidikan dan indeks daya beli. Indeks
bahwa
pembangunan
kesehatan mengalami kenaikan dari
manusia Kabupaten Bandung sudah
75,10 pada tahun 2011 menjadi 75,46
optimal, hal ini dapat dilihat dari sisi laju
pada tahun 2012. Kenaikan indeks
perkembangannya,
kenaikan
kesehatan ditandai dengan kenaikan
masih berkisar 0,5 poin sampai 1 poin
angka harapan hidup bayi yang baru
setiap tahunnya sampai periode 2010-
lahir dari 70,06 tahun menjadi 70,28
2011. Sementara itu pada periode 2011-
tahun pada tahun 2012. Sementara itu
2012,
indeks pendidikan pada tahun 2011
mengalami
kemajuan
laju
yaitu
perkembangannya perlambatan
dimana
kenaikannya hanya sebesar 0,23 poin. IPM Kab. Bandung 2012
indeks
kesehatan,
indeks
sebesar 84,20 naik menjadi 85,05 pada tahun 2012. Indeks pendidikan yang 68
meningkat dipengaruhi oleh naiknya
daya beli juga meningkat sebesar 0,08
angka melekk huruf dari 98,48 persen
poin menjadi 65,21. Kondisi inilah yang
menjadi 98,69 persen, dan rata-rata
mempengaruhi
lama sekolah yang naik dari 8,62 tahun
Kabupaten Bandung pada tahun 2012.
pertumbuhan
IPM
menjadi 8,67 tahun. Selanjutnya indeks Tabel 6.1 Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Bandung Tahun 2008-2012
URAIAN
2008
2009
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Indeks Kesehatan
72,36
73,23
74,00
75,10
75,46
Indeks Pendidikan
85,58
85,61
85,65
84,80
85,05
Indeks Daya Beli
59,55
61,31
63,07
65,13
65,21
Indeks Pembangunan Manusia
72,50
73,39
74,24
75,01
75,24
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Suseda 2008-2011, Survei Khusus IPM 2012
6.2 Capaian IPM Kecamatan Pada tahun 2011, dari 31 kecamatan
dibawah rata-rata. Kecamatan yang posisi
di Kabupaten Bandung, 18 kecamatan
IPM-nya berada diatas angka Kabupaten
memiliki angka IPM diatas angka IPM
Bandung adalah kecamatan dengan
Kabupaten
ketersediaan
Bandung,
sebanyak
13
infrastruktur
kesehatan,
kecamatan lainnya berada dibawah angka
pendidikan, dan perekonomian yang
kabupaten. Sedangkan pada tahun 2012,
memadai. Disamping itu, sebagai wilayah
sebanyak 16 kecamatan berada di atas
tersebut merupakan daerah urban, dan
angka
tingkat pendidikan masyarakatnya relatif
Kabupaten
Bandung,
dan
sebanyak 15 kecamatan lainnya berada IPM Kab. Bandung 2012
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan 69
kecamatan lainnya, sehingga tingkat
yang dapat dilihat pada Gambar 6.2.
kesadaraan akan budaya hidup bersih
Posisi
dan sehat, serta dan kemampuan untuk
informasi kepada pemangku kebijakan
memperoleh pekerjaan yang memadai
untuk melakukan langkah akselerasi agar
jauh lebih baik.
ketimpangan yang terjadi antar capaian
Di
Kabupaten
Bandung
ini
hendaknya
memberikan
masih
IPM kecamatan tidak terlalu besar. Angka
terdapat sekitar 15 kecamatan yang
capaian IPM Kabupaten Bandung pada
angka
tahun 2012 adalah sebesar 75,24.
pencapaian
IPM-nya
masih
dibawah rata-rata Kabupaten Bandung .
IPM Kab. Bandung 2012
70
Gambar 6.2 Pencapaian Angka IPM menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2012 Cileunyi Rancaekek Dayeuhkolot Baleendah Margahayu Pameungpeuk Bojongsoang Cilengkrang Banjaran Pasirjambu Majalaya Ibun Soreang Cimenyan Cangkuang Ciparay KABUPATEN Pangalengan Nagreg Rancabali Margaasih Cimaung Cicalengka Katapang Arjasari Ciwidey Paseh Kutawaringin Solokanjeruk Cikancung Pacet Kertasari
70,000
72,000
74,000
76,000
78,000
80,000
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012
Pencapaian IPM tujuh kecamatan
umumnya
kecamatan-kecamatan
yang memiliki peringkat terbaik, pada
dimaksud merupakan daerah perkotaan
umumnya disumbang oleh pencapaian
yang memiliki akses terhadap pendapatan
indeks kemampuan daya beli masyarakat
dan kesehatan yang cukup baik. Sebagai
(PPP) yang relatif tinggi dan derajat
daerah perkotaan mayoritas pendidikan
kesehatan (AHH) yang sudah cukup baik.
yang ditamatkan umumnya lebih tinggi
Hal tersebut dapat dimaklumi karena pada
dibandingkan
IPM Kab. Bandung 2012
kecamatan
lainnya. 71
Gambar 6.3 Peringkat Tujuh Kecamatan yang Memiliki IPM Tertinggi di Kabupaten Bandung, Tahun 2012 79,00 78,00 77,00 76,00 75,00
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012
Kesenjangan antar wilayah untuk
Dayeuhkolot
dan
Kecamatan
melihat disparitas IPM tiap kecamatan,
Rancaekek, pada umumnya memiliki
ditunjukkan oleh rentang antara IPM
IPM cukup tinggi diatas IPM kabupaten.
kecamatan tertinggi dengan kecamatan
Sementara daerah yang bercorak rural
terendah. Semakin besarnya disparitas
seperti
Kecamatan:
Kertasari,
pencapaian angka IPM antar kecamatan
Rancabali, Pacet, dan
Solokanjeruk
menunjukkan pembangunan semakin
bahwa
kesenjangan
memiliki angka IPM yang relatif rendah.
antar
kecamatan
Tidak dapat dipungkiri bahwa kota-desa
melebar,
utamanya
kecamatan-kecamatan berhasil
kemajuan
pada
dianggap pembangunan
sampai
saat ini masih mewarnai
dikotomi dari proses dan distribusi hasilhasil pembangunan.
manusianya dengan kecamatan yang
Pada tahun 2008 rentang antara
masih tergolong tertinggal. Kesenjangan
kecamatan yang memiliki angka IPM
antar kecamatan lebih terlihat pada pola
terendah dengan
antar daerah. Daerah yang bercorak
memiliki angka IPM tertinggi sekitar 7,81
urban seperti Kecamatan Cileunyi,
poin
Kecamatan
sehingga
Margahayu,
IPM Kab. Bandung 2012
Kecamatan
dan
kecamatan yang
mengalami jaraknya
pergeseran
sedikit
melebar 72
menjadi 7,91 poin di tahun 2009. Pada
tertinggi mengalami kenaikan hingga
tahun
semakin
jaraknya masing-masing menjadi 7,68
mengecil hingga menjadi 7,43 poin.
poin dan 7,73 poin. Perlu dilakukan
Sementara itu, pada tahun 2011 dan
upaya
2012 rentang antara kecamatan yang
memperkecil kesenjangan capaian IPM
memiliki angka IPM terendah dengan
antar kecamatan.
2010
rentangnya
terus
menerus
untuk
kecamatan yang memiliki angka IPM
IPM Kab. Bandung 2012
73
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan IPM
menggambarkan
pembangunan
manusia
potret Kabupaten
berkesinambungan dalam jangka waktu yang panjang.
Bandung dari kacamata kondisi fisik
Peningkatan IPM pada prinsipnya
manusia (kesehatan dan kesejahteraan),
merupakan perubahan pola pikir manusia,
maupun sisi non-fisik (intelektualitas).
yaitu:
Pencapaian pada kondisi fisik manusia
berperilaku hidup bersih dan sehat
tercermin pada angka harapan hidup dan
(bidang
kesehatan);
kemampuan daya beli, sedangkan untuk
intelektual
(bidang
dampak
(intelektualitas)
peningkatan kemampuan bersaing secara
digambarkan oleh angka melek huruf dan
ekonomi (bidang ekonomi). Bertumbuhnya
tingkat pendidikan yang ditamatkan.
angka pada satu bidang, bukan hasil
IPM
non-fisiknya
telah
dimanfaatkan
perubahan
untuk
semakin peningkatan
pendidikan)
dan
untuk
kegiatan parsial, sebab pertumbuhan
pemantauan pencapaian pembangunan di
tersebut dipengaruhi pula oleh kondisi
Kabupaten Bandung,
upaya tersebut
yang dicapai pada bidang lainnya.
ditindaklanjuti dengan berbagai kegiatan
Dengan kata lain pencapaian pada bidang
pembangunan yang fokusnya kepada
kesehatan bukan hanya hasil kinerja
peningkatan martabat manusia Kabupaten
SKPD bidang kesehatan saja, karena
Bandung.
pengetahuan hidup sehat juga diberikan di
Untuk
mengevaluasi
keberhasilan pencapaian IPM, selayaknya
sekolah formal maupun
yang dinilai adalah seberapa perubahan
Disamping
(pertumbuhan) yang telah dicapai, dan
membiayai kesehatannya juga ditunjang
bukan pada posisi berapa IPM suatu
oleh SKPD bidang ekonomi. Demikian
daerah saat ini. Pencapaian angka IPM
juga capaian pada bidang pendidikan,
merupakan hasil pencapaian dari proses
peranan kemampuan ekonomi sangat
pembagunan
besar dalam mendorong orang tua untuk
yang
IPM Kab. Bandung 2012
berlangsung
itu,
non formal.
kemampuan
untuk
74
menyekolahkan anaknya ke jenjang yang
hampir menyelesaikan kelas 3 SLTP.
lebih tinggi.
Berbagai
program
digulirkan
untuk
Dari berbagai gambaran kondisi
yang
terus
meningkatkan
sosial ekonomi masyarakat dan indikator
tingkat
IPM Kabupaten Bandung pada tahun
Program-program
2012, disimpulan sebagai berikut:
Operasional Siswa (BOS), Program
1.
Angka meningkat
harapan
hidup seiring
terus
Keluarga
dengan
diantaranya:. Bantuan
Harapan
Beasiswa untuk
(PKH),
dan
Anak Keluarga
penurunan angka kematian bayi.
Miskin. Program kegiatan diatas
Sedangkan kematian bayi telah
telah mempunyai kontribusi dalam
dapat ditekan menjadi 34 bayi per
meningkatkan angka melanjutkan
1.000 kelahiran hidup. Kondisi ini
sekolah.
merupakan cerminan dari cakupan
2.
pendidikan
3.
Capaian
angka
melek
huruf
pelayanan tenaga kesehatan dalam
Kabupaten Bandung mencapai 98,69
proses pertolongan kelahiran yang
persen
semakin meningkat dari tahun ke
(berusia 15 tahun keatas). Hal ini
tahun. Disamping itu, dari sisi asupan
berarti masih terdapat 1,31 persen
gizi, peningkatan kesadaran ibu
penduduk
untuk menyusui anaknya, cenderung
mempunyai
lebih baik. Perubahan pola asuh ibu
membaca dan menulis huruf latin,
tersebut,
maupun huruf lainnya. Penyandang
mempunyai
berdampak
dari
penduduk
dewasa
yang
kemampuan
huruf
ini
dewasa
tidak untuk
positif terhadap peningkatan angka
buta
keberadaannya
harapan hidup dikemudian hari.
menyebar di seluruh kecamatan.
Seorang bayi yang dilahirkan pada
4. Gambaran indikator ketenagakerjaan
tahun 2012 mempunyai harapan
memperlihatkan
untuk hidup (Angka Harapan Hidup)
Kesempatan Kerja (TKK) semakin
selama 70,28 tahun kedepan.
meningkat, dan saat ini berada pada
Penduduk dewasa di Kabupaten
besaran
Bandung mempunyai rata-rata lama
Pengangguran Terbuka (TPT) dapat
sekolah selama 8,67 tahun, atau
diturunkan menjadi 10,38 persen.
mengandung arti setara dengan
Perubahan
IPM Kab. Bandung 2012
89,62
bahwa
persen.
positif
pada
Tingkat
Tingkat
kondisi 75
ketenagakerjaan
ini, diyakini telah
5. Pada
2003-2012,
mampu mendorong bertumbuhnya
perkembangan IPM di Kabupaten
daya
Kabupaten
Bandung menunjukkan peningkatan
Bandung. Meskipun tingkat inflasi
yang sangat berarti. Menurut data
pada
IPM
beli
penduduk
tahun
peningkatan
2012
mengalami
dibandingkan
tahun
tahun
2003,
angka
IPM
Kabupaten Bandung mencapai 67,52
sebelumnya, namun daya beli masiht
dan
bertumbuh positif. Pada tahun 2012
kemudian (2012) meningkat menjadi
Daya Beli Penduduk Kabupaten
75,24.
Bandung
terbesar, masih didominasi oleh
mencapai
Rp.642.190,-
perkapita. 7.2.
periode
setelah
sembilan
Kontribusi
tahun
peningkatan
pertumbuhan daya beli.
Saran Upaya yang dapat dilakukan untuk memelihara pertumbuhan pencapaian IPM
Kabupaten Bandung, diantaranya adalah dengan langkah-langkah berikut : 1. Untuk
meningkatkan
derajat
2.
Peningkatan
kualitas
kesehatan
kesehatan, terutama dalam upaya
keluarga dan kesehatan lingkungan
meningkatkan angka harapan hidup,
harus merupakan prioritas, apalagi
adalah dengan meminimalisir potensi
dalam menghadapi iklim yang tidak
kasus kematian bayi, baik itu selama
menentu. Pelayanan dan promosi
proses
kesehatan
kehamilan
maupun
merupakan
langkah
persalinan. Beberapa kegiatan yang
terdepan yang harus dilakukan untuk
harus terus ditingkatkan adalah
menekan angka keluhan kesehatan
pelaksanaan Jaminan persalinan dan
masyarakat.
kemitraan antara Bidan dengan
3.
Sasaran pemberantasan buta huruf
Dukun Beranak. Kedua kegiatan
yang
tersebut
menyebar dan persentasenya cukup
sangat
berpengaruh
terhadap kualitas persalinan.
keberadaannya
cukup
kecil memerlukan strategi untuk penanganannya. Hal pertama yang
IPM Kab. Bandung 2012
76
harus dilakukan adalah dengan
untuk masyarakat miskin). Dukungan
memetakan
anggaran
APBD
membuat data basis yang lengkap
berpengaruh
terhadap
nama dan alamatnya. Salah satu
sasaran program.
sasaran
dengan
data basis yang dapat dimanfaatkan adalah
data
rumahtangga
cakupan
kesempatan
untuk
berusaha dan memperoleh pekerjaan
berpendapatan menengah kebawah
merupakan
yang disampaikan Tim Nasional
peningkatan
Percepatan
Pengembangan usaha kecil/mikro
Penanggulangan
Kemiskinan
4.
40%
5. Perluasan
sangat
(TNP2K).
Tentunya
kunci
utama daya
untuk beli.
masih merupakan kegiatan yang
data tersebut harus dipadu dengan
diandalkan
sumber data lainnya, mengingat
kesempatan kerja. Pembinaan usaha
cakupannya data TNP2K baru 40%
kecil/mikro terutama ditujukan untuk
dari total rumahtangga. Setelah data
meningkatkan
sasaran terbentuk akan lebih mudah
sehingga mempunyai daya saing
menetapkan
baik tingkat lokal maupun ke luar
sasaran
kegiatan
dalam
memperluas
kualitas
maupun evaluasinya.
wilayah.
Perluasan cakupan berbagai bantuan
Kabupaten Bandung yang cukup
pendidikan melalui BOS, Beasiswa
besar juga merupakan pangsa pasar
Keluarga
potensial yang harus dimanfaatkan.
Miskin,
dan
Program
Keluarga Harapan, masih perlu
Dari
dilakukan
sisi
Jumlah
produk
pemasaran
penduduk
produk,
untuk
membantu
pemerintah serta perusahaan besar
dalam
meningkatkan
hendaknya turut membantu dalam
partisipasi sekolah. Kegiata-kegiatan
membuat jejaring pemasaran baik di
tersebut sangat meringankan beban
dalam maupun sampai ke manca
pembiayaan pendidikan (terutama
negara.
masyarakat
IPM Kab. Bandung 2012
77
Tabel Lampiran 1. Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2012
No
Kecamatan
(1)
(2)
Angka
Angka
Rata-rata
Daya
Harapan
Melek
Lama
Beli
IPM
Hidup
Huruf
Sekolah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Ciwidey
69,85
98,42
7,39
637,59
73,64
2
Rancabali
69,40
98,08
7,80
653,32
74,83
3
Pasirjambu
71,25
99,00
7,92
653,33
76,15
4
Cimaung
70,79
96,82
7,52
640,42
74,13
5
Pangalengan
71,21
97,56
8,05
644,69
75,24
6
Kertasari
67,77
97,27
8,56
610,69
71,03
7
Pacet
67,65
97,78
7,95
623,02
71,57
8
Ibun
72,14
97,97
7,53
651,83
76,02
9
Paseh
69,13
97,85
7,67
640,57
73,56
10
Cikancung
65,63
98,48
8,91
627,39
71,65
11
Cicalengka
68,53
99,16
9,42
630,04
74,00
12
Nagreg
70,80
98,45
8,29
638,01
74,88
13
Rancaekek
72,47
99,34
9,26
656,76
78,17
14
Majalaya
72,21
98,41
8,60
640,68
76,09
15
Solokanjeruk
67,60
98,76
8,59
636,40
73,27
16
Ciparay
70,81
98,70
9,09
635,63
75,35
17
Baleendah
70,97
99,06
8,34
670,36
77,64
18
Arjasari
69,82
97,27
7,41
642,55
73,77
19
Banjaran
71,38
98,63
8,91
644,25
76,18
20
Cangkuang
71,09
99,00
8,88
636,82
75,51
21
Pameungpeuk
70,92
99,18
9,60
645,95
76,69
22
Katapang
69,44
99,38
8,01
634,43
73,84
23
Soreang
71,10
99,35
8,11
645,52
75,69
24
Kutawaringin
70,14
98,32
6,73
638,10
73,33
25
Margaasih
70,96
99,14
8,27
633,91
74,79
26
Margahayu
70,19
99,79
10,13
644,54
76,70
27
Dayeuhkolot
70,71
99,60
9,87
658,33
77,82
28
Bojongsoang
69,32
99,07
8,89
660,15
76,34
29
Cileunyi
72,81
99,43
9,70
658,47
78,83
30
Cilengkrang
71,28
98,06
8,61
651,39
76,33
31
Cimenyan
69,35
98,48
10,14
638,83
75,51
70,28
98,69
8,67
642,19
75,24
Kab. Bandung
IPM Kab. Bandung 2012
78
Tabel Lampiran 2. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2012
In d eks No
Kecamatan
(1)
(2)
Kesehatan
Melek
Lama
Huruf
Sekolah
Pendidikan
Daya
IPM
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Beli
1
Ciwidey
74,74
98,42
49,25
82,03
64,15
73,64
2
Rancabali
73,99
98,08
51,97
82,71
67,78
74,83
3
Pasirjambu
77,08
99,00
52,79
83,60
67,79
76,15
4
Cimaung
76,32
96,82
50,12
81,26
64,80
74,13
5
Pangalengan
77,01
97,56
53,66
82,93
65,79
75,24
6
Kertasari
71,29
97,27
57,06
83,86
57,93
71,03
7
Pacet
71,08
97,78
52,98
82,85
60,78
71,57
8
Ibun
78,56
97,97
50,21
82,05
67,44
76,02
9
Paseh
73,55
97,85
51,13
82,28
64,84
73,56
10
Cikancung
67,72
98,48
59,40
85,45
61,79
71,65
11
Cicalengka
72,55
99,16
62,80
87,04
62,40
74,00
12
Nagreg
76,33
98,45
55,28
84,06
64,25
74,88
13
Rancaekek
79,12
99,34
61,70
86,80
68,58
78,17
14
Majalaya
78,69
98,41
57,31
84,71
64,86
76,09
15
Solokanjeruk
71,00
98,76
57,26
84,92
63,88
73,27
16
Ciparay
76,35
98,70
60,61
86,00
63,70
75,35
17
Baleendah
76,61
99,06
55,62
84,58
71,72
77,64
18
Arjasari
74,69
97,27
49,39
81,31
65,30
73,77
19
Banjaran
77,29
98,63
59,38
85,55
65,69
76,18
20
Cangkuang
76,81
99,00
59,21
85,74
63,97
75,51
21
Pameungpeuk
76,54
99,18
63,98
87,45
66,08
76,69
22
Katapang
74,07
99,38
53,38
84,04
63,42
73,84
23
Soreang
76,83
99,35
54,08
84,26
65,98
75,69
24
Kutawaringin
75,23
98,32
44,85
80,49
64,27
73,33
25
Margaasih
76,60
99,14
55,16
84,48
63,30
74,79
26
Margahayu
75,31
99,79
67,52
89,03
65,76
76,70
27
Dayeuhkolot
76,18
99,60
65,78
88,33
68,94
77,82
28
Bojongsoang
73,86
99,07
59,29
85,81
69,36
76,34
29
Cileunyi
79,68
99,43
64,68
87,84
68,97
78,83
30
Cilengkrang
77,13
98,06
57,42
84,51
67,34
76,33
31
Cimenyan
73,91
98,48
67,62
88,19
64,44
75,51
Kab. Bandung
75,46
98,69
57,78
85,05
65,21
75,24
IPM Kab. Bandung 2012
79
Tabel Lampiran 3. Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2011 (Hasil Penyesuaian Metode Harapan Hidup dan Daya Beli) Angka Harapan Hidup (3)
Angka Melek Huruf (4)
Rata-rata Lama Sekolah (5)
Daya Beli
IPM
(6)
(7)
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
67.23 66.75 68.54 68.09 68.49 65.18 65.03 69.41 66.49 63.05 65.89 68.11 69.73 69.47 64.99 68.10 68.26 67.13 68.67 68.36 68.20 66.79 68.39 67.46 68.24 67.50 67.99 66.69 70.03 68.57 66.66
98.06 97.87 98.82 96.55 97.20 97.17 97.08 96.82 97.46 98.22 98.92 98.19 99.21 98.20 98.63 98.20 98.93 96.51 98.21 98.74 99.08 99.22 99.28 97.79 99.04 99.77 99.58 98.90 99.16 97.54 98.22
7.73 7.19 7.89 7.90 7.68 6.87 7.50 7.48 7.76 7.98 9.33 8.21 10.09 8.62 8.55 9.01 9.65 8.04 9.45 9.26 9.65 9.51 9.37 7.72 9.48 11.11 10.49 10.39 10.44 9.36 9.42
568.05 561.51 559.10 563.68 574.63 559.74 563.66 569.61 565.06 574.23 574.29 553.45 575.83 569.54 571.32 572.59 573.02 566.19 573.21 569.64 569.56 576.74 575.22 570.34 578.13 584.96 586.74 586.15 580.99 572.69 573.28
71.63 70.42 71.96 71.56 72.60 69.01 69.68 72.50 70.87 70.00 72.74 71.37 75.62 73.67 71.37 73.44 74.20 71.31 74.13 73.66 73.93 73.63 74.31 71.86 74.48 75.96 75.87 74.88 76.44 73.82 73.00
Kab. Bandung
70.06
98.53
9.15
576.80
75.03
No
Kecamatan
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Sumber : Survei Khusus IPM 2011.
IPM Kab. Bandung 2012
80
Tabel Lampiran 4. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2011 (Hasil Penyesuaian Metode Harapan Hidup dan Daya Beli) Indeks Lama Pendidikan Sekolah (5) (6)
No
Kecamatan
(1)
(2)
(3)
Melek Huruf (4)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
70.39 69.59 72.57 71.82 72.48 66.96 66.71 74.01 69.15 63.41 68.14 71.85 74.54 74.11 66.65 71.84 72.10 70.22 72.78 72.27 72.00 69.66 72.31 70.77 72.07 70.84 71.65 69.48 75.06 72.62 69.44
98.06 97.87 98.82 96.55 97.20 97.17 97.08 96.82 97.46 98.22 98.92 98.19 99.21 98.20 98.63 98.20 98.93 96.51 98.21 98.74 99.08 99.22 99.28 97.79 99.04 99.77 99.58 98.90 99.16 97.54 98.22
51.56 47.94 52.63 52.69 51.20 45.77 50.03 49.89 51.72 53.19 62.19 54.72 67.27 57.46 56.99 60.07 64.35 53.61 63.03 61.73 64.31 63.38 62.50 51.46 63.23 74.05 69.96 69.27 69.63 62.39 62.80
98.53
60.12
Kesehatan
Kab. Bandung 75.11 Sumber : Survei Khusus IPM 2011.
IPM Kab. Bandung 2012
Daya Beli (7)
IPM
82.56 81.23 83.42 81.93 81.87 80.04 81.39 81.18 82.21 83.21 86.68 83.70 88.57 84.62 84.75 85.49 87.40 82.21 86.49 86.41 87.49 87.28 87.02 82.35 87.11 91.20 89.71 89.02 89.31 85.82 86.41
61.95 60.43 59.88 60.93 63.47 60.02 60.93 62.31 61.25 63.37 63.39 58.57 63.74 62.29 62.70 63.00 63.10 61.51 63.14 62.31 62.30 63.95 63.60 62.48 64.28 65.85 66.26 66.13 64.93 63.02 63.15
71.63 70.42 71.96 71.56 72.60 69.01 69.68 72.50 70.87 70.00 72.74 71.37 75.62 73.67 71.37 73.44 74.20 71.31 74.13 73.66 73.93 73.63 74.31 71.86 74.48 75.96 75.87 74.88 76.44 73.82 73.00
85.65
63.97
75.03
(8)
81