Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 136-143
BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA TERISOLIR Ainur Rosidah Prodi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung email:
[email protected] Abstract Adaptation of isolated students is a kind of students incapacity in social relationship such as be alone, and be avoided by milieu friends. This study aims to investigate the effectiveness of group guidance by using problem solving technique toward isolated students. This study used quantitative approach and quasi experimental method with nonequivalent pretest-posttest control group design. 26 students of seventh grade of State Islamic Junior High School (Mts) Pringsewu were choosen as the sample. They were selected by using simple random sampling technique. The research finding shows that group guidance with problem solving technique is effective to improve adaptation of isolated students. Keywords: group guidance, problem solving technique, and isolated students.
segala bentuk perubahan yang ada dalam
1. PENDAHULUAN Individu
dalam
menjalani
rangka
untuk
mempertahankan
kehidupan saat sekarang dihadapkan pada
kelangsungan hidup dan berdampak pada
tuntutan suatu kebutuhan yang harus
ketidak bahagiaan bagi dirinya, atau
terpenuhi dengan semakin canggih dan
dengan kata lain individu belum memiliki
berkembangnya berbagai teknologi yang
keterampilan dalam menyesuaikan diri.
ada, sehingga muncul persoalan hidup
Schneiders (1964:51) menjelaskan
yang semakin kompleks dan sulit untuk
bahwa penyesuaian diri (adjustment atau
diatasi seperti perasaan cemas, stress,
personal adjustment) pada prinsipnya
minder,
menyendiri,
merupakan suatu proses yang melibatkan
menarik diri dari teman sebayanya,
respon-respon mental dan tingkah laku
gelisah, dan gangguan jiwa lainnya.
dimana individu berusaha mengulangi
Persoalan hidup itu timbul karena adanya
kebutuhan-kebutuhan
sesuatu
untuk
mengatasi ketegangan dan frustasi dan
ditemukan
menyelesaikan konflik dengan tujuan
penyelesaiannya yang disebabkan oleh
untuk mendapatkan keselarasan tuntutan
adanya
dari dalam diri dengan tuntutan dimana
malu,
yang
dilaksanakan
senang
dirasakan dan
ketidakmampuan
sulit
diri
dalam
melakukan suatu penyesuaian diri dengan
didalam
dirinya,
lingkungan berada. 136
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 136-143
Masalah penyesuaian diri yang di
dilakukan seseorang terhadap orang lain,
alami anak di sekolah pada umumnya
di lingkungan ia berada. Keterisoliran
timbul ketika anak mulai memasuki
juga bisa dikatakan sebagai dampak dari
sekolah baru yaitu sekolah lanjutan
salah
pertama, di mana anak sedang memasuki
(maladjustment) dalam konteks hubungan
masa remaja baik secara psikologis
sosial.
maupun fisiologis yaitu usia dimana anak
(2013:1) Siswa terisolir adalah siswa yang
tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-
tidak mempunyai sahabat atau teman
orang yang lebih tua melainkan berada
dekat,
dalam tingkat yang sama terutama dalam
temannya, selalu ditolak diantara teman
masalah hak, dan terjadi perubahan
sebayanya yang ada di lingkungannya,
intelektual
yang
tidak mempunyai minat untuk mengikuti
intelektual
kegiatan dalam suatu kelompok sosial,
yang khas dari cara berfikir remaja yang
tidak dapat menyerap dan menerima
memungkinkan untuk mencapai integritas
norma-norma kedalam kepribadiannya,
dalam hubungan sosial dengan orang
tidak berperilaku menyesuaikan diri, dan
dewasa
jarang dipilih atau mendapat penolakan
yang
menumbuhkan
tranformasi
(Piaget
1980:206).
mencolok,
Karena
dalam
Hurlock,
masa
remaja
satu
dari
perilaku
salah
suai
Seperti yang dijelaskan Wartini
jarang
dipilih
lingkungan
oleh
teman-
sekitarnya,
menampilkan
serta
merupakan masa peralihan dari SD ke
cenderung
perilaku
SMP/MTs atau masa anak-anak menuju
maladjustment dalam kehidupannya.
masa remaja yang terjadi pergerakan dari
Fenomena yang terjadi di lapangan
posisi teratas (saat di SD mereka berada
berdasarkan hasil observasi yang penulis
pada posisi siswa yang paling besar dan
lakukan
berkuasa di sekolah) ke posisi terendah
menunjukkan
(di SMP/MTs mereka menjadi siswa yang
masalah penyesuaian diri siswa terisolir.
paling muda dan paling lemah). Hal itulah
Artinya siswa tersebut belum mampu
yang membuat masalah bagi banyak
dalam melakukan hubungan sosial dengan
siswa yang kurang dapat menyesuaiakan
baik,
diri dengan situasi baru dan akhirnya
dijauhi oleh teman-teman sepergaulannya.
menarik
diri
dari
teman
seperti
Mts
Negeri
bahwa
halnya
Pringsewu,
masih
terdapat
menyendiri,dan
sebayanya
(terisolir). Keterisoliran
di
Fenomena tersebut juga dibuktikan ini
merupakan
dampak dari proses sosialisasi yang
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nastiti
Elsa
dan
Najlatun
(2013) 137
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 136-143
menyatakan bahwa terdapat 22% siswa
sekolah khususnya bagi siswa yang
kelas VIII A SMP Negeri I Kunjang
terisolir. Sebab jika tidak dilakukan
Kediri yang mengalami keterisoliran, hal
upaya-upaya penyesuaian diri kepada
tersebut
adanya
siswa yang terisolir akan mengakibatkan
perilaku suka menyendiri ketika jam
ketidaktercapaian tujuan pendidikan yang
istirahat berlangsung, dijauhi oleh teman-
seharusnya. Karena, penyesuaian diri
teman
mempunyai peranan yang sangat penting
ditunjukkan
di
kelompok
dengan
kelasnya, tidak
saat
pembagian
mendapatkan
teman
dalam kehidupan siswa di sekolah yang
kelompoknya, dan tidak berani untuk
salah satunya dilakukan dengan bentuk
mengemukakan
didepan
pemberian layanan bimbingan kelompok
kelas. Selain itu hasil penelitian yang
yang merupakan salah satu pemberian
sama juga dilakukan oleh Suherlan (2005)
layanan dalam bimbingan dan konseling.
pendapatnya
yang menjelaskan bahwa ada 14,14 %
Bimbingan kelompok merupakan
siswa yang juga mengalami keterisoliran,
upaya
artinya bahwa dari seratus orang siswa
suasana kelompok yang berfokus kepada
disekolah
terdapat
14
siswa
penyediaan informasi atau pengalaman
terisolir.
Dengan
dmeikian
dapat
lewat aktivitas kelompok yang terencana
disimpulkan bahwa hampir di setiap
atau terorganisir dengan tujuan agar
sekolah terdapat siswa terisolir, yang
seseorang
mana
akan
mencegah masalah, mampu memperbaiki
terganggu proses belajarnya dikarenakan
diri, dan menjalani perkembangan secara
dirinya selalu diasingkan dan dijauhi oleh
optimal (Gibson dan Mitchell, 2011: 275).
siswa
terisolir
orang
tersebut
teman-teman sebayanya maupun teman
membantu
dapat
Layanan
seseorang
memahami
bimbingan
dalam
dirinya,
kelompok
kelompok di kelasnya. Jika siswa-siswa
secara konseptual dinilai efektif dalam
yang
memberikan intervensi-intervensi positif
mengalami
keterisoliran
ini
dibiarkan saja, maka akan berpengaruh
kepada
siswa.
Karena
sifat
dari
terhadap perilakunya di masa mendatang.
bimbingan kelompok itu sendiri dimulai
Berangkat dari permasalahan di
dari yang bersifat informatif sampai pada
atas, maka perlu dilakukan upaya-upaya
yang sifatnya terapeutik. Seperti yang
dalam pemberian layanan bimbingan dan
dijelaskan
konseling dalam rangka memperbaiki
bahwa teknik yang dapat dilakukan dalam
perilaku siswa agar mampu melakukan
bimbingan kelompok meliputi pemberian
penyesuaian diri terhadap lingkungan di
informasi, diskusi kelompok, pemecahan
oleh
Rusmana
(2009:14)
138 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 136-143
masalah (problem solving), permainan,
daya
karyawisata,
pemecahan
dan
sosiodrama.
Dalam
nalar
pada
proses
masalah,
cara-cara
dan
mampu
penelitian ini, yang menjadi fokus peneliti
mengambil keputusan secara tepat bagi
adalah
bimbingan
kelompok
dirinya.
teknik
pemecahan
masalah
melalui (problem
solving).
Berdasarkan pemaparan di atas, mendorong peneliti untuk melakukan
Problem-solving atau pemecahan
penelitian berupa bimbingan kelompok
masalah adalah suatu proses mencari dan
melalui teknik
menemukan jalan keluar terhadap suatu
meningkatkan penyesuaian diri siswa
masalah atau kesulitan yang sedang
terisolir di Mts Negeri Pringsewu.
dihadapi
2. METODE PENELITIAN
dalam
kehidupan
dirinya
(Suharman,2005:6). Teknik ini digunakan
Metode
problem solving untuk
yang digunakan
karena menurut Piaget (Santrock, 2003 :
penelitian
108) menjelaskan bahwa remaja pada usia
eksperimen dengan desain
11/12
“pretest-posttest non-equivalent control
s.d
15 tahun sudah
membayangkan
situasi
mampu
rekaan
dan
ini
adalah
metode
dalam kuasi
penelitian
group design (Fraenkel & Wallen, 1993).
mencoba mengolahnya dengan pemikiran
Desain penelitian ini
logis, dan memungkinkan remaja tersebut
peneliti tidak mungkin mengontrol atau
trampil dalam menentukan penyelesaian
memanipulasi
masalahnya sendiri tanpa bergantung pada
relevan kecuali beberapa dari variabel-
orang lain. Hal tersebut dapat dilakukan
variabel yang diteliti. Adapun langkah-
dengan
langkah rancangan penelitiannya sebagai
terbiasanya
siswa
dalam
memecahkan permasalahan yang dialami sehingga
siswa
membentuk
suatu
tersebut konsep
mampu
semua
dipilih karena
variabel
yang
berikut: Pertama,
memberikan
pre-test
pemikiran
kepada sampel penelitian untuk mengukur
positif yang dapat dijadikan sebagai suatu
tingkah laku penyesuaian diri siswa
patokan dalam membangun kemampuan
terisolir dengan membagi pada kelompok
penyesuaian dirinya dengan baik tanpa
eksperimen
keterisoliran.
Kedua, peneliti memberikan perlakuan
Teknik
Problem-solving
dan
bimbingan
kelompok
kelompok
kontrol.
atau pemecahan masalah ini digunakan
berupa
dengan
dengan tujuan untuk menuntun siswa
teknik problem solving kepada kelompok
pada proses berpikir kritis, berpikir
eksperimen, dan untuk kelompok kontrol
analitis, berpikir reflektif, pengembangan
diberikan perlakuan konvensional. Ketiga, 139
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 136-143
memberikan post-test kepada sampel
perolehan
penelitian untuk mengukur tingkah laku
penyesuaian diri siswa terisolir dapar
penyesuaian diri siswa terisolir dengan
dilihat dalam tabel berikut:
membagi pada kelompok eksperimen dan
Tabel 1: Gambaran Umum Penyesuaian Diri Siswa Terisolir Kelas VII Mts Negeri Pringsewu
kelompok kontrol yang sudah diberikan perlaukan. hasil
Terakhir,
pre-test
dilakukan
dan
dengan
post-test tujuan
yang untuk
penyesuaian diri siswa terisolir antara dan
gambaran
umum
membandingkan
mengetahui adanya suatu peningkatan
sebelum
skor
sesudah
Kategori
Rentang Skor Tinggi 121 - 160 Sedang 81- 120 Rendah 40 - 80 Jumlah
F
%
25 54 26 105
23,8 51,4 24,8 100
pemberian Data di atas tersebut menunjukkan
perlakuan berupa bimbingan kelompok
bahwa
dengan teknik problem solving.
masih
terdapat
siswa
yang
adalah
mempunyai penyesuaian diri terisolir
seluruh siswa kelas VII di Mts Negeri
rendah, dan apabila tidak diberikan
pringsewu yang berjumlah 105 siswa.
bantuan layanan maka akan berpengaruh
Dan sampel penelitian berjumlah 26 siswa
pada
yang terindikasi mengalami penyesuaian
Pemberian bantuan bagi penyesuaian diri
diri terisolir yang dipilih secara random.
siswa terisolir rendah diberikan dengan
Populasi
penelitian
ini
Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
perkembangan
berikutnya.
pemberian layanan bimbingan kelompok melalui teknik problem solving.
statistik nonparametris X^2 one sample.
Penyesuaian diri siswa terisolir
Teknik analisis data tersebut digunakan
rendah dengan subjek 26 siswa di bagi
untuk
menguji
menjadi dua kelompok yaitu 13 siswa
perbedaan penyesuaian diri siswa terisolir
untuk kelompok eksperimen yang akan
antara sebelum dan sesudah diberikan
diberikan layanan bimbingan kelompok
perlakuan berupa bimbingan kelompok
melalui teknik problem solving, dan 13
dengan teknik problem solving.
siswa lagi untuk kelompok kontrol
uji
efektivitas
atau
.
diberikan layanan secarara konvensional. Pelaksanaan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengolahan data
layanan
bimbingan
kelompok dengan teknik problem solving diberikan sebanyak 4 kali pertemuan.
yang dilakukan menunjukkan bahwa 140 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 136-143
Dari hasil penelitian terlihat adanya
Adapun bentuk analisisnya dapat dilihat
peningkatan pada skor Penyesuaian diri
pada tabel berikut:
siswa terisolir dengan ditunjukkannya
Tabel 3 : Uji Efektivitas bimbingan kelompok dengan teknik problem solving
perubahan nilai rata-rata pada saat pretest
dan
pos-test
eksperimen
dan
untuk
kelompok
kelompok
kontrol.
Adapun perolehan skor nilai rata-rata pada
saat
pre-test
dan
pos-test
Penyesuaian diri siswa terisolir disajikan pada tabel berikut: Tabel 2: Rata-rata Skor Penyesuaian Diri Siswa Terisolir saat pre-test dan pos-test Kondisi Pre-test
Post-test
Kelompok Kelompok eksperimen Kelompok kontrol Kelompok eksperimen Kelompok kontrol
Berdasarkan
Mean Sum of Rank Ranks
N Eksperi Negative men- Ranks Kontrol Positive Ranks Ties Total
0a
.00
.00
13b
7.10
94.00
0c 13
Berdasrakan hasil perhitungan tabel di
atas
menunjukkan
penyesuaian
diri
bahwa
siswa
skor
terisolir
Rata-rata
mengalami peningkatan yang signifikan
88,52
dengan ditunjukkan signifikansi < α
87,76
(0,001 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha
137,13
diterima. Artinya bimbingan kelompok
93,88
dengan teknik problem solving efektif untuk meningkatkan penyesuaian diri
tabel
di
atas
siswa terisolir.
menunjukkan bahwa adanya perubahan
Hal ini sesuai dengan pendapat
skor rata-rata penyesuaian diri siswa
Natawidjaja (1996:267) yang menjelaskan
terisolir pada saat pre-test dan pos-test
bahwa
untuk
adalah individu yang diberikan bantuan
kelompok
eksperimen
dan
bimbingan
kelompok
berupa informastif dan kuratif
kelompok kontrol. Untuk
sasaran
mengetahui
efektivitas
agar
mencapai pemahaman diri, penerimaan
teknik
diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri
problem solving untuk meningkatkan
dalam menuju perkembangan diri yang
penyesuaian
optimal.
bimbingan
kelompok
diri
dengan
siswa
terisolir
ini
Peranan
anggota
kelompok
dilakukan dengan menggunakan analisis
dalam pelaksanaan bimbingan kelompok
data berupa rumus uji beda yaitu uji
bersifat aktif membahas topik yang
statistik nonparametris
relevan dan bermanfaat bagi pencegahan
one sample.
masalah atau pengembangan pribadi yang 141 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 136-143
berguna bagi para anggota kelompok yaitu dengan cara keterlibatan aktif,
4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan
pemahaman isi dan dampak terhadap anggota
kelompok,
menumbuhkan
interaksi multi arah, aktif bernuansa intelektual, pencerahan dan pendalaman, berpartisipasi interaksi
aktif
sosial,
dalam
dinamika
menyumbang
bagi
pembahasan masalah dan pemecahan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving efektif untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa terisolir, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan yang signifikan skor hasil rata-rata antara kelompok eksperimen dan
masalah bagi dirinya. Problem-solving atau pemecahan masalah adalah suatu proses mencari dan menemukan jalan keluar terhadap suatu
kelompok kontrol saat pre-test dan postest. 5. DAFTAR PUSTAKA
masalah atau kesulitan yang sedang dihadapi
dalam
kehidupan
dirinya
(Suharman,2005:6). Teknik ini digunakan karena menurut Piaget (Santrock, 2003 :
Fraenkel,J.R. and Wallen, N.E. (1993). Second Edition. How to Design and Evaluate Research in Education. Singapore: Mc-Graw Hill International.
108) menjelaskan bahwa remaja pada usia 11/12
s.d
15 tahun
membayangkan
situasi
sudah
mampu
rekaan
dan
mencoba mengolahnya dengan pemikiran logis, dan memungkinkan remaja tersebut trampil dalam menentukan penyelesaian
Gibson, R.L. dan M.H. Mitchell. (2011). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Diterjemahkan dari; Introduction to Counseling and Guidanse. First publisher 2008 by Pearson Prentice Hall. Pearson education, Inc, Upper Saddle River, New Jersey.
masalahnya sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
terbiasanya
siswa
dalam
memecahkan permasalahan yang dialami sehingga membentuk
siswa suatu
tersebut konsep
mampu pemikiran
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga. Natawidjaja, Rochman. (1996). Konseling Kelompok Konsep Dasar dan Pendekatan. Bandung : Rizqi Press.
positif yang dapat dijadikan sebagai suatu patokan dalam membangun kemampuan penyesuaian dirinya dengan baik tanpa mengalami keterisoliran bagi dirinya.
Nastiti, Elsa Dyad dan Naqiyah, Najlatun. (2013). Pelaksanaan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Permainan Untuk Mengatasi Siswa 142
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 136-143
Terisolasi di Kelas VIII A SMP Negeri I Kunjang Kediri. Jurnal BK Unesa, Vol 04/No.01. Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan Dan Konseling Kelompok Disekolah (Metode, Teknik Dan Aplikasi). Bandung: Rizki Press. Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Penerbit Erlangga. Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment And Mental Health. New York: Mc. Grave-Hill, Inc. Suharman. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya : Srikandi. Suherlan, Heri. (2005). Perbedaan Sosial dan Konsep Diri Antara Siswa Terisolir Dengan Siswa Populer di Sekolah. Skripsi : PPB UPI. Tidak diterbitkan. Wartini, dkk. (2013). Karakteristik Belajar Siswa Terisolir. Jurnal Ilmiah Konseling UNP, Vol 2/No.1.
143 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung