Bioremediasi Metana Di Lahan Sawah Terhadap Pemanasan Global
Sebagai Langkah Mitigasi
ISSN:2089-3205
BIOREMEDIASI METANA DI LAHAN SAWAH SEBAGAI LANGKAH MITIGASI TERHADAP PEMANASAN GLOBAL Muh. Nasir Abstrak: Global warming is the process of increasing the average temperature of the atmosphere, ocean, and land earth, this is caused by the greenhouse effect caused by accumulated amount of Greenhouse Gases (GHG) is a wave trap solar radiation. These gases absorb and reflect radiation emitted by the earth and consequently heat is stored in the earth's surface. Methane is one of the carbon compounds that can increase the rate of global warming and causing changes in the chemical composition of the atmosphere, these compounds are separated from the anaerobic environment into the atmosphere when it is not oxidized by metanotrof. Bioremediation is a technique that potentially contaminated areas to clean up pollutants. Bioremediation technology is simply an attempt to optimize the natural ability of microorganisms to degrade / recycle by providing essential inorganic reactants and minimize abiotic stress. This technology is very useful and can be used at various stages of treatment. There are three principles in bioremediation technologies, the direct release into the environment of microbial contamination, microbial upgrading of indigenous (native), and the use of microbes in special reactors (Portier, 1991). The first step is the oxidation of methane to CO2 conversion of methane into methanol involving the enzyme methane monooksigenase. This enzyme is composed of two forms: membrane bound form (pMMO) and a soluble cytoplasmic form (sMMO). PMMO present in all forms of the genus metanotrof whilst the sMMO is only found in certain strains (McDonald, et al., 2008). The use of enzymes to catalyze the oxidation of methane monooksigenase methane to methanol is a characteristic metanotrof. Including methane metabolism formadehida core role as intermediates in katabolisma and anabolism, and unique trajectory synthesis intermediate core metabolic pathways. Kata Kunci: Bioremediation, Methane, Global warming. berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-
PENDAHULUAN Pemanasan
global
adalah
adanya
rata
tahunan
bumi
terus
meningkat.
proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,
Intergovernmental Panel on Climate Change
laut, dan daratan bumi. Peningkatan suhu
(IPCC) menyimpulkan bahwa peningkatan
tersebut disebabkan oleh efek rumah kaca
suhu rata-rata global sejak pertengahan abad
akibat menumpuknya jumlah Gas Rumah
ke-20
Kaca
konsentrasi
(GRK)
yang
menjadi
perangkap
disebabkan gas-gas
oleh rumah
meningkatnya kaca
akibat
gelombang radiasi matahari. Gas-gas ini
aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.
menyerap dan memantulkan kembali radiasi
Ada enam jenis gas yang digolongkan sebagai
gelombang yang dipancarkan bumi dan
GRK,
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di
dinitroksida
permukaan
sulfurheksafluorida (SF6), perfluorokarbon
bumi.
Hal
tersebut
22 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
terjadi
yaitu
karbondioksida (N2O),
metana
(CO2), (CH4),
Volume 3 Nomor 1 April 2014
Bioremediasi Metana Di Lahan Sawah Terhadap Pemanasan Global (PFCs)
dan
Namun
hidrofluorokarbon
jenis
GRK
yang
Sebagai Langkah Mitigasi
(HFCs). terbanyak
ISSN:2089-3205
metana dibandingkan dengan peternakan, tanah pertanian dan pembakaran biomas.
memberikan sumbangan pada peningkatan
Walaupun
konsentrasi
metana
di
emisi GRK adalah CO2, CH4 dan N2O. Gas-
atmosfer lebih rendah dibanding CO2, akan
gas ini berfungsi sebagai pemantul radiasi
tetapi kemampuan metana dalam menyerap
panas dari matahari.
panas 30 kali lebih tinggi dari CO2 (Paul dan
Berdasarkan data total emisi gas
Clark, 1996). Selain waktu tinggalnya yang
rumah kaca Indonesia tahun 1994, sektor
lama,
pertanian berada pada urutan ketiga (8,05%)
mamancarkan panas 21 kali lebih tinggi dari
setelah
dan
CO2. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-
kehutanan (64%) serta energi (24,84%) (KLH
upaya mitigasi, sehingga keberadaan metana
Indonesia
di atmosfer tidak semakin meningkat atau
perubahan
:
tataguna
The
First
lahan
National
CH4
memiliki
Communication, 1999). Lahan persawahan
paling tidak produksi
terutama yang selalu tergenang merupakan
persawahan bisa ditekan.
sumber
dari
tiga
macam
metana di lahan
yaitu
Sampai saat ini telah dikembangkan
karbaondioksida (CO2), metana (CH4), dan
berbagai teknologi dalam rangka menekan
dinitrogen oksida (N2O). Metana bersumber
emisi metana, seperti pengolahan tanah secara
dari aktivitas mikroorganisme pengurai pada
kering,
kondisi anaerob, pembusukan biomassa di
intermitten,
rawa, aktifitas pertanian di sawah, ternak
penggunaan pupuk dan cara pemberian
sapi/kerbau
pupuk, penyiangan gulma serta penggunaan
dan sampah.
GRK
kemampuan
Dari berbagai
sumber tersebut, sumber terbesar adalah dari
hemat
air tanam
irigasi benih
dengan
cara
langsung,
varietas padi yang rendah emisi.
lahan padi sawah.
Selain teknologi tersebut di atas, salah
Menurut kajian ALGAS (1997), sektor
satu teknologi yang dapat dikembangkan
pertanian dan peternakan menyumbang emisi
untuk mereduksi metana di lahan sawah
CH4 sebesar 3,4 juta ton/ tahun (71,4 juta ton
adalah
CO2e) di mana 75% dari emisi CH4 tersebut
bakteri metanotrof (methanotrophic bacteria).
dilepaskan
Hasil
Bakteri metanotrof adalah bakteri yang dapat
penelitian tim konsorsium perubahan iklim
memanfaatkan metana sebagai satu-satunya
sektor pertanian juga menunjukkan bahwa
sumber karbon dan energi yang kemudian
padi sawah merupakan penyumbang terbesar
diubah menjadi komponen sel. Bakteri ini
melalui
lahan
sawah.
dengan bioremediasi menggunakan
umum ditemukan di tanah, air dan sedimen. 23
Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
Volume 3 Nomor 1 April 2014
Bioremediasi Metana Di Lahan Sawah Terhadap Pemanasan Global
Sebagai Langkah Mitigasi
ISSN:2089-3205
Hanya saja aktivitas pertanian modern yang
memanfaatkan
teknologi
berbasis bahan kimia menyebabkan populasi
berbasis bakteri metanotrof.
bioremediasi
bakteri ini menjadi rendah. Program pertanian organik yang dicanangkan pemerintah dapat dijadikan momentum untuk mitigasi metana melalui
penggunaan
bakteri
METANA:
Tulisan ini akan mengulas strategi mitigasi metana dilahan persawahan dengan
POTENSI
Metana adalah salah satu jenis gas rumah
kaca
mikroorganisme
persawahan.
DAN
ROSOTNYA DI LAHAN SAWAH
metanotrof
sebagai komponen pupuk hayati untuk lahan
EMISI
yang
bersumber
pengurai
pada
dari kondisi
anaerob, pembusukan biomassa di rawa, aktifitas
pertanian
di
sawah,
ternak
sapi/kerbau dan dari sampah (Tabel 1). Tabel 1. Sumber GRK GRK
Simbul Sumber/Keterangan Lain H2O Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global.
Uap air
Karbon dioksida
CO2
Metana
CH4
Ozon
O3
Dinitrogen oksida atau nitrat oksida
N2O
Jika bumi menjadi lebih hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini akan meningkatkan efek rumah kaca serta makin mendorong pemanasan global. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia terhadap jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi Mikroorganisme pengurai pada kondisi anaerob, pembusukan biomassa di rawa, aktifitas pertanian di sawah, ternak sapi/kerbau, sampah Alami terdapat di atmosfer, di troposfer, ozon merupakan zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari bereaksi dengan gas buang kendaraan bermotor. Diduga bahwa sumber utamanya, yang mungkin mencakup sampai 90 persen, merupakan kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pemakaian pupuk nitrogen meningkatkan jumlah gas ini di atmosfer.
Chlorofluorocarbon
CFC
Dinitrogen oksida juga dihasilkan dalam jumlah kecil oleh pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, gas bumi). Chlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat-sifat, misalnya tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan amat stabil sehingga dapat digunakan dalam berbagai peralatan dan mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II. Chlorofluorocarbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama dagang ‘Freon’. Dua jenis chlorofluorocarbon yang umum digunakan adalah CFC R-11 dan CFC R-12. Zat-zat tersebut digunakan dalam proses mengembangkan busa, di dalam peralatan
yang
Metana merupakan senyawa karbon
metana
sangat
pemanasan
stabil
dalam
lingkungan
anaerobik dan senyawa intermediate penting
ke
atmosfir global
meningkatkan dan
laju
menyebabkan
perubahan komposisi kimia atmosfir.
dalam reaksi mineralisasi bahan organik
Luas lahan sawah di Indonesia yang
(Hanson dan Hanson, 1996). Metana lepas
lebih dari 10,9 juta hektar diduga memberi
dari lingkungan anaerobik ke atmosfir ketika
kontribusi sekitar 1% dari total global metana.
tidak dioksidasi oleh metanotrof. Pelepasan
Beberapa laporan menyebutkan bahwa total
24
Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
Volume 3 Nomor 1 April 2014
Bioremediasi Metana Di Lahan Sawah Terhadap Pemanasan Global
Sebagai Langkah Mitigasi
emisi CH4 dari lahan padi sawah Indonesia
Ministry of Environment (1999)
ISSN:2089-3205
-
-
2,28
-
-
bervariasi antara 2,2-6,2 juta ton CH4/tahun atau setara dengan 46,2-130 juta ton CO2e.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EMISI METANA
Pengaruh masing-masing gas rumah Emisi
kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca
metana
di
lahan
sawah
bergantung pada : (1) besarnya kadar gas
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
rumah kaca di atmosfer, (2) waktu tinggal di
kandungan unsur hara makro dan mikro
atmosfer dan (3) kemampuan penyerapan
tanah, bahan organik, air dan mikroba tanah.
energi (Tabel 2).
Pada tanah sawah praktek pembenaman
Tabel 2. Konsentrasi, serapan panas dan waktutinggal dari GRK Pada skala global, konsentrasi CH4 meningkat
sekitar
1%
setiap
tahun.
Konsentrasi CH4 di udara dewasa ini setinggi 1,72 ppm (by volume) lebih dua kali lipat dari konsentrasi pra industri yang tingkatnya 0,8 ppm (by volume). Lahan basah, termasuk lahan sawah menyumbang sekitar 15 - 45% terhadap kadar CH4 di atmosfer, sedangkan sumbangan lahan kering sekitar 3 -10%. Referensi yang menunjukkan besarnya emisi CH4
dari
lahan
sawah
di
Indonesia
ditunjukkan pada Tabel 3.
Luas lahan sawah (km2) Emisi CH4 (Mt/tahun) Mathews et al. (1991) Taylor et al. (1991) Neue et al. (1990) Khalil and Shearer (1993) Cao et al. (1996) Sass and Fisher (1997) Husin (1994)
23
Cina
Gas Rumah Kaca (GRK)
Konsentrasi (µl/liter)
Serapan Panas (CO2 = 1)
Karbon dioksida (CO2) Metana (CH4) Ozon (O3) Dinitrogen oksida (N2O)
360
1
Waktu Tinggal di Atmosfer (tahun) 50-200
1,7 0,3
30 150
8-12 0,1 150
penggenangan merupakan fenomena yang umum
terjadi.
menstimulir
Kondisi tersebut
suasana
reduktif
akan dan
meningkatkan aktivitas mikroba metanogen sehingga meningkatkan pembebasan CH4. Pembenaman
bahan
organik
segar
menyebabkan peningkatan fluks CH4 baik pada tanah sawah maupun lahan kering dan
Tabel 3. Perbandingan emisi CH4 (Mt/tahun) di Cina, India, Indonesia, Filipina dan Thailand berdasarkan beberapa hasil penelitian. Luas area lahan sawah . Referensi
tunggul dan jerami segar yang diikuti dengan
India
Indonesia
Filipina
Thailand
321.449 428.545
79.439
25.464
92.366
14,92 13,46 14,71 23,00
21,68 18,35 14,54 15,30
2,90 4,81 3,54 6,20
0,99 1,14 0,80 1,20
4,10 4,73 2,24 4,70
12,30 15,00 -
14,40 4,20 -
4,70 3,50 4,00
0,51 -
2,90 4,62 -
Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
berkontribusi secara nyata terhadap neraca CH4 global (Yang dan Chang, 1997; Rath et al., 1999; Wihardjaka, 2001). Gas metana merupakan hasil akhir dari proses reduksi yang dilakukan oleh mikroba tanah dalam menguraikan bahan organik
dalam
suasana
anaerobik
(Ponnamperuma, 1977; Patrick dan Reddy,
Volume 3 Nomor 1 April 2014
Bioremediasi Metana Di Lahan Sawah Terhadap Pemanasan Global 1978).
Sebagai Langkah Mitigasi
Dalam suasana anaerobik, mikroba
menggunakan
-
ISSN:2089-3205
Praktek pembenaman jerami yang
pertama kali NO3 sebagai
dilanjutkan dengan penggenangan pada tanah
aseptor elektron setelah kekurangan O2, yang
sawah berpotensi meningkatkan emisi CH4.
kemudian diikuti oleh Mn4+, Fe3+ SO4
Kombinasi penggenangan dan pembenaman
2-
dan
CO2 (Zehnder dan Stumm, 1988). Achtnich
jerami
et al (1995) dan Kluber dan Conrad (1998)
menstimulir
melaporkan
bahwa
Fe3+
penambahan
menghambat pembentukan CH4 karena Fe
3+
yang
mempunyai penurunan
secara tajam yang
C/N
tinggi
potensial
redoks
hingga kurang dari -200 mV
mendukung
pembentukan
CH4.
segera menurunkan tekanan parsial hidrogen.
Kombinasi penggenangan dan pembenaman
Jackel dan Schnell (2000) melaporkan bahwa
jerami 1% w/w meningkatkan populasi
15 sampai 30 g Fe(OH)3 per kg tanah, mampu
bakteri metanogen baik kelompok pengguna
menurunkan total emisi CH4 sebesar 43% dan
asetat maupun penggunan H2-CO2 (Rath et
84% selama pertumbuhan tanaman padi.
al., 1999).
Hasil penelitian Sabiham dan Sulistyono
Wihardjaka (2001) menggunakan kompos
(2000) menunjukkan bahwa Fe juga mampu
sebagai pengganti bahan organik segar.
Untuk mengurangi emisi CH4
menurunkan emisi CH4 pada tanah gambut baik di Jambi ataupun Kalimantan
Tengah
gambut
(Salampak,
dari
1999).
BIOREMEDIASI METANA OLEH METANOTROF
Temuan ini diperkuat oleh Mario (2002) yang
Bioremediasi merupakan teknik yang
melaporkan bahwa penggunaan tanah mineral
potensial
yang ditambah terak baja (mengandung Fe3+
terkontaminasi bahan pencemar. Teknologi
tinggi) dapat menurunkan emisi CH4.
bioremediasi secara sederhana merupakan
Kondisi anaerob dan ketersediaan
untuk
membersihkan
daerah
usaha untuk mengoptimalkan kemampuan
senyawa organik yang mudah terdekomposisi
alami
sangat penting untuk proses produksi metana
mendegradasi/mendaur
(Wassmann dan Aulakh, 2000). Tanah yang
memberikan reaktan anorganik esensial dan
kaya kandungan senyawa organik yang
meminimumkan tekanan abiotik. Teknologi
mudah terdekomposisi seperti asetat, formiat,
ini sangat berguna dan dapat digunakan pada
metanol, amin termetilasi dan kandungan
berbagai tahapan perlakuan. Terdapat tiga
aseptor elektron (NO3-, Mn4+, Fe3+) yang
prinsip dalam teknologi bioremediasi, yaitu
rendah maka berpotensi memproduksi gas
pelepasan langsung mikroba ke lingkungan
CH4.
terkontaminasi,
24
Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
mikroorganisme ulang
peningkatan
untuk dengan
kemampuan
Volume 3 Nomor 1 April 2014
Bioremediasi Metana Di Lahan Sawah Terhadap Pemanasan Global
Sebagai Langkah Mitigasi
ISSN:2089-3205
mikroba indigenous (asli), dan penggunaan
bakteri metanotrof yang sebenarnya ada
mikroba dalam reaktor khusus (Portier, 1991).
dalam lingkungan tersebut. Populasi
Biologi dan Ekologi Bakteri Metanotrof Bakteri metanotrof dijumpai pada lumpur, rawa, sungai, padi sawah, lautan, kolam, danau, tanah-tanah padang rumput, kayu-kayu lapuk, parit, endapan kotoran, dan bebarapa
lingkungan
metanotrof
juga
lainnya. diketahui
Bakteri sebagai
endosimbion remis dan juga berasosiasi dengan tanaman yang hidup pada beberapa sedimen
akuatik
dan
danau.
Bakteri
metanotrof aerobik tidak dijumpai pada lingkungan yang berkadar garam tinggi.
obligat
dan
anaerob
fakultatif.
Berdasarkan morfologi, filogeni dan lintasan metabliknya, metanotrof aerobik terdiri dari tipe
I
(gamma
proteobakter),
II
(alfa
metana
berkorelasi
dengan
kandungan metana dalam tanah. Metana atmosfir merupakan sumber utama karbon dan energi untuk mendukung pertumbuhan bakteri metanotrof. Dalam tanah dimana sumber metana hanya berasal dari gas atmosfir, konsentrasi metana yang larut dalam air tanah adalah 2.5 nM pada suhu 200C. Dalam tanah, sedimen, dan danau dimana pada
wilayah
tersebut
metanogen
memberikan metana yang dioksidasi ke bagian
Bakteri metanotrof ada yang bersifat aerob
pengoksidasi
mikroorganisme
lapisan
konsentrasi
atas
metana
sedimen,
maka
berkisar
antara
mikromolar sampai milimolar. Metanotrof fakultatif yang mempunyai afinitas metana yang tinggi berperan untuk memberikan oksidasinya ke nitrogen dan oksigen.
proteobakter) dan X. Beberapa spesies bakteri metanotrof tipe II dan tipe X mampu
Distribusi
mengikat
Alami
Habitat
bakteri
nitrogen,
bakteri
Pada lingkungan dengan konsentrasi
tersebut berada dalam lingkungan dimana
metana rendah dan konsentrasi oksigen tinggi,
konsentrasi oksigen larut rendah. Jumlah
populasi dijumpai metanotrof tipe I, terutama
populasi metanotrof yang ditemukan pada
pada zona bagian atas. Sementara bagian
tanah, sedimen, dan air berkisar antara 103-
bawah, konsentrasi oksigen terlarut dalam air
mengikat
Pada
Dalam
saat
metanotrof
nitrogen.
Metanotrof
6
10 per gram. Jumlah tersebut merupakan
sangat rendah dan konsentrasi metana tinggi.
jumlah populasi yang dapat ditumbuhkan
Pada daerah ini hidup metanotrof tipe II.
dalam media pertumbuhan dan diyakini
Brusseau, et al (1990) menambahkan bahwa
jumlah tersebut hanya sebagian kecil dari
metanotrof tipe II mendominasi daerah yang
25
Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
Volume 3 Nomor 1 April 2014
Bioremediasi Metana Di Lahan Sawah Terhadap Pemanasan Global kaya
sedangkan
tipe
I
Sebagai Langkah Mitigasi
ISSN:2089-3205
mendominasi
Methylomonas. Dilaporkan hanya tipe II dan
lingkungan yang miskin dimana banyak
tipe X yang dapat memfiksasi nitrogen.
mikroba lain tidak dapat hidup.
Dalam danau yang mempunyai nitrat dan
Pada daerah temperatur rendah, pada
amoniak yang tinggi, hanya metanotrof tipe I
tanah rawa tundra, metanotrof hidup di dalam
yang terdeteksi.
lapisan air dan dalam lapisan lumut pada
oligotropik dimana air bersifat aerob, oksidasi
batas tanah berumput.
metana dan metanotrof dijumpai terbatas pada
Jumlah populasi
mikroba tersebut berkisar 1.5x10
6
Sementara pada danau
sampai
permukaan sedimen. Pada danau dimana
2.3x107 per sel per g tanah. Jumlah tersebut
konsentrasi tembaga pada sedimen rendah
merupakan 1-23% dari total mikroba. Pada
juga ditemukan adanya bakteri metanotrof.
daerah tersebut dijumpai metanotrof tipe I dan
Demikian juga pada tanah gambut, sedimen
II. Metanotrof tipe I sejumlah 61.6% dari total
air kolam/danau, dan sedimen laut dijumpai
metanotrof yang ada. Metanotrof tipe I
bakteri metanotrof.
mendominasi lingkungan dimana ketersediaan faktor
untuk
pertumbuhannya
tinggi.
Proses Bioremediasi Metana
Sementara metanotrof tipe II hidup dalam
Oksidasi metana dapat
terjadi baik
lingkungan yang lebih kritis dimana nutrisi.
dalam lingkungan aerobik maupun anaerobik.
Kebanyakan bakteri metanotrof menghasilkan
Oksidasi metana secara aerobik dilakukan
spora istirahat, eksospora, dan kista untuk
oleh metanotrof aerobik, sedangkan dalam
bertahan hidup dalam lingkungan yang kering
kondisi tidak ada oksigen dilakukan oleh
dan kekurangan makanan.
metanotrof anaerob yang menggunakan nitrat
Dalam
air
tawar,
pada
sedimen
atau
sulfat
sebagai
metanogen yang terletak di atas lapisan air
(McDonald, et al., 2008)
beroksigen, bakteri metanotrof hidup pada
Secara aerobik,
donor
elektron
Oksidasi metana
permukaan sedimen. Dalam padi sawah dan
terjadi pada zona antara anaerobik-aerobik
vegetasi air lainnya, bakteri metanotrof hidup
dimana oksigen dan metana tersedia, yaitu
di sekitar permukaan akar dimana oksigen
zona antara air-tanah dan rizosfer tanaman
ditranspor melalui tanaman dan metana
padi. Pada zona antara air-tanah,
diproduksi ke dalam sedimen. Sejumlah kecil
metana sekitar 70-95 % dari total metana
metanotrof hidup dalam aliran air 400-
yang dilepaskan ke atmosfer, lebih efisien
800/ml). Metanotrof dominan pada danau
dibandingkan dengan oksidasi metana yang
adalah 26
metanotrof tipe
II
yaitu
Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
oksidasi
genus Volume 3 Nomor 1 April 2014
Bioremediasi Metana Di Lahan Sawah Terhadap Pemanasan Global
Sebagai Langkah Mitigasi
ISSN:2089-3205
terjadi pada daerah perakaran padi (0-90 %) Dalam tanah-tanah yang mempunyai
(Bodegom, et al, 2001). Langkah pertama oksidasi metana menjadi CO2 yaitu konversi metana menjadi metanol yang melibatkan enzim metana monooksigenase. Enzim ini terdiri dari 2 bentuk,
yaitu
bentuk
terikat
membran
(pMMO) dan bentuk larut dalam sitoplasma (sMMO). Bentuk pMMO terdapat pada semua genus metanotrof, sedangan sMMO hanya
terdapat
pada
strain
tertentu
oksidasi metana dari berbagai tanah yang dilepaskan ke atmosfir antara 0.2x1015 sampai 1,5x1015 mol
per sel per jam. Sementara
tanah yang mempunyai level metan yang tinggi
(50.000
ppmv)
mempunyai
laju
spesifik oksidasi metan 1.5x1014 mol per sel per jam. Laju spesifik oksidasi metan sedimen air tawar adalah 9x1014 mol metan yang dioksidasi per sel per jam.
(McDonald, et al., 2008). Penggunaan
kelembaban kira-kira 20%, laju spesifik
enzim
metana
monooksigenase untuk mengkatalisa oksidasi metana
menjadi
methanol
merupakan
karakteristik metanotrof. Metabolisme metana termasuk peran inti formadehida sebagai intermediet anabolisme,
dalam serta
katabolisma
lintasan unik
dan sintesis
intermediate jalur metabolik inti diilustrasikan dalam Gambar 1. Dua jalur untuk asimilasi formaldehida
yang
ditemukan
Gambar 2. Lintasan RuMP pada fiksasi formaldehid. Reaksi dikatalisis oleh enzim unik yaitu Hexulose-6-phosphate synthase dan Hexulose phosphate isomerase
dalam
Metanotrof
tipe
I
tidak
dapat
metanotrof ditunjukkan dalam Gambar 2 dan
berkompetisi dengan tipe II, karena tipe II
3.
lebih
menyukai
lingkungan
dimana
konsentrasi metan tinggi dan konsentrasi oksigen rendah. Metanotrof tipe II lebih menyukai lingkungan dimana nitrogen dan tembaga
ada
dalam
jumlah
terbatas.
Metanotrof yang berasosiasi dengan rizosfer tanaman akuatik, dimana konsentrasi metan Gambar 1. Lintasan oksidasi metana dan asimilasi formaldehida 27
Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
tinggi adalah tipe II. Jadi konsentrasi metan, oksigen, dan kombinasi nitrogen merupakan Volume 3 Nomor 1 April 2014
Bioremediasi Metana Di Lahan Sawah Terhadap Pemanasan Global
Sebagai Langkah Mitigasi
melaporkan
ISSN:2089-3205
faktor utama yang menentukan habitat hidup
1992)
temperatur
optimum
metanotrof tipe I dan II.
pertumbuhan metanotrof pada tanah masam adalah 100C atau lebih rendah. Laju oksidasi metana tanah pH 3.5-8.0 adalah sama (Borne, et al., 1990) dan dalam tanah gambut pada pH 3.7–4.4 (Heyer dan Suckow; 1985, Bender dan Conrad, 1995). Mikroflora yang mengoksidasi metana pada lingkungan
asam
adalah
metanotrof
neutrofilik. Laju oksidasi metan pada tanah Gambar 3. Lintasan serin pada fiksasi formaldehida. Reaksi unik yg dikatalisis oleh enzim serin hidroksimetil transferase, hidroksipiruvat reduktase, malat tiokinase dan malil coenzim A lyase Pengaruh Temperatur dan pH Terhadap Oksidasi Metana Umumnya bakteri metanotrof adalah mesofil dan dapat
beradaptasi terhadap
berbagai temperatur. Bakteri metanotrof yang hidup pada
jenis
tanah yang
berbeda,
mempunyai respon oksidasi metana yang berbeda juga terhadap temperatur. Temperatur optimum untuk oksidasi metana pada tanah gambut adalah 250C, walaupun oksidasi terjadi pada 0–100C dan pada temperatur 350C. Dunfield, et al. (1993) melaporkan bahwa metanotrof pada tanah gambut tidak dapat beradaptasi pada temperatur yang rendah. Laju oksidasi metana pada temperatur 0–50C adalah 10–38% dari laju maksimum pada suhu 250C. Omel’chenko, et al. (1993,
28
Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
gambut masam (berkisar pH 4.0-6.0) hanya sedikit dipengaruhi pH dan pengaruhnya berkurang dengan tajam bila pH tanah di luar kisaran tersebut, walaupun oksidasi metan masih terjadi di bawah pH 4.0. pH optimum dan minimum metanotrof yang hidup pada tanah gambut/tanah masam sedikit lebih rendah daripada metanotrof yang hidup dalam gambut/tanah basa, dan laju oksidasi metan pada pH 4-5 lebih besar dalam gambut masam daripada kebanyakan tanah basa. Hasil ini menyimpulkan bahwa populasi metanotrof hanya sebagian yang beradaptasi dengan lingkungan asam. Tidak ada laporan bakteri metanotrof tumbuh pada pH di bawah 5.0.
Pengaruh Pemupukan N dan Pestisida Terhadap Oksidasi Metana. Pupuk
ammonium
menghambat
oksidasi metana pada lahan bervegetasi, padang rumput, hutan, sedimen, air danau, dan air laut. NH3 lebih menghambat oksidasi Volume 3 Nomor 1 April 2014
Bioremediasi Metana Di Lahan Sawah Terhadap Pemanasan Global
Sebagai Langkah Mitigasi
ISSN:2089-3205
metana dari pada NH4+, walaupun pengaruh
semua itu, isu pemanasan global semestinya
penghambatan NH3 oksidasi metan dalam
menjadi
tanah mungkin lebih komplek. Produksi nitrit
Berpijak pada program “Go Organic 2010”
dari oksidasi ammonium oleh metanotrof
yang dicanangkan Departemen Pertanian, kita
yang
dapat melakukan mitigasi pemanasan global
menyebabkan
hambatan
permanen
tanggungjawab
oksidasi metan daripada ammonium dengan
melalui
mekanisma
mengandung bakteri metanotrof.
yang
belum
diketahui.
Penambahan pupuk ammonium pada padang
introduksi
semua
Metanotrof
pupuk
dapat
pihak.
hayati
yang
diisolasi
dari
rumput mengurangi oksidasi metan atmosfir
berbagai sumber seperti rawa, sawah, sungai
dimana aplikasi nitrat-N pada periode yang
dan dan laut. Untuk menghindari kendala
sama tidak.
adaptasi ketika diapatasi dilahan persawahan
Pupuk N umum ditambahkan ke
maka sebaiknya sumber isolat metanotrof
dalam tanah untuk menghindari kehilangan
juga
dari
sawah.
Isolat
nitrogen melalui nitrifikasi dan denitrifikasi.
dimurnikan dan diperbanyak untuk tujuan
Komponen ini menghambat bakteri yang
aplikasi dilapangan.
mengoksidasi ammonium dan menghambat
Keuntungan
dalam
penggunaan
oksidasi metana dalam tanah, dan dalam
teknologi
sedimen.
dan
metanotrof antara lain adalah 1) Aplikasi
menghambat
dilahan sawah relatif mudah, 2) Dapat
oksidasi metana dalam rongga tanah dimana
dikombinasikan dengan pupuk organik atau
herbisida atau insektisida ditambahkan pada
pupuk hayati. Kombinasi metanotrof dengan
konsentrasi 50 mg/L.
pupuk
insektisida
Herbisida metomil
bromoksinil juga
bioremediasi
metanotrof
hayati
mikrobial
metana
dapat
dengan
bersifat
mutualistik, 3) Memiliki manfaat ganda PELUANG DAN KENDALA APLIKASI BIOREMEDIASI UNTUK MENEKAN EMISI METANA DI LAHAN SAWAH
karena selain dapat ternyata
metanotrof
memitigasi metana, memproduksi enzim
nitrogenase sehingga dapat memfiksasi N Emisi gas rumah kaca yang bersumber dari lahan-lahan pertanian negara-negara berkembang seringkali dijadikan alasan oleh kelompok negara maju untuk menekan dan menghambat
pemberian bantuan terkait
bebas (Auman, et al., 2001), 4) Ramah lingkungan
karena
memanfaatkan
sumberdaya alam yang tersedia, dan 5) Dengan
kemajuan
banyaknya
teknologi,
mikroorganisme
jenis
dan dapat
mitigasi pemanasan global. Terlepas dari
29
Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
Volume 3 Nomor 1 April 2014
Bioremediasi Metana Di Lahan Sawah Terhadap Pemanasan Global
Sebagai Langkah Mitigasi
dimodifikasi sehingga dapat dipilah dan
sejumlah
diambil yang menguntungkan saja.
perhatian kita semua.
Selain
sejumlah
disebutkan di atas, bioremediasi
manfaat
metanotrof,
antara lain 1) di Indonesia khususnya belum banyak peneliti yang tertarik untuk mengkaji bakteri metanotrof, 2) Indonesia
masih
mayoritas petani
mengandalkan
pupuk
kimiawi dibanding pupuk organik, 3) oksidasi metana oleh
metanotrof di lahan sawah
menjadi kurang bermakna selama penggunaan pupuk N dan pestisida kimia masih tinggi.
KESIMPULAN 1. Lahan sawah merupakan sumber utama metana, oleh karena itu sebagai langkah mitigasi, budidaya padi tidak hanya dituntut
yang
berproduktivitas
yang
menuntut
yang
ada sejumlah kendala
menggunakan
kendala
ISSN:2089-3205
tinggi
tetapi sekaligus juga yang rendah emisi. 2. Produksi (emisi) dan oksidasi CH4 pada lahan sawah dipengaruhi oleh berbagai mikroorganisme yang aktivitasnya juga dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia tanah sawah. 3. Bioremediasi dengan bakteri metanotrof
DAFTAR RUJUKAN Achtnich, C., F. Bak and R. Conrad. 1995. Competition for electron donors among nitrate reducers, ferric iron reducers, sulfate reducers and methanogen in anionic paddy soil. Biol. & Fertility of Soils 19:66-72 Asian Least-Cost Greenhouse Gas Abatement Strategy (ALGAS). 1997. Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca. ADB dan AED. Auman, J.A., C.C Speake, and M.E Lidstrom, 2001. nifH Sequence and Nitrogen Fixation in Type I and Type II Methanotrophs. J. Appl & Envi Micro. Pp 4009-4016 Bender, M., and R. Conrad, 1992. Kinetic of CH4 Oxidation in Oxic soils exposed to ambeint air or high CH4 mixing ratios. Microbiology Ecology 25:101-261 Bodegom, P., F. Stams, L. Mollema, S. Boeke, and P. Leffeelar, 2001. Methane Oxidation and Oxigen Competition in the rice rhizospher. J. Appl & Envi Micro. Pp 3586-3597 Borne, M., H. Dorr, N.I. Levin. 1990. Methane Consumsion in Aerated Soils of Temprete zone. Tellus 42:2-8 Brusseau, G.A., H.C.Tsien, R.S.Hanson, and L.P.Wackett. 1990. Optimization of trichloroethylene oxidation by methanotrophs and the use of a colorimetric assay to detect soluble methane monooxygenase activity. Biodegradation 1:19–29.
merupakan salah satu alternatif yang dapat menekan emisi metana. 4. Aplikasi metanotrof di lahan sawah selain memiliki banyak manfaat juga terdapat
30
Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
Dunfield,P., R.Knowles, R.Dumont, and T.R.Moore. 1993. Methane production and consumption in temperate and sub arctic peatsoils : response to temperature and pH. Soil Biol. Biochem. 25:321– 326 Volume 3 Nomor 1 April 2014
Bioremediasi Metana Di Lahan Sawah Terhadap Pemanasan Global
Sebagai Langkah Mitigasi
Hanson, R.S and T.E Hanson, 1996. Methanothrophic Bacteria. Microbiology Rev. 60 (2) :439-471 Heyer,J.,andR.Suckow.1985.Okologisheunter suchungendermethanoxidationineinemsa urenmoorsee.Limnologica6:247–266. Jackel, U and S. Schnell. 2000. Suppression of methane emission from rice paddies by ferriciron fertilization. Soil Biol. Biochem. 32:1811-1814. Kluber, H. D. and R. Conrad. 1998. Effect of nitrate, nitrite, NO and N2O on methanogenesis and other redox processes in anoxic rice soil. FEMS Microbiology Ecology 25:301-318 McDonald, I.R., L. Bodrossy, Y. Chen, and J.C. Murrel. 2008. Molecular Ecology Technique for the Study of Aerobic Methanothroph. J. Appl & Envi Mic. 74:1305-1315 Omel’chenko,L., N.D.Savel’eva, L.V.Vasil’eva, and G.A.Zavarzin.1992. psychrophilic methanotrophic community from tundrasoil.Mikrobiologiya 61:1072– 1076. Omel’chenko,L., V.Vasil’eva, V.N.Khmelenina, and Y.A.Trotsenko. 1993 . Pathways of primary and intermediate metabolism in a psychrophilic methanotroph. Microbiology 62:509–512. Ponnamperuma, F. N. 1977. Physicochemical properties of submerged soils in relation to fertility. IRRI. Res. Paper Series 5. Portier, R.J. 1991. Applications of adapted micro-organisms for site remediation of contaminated soil and ground water. In Biological degradation of wastes. Ed. A.M. Martin. Elsevier Applied Science. London. pp. 247259. Patrick, Jr. W. H. and C. N. Reddy. 1978. Chemical change in rice soils. In: Ponnamperuma,F. N. (ed). Soil and
31
Oryza Jurnal Pendidikan Biologi
ISSN:2089-3205
Rice. IRRI Los Banos, Laguna, Philipines. Pp:361-379. Rath, A. K., S. R. Mohanty, S. Mishra, S. Kumaraswamy, B. Ramakrishnan, N. Sethunathan. 1999. Methane production in unamanded and ricestraw-amanded soil at different moisture levels. Biol Fertil Soils 28:145-149. Sabiham, S. and N.B.E. Sulistiyono. 2000. Kajian beberapa sifat inheren dan perilaku gambut: kehilangan karbondioksida (CO2) dan metana (CH4) melalui proses oksidasi-reduksi, J. Tanah Tropika Vol 10:127-135 Salampak, D. 1999. Peningkatan produktivitas tanah gambut yang disawahkan dengan pemberian bahan amelioran tanah mineral berkadar besi tinggi. Disertasi Program Pascasarjana IPB, Bogor. Wihardjaka, A. 2001. Emisi gas metana di tanah sawah irigasi dengan pemberian beberapa bahan organik. Agrivita 23 (1):43-51. Wassmann, R., M. S. Aulakh. 2000. The role of rice plants in regulating mechanisms of methane missions. Biol Fertil Soils 31:20-29. Zehnder, A.J.B. and W. Stumm. 1988. Geochemistry and biogeochemistry of anaerobic habitats. In: A.J.B. Zehnder (Ed). Biology of Anaerobic Microorganisms. Wiley, New York. pp:1-38 Mario, D. M. 2002. Peningkatan produktivitas dan stabilitas tanah gambut dengan pemberian tanah mineral yang diperkaya oleh bahan berkadar besi tinggi. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Yang, S. S., E. H. Chang. 1997. Effect oh fertilizer application on methane emission/production in the paddy soils of Taiwan. Biol Fertil Soils 25:245251.
Volume 3 Nomor 1 April 2014