Bio-Ekologi Ikan Napoleon, Cheilinus undulatus (Rüppell, 1835) dan Terumbu Karang
Makalah disajikan pada workshop Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan di Propinsi JawaTimur, dilaksanakan di Hotel Utami Surabaya, tanggal 25 Juli 2011.
Oleh: Dewa Gede Raka Wiadnya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang, Jl. Veteran Malang 65145; kontak:
[email protected]
Abstrak Ikan Napoleon, ialah spesies anggota Labridae, famili yang mempunayi spesies sangat bervariasi. Didanding ikan lain, informasi biologi dari ikan ini tidak banyak diketahui kecuali beberapa fakta bahwa dia hidup di karang, pertumbuhan lambat (bisa mencapai umum 30 tahun) dan termasuk kategori highly commercial dalam perikanan tangkap. Ikan muda sampai dewasa diketahui menghuni wilayah terumbu karang, antara kedalaman 5 – 60 m. di alam, populasi ikan napoleon memang jarang, dengan distribusi antara Samudera Hindia dan Indo-Pasifik. Tekanan penangkapan pada kondisi medium bisa menyebabkan deplesi sumber daya dalam waktu yang relatif singkat.
Karakteristik morfologi Ikan Napoleon, Cheilinus undulatus (Rüppell, 1835), ialah satu dari anggota kelompok Wrasses, famili Labridae. Selain wrasses, kelompok ini juga disebut hogfish (karena mulutnya seperti babi), razorfish (beberapa anggotanya mempunyai badan seperti pisau cukur), corises dan turkfishes. Famili Labridae termasuk salah satu kelompok yang terdiri dari spesies dengan bentuk badan dan ukuran yang sangat beragam. Paling tidak, kelompok Labridae terdiri dari 77 genera dan 479 spesies (Froese & pauly, 2011), termasuk salah satu famili yang sangat besar. Secara taksonomi, ikan napoleon berasal dari phylum Chordata, subphylum Vertebrata, superclass Gnathostomata, superclass Pisces, class Actinopterygii, ordo Perciformes dan famili Labridae. Ikan napoleon paling sering disebut dengan nama dagang Humphead, Maori Wrasse atau So Mei karena karakteristik bagian kepala yang menonjol (cembung) mulai di atas mata ke belakang. Namun ciri ini juga dimiliki oleh satu spesies anggota famili Scariae, ialah ikan kakatua, Bolbometopon muricatum (Valenciennes, 1840) (Gambar 1). Di dalam air, keduanya bisa dibedakan terutama dari bentuk sirip ekor, bentuk badan secara vertikal dan kelimpahannya dalam kelompok. Ikan kakatua lebih kompres secara vertikal, sedangkan ikan napoleon sedikit lebih bulat. Di bagian belakang mata terdapat dua garis berwarna hitam ke arah belakang. Namun marker (tanda) ini hanya terlihat pada specimen yang sudah dewasa saja. Ikan napoleon lebih sering ditemukan hidup soliter dengan kelimpahan yang jauh lebih Page | 1
rendah. Selain karena karakteristik dasar sebagai top-predator, ikan ini termasuk kategori long-lived species (bisa mencapai umur 30 tahun). Rekor yang pernah dicatat, ikan ini mencapai ukuran 229 cm, dengan berat individu 190 kg. Dari data yang diketahui, ikan napoleon berada pada kisaran kedalaman antara 5 – 60 m, pada habitat terumbu karang. Pada terumbu karang dengan tekanan penangkapan relatif rendah, ukuran ikan napoleon ditemukan bervariasi antara panjang 60 – 100 cm. Konversi panjang berat ikan ini mengikuti persamaan W(t) = 0,0123 * L(t)3,12. Secara rata-rata, dengan demikian, berat individu akan bervariasi antara 4,3 – 21,4 kg.
Gambar 1. Karakteristik diagnostik dari ikan napoleon, Cheilinus undulatus (Rüppell, 1835), yang membedakan dengan kakatua, Bolbometopon muricatum (Valenciennes, 1840) (Gambar diambil dari Carpenter & Niem, 1999; 2001)
Page | 2
Ikan napoleon memijah secara berpasangan dalam kelompok kecil (2 – 5 pasangan), namun bisa juga terjadi dalam kelompok (agregasi) yang relatif besar (> 5 pasang) (Roberts et al., 1995). Lokasi pemijahan lebih disukai reef-promentory (ujung tanjung terumbu karang yang memungkinkan terjadinya arus ke arah luar atau laut lepas. Setelah fase pembuahan, informasi siklus hidup ikan ini tidak banyak diketahui sampai munculnya ikan-ikan muda di pinggir karang. Setelah pembuahan, telur ikan napoleon akan menyebar, dibawa arus dan menetas menjadi larva planktonik (fase larva planktonik tidak diketahui). Ketika mencapai ukuran 8 – 11 mm, larva menetap di dasar perairan pada atau sekitar terumbu karang. Larva ini paling banyak ditemukan pada 4 (empat) jenis karang keras (Acropora spp., dan Porites cylindricus) serta jenis karang lunak Sarcophyton sp. Beberapa peneliti menemukan larva fase ini juga menempel pada tanaman lamun jenis Enhalus acoroides (Linnaeus f.). Ikan juvenile sering bermigrasi diantara habitat hutan bakau, lamun dan terumbu karang. Ikan dewasa berada pada terumbu karang bagian luar, terutama pada bagian terusan (reef channel) yang terbuka langsung dengan laut lepas. Ikan napoleon termasuk ikan jenis sequential hermaphrodite, ialah mempunyai jenis kelamin tertentu pada awal kehidupannya sampai umur tertentu, selanjutnya melakukan perubahan kelamin. Pada kasus ikan napoleon, dia termasuk dalam kategori hermaphrodite protogynous, ialah mempunyai kelamin betina pada umur muda (sampai ukuran berat sekitar 1 kg), selanjutnya berkelamin jantan sepanjang sisa hidupnya. Hal ini menyulitkan dalam penentuan ukuran ikan yang boleh ditangkap. Untuk mempertahankan kelangsungan populasi ikan ini di alam, pengelola perikanan harus bisa mempertahankan keseimbangan antara ikan berukuran kecil dengan ukuran yang lebih besar. Ikan napoleon termasuk kategori top predator dengan jenis makanan yang sangat bervariasi. Termasuk diantaranya ialah moluska (kelompok gastropoda dan pelecypoda), crustacea, echinodermata dan ikan (terutama jenis ikan gobi dan moray eel). Ikan napoleon juga sangat terkenal sebagai pemangsa mahkota bintang berduri atau crown-of-thorn, Acanthaster plancii (Linnaeus, 1753).
Ekologi Ikan napoleon diketahui menyebar pada wilayah terumbu karang antara perairan Samudera Hindia bagian barat sampai wilayah Indo-Pasifik (Gambar 2). Berdasarkan catatan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) (CITES, 2004), napoleon dikatakan berada dalam 48 wilayah jurisdiksi negara dan teritori. Indonesia termasuk negara yang paling dominan sebagai wilayah penyebaran ikan napoleon di dunia. Namun dia termasuk mendapat tekanan dari penangkapan berlebih (over-fishing). Survei Yvonne Sadovy di Derawan, Banda dan beberapa tempat lainnya mendapatkan kepadatan ikan napoleon yang bervariasi antara 0,01 – 1,0 # ha-1. Bahkan untuk mendapatkan sampel yang dianggap bisa mewakili, Sadovy harus menyelam pada hamparan karang sepanjang 6 km. Pada kondisi terumbu karang yang tidak mengalami tekanan penangkapan (atau tingkat pemanfaatan rendah), kepadatan ikan napoleon bisa mencapai 10 # ha-1.Perbedaan ini dijadikan sebagai indikator awal terjadinya penangkapan berlebih (over-fishing) ikan napoleon di Indonesia.
Page | 3
Pemangsa mahkota bintang berduri Mahkota bintang berduri atau crown-of-thorn Starfish, Acanthaster planci (Linnaeus, 1758) ialah organisme yang tergolong dalam phylum Echinodermata, subphylum Asterozoa, class Asteroidea, ordo Valvatida dan famili Acanthasteridae. Spesies ini mempunyai ukuran terbesar kedua setelah jenis bintang laut bunga matahari (sun flower sea star). Jenis makanan utamanya ialah coral polyp dan aktif mencari makan pada saat malam hari (nocturnal). Pada siang hari dia akan berlindung dari sinar dengan menempel pada bagian bawah karang. Keberadaan mahkota bintang berduri sangat mudah diduga dari adanya spot bleaching pada karang, terutama dari kelompok Acropora spp. Nama crown-of-thorn sangat terkenal karena seluruh tubuh bagian atas ditutupi oleh duri yang mengandung racun. Keistimewaan lain dari jenis binatang ini ialah kemampuannya untuk melakukan pembelahan vegetatif. Jika kita memotong mahkota berduri di dalam air (menjadi bagian atau potongan yang lebih kecil dengan maksud untuk membunuh binatang ini), masing-masing potongan bisa tumbuh sebagai individu baru dan menyebabkan serangan yang berlipat. Satu individu bintang berduri dewasa bisa memangsa terumbu karang seluas 6 m2 dalam setahun. Jika terjadi kekurangan makanan, mahkota bintang berduri bisa bertahan sampai periode waktu 6 (enam) bulan.
Gambar 2. Wilayah penyebaran (distribusi) ikan napoleon secara umum di dunia (wilayah ini harus ditumpang susun dengan sebaran terumbu karang) (Sumber: setelah CITES, 2004) Salah satu makanan utama dari ikan napoleon ialah mahkota bintang berduri. Beberapa peneliti meyakini bahwa ikan napoleon juga secara aktif mengkonsumsi telur dari mahkota bintang berduri. Keberadaan ikan napoleon, oleh karena itu, dinyatakan sebagai salah satu key stone species. Jika jumlah populasi ikan napoleon berkurang, habitat terumbu karang diduga akan mengalami ledakan populasi mahkota bintang berduri. Laporan dari Taman Nasional Komodo menunjukkan perbedaan frekuensi Page | 4
terjadinya ledakan populasi bintang berduri di luar wilayah yang dilindungi. Fungsi ekologis dari ikan napoleon dilakukan secara sinergis dengan populasi Trumpet, Giant Triton, Charonia tritonis (Linnaeus, 1758). Sayangnya, kedua key stone species ini cenderung diburu secara berlebih oleh nelayan karena kebutuhan pasar yang tinggi. Ikan napoleon termasuk salah satu target utama penangkapan oleh nelayan. Hal ini disebabkan karena permintaan pasar yang sangat tinggi dengan harga yang cukup mahal. Yvonne Sadovy melaporkan harga ikan ini mencapai USD 100 kg-1, pada pasar ikan hidup di Hongkong dan Cina. Robert Gillet melaporkan 5 (lima) jenis ikan karang yang termasuk kategori highly commercial dalam daftar perdagangan ikan karang hidup (life-reef fish trade), ialah: Epinephelus lanceolatus, Cromileptes altipelis, Cheilinus undulatus, Plectropomus leopardus, dan Plectropomus maculatus. Alat tangkap utama ikan ini ialah: sianida/scuba, sianida/hookah kompresor, hook & line/cateter dan bubu. Semua hasil tangkapan dari alat tersebut merupakan produk dalam perdagangan ikan karang hidup.
Kesimpulan Ikan napoleon, Cheilinus undulatus (Rüppell, 1835) termasuk kategori long-lived species dari famili Labridae yang mampu mencapai ukuran > 200 cm dengan kepadatan di alam relatif rendah. Ikan ini bersifat hermaphrodite protogynous dengan pola pengelolaan perikanan yang relatif sulit. Ikan napoleon ialah salah satu key stone species yang menjadi indikator kesehatan habitat terumbu karang. Hal ini terkait dengan kemampuannya untuk mengendalikan populasi mahkota bintang berduri, Acanthaster planci (Linnaeus, 1758). Indonesia termasuk wilayah potensial dari penyebaran ikan napoleon di dunia. Namun kepadatan ikan ini pada terumbu karang di Indonesia relatif rendah yang menunjukkan terjadinya penangkapan berlebih. Pengelola perikanan diharapkan bisa mempertahankan ratio antara ikan berukuran kecil dan besar sesuai dengan sifat ikan napoleon yang termasuk hermaphrodite protogynous.
Daftar pustaka: CITES. 2004. Amendments to Appendices I and II of CITES [proposal]. Convention on the International Trade in Endangered Species, 13th Meeting of the Conference of the Parties. Gillett, R., 2010. Monitoring and management of the Humphead Wrasse, Cheilinus undulatus. Rome, Italy. FAO Fisheries and Aquaculture Circular No.1048 Sabater, M., 2010. Mapping and assessing critical habitats for the Pacific Humphead Wrasse (Cheilinus undulatus). Honolulu, Western Pacific Regional Fishery Management Council. Sadovy, Y., M. Kulbicki, P. labrosse, Y. letourneu, P. Lokani & T.J. Donaldson, 2004. Reviews in Fish Biology and Fisheries 13: 327–364 Sadovy, Y., & S. Suharti, 2008. Napoleon fish, Cheilinus undulatus, Indonesia. Mexico. NDF Workshop Case Study 3., 13pp. Sluka, R.D., 2005. Humphead wrasse (Cheilinus undulatus) abundance and size structure among coral reef habitat in Maldives. Atoll Research Bulletin 538:191-198 Page | 5