Boediono: Resi Yang Terpanggil Menertibkan Dunia Oleh: Bagus Takwin, Niniek L. Karim, Nurlyta Hafiyah, dan Dicky Pelupessy
Jika kebanyakan orang “mengharap burung terbang, burung di tangan dilepaskan” maka Boediono lebih suka menjaga burung di tangan, menangkap burung terbang. Kecenderungan Mantan Menteri Keuangan RI ini mengindikasikan adanya sifat rasional dalam terminologi ekonomi, menalar secara cermat perbandingan untung rugi, dipadu dengan sifat realistik yang mendasarkan keputusan pada hal-hal yang tinggi tingkat kepastiannya. Ia terlebih dahulu memfokuskan diri untuk mengurus apa yang ada dan mengelola sumberdaya yang sudah jelas dan pasti dimiliki, baru kemudian menambah aset baru. Dengan sifat seperti itu, ia mampu menjadi penjaga ekonomi yang tangguh, hemat dan penuh perhitungan. Tampaknya
prinsip
pengelolaan
keuangan,
mengelola
pengeluaran
sebagai
keutamaan, dipegang teguh oleh Boediono. Ia tak segan memangkas fasilitas dan biaya yang tak terlalu relevan dengan peningkatan kinerja pemerintah. Ia merasa terlalu mewah serta ingin menolak mobil dinas baru untuk dirinya sebagai Gubernur BI walau itu adalah standar yang ada. Tampak jelas disini bahwa yang dipegang oleh Boediono: yang sudah pasti adalah pengeluaran maka itu yang harus dikelola lebih dahulu, sedangkan pemasukan tidaklah pasti. Ia menyatakan diri sebagai orang yang berprinsip “...jangan mengambil apa yang bukan haknya.”
Ia adalah orang yang konsisten dan konsekuen dalam pengelolaan ekonomi.
Pengetahuan yang ia ajarkan kepada mahasiswa diterapkannya dalam praktek baik sebagai ekonom maupun dalam kehidupan pribadinya sehari-hari. Kemampuan Boediono bertahan menghadapi krisis sudah ditunjukkannya dalam kesempatan mengelola ekonomi secara efisien, baik ketika ia menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (1998-1999), Menteri Keuangan (2001-2004), Menko Ekuin (20052008) dan Gubernur Bank Indonesia (2008-2009). Untuk kinerjanya sebagai Menteri Keuangan, majalah Business Week (AS) memberi gelar tokoh kompeten di bidang keuangan. Sebagai menteri keuangan di Kabinet Gotong Royong pimpinan Megawati Soekarnoputri, Boediono berhasil membenahi bidang fiskal, masalah kurs, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi. Dalam penanganannya, kurs rupiah stabil di kisaran Rp 9000-an per dolar AS. Suku bunga berada dalam posisi yang merangsang kegiatan bisnis, pertumbuhan ekonomi naik secara signifikan. Bahkan di akhir masa kabinet itu, pertumbuhan ekonomi pada triwulan keempat 2004 mencapai 6,65 persen, tertinggi sejak krisis hingga tahun 2009. 1
Dalam kehidupan pribadi ia menunjukkan diri sebagai orang yang hemat dan cermat berhitung. Pria bergelar Doktor Ekonomi Bisnis dari Wahrton School University of Pennsylvania, Amerika Serikat ini tampaknya menerapkan juga prinsip dan perhitungan ekonomi dalam menata keuangan rumah tangganya. Kehidupan sederhana dijalaninya bahkan setelah ia beberapa kali menduduki jabatan menteri. Teman dan sebagian besar orang yang pernah berinteraksi dengannya menangkap kesan Boediono adalah orang yang rendah hati, ugahari dan bersahaja. Beberapa dari mereka bercerita, rumah pribadi Boediono di kawasan Mampang Prapatan Jakarta tergolong sederhana. Kursi di rumah itu sudah banyak yang bolong dan lusuh. Walau, ternyata, berdasarkan catatan pemeriksaan kekayaan calon pejabat, ia punya kekayaan Rp 22,06 milyar. Sifat realistik dan mengarah tujuan yang moderat sering ditampilkan oleh mantan Gubernur Bank Indonesia ini. Ia kini ikut bersaing dalam Pemilu 2009 di Indonesia sebagai cawapres mendampingi SBY. Disini sifat konservatif pun tampak pada diri Boediono yang diakuinya ketika ia menetapkan sasaran pertumbuhan sekitar 7% untuk Indonesia di tahun 2014. Menurutnya, pertimbangan yang konservatif perlu karena setiap yang diputuskan menyangkut nasib seluruh rakyat Indonesia. Caranya mendekati masalah memang terkesan cenderung konservatif. Ia selalu menjaga yang dimiliki, berhitung bertindak cermat, hati-hati, mempertimbangkan semua aspek. Boediono memang menampilkan ciri-ciri dari orang yang berpegang pada prinsip yang sudah terbukti dapat diandalkan. Ia tidak suka spekulasi, kurang tertarik pada yang imajinatif. Meski semakin banyak orang yang kenal Boediono dan kini ia menjadi salah satu orang Indonesia yang banyak dibicarakan, latar belakang keluarga dan kehidupan pribadinya jarang diungkap ke publik. Sulit mencari informasi tentang sejarah masa kecil, seluk-beluk kehidupan keluarganya. Boediono tercatat lahir tanggal 25 Februari 1943 di Kota Blitar Jawa Timur dari pasangan suami istri Ahmad Siswa Sarjono dan Samilah. Teman-temannya mengenalnya sebagai orang yang sederhana lulusan SMAN I Blitar, cerdas, suka nonton film koboi, pendiam meski ia juga cepat tanggap terhadap humor. Tak ada informasi lebih rinci. Ia tampak tidak merasa penting untuk berihwal tentang kehidupan pribadinya. Media massa pun lebih banyak membahas sepak-terjang Boediono dalam perannya sebagai pejabat pemerintah. Bahkan aktivitasnya sebagai dosen pun jarang diberitakan. Ia memang bukan orang yang merasa nikmat untuk bercerita perihal pribadinya, ia dikenal sebagai orang yang jarang tampil di hadapan publik.
2
Aspek Kognitif Trait (sifat), Belief (kepercayaan), Kompleksitas Pikiran dan Pola Penalaran Sedikitnya informasi tentang kehidupan pribadi Boediono yang mengindikasikan dirinya sebagai orang yang cenderung tertutup sejalan gambaran aspek emosionalnya. Ia tampak sangat mengontrol tingkahlakunya, kalem dan introspektif. Ia bukan tipe orang yang dapat memanipulasi ekspresi emosi, bukan juga jenis orang yang dapat menampilkan ekspresi emosi yang dibuat-buat hanya untuk sekedar menyenangkan orang lain. Ekspresi emosinya apa adanya. Wajar bila tertangkap oleh masyarakat sebagai ekspresi ketulusan sebagaimana muncul dalam hasil FGD maupun survei (n= 2198) dalam penelitian ini. Boediono memang tidak mudah terusik secara emosional dan hanya menggunakan sedikit energi untuk hal yang berkaitan dengan emosi. Namun, ia dapat menanggapi rangsang emosional secara hangat meski dengan ekspresi yang cenderung kurang bervariasi, alias cenderung sama. Dalam tipologi temperamen yang digunakan oleh Wilhelm Wund dan dilengkapi oleh Eysenck, ciri tersebut termasuk tipe orang plegmatik, yaitu orang yang tidak suka larut dalam situasi emosional, selalu memiliki alasan yang jelas untuk tiap tingkahlaku termasuk ekspresi yang ia tampilkan, berpegang pada prinsip, dan berkemauan keras. Dari kecenderungan lebih memanfaatkan dan mengolah aset-aset yang dimiliki ketimbang mencari tambahan aset lewat bantuan atau pinjaman dari pihak luar, serta kecenderungan menstabilkan obyek-obyek di luar diri, Boediono dapat digolongkan tipe introvert dalam tipologi Carl Gustav Jung (1875-1961). Tipe orang yang lebih suka menggunakan energi psikis di dalam diri, terus-menerus berusaha mereduksi gairah dan hasrat terhadap obyek-obyek di luar diri, lebih berusaha mengendalikannya. Ia bukannya meragukan apa yang ada di luar dirinya, namun ia akan memilih penentu subyektif sebagai patokan dan standar untuk menata obyek-obyek di lingkungannya. Sebagai contoh, saat menghadapi krisis, ia tidak menolak atau mengabaikan krisis itu, tetapi Boediono berusaha mencari dan menentukan prinsip-prinsip yang menurutnya dapat mengendalikan obyek-obyek terkait krisis itu. Prinsip-prinsip ia pilih dan gunakan sebagai kekuatan yang diyakini, meski kadang berbagai keberatan diajukan orang kepadanya. Sumber prinsip-prinsip tersebut bisa dari teori atau pengalaman. Dengan prinsip-prinsip itu sebagai faktor pengarah, ia memaknai dan mengendalikan lingkungannya secara khas. Pemilihan penggunaan prinsip-prinsip dengan alur seperti itu disebut sebagai penentu subyektif. Orang yang introvert seperti Boediono sulit dikategorisasi menggunakan kategori yang umum ada di masyarakat. Tipe ini cenderung memanfaatkan kerangka pikir yang unik. Ciri-ciri yang menonjol pada orang introvert tampak pada diri Boediono, seperti 3
mementingkan stabilitas, pendiam, tertutup, tak mudah dipengaruhi, dan pemalu. Dengan introvert-nya dan kecenderungan memanfaatkan berpikir sebagai fungsi psikis yang dominan, Boediono cenderung berespon terhadap obyek-obyek secara abstrak. Ia berusaha menemukan kesamaan dari beragam gejala dan mengelompokkannya berdasarkan kategori-ketegori tertentu agar masalah menjadi lebih sederhana dan mudah diselesaikan. Abstraksi semacam itu adalah abstraksi yang terjadi dalam ilmu pengetahuan dan dengan demikian kita bisa simpulkan bahwa Boediono adalah orang yang percaya kepada ilmu pengetahuan. Sifat ini tertangkap oleh masyarakat dalam hasil FGD maupun survei (n=2198) dan didukung oleh amatan kelompok psikolog. Parsimony atau kesederhanaan yang menjadi salah satu prinsip penting dalam ilmu pengetahuan, tampaknya juga menjadi prinsip Guru Besar Ekonomi UGM ini. Sejalan dengan asumsi ilmu pengetahuan yang memandang alam semesta bekerja mengikuti mekanisme tertentu, Boediono juga cenderung memandang segala sesuatu, termasuk ekonomi, diatur oleh mekanismenya masing-masing. Sebagai orang yang mementingkan stabilitas dan percaya ada mekanisme yang mengatur segala sesuatu, Boediono cenderung percaya bahwa kehidupan politik merupakan ajang untuk membangun harmoni. Kata dan frase dalam kalimat-kalimat yang diutarakannya mengimplikasi usaha pencapaian harmoni. Meredam, penyesuaian, menjaga stabilitas, membaik, mengembalikan kepercayaan, membuka diri untuk perbaikan, dan mohon maaf, menampilkan indikasi kepercayaan itu. Ini juga menandai kecenderungannya menghindari konflik, menjaga segalanya berjalan stabil, termasuk juga menjaga perasaan orang lain. Meskipun menyukai cara hidup sederhana, selalu berusaha menyederhanakan masalah yang kompleks, dan menyukai stabilitas, namun pikiran-pikiran Boediono menunjukkan struktur kognitif yang kompleks. Ia cenderung melihat permasalahan dari berbagai dan beragam sudut pandang dan mampu mengintegrasikannya untuk menyelesaikan masalah. Justru tingginya kompleksitas pikiran ini yang membuatnya dapat menemukan pola-pola umum dari beragam gejala yang sepertinya tak beraturan. Dengan daya abstraksi yang tinggi, didasari prinsip-prinsip yang dipegang, ia menyederhanakan masalah yang kompleks.
Motif Sosial Indikasi motif berprestasi Boediono sangat menonjol, jauh lebih tinggi daripada kebutuhannya berkuasa dan membina hubungan sosial. Ia cenderung membidik tujuan realistik dan moderat. Motif berprestasi ini sejalan dengan sifat hati-hati, disiplin, berkemauan keras, berambisi memperoleh hasil terbaik, mementingkan pencapaian kemajuan meski sedikit demi sedikit, berpegang pada patokan yang pasti dan andal, serta suka bekerja 4
menggunakan prinsip-prinsip yang jelas dan teruji efektivitasnya dalam praktek. Sifat-sifat ini membuatnya menjadi konservatif dan kurang tertarik untuk berimajinasi. Ia bukan jenis orang yang suka mencari-cari ide baru dan mencoba-coba cara baru dalam menyelesaikan masalah. Ia tidak suka bertaruh. Implikasinya, Boediono kurang tertarik pada pemikiran atau ide transformatif-revolusioner. Boediono bukan jenis orang yang spontan, ia tidak terburu-buru dalam mengambil tindakan. Sebelum menentukan keputusan tentang suatu masalah, ia akan mempertimbangkan berbagai hal yang relevan. Dalam proses pencapaian tujuan ia akan memanfaatkan berbagai sumberdaya dan bantuan, mengatasi dan menghindari hambatan, serta menggunakan tujuantujuan perantara yang mendekatkannya kepada hasil terbaik. Untuk menjaga dan menjamin kemajuan dalam pencapaian tujuan, Boediono menghindari spekulasi dan tindakan yang mengandung risiko ekstrim. Jika pun keputusan yang diambil mengandung risiko, maka itu adalah risiko moderat. Tetapi, Boediono bukan orang yang mau ‘mencari gampangnya’, bukan juga orang yang ingin ‘main aman’ atau safety player. Ia tetap menggunakan prinsipprinsip yang ia percayai dan yang dianutnya dalam penyelesaian tiap masalah. Orang yang digerakan oleh motif berprestasi berorientasi pada penyelesaian masalah dan pencapaian tujuan. Ciri ini menonjol pada diri Boediono. Yang terpenting menurutnya adalah langkah nyata untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Dari sini dapat dipahami, Boediono adalah seorang teknokrat yang beorientasi pada penerapan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis.
Kepribadian dan Kepemimpinan Boediono Sesuai dengan sifat introvert-nya, dalam memimpin pun Boediono cenderung berusaha menata yang dipimpinnya dan mengelola sumberdaya menggunakan prinsip-prinsip yang dipegang secara kukuh. Ia dapat menjadi rujukan bagi orang-orang yang dipimpinnya karena memiliki kerangka pikir dan tindakan yang jelas untuk menangani masalah yang dihadapi. Arahannya yang jelas memudahkan orang yang dipimpin untuk menampilkan tindakan yang dibutuhkan. Pengalaman sebagai dosen menguatkan kemampuan ini. Penguasaan bidang yang digeluti Boediono membuat orang segan kepadanya. Ia dapat diandalkan untuk menyelesaikan tugas yang diembannya. Disiplin dan ketenangannya mendukung aktivitas-aktivitas pencapaian tujuan. Dalam masa krisis, orang seperti Boediono dapat mengendalikan situasi dan mencegah berlarutnya krisis. Kemampuan abstraksi yang tinggi memungkinnya melihat permasalahan secara menyeluruh dan menemukan titik-titik utama dari permasalahan. Dengan kemampuan itu, ia dapat menemukan solusi-solusi yang 5
efektif dan efisien. Kemampuannya menstabilkan keadaan menjadi kekuatan utama yang mendukung kepemimpinannya. Keputusan yang moderat, menghindari spekulasi dan alternatif solusi ekstrim memungkinkan situasi tetap stabil, lalu selangkah demi selangkah mencapai kemajuan. Boediono dapat menjadi pemimpin yang bertanggungjawab, menjaga integritas diri, dan menjadi teladan bagi bawahannya. Ia akan merasa terpanggil untuk ikut menata situasi yang tak stabil. Ia juga dapat berperan sebagai guru bagi bawahannya. Guru besar yang hampir tak pernah bolos mengajar ini mengesankan dirinya sebagai resi yang berhasrat menertibkan dunia.***
Tabel Aspek Kepribadian yang menonjol, kekuatan dan kelemahan Boediono sebagai pemimpin politik Aspek yang Menonjol
Kekuatan
Kelemahan
Moderat, penuh pertimbangan, Mampu berargumentasi cermat, tak mudah dipengaruhi, demi perbaikan, berpegang sederhana, mengendalikan diri teguh pada prinsip
Konservatif, cenderung tertutup, mengesankan kurang imajinatif
Rasional, mengandalkan pikiran, mengandalkan prinsipprinsip yang sudah terbukti kebenarannya
Kemampuan abstraksi dan konseptual tinggi serta percaya pada ilmu pengetahuan
Berhati-hati terhadap keragaman ide, lebih cenderung menghindari kemungkinan mengambil solusi yang salah daripada menerima solusi baru yang mungkin bisa benar
Berorientasi kepada penyelesaian masalah
Mampu terapkan teori ke dalam praktek, selesaikan masalah dengan efektif efisien
Menghindari keputusan yang berisiko tinggi
Pola penalaran sistematik
Pemahaman terhadap permasalahan secara menyeluruh
Lebih mementingkan yang universal daripada partikular, lebih mengutamakan keseluruhan daripada bagian
Kebutuhan untuk berprestasi
Pekerja keras, selalu berusaha mencapai yang didambakan dan selalu ingin hasil yang terbaik
Cenderung tidak mudah terusik secara emosional
Bertanggungjawab, integritas
Disegani, dapat diandalkan,
Kurang mementingkan 6
terjaga, dan menguasai bidangnya
dan mampu menjadi teladan kebutuhan rekreasi dan kenikmatan, terlalu membatasi diri.
7