IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. MODEL RANTAI PASOK KOMODITI SEAFOOD Model rantai pasok seafood dibahas berdasarkan kerangka pengembangan rantai pasok yang dimulai dari aspek struktur rantai, aspek manajemen rantai, dan aspek sumber daya rantai. Selanjutnya dilakukan pengukuran kinerja rantai untuk mengetahui kesesuaian kinerja rantai dengan harapan. 1. Struktur Rantai a. Anggota Rantai dan Aliran Komoditi Rantai pasok ikan kakap dan udang yang berasal dari satu nelayan atau petambak terkadang memiliki alur distribusi yang berbeda. Perbedaan ini mulai timbul setelah komoditi diterima oleh pengumpul yang membedakan komoditi berdasarkan kualitasnya. Komoditi yang memiliki kualitas bagus, akan dipasok ke perusahaan manufaktur yang produk akhirnya dijadikan komoditi ekspor. Komoditi yang memiliki kualitas sedang hingga rendah, biasanya langsung dijual ke pasar-pasar tradisional. Anggota rantai pasok dimulai dari nelayan yang memiliki fungsi sebagai penyedia bahan baku (raw material). Nelayan melakukan penangkapan di laut lepas untuk memperoleh komoditi ikan kakap. Kualifikasi nelayan yang melakukan penangkapan dapat dibedakan berdasarkan kapasitas tangkap nelayan tersebut. Hasil tangkapan nelayan kecil umumnya kurang dari 100 kilogram dalam sekali melaut, sedangkan kapasitas tangkap nelayan besar dalam sekali melaut dapat mencapai lima ton. Pembagian jenis nelayan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pembagian Jenis Nelayan Jenis
Kendaraan
Kapasitas
Nelayan
Tangkap
Tangkap
Tujuan penjualan
Kecil
Perahu
< 100 kg
Nelayan Sedang / Besar
Sedang
Kapal Sewa
3-5 ton
Pemasok (Pemberi Modal)
Besar
Kapal Pribadi
3-5 ton
Pemasok
18
Ikan yang dibawa nelayan ke pelabuhan kemudian di lelang ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Para pengumpul akan berebut dengan peminat lainnya untuk memperoleh ikan yang ditawarkan nelayan. Berdasarkan pengamatan di TPI Brondong, sekitar 70-80 persen nelayan diberi modal oleh pengumpul berupa penyediaan kapal dan kebutuhan pelayaran agar nelayan tersebut menjual hasil tangkapannya kepada pemberi modal. Pengumpul besar biasanya telah dikenal di suatu TPI. Terdapat empat pengumpul besar di TPI Brondong yang masing-masing menjual ikannya hanya ke satu perusahaan. Ikan yang tidak dibeli oleh pengumpul besar biasanya dijual di pasar ikan di sekitar TPI atau diambil oleh pengumpul lain yang akan mengirimnya ke pasar tradisional. Ikan yang telah dibeli oleh pengumpul kemudian dikirim ke perusahaan pengolah ikan. Pengumpul bekerjasama dengan perusahaan jasa transportasi untuk mengirim ikan ke PT. Kelola Mina Laut. Selanjutnya ikan mengalami proses produksi di PT. Kelola Mina Laut. Lebih dari 90 persen produk PT. Kelola Mina Laut dijual ke luar negeri. Pembeli dari luar negeri merupakan importir yang memesan barang dalam jumlah besar. Pembeli luar negeri biasanya membeli lebih dari satu jenis produk. Masing-masing pembeli juga telah menetapkan spesifikasi produk maupun kemasan yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Model rantai pasok ikan kakap dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Model Rantai Pasok Ikan kakap 19
Model rantai pasok udang berbeda dengan model rantai pasok ikan kakap pada bagian hulu, yaitu dari nelayan hingga ke perusahaan. Selebihnya, perusahaan menawarkan udang seperti produk seafood lain yang diproses oleh PT. Kelola Mina Laut. Ditinjau dari aspek cara memperoleh bahan bakunya, cara memperoleh udang berbeda dengan cara memperoleh ikan kakap. Ikan kakap diperoleh melalui penangkapan langsung di laut, sedangkan udang diperoleh melalui budidaya tambak. Bahan baku udang memang tersedia bebas di alam sehingga dapat langsung ditangkap tetapi volumenya tidak akan sebanyak hasil budidaya. Petambak udang yang menyuplai bahan baku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu petambak tradisional dan petambak intensif (pembagiannya dapat dilihat dalam Tabel 4. Petambak tradisional mengolah lahan tambaknya secara sederhana mengikuti musim yang ada, sehingga produksi tidak bisa dilakukan secara terus-menerus. Petambak tradisional biasanya melakukan pengurasan serta pembalikan lahan pada bulan September hingga Desember. Hal ini dilakukan agar nutrisi yang ada dapat memenuhi kebutuhan pembiakan selanjutnya. Kelebihan sistem tradisional ini adalah biaya produksi yang digunakan murah dan pengolahan yang sederhana. Namun udang yang dihasilkan dari tambak tradisional rawan penyakit dan biasanya berukuran kecil. Lain halnya dengan sistem tambak intensif yang menghasilkan udang dengan ukuran besar dan sehat, serta dapat dipanen setiap saat. Kelemahan tambak intensif adalah biaya pemeliharaannya yang cenderung tinggi.
Tabel 4. Pembagian Jenis Petambak Jenis Petambak
Manajemen
Kapasitas Produksi
Tujuan penjualan
Tradisional
Sederhana
< 100 kg
Pengumpul (Pemasok)
Intensif
Profesional
3-5 ton
Perusahaan
Udang yang dipanen dari tambak tradisional kuantitasnya sedikit sehingga dikumpulkan terlebih dahulu oleh pengumpul (pemasok) sebelum
20
dikirim ke perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan menetapkan batas volume minimal dan kontinuitas pengiriman bagi pemasok bahan baku. Pemasok mengumpulkan udang hasil panen tambak tradisional yang berbeda-beda ukurannya. Pemasok biasanya kurang selektif melakukan pemisahan udang yang berbeda ukuran ini, sehingga perusahaan terkadang memperoleh udang dengan size yang berbeda dengan yang dikatakan pemasok. Lain halnya dengan udang yang dipanen dari tambak intensif. Tambak intensif dikelola oleh manajemen yang profesional dan mampu memanen udang dalam jumlah besar dalam satu kali panen, sehingga tidak memerlukan pengumpul atau pemasok dalam bekerjasama dengan perusahaan. Petambak tradisional yang bekerjasama dengan PT. Kelola Mina Laut sebagian besar berasal dari daerah sekitar lokasi perusahaan, yaitu Gresik, Lamongan, dan Sidoarjo. Adapula petambak lain yang menyuplai udang ke PT. Kelola Mina Laut antara lain mulai dari daerah Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, daerah Jawa Timur lain seperti Banyuwangi, dan daerah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pengiriman dari daerah yang dekat menggunakan mobil bak terbuka, sedangkan pengiriman dari daerah yang waktu transportasinya lebih dari lima jam menggunakan truk. Udang yang sampai di pabrik kemudian diolah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pabrik. Selanjutnya, perusahaan mengirim produk kepada pembeli yang sebelumnya telah melakukan pemesanan. Udang dikirim ke pembeli yang sebagian besar berada di luar negeri lalu di jual melalui retailler kepada konsumen akhir. Untuk pasar domestik, PT. Kelola Mina Laut menyediakan factory outlet atau outlet resmi perusahaan yang menjual produk olahan PT. Kelola Mina Laut dengan brand “mina mart”. Sebagian besar produk yang dijual adalah produk olahan seperti nugget ikan dan bakso ikan. Selain itu, outlet juga menyediakan produk ekspor bagi masyarakat menengah keatas. Produk berkualitas ekspor tersebut antara lain udang beku dan fillet ikan. Model rantai pasok udang dapat dilihat pada Gambar 6.
21
Gambar 6. Model Rantai Pasok Udang
b. Entitas Rantai Pasok 1. Produk Ikan kakap dan udang merupakan komoditi laut yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk pangan. Kelemahan komoditi ini adalah sifatnya yang mudah rusak, sehingga produk beku lebih diutamakan dalam perdagangan internasional. Ikan kakap umumnya disukai dalam bentuk fillet, yaitu lembaran daging dari salah satu sisi ikan yang bebas dari tulang. Adapula produk yang masih berupa ikan utuh yang hanya di bersihkan sisiknya serta dibuang insang dan ususnya. Spesifikasi produk ikan kakap dan udang disesuaikan dengan permintaan pembeli. Berbagai jenis produk hasil olahan ikan kakap dan udang dapat dilihat pada Tabel 5. Semua produk yang dijual oleh PT. Kelola Mina Laut memiliki kualitas yang baik dan mampu menembus pasar internasional. Produk-produk tersebut diproses secara higienis sehingga kebersihannya terjaga. Mutu selalu menjadi perhatian PT. Kelola Mina Laut, oleh karena itu setiap bahan yang telah melewati satu tahap, akan diperiksa sebelum masuk ke tahap selanjutnya.
22
Tabel 5. Produk Hasil Olahan Ikan Kakap dan Udang Komoditi
Produk Fillet Skin On
Keterangan Fillet ikan kakap dengan kulit yang masih menempel
Ikan Kakap
Fillet Skin Less
Fillet ikan kakap tanpa kulit
WGGS
Ikan kakap utuh (di ambil isi perut, sisik, dan insang)
WGS
Ikan kakap utuh (di ambil isi perut dan sisik)
Fillet (Smoked)
Fillet ikan kakap diasap dengan karbon
Cooked
Peeled Udang tanpa kepala yang dikupas kulitnya,
Tail On (CPTO)
diambil ususnya, lalu dimasak (menggunakan uap). 1 ruas kulit terakhir dan ekor masih utuh.
Peeled Deveined Udang tanpa kepala yang dikupas kulitnya, Tail On (PDTO)
diambil ususnya, tanpa dimasak. 1 ruas kulit terakhir dan ekor masih utuh.
Udang
Peeled
Udang tanpa kepala yang dikupas seluruh
Undeveined
kulitnya tanpa dimasak.
(PUD) Easy Peel
Udang tanpa kepala yang kulitnya utuh, hanya diambil ususnya.
Cooked
Peeled Udang tanpa kepala yang dikupas seluruh
Undeveined
kulitnya dan dimasak (menggunakan uap).
(CPUD) Head On
Udang yang masih memiliki kepala, ditata rapi, lalu dibekukan.
Selama tahun 2009, rata-rata penjualan PT. Kelola Mina Laut untuk produk ikan kakap mencapai 105 ton per bulan. Sedangkan untuk produk udang, penjualan rata-ratanya mencapai 400 ton dalam satu bulan. Produk olahan udang yang paling banyak dipesan adalah CPTO, mencapai 70% dari total produk udang yang dihasilkan. Hasil samping seperti sisa daging yang menempel di duri ikan, sisa daging ikan yang pemotongannya kurang rapi, kepala ikan kakap, duri ikan, kulit ikan, kulit udang, dan kepala udang dapat digunakan untuk produk lokal 23
atau dijual ke penadah yang selanjutnya dapat diolah menjadi pakan ternak. Pemanfaatan hasil samping komoditi ikan kakap dan udang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Produk Olahan Hasil Samping Ikan Kakap dan Udang Komoditi
Ikan Kakap
Udang
Hasil Samping
Hasil Olahan
Kepala kakap
Pakan ternak, masakan khas daerah.
Daging sisa
Surimi, pakan ternak
Duri
Pakan ternak
Kulit
Pakan Ternak, kerupuk kulit ikan
Isi perut dan insang
Pakan ternak
Kepala udang
Pakan ternak, penyedap masakan (terasi)
Kulit udang
Pakan ternak
2. Pasar Secara volume, lebih dari 90% produk ikan kakap dan udang yang diproduksi PT. Kelola Mina Laut dijual ke mancanegara. Tujuan utamanya adalah Amerika Serikat. Adapun negara lain yang menjadi tujuan penjualan kedua produk ini adalah Eropa, Asia (Jepang, Korea, Cina), Timur Tengah, Australia, Selandia Baru, dan negara-negara di Afrika. Sebagian besar dari pembeli akan menjual komoditinya ke supermarket atau toko ritel. Konsumsi masyarakat di negara-negara tersebut akan produk perikanan laut sangatlah tinggi, sehingga terkadang permintaan dari pembeli tidak dapat dipenuhi oleh PT. Kelola Mina Laut. Negara-negara yang menjadi tujuan penjualan produk ikan kakap dan udang PT. Kelola Mina Laut dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Negara Tujuan Ekspor PT. Kelola Mina Laut 24
PT. Kelola Mina Laut juga memiliki pasar di dalam negeri. Kota-kota besar di Pulau Sumatera hingga Pulau Papua menjadi tujuan penjualan produk. Beberapa diantaranya adalah Medan, Lampung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, dan Makasar. Pasar dalam negeri PT. Kelola Mina Laut dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Pasar Dalam Negeri PT. Kelola Mina Laut
3. Pihak Pendukung Pihak pendukung merupakan pihak yang mendukung kelancaran distribusi bahan baku ataupun produk dalam rantai pasok. Pihak pendukung yang terlibat dalam rantai pasok komoditi dan produk seafood antara lain perusahaan jasa transportasi, perusahaan es, perusahaan pemroduksi kemasan, perusahaan jasa kontainer, dan pemerintah. Fungsi pemerintah, dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) berwenang memberikan regulasi dan izin pelayaran bagi nelayan sehingga sumber daya perikanan laut terjamin kelestariannya. Kerja sama antara anggota rantai pasok dengan pihak pendukung terkait sangat dibutuhkan agar dicapai titik temu antar semua pihak dan proses bisnis dapat berjalan dengan baik.
4. Situasi Persaingan Permintaan pasar global akan produk seafood sangat tinggi. Sebagian besar permintaan datang dari Amerika Serikat dan Eropa. Selama tahun 2008, 25
tercatat permintaan negara-negara di Eropa untuk produk udang mencapai 650.000 ton. Importir terbesar adalah Spanyol, Perancis, dan Denmark dengan kuantitas impor masing-masing negara lebih dari
90.000 ton
pertahun. Volume impor Spanyol akan produk tersebut melampaui 100.000 ton pada tahun 2008 (Boisset, 2009). Jumlah produk udang dari Indonesia yang diekspor ke pasar Eropa berada di kisaran 20.000 ton/tahun. Secara persentasi, Indonesia hanya memasok 6% dari seluruh permintaan. Indonesia bersaing dengan negara Asia lainnya seperti India, Thailand, Cina, serta negara-negara Amerika latin Ekuador, Argentina, dan Kolombia yang menjadi pemasok besar produk udang ke Eropa (Boisset, 2009). Kondisi tersebut menjadi sebuah tantangan bagi perusahaan pengekspor produk seafood yang ada di Indonesia. Pengetahuan akan sifat dan karakteristik bahan baku, pengolahan yang sesuai standar, serta manajemen usaha yang baik perlu ditingkatkan untuk mendapat kepercayaan dari pembeli. Komoditi perikanan laut pada dasarnya adalah sumber daya yang melimpah dan dapat diambil dengan mudah. Kondisi ini didukung letak geografis Indonesia yang membuatnya kaya akan sumber daya bahari. Namun hal ini tidak berarti mudah untuk mengelola bisnis di bidang perikanan laut. Salah satu karakter ikan yang paling mencolok adalah mudah rusak sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap (amis). Kondisi mudah rusak ini juga membuat ikan semakin mudah tercemar oleh mikroba yang mungkin berbahaya bagi manusia. Perusahaan yang mampu menjaga cold chain-nya serta memenuhi syarat keamanan pangan yang berlaku, maka perusahaan tersebut sudah memperoleh nilai tambah bagi pembeli di luar negeri. Faktor lainnya adalah pelayanan dari perusahaan dalam melakukan proses bisnis. Pembeli tentunya menginginkan pasokan produk yang kontinu (terus-menerus). Kapanpun mereka butuh, perusahaan dapat memenuhinya. Selain itu, ketepatan spesifikasi juga menjadi perhatian. Hal terakhir yang menjadi perhatian
26
adalah ketepatan waktu. Perusahaan yang mampu menerapkan semua hal diatas dalam proses bisnisnya, berpeluang untuk memenangkan persaingan.
c. Kemitraan Salah satu faktor yang dapat membantu perusahaan memenangkan persaingan adalah mampu memberi pasokan kepada pembeli secara terusmenerus (kontinu). Ada berbagai macam kebijakan yang dapat ditempuh oleh PT. Kelola Mina Laut untuk membuat faktor ini terpenuhi. Misalnya bersaing dengan cara menawarkan harga tinggi kepada petambak atau pemasok sehingga mereka memberikan udang atau ikannya kepada PT. Kelola Mina Laut. Cara ini memang sepintas terkesan ampuh untuk memperoleh pasokan yang kontinu, namun apabila PT. Kelola Mina Laut menerapkan cara ini terusmenerus, PT. Kelola Mina Laut akan kalah di bidang efisiensi karena akan banyak uang yang terkuras. Apabila kondisi udang atau ikan melimpah, petambak atau pemasok akan enggan menurunkan harga terlalu jauh dari harga normal yang telah ditetapkan, sehingga secara perlahan-lahan PT. Kelola Mina Laut akan kalah bersaing harga. Cara yang diterapkan PT. Kelola Mina Laut agar mampu menyediakan suplai secara kontinu adalah penerapan pola kemitraan dengan baik. Pola kemitraan yang baik akan membuat petambak atau pemasok loyal terhadap PT. Kelola Mina Laut. Ketika udang atau ikan sedang melimpah, PT. Kelola Mina Laut membeli semua ikan atau udang yang dikumpulkan pemasok dengan harga yang layak. Sebaliknya, ketika ikan sedikit, petambak atau pemasok biasanya juga bersedia untuk tidak menaikkan harga terlalu tinggi. Kondisi ini akan mengarah kepada suatu sistem ketika petambak atau pemasok hanya akan memasok udang atau ikan ke satu perusahaan saja, yaitu PT. Kelola Mina Laut.
2. Manajemen Rantai a. Pemilihan Mitra Manajemen rantai pasok yang baik akan membutuhkan kerjasama yang baik pula antar anggota rantainya. Masing-masing anggota akan saling 27
membutuhkan dan saling memberikan keuntungan satu sama lain. Bentuk kerjasama yang berbentuk kemitraan akan memberi kemudahan bagi pihakpihak yang terlibat dalam rantai pasok. Oleh karena itu, pemilihan mitra yang tepat akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberlangsungan bisnis perusahaan. PT. Kelola Mina Laut menetapkan beberapa kriteria bagi pemasok yang akan menjadi mitra dalam hal menyuplai bahan baku ke perusahaan. Berikut adalah kriteria pemilihan pemasok berdasarkan prioritas: 1. Kemampuan finansial yang baik. Kriteria yang paling utama adalah kemampuan finansial yang baik. Produk ekspor yang dikirim perusahaan ke negara tujuan, biasanya tiba di tempat setelah hampir satu bulan setelah waktu pengiriman. Setelah produk sampai kepada pembeli, pembeli melakukan pengecekan terkait spesifikasi serta mutu produk yang dikirim. Setelah itu pembeli membayar kepada perusahaan melalui bank. Sistem ini secara tidak langsung mendorong perusahaan melakukan penundaan pembayaran terhadap bahan baku yang dikirim oleh pemasok. Namun rentan waktunya tidak mencapai satu bulan, biasanya dua pekan setelah perusahaan menerima bahan baku ikan. Kondisi tersebut tentunya membuat petambak atau pemasok mengalami kesulitan apabila tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup baik. Hal lain yang menjadi pertimbangan pemasok adalah nelayan yang meminta pembayaran tunai untuk pembelian ikan tangkapannya. Semakin kuat kemampuan finansial pemasok, maka perusahaan akan memberi nilai lebih terhadap pemasok tersebut sebagai mitra. 2. Fleksibilitas dalam Penentuan Harga Kriteria kedua adalah fleksibilitas dalam penentuan harga. Bisnis seafood merupakan bisnis yang terkadang sulit untuk diprediksi, terkait ketersediaan bahan baku yang berasal langsung dari alam. Ikan kakap yang merupakan hasil tangkapan langsung dari laut, membuat volume penangkapan tidak dapat dipastikan. Selain itu, bisnis ekspor merupakan bisnis yang mengacu pada perubahan nilai tukar mata uang. Nilai mata uang rupiah yang cenderung 28
tidak stabil membuat perusahaan tidak selalu mendapat laba. Kondisi ini tentu perlu didiskusikan dengan pemasok. Perusahaan mendapatkan uang dalam bentuk dolar dan melakukan pembayaran dalam bentuk rupiah. Keterbukaan dalam kemitraan akan sangat berguna untuk meminimalkan kerugian. 3. Kualitas Bahan Baku (Pasokan) Kriteria ketiga adalah kualitas. Terdapat berbagai pertimbangan mengapa
kualitas
ditempatkan
pada
kriteria
ketiga.
Salah
satu
pertimbangannya adalah proses penanganan yang berlangsung cepat. Pemahaman nelayan, petambak, pemasok, serta perusahaan dapat dikatakan sama terkait penanganan komoditi udang atau ikan kakap setelah dipanen atau
diangkat
dari
laut.
Nelayan
yang
melaut
biasanya
sudah
mempersiapkan box yang digunakan untuk menyimpan ikan yang telah ditangkap. Selain itu, nelayan juga mempersiapkan es untuk menjaga kesegaran ikan sehingga kondisi ikan ketika sampai di darat tetap terjaga. Setelah sampai di pelabuhan, nelayan yang sudah mencapai kesepakatan dengan pemasok segera memindahkan ikan-ikan yang telah mereka tangkap ke penampungan pemasok. Pemasok yang intensif melakukan komunikasi dengan perusahaan segera mengirim ikan yang telah dikumpulkannya dari nelayan ke pabrik untuk segera diproses. Proses perpindahan yang cepat ini membuat kualitas ikan terjaga, sehingga standar yang ditetapkan perusahaan dapat dipenuhi. Ada kalanya ikan yang masuk mengalami kerusakan. Kondisi ini membuat perusahaan malakukan negosiasi dengan pemasok. pilihan yang diberikan adalah ikan akan dikembalikan atau tetap dibeli perusahaan dengan harga yang rendah.
b. Kesepakatan Kontraktual Sistem bisnis yang baik adalah sistem bisnis yang memiliki fungsi optimal diantara pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Dalam rantai pasok
29
seafood ini, terdapat beberapa fungsi yang perlu ditangani oleh pihak-pihak yang kompeten. Dimulai dari nelayan yang melakukan penangkapan dengan metode dan aturan yang sesuai, sehingga hasil tangkapan dapat diterima perusahaan dan tidak melanggar undang-undang yang berlaku. Nelayan perlu melakukan kesepakatan dengan pihak yang memberi izin untuk menangkap ikan. Secara umum nelayan wajib memiliki kartu kapal dan izin penangkapan yang diterbitkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan, sehingga terjadi kesepakatan kontraktual yang memiliki jangka waktu berlaku. Hubungan antara nelayan dengan pemasok sebagian besar belum terjadi kesepakatan kontraktual. Umumnya setiap nelayan menawarkan ikan hasil tangkapannya kepada semua pemasok yang sudah menanti di pelabuhan. Selain itu, ada juga nelayan yang memiliki keterikatan dengan pemasok. Biasanya, kondisi ini terjadi apabila pemasok memberi permodalan kepada nelayan untuk berlayar, dengan catatan ikan yang diperolehnya harus diberikan ke pemasok tersebut. Pemasok yang telah memperoleh ikan kemudian menawarkannya kepada perusahaan. Pemasok umumnya sudah mengetahui ikan apa saja yang diminati oleh perusahaan. Perusahaan tidak menerima semua jenis ikan, sehingga pemasok pun biasanya hanya membeli beberapa jenis ikan tertentu. Di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong, kabupaten Lamongan, pemasok besar biasanya hanya menyuplai ke satu perusahaan. Terdapat empat perusahaan besar yang bersaing untuk memperoleh ikan di TPI tersebut. Masing-masing perusahaan memiliki satu pemasok besar yang membeli ikan jenis tertentu. Sebagian besar ikan yang diperoleh di TPI ini adalah ikan kakap. Meskipun pemasok tampak begitu loyal ke perusahaan, tidak ada kesepakatan kontraktual yang terjadi antara kedua belah pihak, yaitu perusahaan dengan pemasok. Ikatan kepercayaan menjadi modal utama keberlangsungan kerjasama ini. PT. Kelola Mina Laut akan membantu apabila pemasok mengalami kesulitan finansial serta mengajak pemasok untuk berunding bersama apabila
30
keduanya belum menemui kecocokan harga. Hal inilah yang membuat kesetiaan timbul meskipun tidak ada kesepakatan kontraktual. Kesepakatan kontraktual pada dasarnya membantu kinerja masingmasing pihak. Adanya kesepakatan kontraktual akan membuat masing-masing pihak dapat menjalankan fungsinya dan saling bekerja sama dengan baik. Untuk komoditi udang, terjadi kesepakatan antara pemasok dengan perusahaan. Komoditi udang yang sebagian besar berasal dari tambak dapat dipantau perkembangannya, sehingga perusahaan dapat menentukan spesifikasi udang yang ingin dibelinya. Di dalam kesepakatan antara pemasok dengan perusahaan, hal-hal yang tercantum antara lain: 1. Spesifikasi (jenis dan ukuran). 2. Jumlah (kuantitas). 3. Waktu kedatangan. 4. Harga. Beberapa aspek yang dapat dicapai melalui kerjasama tersebut antara lain: 1. Meningkatkan rantai nilai. Adanya kerjasama dalam hal kesepakatan kontraktual akan membuat keterbatasan yang dimiliki salah satu pihak ditutupi oleh pihak lain, sehingga hasil akhir yang diperoleh memiliki nilai jual yang lebih tinggi. 2. Meningkatkan jejaring pasar atau akses pasar. Artinya, semakin tinggi rantai nilai yang diperoleh, semakin luas pasar yang dapat dimasuki. 3. Menciptakan jaminan produksi dan pasokan dari mitra. Adanya kesepakatan kontraktual membuat mitra telah sepakat menyediakan barang sesuai dengan spesifikasi dan kapasitas yang telah ditentukan. 4. Mengakselerasi pertumbuhan bisnis. Keadaan pasokan yang stabil akan membuat kepercayaan perusahaan untuk menerima permintaan pembeli semakin tinggi. Hal ini secara langsung akan mengembangkan bisnis yang sudah ada.
31
c. Sistem Transaksi Sistem transaksi yang terjadi dalam rantai pasok seafood cukup bervariasi mulai dari hulu hingga hilir. Ikan yang ditangkap oleh nelayan di TPI Brondong dibagi berdasarkan jenis ikan. Selanjutnya nelayan memilih juru bicara, biasa disebut marketing, yang menjadi perantara antara nelayan dengan pemasok. Marketing adalah pihak luar nelayan yang akan memperoleh komisi dari hasil penjualan ikan kepada pemasok. Umumnya, seorang marketing bekerja untuk beberapa nelayan di tempat pelelangan. Marketing telah mengenal banyak pemasok dan mengetahui jenis ikan yang dibutuhkan masing-masing pemasok. Nelayan akan menghubungi marketing ketika nelayan menepi ke pelabuhan dan menginformasikan jenis ikan yang ditangkap. Marketing kemudian menghubungi pemasok yang membutuhkan jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan tersebut. Pemasok tidak serta merta melakukan negosiasi saat itu juga. Pemasok biasanya menunggu nelayan membongkar kapalnya untuk mengetahui kualitas ikan yang ditangkap. Setelah itu, negosiasi terjadi antara pemasok dengan marketing. Apabila tercapai kesepakatan, pemasok biasanya melakukan pembayaran secara tunai (cash). Adakalanya pemasok mengalami kesulitan finansial. Namun hal ini bisa ditolerir oleh nelayan untuk menunda pembayaran dan membayar beberapa persen terlebih dahulu. Cara pembayaran yang terjadi antar anggota rantai pasok seafood dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Cara pembayaran yang terjadi antar anggota rantai pasok seafood Komoditi Ikan Kakap
Udang
Pihak yang Melakukan Transaksi
Pembayaran
Pemasok – Nelayan
Cash / Tunai
Perusahaan – Pemasok
2-3 minggu setelah penerimaan
Importir – Perusahaan
2-3 bulan setelah penerimaan
Pemasok – Petambak
Cash / Tunai
Perusahaan – Pemasok
2-3 minggu setelah penerimaan
Importir – Perusahaan
2-3 bulan setelah penerimaan
32
Dalam prakteknya, tidak semua nelayan menangkap ikan secara langsung. Terkadang nelayan besar membeli ikan dari nelayan kecil yang bermukim di pulau-pulau kecil sebelah utara pulau Jawa. Transaksi pembayaran antara pemasok dengan perusahaan terjadi secara kredit. Pada tahap ini, PT. Kelola Mina Laut melakukan pembayaran beberapa minggu (rata-rata dua minggu) setelah PT. Kelola Mina Laut menerima bahan baku dari pemasok. Jangka waktu ini tergolong sedang karena pada umumnya perusahaan lain melakukan hal serupa, bahkan ada yang mencapai tiga minggu – satu bulan. Hal ini sama sama seperti yang dilakukan perusahaan terhadap petambak intensif. Pembayaran kepada petambak intensif juga dilakukan sekitar dua minggu setelah bahan baku diterima.
d. Perencanaan Produksi Kondisi bahan baku yang bersifat musiman mendorong PT. Kelola Mina Laut untuk mengatur arus barang dengan baik. Pasokan bahan baku akan sangat melimpah pada kondisi musim ikan atau udang, dan terbatas pada kondisi tidak musim ikan atau udang. Hasil tangkap nelayan akan berkurang pada musim ikan bertelur. Selanjutnya, tangkapan akan melimpah empat hingga enam bulan selanjutnya setelah telur-telur ikan tersebut tumbuh menjadi ikan yang besar. Kondisi yang sama juga terjadi dalam pasokan bahan baku udang. Selama tahun 2009, dari 5.600 ton total pasokan udang PT. Kelola Mina Laut, 2.300 ton diantaranya berasal dari petambak tradisional. Nilai ini mencapai 40% dari total pasokan. Grafik penerimaan bahan baku udang PT Kelola Mina Laut di tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 9.
33
Gambar 9. Volume Penerimaan Udang PT. Kelola Mina Laut Tahun 2009
Berdasarkan Gambar 9 diatas, dapat diketahui bahwa pasokan udang selama bulan Juli hingga Agustus sangat banyak. Hal ini dikarenakan petambak tradisional melakukan panen raya sebelum melakukan pembalikan tambak. Pada saat ini, perusahaan memperoleh udang dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga normal pada bulan Januari hingga Mei. Tantangan bagi perusahaan adalah bagaimana mengolah semua bahan baku agar tidak terjadi kerugian akibat penurunan kualitas bahan baku karena tidak mendapat penanganan secara cepat. Karyawan produksi di PT. Kelola Mina Laut bekerja enam hari dalam satu pekan. Hal ini berarti hari kerja efektif dalam satu bulan adalah 28 hari. Selama Januari hingga Mei, rata-rata penerimaan bahan baku udang adalah 530 ton per bulan. Rata-rata bahan baku yang diolah dalam satu hari mencapai 19 ton. Kapasitas produksi normal PT. Kelola Mina Laut adalah 20 ton perhari. Selama bulan Juli hingga Agustus, penerimaan bahan baku rata-rata mencapai 25 ton perhari. Terkadang, udang yang diterima mencapai 30 ton dalam satu hari. Menghadapi situasi ini, PT. Kelola Mina Laut menerapkan kebijakan sistem lembur pada hari Minggu. Selain itu, bahan baku yang belum diolah
34
akan ditimbun dan dijaga dari kerusakan menggunakan tumpukan es. Maksimal jumlah penimbunan yang diperbolehkan adalah 5 ton perhari. Berdasarkan Gambar 9, dapat diketahui pula bahwa pasokan udang selama bulan September hingga Desember sangat sedikit. Hal ini disebabkan petambak tradisional melakukan pembalikan lahan tambak guna me-recover nutrisi tambak, sehingga pada penebaran selanjutnya udang dapat tumbuh dengan baik. Rata-rata penerimaan udang pada bulan tersebut adalah 11 ton dalam satu hari. PT. Kelola Mina Laut menerapkan kebijakan penggunaan karyawan borongan, yaitu menggaji karyawan berdasarkan perolehan kerja mereka (Rp/kg). Penerapan sistem ini mampu memberi efisiensi biaya, namun kelemahannya adalah perusahaan akan sering melepas dan merekrut karyawan sesuai kebutuhan produksi. Selain itu, perusahaan perlu memberikan pelatihan terhadap karyawan baru agar sistem produksi dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan.
e. Jaringan Bisnis Sebagai salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang ekspor produk seafood, PT. Kelola Mina Laut memiliki jaringan dengan banyak pemasok komoditi seafood dari berbagai daerah. PT. Kelola Mina Laut menerapkan kebijakan suplai dari cabang / unit yang tergabung dalam KML Group pada beberapa daerah. Misalnya untuk daerah Rembang, PT. Kelola Mina Laut Rembang turut menyuplai bahan baku dengan menjalankan fungsi sebagai pemasok juga. Contoh lainnya adalah penempatan seorang pekerja yang mengawasi dan mengarahkan pemasok di TPI setempat. Hal ini dilakukan guna mengkoordinasikan harga dan kepastian pengiriman ke perusahaan pengolah yang berada di Gresik ataupun di Sidoarjo. Kondisi tersebut terjadi di TPI Brondong, Lamongan. PT. Kelola Mina Laut juga menerapkan sistem outsourcing pada divisi ikan. Menurut Ekawati (2010), sistem outsourcing perlu dilakukan apabila pasokan bahan baku tidak memenuhi target penerimaan. PT. Kelola Mina Laut menerima produk setengah jadi melalui sistem outsourcing. Komoditi yang ditangkap dari laut tanpa diolah lebih lanjut langsung dibekukan lalu dikirim ke 35
PT. Kelola Mina Laut. Produk setengah jadi ini akan diolah menjadi produk yang siap untuk dijual.
f. Dukungan Kebijakan Instansi pemerintah merupakan pihak yang berwenang dalam menentukan kebijakan terkait perikanan dan budidaya. Lembaga pemerintah yang terkait langsung adalah Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). DKP menetapkan kebijakan terkait daerah penangkapan, jenis ikan yang boleh ditangkap, serta regulasi mengenai alat tangkap yang digunakan. Nelayan yang mampu memenuhi persyaratan tersebut akan diberi izin untuk menangkap ikan. Ikan yang akan diolah oleh perusahaan manufaktur membutuhkan surat keterangan dari DKP sebelum produk hasil olahan ikan tersebut diekspor. Beberapa isi dari keterangan tersebut antara lain menyatakan bahwa ikan yang dijual tersebut ditangkap di perairan Indonesia. Penangkapan ikan tidak dilakukan secara ilegal karena dapat merusak lingkungan. Peran lain DKP adalah menyediakan sarana pelelangan ikan, sehingga penjualan ikan dari nelayan dapat dipusatkan di satu titik. Hal ini akan membuat pihak-pihak yang berkepentingan mudah menemukan dan memperoleh ikan yang dibutuhkan dalam volume yang besar. Situasi yang berbeda terjadi di pertambakan. DKP menentukan peraturan terkait batas pemberian antibiotik sehingga udang tidak tercemar bahan kimia berbahaya. Selain itu, DKP juga membantu dalam hal administrasi apabila ada perusahaan yang hendak mengekspor produk hasil olahan udang ke luar negeri. Peranan
lembaga
pemerintah
dianggap
masih
kurang
untuk
mendukung kinerja perusahaan. Adapun peran yang dapat membantu perusahaan adalah pendataan perolehan bahan baku, baik ikan maupun udang untuk tiap-tiap daerah. Pendataan ini perlu dilakukan secara kontinu sehingga perusahaan dapat memperoleh data terkini dan dapat lebih mudah dalam menetapkan kebijakan dan strategi untuk meningkatkan daya saing perusahaan. 36
3. Sumber Daya Rantai a. Fisik Sumber daya fisik yang termasuk dalam rantai pasok seafood meliputi lahan pertambakan, area perairan laut terbuka yang legal, kondisi jalan, sarana transportasi, sarana dan prasarana pengangkutan, serta infrastruktur lain seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI), pelabuhan perikanan, dan pelabuhan barang. Lahan pertambakan sangat dibutuhkan untuk budidaya udang. Lokasi pertambakan yang baik adalah tambak air payau yang dekat dengan laut. Di lokasi ini udang tumbuh dengan baik. Daerah pertambakan yang berpotensi meliputi daerah Lampung, Pulau Jawa, hingga Nusa Tenggara. Pada daerahdaerah tersebut tambak udang umumnya masih diolah secara tradisional. Namun secara kapasitas, tambak intensif lebih menghasilkan banyak udang dibandingkan tambak tradisional (Marindro, 2010). Sumberdaya selanjutnya adalah area perairan laut tempat nelayan menangkap ikan. Indonesia memiliki perairan laut yang luas tetapi tidak semua perairan laut tersebut dapat ditemukan ikan kakap. Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, yaitu bertubuh ramping, sirip dan ekor seperti kipas, menunjukkan bahwa ikan kakap hidup di perairan yang tenang. Perairan tenang di Indonesia dapat ditemukan di Selat Malaka, Laut Jawa, dan Selat Makassar. Lain halnya dengan ikan yang hidup di perairan berarus deras (samudera) seperti ikan tuna. Ciri-ciri fisik tubuhnya antara lain runcing dan memiliki sirip serta ekor yang lancip. Ikan seperti ini hidup di daerah Samudera Hindia dan Samudera Pasifik hingga Kepulauan Maluku. Luasnya area ini membuat Indonesia menjadi negara yang melimpah akan bahan baku perikanan (Anonim, 2010). Kondisi jalan merupakan faktor penting yang perlu dioptimalkan agar aliran distribusi dapat berjalan dengan baik. Wilayah pengadaan PT. Kelola Mina Laut sebagian besar berada di jalur pantai utara jawa (pantura) seperti Jakarta, Cirebon, Rembang, Jepara, Tuban, Brondong hingga Banyuwangi. Adapun satu daerah yang menyuplai ikan arus deras seperti ikan tuna adalah daerah pantai selatan, yaitu Probolinggo. Berdasarkan asal pasokan bahan baku tersebut, jalan yang dilalui merupakan jalanan besar, yaitu jalan utama Pulau Jawa yang kondisinya dapat dikatakan baik. Keberadaan SPBU pada titik-titik 37
tertentu jalan yang dilalui kendaraan pengangkut juga mempengaruhi kelancaran pengiriman. Fungsinya adalah sebagai tempat pengisian bahan bakar kendaraan pengangkut bahan baku. Sarana transportasi yang tersedia dapat dikatakan layak. Mobil bak terbuka digunakan untuk mengirim komoditi dari daerah yang dekat seperti Brondong , Tuban, Gresik, dan Sidoarjo. Kapasitas angkut mobil bak terbuka ini mencapai dua ton. Ikan yang diangkut menggunakan mobil ini dijaga kesegarannya dengan menambahkan serpihan es untuk mencegah pertumbuhan mikroba. Sedangkan untuk pengangkutan udang, biasanya udang dimasukkan ke dalam tong yang didalamnya ditambahkan serpihan es lalu diangkut menggunakan mobil. Dari daerah tersebut, transportasi biasanya membutuhkan waktu satu sampai dua jam untuk tiba di lokasi pabrik PT. Kelola Mina Laut di Gresik. Untuk daerah di luar Jawa Timur ataupun daerah Jawa Timur yang membutuhkan lama perjalanan lebih dari lima jam, biasanya ikan atau udang diangkut menggunakan truk. Kapasitas angkut truk mencapai tujuh hingga delapan ton ikan atau udang dalam satu kali pengangkutan. Prasarana lain yang dibutuhkan adalah kontainer berpendingin. Hal ini disebabkan distribusi komoditi dan produk seafood memerlukan penerapan cold chain. PT. Kelola Mina Laut menggunakan jasa kontainer untuk mengirim produknya ke negara lain. Setelah produk dimasukkan dari cold storage ke kontainer, produk akan terjaga kesegarannya. Hal ini dikarenakan suhu di dalam kontainer dapat di set hingga -20o C. Di dalam kontainer inilah produk akan menetap mulai dari pengiriman, penetapan di pelabuhan, pelayaran, hingga diterima oleh pembeli di negara tujuan. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan pelabuhan perikanan memiliki fungsi yang penting dalam distribusi komoditi perikanan laut. Di tempat inilah nelayan melakukan transaksi dengan pemasok. Keberadaan TPI mampu menginisiasi masyarakat sekitar untuk bekerja di tempat tersebut dengan berbagai profesi seperti: - Penjual es - Jasa pengangkutan ikan - Jasa penyeleksian ikan 38
- Jasa penjualan ikan TPI merupakan lokasi di bawah kewenangan pemerintah dalam hal operasionalnya. Fungsi TPI sebenarnya dapat lebih ditingkatkan sehingga berbagai pihak dapat memperoleh keuntungan. Hal pertama adalah peningkatan kebersihan dan pembangunan sarana yang diperlukan seperti meja sortir agar nelayan yang datang tidak meletakkan ikannya secara sembarangan di lantai. Hal ini tentunya akan meningkatkan kualitas komoditi perikanan dan meminimalkan terjadinya loss akibat banyaknya ikan yang tercecer. Hal kedua adalah meningkatkan fungsi pendataan. Setiap ikan yang datang perlu didata oleh tiap daerah yang memiliki TPI terkait jenis ikan dan jumlah ikan yang ditangkap. Demudian data tersebut di-upload
dalam bentuk data statistik
sehingga perusahaan maupun pihak lain yang membutuhkan data tersebut dapat terfasilitasi. Fungsi ini memang sudah dijalankan oleh beberapa TPI, namun data yang ada terkadang berupa data lama sehingga akurasinya kurang tepat. Pelabuhan barang juga menjadi hal yang perlu diperhatikan guna memperlancar distribusi produk ke konsumen. Penanganan selama barang berada di pelabuhan, hingga intensitas pengiriman perlu menjadi perhatian perusahaan. Saat ini, produk yang diproses di PT. Kelola Mina Laut Gresik diekspor melalui pelabuhan barang yang berada di Surabaya. Pelabuhan ini merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia.
b. Teknologi Teknologi merupakan faktor yang mendukung terciptanya produk yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan daya saing perusahaan. Teknologi dalam rantai pasok seafood diterapkan mulai hulu hingga hilir meskipun masih sederhana. Nelayan memiliki sensor yang dapat mengetahui keberadaan ikan. Ikan yang biasanya berkumpul akan mudah diidentifikasi oleh nelayan. Selanjutnya nelayan memasang pancing sehingga ikan-ikan tersebut tertangkap. Setelah menaikkan ikan ke dalam kapal, ikan disimpan dalam pendingin.
39
Sebagian besar nelayan tidak memiliki teknologi penyimpanan yang modern. Penyimpanan hanya dilakukan dalam box besar yang ditambahkan es didalamnya, lalu ditutup rapat. Pengiriman dari pemasok ke perusahaan dapat dikatakan sederhana. Hanya beberapa pemasok saja yang mengirim bahan bakunya
menggunakan
truk
kecil
berpendingin,
pemasok
lainnya
menggunakan mobil bak terbuka atau truk yang didalamnya, ikan dilapisi es dan ditutup rapat untuk menjaga kesegarannya. Penanganan udang juga sama seperti ikan kakap. Perbedaannya ada pada bagian penangkapan dengan budidaya. Budidaya tradisional dilakukan dengan menggunakan teknologi yang sangat sederhana. Adapun teknologi yang digunakan adalah penggunaan pompa untuk mengisi dan menguras tambak. Untuk tambak intensif, teknologi penanganan air input hingga penanganan pengolahan limbah dikelola dengan baik. Selain itu diterapkan pula teknologi-teknologi yang menunjang pertumbuhan udang seperti pencahayaan, pergerakan air, hingga salinitas air tempat udang dibudidayakan. Setelah kedua bahan baku masuk ke pabrik, bahan baku diolah menggunakan teknologi yang baik sehingga faktor keamanan dapat terjaga. Teknologi yang digunakan di perusahaan untuk mengolah ikan kakap antara lain ruang pengolahan yang steril dan bersuhu rendah, mesin pengasapan, Air Blast Freezer, mesin pengemas vakum, dan cold storage. Dalam pengolahan udang, digunakan mesin sortir ukuran, mesin pemasak uap, mesin Individually Quick Frozen (IQF), dan Cold Storage. Pengiriman ke luar negeri dilakukan menggunakan kontainer yang suhu internalnya dapat di set. Biasanya suhu dijaga agar tidak lebih tinggi dari -200C.
c. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang terlibat dalam rantai pasok seafood ini jumlahnya sangat banyak. Didalam internal PT. Kelola Mina Laut Gresik, terdapat lebih dari 2000 pekerja yang terdiri dari pekerja borongan dan pekerja harian. Pekerja-pekerja tersebut berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur. Sebagian besar berasal dari daerah Gresik sendiri. Daerah lainnya antara lain
40
Lamongan, Tuban, Surabaya, dan Sidoarjo. Adanya peluang bagi perusahaan untuk berkembang, akan menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja. Di luar lingkungan perusahaan, terdapat kurang lebih dari 100.000 nelayan, baik kecil maupun besar, dan sekitar 500 pemasok yang bekerja sama dalam pendistribusian ikan ke PT. Kelola Mina Laut. Sedangkan untuk menjaga pasokan udang, PT. Kelola Mina Laut bekerjasama dengan sekitar 50.000 petambak, baik tradisional maupun modern (intensif). Selain itu, sumber daya manusia juga dibutuhkan dalam pengolahan transportasi untuk mengirim barang, baik dari pemasok ke perusahaan ataupun dari perusahaan ke pembeli. Berdasarkan keterangan tersebut terlihat bahwa bisnis seafood membutuhkan banyak sumber daya manusia dalam pengelolaannya.
B. KINERJA RANTAI PASOK Rantai pasok merupaka aspek penting yang perlu diperhatikan perusahaan untuk mengetahui keberhasilan distribusi barang yang akan ataupun yang telah diproses. Baik buruknya tingkat keberhasilan distribusi barang serta pengaruhnya terhadap anggota rantai dapat dilihat dari kinerja rantai pasok barang yang bersangkutan. Aspek yang dapat diukur untuk menentukan kinerja rantai pasok antara lain aspek reliabilitas, aspek responsivitas, dan aspek biaya. Supply Chain Operation References (SCOR) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok. Dalam metode SCOR, terdapat beberapa atribut yang menjadi perhatian, antara lain reliabilitas, responsivitas, fleksibilitas, biaya, dan aset rantai pasok. Atribut yang digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok pembelian di PT. Kelola Mina Laut adalah reliabilitas rantai pasok, responsivitas rantai pasok, dan biaya rantai pasok.
1. Reliabilitas Rantai Pasok Atribut reliabilitas menggambarkan seberapa baik pemasok memenuhi pesanan yang datang dari pembeli. Dalam metode SCOR, metrik level satu untuk atribut ini adalah pemenuhan pesanan sempurna. Untuk mengetahui nilai dari metrik level satu, dapat dilakukan analisis serta penilaian terhadap metrik level dua. Terdapat empat metrik di level dua ini, antara lain: 41
1. Persentase pesanan terkirim penuh. Merupakan persentase pasokan yang sesuai dengan pesanan, baik dalam hal spesifikasi maupun jumlah atau kuantitas. Metrik ini dijabarkan menjadi metrik level tiga, yaitu: a. Akurasi barang terkirim b. Akurasi jumlah barang 2. Waktu kedatanganMerupakan kemampuan pemasok mendatangkan barang pada waktu dan tempat yang sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat. Metrik ini dijabarkan menjadi metrik level tiga, yaitu: a. Ketepatan waktu penerimaan b. Ketepatan lokasi penerimaan 3. Kondisi sempurna. Merupakan keadaan barang ketika barang sampai di perusahaan, meliputi kerusakan ataupun cacat lain. Selain itu, perlu diberikan jaminan pengembalian bagi barang yang rusak sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Metrik ini dibagi menjadi dua metrik di level tiga, yaitu: a. Bebas kerusakan b. Jaminan pengembalian 4. Dokumentasi akurat. Merupakan ketepatan dan keaslian dokumen barang yang dikirim meliputi dokumentasi barang pada saat pengiriman, dan dokumentasi uang saat pembayaran. Metrik ini dibagi menjadi dua metrik level tiga, yaitu: a. Akurasi dokumen pengiriman b. Akurasi dokumen pembayaran Struktur hirarki atribut reliabilitas dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Struktur Hirarki Kinerja Reliabilitas Rantai Pasok 42
Nilai atribut reliabilitas ditunjukkan oleh nilai metrik level satu, yaitu pemenuhan pesanan sempurna. Untuk usaha skala UKM, biasanya tidak dilakukan breakdown. Hal ini berarti hanya ada metrik level satu, tidak ada metrik level dua. Hal ini terjadi karena sistem bisnisnya masih sederhana. Perhitungan dilakukan dari level yang paling rendah, yaitu level tiga. Untuk menentukan nilai level tiga, diberikan penilaian secara langsung sebagai nilai awal berdasarkan kinerja pemasok. Masing-masing metrik level tiga kemudian diberi bobot oleh pakar. Pakar yang memberi bobot adalah manajemen tingkat atas perusahaan. Selanjutnya, untuk memeroleh nilai dari salah satu metrik level dua, dilakukan perkalian antara nilai metrik level tiga (nilai awal) dengan bobot masing-masing metrik level tiga. Nilai tersebut kemudian dijumlahkan untuk menemukan nilai metrik level dua. Sebagai contoh adalah menentukan nilai metrik persentase pesanan terkirim penuh pada kinerja reliabilitas pembelian ikan kakap. Metrik level tiga yang berpengaruh adalah akurasi barang terkirim dan akurasi jumlah barang, dengan masing-masing bobot 0,2 dan 0,8 (apabila dijumlahkan, nilainya adalah 1). Nilai awal dari kedua metrik level tiga tersebut adalah 98 dan 90, maka nilai dari metrik persentase pesanan terkirim penuh adalah : (0,2 x 98) + (0,8 x 90) = 91,6 Selanjutnya menggunakan cara yang sama, dilakukan agregasi metrik level dua untuk memperoleh nilai dari metrik level satu. Masing-masing dari metrik level dua yang telah diberi bobot oleh pakar, dikalikan dengan nilai masingmasing metrik level dua (hasil agregasi metrik level tiga). Hasil akhirnya adalah nilai metrik level satu. Nilai akhir inilah yang menjadi acuan bagi perusahaan untuk mengetahui kinerja atribut reliabilitas rantai pasoknya. Selanjutnya, perusahaan dapat membandingkannya dengan standar yang telah dijadikan acuan untuk mengetahui pencapaian kinerja atribut ini (Monczka et al, 2002). Rentang nilai yang diberikan adalah 0 – 100, dengan klasifikasi seperti pada Tabel 8.
43
Tabel 8. Standar Penilaian Kinerja Pemasok Nilai Kinerja
Kriteria
95-100
Sangat Baik
(Excellent)
90-94
Baik
(Above Average)
80-89
Sedang
(Average)
70-79
Kurang
(Below Average)
60-79
Sangat Kurang
(Poor)
< 60
Buruk
(Unacceptable)
a. Reliabilitas Rantai Pasok Ikan Kakap Perhitungan reliabilitas rantai pasok ikan kakap diawali dengan memasukkan input nilai metrik level tiga beserta pembobotannya. Metrik level dua persentase pesanan terkirim sempurna memiliki nilai awal yang tinggi. Hal ini dikarenakan kesalahan pengiriman terkait jenis dan jumlah barang sangat kecil. Pemasok umumnya sudah memahami jenis-jenis ikan yang diterima perusahaan dan jumlah minimal pengiriman ke perusahaan. Nilai untuk metrik ini adalah 91,6. Metrik level dua waktu kedatangan dan kondisi sempurna juga memiliki nilai awal yang tinggi. Pemasok biasanya dapat melakukan pengiriman sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Selain itu, hanya sedikit bahan baku yang mengalami kerusakan. Hal ini menunjukkan bahwa bahan baku yang dibawa masih segar sesuai dengan kebutuhan pabrik. Nilai kedua metrik ini adalah 90 dan 97,2. Metrik dokumentasi akurat memiliki nilai terrendah dibandingkan metrik level dua lainnya, yaitu 88. Namun hal ini tidak memberi pengaruh yang besar karena bobot metrik ini sangat kecil dibandingkan dengan bobot ketiga metrik level dua lainnya, yaitu hanya 0,1 dari nilai keseluruhan 1. Perhitungan kinerja atribut reliabilitas pembelian ikan kakap dapat dilihat pada Tabel 9.
44
Tabel 9. Kinerja Atribut Reliabilitas Purchasing Ikan Kakap Atribut
Metrik level tiga
RELIABILITAS
Akurasi Barang Terkirim (0,2) Akurasi Jumlah Barang (0,8) Ketepat an Waktu Penerima an (0,9) Ketepat an Lokasi Penerimaan (0,1) Bebas Kerusakan (0,9) Jaminan Pengembalian (0,1) Akurasi Dokumentasi Pengiriman (0,6) Akurasi Dokumentasi Pembayaran (0,4)
Nilai Awal
Nilai Metrik Level tiga
98
19,6
90
72
90
81
90
98
Nilai Metrik Level dua
% Pesanan Terkirim Penuh (0,4)
36,64
Waktu Kedatangan (0,2)
18
Metrik level satu
Nilai Metrik Level satu
Pemenuhan Pesanan Sempurna
92,6
9
88,2
90
9
90
54
85
Metrik level dua
Kondisi Sempurna (0,3)
29,16
Dokumentasi Akurat (0,1)
8,8
34
Selanjutnya dari keempat metrik level dua yang telah ditentukan bobotnya oleh pakar, diagregasi untuk menentukan nilaimetrik level satu. Nilai metrik level satu untuk atribut reliabilitas ikan kakap adalah 92,6. Apabila dibandingkan dengan standar penilaian kinerja pemasok, nilai ini tergolong 45
baik. Artinya telah tercipta kinerja yang baik dalam hal pemenuhan pesanan. Nilai ini masih dapat ditingkatkan menjadi sangat baik.
b. Reliabilitas Rantai Pasok Udang Sama seperti perhitungan reliabilitas rantai pasok ikan kakap, perhitungan reliabilitas udang dilakukan dengan memberi nilai awal pada metrik level tiga serta memberikan bobot untuk masing-masing metrik. Dibandingkan dengan reliabilitas rantai pasok ikan kakap, reliabilitas rantai pasok udang cenderung lebih rendah. Pada metrik level dua persentase pesanan terkirim penuh dan dokumentasi akurat, nilainya lebih kecil yaitu 77,5 dan 79. Hal ini dikarenakan barang yang dikirim pemasok terkadang kurang sesuai dengan spesifikasi yang diminta PT. Kelola Mina Laut. Masih ada pemasok yang pasokannya memiliki ukuran beragam. Misalnya saja PT. Kelola Mina Laut meminta udang dengan size 40 (dalam satu kilo terdapat 40 ekor udang) namun pasokan yang dikirim terdiri dari berbagai size, yaitu antara size 30 sampai size 50, sehingga saat dilakukan pengukuran, size yang terukur adalah size 40. Nilai dari metrik waktu kedatangan dapat dikatakan baik, yaitu 85,5. Hal ini dikarenakan sebagian besar pemasok berasal dari daerah sekitar lokasi perusahaan yaitu Gresik, Lamongan, dan Sidoarjo. Metrik level dua kondisi sempurna juga menunjukkan nilai yang baik, yaitu 84. Hal ini berarti sebagian besar udang yang datang berada dalam kondisi yang baik. Secara keseluruhan, akumulasi kinerja reliabilitas rantai pasok udang memiliki nilai 81,275. Nilai ini menunjukkan bahwa kinerja reliabilitas rantai pasok udang PT. Kelola Mina Laut masih biasa saja. Nilai ini perlu untuk ditingkatkan karena masih jauh dari sangat sempurna (excellent). Perhitungan kinerja atribut reliabilitas pembelian udang dapat dilihat pada Tabel 10.
46
Tabel 10. Kinerja Atribut Reliabilitas Purchasing Udang Atribut
Metrik level tiga
RELIABILITAS
Akurasi Barang Terkirim (0,5) Akurasi Jumlah Barang (0,5) Ketepatan Waktu Penerimaan (0,9) Ketepatan Lokasi Penerimaan (0,1) Bebas Kerusakan (0,8) Jaminan Pengembalian (0,2) Akurasi Dokumentasi Pengiriman (0,6) Akurasi Dokumen tasi Pembayaran (0,4)
Nilai Awal
Nilai Metrik Level tiga
75
37,5
80
40
85
76,5
90
85
Nilai Metrik Level dua
% Pesanan Terkirim Penuh (0,35)
27,125
Waktu Kedatangan (0,2)
17,1
Metrik level satu
Nilai Metrik Level satu
Pemenuhan Pesanan Sempurna
81,275
9
68
80
16
75
45
85
Metrik level dua
Kondisi Sempurna (0,3)
25,2
Dokumentasi Akurat (0,15)
11,85
34
47
2. Responsivitas Rantai Pasok Atribut
responsivitas
merupakan
salah
satu
atribut
yang
menjadi
pertimbangan dalam mengukur kinerja rantai pasok pada metode SCOR. Atribut ini menggambarkan kemampuan pihak yang terlibat didalamnya memberikan pelayanan terkait waktu, sehingga barang yang dikirim masih terjaga (untuk bahan yang mudah rusak) dan pembeli dapat memproses atau mengkonsumsi barang yang kondisinya masih baik. Sama halnya dengan atribut reliabilitas, atribut responsivitas komoditi seafood dibagi menjadi tiga level. Metrik level satu adalah waktu siklus pemenuhan pesanan, yaitu waktu yang dibutuhkan dalam satu kali siklus pemenuhan pesanan. PT. Kelola Mina Laut jarang melakukan pesanan dalam jumlah tertentu melihat ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman. PT. Kelola Mina Laut cenderung menerima perolehan ikan dari nelayan yang sebelumnya dikumpulkan oleh pemasok. Melihat kondisi tersebut, pengukuran atribut ini akan mengarah kepada waktu yang diperlukan oleh nelayan dan pemasok untuk memperoleh bahan baku hingga pengiriman bahan baku ke perusahaan dalam satu siklus, sehingga bahan baku tersebut sampai di perusahaan masih dalam keadaan yang baik. Standar yang dijadikan acuan adalah umur simpan komoditi perikanan berdasarkan suhu penyimpanan. Waktu siklus pemenuhan pesanan dapat dibagi menjadi tiga metrik level dua, antara lain: 1. Waktu siklus source, merupakan waktu yang dibutuhkan nelayan atau petambak untuk memperolah pasokan awal. Waktu ini dibagi lagi menjadi metrik level tiga, yaitu: a. Waktu penjadwalan penangkapan dan pemanenan b. Waktu penangkapan dan pemanenan 2. Waktu siklus make, merupakan waktu yang dibutuhkan pemasok untuk memperoleh barang hingga barang tersebut siap dikirim ke PT. Kelola Mina Laut. Metrik level dua ini dibagi menjadi metrik level tiga yaitu: a. Waktu penjadwalan pengumpulan b. Waktu pengumpulan 48
c. Waktu selang antar pengumpulan d. Waktu penyiapan pengiriman 3. Waktu siklus deliver, merupakan waktu yang dibutuhkan pemasok untuk mengirim barang yang sudah siap hingga barang tersebut sampai di PT. Kelola Mina Laut. Metrik ini dibagi menjadi metrik level tiga, yaitu: a. Waktu pengiriman b. Waktu penerimaan dan verifikasi, Struktur hirarki atribut responsivitas dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Struktur Hirarki Kinerja Responsivitas Rantai Pasok
Pengukuran kinerja atribut responsivitas dilakukan dengan menjumlahkan waktu yang dibutuhkan dari siklus source, make, dan deliver. Data awal sudah berbentuk angka sehingga perhitungan yang dilakukan lebih mudah. Perhitungan dilakukan dua kali, yakni untuk ikan kakap dan udang. Pada metrik level tiga, terdapat beberapa perubahan apabila dibandingkan dengan Gambar 11. Perubahan ini dilakukan untuk menyesuaikan keadaan yang terjadi pada rantai pasok komoditi seafood. a. Responsivitas Rantai Pasok Ikan Kakap Pengukuran kinerja responsivitas rantai pasok ikan kakap dimulai dari pemasukan input pada metrik level tiga, sehingga diperoleh nilai dari metrik level dua. Metrik level dua waktu source 7,25 hari, waktu make 1 hari, dan 49
waktu deliver 0,35 hari untuk satu kali siklus. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan standar umur simpan pada Tabel 11.
Tabel 11. Umur Simpan Komoditi Perikanan Berdasarkan Suhu Suhu 250C
(suhu ruang)
Umur Simpan 1 hari
3 - 50C (lemari es)
7 hari
0 - 30C (es beku/kering)
9 hari
- 200C
30 - 90 hari
(freezer)
Suhu yang digunakan sebagai pembanding adalah suhu simpan menggunakan es beku atau es kering. Menurut Rachmadani (1996), suhu yang dihasilkan es beku berkisar antara 0-30C. Komoditi perikanan yang disimpan pada suhu ini rata-rata kesegarannya dapat bertahan 9 hari. Nilai akhir untuk metrik level satu adalah 8,6 hari hari untuk satu kali siklus. Nilai ini berada sedikit dibawah batas maksimal penyimpanan ikan di suhu beku (0-30C). Waktu penangkapan selama 7 hari merupakan toleransi yang dijadikan acuan bagi nelayan sebagai waktu melaut paling lama. Apabila dalam waktu 7 hari volume tangkapan belum penuh, mau tidak mau nelayan harus segera menepi ke pelabuhan untuk menjual ikan hasil tangkapannya. Kondisi lain yang biasa terjadi adalah nelayan dapat menangkap ikan sesuai kapasitas tangkap kapalnya dalam waktu kurang dari 7 hari. Kesegaran ikan tentu akan lebih segar ketika sampai di pelabuhan. Kondisi ini terjadi pada saat musim ikan, yaitu ketika ikan sudah tumbuh besar dan layak untuk ditangkap. Satu hal yang perlu menjadi catatan adalah tidak semua ikan yang diterima perusahaan adalah hasil penangkapan pada hari pertama. Sebagian besar mungkin ditangkap pada 4 hingga 3 hari terakhir, karena pada 2 hingga 3 hari pertama nelayan menyebarkan pancing untuk menangkap ikan. Hasil perhitungan kinerja responsivitas ikan kakap dapat dilihat pada Tabel 12.
50
Tabel 12. Kinerja Atribut Responsivitas Purchasing Ikan Kakap Atribut
Metrik level tiga
Nilai
Metrik
Nilai
Metrik
Nilai
(hari/
level
(hari/
level
(hari/
siklus)
dua
siklus)
satu
siklus)
Waktu Penjadwal an Penangkapan
RESPONSIVITAS
Waktu Penangkapan Waktu Penjadwalan Pengumpulan Waktu Pengumpulan Waktu Selang Antar Pengumpulan Waktu Penyiapan Pengiriman Waktu Pengiriman Waktu Penerimaan dan Verifikasi
0,25 7
Waktu Siklus
7,25
Source
0,25 Waktu 0,25 0,25
Waktu Siklus
Siklus 1
Pemenu
Make
8,6
han Pesanan
0,25 0,25 0,1
Waktu Siklus
0,35
Deliver
PT. Kelola Mina Laut perlu melakukan langkah-langkah perbaikan guna memperbaiki kinerja ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan pendekatan kepada nelayan dan menghimbau agar waktu melaut dapat dipercepat. Selain itu, PT. Kelola Mina Laut dapat menghimbau kepada pemasok untuk melakukan proses pengumpulan dengan cepat.
b. Responsivitas Rantai Pasok Udang Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk mengetahui nilai responsivitas rantai pasok udang. Akumulasi dari metrik level tiga untuk mengetahui nilai metrik level dua sehingga diperoleh nilai akhir metrik level satu dari penjumlahan nilai metrik level dua. Untuk rantai pasok udang, nilainya adalah 6,85 hari untuk satu kali siklus. Perhitungan kinerja responsivitas rantai pasok udang dapat dilihat pada Tabel 13. Pemasok udang PT. Kelola Mina Laut ada yang berasal dari luar Pulau Jawa, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengirim dapat mencapai dua 51
hari. Namun pemasok ini adalah pemasok dari pertambakan intensif yang dapat memasok udang dalam jumlah besar kapan saja. Dengan kata lain, waktu pemanenan dan waktu selang antar pengumpulan dapat direduksi 1-2 hari dari waktu sebelumnya, sehingga udang yang diterima PT. Kelola Mina Laut tetap terjaga kesegarannya.
Tabel 13. Kinerja Atribut Responsivitas Purchasing Udang Atribut
Metrik level tiga
Waktu Penjadwalan Pemanenan
RESPONSIVITAS
Waktu Pemanenan Waktu Penjadwalan Pengumpulan Waktu Pengumpulan Waktu Selang Antar Pengumpulan Waktu Penyiapan Pengiriman Waktu Pengiriman Waktu Penerimaan dan Verifikasi
Nilai
Metrik
Nilai
Metrik
Nilai
(hari/
level
(hari/
level
(hari/
siklus)
dua
siklus)
satu
siklus)
0,5 2
Waktu Siklus
2,5
Source
0,25 Waktu 0,5 3
Waktu Siklus
Siklus 4
Make
Pemenu
6,85
han Pesanan
0,25 0,25 0,1
Waktu Siklus
0,35
Deliver
Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa waktu siklus paling banyak dihabiskan pada waktu selang antar pengumpulan. Keadaan ini terjadi karena jadwal panen petambak berbeda satu sama lain. Nilai ini dapat direduksi apabila pengumpul dapat mengkoordinasikan dengan baik petambak yang akan panen, sehingga pengumpulan dapat berjalan lebih cepat. Nilai kinerja responsivitas rantai pasok ikan kakap dan udang menunjukkan bahwa pemasok, petambak, maupun nelayan perlu meningkatkan kinerjanya. Kecepattanggapan ini harus diikuti dengan penerapan cara penanganan yang tepat sehingga kualitas bahan baku benar-benar baik. 52
3. Fleksibilitas Rantai Pasok Fleksibilitas di dalam rantai pasok berarti kemampuan pemasok memenuhi permintaan tambahan dari pembeli yang terjadi secara mendadak atau tiba-tiba. Misalnya saja pembeli telah melakukan pesanan dengan spesifikasi, jumlah, serta jangka waktu tertentu. Sebelum deadline yang disepakati tiba, pembeli meminta tambahan volume pesanan. Pemasok tentunya berupaya untuk memenuhi tambahan permintaan tersebut, namun dengan konsekuensi diberi tambahan waktu. Pemasok yang mampu memenuhi tambahan pesanan tersebut dalam waktu yang lebih singkat, dapat dikatakan memiliki fleksibilitas yang lebih baik. Kondisi bahan baku yang bersifat musiman ini menyebabkan pengukuran fleksibilitas tidak dilakukan, karena PT. Kelola Mina Laut tidak pernah melakukan tambahan permintaan secara tiba-tiba. Sistem produksi yang stabil pada industri seafood dimulai dari pabrik pengolah bahan baku. Pemasok pabrik umumnya hanya mengambil ikan ataupun udang dari nelayan dan petambak sehingga tidak memungkinkan apabila diberi target untuk meningkatkan pasokannya.
4. Biaya Rantai Pasok Aspek biaya merupakan aspek penting yang dapat memengaruhi kelancaran aliran barang dan informasi dalam rantai. Biaya yang diukur adalah biaya manajemen rantai pasok nelayan, pemasok, dan perusahaan karena masingmasing pihak akan mengeluarkan biaya guna mendukung kelancaran bisnisnya. Untuk menentukan kinerja atribut ini, biaya dibedakan berdasarkan keadaan lapangan, yaitu biaya nelayan atau petambak, biaya pemasok, dan biaya perusahaan. Berikut adalah penjelasannya: 1. Biaya nelayan atau petambak merupakan biaya yang dikeluarkan oleh nelayan atau petambak untuk menangkap ikan atau memanen udang. Biaya nelayan atau petambak dibagi menjadi tiga komponen utama. a. Biaya melaut bagi nelayan meliputi biaya penyediaan es dan BBM untuk melaut serta biaya perbekalan. Biaya ini dikatakan baik apabila nelayan memperoleh hasil hasil tangkapan sesuai dengan target. Sehingga es dan BBM tidak terbuang dengan sia-sia. 53
b. Biaya pengolahan tambak meliputi biaya pembalikan lahan dan pengairan tambak. Biaya ini dikatakan baik apabila melalui pengolahan ini, tambak dapat menjadi tempat yang dapat menopang kehidupan udang, sehingga udang dapat tumbuh dengan baik. c. Biaya perawatan untuk memperbaiki jaring, mesin, serta kapal. Biaya ini dikatakan baik apabila biaya yang dikeluarkan adalah biaya untuk memperbaiki peralatan / mesin rusak yang digunakan untuk melaut, bukan untuk peralatan / mesin yang rusak karena jarang digunakan. d. Biaya penebaran dan perawatan meliputi biaya untuk memperoleh benih udang dan biaya penyediaan pakan serta perawatan lain untuk membesarkan udang. Biaya ini dikatakan baik apabila petambak memperoleh hasil panen sesuai dengah target (loss akibat kematian dan penyakit rendah). e. Biaya bagi hasil dengan pemilik kapal atau pemilik tambak. Biaya ini dikatakan baik apabila bagi hasil tidak merugikan nelayan atau patambak (nelayan atau petambak tetap dapat untung ketika hasil tangkapan atau panen sedikit). 2. Biaya pemasok merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pemasok untuk memperoleh ikan dari nelayan dan mengirimnya ke pabrik dan dibagi menjadi tiga komponen utama, a. Biaya retribusi merupakan biaya yang diberikan oleh pemasok kepada pemerintah atas pemberian izin usaha. Pemasok akan membayar biaya retribusi selama melakukan usaha bisnis. Biaya ini dibayarkan pada satu periode tertentu dan nilainya cenderung tetap, baik ketika pasokan banyak ataupun sedikit. Biaya ini tidak terlalu mengganggu bisnis pemasok sehingga bernilai sedang hingga baik pada setiap kondisi. b. Biaya pengumpulan meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja dan komunikasi. Biaya ini dikatakan baik ketika pasokan ikan yang datang melimpah sehingga efisiensi tenaga kerja dan komunikasi meningkat. c. Biaya transportasi meliputi biaya transportir dan biaya es. Biaya ini akan menjadi lebih baik apabila pemasok dapat mengirim ikan atau udang dalam jumlah yang banyak dalam satu kali pengiriman.
54
3. Biaya perusahaan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh bahan baku dari pemasok. Biaya ini dibagi menjadi dua komponen utama, biaya bahan baku dan biaya lain-lain. a. Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan sehingga bahan baku diterima perusahaan. b. Biaya lain-lain meliputi biaya komunikasi, biaya pegawai lapang, dan biaya akomodasi. Selanjutnya komponen pada masing-masing metrik level tiga dan level dua diberi bobot oleh pakar berdasarkan tingkat kepentingan. Nilai awal ditentukan berdasarkan efisiensi yang diperoleh masing-masing pihak. Apakah biaya yang dikeluarkan sepadan sehingga tidak menimbulkan kerugian. Nilai awal ini diberikan oleh pakar yang senantiasa melakukan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan serta efisiensi yang dicapai oleh nelayan, pemasok, dan perusahaan. Skor yang diberikan memiliki rentang 0 – 5 dengan klasifikasi sebagaimana Tabel 14.
Tabel 14. Standar Penilaian Biaya Rantai Pasok Skor
Kriteria
4,51 - 5
Sangat Baik
(Excellent)
4,01 - 4,5
Baik
(Above Average)
3,01 - 4
Sedang
(Average)
2,01 - 3
Kurang
(Below Average)
1- 2
Sangat Kurang (Poor)
<1
Sangat Buruk
(Unacceptable)
a. Biaya Rantai Pasok Ikan Kakap Nelayan umumnya mengeluarkan biaya yang wajar atau sesuai dengan pemasukan yang akan diterimanya. Efisiensi biaya yang lebih baik diperoleh pemasok. Suplai bahan baku cenderung stabil sehingga pemasok dapat meningkatkan efisiensi biayanya pada transportasi. Umumnya, dalam sekali pengiriman ke perusahaan, pemasok dapat mengisi penuh kendaraan transportasinya dengan bahan baku. Perusahaan pada umumnya mengeluarkan 55
biaya yang wajar dalam pemenuhan bahan bakunya. Nilai keseluruhannya adalah 3,663. Berdasarkan standar, nilai ini tergolong sedang dan memiliki peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan, menuju baik atau sangat baik. Faktor utama yang perlu menjadi perhatian untuk ditingkatkan adalah efisiensi biaya nelayan. Dibandingkan biaya pemasok dan biaya perusahaan, biaya nelayan memiliki bobot yang terbesar, yaitu 0,7. Hal ini menunjukkan apabila efisiensi biaya nelayan kecil, maka efisiensi biaya keseluruhan akan menjadi kecil pula. Nelayan yang ranah kerjanya berada di hulu, biasanya memiliki resiko yang paling besar. Dukungan dari pihak lain seperti pemasok atau perusahaan sangat diperlukan guna meningkatkan efisiensi biaya nelayan. Salah satu bentuk bantuan yang dapat dilakukan adalah memberi jaminan pembelian ikan-ikan yang ditangkap oleh nelayan, sehingga kerugian dapat dihindari. Nilai kinerja atribut biaya rantai pasok ikan kakap dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Kinerja Atribut Biaya Rantai Pasok Ikan Kakap Atribut
Metrik level tiga
BIAYA
Biaya Melaut (0,5) Biaya Perawatan (0,2) Bagi hasil (0,3) Biaya Retribusi (0,03) BiayaPengum pulan (0,27) Biaya Transportasi (0,7) Biaya Bahan Baku (0,95) Biaya Lainlain (0,05)
Nilai awal
Nilai Metrik level tiga
3,2
1,6
3,5
0,7
4
1,2
4
0,12
3,5
0,945
4,3
3,01
4
3,8
3,5
0,175
Metrik level dua
Nilai Metrik level dua
Biaya Nelayan (0,7)
2,45
Biaya Pemasok (0,2)
0,815
Biaya Perusahaan (0,1)
0,398
Metrik level satu
Nilai Metrik level satu
Biaya Rantai Pasok
3,663
56
b. Biaya Rantai Pasok Udang Selanjutnya, dilakukan pengukuran kinerja biaya rantai pasok komoditi udang. Umumnya, pasokan bahan baku udang lebih rendah dibandingkan permintaan yang ada. Bagi petambak sebagai penghasil pertama, kondisi ini tidak memiliki dampak yang besar karena biaya yang dikeluarkan petambak berupa biaya pengolahan tambak dan perawatan udang sesuai dengan kapasitas produksinya. Pemasok umumnya dapat memperoleh efisiensi biaya karena biaya yang dikeluarkan dapat dikatakan wajar. Bagi perusahaan, kondisi rantai pasok seperti ini cenderung menghasilkan inefisiensi biaya, terutama dalam biaya bahan baku. Perusahaan sering mengalami kesulitan memperoleh bahan baku yang berkualitas tinggi guna memenuhi permintaan pasar luar negeri. Nilai metrik satu adalah 3,385. Nilai kinerja atribut biaya rantai pasok udang dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Kinerja Atribut Biaya Rantai Pasok Udang Atribut
Metrik level tiga
BIAYA
Biaya Pengolahan Tambak (0,2) Biaya Penebaran dan Perawatan (0,7) Bagi hasil (0,1) Biaya Retribusi (0,005) BiayaPe ngumpulan (0,395) Biaya Transportasi (0,6) Biaya Bahan Baku (0,98) Biaya Lainlain (0,02)
Nilai awal
Nilai Metrik level tiga
3,5
0,7
3,2
2,24
3,5
0,35
4
0,02
3,5
1,382
4
2,4
3,2
3,136
4
0,08
Metrik level dua
Nilai Metrik level dua
Biaya Petambak (0,7)
2,303
Biaya Pemasok (0,2)
0,76
Biaya Perusah aan (0,1)
0,322
Metrik level satu
Nilai Metrik level satu
Biaya Rantai Pasok
3,385
57
Nilai 3,385 menunjukkan kenrja atribut biaya rantai pasok udang sedang. Nilainya masih jauh dari sangat baik (excellent) sehingga membutuhkan yang perhatian serius bagi pihak-pihak yang terlibat, yaitu nelayan, pemasok, dan perusahaan. Apabila ditelusuri lebih jauh, salah satu penyebabnya adalah inefisiensi petambak. Sebagian besar petambak masih trasisional sehingga efisiensi biayanya cenderung kecil. Banyak petambak tradisional mengalami gagal panen akibat suatu penyakit. Apabila efisiensi petambak ini dapat ditingkatkan, maka efisiensi perusahaan juga dapat meningkat.
C. PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOK Perusahaan dapat meningkatkan daya saingnya apabila manajemen rantai pasoknya terukur dengan baik lalu perusahaan mencari alternatif untuk meningkatkan kinerja rantai pasoknya tersebut. Bagi PT. Kelola Mina Laut, terdapat beberapa alternatif uang bersifat internal maupun eksternal untuk meningkatkan kinerja rantai pasok. Alternatif-alternatif yang ada selanjutnya diukur tingkat kepentingannya menggunakan metode AHP dengan bantuan software “Expert Choice 2000”. Penyusunan metode AHP dimulai dari penyusunan hirarki pemenuhan tujuan yang terdiri dari tiga level, yaitu goal (tujuan), faktor-faktor yang berpengaruh, dan alternatif-alternatif yang dipilih. Skema hirarkinya dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Hirarki AHP Peningkatan Kinerja Rantai Pasok 58
Tujuan yang ingin dicapai adalah peningkatan kinerja rantai pasok udang atau ikan kakap. Faktor-faktor yang berpengaruh untuk keduanya sama, yaitu pemenuhan pesanan sempurna, standar kualitas, waktu siklus pemenuhan pesanan, dan biaya pemenuhan pesanan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing faktor: 1. Pemenuhan pesanan sempurna menekankan pada kemampuan pemasok memenuhi pesanan secara sempurna, meliputi akurasi spesifikasi, jumlah, dan dokumentasi pesanan akurat. 2. Standar kualitas menekankan kesesuaian kualitas bahan baku yang datang dengan standar yang ditetapkan. 3. Waktu siklus pemenuhan pesanan: menekankan pada waktu total yang diperlukan oleh pemasok untuk memenuhi pesanan dari perusahaan. 4. Biaya pemenuhan pesanan: menekankan pada biaya-biaya yang ditanggung perusahaan dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan baku. Selanjutnya ditetapkan lima alternatif yang berpotensi meningkatkan kinerja rantai pasok. Alternatif tersebut antara lain: 1. Meningkatkan kemitraan dengan pemasok. PT. Kelola Mina Laut dapat lebih merangkul pemasok yang sudah ada. Cara yang digunakan adalah melakukan pendampingan secara intensif (terus-menerus). PT. Kelola Mina Laut selanjutnya mengajak pemasok untuk saling memahami dan berupaya memenuhi kebutuhan satu sama lain. Hasil akhir yang diharapkan adalah terciptanya loyalitas antar keduanya (PT. Kelola Mina Laut dan pemasok). 2. Menambah variasi bahan baku. Seperti yang telah dijelaskan, ketersediaan bahan baku bersifat musiman. Nelayan tidak dapat memastikan berapa jumlah dan jenis ikan yang ditangkap dalam sekali melaut. Selain itu, ukuran udang yang akan dipanen oleh petambak seringkali tidak seragam. terkadang
susah
untuk
diprediksi
Volume bahan baku yang
ketersediaannya,
membuat
pemasok
mengirimkan bahan baku setelah memenuhi kapasitas pengiriman minimal. Sebelum jumlah tersebut terpenuhi, pemasok akan menunggu pasokan dari nelayan atau petambak lain. Artinya, semakin rendah variasi bahan baku, baik jenis maupun ukuran yang diminta PT. Kelola Mina laut, maka akan semakin lama pula PT. Kelola Mina Laut memperoleh pasokan bahan baku.
59
3. Mengubah kapasitas produksi dan standar perusahaan. Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman membuat kapasitas produksi PT. Kelola Mina Laut berubah-ubah pada masa tertentu. Kebijakan meningkatkan kapasitas saat pasokan melimpah dapat memberikan keuntungan bagi PT. Kelola Mina Laut karena harga bahan baku murah. Perubahan standar perusahaan dalam hal harga dan ukuran bahan baku juga dapat mempengaruhi hubungan dengan pemasok. 4. Mempercepat pembayaran. Melalui alternatif ini, PT. Kelola Mina Laut dapat meningkatkan loyalitas pemasok yang sudah ada, sehingga kinerja pemasok dapat meningkat. 5. Menambah pemasok. Melalui alternatif ini, PT. Kelola Mina Laut dapat meningkatkan pasokan bahan baku secara kuantitas. Pasokan bahan baku jenis tertentu yang tidak dapat dipasok oleh pemasok sebelumnya, dapat dipenuhi oleh pemasok baru. Untuk menentukan alternatif yang dipilih, dilakukan perbandingan antara masing-masing faktor serta perbandingan antar alternatif berdasarkan faktor tertentu. Orang yang membandingkan adalah pakar yang berasal dari manajemen PT. Kelola Mina Laut. Dalam penelitian ini, diambil dua pakar untuk masing-masing pemilihan alternatif. Pakar memberikan penilaiannya melalui kuisioner. Data yang diperoleh dari pakar kemudian diolah menggunakan software “Expert Choice 2000”.
1. Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Ikan Kakap Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemilihan dilakukan melalui perbandingan yang diberikan oleh pakar melalui kuisioner. Kuisioner peningkatan kinerja rantai pasok ikan kakap diberikan kepada dua orang pakar. Pakar pertama adalah manajer pembelian ikan (P1) dan pakar kedua adalah staf pembelian ikan yang tugasnya berhubungan langsung dengan pemasok (P2). Berikut adalah hasil pengolahan data setelah dilakukan kombinasi. Diantara empat faktor yang berpengaruh dalam peningkatan kinerja rantai pasok ikan kakap, terpilih faktor pemenuhan pesanan yang dianggap paling penting yakni sebesar 39,2%. Diikuti dengan waktu siklus pemenuhan pesanan sebesar 34,7%. Urutan ketiga dan keempat adalah Biaya pemenuhan pesanan 17,1% dan standar kualitas 9,1%. Hal ini berarti kesesuaian jumlah bahan baku 60
serta ketepatan waktu pengiriman sangat penting dalam upaya peningkatan kinerja rantai pasok ikan kakap. Diagram pohon bobot untuk masing-masing faktor yang merupakan kombinasi dari dua pakar dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Diagram Pohon Bobot Faktor dan Alternatif Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Ikan Kakap (Kombinasi)
Selanjutnya, dilakukan sintesis untuk mengetahui hasil akhir perhitungan. Berdasarkan Gambar 14, terlihat bahwa meningkatkan kemitraan dengan pemasok adalah alternatif yang paling mungkin dilakukan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok ikan kakap. Nilainya adalah 27,9%. Alternatif kedua yang terpilih adalah mempercepat pembayaran, nilainya 24%. Alternatif ini diutamakan karena 61
rentang waktu pembayaran PT. Kelola Mina Laut kepada pemasok saat ini cenderung lama menurut kemampuan pemasok ikan sehingga perlu dipercepat. Alternatif menambah variasi bahan baku berada di urutnan ketiga dengan nilai 23,7%. Alternatif menambah pemasok berada pada urutan keempat dengan nilai 13,8%, serta alternatif mengubah kapasitas produksi dan standar berada pada urutan terakhir dengan nilai 10,6%. Hal ini berarti Perubahan kapasitas produksi tidak akan memberi pengaruh yang signifikan dalam upaya peningkatan kinerja rantai pasok. Hasil sintesis peningkatan kinerja rantai pasok ikan kakap yang merupakan kombinasi dari dua pakar dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Sintesis Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Ikan Kakap (Kombinasi)
Setelah proses perhitungan dilakukan, satu hal lain yang perlu diperhatikan adalah nilai dari ketidakkonsistenan (Inconsistency). Nilai ini menunjukkan apakah
data
yang
diisikan
oleh
pakar
dapat
diterima
atau
tidak.
Ketidakkonsistenan dapat timbul akibat penilaian yang kurang tepat ketika membandingkan faktor atau alternatif. Pengisian ulang kuisioner perlu dilakukan apabila nilai inkonsistensi lebih besar dari 0,1. Hasil perhitungan inkonsistensi untuk peningkatan kinerja rantai pasok ikan kakap menunjukkan nilai 0,02. Nilai ini berada jauh dari 0,1 sehingga data yang diperoleh masih dapat diterima dan layak untuk digunakan menentukan alternatif yang dipilih.
62
2. Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Udang Sama halnya dengan peningkatan kinerja rantai pasok ikan kakap, pada peningkatan kinerja rantai pasok udang digunakan data dari dua pakar. Pakar pertama adalah manajer bisnis udang (P3) dan pakar kedua adalah manajer produksi udang (P4). Data dari kedua pakar dikombinasikan untuk memperoleh satu data akhir yang akan menjadi penilaian terkait alternatif yang dipilih dalam upaya peningkatan kinerja rantai pasok udang. Diantara empat faktor yang berpengaruh dalam peningkatan kinerja rantai pasok udang, terpilih faktor biaya pemenuhan pesanan yang dianggap paling penting yakni sebesar 35,8%. Diikuti dengan pemenuhan pesanan sebesar 33,7%. Urutan ketiga dan keempat adalah waktu siklus pemenuhan pesanan 20,7% dan standar kualitas 9,9%. Hal ini berarti biaya yang digunakan untuk memperoleh bahan baku menjadi faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan alternatif yang dipilih. Faktor pemenuhan pesanan menjadi pertimbangan selanjutnya karena PT. Kelola Mina Laut menginginkan bahan baku yang diterima sesuai dengan pesanan. Faktor ketepatan waktu pemenuhan pesanan menjadi prioritas selanjutnya, diikuti faktor standar kualitas. Faktor standar kualitas menjadi prioritas terakhir karena PT. Kelola Mina Laut telah mengetahui hampir semua bahan baku yang dikirim masih segar dan aman. Diagram pohon bobot untuk masing-masing faktor yang merupakan kombinasi dari dua pakar dapat dilihat pada Gambar 15.
63
Gambar 15. Diagram Pohon Bobot Faktor dan Alternatif Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Udang (Kombinasi)
Selanjutnya dilakukan sintesis untuk menentuka alternatif yang dipilih untuk meningkatkan kinerja rantai pasok udang. Gambar 16 yang merupakan hasil sintesis peningkatan kinerja rantai pasok udang kombinasi dari dua pakar, menunjukkan bahwa alternatif yang dipilih adalah meningkatkan kemitraan dengan pemasok. Nilainya adalah 41,6%. Alternatif kedua yang dipilih adalah menambah pemasok, dengan nilai 19,5%. Alternatif menambah jumlah pemasok akan memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk memilih pemasok yang dapat menyuplai udang berkualitas tinggi. Selama proses budidaya, udang rawan terkena penyakit yang akan membuat 64
kualitasnya menurun. Hal ini berbeda dengan ikan kakap yang diperoleh melalui penangkapan langsung di laut sehingga kualitasnya lebih terjamin. Alternatif menambah variasi bahan baku menjadi pilihan selanjutnya dengan nilai 18,2%. Apabila pada ikan kakap variasi mengarah kepada jenis dan ukuran, pada komoditi udang variasi lebih mengarah ke ukuran saja. Alternatif mempercepat pembayaran berada di urutan keempat dengan nilai 11,2%. Berbeda dengan komoditi ikan kakap yang menempatkan alternatif ini pada urutan kedua, pemasok udang dapat menerima selang pembayaran yang ditawarkan PT. Kelola Mina Laut. Alternatif terakhir yang dipilih adalah mengubah kapasitas produksi dan standar dengan nilai 9,6%.
Gambar 16. Sintesis Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Udang (Kombinasi)
Nilai inkonsistensi untuk perhitungan peningkatan kinerja rantai pasok udang adalah 0,03. Nilai ini masih jauh dibawah batas maksimal, yaitu 0,1. Hal ini berarti data yang digunakan layak untuk dijadikan acuan atau input untuk menentukan alternatif yang dipilih dalam upaya peningkatan kinerja rantai pasok udang. Berdasarkan pengukuran tersebut, alternatif yang dipilih untuk meningkatkan kinerja rantai pasok ikan kakap dan udang adalah meningkatkan kemitraan dengan pemasok. Menurut pendapat pakar, hal ini wajar mengingat pasokan bahan baku yang kontinu dan stabil dalam usaha seafood merupakan perhatian utama. Kebutuhan pasar global yang begitu tinggi akan membuat perusahaan bersaing memperoleh bahan baku sehinggaperusahaan-perusahaan tersebut dapat memasok produknya secara kontinu dan memenuhi standar yang ditetapkan oleh negara-negara pengimpor produk seafood melalui penggunaan teknologi yang tepat guna.
65
Apabila perusahaan ingin memperoleh pasokan dengan jumlah dan kualitas yang baik, pihak yang perlu diajak bekerjasama secara intensif adalah pemasok karena melalui pemasok, perusahaan dapat bekerjasama dengan nelayan atau petambak. Semakin banyak pemasok yang loyal kepada perusahaan, maka akan semakin besar pula peluang perusahaan memperoleh pasokan terbaik dan memenangkan persaingan usaha.
66