Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi Magister Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Padjajaran E-mail:
[email protected]
Abstrak: Kehadiran globalisasi di suatu negara pasti akan membawa dampak positif dan negatif. Secara khusus, tulisan ini mengkaji sejauh mana pengaruh globalisasi terhadap Bhutan. Sebelumnya, Bhutan merupakan negara tertutup dan memiliki identitas nasional (agama dan budaya) yang sangat kuat.Selain itu, Bhutan juga menerapkan indikator unik untuk mengukur kesejahteraan negaranya yang dikenal dengan sebutan Gross National Happiness (GNH). Dengan semua yang dimiliki oleh Bhutan, negara ini pun dinyatakan sebagai salah satu negara paling bahagia di dunia. Kemudian perubahan juga terjadi dalam sistem pemerintahannya. Semua perubahan yang terjadi membuat Bhutan harus bisa mencapai keseimbangan antara identitas nasional dan pengaruh-pengaruh luar akibat arus globalisasi. Pada akhirnya di dalam tulisan ini dinyatakan bahwa globalisasi ternyata tidak selamanya membawa dampak yang positif bagi Bhutan. Selain itu, Bhutan pun harus lebih mengembangkan kapabilitas negaranya agar tidak kalah saing dengan negara-negara lainnya. Kata kunci: Bhutan, Globalisasi, Demokrasi. Abstract: Globalization's presence in one country will inevitably bring positive and negative effects. In particular, this paper examines the influence of globalization in Bhutan. Previously, Bhutan was a closed-state which had a very strong identity (religion and culture). Bhutan is also applied a unique indicator to measure the well-being of the country, known as Gross National Happiness (GNH). By having all those, this country declared as one of the happiest country in the world. And then, the political system of Bhutan was changed. All changes that occured in Bhutan, make this country must find a perfect balance between his national identity and the influence due to globalization. At the end, this paper concludes that globalization does not always bring a good effect for Bhutan. Besides that, Bhutan has to develop its capabilities in order to be able compete with other countries all over the world. Keywords: Bhutan, Globalization, Democracy.
I.
penduduknya
Bhutan: Negara Kecil dengan Kebahagiaan yang Melimpah
bergantung
Jauh di bawah Pegunungan Himalaya
lebih pada
memilih
hasil
hutan. Bhutan tidak
untuk
pertanian
memiliki
dan
kualitas
terdapat satu negara kecil yang diapit oleh
infrastruktur
Republik Rakyat Cina dan India, orang-
kegiatan
orang sering menyebutnya sebagai negara
maksimal dan hanya mampu menghasilkan
naga guntur atau “Druk Yul”, tetapi nama
GDP (Gross Domestic Product) US $ 6.200
sebenarnya adalah Bhutan. Negara ini
saja. GDP negara ini termasuk rendah jika
bukanlah negara yang besar, hebat, atau
dibandingkan
pun
negara
lainnya di kawasan Asia, seperti Singapura,
tetangganya. Bhutan hanyalah satu negara
Brunei Darussalam, Hong Kong, ataupun
terkenal
seperti
kedua
2
dengan luas wilayah 38.394 km
yang
memadai
ekonominya
tidak
sehingga terlalu
99
dan
dengan
negara-negara
Jepang.
penduduk sekitar 700.000 jiwa saja. Negara 99
ini tidak memiliki wilayah perairan, hasil tambangnya pun tidak banyak sehingga 163
The World Factbook. 2014. South Asia: Bhutan,
, diakses18 April 2014.
164
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat
Meskipun berada di bawah kondisi
dan berkelanjutan yang digunakan untuk
yang tidak begitu memuaskan, penduduk
mengukur dampak pembangunan dengan
Bhutan hidup penuh dengan kebahagiaan.
cara menyeimbangkan nilai-nilai material
Dalam sebuah survei yang dilakukan pada
dan non-material dimana diyakini bahwa
tahun 2005, ternyata 97% penduduk Bhutan
manusia pada dasarnya ingin mencari
menyatakan mereka bahagia dan 45%
kebahagiaan .
diantaranya menyatakan mereka merasa
pendekatan unik karena GNH menekankan
sangat
bahagia.
Businessweek
(2006)
102
pada
GNH
merupakan
pembangunan
suatu
seimbang
demi
menempatkan Bhutan di posisi ke-8 sebagai
mencapai kebahagiaan yang sebenarnya
negara paling bahagia di dunia.100 Di
didambakan oleh semua orang. Pemerintah
peringkat
Bhutan menganggap GNH jauh lebih akurat
pertama
sampai
peringkat
ketujuh, terdapat negara-negara Eropa yang
untuk
memiliki GDP sangat tinggi, antara lain
kualitas
Denmark ($ 37.600), Swiss ($ 43.900),
dibandingkan dengan perhitungan angka-
Austria ($ 42.400), Islandia ($ 38.500),
angka
Bahama ($ 31.400), Finlandia ($ 36.700),
awalnya GNH sulit diterima dan dianggap
101
merefleksikan hidup
secara
suatu
negara
dan jika
moneter. Meskipun pada
dan Swedia ($ 40.900). Jika melihat data
kurang
GDP ketujuh negara Eropa ini, maka GDP
pendekatan
Bhutan terlihat sangat kecil dan tidak ada
penduduk
apa-apanya. Negara Bhutan bahkan
lainnya. Mereka
bisa
kebahagiaan
masuk
akal,
ini
pada
mulai
Bhutan
dan
merasa
akhirnya
diterima
oleh
negara-negara perlu
untuk
digolongkan sebagai salah satu negara yang
mengetahui
dan
relatif miskin. Lalu, mengapa Bhutan bisa
kebahagiaan
individu
bersaing dengan ketujuh negara Eropa
meskipun bukan indikator utama seperti di
sebagai negara paling bahagia di dunia?
Bhutan.
Ternyata,
di
tingkat negaranya
perekonomian
Gross National Happiness merupa-
khususnya GDP, bukanlah indikator utama
kan konsep pengukuran yang diperkenalkan
bagi Bhutan untuk mengukur tingkat
oleh
kebahagiaan di dalam negaranya. Bhutan
Wangchuck
mengaplikasikan Gross National Happiness
memperkenalkan konsep ini sebagai bentuk
(GNH), yaitu sebuah pendekatan holistik
komitmennya untuk dapat membangun
100
dalam
mengukur
Business Week. 2006. World's Happiest Countries, diakses18 April 2014. 101 The World Bank. 2014. GDP Per Capita, (http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.PCA P.PP.CD?order=wbapi_data_value_2012+wbapi_d ata_value+wbapi_data_valuelast&sort=desc),diakses 18 April 2014.
Raja
Bhutan, pada
Jigme tahun
Singye 1972. Ia
perekonomian Bhutan yang didasarkan 102
Kharma Ura, dkk. (2012) A Short Guide to Gross N a t i o n a l H a p p i n e s s I n d e x h.7 diakses 18 April 2014.
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat 104
pada nilai-nilai spiritualitas dan kebudayaan rakyat Bhutan. Pada awalnya konsep ini
165
Driglam Namzha.
6. Good governance mencakup empat
hanya ucapan biasa saja, bukan suatu
indikator,
konsep
kebebasan berpolitik, pelayanan publik,
yang
dianggap
begitu
serius.
Namun ternyata the Centre of Bhutan
yaitu
partisipasi
politik,
dan kinerja pemerintah.
Studies, di bawah kepemimpinan Kharma
7. Vitalitas masyarakat, mencakup empat
Ura, mengembangkan konsep dan setiap
indikator, antara lain dukungan sosial,
instrumen dalam Gross National Happiness
hubungan antarkomunitas, keluarga,
sehingga akhirnya dipakai menjadi alat
dan korban kejahatan.
ukur
tingkat
kebahagiaan
penduduk
8. Keragaman
ekologi,
ada
empat
Bhutan. Menurut Karma Ura, konsep
indikator, yaitu polusi, tanggung jawab
pengukuran
terhadap lingkungan, cagar alam, dan
ini
mencakup
sembilan
aspek/dimensi dan terdiri atas 33 indikator yang diambil dari 124 variabel. Kesembilan
isu-isu perkotaan. 9. Standar
103
hidup,
terdiri
dari
tiga
aspek/dimensi tersebut, antara lain :
indikator, antara lain pendapatan rumah
1. Psychological wellbeing, terdiri dari
tangga, aset, dan kualitas perumahan.
empat indikator, yaitu kepuasan hidup,
Dari kesembilan aspek/dimensi yang
emosi positif, emosi negatif, dan
telah disebutkan, dapat dilihat bahwa Gross
spiritualitas.
National Happiness bukanlah suatu konsep
2. Kesehatan, terdiri dari empat indikator,
pengukuran yang bisa sembarang saja
yaitu status kesehatan, jumlah hari
dibuat dan diaplikasikan di Negara Naga
sehat,
Guntur
ketidakmampuan
melakukan
ini. Konsep GNH
benar-benar
aktivitas dalam jangka waktu panjang,
memerlukan identifikasi, penelitian, dan
dan kesehatan jiwa. 3. Penggunaan waktu, terdiri dari dua
pengukuran yang mendalam terhadap setiap
indikator, yaitu lama waktu kerja dan
begitu, setiap individu di Bhutan dapat
lama waktu tidur.
benar-benar menilai kehidupannya, apakah
4. Pendidikan, mencakup empat indikator, yaitu
melek
huruf,
kualifikasi
dimensi
kehidupan masyarakat. Dengan
benar mereka hidup bahagia? Sejauh mana kebahagiaan
yang
mereka
rasakan?.
pendidikan, pengetahuan, dan nilai. 5. Keberagaman budaya, terdiri dari empat empat indikator, yaitu bahasa, kemampuan seni, partisipasi sosial budaya, dan 103
Ibid, h.8
104
Driglam Namzha merupakan kode sopan santun dan perilaku. Di dalam Driglam Namzha diatur pula bagaimana seharusnya rakyat Bhutan berpakaian, baik sehari-hari maupun formal.DriglamNamzha juga mengatur sejumlah aset budaya, seperti seni dan arsitektur. Di dalam bahasa inggis, “driglam” berarti “order, discipline, custom, rules, regimen”. Sementara “namzha” berarti “system” (Kharma Ura dkk, 2012).
166
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat
Berdasarkan jawaban dari setiap individu
seperti Dzongs, Gompas, Chortens, dan
itu pula, pemerintah Bhutan akan terus
Laknghas. Rumah-rumah penduduk
pun
berjuang untuk meningkatkan kebahagiaan
mempunyai
dan
penduduknya sehingga tidak ada satupun
spiritual yang kuat.105
penduduknya yang merasa sedih ataupun tidak sejahtera.
nilai-nilai
tradisional
Penduduk Bhutan tidak hanya berasal dari Bhutan asli, bahasa yang digunakan
Selain konsep pengukuran unik dan
sangat beragam, Buddha pun bukan satu-
berbeda dari negara-negara lainnya, Bhutan
satunya
juga memiliki identitas nasional yang
penduduk
melekat begitu kuat pada setiap kehidupan
dengan
masyarakatnya. Identitas nasional mereka
generasi, mulai dari muda sampai tua, tidak
dibangun dari dua unsur utama, yaitu
pernah meninggalkan nilai-nilai budaya dan
budaya dan agama yang dipegang teguh
spirituaitasnya. Sikap ini
oleh masyarakat Bhutan. Dua unsur ini juga
menjadi salah satu pendorong tingginya
saling mempengaruhi satu sama lain,
tingkat kebahagiaan di Bhutan. Menurut
terlihat dari cara berpakaian, arsitektur,
World Happiness Report, penduduk Bhutan
kehidupan sosialnya, dan lainnya. Dalam
menganggap bahwa kebudayaan dan agama
kehidupan
yang mereka anut tidak hanya menjadi
Bhutan
sehari-harinya, biasa
masyarakat
disana,
Bhutan
tetapi
benar-benar
kebudayaan
setiap bangga
negaranya. Setiap
jugalah
yang
pakaian
identitas nasional saja, tetapi juga mampu
laki-laki
menjauhkan penduduk Bhutan dari aspek-
menggunakan jubah sepanjang lutut yang
aspek negatif sehingga akhirnya mereka
disebut gho, sementara kaum perempuan
akan lebih bersyukur dan berbahagia
menggunakan kira, yaitu gaun panjang
dengan kehidupan mereka.106
tradisionalnya,
yang
menggunakan
agama
pada
biasanya
kaum
sampai
menutupi
pergelangan kaki. Dulu, pakaian tradisional
II. Bhutan dan Globalisasi
ini dikaitkan dengan kelas-kelas tertentu di masyarakatnya,
tetapi
sekarang
Sejak
Raja
Jigme
Wangchuck
aturan
berkuasa, negara yang sering disebut
tersebut dihapuskan. Kemudian, bangunan-
sebagai Shangrilla di Himalaya ini menutup
bangunan di Bhutan juga lekat dengan
diri dari pengaruh dunia luar. Tujuannya
nilai-nilai Buddha, salah satunya Tiger’s
hanya satu, yaitu menjaga agar kebudayaan
Nest, sebuah biara yang terletak pada 105
jurang terjal dan dianggap sebagai tempat sakral bagi umat Buddha. Selain itu, banyak pula bangunan-bangunan lainnya yang identik
dengan
nilai-nilai
spiritualitas,
106
BBC News Asia. 2014. Bhutan's Cliff-Top Tiger's Nest Monastery, diakses 20 April 2014. L. Boissoneault. 2013. Bhutan: The Happiest C o u n t r y i n t h e Wo r l d ? < h t t p : / / w w w. weather.com/travel/bhutan-happiest-countryworld-photos-20131120>, diakses 21 April 2014.
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat
167
dan identitas nasional negaranya tidak
modernisasi tanpa mengganggu apa yang
tercemar oleh nilai-nilai dari luar. Akibat
telah dipegang teguh oleh penduduknya
dari keputusan sang raja, semua aspek
selama
kehidupan di dalam negaranya begitu
modernisasi di Bhutan pun cenderung
tertutup. Tidak ada kerjasama atau pun
lambat.
bantuan ekonomi dari negara luar bahkan
Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India,
negara tetangganya sendiri. Selain itu,turis-
modernisasi Bhutan pun dimulai. Alat-alat
turis asing pun sulit untuk masuk ke dalam
komunikasi, televisi, dan jaringan internet
Bhutan meskipun sebenarnya ada begitu
mulai
banyak turis yang ingin berkunjung dan
masyarakat Bhutan. Namun pemerintahan
melihat keindahan alamnya. Kalaupun ada
terus menekankan pada masyarakatnya
wisatawan yang masuk ke Bhutan, mereka
bahwa penggunaan alat-alat tersebut bisa
harus membayar sangat mahal dan karena
saja merusak tradisi.Tindakan ini dilakukan
itu Bhutan disebut sebagai salah satu
sebagai
destinasi
dunia. Oleh
masyarakat tidak terlalu terbuai dengan
karenanya, jumlah wisatawan yang masuk
alat-alat yang canggih dan pada akhirnya
pun hanya sedikit. Resiko ini tidak terlalu
meninggalkan identitas nasionalnya.
paling mahal di
dipikirkan oleh pemerintah Bhutan. Selain
ini.
Maka
Ditandai
menjadi
bentuk
dari
itu,
dengan
proses
kunjungan
bagian
kehidupan
pencegahan
agar
Modernisasi pun dapat membuka
untuk menjadi kebudayaan dan identitas
kesempatan
nasionalnya, mereka juga tidak ingin
dikenal dan berinteraksi dengan dunia luar.
lingkungannya tercemar akibat perbuatan
Lebih dari itu, ketergantungan akan negara
107
lain juga dialami oleh Bhutan. Menurut
Namun kebijakan ini tidak bertahan
Jackson & Sorensen, ketergantungan yang
lama di Bhutan. Pada saat pemerintahan
terjadi antara Bhutan dan negara lainnya
berpindah tangan kepada Jigme Dorji
disebut
Wangchuck,
menjadi
adanya globalisasi, terjadi suatu interaksi
keputusan terpenting yang pernah diambil.
yang melewati batas-batas internasional,
Sebagai seorang raja, ia merasa Bhutan
baik ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya.
perlu membuka diri terhadap dunia luar,
Sejak saat itu, setiap negara seolah tidak
terutama untuk membangun perekonomian
bisa berdiri sendiri dan
negaranya yang dinilai lambat. Raja ketiga
membutuhkan peran negara lain. Bagi
di
negara yang menutup diri sepertinya akan
wisatawan yang tidak bertanggungjawab.
107
Bhutan
modernisasi
ini
pun
berusaha
melakukan
Kompas. 2011. Bhutan: Wisata Surga yang Kian Mahal diakses 21 April 2014.
108
bagi
sebagai
Bhutan
untuk lebih
108
globalisasi.
Dengan
akan selalu
Robert Jackson and Georg Sorensen.2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional. 2nd ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, h.266.
168
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat
mengalami kerugian dan tertinggal dengan
mulai membuka diri terhadap bantuan dari
negara lainnya.
negara tetangganya, India. Tahun 1972,
Untuk melihat arus globalisasi
Bhutan dan India menandatangani The
dalam suatu negara, Baylis dan Smith
India-Bhutan
mengemukakan tiga aspek dari globalisasi,
Agreement. Semenjak itu, India menjadi
yaitu internasionalisasi, revolusi teknologi,
relasi
dan
perdagangan.
serta liberalisasi. Internasionalisasi
Trade
utama
and
Bhutan
Commerce
dalam
urusan
ini
telah
Perjanjian
digambarkan dengan adanya peningkatan
diperbaharui untuk periode sepuluh tahun
transaksi antarnegara yang terlihat dari arus
ke depan dan bantuan dari India pun terus
perdagangan, investasi, dan kapital. Proses
mengalir, sebut saja hasil tambang (minyak
internasionalisasi
dengan
bumi, mineral, dan logam lainnya), mobil
diadakannya perjanjian/kesepakatan dalam
dan suku cadang, bahan kimia, rempah-
perdagangan, investasi, kapital, dan adanya
rempah, serta hasil pertanian lainnya.
suatu
Bhutan juga membuka perdagangan bebas
ini
kebijakan
memungkinkan
ditandai
dalam sektor
negeri yang swasta
untuk
untuk negara lainnya, seperti Bangladesh,
bertransaksi di negaranya. Kemudian, alat-
Pakistan, Nepal, Srilanka, Maladewa, dan
alat komunikasi modern (internet, satelit
negara-negara di kawasan Asia Selatan. 110
komunikasi, komputer, dll) ikut masuk ke
Bhutan juga mulai menghilangkan
dalam negaranya sebagai tanda terjadinya
hambatan-hambatan bagi pihak asing yang
revolusi
teknologi. Komunikasi
negara
ingin berinvestasi ke dalam negaranya.
tersebut
dengan
juga
Sebagai negara yang tergabung dalam
semakin tinggi intensitasnya dan tidak
WTO, SAFTA ( South Asian Free Trade
mengalami gangguan yang berarti. Terakhir,
Agreement),
liberalisasi juga menandai globalisasi di
India, Myanmar, Srilanka, and Thailand -
suatu negara, terlihat dari dihilangkannya
Economic Cooperation), dan organisasi
tarif,
ekonomi
regional lainnya, Bhutan disarankan untuk
lainnya. Dengan begitu, kesempatan adanya
mengurangi tarif impor khususnya bagi
kuota,
dan
negara
lainnya
hambatan
investor asing menjadi semakin besar.
109
Ketiga aspek dalam globalisasi yang
BIMST-EC
(Bangladesh,
negara-negara anggota organisasi tersebut. Dampaknya
positif
bagi
masyarakat
disebutkan oleh Baylis mulai terjadi di
Bhutan. Mereka
Bhutan seiring dengan terbukanya kontak
barang-barang impor yang kualitasnya lebih
dengan dunia luar. Bhutan pertama-tama
baik dengan harga lebih murah. Sebaliknya,
109
110
John Baylis and Steve Smith. 2001. The Globalization of World Politics. 2nd ed. New York: Oxford University Press Inc., h.290.
dapat
menggunakan
Embassy of India. 2014. India-Bhutan Trade Relations, ,diakses 21 April 2014.
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat
169
produsen lokal harus memutar otak karena
artis-artis yang muncul di MTV. Semangat
persaingan
tidak
belajar anak-anak sekolah pun menurun
diimbangi kualitas produk yang baik,
karena mereka lebih senang menonton
kemungkinan besar produk-produk lokal
siaran televisi daripada harus belajar. Hal ini
akan kehilangan peminat. Pemerintah juga
sangat disayangkan oleh generasi tua di
merasakan dampak yang kurang baik dari
Bhutan. Lyonpo Jigmi Thinley, Menteri
liberalisasi ekonomi Bhutan. Pemerintah
Luar
harus
berkurang,
dampak buruk yang dibawa oleh alat-alat
contohnya pada tahun 2000-2001 anggaran
modern itu. Ia sadar bahwa keberadaannya
pemerintah hanya menerima subsidi 1,68%
memang tidak dapat dikontrol, tetapi ia
rela
semakin
kuat.
Jika
pendapatannya
111
dari tarif impor yang masuk.
Negeri
Bhutan,
menyayangkan
112
Itu berarti
berharap agar masyarakat Bhutan bisa
Bhutan tidak sepenuhnya bisa merasakan
bersikap lebih bijak dan tetap memelihara
dampak yang baik dari globalisasi. Produksi
tradisi Bhutan yang telah dipelihara sejak
dan ekonomi negaranya yang tidak terlalu
dulu kala.
berkualitas membuat Bhutan harus berjuang
Globalisasi tampaknya telah membawa
lebih keras lagi agar nantinya tidak
perubahan besar bagi penduduk negara
tertinggal dengan negara-negara lainnya.
Bhutan. Sekarang
mereka
mengetahui
Proses globalisasi Bhutan semakin
bahwa sebenarnya dunia telah mengalami
pesat dengan hadirnya televisi, internet,
perkembangan dan kemajuan yang begitu
ataupun
modern
pesat. Di satu sisi, globalisasi berhasil
lainnya. Dampak hadirnya teknologi dan
membawa Bhutan menjadi negara yang
komunikasi modern terlihat jelas pada
lebih baik lagi, perekonomiannya semakin
generasi muda Bhutan. Mereka mulai
maju, penduduk Bhutan mulai bisa untuk
mengenal musik, gaya hidup, dan nilai-nilai
menggunakan alat komunikasi, dan rakyat
dari negara lain. Salah satu siaran televisi
negaranya pun tidak lagi tertinggal dengan
yang paling berpengaruh di Bhutan adalah
negara lainnya, Namun di sisi lainnya,
MTV. Semenjak MTV dikenal, anak-anak
dampak negatif dari globalisasi ternyata
muda Bhutan menjadi lebih menyukai
tidak bisa terelakkan. Globalisasi membuat
musik rock daripada musik tradisional.
Bhutan mau tidak mau terbawa pada arus
Gaya
mulai
persaingan yang semakin ketat. Jika tidak
berubah dan mengikuti cara berpakaian
mau tertinggal, Bhutan harus mau terus
alat
berpakaian
komunikasi
mereka
juga
berupaya 111
Thijs Wissink. 2004. The Impact of Trade Liberalization on Agriculture in Bhutan (Dipresentasikan pada The 18th European Conference on Modern South Asian Studies, Lund, Sweden, 6-9 July 2004).
112
untuk
memajukan
warga
L.J Thinley. 2002. Perspectives from Bhutan: The Impact of Television diakses 22 April 2014.
170
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat 113
negaranya. Bhutan juga harus terus waspada
pelayanan masyarakat.
terhadap semua nilai-nilai yang datang dari
mata
dunia luar agar tradisi dan identitas
ketertinggalan
nasionalnya tidak menjadi tercemar.
tantangan globalisasi yang ada di depan
dilakukan
Hal ini semata-
untuk
Bhutan
dan
mengejar menjawab
mereka. III. Bhutan: Negara Termuda di Dunia
Tawaran sistem demokrasi ini tidak
Demokrasi
serta-merta
diterima
oleh
rakyat
Globalisasi dalam sektor ekonomi,
Bhutan. Sebagian dari mereka menolak
sosial, atau pun budaya bukanlah satu-
perubahan karena merasa sudah nyaman
satunya hal baru yang harus dihadapi oleh
dengan sistem monarki yang selama ini
Bhutan. Negara yang lepas
diterapkan
dari tangan
di
Bhutan.
Mereka
takut
Inggris pada tahun 1907 ini pertama kali
perubahan akan membawa negara mereka
berdiri sendiri dengan bentuk pemerintahan
ke dalam situasi yang buruk. Namun
monarki absolut. Saat itu, kekuasaan
sebagian lagi justru menyambut dengan
sepenuhnya berada di tangan Raja Ugyen
gembira perubahan tersebut karena mereka
Wangchuck. Pemerintahan pun sempat
merasakan dampak positif dari perubahan-
berganti menjadi monarki konstitusional
perubahan
ketika negara sepakat memilih seorang
beranggapan bahwa semua perubahan yang
perdana menteri, Jigme Palden Dorji, pada
sudah terjadi di negaranya membawa
tahun1952. Setelah lebih dari seratus tahun
mereka ke dalam modernisasi dan membuat
menerapkan monarki, akhirnya Bhutan
mata mereka bisa melihat dunia luar.
mengubah sistem pemerintahannya menjadi
Mereka
demokrasi. Keputusan
pemerintahan juga akan berdampak baik
seiring
dengan
ini
dikeluarkan
bergantinya
pemimpin
pada
yakin
sebelumnya .
Mereka
perubahan
sistem
bagi Bhutan.
Bhutan menjadi Jigme Singye Wangchuck.
Sebenarnya, pada
awalnya
Raja
Perubahan tidak dilakukan begitu saja oleh
Bhutan tidak akan melakukan perubahan
sang raja. Ia terlebih dahulu turun ke
sistem pemerintahan secara menyeluruh. Di
masyarakat, mengajak setiap rakyatnya
tahun 2005, ia menyatakan diri berhenti
untuk mau berpartisipasi dalam setiap
dari posisinya sebagai raja dan akan
aktivitas politik dan pemerintahan. Ia juga
menyerahkan kursi kepemimpinan kepada
mendekati para generasi muda Bhutan,
anaknya, yaitu Jigme Khaesar Namgyel
memberi pengertian bahwa kerja keras mereka sangat diperlukan untuk mencapai standar yang lebih tinggi lagi baik dalam bidang
pendidikan,
bisnis,
maupun
113
Anil Kumar. 2013. Top-Down Model of Democracy in Bhutan: An Example of New Democracy [online] diakses 23 April 2014.
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat
171
Wangchuck. Secara monarki, kekuasaan
dilakukan,
memang
pada
pemilihan kedua pada beberapa bulan
Jigme
Singye
berikutnya dan dari apa yang dilaporkan
melihat
apakah
oleh BBC,
otomatis
anaknya. Hanya Wangchuck
berpindah
saja,
ingin
Bhutan
pun
melakukan
antusisme warga ternyata
sebenarnya anaknya memang diinginkan
semakin meningkat. Angka partisipasi pun
untuk
bertambah.114
menjadi
raja
menggantikan
dirinya. Oleh karena itu, untuk pertama
Untuk negara yang telah menerap-
kalinya negara monarki ini berencana untuk
kan monarki selama satu abad, perubahan
melakukan
Sebagai
sistem pemerintahan ternyata bisa terjadi
anaknya, Jigme Khaesar Wangchuck pun
dengan begitu mudahnya. Meskipun sempat
berkomitmen untuk tidak akan menduduki
ada protes dari rakyatnya, namun ternyata
jabatannya sebagai raja sampai pemilihan
sampai saat ini Bhutan masih menjalankan
umum
didapatkan
sistem demokrasi. Rakyat Bhutan pun
pemerintahan yang baru. Akhirnya di tahun
senang dengan sistem demokrasi karena
2006,
pun
membawa mereka semakin modern. Lalu
untuk
sesungguhnya, demokrasi seperti apa yang
mempersiapkan pemilihan umum pertama
diterapkan di Bhutan?. Mengingat bahwa
di Bhutan. Sejak saat itu pula, Bhutan
pada dasarnya ada begitu banyak model
sepakat
dari demokrasi yang diterapkan di banyak
pemilihan
umum.
dilakukan
komisi
disahkan
pemilihan
dan
akan
dan
segera
Bhutan bekerja
bertansformasi
menjadi
negara demokrasi.
negara. Di dalam tulisannya, Kumar (2013)
Singkatnya, Bhutan pun melaksana-
mengemukakan pendapatnya. Menurutnya,
kan pemilihan umum. Setiap orang begitu
Bhutan menerapkan top-down models of
antusias menyambut pesta demokrasi di
democracy. Di banyak negara, adanya
negaranya.Wartawan
melaporkan
permintaan perubahan sistem pemerintahan
bahwa di ibukota Bhutan, Thimphu, ada
seringkali terjadi karena adanya desakan
antrian warga dalam jumlah yang besar di
dari rakyatnya. Salah satu contohnya adalah
tempat-tempat pemungutan suara.Meskipun
fenomena Arab Spring yang melanda
terjadi beberapa masalah kecil, tetapi tidak
negara-negara di kawasan Arab dan Afrika
mematikan semangat dari warga Bhutan
Utara pada akhir 2010. Aksi protes
untuk menggunakan hak suaranya. Pada
masyarakat
akhirnya, sang putra mahkota pun resmi
menggulingkan
BBC
115
berskala
besar
sejumlah
rezim
mampu yang
menjadi raja menggantikan ayahnya dan ia pun segera membentuk pemerintahan baru
114
yang didasarkan pada hasil pemilihan umum. Setelah pemilihan umum pertama
115
BBC Indonesia. 2008. Pemilu Bersejarah di Bhutan diakses 23 April 2014. Kumar, Loc.Cit.
172
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat
berkuasa
di
Tunisia,
Mesir,
dan
mahkota benar-benar rela menunggu hasil
116
Libya. Lebih dari itu, karena keengganan
pemilihan umum yang
pemerintah
tahta
menyebabkan ia tidak terpilih sebagai raja
kekuasaan, banyak korban jiwa berjatuhan
berikutnya. Kedua raja ini hanya ingin
dan
mendengar
untuk
kondisi
turun
negara
buruk. Kemudian, rakyatnya
dari
pun
semakin
setelah
terpenuhi
keinginan
diperlukan
waktu
sangat lama untuk mencapai kondisi yang
keinginan
mungkin
rakyatnya
saja
demi
kebaikan dan kemajuan negara. Maka dari itu, demokrasi merupakan hadiah besar bagi rakyat Bhutan.
stabil.
Masyarakat Bhutan pun tidak menyiaNamun berbeda dengan Bhutan,
keinginan
untuk
pemerintahan
mengubah
muncul
dari
sistem petinggi
nyiakan
hadiah
yang
diberikan
oleh
rajanya. Mereka sangat antusias untuk ikut serta
dalam
pemilihan
umum dan
negara. Bayangkan saja, selama ratusan
menyumbangkan
tahun, rakyat tidak pernah mempersoalkan
sesungguhnya mereka belum sepenuhnya
sistem monarki absolut yang mengizinkan
mengerti dengan konsep demokrasi. Rakyat
dinasti
Bhutan hanya berharap dengan adanya
Wangchuck
untuk
memimpin
suaranya
meskipun
Bhutan. Rakyat Bhutan sangat mencintai
sistem baru yang diperkenalkan
dan menghormati pemimpin mereka yang
rajanya, Bhutan bisa semakin maju dan
berasal dari dinasti tersebut.Tetapi untuk
modern. Kemudian, ketidaktahuan masya-
pertama kalinya, seorang raja mengusulkan
rakat tidak dibiarkan begitu saja. Sang
agar
berpindah
raja turun langsung ke masyarakat untuk
tangan ke tangan rakyat. Sang putra
memberi penjelasan, memberi contoh, dan
mahkota
seharusnya
menjawab semua kebingungan masyarakat
menggantikan ayahnya pun tidak merasa
mengenai demokrasi. Raja tidak memaksa
keberatan dengan usul sang ayah. Padahal
rakyatnya
saat
kemauannya
kekuasaan
Raja
yang
Jigme
pemerintah
sudah
Singye
Wangchuck
untuk
bertindak
tetapi
mengarahkan
oleh
sesuai dan
mengumumkan rencana pemilihan umum di
membimbing mereka dengan baik. Dari
tahun 2005, di tahun yang sama pula raja
penjelasan ini dapat dilihat bahwa ada
Bhutan mengumumkan akan menurunkan
hubungan
yang
kekuasaan pada anaknya.117 Sang putra
pemimpin
dan
116
117
Frassminggi Kamasa. 2013. Dua Tahun Arab Spring.Republika [online] 26 April 2013 < h t t p : / / l i b r a r y. u m . a c . i d / m a j a l a h / n e w majalah/detail.php/detail-46092.php> diakses 23 April 2014. BBC News. 2006. Bhutanese King Steps Down Early diakses 23 April 2014.
sangat
baik
rakyatnya. Tidak
antara ada
keributan atau pun korban jiwa yang berjatuhan sia-sia karena demokratisasi Bhutan. Walaupun ada tindakan protes yang dilakukan, namun itu hanya berlangsung sebentar saja. Shivraj Bhattarai berpendapat
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat
173
yang sama, “Proses demokrasi di Bhutan
tama diusulkan lalu diperkenalkan oleh
merupakan proses perubahan yang sangat
pemimpin kepada rakyatnya. Setelah itu
damai
diterima dan diperlakukan dengan penuh
dan
tanpa
kepada rakyatnya”.
paksaan
diturunkan
118
tanggung jawab sehingga menguntungkan
Sistem demokrasi Bhutan yang diturunkan
dari rajanya
rakyatnya
(down)
(top)
bagi kedua pihak.
kepada
benar-benar
patut lainnya.
IV. Tantangan Menuju Keseimbangan yang Sempurna
Rakyat Bhutan pun mensyukuri hadiah
Sekarang Bhutan bukanlah negara
yang diberikan raja kepada mereka dan
kecil yang tidak pernah tersentuh oleh
menggunakannya dengan penuh tanggung
dunia luar. Bhutan sudah mengalami
jawab. Mereka tidak melarikan diri dari
banyak perubahan, mulai dari sistem
pemilihan umum, sebaliknya mereka begitu
pemerintahan, ekonomi, sosial, budaya,
semangat ikut memilih pemimpin untuk
sampai pada gaya hidup para generasi
negaranya. Salah satu berita dari BBC
mudanya. Perubahan itu pun akan terus
menceritakan kisah seorang ibu yang rela
berlangsung
berjalan jauh selama kurang lebih dua
derasnya hal-hal baru yang masuk ke dalam
minggu untuk pulang ke kampungnya dan
negara ini. Maka dari itu, akan semakin
ikut pemilihan umum. Aktivitas di kota pun
banyak juga tantangan yang harus dihadapi
sempat terhenti sejenak karena sebagian
oleh Bhutan. Sejauh ini Bhutan bisa
besar penduduknya mengantri di tempat
mengatasi nilai-nilai baru yang masuk ke
dicontoh
oleh
pemilihan
negara-negara
119
dengan
semakin
tindakan
dalam negaranya. Ketika generasi muda di
masyarakat Bhutan yang seperti ini tidak
Bhutan lebih menyukai cara berpakaian
terlepas
yang
seperti artis-artis di Hollywood, maka
raja di Bhutan. Jadi
Bhutan pun mengajak anak-anak mudanya
ditunjukkan
umum. Tentunya,
seiring
dari
contoh-contoh
oleh
kesimpulannya,
demokrasi
di
Bhutan
untuk tetap menggunakan kain tradisional
bukanlah satu produk yang dipaksakan oleh
Bhutan.
pemimpin
akulturasi budaya, dimana anak-anak muda
kepada
rakyat
atau
sebaliknya. Demokrasi di Bhutan pertama-
Bhutan
Akhirnya,
terjadi
menggunakan
kain
semacam tradisional
namun dengan gaya berpakaian yang lebih 118
119
Anil Kumar. 2013. Top-Down Model of Democracy in Bhutan: An Example of New Democracy [online] diakses 23 April 2014. BBC Indonesia. 2008. Pemilu Bersejarah di Bhutan diakses 23 April 2014.
modern. Selain itu, para orang tua terus menanamkan nilai-nilai tradisional kepada generasi
muda
agar
mereka
tetap
menjunjung tinggi adat-istiadat dan tidak melupakan identitas nasional mereka. Orang
174
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat
tua juga terus menghimbau para penerusnya
inggris. Kedua, adanya kesempatan untuk
agar tetap bijak dalam menghadapi setiap
menutut ilmu di negara-negara lain yang
hal-hal modern yang masuk ke dalam
mempunyai kualitas pendidikan lebih baik
negaranya.
akan menarik para pelajar untuk pergi dari
Namun apakah tantangan yang dihadapi
Bhutan
sebatas
asalnya.
Tidak
menutup
itu
kemungkinan mereka juga akan memilih
derasnya
untuk bekerja atau menetap di negara lain.
modernisasi di suatu negara, maka semakin
Negara pun akan kehilangan generasi
banyak juga tantangan yang harus dihadapi
penerus yang sebenarnya bisa membawa
oleh negara yang paling bahagia di Asia
Bhutan lebih baik lagi.
saja? Tentu
hanya
negara
tidak. Semakin
ini. Begitu juga dengan demokrasi. Seiring dengan
berjalannya
saja
masuk ke Bhutan, masyarakat Bhutan
kekurangan-kekurangan demokrasi mulai
sangat mencintai lingkungannya. Mereka
dirasakan
Bhutan.
mau menjaga lingkungannya agar tetap
Generasi muda Bhutan pun akan terus
hijau dan asri. Rakyat pun taat ketika
berkembang, semakin kritis, mengetahui
pemerintah
semakin banyak informasi, dan mulai akan
merokok dengan alasan kesehatan dan
membandingkan demokrasi di negaranya
pelestarian
dengan
lebih
globalisasi masuk, mereka harus menerima
lengkapnya, penulis mencatat ada beberapa
bahwa teknologi, industrialisasi, kegiatan
tantangan yang akan segera dihadapi oleh
MNCs yang ada di negaranya telah
Bhutan. Pertama, sebagian besar teknologi
menyebabkan tercemarnya lingkungan. Saat
dan
menggunakan
ini, Bhutan harus menghadapi polusi udara
bahasa inggris karena bahasa inggris diakui
akibat aktivitas industri. Degradasi lahan
sebagai
bahasa
juga menjadi masalah lainnya karena
internasional. Untuk bisa menyeimbangi
negara Bhutan sedang mengembangkan
teknologi dan informasi yang masuk di
pertambangan di wilayahnya.210 Jika terus
negaranya, mau tidak mau masyarakat
dibiarkan, permasalahan lingkungan hidup
Bhutan harus bisa menggunakan bahasa
di Bhutan akan menjadi-jadi dan apa yang
inggris, minimal secara pasif. Namun
telah mereka jaga selama ini akan rusak.
oleh
bisa
masyarakat
negara
informasi
waktu,
Sebelum globalisasi diizinkan untuk
lain.
Untuk
tersebut
salah
satu
melarang
mereka
untuk
lingkungan. Tetapi semenjak
terkadang, penggunaan secara berlebihan
Tantangan berikutnya yang ternyata
justru akan menyebabkan bahasa lokalnya
harus dihadapi Bhutan adalah turunnya
mulai ditinggalkan, dialek khas pun tidak digunakan lagi, dan masyarakat Bhutan akan lebih senang menggunakan bahasa
120
Bhutan Observer. 2010. Proposed Mining Worries Locals, diakses 23 April 2014.
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat
angka
kebahagiaan
dalam masyarakat
175
lingkungan yang sangat indah, asri, karena
Bhutan. Kebahagiaan mereka sekarang tidak
dijaga
cukup hanya dengan memiliki sawah dan
rakyatnya. Ada hubungan yang sangat baik
makanan yang cukup.Anak-anak muda
antara raja dan rakyatnya. Sebagai rakyat,
butuh pakaian-pakaian yang fashionable,
mereka
anak-anak kecil ingin memiliki video
meragukan dinasti Wangchuck yang telah
games yang selalu jadi bahan pembicaraan
memimpin
teman-temannya
Sebuah
akhirnya, negara ini memutuskan untuk
keluarga akan menginginkan televisi untuk
membuka diri terhadap dunia luar, lebih
menonton pertandingan sepakbola, kartun,
tepatnya
dan informasi-informasi mengenai dunia
globalisasi. Walaupun terlambat dan sempat
luar. Mereka akan kebingungan ketika
ragu untuk melakukannya, namun ternyata
jalanan di lingkungannya belum sebagus
keputusan mereka tidak salah. Globalisasi
jalanan di tempat lain, listrik belum ada di
berhasil
rumah mereka, padahal sebelumnya mereka
kemajuan yang belum pernah tersentuh
tidak masalah jika rumah mereka gelap
sebelumnya.
di
sekolah.
dengan
tidak
sepenuh
pernah
mereka
pada
hati
protes
selama
oleh
ataupun
ini.Namun
modernisasi
membawa
Bhutan
dan
kepada
ketika malam atau hanya menggunakan
Tetapi, tiap keputusan yang diambil
lampu minyak saja. Ada begitu banyak hal
pasti akan diikuti dengan resiko-resiko
baru yang bisa mereka khawatirkan dan
tertentu. Tidak jarang resiko tersebut
mengurangi tingkat kebahagiaannya.
berdampak negatif bagi negara itu. Inilah yang harus dihadapi Bhutan. Dalam sektor
V.
ekonomi, Bhutan harus berupaya keras
Kesimpulan Beratus-ratus tahun lalu, ada sebuah
untuk mampu bersaing dengan negara-
negara kecil di Asia Selatan yang baru saja
negara lain yang mencoba untuk memenuhi
lepas dari jajahan Kerajaan Inggris. Rakyat
negaranya dengan produksi asal negaranya.
di negara ini sepakat tidak mau bersentuhan
Kalau tidak diimbangi dengan kualitas
dengan negara luar. Negara ini tidak kaya,
produksi lokal yang baik, maka pasar dalam
tidak memiliki sumber daya melimpah,
negeri akan dipenuhi oleh produksi asing
tetapi mereka sangat puas dan bahagia
dan mematikan usaha produsen lokal.
dengan apa yang mereka miliki. Bagi
Sementara itu dalam kehidupan sehari-hari
mereka, memiliki sawah dan mampu
globalisasi
beramal pada orang lain sudah lebih dari
rakyat Bhutan, terutama generasi muda.
cukup. Bhutan, itulah nama negaranya.
Mereka
Negara
di
berpakaian (fashion), musik, film, dan atau
punya
kebudayaan negara lain yang mereka lihat
yang
Pegunungan
disebut Himalaya
Shangrilla ini
juga
mulai
mulai
tergiur
mempengaruhi
dengan
cara
176
dari
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat
televisi.
pengetahuan
Pada akhirnya, tidak ada negara yang
generasi muda semakin luas. Apa yang
dapat melarikan diri dari globalisasi. Selalu
mereka saksikan di televisi atau diakses
akan datang waktunya arus globalisasi dan
melalui internet bisa mereka pakai sebagai
berbagai perubahan menghampiri negara-
masukan untuk memajukan kebudayaan
negara tanpa terkecuali. Keputusan Bhutan
lokal. Namun jika generasi muda ini tidak
menerima
berhati-hati dan terbuai dengan budaya-
bukanlah keputusan yang salah, sebaliknya
budaya luar, bisa jadi akhirnya kebudayaan
ini keputusan yang sangat tepat. Tetapi,
asal Bhutan ditinggalkan dan akhirnya
semuanya itu harus diseimbangi dengan
hanya akan menjadi sejarah.
kemampuan nasional yang berkualitas pula
Dalam
Positifnya,
globalisais
dan
demokrasi
sistem pemerintahannya,
sehingga akhirnya rakyat akan selalu
Bhutan pun memberanikan diri untuk
dipenuhi senyuman, tidak perlu khawatir
mengubahnya menjadi sistem demokrasi.
berlebihan, dan terus menjadi negara yang
Awalnya,
masyarakat
paling berbahagia di dunia.
bingung
dan
Bhutan
sempat
mempertanyakan
apa
sebenarnya maksud sang raja. Tetapi setelah
mendapatkan
penjelasan
pendekatan-pendekatan
yang
dari
dilakukan
oleh rajanya, mereka pun menyambut perubahan
sistem
pemerintahan
DAFTAR PUSTAKA
di
negaranya. Ada hubungan yang benar-benar
Buku: Baylis, J & Smith, S. 2001. The Globalization of World Politics. 2nd ed. New York: Oxford Universitu Press Inc.
baik antara orang-orang yang duduk di pemerintahan dan rakyatnya. Tidak perlu ada paksaan ataupun kekerasan, cukup dengan cara yang halus, maka apa yang diinginkan oleh kedua belah pihak dapat dikomunikasikan dengan baik. Walaupun
Jackson, R & Sorensen, G. 2009.Pengantar Studi Hubungan Internasional. 2nd ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ramakant & Misra, R.C. 1996.Bhutan: Society and Polity. 2nd ed. New Delhi: South Asia Studies Centre.
sekilas Bhutan berhasil menyeimbangkan
Koran:
globalisasi,
Kamasa, F. 2013. Dua Tahun Arab Spring.Republika [online] 26 April 2013 diakses 23 April 2014.
demokrasi,
dan
nilai-nilai
tradisional yang selama ini mereka agungagungkan, ternyata Bhutan pun tidak dapat melepaskan diri dari tantangan-tantangan. Mereka harus mampu menghadapi semua tantangan itu agar keadaan negaranya tidak menjadi buruk.
Makalah: Freeman, K.A & Jackson, K.C. 2012.In
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat
Pursuit of Happiness, Bhutan Opens to Globalization and Business [ o n l i n e ] < h t t p : / / thejournalofbusiness. org/ index.php/site/article/view/104/103> diakses 23 April 2014. Gallenkamp, M. 2010. Democracy in Bhutan: An Analysis of Constitutional Change in a Buddhist Monarchy [ o n l i n e ] < h t t p : / / w w w. ipcs.org/research-paper/southasia/democracy-in-bhutan-ananalysis-of-constitutional-change-ina-24.html> diakses 23 April 2014. Kumar, A. 2013.Top-Down Model of Democracy in Bhutan: An Example of New Democracy [online] diakses 23 April 2014. Wissink, Thijs. 2004. The Impact of Trade Liberalization on Agriculture in Bhutan (Dipresentasikan pada The 18th European Conference on Modern South Asian Studies, Lund, Sweden, 6-9 July 2004). Websites: BBC Indonesia. 2008. Pemilu Bersejarah di Bhutan diakses 23 April 2014. BBC News. 2006. Bhutanese King Steps Down Early diakses 23 April 2014. BBC News Asia. 2014. Bhutan's Cliff-Top Tiger's Nest Monastery diakses 20 April 2014. Bhutan Observer. 2010. Proposed Mining Wo r r i e s L o c a l s < h t t p : / / bhutanobserver.bt/2651-bo-newsa b o u t - p r o p o s e d _ mining_worries_locals.aspx> diakses 23 April 2014.
177
Boissoneault, L. 2013 Bhutan: The Happiest C o u n t r y i n t h e Wo r l d ? < http://www.weather.com/travel/bhuta n-happiest-country-world-photos20131120> diakses 21 April 2014. Business Week. 2006. World's Happiest Countries, diakses 18 April 2014. Embassy of India. 2014. India-Bhutan Trade R e l a t i o n s , < h t t p : / / w w w. indianembassythimphu.bt/pages.php ?id=65> diakses 21 April 2014. Kamenev, M. 2006. Rating Countries for the Happiness Factor diakses 18 April 2014. Kompas. 2011. Bhutan: Wisata Surga yang Kian Mahal< http:// internasional. kompas.com/read/2011/09/06/21175 719/Bhutan.Wisata.Surga.yang.Kian. Mahal> diakses 21 April 2014. S A A R C C o m m e r c e . 2 0 1 3 . Tr a d e Agreements, diakses 22 April 2014. The World Factbook. 2014. South Asia: B h u t a n , < h t t p s : / / w w w. cia.gov/library/publications/theworld-factbook/geos/bt.html> diakses 18 April 2014. Thinley, L.J. 2002.Perspectives from Bhutan: The Impact of Television< http://www.pbs.org/frontlineworld/st ories/bhutan/perspectivesa.html> diakses 22 April 2014. Ura, K. (2012) A Short Guide to Gross National Happiness Index
178
Jessica Martha, Arry Bainus, R. Dudi Heryadi, Bhutan: Globalisasi, Demokrasi, dan Tantangan Terhadap Kebahagiaan Masyarakat
wp-content/uploads/2012/04/ShortGNH-Index-edited.pdf h.8> diakses 18 April 2014