BIAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA DI PT ERNA DJULIAWATI, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
DESY FADILLAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
BIAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KECELAKAAN KERJA DI PT ERNA DJULIAWATI, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Karya Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DESY FADILLAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN DESY FADILLAH. E14061293. Biaya Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja di PT Erna Djuliawati, Provinsi Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh JUANG RATA MATANGARAN dan GUNAWAN SANTOSA. Kegiatan kehutanan merupakan kegiatan yang berpotensi besar untuk terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian ekonomi, waktu kerja yang terbuang, kerusakan alat, kelainan atau cacat, bahkan yang paling parah adalah kecelakaan kerja dapat mengakibatkan kematian. Oleh karena itu tenaga kerja kehutanan berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Dan hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja adalah biaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja, kedua biaya ini sangat mempengaruhi biaya produksi menyeluruh dan keuntungan yang diperoleh. Penelitian mengenai biaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja ini dilakukan selama satu bulan dari bulan April sampai dengan bulan May tahun 2010 di areal IUPHHK-HA PT Erna Djuliawati, Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan tingkat keselamatan kerja dan menentukan biaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kecelakaan kerja 2007-2009, data produktivitas pemanenan 2007-2009 serta data pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja beserta biaya 2007-2009. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk mencari AFK (angka frekuensi kecelakaan), safe t score, AKK (angka keparahan kecelakaan), kecenderungan biaya kecelakaan dan loss production (nilai kehilangan produksi). Tingkat keselamatan di PT Erna Djuliawati dapat dilihat melalui analisis statistik kecelakaan yakni AFK, safe t score dan AKK. Tingkat keselamatan kerja di PT Erna Djuliawati selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 masih rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan angka keparahan kecelakaan yang mengalami kenaikan selama tiga tahun terakhir yang AKK-nya mencapai 416,99 di tahun 2009. Walaupun angka frekuensi kecelakaan menunjukan penurunan tetapi menurut safe t score hasilnya tidak terlalu signifikan, artinya tidak bisa menggambarkan keadaan kecelakaan yang semakin membaik. Selanjutnya untuk biaya pecegahan kecelakaan selama tiga tahun terakhir adalah sebesar Rp.1.358.900.148 dan biaya penanggulangan kecelakaan selamat tiga tahun terakhir adalah sebesar Rp.9.538.485.484. Kecederungan yang tampak pada kedua biaya kecelakaan kerja tersebut menggambarkan bahwa kenaikan biaya pencegahan kecelakaan tidak bisa menurunkan biaya penanggulangan kecelakaan dengan kata lain perencanaan biaya pencegahan kecelakaan belum optimal atau belum berhasil memperkecil pengeluaran untuk biaya penanggulangan kecelakaan.
Kata kunci: statistik kecelakaan, biaya kecelakaan, tingkat keselamatan, nilai kehilangan produksi
SUMMARY DESY FADILLAH. E14061293. The Costs of Work Accident Prevention and Overcome in PT Erna Djuliawati, Central Kalimantan Province. Under Supervision of JUANG RATA MATANGARAN and GUNAWAN SANTOSA. Forestry activity is an activity that holds great potential for accidents. These accidents can result losses, such as economic losses, working time losses, damaged equipment, disorder or disability, and the worst was the accident that result in death. Therefore, forestry workers are entitled to the protection of occupational safety and health. And things to be considered in the management of occupational safety and health is the costs of accident prevention and overcome, both these costs affect the production costs and profits comprehensively. Study on the costs of accident prevention and overcome is done during one month from April to May 2010 in Forest Concession PT Erna Djuliawati, Seruyan District, Central Kalimantan Province. The aim of this study is to determine the rate of safety and the costs of accident prevention and overcome. Data that used in this study is accident data in 2007-2009, 2007-2009 harvesting productivity data in 2007-2009 and data of the costs of accident prevention and overcome in 2007-2009. Data in this study are used to find out FR (frequency rate), safe t score, SR (severity rate), cost of accidents tendency and loss of production. Safety rates in PT Erna Djuliawati can be seen through analysis of accident statistics through analisys of FR, safe t score and SR. Safety rates in PT Erna Djuliawati during 2007 until 2009 is low. This is indicated by SR which increased during the last three years and reached 416.99 in 2009. Although the FR show the decreasing but with the safe t score the result is not significant, which we cannot say that the condition of accident is getting better. Then, for the accident prevention cost during the last three years is Rp.1,358,900,148 and the accident overcome cost is Rp.9,538,485,484. The tendencies of both of those two costs describe that the increasing of accident prevention cost cannot decrease the accident overcome cost or we can also say that the planning of accident prevention cost is not optimal or not succesfull to pull down the accident overcome cost.
Keywords: accident statistics, accident costs, safety rate, loss of production
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Biaya Pencegahan Kecelakaan dan Biaya Penanggulangan Kecelakaan Kerja di PT Erna Djuliawati adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2010
Desy Fadillah NIM E14061293
Judul Skripsi : Biaya Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja di PT Erna Djuliawati, Provinsi Kalimantan Tengah Nama
: Desy Fadillah
NIM
: E14061293
Menyetujui: Komisi Pembimbing
Ketua,
Anggota,
Dr. Ir. Juang Rata Matangaran, MS
Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS
NIP: 19631221 198803 1 001
NIP: 19641102 198803 1 002
Mengetahui: Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP: 19630401 199403 1 001 Tanggal Lulus:
i
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang, Banten pada tanggal 4 Agustus 1988 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan H. Fadoli dan Hj. Suhartini. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 90 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan dan berbagai kepanitiaan yakni sebagai staf bidang kesekretariatan BEM E tahun 2007-2008, panitia Temu Manajer tahun 2008, panitia Kampanye dan Seminar Cinta Lingkungan tahun 2008, dan panitia penyambutan mahasiswa baru tahun 2008. Selain itu penulis juga menjadi asisten praktikum mata kuliah Inventarisasi Sumber Daya Hutan tahun 2009 dan melakukan Praktek Kerja Lapang di PT Erna Djuliawati, Kecamatan Seruyan Hulu, Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2010. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Biaya Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja di PT Erna Djuliawati, Provinsi Kalimantan Tengah di bawah bimbingan Dr. Ir. Juang Rata Matangaran, MS dan Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS.
ii
KATA PENGANTAR Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayangNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2010 adalah Biaya Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja di PT Erna Djuliawati, Provinsi Kalimantan Tengah. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Tulisan ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada IUPHHKA-HA PT Erna Djuliawati yang berada di Kecamatan Seruyan Hulu, Provinsi Kalimantan Tengah selama satu bulan. Penelitian ini dimaksudkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas K3 agar dapat menekan pengeluaran biaya kecelakaan kerja dan memberi gambaran tentang potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan kecelakaan pada IUPHHK. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan adik terkasih atas doa, kasih sayang, dan motivasi yang diberikan. Penelitian ini dapat terselenggara atas partisipasi dari banyak pihak. Untuk itu penulis juga menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Juang Rata Matangaran, MS dan Dr. Ir. Gunawan Santosa, MS. selaku pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS, Ir. Siti Badriyah Rushayati, M.Si dan Ir. Kasno, M.Sc selaku dosen penguji. 3. Eka Kusdiandra, S. Hut, M.Si. selaku Camp Manager PT Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah atas bantuan dan motivasi yang telah diberikan. 4. Ir. Edward Vincent Pattiata, Ir. M. Zaini Winarna, Med Nur Nixon, SH dan Bapak M. Hidayat dari pihak PT Erna Djuliawati atas bantuan dan motivasi yang telah diberikan. 5. Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Live.Env.Sc atas pencerahannya.
iii
6. Teman satu perjuangan, Keluarga Besar MNH Angkatan 43. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini. 7. Sidik Setiawan S.Hut dan Angga Alexander (STAN 2009) atas bantuan dan motivasinya. 8. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya terhadap penelitian ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI Halaman RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
viii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................
1
1.1. Latar Belakang.................................................................................. ......
1
1.2. Tujuan .....................................................................................................
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................
3
2.1. Keselamatan, Kesehatan dan Kecelakaan Kerja .....................................
3
2.2. Sistem Manajemen K3 ............................................................................
4
2.3. Hasil Penelitian Tentang K3 ...................................................................
7
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .....................................................
10
3.1. Waktu dan Tempat ..................................................................................
10
3.2. Bahan dan Alat ........................................................................................
10
3.3. Jenis Data ................................................................................................
10
3.4. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................
10
3.4.1 Data kecelakaan kerja.................................................................. .......
10
3.4.2 Biaya kecelakaan.......................................................................... ......
11
3.4.3 Data produktivitas pemanenan....................................................... ....
11
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data.............................................. .....
12
3.5.1 Pengolahan Data ................................................................................
12
3.5.2 Analisis Data ......................................................................................
12
BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI .......................................................
14
4.1. Letak dan Luas Areal ..............................................................................
14
4.2. Topografi dan Kelerengan.......................................................................
14
4.3. Geologi dan Tanah ..................................................................................
15
v
4.4. Iklim dan Intensitas Hujan ......................................................................
15
4.5. Tipe Hutan dan Penutupan Vegetasi .......................................................
17
4.6. Hidrologi .................................................................................................
17
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
18
5.1. Kondisi SMK3 ........................................................................................
18
5.2. Statistik Kecelakaan dan Identifikasi Biaya ............................................
20
5.2.1 AFK untuk seluruh departemen di PT ED .........................................
20
5.2.2 AFK departemen produksi di PT ED.................................................
24
5.2.3 Biaya kecelakaan seluruh departemen di PT ED ...............................
29
5.2.4 Produktivitas kerja dan loss production ............................................
32
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
34
6.1. Kesimpulan .............................................................................................
34
6.2. Saran ........................................................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
35
LAMPIRAN ...................................................................................................
37
vi
DAFTAR TABEL No
Halaman
1. Kelas Lereng dan Topografi ......................................................................
15
2. Formasi Geologi ........................................................................................
15
3. Keadaan Suhu Udara, Kelembaban Udara dan Kecepatan Angin Bulanan di sekitar Areal IUPHHK PT ED ................................................
16
4. Luas Penutupan Vegetasi menurut RTRWP .............................................
17
5. Rekapitulasi AFK, S-T-S dan AKK Per Departemen ...............................
21
6. AFK, S-T-S dan AKK Komulatif Seluruh Departemen............................
23
7. AFK, S-T-S dan AKK Bidang Pemanenan ...............................................
25
8. Proporsi Biaya Pencegahan Kecelakaan dan Biaya Penanggulangan Kecelakaan Seluruh Departemen ..............................................................
30
9. Loss Production Kegiatan Pemanenan ......................................................
32
vii
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Struktur Organisasi K3..............................................................................
18
2. Balai Pengobatan .......................................................................................
20
3. Pemakaian Alat Pelindung Diri .................................................................
20
4. Papan Keselamatan....................................................................................
20
5. Penyebaran Kecelakaan Pada Kegiatan Produksi .....................................
26
6. Grafik Keparahan Kecelakaan Bidang Pemanenan...................................
28
7. Grafik Kecenderungan Biaya pencegahan dengan Biaya Penanggulangan Kecelakaan Tahun 2007-2009 .......................................
31
viii
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Rekapitulasi Data Kecelakaan Kerja Tahun 2007 Sampai Dengan 2009 ...........................................................................................................
38
2. Penggolongan Data Kecelakaan dalam Kegiatan Pemanenan Hutan Tahun 2007 Sampai Dengan 2009 ............................................................
42
3. Skema Metode Penelitian ..........................................................................
43
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan-kegiatan dalam sebuah perusahaan bidang kehutanan dapat diklasifikasikan menjadi dua. Kegiatan yang bersifat voluntary (sukarela) dan kegiatan yang bersifat mandatory (wajib). Kegiatan yang bersifat voluntary adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan atas dasar sukarela atau bebas dikerjakan karena tidak ada sesuatu yang mengikat. Sedangkan kegiatan yang bersifat mandatory adalah kegiatan yang mengikat secara hukum dan mewajibkan perusahaan untuk melakukan kegiatan yang telah diatur oleh sebuah peraturan atau perundang-undangan. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu kegiatan di bidang kehutanan yang bersifat mandatory. Alasannya adalah karena hal tersebut diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1970, Peraturan
Menteri
Tenaga
Kerja,
Transmigrasi
dan
Koperasi
RI
No.01/MEN/1978, dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/MEN/1996 serta diatur pula dalam suatu standar internasional OHSAS 18001 Tahun 2007. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi sangat penting dilaksanakan karena berkaitan langsung dengan upaya meminimalkan kecelakaan kerja. Hal tersebut dibuktikan dengan dibuatnya peraturan khusus K3 oleh pemerintah seperti yang telah disebutkan di atas. Namun hendaknya tidak semata masalah pemenuhan kewajiban terhadap peraturan perundangan yang berlaku, melainkan dimensi yang mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan internal perusahaan. Perusahaan mungkin harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit apabila Sistem Manajemen K3 belum menjadi bagian integral dari manajemen perusahaan (Dephut, 2004). Tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang memuaskan dicapai bila sejumlah prinsip yang berhubungan erat telah diterapkan pada tingkat nasional, perusahaan dan tempat kerja. Prinsip-prinsip ini meliputi pemenuhan hukum dan peraturan, dan suatu kebijakan yang didefinisikan dengan jelas yang mengidentifikasi sifat dan keparahan resiko yang terdapat dalam operasi kehutanan, sebagaimana juga pembagian tanggung jawab bagi orang-orang yang
2
dipekerjakan pada tingkat manajemen, penyelia dan pengawasan kerja dalam bidang kehutanan (ILO 1998). Kegiatan kehutanan merupakan kegiatan yang berpotensi besar untuk terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu para tenaga kerja kehutanan tentu berhak untuk mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, di sisi lain perusahaan wajib untuk memberikan perlindungan terhadap keselamatan para tenaga kerja yang mereka miliki. Sesungguhnya keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk kepentingan pengusaha dan pekerja itu sendiri. Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian ekonomi, waktu kerja yang terbuang, kerusakan alat, kelainan atau cacat, bahkan yang paling parah adalah kecelakaan kerja juga dapat mengakibatkan kematian. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja adalah biaya pencegahan kecelakaan dan biaya penanggulangan kecelakaan, kedua biaya ini sangat mempengaruhi biaya produksi menyeluruh dan keuntungan yang diperoleh. Salah satu pendekatan dalam upaya menentukan besarnya manfaat biaya pencegahan kecelakaan dan biaya penanggulangan kecelakaan terhadap keuntungan yang diperoleh adalah dengan mengadakan penelitian
tentang
besarnya
biaya
pencegahan
kecelakaan
dan
biaya
penanggulangan kecelakaan. Harapan ketika dikeluarkannya biaya pencegahan kecelakaan adalah agar dapat menekan biaya penanggulangan kecelakaan. Pada akhirnya akan diketahui besarnya biaya pencegahan kecelakaan dan biaya penanggulangan kecelakaan secara terperinci dan akan menjadi sebuah peringatan terhadap perusahaan untuk menekan biaya tersebut dengan meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.
1.2 Tujuan a. Menghitung dan menganalisis tingkat keselamatan kerja b. Menghitung biaya pencegahan dan biaya penanggulangan kecelakaan kerja
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan, Kesehatan dan Kecelakaan Kerja Keselamatan adalah suatu kondisi atau keadaan yang aman, terbebas dari bahaya atau resiko, sakit, cedera, dan kerugian. (Exocrew 2010). Menurut Suma’mur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit/ gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Menurut Sabdoadi (1981) kecelakaan adalah kejadian yang tidak diharapkan, tidak diinginkan, tidak diramalkan, tidak direncanakan, yang dapat mengganggu atau merusak kelangsungan yang wajar dari suatu kegiatan dan dapat mengakibatkan suatu luka atau kerusakan pada benda atau alat peralatan. Kecelakaan dapat terjadi karena tindakan seseorang yang membahayakan atau pemaparan terhadap alat (mesin) yang dalam keadaan membahayakan. Sedangkan dalam Suma’mur (1988) dinyatakan bahwa kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Kondisi K3 yang buruk mengundang terjadinya kecelakaan
kerja.
Pengertian
kecelakaan
menurut
PERMENAKER
RI
No.03/MEN/1998 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia atau harta benda. Salah satu penyebab timbulnya kecelakaan kerja adalah penyakit akibat kerja yang sebenarnya dapat dicegah yaitu dengan pemeriksaan kesehatan berkala, pengadaan obat, penyediaan alat keselamatan kerja, perbaikan klinik, pemeliharan kebersihan makanan dan minuman dan penyuluhan keselamatan kesehatan kerja (Yuniawati 2005). Oleh karena itu kecelakaan dapat dicegah, asalkan cukup kemauan untuk mencegahnya. Sebab-sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan usaha-usaha koreksi yang ditujukan kepada sebab itu kecelakaan dapat dicegah dan tidak terulang kembali. Menurut Suryanto (1998)
4
tujuan perusahaan adalah untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan mengurangi resiko kecelakaan (accident risk), waktu yang terbuang (loss time) atau kehilangan produksi (loss production). Ibrahim (1998) mengungkapkan bahwa akibat kecelakaan itu mesti ada sebabnya (accident are caused). Kecelakaan tidak terjadi begitu saja. Karena itu diperlukan perencanaan yang baik sebelum melakukan sesuatau pekerjaan. Perencanaan tersebut mengarah kepada upaya pencegahan. Pekerjaan manajemen yang terkait dengan upaya pencegahan ditandai dengan meneliti permasalahan atau deviasi yang terjadi. Kemudian dilanjutkan dengan menetapkan yang realistik atau yang ditetapkan oleh undang-undang atau peraturan-peraturan yang lain. Setelah itu pengukuran dilakukan terhadap penyimpangan yang ada, serta dievaluasi apa akibatnya kalau deviasi itu dibiarkan terus-menerus. Jika deviasi itu tidak dapat ditolelir maka dilakukan pengendalian terhadap hazard tersebut. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diupayakan selalu melekat dalam setiap kegiatan. Apalagi kegiatan tersebut mempunyai resiko yang tinggi (high risk). Resiko tinggi tersebut dapat diartikan sebagai hasil penggabungan antara kemungkinan kejadian yang sering dan dampak yang besar. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja yang baik akan meningkatkan produktivitas. Hal tersebut ikut tertuang dalam UU RI No.01 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang menimbang bahwa setiap tenaga kerja berhak atas perlindungan
terhadap
keselamatan
dalam
melakukan
pekerjaan
untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Masih dalam Undang-Undang yang sama disebutkan pula tentang syarat-syarat keselamatan kerja di dalam bab III pasal 3 yang salah satu syaratnya adalah dengan mencegah dan mengurangi kecelakaan. Pencegahan kecelakaan memang mutlak direncanakan dan diimplementasikan guna mengurangi jumlah kasus kecelakaan kerja. 2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Bab III Pasal 3 dalam PERMENAKER NO.5 Tahun 1996 menerangkan bahwa Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja
5
seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3. International Labour Organization (1998) menyebutkan bahwa Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja harus dipertimbangkan sebagai suatu tugas manajemen dengan prioritas tinggi. Manajemen dari suatu perusahaan yang terlibat dalam pekerjaan kehutanan harus sadar akan tanggungjawabnya dan secara aktif mempromosikan keselamatan dan kesehatan kerja. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan sistem manajemen untuk pelaksanaannya harus mengarahkan pada prioritas sebagai berikut: (a) Menghilangkan resiko (b) Mengendalikan resiko pada sumber (c) Memperkecil resiko dengan cara-cara yang meliputi perancangan yang aman dari sistem kerja dan organisasi kerja (d) Memastikan bahwa alat pelindung diri digunakan jika disamping ketentuan di atas, masih terdapat suatu unsur resiko. Occupational Health and Safety Assessment System 18001:2007 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Diterbitkan tahun 2007, menggantikan OHSAS 18001:1999, dan dimaksudkan untuk mengelola aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) daripada keamanan produk. Organisasi yang mengimplementasikan OHSAS 18001 memiliki struktur manajemen yang terorganisir dengan wewenang dan tanggung-jawab yang tegas, sasaran perbaikan yang jelas, hasil pencapaian yang dapat diukur dan pendekatan yang terstruktur untuk penilaian resiko. Demikian pula, pengawasan terhadap kegagalan manajemen, pelaksanaan audit kinerja dan melakukan tinjauan ulang kebijakan dan sasaran K3. Manfaat penerapan sistem manajemen K3 menurut Suardi (2007): 1. Pelindungan karyawan Karyawan adalah aset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya. Pengaruh positif terbesar yang dapat diraih adalah mengurangi angka kecelakaan kerja. Hal tersebut menyebabkan karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatannya akan bekerja lebih optimal dibandingkan karyawan yang terancam K3-nya.
6
2. Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang Banyak organisasi yang telah mematuhi peraturan menunjukkan eksistensinya dalam beberapa tahun. Sebaliknya, pengaruh buruk yang didapat bagi perusahaan yang melakukan pembangkangan terhadap peraturan dan undangundang, seperti citra yang buruk, tuntutan hukum dari badan pemerintah, seringnya menghadapi berbagai permasalahan dengan tenaga kerjanya, semua itu tentunya akan mengakibatkan kebangkrutan. Dengan menerapkan Sistem Manajemen K3, setidaknya perusahaan telah menunjukkan itikad baiknya dalam mematuhi peraturan dan perundang-undangan sehingga perusahaan dapat beroperasi normal tanpa menghadapi kendala dari segi ketenagakerjaan. 3. Mengurangi biaya Sistem Manajemen K3 juga melakukan pencegahan terhadap ketidaksesuaian. Dengan menerapkan sistem ini terjadinya kecelakaan, kerusakan, dan sakit dapat dicegah. Artinya, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut. Memang dalam jangka pendek pengeluaran biaya penerapan Sistem Manajemen K3 cukup besar. Akan tetapi jika penerapan Sistem Manajemen K3 dilaksanakan secara efektif dan penuh komitmen, nilai uang yang keluar tersebut jauh lebih kecil dibandingkan biaya yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja. 4. Membuat sistem manajemen yang efektif Tujuan perusahaan beroperasi adalah mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya. Salah satu bentuk nyata yang bisa dilihat dari penerapan Sistem Manajemen K3 adalah adanya prosedur terdokumentasi. Dengan adanya prosedur, maka segala aktivitas dan kegiatan yang terjadi akan terorganisir, terarah dan berada dalam koridor yang teratur. 5. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya akan bekerja lebih optimal dan ini tentu akan berdampak pada produk yang dihasilkan. Pada gilirannya ini akan meningkatkan kualitas produk dan jasa yang dihasilkan ketimbang sebelum dilakukan penerapan. Di samping itu dengan adanya pengakuan penerapan Sistem Manajemen K3, citra organisasi terhadap
7
kinerjanya akan semakin meningkat, dan tentu ini akan meningkatkan kepercayaan pelanggan. 2.3 Hasil Penelitian tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Hasil penelitian Juwita (2002) menyebutkan bahwa angka frekuensi kecelakaan antara tahun 1999 sampai dengan 2001 di PT. Musi Hutan Persada terjadi paling tinggi pada tahun 1999 yaitu terjadi 59 kasus kecelakaan. Hal tersebut diduga karena pada tahun 1999 PT. Musi Hutan Persada belum mengadakan komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara optimal. Oleh karena komite tersebut baru didirikan pada tahun 1999. Akan tetapi seiring dua tahun perjalanan organisasi tersebut terbukti bahwa terjadi penurunan angka frekuensi kecelakaan. Hal ini dibuktikan lewat angka safe-t-score selama kurun waktu 1999 sampai dengan 2001 berada di bawah -2,00 yang berarti keadaan kecelakaan semakin membaik. Masih berasal dari hasil penelitian yang sama disebutkan bahwa kegiatan penebangan memiliki presentase kecelakaan paling tinggi sebesar 68,67% dibandingkan dengan jenis kegiatan pemanenan hutan lainnya seperti penyaradan, pengangkutan, mekanik, dan perencana pemanenan. Kecelakaan tersebut berimbas kepada nilai kehilangan produksi yang diderita perusahaan sebesar U$ 10.473.989,16 dalam kurun waktu tiga tahun tersebut. Nilai kehilangan produksi tersebut terjadi hanya pada kegiatan penebangan, nilai kehilangan produksi yang lebih besar terjadi pada kegiatan penyaradan yaitu sebesar U$ 13.134.299,87 dalam kurun waktu tiga tahun tersebut. Nilai kehilangan produksi tersebut adalah keuntungan yang seharusnya didapatkan oleh perusahaan jika kecelakaan tidak terjadi. Nilai tersebut lebih besar jumlahnya daripada biaya pencegahan kecelakaan yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 500 juta. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiono (2001) menyebutkan identifikasi biaya pencegahan kecelakaan pada PT. Sumalindo Lestari Jaya II pada rentang tahun 1998 sampai dengan 2000 adalah sebesar Rp. 267.218.643 sedangkan biaya kecelakaan yang dikeluarkan sebesar Rp. 14.688.117.536. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan pada biaya-biaya tersebut di atas didapatkan bahwa perencanaan biaya pencegahan yang telah dilakukan belum bisa secara optimal memprediksi secara tepat antara biaya pencegahan dengan biaya
8
kecelakaan yang kira-kira akan berkorelasi erat. Hal ini terlihat dari masih besarnya nilai accident cost dibanding biaya pencegahannya. Idris dan Soenarno (1988) melakukan penelitian pada dua HPH di Kalimantan Tengah, yaitu PT. Giat Aneka Timber dan PT. Daya Sakti Timber tentang kecelakaan kerja pada rentang tahun 1980 sampai dengan 1983. Dari penelitian tersebut diperoleh angka frekuensi kecelakaan yang cenderung menurun dari tahun 1981 sampai dengan 1983. Keadaan yang membaik ini mungkin disebabkan oleh makin bertambahnya pengalaman kerja, sehingga berkembang adaptasi positif antara operator, lingkungan kerja dan timbulnya kebiasaan-kebiasaan yang baik selama melakukan kegiatannya. Dengan demikian tenaga kerja dan operator lebih mampu mengamati setiap perubahan situasi kerja dan performance peralatan yang digunakan. Pada penelitian ini ditemukan sebabsebab terjadinya kecelakaan sebagian besar diakibatkan oleh faktor manusia, antara lain disiplin mengenai keselamatan kerja dan tidak adanya petunjuk dan tanda bahaya di tempat kerja. Sedangkan sebab-sebab lainnya adalah karena kondisi peralatan yang tidak memenuhi standar persyaratan keamanan kerja dan kondisi lingkungan kerja berat seperti topografi dan cuaca. Hasil penelitian (Rahardjo dan Sunarsiah 2004) menyebutkan bahwa: 1. Hubungan umur dengan kecelakaan kerja Umur termasuk variabel penting dalam masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) karena umur ada kaitannya dengan daya tahan tubuh, umumnya daya tahan tubuh usia produktif lebih baik dibanding daya tahan tubuh usia non produktif. 2. Jenis kelamin Perbedaan anatomi antara perempuan dan laki-laki sehingga ada bebarapa macam pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Salman (2009) menyatakan bahwa implementasi K3 di PT Sarmiento Prakantja Timber belum berjalan secara maksimal. Aspek kompetensi yang perlu menjadi prioritas untuk ditingkatkan yaitu attitude (sikap), baik itu untuk pekerja maupun perusahaan. Pada perusahaan attitude (sikap) masuk ke dalam kategori cukup dan mesti ditingkatkan, alternatif strategi yang dipakai yaitu dengan
9
diadakannya audit. Sedangkan pada pekerja untuk meningkatkan attitude (sikap) perlu diadakannya pengawasan yang berkelanjutan, diadakannya sistem reward dan punishment. Sebuah studi eksplorasi dilaksanakan untuk memperjelas efek langsung dan tidak langsung dari beberapa faktor utama yang mempengaruhi biaya kecelakaan yang menyebabkan luka yang dapat disembuhkan. Variabel yang mempengaruhi biaya diputar untuk model akhir dengan analisis faktor dalam dua tahap. Kuesioner dikirimkan kepada 473 korban kecelakaan (80% merespon) dan mandor mereka (96% merespon) di dua perusahaan kayu terbesar di Finlandia. Tingkat keparahan cedera secara langsung mempengaruhi biaya tidak langsung untuk perusahaan: pertama, kehilangan produksi akibat pekerja terluka dan tidak bisa bekerja, dan kedua, gangguan dalam prosedur pemanenan kayu dan penundaan waktu kerja karena hujan salju. Selain efek langsung, keparahan cedera juga berdampak tidak langsung pada kerugian ekonomi total melalui kehilangan waktu, kemampuan pekerja ketika kembali bekerja, hari hilang ketika di rumah sakit dan gangguan dalam rantai pemanenan kayu. Upah harian memiliki efek langsung tersendiri (Klen 1989).
10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 April - 15 Mei 2010 dan bertempat di PT. Erna Djuliawati, Kecamatan Seruyan Hulu, Provinsi Kalimantan Tengah. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kecelakaan kerja 2007-2009, data produktivitas pemanenan 2007-2009, biaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja 2007-2009. Sedangkan alat yang digunakan adalah software Microsoft Excel 2007. 3.3 Jenis Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari catatan-catatan dan buku-buku perusahaan Data sekunder yang diperlukan adalah: a. Keadaan umum lokasi b. SOP (Standard Operating Procedure) c. Struktur organisasi P2K3 d. Data kecelakaan kerja beserta biayanya selama tiga tahun terakhir e. Data biaya pencegahan kecelakaan kerja selama tiga tahun terakhir f. Data jumlah jam kerja orang g. Data produktivitas kerja selama tiga tahun terakhir h. Komponen
biaya
pencegahan
kecelakaan
dan
komponen
biaya
penanggulangan kecelakaan kerja. 3.4 Prosedur Pengumpulan Data 3.4.1 Data kecelakaan kerja Data kecelakaan kerja yang diambil merupakan data kecelakaan kerja dari tahun 2007 sampai dengan 2009. Data tersebut diperoleh melalui penelusuran pustaka yang berada di lingkungan perusahaan. Data tersebut meliputi: a. Data jenis kecelakaan kerja b. Data pekerja yang mengalami kecelakaan kerja
11
c. Waktu dan tempat terjadinya kecelakaan kerja d. Sebab dan akibat kecelakaan kerja 3.4.2 Biaya kecelakaan kerja Biaya kecelakaan kerja terbagi menjadi dua yaitu biaya pencegahan kecelakaan dan biaya penanggulangan kecelakaan. Menurut Silalahi (1985) dalam Setiono (2000) biaya pencegahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi biaya yang harus ditanggung sebagai akibat dari kecelakaan kerja. Menurut ILO (1981) biaya kecelakaan adalah total biaya yang dikeluarkan akibat kecelakaan kerja dan merupakan jumlah dari biaya langsung (direct costs), biaya tidak langsung (indirect costs) dan biaya sosial (social costs). Data tentang biaya-biaya ini diperoleh dari penghimpunan pustaka yang berada di lingkungan perusahaan selama tiga tahun terakhir. Berikut ini adalah komponen biaya pencegahan kecelakaan dan biaya penanggulangan kecelakaan kerja yang telah dikumpulkan: 1. Biaya pencegahan kecelakaan: a. Asuransi kecelakaan kerja b. Biaya pendidikan dan pelatihan (diklat) karyawan c. Biaya pengadaan perlengkapan kerja (APD) 2. Biaya penanggulangan kecelakaan: a. Biaya langsung: i. Biaya pertolongan pertama ii. Biaya perawatan di rumah sakit iii. Biaya visum iv. Biaya rawat jalan b. Biaya tidak langsung: i. Biaya perbaikan unit ii. Biaya konsul ulang iii. Loss production 3.4.3 Data Produktivitas Pemanenan Data
produktivitas
pemanenan
yang
diambil
merupakan
data
produktivitas pemanenan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Data
12
tersebut diperoleh melalui penelusuran pustaka yang berada di lingkungan perusahaan. Data tersebut meliputi: 1. Data produktivitas penebangan 2. Data produktivitas penyaradan 3. Data produktivitas pengangkutan 3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.5.1 Pengolahan data Dalam penelitian ini pengolahan data biaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan, serta data kasus kecelakaan kerja menggunakan microsoft excel 2007. 3.5.2 Analisis data 1. Dari data kecelakaan kerja, dihitung angka-angka statistik kecelakaan, yaitu: a. Angka frekuensi kecelakaan kerja (frequency rate). (Depnaker 1998) ∑ kasus kecelakaan x 1.000.000 FR = ∑ jam kerja orang Ket: ∑ jam kerja orang = hari efektif kerja/tahun x jumlah tenaga kerja x jam kerja/hari
b. Safe - T – Score. (Silalahi 1985) FR (n) – FR (n-1) S-T-S = FR (n-1) Keterangan : FR (n) : angka frekuansi kecelakaan kerja tahun kini FR (n-1) : angka frekuensi kecelakaan kerja tahun sebelumnya
Safe - T – Score adalah angka yang tidak memiliki dimensi, arti angka S-T-S positif menunjukkan keadaan yang memburuk, sedangkan angka S-T-S negatif menunjukkan keadaan yang membaik. Berikut adalah selang dari safe t score: i
-2 ≤ S-T-S ≤ 2, tidak menunjukkan perubahan yang berarti
ii
2 < S-T-S, menunjukkan keadaan yang memburuk
iii
-2 > S-T-S, menunjukkan keadaan yang membaik
13
c. Angka Keparahan Kecelakaan Kerja (severity rate ). (Depnaker 1998) ∑ hari hilang x 1.000.000 SR = ∑ jam kerja orang Ket: *Hari kerja yang hilang adalah penjumlahan hari orang tidak mampu bekerja akibat
kecelakaan kerja dan hari hilang akibat karyawan meninggal karena
kecelakaan kerja berdasarkan Ketetapan Suma’mur Tahun 1983.
2. Data mengenai kecelakaan kerja akan dikelompokkan berdasarkan jenis kecelakaan, penyebab kecelakaan, dan jenis kegiatan dalam pemanenan hutan. Selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif tentang kondisi K3 di lingkungan perusahaan. Kriteria Jenis kecelakaan kerja dikelompokkan menjadi 3 jenis kecelakaan, yaitu : (Idris dan Soemarno 1988) a. Kecelakaan kecil, yaitu jenis kecelakaan yang mengakibatkan pekerja tidak dapat masuk kerja kurang dari 3 hari. b. Kecelakaan besar, yaitu jenis kecelakaan yang mengakibatkan pekerja tidak dapat masuk kerja lebih dari 3 hari. c. Kecelakaan yang menyebabkan meninggal. 3. Analisis deskriptif dengan menggunakan grafik untuk mengetahui kecenderungan besarnya biaya pencegahan kecelakaan dengan besarnya biaya penanggulangan kecelakaan. Walpole (1995) mengungkapkan bahwa statistik deskriptif merupakan metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Penyusunan tabel, diagram, grafik termasuk dalam kategori statistik deskriptif. 4. Menghitung nilai kehilangan produksi (loss production) dengan rumus sebagai berikut: Loss Production = produktivitas x jumlah hari kerja yang hilang x nilai produksi (Setiono 2000) Ket: loss production
: Rp
produktivitas
: m3/hari
nilai produksi
: Rp/ m3 (harga kayu – logging cost)*
∑ hari kerja yang hilang : hari Ket: *nilai produksi bersumber dari APHI dan beberapa perusahaan di Kalimantan.
14
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Areal Secara geografis areal IUPHHK PT Erna Djuliawati terletak pada 00°52’30” LS sampai dengan 01°22’30” LU dan 111°30’00” BT sampai dengan 112°07’30”. Luas total areal IUPHHK PT Erna Djuliawati sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 15/Kpts-IV/1999, tanggal 18 Januari 1999 ialah sebesar ±184.206 Ha. Berdasarkan pembagian daerah aliran sungai, maka areal kerja IUPHHK PT Erna Djuliawati terletak di kelompok hutan Sungai Salau – Sungai Seruyan. Secara administrasi Pemangkuan Hutan, termasuk ke dalam Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Seruyan Hulu, Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Seruyan, Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan menurut administrasi pemerintahan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Seruyan Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Propinsi Kalimantan Tengah. Adapun batas-batas lokasi konsesi PT Erna Djuliawati adalah: a. Sebelah utara
: PT Sari Bumi Kusuma dan Hutan Lindung
b. Sebelah selatan
: PT Indochin Aria Bima Sari dan Sungai Manjul
c. Sebelah barat
: PT Indochin Aria Bima Sari dan Hutan Lindung
d. Sebelah timur
: PT Sarmiento Parakantja Timber, PT Berkat Cahaya Timber dan PT Meranti Mustika
4.2 Topografi dan Kelerengan Keadaan areal kerja IUPHHHK PT Erna Djuliawati seluruhnya merupakan lahan kering yang berada pada ketinggian 111-1.082 m diatas permukaan laut, dengan kondisi topografi yang berkisar antara datar hingga sangat curam. Secara umum pengelompokkan kelas lereng berdasarkan Laporan Pemotretan Udara, Penataan Garis Bentuk, Pemetaan Vegetasi dan Pemeriksaan Areal Kerja IUPHHK PT Erna Djuliawati Yang dilaksanakan oleh APHI/PT Mapindo Parama dan yang telah memperoleh persetujuan Direktorat Jenderal INTAG No. 038/97 pada Bulan November 1997. Adapun pengelompokan luasan areal PT Erna Djuliawati berdasarkan kelas lereng dan topografi ialah sebagai berikut:
15
Tabel 1 Kelas lereng dan topografi di PT Erna Djuliawati Kelas Lereng
Kemiringan
Topografi
Luas
A B C D E
0 - 8% 8 - 15% 15 - 25% 25 - 40% > 40% Jumlah
Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam
(Ha) 43.247 60.880 49.009 28.998 2.072 184.206
(%) 23.48 33.05 26.61 15.74 1.12 100
Sumber : Rencana Kerja Tahunan PT Erna Djuliawati tahun 2009.
4.3 Geologi dan Tanah Berdasarkan Peta Geologi Indonesia Lembar Banjarmasin 1 : 1.000.000 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung tahun 1994, formasi geologi yang terdapat di areal kerja IUPHHK PT Erna Djuliawati adalah batuan magmanit benua (94,05%) dan sedikit batuan alas kerak benua (5,95%). Formasi Geologi areal kerja IUPHHK PT Erna Djuliawati dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Formasi geologi di PT Erna Djuliawati Kode
Formasi Geologi
Luas Ha
%
10.96
9.95
156.6
85
16.67 184.2
9.05 100
Batuan Alas Kerak Benua Pzm
Batu sabak, batu tanduk filit, kuarsit sekis, magmatit, gunung sapi malih, amfibolih
KI. 1 KU. 2
Batuan Magmatit Benua Tonalit, granodiolit, granit, kuarsa, diorite, dan gabro Lava, breksi, tufa, dan aglomerat Jumlah
diorite
Sumber : RKT PT Erna Djuliawati tahun 2009.
Berdasarkan Peta Tanah Pulau Kalimantan skala 1 : 1.000.000 dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor tahun 1993, areal kerja IUPHHK PT Erna Djuliawati memiliki jenis tanah antara lain ialah jenis tanah latosol (44%) dan podsolik merah kuning (56%). 4.4 Iklim dan Intensitas Hujan Berdasarkan Peta Agroklimat Pulau Kalimantan skala 1 : 3.000.000 dari Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1979, keadaan iklim di areal kerja
16
IUPHHHK PT Erna Djuliawati menurut Klasifikasi Schmidt dan Ferguson Sebagian besar wilayahnya termasuk tipe hujan A (0-14,3%) dan sedikit tipe hujan B (14,3-33,3%). Dengan mengacu pada data curah hujan dari Stasiun Pengamat Curah Hujan di Camp DPH PT Erna Djuliawati selama 9 tahun (2001-2009), dapat diperoleh angka curah hujan rata-rata per tahun sebesar ± 3.117 mm dengan rata-rata jumlah hari hujan 117 hari, sehingga diperoleh nilai intensitas hujan sebesar ± 26,7 mm/hari. Suhu udara rata-rata adalah 26,4°C dengan kisaran suhu bulanan antara 26,1°C – 29,7°C. Suhu udara yang tergolong rendah umumnya terjadi pada bulan Januari sampai dengan April dengan suhu rata-rata sebesar 26,1°C. Suhu rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu mencapai 29,7°C. Rata-rata kelembaban udara bulanan yang terjadi ialah sebesar 85% dengan kisaran antara 83%-87%. Adapun kecepatan angin rata-rata ialah 4,2 km/jam, dengan kisaran antara 3,6 km/jam – 5,4 km/jam. Kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar 5,4 km/jam, sedangkan untuk kecepatan angin terendah terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli. Tabel 3 Keadaan suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin bulanan di sekitar areal IUPHHK PT Erna Djuliawati Nomor
Bulan
Suhu Udara (°C)
Kelembaban Udara (%)
Kecepatan Angin (km/jam)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata
26.1 26.1 26.1 26.1 26.8 26.5 26.9 29.2 29.3 29.7 29.3 29.3 26.4
86 85 87 86 86 86 86 83 83 84 84 86 85
4.1 4.3 5.4 4.7 3.6 3.6 3.6 4.1 4.7 4.7 4.3 4.4 4.2
Sumber : RKT PT Erna Djuliawati tahun 2009.
17
4.5 Tipe Hutan dan Penutupan Vegetasi Tipe hutanyang terdapat di areal IUPHHK PT Erna Djuliawati secara keseluruhan merupakan hutan hujan tropika pegunungan yang didominasi oleh kelompok dari family Dipterocarpaceae. Keadaan penutupan lahan di areal kerja terdiri dari hutan primer seluas ± 43.039 Ha (23,36%), hutan bekas tebangan seluas ± 97.217 ha (52,78%), areal tidak berhutan (non hutan) seluas ± 26.226 Ha (14,24%), dan tertutup awan seluas ± 12.821 Ha (6,96%). Luas masing-masing strata hutan, yang dikelompokkan menurut fungsi hutan disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4 Luas penutupan vegetasi di PT Erna Djuliawati No
Jenis Penutupan
HP/HPT
1
Virgin Forest (VF)
(Ha) 43.039
(%) 23.36
2
Hutan Bekas Tebangan (LOA)
97.217
52.78
3
Non Hutan (NH)
26.226
14.24
4 5
Tertutup Awan Buffer zone dan hutan lindung
12.821 1.964
6.96 1.1
6
Kawasan lindung Jumlah
2.939 184.206
1.6 100
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah tahun 1999.
4.6 Hidrologi Areal kerja PT. Erna Djuliawati meliputi 5 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Salau 4.922 Ha, DAS Seruyan 84.721 Ha, DAS Kaleh 8.836 Ha, DAS Manjul 74.656 Ha dan DAS Salau Hulu 11.072 Ha. Adapun sungaisungai besar yang mengalir melalui kawasan IUPHHK PT Erna Djuliawati ialah S. Manjul, S. Seruyan dan S. Salau. Ketiga sungai tersebut dapat mengalir terus menerus sepanjang tahun.
18
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT Erna Djuliawati baru terbentuk akhir tahun 2009. Meskipun baru dibentuk panitia khusus K3,
PT Erna Djuliawati sebenarnya telah lama mengupayakan
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawannya. Hal tersebut dibuktikan dengan berdirinya Balai Pengobatan sejak tahun 1988 dan telah merekam daftar kecelakaan sejak tahun 2006. Jumlah anggota P2K3 PT Erna Djuliawati sampai tahun 2010 ini berjumlah 42 orang yang tersebar di setiap seksi. P2K3 diketuai langsung oleh Manajer Camp dan seorang ahli K3 sebagai sekretarisnya, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 Tahun 1987. Selain itu juga, penempatan Manajer Camp sebagai ketua P2K3 mengisyaratkan betapa besar komitmen perusahaan dalam mengelola K3. Struktur organisasi K3 dapat dilihat pada gambar berikut: KETUA
WAKIL KETUA
SEKRETARIS
Pengawas Keselamatan dan Produksi
Keselamatan Kerja
Kesehatan Kerja
Semua Departemen + SPI
Semua Departemen + SPI
Departemen Produksi
Gambar 1 Struktur organisasi K3 di PT Erna Djuliawati.
Pemadam Kebakaran & Tanggap Darurat
19
Kebijakan yang dilakukan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja adalah dengan menerapkan strategi pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja. Berikut adalah strategi pembinaan K3 yang telah dilakukan perusahaan: 1. Promotif a. Pemeriksaan dan pengobatan b. Pembinaan/pelatihan kerja c. Gerakan olah raga d. Gizi seimbang e. Pengendalian lingkungan kerja f. Higiene dan sanitasi 2. Preventif a. Pemeriksaan kesehatan b. APD c. Rotasi d. Pengendalian waktu kerja 3. Kuratif a. Pengobatan b. Rawat inap c. Rawat jalan d. Rujukan ke rumah sakit umum Selain itu, sebagai upaya mendukung pengelolaan K3, perusahaan telah menyediakan berbagai sarana dan prasarana penunjang seperti balai pengobatan, tempat peribadatan, pasar, lapangan olah raga, kolam renang, posko keamanan, papan-papan keselamatan dan alat pelindung diri seperti: sepatu safety, sarung tangan, helm, google, earplug, dll. Setiap karyawan atau pekerja juga mendapatkan asuransi kesehatan yang merupakan sebuah jaminan sosial tenaga kerja tentang kesehatan. Untuk pekerja dikenakan 4 program Jamsostek, yaitu: 1. Kecelakaan kerja 2. Kematian 3. Hari tua 4. Kesehatan
20
Gambar 2 Balai pengobatan.
Gambar 3 Pemakaian alat pelindung diri.
Gambar 4 Papan keselamatan.
5.2 Statistik Kecelakaan dan Identifikasi Biaya 5.2.1 Angka frekuensi kecelakaan untuk seluruh departemen di PT Erna Djuliawati Angka frekuensi kecelakaan adalah frekuensi kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan meninggal dunia, cacat permanen total, cacat permanen sebagian
21
dan tidak mampu bekerja dibandingkan dengan jumlah jam kerja. Sedangkan safe t score adalah angka yang menunjukkan kondisi kecelakaan selama kurun waktu tertentu. Angka keparahan kecelakaan adalah angka yang menunjukkan tingkat keparahan kecelakaan yang terjadi yaitu jumlah hari kerja yang hilang karena kecelakaan dalam satu juta jam orang. Tabel 5 Rekapitulasi AFK, S-T-S dan AKK per departemen pada PT ED tahun 2007 sampai dengan 2009 Departemen Produksi
MLD
DPH
FE & OA
PGA
PMDH
∑ Kecelakaan
∑ Hari Hilang(1)
∑ Jam Kerja Orang(2)
AFK
S-T-S
AKK
Tahun
(3)
(4)
(5)
2007
16
226
2.616.848
6,11
86,36 0,03 0,30
2008
16
219
2.534.400
6,31
2009
20
613
2.430.272
8,23
2007
14
126
2.616.848
5,35
2008
9
383
2.534.400
3,55
2009
7
70
2.430.272
2,88
2007
10
83
2.616.848
3,82
2008 2009
10 3
66 29
2.534.400 2.430.272
3,95 1,23
2007
5
31
2.616.848
1,91
2008
5
118
2.534.400
1,97
2009
8
73
2.430.272
3,29
2007
4
7
2.616.848
1,53
2008
5
67
2.534.400
1,97
2009
3
228
2.430.272
1,23
2007
0
0
2.616.848
0
0
2008
0
0
2.534.400
0
0
- 0,34 - 0,19 0,03 -0,69 0,03 0,67 0,29 -0,37
86,41 252,24 48,15 151,12 28,80 31,72 26,04 11,93 11,85 46,56 30,04 2,67 26,44 93,82
2009
0 0 2.430.272 0 0 Keterangan:MLD : Maintenance and Logistic Departemen (Bengkel dan Logistik) DPH : Departemen Pembinaan Hutan FE & OA : Forest Engineering & Operation Analisys (Perencanaan) PGA : Personal and General Administration (Administrasi Umum) PMDH : Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (1) Jumlah hari hilang = berdasarkan ketetapan Suma’mur tahun 1983 (2) Jumlah jam kerja orang = (hari efektif kerja/tahun) x ( jumlah tenaga kerja) x (jam kerja/hari) (3) AFK = (jumlah kecelakaan kerja x 1000000) / jumlah jam kerja orang (4) STS = [FR(n) – FR(n-1)] / FR(n-1) (5) AKK = (jumlah hari hilang x 1000000) / jumlah jam kerja orang
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah pekerja yang mengalami kecelakaan terbanyak selama kurun waktu tiga tahun terakhir terdapat pada departemen produksi. Sesuai dengan angka frekuensi kecelakaan dan angka
22
keparahan kecelakaan yang dihasilkan, selalu menunjukkan kenaikan setiap tahunnya. Mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 kenaikan AFK mencapai 2,12 dan kenaikan AKK mencapai 165,88. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh jumlah kecelakaan dan hari hilang yang meningkat di tahun 2009. Kecelakaan yang terjadi pada departemen produksi umumnya menimpa pekerja bidang penebangan dan penyaradan. Hal tersebut dikarenakan beban kerja yang berat pada bidang pemanenan, misalnya saja chainsawman yang bekerja dengan chainsaw seberat 17 kg pada topografi curam dan harus memotong pohon dengan diameter diatas 1 meter. Beban kerja yang berat itu juga terjadi pada operator dan helper traktor yang bekerja menyarad kayu diberbagai medan, cuaca, dan diameter kayu. Seperti yang telah disebutkan dalam bab IV bahwa sebesar 43,47% dari luas areal memiliki topografi agak curam sampai dengan sangat curam. Akan tetapi tidak hanya pada kedua kegiatan tersebut saja beban yang berat dirasakan pada kegiatan produksi, masih banyak kegiatan lain yang memiliki beban yang berat seperti driver logging truck, pengupas kulit, operator loader, dll. Pekerjaan-pekerjaan tersebut memerlukan keterampilan yang tinggi, vitalitas tubuh yang optimal, dan kondisi alat yang baik, demi menunjang keselamatan, kesehatan dan produktivitas kerja. Departemen kedua yang mempunyai kasus kecelakaan tertinggi adalah Maintenance and Logistic Departement atau yang lebih dikenal dengan bengkel dan logistik. Walaupun angka frekuensi kecelakaan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 menunjukkan penurunan, tetapi hal tersebut perlu diwaspadai untuk tahun-tahun selanjutnya agar tidak terjadi peningkatan lagi. Begitu juga dengan angka keparahan kecelakaan yang fluktuatif menuntut para pemegang kebijakan di perusahaan untuk segera mengidentifikasi penyebab kecelakaan kerja agar dapat semakin menurunkan angka keparahan kecelakaan untuk tahuntahun berikutnya. Jumlah kecelakaan paling tinggi terjadi pada bulan Juli yang diperoleh dari rata-rata jumlah kecelakaan selama tahun 2007 sampai dengan 2009. Jumlah kecelakaan itu dapat dikaitkan dengan suhu dan kelembaban udara yang berada di atas rata-rata pada bulan Juli yakni sebesar 26,90C dan 86 % yang membuat
23
kenyamanan bekerja menjadi berkurang. Hal tersebut juga dapat terjadi karena tekanan kerja yang semakin berat karena pekerja terus diingatkan mengenai target produksi yang belum tercapai dan rasa jenuh akibat belum menemui libur nasional yang panjang selama 6 bulan. Menurut data, kasus kecelakaan yang terjadi biasanya karena pekerja yang kurang hati-hati. Sebenarnya tidak hanya dua bidang pekerjaan tersebut saja yang berbahaya dan beresiko tinggi, bidang pekerjaan yang lain juga patut di waspadai. Secara umum dapat disimpulkan, pekerjaan di bidang kehutanan termasuk pekerjaan dengan resiko tinggi karena harus menghadapi lingkungan kerja yang sulit (Yovi 2009). Tabel 6 AFK, S-T-S, dan AKK kumulatif seluruh departemen pada PT ED tahun 2007 sampai dengan 2009 Tahun 2007 2008 2009
∑ Kecelakaan 49 45 41
∑ Hari Hilang* 473 853 1.013
∑ Jam Kerja Orang 2.616.848 2.534.400 2.430.272
AFK 18,72 17,75 16,87
S-T-S -0,05 -0,05
AKK 180,75 336,57 416,83
Keterangan: *Hari hilang adalah penjumlahan hari orang tidak mampu bekerja akibat kecelakaan kerja dan hari hilang akibat karyawan meninggal karena kecelakaan kerja berdasarkan Ketetapan Suma’mur Tahun 1983.
Berdasarkan Tabel 6, angka frekuensi kecelakaan secara umum untuk seluruh departemen mengalami penurunan dari tahun ke tahun, dari tahun 2007 sampai 2009 berhasil menurunkan 1,86 angka frekuensi kecelakaan. Hal tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran karyawan akan keselamatan kerja, pelatihan yang diberikan sudah optimal, dan kualitas pengawas keselamatan semakin meningkat selama tiga tahun terakhir. Begitu juga dengan nilai safe t score dari tahun 2007 sampai 2008 dan dari tahun 2008 sampai 2009 berada pada nilai -0,05 dan -0,05 yang tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Akan tetapi angka frekuensi kecelakaan tersebut masih bisa diperkecil melalui upaya mengidentifikasi faktor penyebab kecelakaan, dengan upaya tersebut diharapkan strategi pencegahan dapat segera dilakukan untuk meminimalisir angka kecelakaan. Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa angka keparahan kecelakaan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 416,83. Hal tersebut dikarenakan
24
pada tahun tersebut terdapat dua kecelakaan yang menyebabkan meninggal dunia. Sebagaimana yang telah ditetapkan Suma’mur (1983) bahwa hari kerja hilang akibat kecelakaan yang menyebabkan korbannya meninggal dunia adalah setengah jumlah hari kerja selama setahun. Tercatat setengah dari hari efektif kerja di tahun 2009 adalah 150 hari. Hari kerja hilang akibat meninggal tersebut akan sangat mempengaruhi jumlah keseluruhan hari hilang pada tahun 2009 yang diderita perusahaan karena 150 hari merupakan angka yang sangat besar. Apabila angka keparahan kecelakaan tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2007 maka akan sangat berbeda jauh nilainya. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2007 tidak ada korban kecelakaan yang sampai meninggal dunia. Oleh karena itu kenaikan angka keparahan kerja perlu diwaspadai pada tahun-tahun berikutnya, hal itu dapat dilakukan melalui peningkatan upaya-upaya pencegahan yang telah dilakukan dan menganalisis kejadian kecelakaan guna mendapatkan strategi baru dalam mencegah kecelakaan. Akhirnya tingkat keselamatan kerja dapat diketahui dengan melihat angka frekuensi kecelakaan, safe t score, dan angka keparahan kecelakaan. Jumlah kecelakaan di PT Erna Djuliawati memang cenderung menurun dari tahun ke tahun walaupun tidak terlalu signifikan yang dibuktikan dengan nilai safe t score yang menunjukkan tidak adanya perubahan keadaan kecelakaan yang berarti. Sangat berbeda jauh sekali jika dibandingkan dengan angka frekuensi kecelakaan tingkat nasional selama tiga tahun terakhir yakni masing-masing sebesar 0,40 (2007), 0,27 (2008) dan 0,25 (2009). Sedangkan angka keparahan kecelakaan yang cenderung meningkat selama tiga tahun terakhir, terutama pada tahun 2009 yang angka keparahan kecelakaannya mencapai 416,83 yang diakibatkan oleh kejadian kecelakaan kerja yang sampai merenggut nyawa korbannya. Kesimpulannya tingkat keselamatan kerja di PT Erna Djuliawati perlu mendapat perhatian lebih lanjut guna menekan angka frekuensi kecelakaan dan angka keparahan kecelakaan. 5.2.2 Angka frekuensi kecelakaan untuk departemen produksi di PT Erna Djuliawati Perhatian selanjutnya tertuju pada departemen atau bidang yang mempunyai kasus kecelakaan tertinggi dibandingkan lima departemen atau
25
bidang pekerjaan lainnya di PT Erna Djuliawati. Departemen atau bidang tersebut adalah produksi. Selanjutnya penelitian dibatasi lagi yaitu hanya pada bidang pemanenan kayu (penebangan, penyaradan, kupas kulit, bongkar muat, dan pengangkutan). Berikut disajikan tabel angka frekuensi kecelakaan dan safe t score untuk bidang pemanenan kayu selama tiga tahun terakhir. Tabel 7 Angka frekuensi kecelakaan, safe t score dan angka keparahan kecelakaan bidang pemanenan tahun 2007 sampai dengan 2009 Tahun
∑ Kecelakaan
2007 2008 2009
10 9 18
∑ Hari Hilang* 160 62 601
∑ Jam Kerja Orang 2.616.848 2.534.400 2.430.272
AFK 3,82 3,55 7,41
S-T-S -0,07 1,09
AKK 61,14 24,46 247,29
Keterangan: *Hari hilang adalah penjumlahan hari orang tidak mampu bekerja akibat kecelakaan kerja dan hari hilang akibat karyawan meninggal karena kecelakaan kerja berdasarkan Ketetapan Suma’mur Tahun 1983.
Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa terjadi penurunan frekuensi kecelakaan dari tahun 2007 sampai 2008, kemudian meningkat dua kali lipatnya di tahun 2009. Hampir setengah dari kecelakaan total di tahun 2009 terjadi pada pekerja bidang pemanenan, yaitu sebanyak 18 kasus dari total 41 kasus. Penelitian Setiono (2001) menyebutkan bahwa AFK untuk pekerja bidang pemanenan di PT Sumalindo Lestari Jaya II tahun 2000 adalah 116,14 sedangkan menurut hasil penelitian Juwita (2002), AFK untuk pekerja bidang pemanenan di PT Musi Hutan Persada tahun 2001 adalah 2,97. Perbedaan nilai AFK tersebut dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja, dan jumlah kecelakaan yang terjadi. Sedangkan perbedaan jumlah kecelakaan tersebut bisa terjadi karena berbagai faktor, diantaranya kesadaran pekerja akan keselamatan dan kesehatan menurun, kurangnya pengawasan terhadap lingkungan kerja yang memiliki potensi tinggi untuk terjadinya kecelakaan, kurangnya pembinaan, pelatihan dan penyegaran mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Nilai safe t score tahun 2007 sampai 2008 adalah -0,07 dan nilai safe t score tahun 2008-2009 adalah 1,09. Kedua nilai safe t score tersebut tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Artinya peningkatan dan penurunan frekuensi kecelakaan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Berbeda dengan hasil
26
penelitian Juwita (2002) safe t score di PT MHP pada tahun 1999 sampai tahun 2001 menunjukkan keadaan kecelakaan yang semakin membaik. Rincian terhadap jumlah kecelakaan untuk setiap bidang pekerjaan
Jumlah Kecelakaan
produksi tersaji dalam diagram berikut. 12 10 8 6 4 2 0
2007 2008 2009
Kegiatan Pemanenan
Gambar 5 Penyebaran kecelakaan pada kegiatan produksi. Berdasarkan diagram di atas, kegiatan felling/penebangan menduduki peringkat pertama dalam hal banyaknya korban kecelakaan. Sebanyak 19 orang pekerja penebangan mengalami kecelakaan selama tiga tahun terakhir. Kecelakaan pada kegiatan pengangkutan memang tergolong sedikit, tetapi sebenarnya kecelakaan dalam proses pengangkutan sering terjadi hanya saja tidak sampai memakan korban manusia, hanya unit yang terkena dampak. Berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan, faktor yang mempengaruhi kecelakaan pada kegiatan penebangan adalah kurangnya sikap waspada pekerja terhadap bahaya di lapangan, kurangnya komunikasi antara operator dan helper, kurang hati-hati, memaksakan bekerja dalam kondisi tubuh lelah, kurangnya pengetahuan pekerja terhadap aspek yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti kick back, tumbangnya pohon yang berbalik arah, dll. Jika pada penelitian ini jumlah kasus kecelakaan terbanyak terdapat pada kegiatan penebangan maka lain halnya dengan penelitian Setiono (2001) yang menyebutkan bahwa jumlah kasus kecelakaan paling banyak pada PT Sumalindo Lestari Jaya II (1998 sampai 2000) adalah pada kegiatan pengangkutan. Menurutnya, penyebab dari banyaknya kecelakaan pada kegiatan pengangkutan itu adalah komunikasi yang buruk, masih dijumpai logging truck yang tidak memiliki radio komunikasi, kondisi medan yang berat, kurang memperhatikan
27
rambu-rambu jalan, membiarkan muatan over loadaed, masih beroperasi saat kondisi cuaca buruk, dan kelelahan driver. Angka frekuensi kecelakaan yang diperoleh dari tahun 1998-2000 adalah sebesar 77,43 (1998), 112,43 (1999) dan 116,14 (2000). Sedangkan untuk angka keparahan kecelakaannya paling tinggi pada tahun 1999 yakni sebesar 165.013,23. Hal tersebut dikarenakan terdapat 2 pekerja yang meninggal dunia dan kecelakaan-kecelakaan yang berat sehingga mempengaruhi hari hilang. Pengaruh lainnya adalah standar yang dipakai Setiono (2001) untuk penetapan hari hilang adalah berdasarkan ILO yang memiliki standar hari hilang tertinggi. Penelitian Juwita (2002) juga menyebutkan bahwa jumlah kasus kecelakaan paling tinggi adalah pada kegiatan penebangan yaitu sebesar 68,67% selama tahun 1999-2001 di PT Musi Hutan Persada. Menurutnya penyebab utama terjadinya kecelakaan pada kegiatan penebangan adalah kick back (kelalaian pekerja). Hal tersebut dapat dikurangi dengan cara melakukan teknik yang benar dalam menebang. Berdasarkan Tabel 7 di atas, keparahan kecelakaan di tahun 2009 adalah yang terbesar yaitu 247,29 karena pada tahun tersebut sebanyak 11 orang mengalami kecelakaan besar dan satu orang meninggal sehingga mempengaruhi banyaknya hari hilang. Angka keparahan kecelakaan tahun 2009 berbeda jauh dengan 2 tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 sebesar 61,14 dan tahun 2008 sebesar 24,46. Sebanyak 29 kasus kecelakaaan dari jumlah total 37 kasus kecelakaan selama rentang waktu itu merupakan kasus kecelakaan berat dan satu diantaranya meninggal dunia. Menurut data, kecelakaan-kecelakaan tersebut terjadi karena sikap pekerja yang kurang hati-hati atas lingkungan kerja yang potensi bahayanya cukup banyak. Penyebab utama kecelakaan tersebut adalah karena tertimpa kayu, hal itu sebenarnya bisa dihindari dengan sikap hati-hati dan mentaati SOP Perusahaan. Angka keparahan kecelakaan di PT Musi Hutan Persada tahun 2001 adalah 6.695,17. Tingginya angka keparahan kecelakaan itu disebabkan karena jumlah hari hilang yang mencapai 18.000 hari dikarenakan standar hari hilang yang dipakai berasal dari Depnaker. Sebanyak tiga korban kecelakaan di tahun tersebut meninggal dunia (Juwita 2002). Masih menurut Juwita, presentase
28
kecelakaan yang paling tinggi terjadi pada pekerja berusia antara 23-26 tahun. Hal tersebut diduga karena pekerja yang berusia 23-26 tahun sangat produktif untuk mengejar target dalam pekerjaannya sehingga kurang memperhatikan kesehatan dan keselamatannya. Fluktuasi keparahan kecelakaan berdasarkan Tabel 9 dapat digambarkan
Angka Keparahan Kecelakaan
melalui grafik sebagai berikut.
300 250
247,29
200 150
SR
100 50
61,14 24,46
0 2007
2008
2009
Tahun
Gambar 6 Grafik keparahan kecelakaan bidang pemanenan tahun 2007-2009. Data yang terdapat pada Tabel 7 diperjelas melalui Gambar 6, pada grafik yang menyerupai tanda check list tersebut digambarkan bahwa keparahan kecelakaan menurun dari tahun 2007 ke tahun 2008. Akan tetapi meningkat tajam dari tahun 2008 ke tahun 2009. Hal yang menyebabkan keadaan tersebut adalah jumlah hari hilang yang besar pada tahun 2009 karena banyaknya kejadian kecelakaan besar dan satu orang meninggal dunia. Kecelakaan besar tersebut mengakibatkan pekerja membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan kesehatannya, sedangkan sebanyak 150 hari hilang akibat satu kasus yang menyebabkan meninggal dunia. Berdasarkan data, sebanyak 15 dari 19 orang chainsawman yang mengalami kecelakaan, sumber
kecelakaannya berkaitan dengan kayu atau
bagian lain dari pohon. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi lingkungan yang sulit dan berbahaya serta kurangnya sikap hati-hati para pekerja. Sedangkan 3 orang lainnya menderita kecelakaan akibat chainsaw yang sedang digunakan
29
mengalami kick back. Hal itu bisa saja dipicu oleh sikap pekerja yang kurang mentaati prosedur penebangan. Oleh karenanya diperlukan sosialisasi prosedur kerja yang benar kepada pekerja agar kecelakaan tersebut tidak terulang lagi. Serupa halnya dengan pekerja bidang penyaradan, sebanyak 7 dari 10 orang pekerja bidang penyaradan yang mengalami kecelakaan, juga sumber kecelakaannya berkaitan dengan kayu atau bagian lain dari pohon. Penyebabnya sama seperti yang telah disebutkan sebelumnya yakni kurangnya sikap hati-hati pekerja dan kondisi lingkungan yang berbahaya. Kesimpulannya adalah bahwa kayu atau pohon merupakan sumber kecelakaan yang patut diwaspadai. Kayu sebagai sumber kecelakaan merupakan resiko yang tidak dapat dihindari mengingat jenis usaha perusahaan adalah industri kayu. Namun untuk mengatasinya harus dirumuskan suatu solusi yang tepat agar tidak terjadi lagi kecelakaan yang lebih besar di tahun-tahun selanjutnya. 5.2.4 Biaya kecelakaan seluruh departemen di PT Erna Djuliawati Kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian tersebut antara lain waktu produktif yang terbuang akibat alat yang rusak dan manusia yang tidak mampu bekerja, berkurangnya produktivitas akibat waktu produktif yang terbuang, hilangnya nama baik perusahaan, dan kerugian langsung yang diderita oleh perusahaan adalah biaya yang keluar untuk mengurusi kasus kecelakaan tersebut. Biaya penanggulangan kecelakaan adalah biaya yang ditanggung oleh perusahaan akibat terjadinya kecelakaan kerja yang menimpa karyawan. Biaya tersebut meliputi: 1.
Biaya langsung: biaya pengobatan, biaya pengadaan P3K, dan klaim berobat.
2.
Biaya tidak langsung: biaya perbaikan unit nilai kehilangan produksi dan biaya konsul ulang. Sebenarnya perusahaan telah mengeluarkan biaya sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut adalah biaya pencegahan kecelakaan yang meliputi biaya training dan biaya pengadaan alat pelindung diri. Penelitian ini dibatasi pada analisis kerugian finansial akibat manusia yang menjadi korban dari kecelakaan kerja dan unit yang rusak akibat kecelakaan
30
kerja. Proporsi biaya pencegahan kecelakaan dan biaya penanggulangan kecelakaan tersaji dalam tabel berikut. Tabel 8 Proporsi biaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan seluruh departemen di PT Erna Djuliawati tahun 2007-2009 KOMPONEN BIAYA Biaya Pencegahan Kecelakaan 1. biaya training 2. biaya asuransi JK & JKK 3. biaya pengadaan APD KOMPONEN BIAYA
NOMINAL 2007
2008
2009
TOTAL
1.358.000
8.638.000
1.069.000
11.065.000
253.697.782
264.050.108
288.112.443
805.860.333
141.690.795
143.849.600
256.434.420
541.974.815
396.746.577
416.537.708
545.615.863
1.358.900.148
NOMINAL 2007
2008
2009
TOTAL
Biaya Penanggulangan Kecelakaan 1. biaya langsung a.biaya pengobatan
850.969
770.714
1.469.874
3.091.557
b.biaya pengadaan P3K c.klaim berobat
4.204.610
4.204.610
4.204.610
12.613.830
1.834.000
645.000
3.305.000
5.784.000
295.741.819
171.070.630
509.519.648
976.332.097
1.490.208.000
676.620.000
6.361.740.000
8.528.568.000
5.440.000
2.720.000
3.936.000
12.096.000
1.798.279.398
856.030.954
6.884.175.132
9.538.485.484
2. biaya tidak langsung a.biaya perbaikan unit b.nilai kehilangan produksi c.biaya konsul ulang
Perhatian yang sangat besar telah diberikan oleh perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang menimpa karyawan. Hal ini dibuktikan dengan besarnya biaya pencegahan kecelakaan yang dikeluarkan perusahaan. Biaya pencegahan kecelakaan selama tiga tahun terakhir yang telah dikeluarkan adalah senilai Rp 1.358.900.148,- dan seluruhnya dialokasikan untuk faktor manusia. Pos biaya paling besar pada kelompok biaya pencegahan kecelakaan adalah biaya jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja. Biaya tersebut merupakan asuransi kecelakaan kerja dan alasan biaya tersebut dimasukkan ke dalam komponen biaya pencegahan kecelakaan adalah mengingat pengertian biaya pencegahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk
31
mengurangi biaya yang harus ditanggung sebagai akibat dari kecelakaan kerja (Silalahi 1985 dalam Setiono 2000). Namun begitu terlihat tidak berimbangnya antara biaya pencegahan dengan biaya penanggulangan kecelakaan yang telah dikeluarkan. Perusahaan telah mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk menanggulangi kecelakaan selama tiga tahun terakhir. Proporsi paling besar dari biaya penanggulangan kecelakaan adalah komponen dari biaya tidak langsung. Nilai kehilangan produksi yang sangat besar ini dipengaruhi oleh hari kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja, produktivitas kerja, dan nilai produksi. Nilai kehilangan produksi yang besar ini akan menjadi peringatan untuk perusahaan agar menekan angka kecelakaan kerja sehingga dapat meminimalisir hari kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja. Terlihat bahwa proporsi biaya training K3 masih sangat rendah, yakni kurang dari 1% dari total biaya pencegahan kecelakaan. Padahal pelatihan K3 sangat penting diadakan untuk meningkatkan pengetahuan, pengertian dan keterampilan tentang K3, Membentuk sikap waspada terhadap kejadian atau bahaya ditempat kerja. Sedangkan untuk biaya asuransi jaminan kematian dan kecelakaan kerja selalu dikeluarkan perusahaan setiap tahunnya untuk menjamin keselamatan pekerjanya. Hubungan
antara
biaya
pencegahan
kecelakaan
dengan
biaya
penanggulangan kecelakaan dapat diketahui melalui analisis deskriptif melalui
BIAYA (MILYAR RUPIAH)
grafik yang tersaji pada gambar berikut:
8 7 6 5 4 3 2 1 -
Biaya Pencegahan Biaya Penanggulangan
2007
2008
2009
TAHUN
Gambar 7 Grafik kecenderungan biaya pencegahan penanggulangan kecelakaan tahun 2007-20
dengan
biaya
32
Grafik di atas menunjukkan bahwa kenaikan biaya pencegahan kecelakaan tidak bisa menurunkan biaya penanggulangan kecelakaan yang dikeluarkan terlebih lagi biaya penanggulangan meningkat tajam di tahun 2009. Hasil ini telah menunjukkan bahwa perencanaan biaya pencegahan kecelakaan belum optimal
atau
belum
berhasil
memperkecil
pengeluaran
untuk
biaya
penanggulangan kecelakaan. Hal ini patut menjadi perhatian bagi perusahaan untuk meningkatkan proporsi biaya pencegahan kecelakaan melalui upaya pencegahan kecelakaan yang selama ini belum optimal guna menekan angka kecelakaan kerja. Hasil tersebut juga diduga karena biaya perbaikan unit dan loss production yang sangat besar dan tidak mampu diimbangi oleh biaya pencegahannya. Menurut Setiono (2001) meskipun nilai kehilangan produksi (loss production) merupakan suatu nilai yang abstrak tetapi bila dipandang dari efficiency cost hal ini menjadi suatu permasalahan yang signifikan. 5.2.3 Produktivitas kerja dan loss production Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kecelakaan dapat menurunkan produktivitas kerja karena hilangnya waktu kerja karyawan dan unit yang tidak bisa beroperasi. Berdasarkan hal tersebut maka diasumsikan adanya nilai kehilangan produksi akibat kecelakaan. Artinya kecelakaan berimplikasi pada nilai kehilangan produksi (loss production) akibat produktivitas yang menurun. Nilai kehilangan produksi dapat ditentukan dari jumlah hari hilang dan produktivitas kerja karyawan. Tabel 9
Loss production kegiatan pemanenan Jumlah Hari Hilang (Hari)
Produktivitas (m3/hari)
2007
76
65,36
2008
28
80,55
2009
308
68,85
Tahun
TOTAL
Nilai Produksi (Rp/m3)*
Loss Production (Rp) 1.490.208.000
300.000
676.620.000 6.361.740.000 8.528.568.000
Keterangan: Tanda * adalah kisaran harga kayu rata-rata untuk hutan alam di Kalimantan dikurangi dengan logging cost.
33
Perhitungan loss production kegiatan pemanenan menghasilkan nilai lebih dari 8 M. Loss production terbesar terdapat pada tahun 2009 yaitu senilai lebih dari 6 M. Pengaruh utama besarnya nilai tersebut adalah karena pada tahun 2009 terdapat satu pekerja yang meninggal karena kecelakaan kerja. Hal tersebut berimplikasi kepada banyaknya hari hilang yang telah ditetapkan Suma’mur (1983) untuk pekerja yang meninggal dunia karena kecelakaan kerja adalah setengah jumlah hari kerja selama satu tahun yang pada tahun 2009 sebesar 150 hari. Kemudian jumlah dari hari hilang tersebut menyebabkan membengkaknya nilai kehilangan produksi pada kegiatan pemanenan. Keparahan kecelakaan akan mengakibatkan jumlah hari hilang bertambah dan mempengaruhi nilai kehilangan produksi. Data produktivitas pemanenan diambil dari rata-rata produktivitas per tahun. Hal tersebut dilakukan agar data tersebut dapat mewakili data produktivitas selama satu tahun. Perusahaan menargetkan produktivitas kerja per hari untuk bidang pemanenan adalah sekitar 80 m3, namun rata-rata produktivitas pada tahun 2007 dan 2009 tidak mencapai target harian. Akan tetapi walaupun tidak mencapai target harian bukan berarti rencana penebangan tahunan tersebut tidak tercapai. Menurut hasil pengamatan di lapangan, banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja bidang pemanenan diantaranya topografi, diameter pohon, tinggi pohon, jenis pohon, cuaca, kondisi jalan dan keterampilan pekerja yang berbeda-beda. Pada akhirnya jumlah nilai kehilangan produksi pada kegiatan pemanenan menyimpulkan bahwa seharusnya perusahaan memiliki kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang nilainya sama dengan atau lebih dari nilai kehilangan produksi tersebut di atas. Oleh karena itu, upaya-upaya pencegahan kecelakaan perlu ditingkatkan lagi, seperti intensitas pelatihan kepada pekerja ditingkatkan, identifikasi potensi bahaya segera dilaksanakan, pemberian sanksi yang tegas apabila ada pekerja yang tidak memakai APD, dll.
34
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Tingkat keselamatan kerja di PT Erna Djuliawati selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 masih rendah. Angka frekuensi kecelakaan menunjukkan penurunan tetapi menurut safe t score hasilnya tidak bisa menggambarkan keadaan kecelakaan yang semakin membaik kemudian angka keparahan kecelakaannya menunjukkan kenaikan selama tiga tahun terakhir yang angka keparahan kecelakaannya mencapai 416,83 di tahun 2009. 2. Selama tiga tahun terakhir total biaya pencegahan kecelakaan sebesar Rp.1.358.900.148 dan biaya penanggulangannya sebesar Rp. 9.538.485.484. Hasil ini menunjukkan bahwa perencanaan biaya pencegahan kecelakaan belum optimal atau belum berhasil memperkecil pengeluaran untuk biaya penanggulangan kecelakaan. 6.2 Saran 1. Biaya pelatihan K3 perlu ditingkatkan karena pelatihan K3 diperlukan sebagai salah satu strategi pencegahan kecelakaan. 2. Perlu dilakukan penilaian kompetensi K3 terhadap pekerja. 3. Perlu segera dilakukan indentifikasi bahaya di lingkungan kerja terutama di lingkungan pekerja pemanenan agar diperoleh rumusan pencegahan kecelakaan untuk mencegah angka kecelakaan yang lebih besar pada tahun-tahun berikutnya. 4. Pengumpulan data statistik kecelakaan kerja oleh P2K3 diperlukan guna merumuskan upaya pencegahan kecelakaan kerja.
35
DAFTAR PUSTAKA [ILO] International Labour Organization. 1998. Kode Praktis ILO Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kehutanan. Yanri Z, Yusuf M, Ernawati A W, penerjemah; Elias, editor. Geneva: International Labour Office. Terjemahan dari: Safety and Health in Forestry Work. . 1981. Third Tripartite Technical Meeting for Timber Industry. Geneva: International Labour Office. . 2010. Lokakarya Tingkat Regional: Pekerjaan yang Layak dalam Industri Perhutanan Indonesia. Jakarta: International Labour Office. http://www.ilo.org/jakarta/info/public/pr/lang--en/contLang--id/docName-WCMS_142535/index.htm [15 Juli 2010]. [Dephut] Departemen Kehutanan. 2004. Catatan Kecil dari Lokakarya K3 pada Sektor Kehutanan. Jakarta: Departemen Kehutanan. http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI & LINGKUNGAN KEHUTANAN/info 5 1 0604/isi 9.htm [15 Juli 2010]. [Depnaker] Departemen Tenaga Kerja. 1998. Statistik Kecelakaan Kerja. Pengawas Ketenagakerjaan Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Departemen Tenaga Kerja. Jakarta. Exocrew. 2010. Safety. http://ardictionary.com/Safety/308 [19 Agustus 2010]. Ibrahim M. 1998. Konsepsi Pengendalian Bahaya. Di dalam: Adiwijaya K, Prihandoko T, Ibrahim M, editor. Rahmat K5. Lhokseumawe: Humas PT. Arun NGL. Hlm 47-48. Idris MM, Soenarno. 1988. Kecelakaan Kerja dalam Eksploitasi Hutan di Kalimantan Tengah. J Penelitian Hasil Hutan 5(1):31-35. Juwita DR. 2002. Analisis K3 dalam Kegiatan Pemanenan Hutan di HPHTI PT. Musi Hutan Persada Propinsi Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Klen T. 1989. Factors affecting accident costs to employers, employees and public administration in forestry. Journal of Occupational Accidents, 11: 131–147. http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL&_udi [19 Juli 2010]. Malau H. 2007. Mempelajari Pola Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Kegiatan Produksi di PT Toba Pulp Lestari Tbk [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Markkanen PK. 2004. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia. Manila: ILO. Rahardjo W, Sunarsiah. 2004. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja pada Tenaga Kerja Sektor Perkayuan di Kalimantan Barat. Majalah keselamatan kerja dan Hiperkes XXXX1(1):5-9.
36
Sabdoadi. 1981. Pencegahan Kecelakaan Kerja di Industri [pidato pengukuhan]. Surabaya: Fakultas Kedokteran. Universitas Airlangga. Salman AA. 2009. Peningkatan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Pekerjaan Kehutanan (Studi Kasus: IUPHHK HA PT Sarmiento Prakantja Timber, Kalimantan Tengah) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Setiono A. 2000. Studi Biaya Pencegahan dan Biaya Kecelakaan (Accident Cost) pada Perusahaan HPH. (Studi Kasus: di PT. Sumalindo Lestari Jaya II dan PT. Sumalindo Lestari Jaya, Kalimantan Timur) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Silalahi BNB. 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Binaman Pressindo. Suardi R. 2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PPM Suma’mur PK. 1988. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV. Haji Masagung. Suryanto. 1998. Savety is Everybody’s Concern. Di dalam: Adiwijaya K, Ismail A, Prihandoko T, Nazar A, Anwar R, Hamzah M, editor. Rahmat K5. Lhokseumawe: Humas PT. Arun NGL. Hlm 26-27. Walpole R E. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Yovi EY. 2009. Penilaian Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Kerja Kehutanan Melalui Pendekatan Kompetensi. Majalah Ilmu Faal Indonesia Vol. 8 No. 2 - Februari-2009. http://www.journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=3213&med=29&bid=3 [15 Juli 2010]. Yuniawati. 2005. Beban Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pemanenan Hutan. Info Hasil Hutan 11(2):129-137.
37
LAMPIRAN
38
Lampiran 1 Rekapitulasi Data Kecelakaan Kerja Tahun 2007 Sampai Dengan 2009 Tahun 2007
No
Tgl. Accident
Departement
Nama
Jabatan
Hari Hilang
Sebab Kecelakaan
(hari) 7
1
02/01/2007
MLD
Budiarjo
Welder
2
13/01/2007
Produksi
Susanto
Helper Tractor
9
3
12/01/2007
Produksi
Ardi Mengko
9
4
24/01/2007
MLD
Asan
Helper Chain saw Mekanik
5
07/02/2007
Produksi
Chandra. G
7
6
14/02/2007
Fe/Oa
Jelius
14
7
14/02/2007
MLD
Musipan
Driver Dump Truck Help. Road Location Welder
8
15/02/2007
DPH
Alamsyah
Borongan TPTII
3
9
19/02/2007
DPH
Adi
10
10
19/02/2007
MLD
Muhamad Toat
As. Team Head TPTII Mekanik
11
20/02/2007
DPH
Aten
Borongan DPH
5
12
22/02/2007
DPH
Randi
Borongan TPTII
14
13
23/02/2007
DPH
Yudi Zulkarnain
Lm.DPH
3
14
23/02/2007
Fe/Oa
Bahruji
Lm. OA
2
15
21/02/2007
Produksi
Bambang K
Opt.Chain saw
7
16
20/03/2007
MLD
Suparman AR
Mekanik
3
17
25/03/2007
DPH
Edi Nuriaman
Borongan TPTII
3
18
26/03/2007
Produksi
Bambang A
Opt Tractor
9
19
27/03/2007
Produksi
Iswan Tarmiji
3
20
27/03/2007
PGA
Sutrisno
Driver Dump Truck Satpam
21
03/04/2007
Fe/Oa
Anton Lorensius
Help. Cruising
11
22
04/04/2007
MLD
Musipan
Welder
25
23
16/04/2007
MLD
Edi Efendi
Mekanik
13
24
21/04/2007
DPH
Awaludin
Borongan DPH
17
25
01/05/2007
Produksi
Silas
CIC Yarding
31
26
04/05/2007
Produksi
Semiun
Persemaian
2
27
10/05/2007
Produksi
Sudirmanto. S
Help. Chain saw
21
28
12/05/2007
Produksi
Maspur
Hr. RF
2
29
24/06/2007
MLD
Dandi Sularso
Welder
7
30
10/07/2007
MLD
M. Soleh
Lm. HE
21
31
/07/2007
Produksi
Mansyur. M
Driver Logging
5
32
26/07/2007
MLD
Suherman
Lm. Electric
4
33
30/07/2007
PGA
Udat
2
34
12/08/2007
MLD
Murjani
Driver Truk Sampah Lm. Truck Shop
tertimpa besi plat terkena kayu terkena ranting 7
terkena ujung pipa terbentur di kolong dump truck terpeleset dan terbentur batang
1
tertimpa cylinder fork tertimpa dahan kayu terjatuh waktu mendata jalur
9
terhantam palu tersiram air panas terpeleset dari kayu kecelakaan sepeda motor kelilipan serangga tertimpa kayu mati keberatan mengangkat jack terkena kayu terkena akar yang putus kecelakaan mobil
1
kecelakaan sepeda motor terpeleset dan terkena tunggul tersembur api terkena percikan gerinda tertimpa kayu tersangkut akar dan terjatuh tergelincir dan terjatuh tertimpa kayu terjepit roll ban conveyor terjepit saat menurunkan segmen terjepit gerobak tertimpa pipa terjepit besi forklip dikeroyok masyarakat
6
terbentur stick trailler
39
Lampiran 1 (lanjutan) 35
25/08/2007
Fe/Oa
Andreas WL
Timber Cruising
1
36
25/08/2007
Fe/Oa
Edi Slamet
Cruiser
3
37
31/08/2007
Produksi
Ariyanto Tani
Opt.Chain saw
14
38
06/09/2007
Produksi
Antut R
Opt.Chain saw
25
39
06/09/2007
PGA
Ekawarman
Adm. TU
2
40
13/09/2007
Produksi
Joni Lengkong
Driver Logging
52
41
23/09/2007
MLD
Muhadi
6
42
29/09/2007
DPH
Basar M
Leadman Mekanik Borongan TPTJ
20
43
24/10/2007
MLD
Amandus Lubis
Bulanan
10
44
10/11/2007
DPH
Bertinus Bernat
Borongan DPH
3
45
06/12/2007
MLD
Anas Y
7
46
08/12/2007
DPH
Yohanes Mardino
Mekanik Truck Shop TH TPTII
47
08/12/2007
Produksi
Saroga Batu Bara
Lm. Controller
21
48
22/12/2007
Produksi
Kani
Opt. Tractor
9
49
31/12/2007
PGA
M. Taufik
Driver Taft
2
tersambar api tersambar api terkena bar chain saw terhantam kayu terkena pisau pemotong rumput kecelakaan logging truck tersetrum kabel crane tersambar ledakan baygon kecelakaan mobil terkena ranting kayu terkena ujung crane
5
tertimpa kayu terpeleset saat membuat tenda kecelakaan dump truck terpeleset waktu mencuci mobil
2008 No
Tgl. Accident
Departement
Nama
Jabatan
Hari Hilang
Sebab Kecelakaan
(hari) 1
02/01/2008
Produksi
Iwaludin
Harian RF
2
09/01/2008
Produksi
Achmad Zaini
FM Scaller
3
10/01/2008
DPH
Miko Limus
Borongan DPH
4
11/01/2008
Produksi
Mungan
Opt. Chainsaw
5
18/01/2008
Fe/Oa
Madan
Cruising
6
22/01/2008
MLD
Harpa I.E
Mekanik
7
30/01/2008
PGA
Purweni
Ka Dapur H
8
07/02/2008
Produksi
Basar Marhat
Borongan TPTII
9
13/02/2008
MLD
Paulus Riyanto
Tyreman
10
18/02/2008
Produksi
Heri Haryanto
11
/03/2008
Produksi
Siam Martono
Borongan Kupas Klt Opt. Chainsaw
12
15/03/2008
DPH
Leman
Borongan DPH
13
28/03/2008
Produksi
Sutopo
Opt.Loader
14
31/03/2008
Produksi
Heri Sugiarto
Help.Chain saw
15
05/04/2008
Fe/Oa
Suprianus A
Book Keeper
16
/04/2008
PGA
Maryati
17
10/04/2008
Produksi
Heronimus Arifin
Pembantu Juru Msk Opt. RF
18
10/04/2008
Produksi
Hartemer
Harian RF
19
11/04/2008
DPH
Ahmadi C
Borongan TPTII
20
16/04/2008
Produksi
Arwanto
Driver Logging
37
terjepit rantai conveyor
8
tertimpa kayu
8
terkena parang
8
terhantam kayu
62
terpeleset dari batang kayu
2
tertimpa transmisi
4
tersiram air panas
7 43
tertimpa kayu terhantam gram ban logging truk
1
terpeleset dari batang kayu
3
tertimpa pohon
9
terpeleset dan terbentur batu
2
terpeleset dan terbentur kayu
7
tertimpa dahan kayu mati
3
terpeleset dan terkena parang
49
tersiram air panas
4
kecelakaan sepeda motor
5
kecelakaan sepeda motor
7
terhantam kayu
4
terbentur pintu mobil
40
Lampiran 1 (lanjutan) 21
20/04/2008
DPH
Lenon
Borongan TPTII
22
26/04/2008
DPH
Hermanus
Borongan TPTII
23
28/04/2008
MLD
San Kopong
Mekanik
24
05/05/2008
Produksi
Adibertus Tutun
Kupas Kulit
25
05/05/2008
PGA
Suharjo
26
22/05/2008
PGA
Imran Hadi
Driver Dump Truck Driver Taft
27
06/06/2008
Produksi
Lewis
Help.Chain Saw
28
16/06/2008
MLD
Sugeng Santoso
Mechanik 1
29
30/06/2008
DPH
Barat
Borongan TPIJ
30
01/07/2008
DPH
Romi Slamet
Borongan TPTII
31
01/07/2008
Fe/Oa
Awang
Help. Topografi
32
10/07/2008
MLD
M. Ulil Azmi
Mekanik
33
20/07/2008
MLD
Ramlan Zaelani
Tyreman
34
20/07/2008
MLD
Abdul Wahid
Mekanik
35
20/07/2008
MLD
Walid Budiman
Welder
36
22/07/2008
Fe/Oa
Santo Stephanus
Help.Topografi
37
09/08/2008
Produksi
Petrus P
Help. tractor
38
09/08/2008
DPH
Untut MJ
Borongan TPTJ
39
19/08/2008
Produksi
Mawardi
Fm. Hauling
40
13/10/2008
DPH
Insyah
Borongan TPTII
41
15/10/2008
Fe/Oa
Rohman
Cruiser 3
42
22/10/2008
Produksi
Maun
Opt. Bomag
MLD
Marjuki
Welder
PGA
Tarono
DPH
Insyah
Adm. Umum Dapur Borongan TPTJ
43
30/10/2008
44 30/10/2008 45
11/11/2008
4
terkena parang
4
terkena parang
7
terjepit converter
15
tertimpa kayu
3
terbentur bak dump truck
9
kecelakaan mobil
10
terhantam dahan kayu
4
tertimpa transmisi
5
terkena rantai chain saw
8
terkena parang
4
terbentur ranting kayu
169
tertimpa kabin mobil
10
kecelakaan mobil
113
kecelakaan mobil
4
terbentur kabin
3
terpeleset dan terkena parang
12
terhantam kayu
3
tergelincir dan terjatuh
86
kecelakaan mobil
5
terkena kayu
46
terkena kayu
10
terkena kayu
31
terjepit cylinder head
2
kecelakaan sepeda motor
13
terhantam ranting kayu
2009 No
Tgl. Accident
Departement
Nama
Jabatan
Hari Hilang
Sebab Kecelakaan
(hari)
1
21/01/2009
Produksi
Opt. Chain Saw
PGA
Jojon Hermansyah Aidawati
2
10/02/2009
3
16/02/2009
Produksi
Markuni
Helper Tractor
4
06/03/2009
DPH
Muharni
Borongan TPTJ
5
06/03/2009
Fe/Oa
Purwanto
6
11/03/2009
Produksi
Siam Martono
Helper Topografi Opt.Tractor
7
20/04/2009
MLD
Roby Musa
Tyreman
8
07/05/2009
Produksi
Imus
Opt.Chain Saw
9
22/05/2009
MLD
Marzuki
Welder
10
22/05/2009
MLD
Wihartanto
Welder
Juru Masak
14
kendaraan menabrak tebing
61
tersiram minyak goreng panas
150
terkena timpa kayu
20
tertimpa pohon rebah
4
terkena parang
8
terbentur tunggul
4
tertimpa ban truck
23
tertimpa kayu mati
11
terkena gerinda
33
terkena percikan gram besi
41
Lampiran 1 (lanjutan) 11
25/05/2009
MLD
Raswin Rusman
Mechanic
12
30/05/2009
Produksi
Sutopo
Opt.Loader
13
08/06/2009
Produksi
Budi
Hp.Tractor
14
16/06/2009
Produksi
Dedy.Y
Hp.Chain saw
15
20/06/2009
Produksi
Bambang
Opt.Chain saw
16
28/06/2009
Produksi
Ujang Nuh
Hp.Chain saw
17
01/07/2009
Fe/Oa
Petrus Sairo U
Hp.Topografi
18
01/07/2009
Produksi
Simson
Hp.Chain saw
19
03/07/2009
DPH
Heriyanto
Borongan TPTJ
20
04/07/2009
PGA
Sehar
Waker
21
07/07/2009
Produksi
Supardal
Talyman
22
09/07/2009
Produksi
Taat
23
17/07/2009
Produksi
Julhadi
Opt.Whell Loader Opt.Chain Saw
24
29/07/2009
Produksi
Supriadi
Help.Tractor
25
31/07/2009
Produksi
Budi
Help.Tractor
26
14/08/2009
PGA
Wahyu Utomo
Lm.Personalia
27
22/08/2009
Fe/Oa
Panji Firmanto
Topografy
28
22/08/2009
Produksi
Abdul Gani
Opt.Chain Saw
29
23/08/2009
Fe/Oa
Madan
Cruising
30
02/09/2009
MLD
M.Muliadi
Mechanic
31
27/09/2009
DPH
Yohanes
Borongan TPII
32
02/10/2009
Fe/Oa
Hardianto
Road Location
33
10/10/2009
Fe/Oa
Gompus
Cruiser
34
12/10/2009
Produksi
Sumardiono
35
16/10/2009
Produksi
Kusboyo
Opt.Recyle Fectory Opt.Tractor
36
13/11/2009
MLD
Heri Gustiansyah
Mechanic
37
14/11/2009
Produksi
Herianto BB
Help.Chain Saw
38
16/11/2009
Fe/Oa
Anton Laurensius
Compasman III
39
04/12/2009
Produksi
Abdul Gani
Opt.Chain Saw
40
07/12/2009
MLD
Apendi
Lm.Welder
41
16/12/2009
Fe/Oa
Mesran
Topografy
2
tertimpa spring
7
terkena semburan hose loader
2
terkena sling
198
tertimpa kayu
5
terjepit diantara dua kayu
4
tergelincir dari kayu
3
tertimpa kayu yang dibawa
6
terkena kayu tebasan
6
terkena ranting jatuh
150
kecelakaan motor
1
terpeleset dari loader
9
terpeleset dari loader
14
tertimpa ranting
143
tertimpa ranting
2
terkena pipa yang tergelincir
17
kecelakaan motor
5
tersangkut akar dan terjatuh
3
terhantam rantai chain saw
2
terkena akar yang terpelanting
10
tertimpa cylinder head
3
terkena kayu yang terpelanting
33
terjepit kayu
2
tersandung akar dan terjatuh
11
terkena batu gurinda
3
terkena serpihan kayu
7
terkena van belt
3
chain saw kick back
17
terpeleset di medan curam
7
tertimpa dahan
3
keberatan menurunkan shaff
7
terkena parang
42
Lampiran 2 Penggolongan Data Kecelakaan dalam Kegiatan Pemanenan Hutan Tahun 2007 - 2009 Data Kecelakaan Tahun 2007 Bulan kecil januari februari maret april mei juni juli agustus september oktober nopember desember jumlah
jenis kecelakaan besar Meninggal 2 1 1
jumlah 2 1 1
kerugian hari hilang 18 7 9
1
1
21
1 1 2
1 1 2
5 14 77
1 10
1 10
9 160
Jumlah Tenaga Kerja : 1094 orang Jumlah Hari Kerja Per Tahun : 299 hari Jumlah Jam Kerja Per Hari : 8 jam/hari Jumlah Jam Kerja Orang : 1094 x 299 x 8 = 2.616.848 jam
FR = (JUMLAH KASUS KECELAKAAN x 1.000.000) / JUMLAH JAM KERJA ORANG = (10 X 1.000.000)/2.616.848 = 3,82 SR = (JUMLAH HARI HILANG x 1.000.000) / JUMLAH JAM KERJA ORANG = (160 X 1.000.000)/2.616.848 = 61,14
43
Lampiran 2 (lanjutan) Data Kecelakaan Tahun 2008 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus september Oktober nopember Desember Jumlah
jenis kecelakaan besar meninggal 1
kecil 1 2
3
Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Hari Kerja Per Tahun Jumlah Jam Kerja Per Hari Jumlah Jam Kerja Orang
kerugian hari hilang
1 1 1 1
jumlah 1 1 3 1 1 1
1
1
12
6
9
62
: 1056 orang : 300 hari : 8 jam/hari : 1056 x 300 x 8 = 2.534.400 jam
FR = (JUMLAH KASUS KECELAKAAN x 1.000.000) / JUMLAH JAM KERJA ORANG = (9 X 1.000.000)/2.534.400 = 3,55 SR = (JUMLAH HARI HILANG x 1.000.000) / JUMLAH JAM KERJA ORANG = (62 X 1.000.000)/2.534.400 = 24,46
8 1 12 4 15 10
44
Lampiran 2 (lanjutan) Data Kecelakaan Tahun 2009 Bulan januari februari maret april mei juni juli agustus september oktober nopember desember jumlah
jenis kecelakaan besar meninggal 1
kecil
jumlah 1
1
1 1 1
2 3 4
1 1 5
Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Hari Kerja Per Tahun Jumlah Jam Kerja Per Hari Jumlah Jam Kerja Orang
1 12
kerugian hari hilang
1
1 1 1
14 150 8
2 4 5 1
30 209 174 3
1 1 1 18
3 3 7 601
: 1016 orang : 299 hari : 8 jam/hari : 1016 x 299 x 8 = 2.430.272 jam
FR = (JUMLAH KASUS KECELAKAAN x 1.000.000) / JUMLAH JAM KERJA ORANG = (18 X 1.000.000)/2.430.272 = 7,41 SR = (JUMLAH HARI HILANG x 1.000.000) / JUMLAH JAM KERJA ORANG = (601 X 1.000.000)/2.430.272 = 247,29
45
Lampiran 3 Skema Metode Penelitian Data kecelakaan kerja 3 tahun terakhir
Data produktivitas bidang Pemanenan 2007-2009
∑ kecelakaan kerja, ∑ tenaga kerja, ∑ jam kerja/hari, ∑ hari kerja /tahun, ∑ hari hilang.
SR
FR
BIAYA
Biaya pencegahan kecelakaan: Biaya training, biaya asuransi kecelakaan, biaya pengadaan perlengkapan Kerja.
Biaya penanggulangan kecelakaan: biaya perawatan dan berobat, biaya P3K, biaya klaim berobat, biaya perbaikan unit, loss production, biaya konsul ulang
Loss Production
Analisis Deskriptif menggunakan grafik untuk mengetahui kecenderungan biaya pencegahan kecelakaan terhadap biaya penanggulangan kecelakaan
Safe – T -Score Produktivitas kerja (m3/hari)
1. Tingkat keselamatan kerja 2. Biaya pencegahan kecelakaan penanggulangan kecelakaan
dengan
biaya