UNIVERSITAS INDONESIA
BERMAIN SEBAGAI BENTUK INTERVENSI PENANAMAN NILAI NUTRISI BAGI ANAK PRASEKOLAH DI RA NURUL HUDA PASIR GUNUNG SELATAN CIMANGGIS DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR
IRMA HERLIANA 0906504801
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS DEPOK 2012
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
BERMAIN SEBAGAI BENTUK INTERVENSI PENANAMAN NILAI NUTRISI BAGI ANAK PRASEKOLAH DI RA NURUL HUDA PASIR GUNUNG SELATAN CIMANGGIS DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Spesialis Keperawatan Komunitas
IRMA HERLIANA 0906504801
DOSEN: SIGIT MULYONO, MN NS. WIDYATUTI, S.KP, M.KEP, SP.KEP. KOM
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS DEPOK 2012 i Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat dan kasih sayang-Nya. Penulisan karya ilmiah akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapat gelar Spesialis Keperawatan Komunitas pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakan segala kebaikan di sepanjang usianya. Semoga Alloh senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayang-Nya di sisa umurnya. Baarokalloohu lakuma. 2. Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 3. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App. Sc., Ph.D., selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 4. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. 5. Sigit Mulyono, S.Kp, MN., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi serta penuh dengan
kesabaran
dan
bijaksana
membimbing
penulis
dalam
menyelesaikan KIA ini. 6. Ns. Widyatuti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom, selaku Pembimbing II yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi serta penuh dengan kesabaran dan bijaksana membimbing penulis dalam menyelesaikan KIA ini. 7. Purwadi, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom selaku Penguji yang telah memberikan banyak masukan berharga. 8. Roji Suherman,S.Si.,MKM selaku Penguji yang telah memberikan kesempatan untuk memaparkan hasil proyek inovasi residensi.
v Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
9. Seluruh dosen Keperawatan Komunitas yang kompak serta selalu berusaha memahami mahasiswanya, semoga diberikan limpahan kesehatan dan ilmu. 10. Dr. dr. HM. Hafizurrachman, MPH, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju, dengan gayanya selalu memberikan semangat kepada penulis. 11. Suamiku, yang dengan sabar dan penuh pengertian membantu penyusun dalam menyusun karya ilmiah akhir ini. Menjaga anak-anak, merawat anak-anak, menjadi “Bapak Rumah Tangga” yang manis. 12. Anak-anakku yang sholeh dan sholehah yang telah memberikan energi positif. Semoga jadi ahli surga ya Nak…! I love you full 13. Keluarga Garut dan Kebumen, terimakasih atas doa dan dukungannya. Semoga kita selalu kompak dalam suka dan duka. 14. Keluarga Besar Keperawatan Komunitas 2009 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Saya akan selalu mengenang dan “kengen” masamasa kita bersama. 15. Anak-anak dan guru-guru RA Nurul Huda yang telah memberikan kesempatan
kepada
penulis
dalam
melakukan
praktek
residensi
keperawatan komunitas. 16. Rekan kerja di STIKIM, terimakasih atas pengertiannya. Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 29 Juni 2012 Penulis
vi Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Irma Herliana : PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS : Bermain Sebagai Bentuk Intervensi Penanaman Nilai Nutrisi Bagi Anak Prasekolah di RA Nurul Huda Pasir Gunung Selatan Cimanggis Depok
Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk menggambarkan penanaman nilai nutiri melalui bermain pada agregat anak prasekolah. Model yang dipakai menggunakan integrasi teori manajemen, comprehensive school health model, family centered nursing, dan school health promotion model. Kegiatan yang dilakukan mengintegrasikan permainan-permainan sebagai bentuk intervensi keperawatan. Meningkatkan pengetahuan 21 anak usia TK B mengenai nilai nutrisi menjadi sangat baik. Hasil menunjukkan bahwa bermain merubah sikap anak terhadap makanan sehat menjadi sangat baik. merubahan perilaku makan menjadi baik. meningkatkan rata-rata BB anak 0,5 kg per 1 bulan pada Maret, April dan Mei 2012 walaupun sebagian besar anak masih dalam status gizi kurang (sangat kurus dan kurus), meningkatkan kemandirian keluarga menjadi tingkat III dan IV dalam mengatasi 4 - 5 masalah keperawatan di keluarga dan meningkatkan peran guru dalam mengelola dan melaksanakan program pelayanan kesehatan di sekolah. Saran dari penulis agar pemerintah menjadikan bermain menjadi program dalam kegiatan pendidikan kesehatan pada anak prasekolah baik itu di tatanan komunitas maupun di tatanan sekolah.
Kata kunci: bermain, prasekolah, gizi kurang, nilai nutrisi
vii Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
ABSTRAK
Name Majority Judul
: Irma Herliana : COMMUNITY NURSING PROGRAM SPECIALIST : Playing As a form of Investment Value Nutrition Intervention for Preschool Children in RA Nurul Huda South Mountain Sand Cimanggis Depok
Final Thesis aims to describe the investment the nutritional value through the play of preschoolers. The model was used the integration of management theory, models of comprehensive school health, family centered nursing, and school health promotion model. Activities undertaken to integrate the games as a form of nursing intervention. Increase knowledge 21 kindergarten age children about the nutritional value to be very good. The results show that games change the attitudes of children toward healthy food to be very good, be good change eating behavior, increase the average weight of 0.5 kg per 1 child-month in March, April and May 2012, although most children are still in a state of malnutrition (very thin and thin), increase the independence of the family into the III and IV in addressing the 4-5 problem nursing in the family and the teacher's role in managing and implementing health programs in schools. Advice from the author that the government should make a games in health education activities in preschool children both in community and in the order of the school. Keywords: play, preschool, malnutrition, nutritional value
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
DAFTAR ISI
JUDUL KARYA ILMIAH AKHIR….…………………………………………..
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………….
ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………
iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………
iv
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH…………………………..
v
ABSTRAK BAHASA INDONESIA………………………………………..…
vii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS………………………………………………
viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………
xi
BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………………………………………………………
1
1.2 Tujuan Penulisan….…………………………………………………
12
1.3 Manfaat Penulisan……………………………………………………
13
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA Konsep Anak Prasekolah………………………………………..…
15
2.1.1 Anak Prasekolah Sebagai Kelompok Risiko…...…………………..
16
2.1.2 Anak Prasekolah dengan Gizi Kurang Sebagai Kelompok Rentan
19
2.1
2.2
Gizi pada Anak Prasekolah ………………………………………..
20
2.3 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas Pada Anak Prasekolah dengan Gizi Kurang…………………….…….. ………………… 2.4 Bermain Sebagai Bentuk Intervensi Penanaman Nilai Nutrisi Pada
22 25
Anak Prasekolah…………………………………………………... 2.4.1 Definisi Bermain …………………………………………….……
25
2.4.2 Tujuan dan Fungsi Bermain ………..……………………………
26
2.4.5 Kategori Bermain………………………………………………..
27
ix
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
2.4.6 Klasifikasi Bermain………………………………………….…….
27
2.4.7 Prinsip dalam Aktivitas Bermain………………………………….
29
2.4.8 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain…………………..
29
2.5
30
Peran dan Fungsi Perawat Komunitas…………………………….
BAB 3: KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH 3.1 Kerangka Kerja……………………………………………………
40
3.2 Profil Wilayah…………………………..…………………………
43
BAB 4: PELAKSANAAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 4.1 Pengelolaan Pelayanan Keperawatan Komunitas..…………………
45
4.1.1 Analisis Situasi……………………………………….…………….
45
4.1.2 Fishbone Analysis………………………………………………….
49
4.1.3 Rumusan Masalah………………………………………………….
51
4.1.4 Prioritas Masalah…………………………………………………..
51
4.1.5 Alternatif Penyelesaian Masalah………………………………….
51
4.2. Asuhan Keperawatan Keluarga…………………………………….
58
4.2.1 Analisis Situasi……………………………………………………..
58
4.2.2 Web of Causation…………………………………………………..
61
4.2.3 Rumusan Masalah………………………………………………….
62
4.2.4 Asuhan Keperawatan………………………………………………
62
4.3
Asuhan Keperawatan Komunitas………………………………….
70
4.3.1 Analisis Situasi…………………………………………………….
70
4.3.2 Web of Causation…………………………………………………..
72
4.3.3 Rumusan Masalah………………………………………………….
73
4.3.4 Asuhan Keperawatan………………………………………………
73
x
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
BAB 5: PEMBAHASAN Analisis Pencapaian dan Kesenjangan…………………………….
82
5.1.1 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan………………………………..
82
5.1.2 Asuhan Keperawatan Komunitas…………………………………..
84
5.1.3 Asuhan Keperawatan Keluarga…………………………………….
89
Keterbatasan……………………………………………………….
94
5.2.1 Alat Permainan dan Lingkungan Bermain………..……………….
94
5.2.2 Kemampuan Pengelolaan Kelas…………………………………..
95
5.2.3 Kerjasama Lintas Sektor dan Lintas Program……………………
95
5.3
Implikasi………………………………………………………….
96
5.3.1 Implikasi Terhadap Dinas Kesehatan………………….…………
96
5.3.2 Implikasi Terhadap Dinas Pendidikan dan Kebudayaan………….
96
5.3.3 Implikasi Terhadap Perawat Komunitas…………………………..
97
5.3.4 Implikasi Terhadap Perkembangan Riset Keperawatan…………..
98
5.1
5.2
BAB 6: SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan…………………………………………………………….
99
6.2 Saran……………………………………………………………….
100
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
xi
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
103
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1: Penjelasan Penelitian LAMPIRAN 2: Lembar Persetujuan LAMPIRAN 3: Data Demografi Partisipan LAMPIRAN 4: Catatan Lapangan LAMPIRAN 5: Contoh Verbatim LAMPIRAN 6: Analisis Verbatim LAMPIRAN 7: Kalender Penelitian
xii
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
1
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat model bermain sebagai salah satu bentuk model intervensi keperawatan komunitas dalam masalah risiko gizi kurang pada anak prasekolah di RA Nurul Huda, Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. I.1
Latar Belakang Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini, oleh karena itu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Dukungan yang baik sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak dalam mencapai kualitas sumber daya manusia yang baik. Allender dan Spradley (2005) berpendapat bahwa sehat pada awal kehidupan merupakan fondasi bagi kesejahteraan di masa depan, dan nutrisi merupakan dasar untuk menguatkan fondasi tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Soetjiningsih (1998) yang menyatakan bahwa nutrisi atau zat gizi merupakan sumber utama dan faktor pendukung untuk memenuhi kebutuhan anak dalam proses tumbuh kembang optimal sehingga dapat mencapai kesehatan yang paripurna, yaitu sehat fisik, sehat mental, dan sehat secara sosial. Menurut Hurlock (1997), masa anak terbagi ke dalam tiga. Masa prasekolah, early childhood atau awal masa kanak-kanak adalah anak pada rentang usia 2 – 5 atau 6 tahun. Usia pra sekolah sebagai salah satu fase dalam masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga karena merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia. Masa ini sering dipandang sebagai masa emas (golden age). Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana orang tua mengasuh dan memberi makanan serta memberikan stimulasi pendidikan. Masa ini juga merupakan fase yang sangat fundamental
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
2
bagi perkembangan individu, karena dalam fase ini terdapat peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif. Artinya, perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Hambatan pada perkembangan terdahulu akan menghambat perkembangan selanjutnya (Piaget, 1972). Anak prasekolah memiliki karakteristik pertumbuhan yang pelan namun stabil, dibandingkan masa bayi dan masa usia sekolah (Papalia, Old, dan Feldman, 2004). Anak prasekolah juga memiliki perubahan selera dan pola makan, aktivitas anak yang meningkat sehingga pada periode ini pula mulai dilakukan penerapan disiplin pada anak. Selain itu, angka kejadian penyakit akut juga meningkat seperti infeksi saluran nafas bagian atas (ISPA), otitis media dan virus
yang menyerang
saluran
pencernaan.
Alergi
dipandang dapat
mempengaruhi kesehatan anak prasekolah. Anak pada periode ini juga sering menderita pilek dan hidung “berair/meler”. (Stanhope & Lancaster, 2004; Hildayani, 2005). Hal-hal ini menempatkan anak pada kelompok berisiko gizi kurang.
Menurut Judarwanto (2004), kurang makan meningkatkan risiko kurang gizi. Risiko meningkat pada saat diare dan penyakit lain semakin mengurangi asupan protein, mineral dan zat gizi lain yang dibutuhkan anak agar tetap sehat. Pendapatan yang rendah dan keluarga yang termarginalkan meningkatkan faktor risiko kurang gizi. Etnik, ras, budaya, dan sosial ekonomi mempengaruhi apa yang dimakan oleh orang tua dan bagaimana mereka memberi makan anak-anak mereka. Anak juga mepunyai issue tersendiri seperti makan yang lama, memilih-milih makanan, alergi makanan, penyakit kronis dan akut (Allender & Spradley, 2005).
Pola asuh anak ditempatkan sebagai penyebab tidak langsung masalah gizi oleh UNICEF (1998) disamping ketidakcukupan pangan dan kurangnya akses kepada pelayanan kesehatan. Pola asuh ini mencakup pemberian makan, merawat kesehatan, mengajari dan membimbing (mendorong dan menstimulasi kognitif anak). Stimulasi kognitif yang diberikan mencakup
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
3
ketersediaan alat bermain yang mendukung perkembangan mental, sosial dan motorik anak (Saragih, 2010). Perubahan konsep makan atau nilai-nilai makanan pada kebanyakan masyarakat Indonesia membuat perilaku makan bertambah buruk. Pola makan pada anak-anak, terutama di kota-kota mulai bergeser dari tradisonal ke barat (fastfood) sehingga tidak memenuhi kebutuhan gizi seimbang (Padmiari dkk, 2003). Hal ini pada akhirnya akan membentuk kebiasaan anak jajan di luar daripada makan makanan yang disediakan di rumah. Menurut Moehji (2003) kebiasaan jajan pada anak akan mempengaruhi konsumsi makan pada anak. Selain itu, lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang tidak sedikit bagi kebiasaan anak dalam mengkonsumsi makanan. Masalah gizi yang terjadi di dunia sebagian besar adalah gizi kurang yang penyebab utamanya karena kurang makan. UNICEF (2010) menguraikan penyebab kurang makan, terutama pada anak dan ibu yaitu (1) kemiskinan, (2) tidak ada makanan, (3) sakit yang berulang), (4) kebiasaan praktik pemberian makanan yang kurang tepat, (5) kurang perawatan dan kebersihan. Sedangkan menurut Judarwanto (2004), selama masa awal anak-anak, makan dan kebiasaannya merupakan aspek yang penting dalam perkembangan anak. Kualitas dan kuantitas makanan yang mengandung zat gizi lengkap atau seimbang pada anak mempengaruhi pertumbuhan tulang, bentuk tubuh, kerentanan terhadap penyakit, memelihara daya tahan tubuh dari berbagai infeksi, menghindarkan anak dari berbagai defisiensi dan memungkinkan anak lebih cepat sembuh dari sakit. Anak prasekolah dengan gizi buruk dapat termasuk ke dalam populasi rentan dikarenakan beberapa faktor antara lain kondisi sosial ekonomi keluarga serta lingkungan yang tidak sehat. Populasi rentan dikatakan sebagai kelompok
sosial yang berisiko tinggi terjadi masalah kesehatan (Flaskerud & Winslow 1998 dalam Stanhope & Lancaster, 2003). Menurut Allender & Pradley (2005) di negara miskin bayi dan anak-anak termasuk rentan, banyak yang meninggal karena diare, ISPA, measles, TBC atau pertusis. Malnutrisi merupakan faktor yang mempengaruhi penyakit-penyakit tersebut. Berat badan
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
4
faktor yang berkontribusi pada 60% kematian anak di Negara berkembang (WHO, 2002 dalam Allender & Spradley, 2005).
Lebih dari sepertiga kematian anak di dunia, setiap tahunnya, berkaitan dengan masalah kurang gizi. Kekurangan gizi dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Kekurangan gizi terjadi pada saat tubuh tidak memperoleh jumlah energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral serta zat gizi lainnya dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan organ dan jaringannya tetap sehat serta berfungsi dengan baik (UNICEF, 2010). Masih terdapat empat masalah gizi utama di Indonesia yang harus ditanggulangi dengan program perbaikan gizi, yaitu (1) masalah kurang energi protein atau KEP, (2) masalah kurang vitamin A, (3) masalah anemia zat gizi dan (4) masalah gangguan akibat kekurangan yodium. KEP sendiri dikelompokkan menjadi dua yaitu gizi kurang dan gizi buruk. Kejadian gizi buruk pada bayi dan balita di Indonesia tahun 2008 sebanyak 4,1 juta anak. Gizi buruk tersebut turut menyumbangkan angka kematian sebesar 54% sedangkan sisanya disebabkan oleh penyakit diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan campak. Angka kematian bayi di Indonesia tahun 2008 sebesar 31 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup. Hal diatas menunjukkan kekurangan gizi merupakan faktor utama yang menyebabkan kematian bayi dan balita. Risiko meninggal pada bayi dan balita yang mempunyai gizi buruk 13 kali lebih besar dari pada bayi dan balita yang normal (gizi baik) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Angka gizi kurang mengalami penurunan dari 5,1 juta jiwa pada tahun 2005 menjadi 4,13 juta jiwa pada tahun 2007 (Evy 2008). Sedangkan menurut Eca (2006) jumlah anak balita yang mengalami gizi kurang di Jakarta pada tahun 2006 sebanyak 6.516 jiwa (sama dengan tahun sebelumnya) dari 281.131 anak yang diperiksa di Posyandu di seluruh DKI Jakarta. Jumlah penderita gizi buruk di Depok mengalami penurunan dari tahun ke tahun,
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
5
yaitu dari 945 anak pdaa tahun 2006 menjadi 129 anak pada tahun 2011 (pikiran rakyat online, 12 Februari 2012). Berdasarkan pengukuran berat badan serta tinggi badan anak di RA Nurul Huda pada September 2011 yang disesuaikan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) diperoleh hasil 12 dari 26 anak berada di bawah garis merah yang berarti gizi kurang. Sedangkan berdasarkan perhitungan atropometri sesuai SK Kemenkes No: 1995/MENKES/SK/XII/2010 diperoleh hasi sebagai berikut: (1) Berdasarkan berat badan per-umur (BB/U) satu dari tiga orang anak Balita berada pada kategori status gizi kurus; (2) Berdasarkan panjang badan per-umur (PB/U) tiga anak balita berada dalam kategori normal; (3) Berdasarkan berat badan per-panjang badan (BB/PB) diperoleh hasil satu dari tiga balita berada dalam kategori kurus; dan (4) Berdasarkan perhitungan indeks massa tubuh per-umur (IMT/U) dari 26 anak diperoleh hasil satu berada dalam kategori sangat kurus, 11 anak (42,3%) berada pada kategori kurus, 13 anak (50%) dalam kategori normal dan satu anak (3,85%) berada dalam kategori status gizi gemuk, hal ini menunjukkan bahwa di RA Nurul Huda masih banyak anak yang memiliki status gizi yang kurang baik. Status gizi disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Asupan zat gizi bukan hanya harus baik secara kualitas namun secara kuantitas juga harus baik dan benar. Pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik dan benar dalam masa tumbuh kembang anak. Masalah makan antara lain makanan tidak sesuai porsi makan, pemberian protein berlebih atau kurangnya asupan sayur dan buah. Menurut Judarwanto (2004), makan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan individu terhadap berbagai macam zat gizi (nutrien) untuk berbagai keperluan metabolisme berkaitan dengan kebutuhan untuk mempertahankan
hidup,
mempertahankan
kesehatan
dan
untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Makan merupakan kegiatan rutin seharihari yang sederhana namun membutuhkan keterampilan yang harus dipelajari secara bertahap. Anak dapat belajar tentang hal-hal yang
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
6
berhubungan dengan makan, antara lain pengaturan jadwal waktu makan serta nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah makanan. Banyak strategi atau metode yang dipakai oleh individu, organisasi atau kelompok masyarakat dalam mencegah atau menangani masalah gizi pada anak. Metode yang terbanyak yang dipakai adalah dengan CBT (cognitive behavioural therapy) atau dengan kata lain adalah terapi perilaku makan (Romito & Agras, 2009). Menurut Allender & Spradley (2005), salah satu program yang dilakukan di Amerika adalah pemberian makanan suplemen bagi wanita, bayi dan anak-anak (Special Supplemental Food Program for Woman, Infant, and Children/ WIC). Metoda ini juga diadopsi oleh Indonesia dengan program pemberian makanan tambahan bagi balita di Posyandu dalam program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Menurut Judarwanto (2004), metode yang banyak digunakan ahli nutrisi di dunia dan dianggap paling efektif adalah dengan melibatkan anak dalam serangkaian proses pembuatan makanan yang biasa di konsumsinya Metode lain yaitu dengan mengajak anak membantu mengisi lemari es dengan bahan-bahan makanan sehat, membantu membuat kue kering, ataupun memotong sayuran dengan menggunakan tangan. Keberhasilan sebuah metode tergantung kepada dukungan yang ada, baik dari lingkungan maupun dari orangtua terutama ibu. Berbagai program dan metode yang direncanakan sebenarnya sudah cukup baik, namun pengembangan program yang ada belum disesuaikan dengan karakteristik anak prasekolah. Hal ini menyebabkan program-program tersebut masih dirasa belum cukup efektif dalam mencegah gizi kurang pada anak prasekolah, terutama dalam penanaman nilai nutrisi bagi anak prasekolah. Penanaman adalah proses, cara, perbuatan, perbuatan menanamkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991). Nilai adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsi
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
7
bagiannya (Kartawisastra, 1980). Sedangkan nilai nutrisi adalah kandungan nutrisi yang terdapat dalam setiap produk makanan seperti protein, lemak, karbohidrat, gula, garam, vitamin, dan mineral (sahabatnestle, 2012). Penanaman nilai-nilai gizi sangatlah penting sebagai langkah awal dalam membentuk perilaku makan pada anak. Menurut
Stanhope & Lancaster
(2004) meningkatkan nutrisi dan kebiasaan diet yang baik adalah kunci untuk mempertahankan kesehatan anak. Enam tahun pertama kehidupan anak merupakan periode yang baik untuk membentuk perilaku makan yang baik.
Menurut Williams (1993), anak-anak seringkali tidak memahami zat gizi yang terkandung dalam makanan dan fungsi zat gizi dalam tubuh. Seseorang yang tidak mengerti prinsip dasar zat gizi dan tidak sadar akan zat gizi yang terkandung dalam makanan akan merasa kesulitan untuk memilih makanan yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga akhirnya akan berpengaruh pada status gizi seseorang. Menurut Rahardjo (2004) pemilihan makanan pada anak salah satunya dipengaruhi oleh pemahaman seseorang akan manfaat dari makanan. Soekirman (2006) mengatakan bahwa anak sebaiknya mengetahui jenis makanan apa yang harus dikonsumsi. Menurut Hurlock, anak prasekolah sudah dapat mengikuti kegiatan di Taman Kanak-kanak. Oleh karena itu, perhatian terhadap gizi anak prasekolah juga dapat dilakukan di tatanan sekolah. Peran guru sangat penting dalam penanaman nilai gizi pada anak. Anak-anak cenderung lebih mempercayai apa yang dikatakan oleh guru daripada nasehat orang tua (Ardhiani, 2007). Pembentukan kebiasaan yang baik hendaknya dikenalkan melalui cara yang menyenangkan, begitu juga dengan kebiasaan makan pada anak prasekolah. Berdasarkan petunjuk teknis penyelenggaraan kelompok bermain (Dirjen PAUD Kemendiknas 2011) dalam hal ini pendidikan anak usia dini dijelaskan bahwa kegiatan belajar anak hendaknya dilakukan melalui bermain. Kepmen Dikbud RI No. 0486/U/1992, Bab II, pasal 3 ayat 1 mengungkapkan bahwa tujuan dari pendidikan Taman Kanak-kanak adalah
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
8
untuk
membantu
melatakkan
dasar
kearah
perkembangan
sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Pola hidup manusia ketika dewasa adalah hasil rekaman dari berbagai pengalaman yang masuk ke dalam pikiran anak melalui panca indera. Pola pikir dalam memandang atau mempersepsikan makanan sampai kemudian anak dapat bersikap dan berperilaku terkait dengan kehidupannya, termasuk dalam pola makan. Anak yang terbiasa mendapatkan contoh mengapresiasikan makanan secara positif, maka akan terbentuk persepsi dan citra yang baik tentang makanan dan dari sinilah awal terbentuknya pola makan sehat. Perkembangan kognitif anak pada periode 4 – 7 tahun menurut Piaget (1972) berada pada subfase berfikir intuitif dari fase praoperasional (usia 2 – 7 tahun). Subfase berfikir intuitif adalah fase dimana anak anak kelihatanannya mengerti dan mengetahui sesuatu tetapi tidak mengetahui mengapa sesuatu itu terjadi. Oleh karena itu, lewat permainan anak dapat diperkenalkan pada alasan-alasan mengapa sesuatu terjadi misalnya mengapa seorang anak dapat mudah sakit, anak sulit buang air besar, dan lain-lain. Melalui permainan anak diharapkan dapat memahami pentingnya nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangannya.
Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan, tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock, 1988). Menurut Supartini (2004), bermain dapat dilakukan untuk mempertahankan kebiasaan makan anak. Bermain sangatlah penting bagi anak prasekolah karena dengan bermain anak belajar mengenai berbagai macam hal yang dia temukan dalam kehidupan. Melalui permainan anakanak mampu mengembangkan kreativitas, bereksperimen, bereksplorasi dan belajar secara aktif (Mustafa & Alwasilah, 2008).
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
9
Bermain adalah sarana belajar bersosialisasi, pengembangan kognitif dan kepribadian anak. Oleh karena itu sebaiknya bermain digunakan sebagai cara untuk menanamkan nilai-nilai nutrisi yang diberikan sejak dini baik itu di rumah maupun di sekolah. Selain itu, setiap bentuk kegiatan permainan pada anak prasekolah mempunyai nilai yang positif terhadap perkembangan kepribadiannya (Hildayani, 2002) Hampir semua pakar psikologi anak, pakar pendidikan anak usia dini, bahkan pakar filosofi terdahulu mereka telah membenarkan metode bermain sambil belajar (Plato, Piaget, Hurlock, dll dalam Farihen, 2009). Bermain adalah kecenderungan alamiah anak, oleh karena itu metode pembelajaran termasuk di dalamnya melatih keterampilan anak dalam hal nutrisi hendaknya berdasarkan pengalaman langsung (eksperimental learning) dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan bagi anak dimana anak dapat secara bebas berekspresi seperti memasak, memotong sayuran, dan bermain peran. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan bahwa bermain memiliki pengaruh terhadap penanaman nilai-nilai kehidupan, pengetahuan, pembentukan sikap dan perubahan perilaku anak prasekolah. Penelitian Harlini (2003) mengungkapkan bahwa bermain mempunyai pengaruh terhadap interaksi sosial atau sikap, karena dengan metode bermain anak akan merasa senang dan mampu menyerap nilai-nilai pendidikan tanpa kesan menggurui.
Berkembun atau menanam merupakan jenis permainan eksploratif bagi anak yang sudah lama diperkenalkan pada anak-anak baik itu pada anak prasekolah maupun anak usia sekolah di luar negeri seperti Inggris, Kanada, Amerika dan Jepang. Menanam untuk anak-anak prasekolah telah menunjukkan banyak manfaat terutama menanamkan kecintaan pada alam (Nimmo & Hallet, 2008). Menanam adalah salah satu cara agar anak mengenal manfaat dari sayuran dan buah seperti program Farm to Keiki Preschool Program (farmtopreschool, 2012) dan The Farm to Preschool Program
at
The
Urban
& Environmental
Policy
Institute/UEPI
(wafarmtoschool, 2012). Menanam juga telah dikemas dalam bentuk
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
10
permainan computer untuk mensiasati keterbatasan lahan dan waktu (USDA, 2010). Menanam menjadi trend dalam kurun waktu sepuluh tahun ini di Indonesia. Banyak tempat outbond atau wisata alam yang memperkenalkan bahkan mengajak anak untuk langsung menanam seperti menanam padi dan sayuran. Oleh karena keterbatasan lahan, menanam ini seringkali dilakukan pada saat acara fieldtrip atau jalan-jalan sekolah satu semester sekali. Saat ini, pemanfaatan lahan pekarangan sekolah masih belum menjadi fokus dari penanaman nilai tanaman (sebagai sumber makanan) untuk anak. Menanam ini menjadi program untuk mempelajari kebutuhan gizi sehari-hari di Klaten Jawa Tengah dengan nama Kebun Nutrisi (Sari Husada, 2011). Cerita atau dongeng adalah suatu yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan bersandar kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita (Soekanto, 2001). Apabila isi cerita dikaitkan dengan kehidupan anak maka mereka akan dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Melalui metode bercerita maka anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai dapat dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Moeslichatun, 2004). Metode bercerita adalah suatu metode yang mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak, oleh karena itu bercerita dijadikan suatu metode dalam pendidikan (Nata, 2001) Peran perawat berada dalam tiga level pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier, namun bermain lebih tepat dipergunakan pada level pencegahan pertama yang disebut sebagai pencegahan primer yaitu peran sebagai edukator. Level pencegahan primer merupakan tahap pencegahan yang dilakukan sebelum masalah timbul berupa kegiatan spesifik dan promosi kesehatan. Allender & Spradley (2005) mengatakan bahwa perawat berperan sebagai advokat dan sumber daya bagi keluarga
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
11
dengan anak yang masih kecil. Selain itu, perawat perlu memberikan pendidikan
kesehatan
mengenai
nutrisi,
latihan,
pencegahan
dari
injuri/keamanan dan pentingnya imunisasi bagi anak. Sedangkan menurut Stanhope
&
Lancaster,
(2004),
perawat
berperan
untuk
memonitor
pertumbuhan dan perkembangan.
Beberapa jenis permainan dilaksanan di RA Nurul Huda. Permainan pertama adalah bermain puzzle gizi seimbang yang diikuti oleh 26 anak. Permainan yang kedua adalah mendongeng “Loli dan Lala” diikuti oleh 28 anak. Dongeng ini menceritakan tentang seorang anak yang mengalami sakit karena tidak makan dan makan makanan yang tidak sehat. Dongeng ini juga memperkenalkan kepada anak mengenai unsur-unsur zat gizi dan manfaatnya bagi tubuh. Permainan selanjutnya adalah “tali lintasan”. Kegiatan ini hanya diberikan pada kelas kecil (11 orang anak) untuk memudahkan perawat dalam mengelola kelas. Pada permainan ini arena bermain dibagi kedalam tiga arena dengan sekat dua buah pita/tali panjang. Permainan selanjutnya adalah menanam sayur dengan memanfaatkan lahan di pekarangan sekolah. Permainan selanjutnya adalah mencetak buah dari kain flannel. Kegiatan diikuti oleh 26 anak. Hasil bermain menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan anak, perubahan sikap dan perubahan perilaku makan anak. Pengetahuan 21 anak usia TK B (sudah bisa menulis): 1) karbohidrat sebagai sumber tenaga meningkat mengenai dari 0% menjadi 60%, 2) protein hewani berasal dari hewan meningkat dari 0% menjadi 80 %, 3) protein nabati berasal dari tumbuhan meningkat dari 0% menjadi 40%, 4) sayur mengandung serat meningkat dari 0% menjadi 80%, 5) sayur mengandung vitamin A meningkat dari 0% menjadi 80%, 6) buah mengandung vitamin C meningkat dari 10% menjadi 80%. Berdasarkan kuesioner mengenai sikap anak terhadap makanan sehat, terjadi perubahan sikap anak terhadap makanan sehat dari 28% menjadi 78%.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
12
Perubahan perilaku makan berdasarkan hasil observasi dan catatan makanan anak di sekolah didapatkan hasil; 1) satu orang anak dari tidak mau makan nasi menjadi mau makan nasi lengkap dengan sayur mayur, 2) 8 orang anak dengan keluhan sering pusing dan sebagain dengan conjungtiva anemis menjadi suka makan sayur, 3) 2 orang anak yang terbiasa hanya membawa jajanan berupa chiki-chikian, permen serta minuman ringan ke sekolah menjadi membawa roti atau biskuit serta susu, 4) 5 orang anak membawa buah-buahan ke sekolah, 5) hampir setiap hari secara bergantian 10 sampai 15 anak dari hanya membawa nasi dan lauk menjadi membawa makanan lengkap ke sekolah. Selain itu, terdapat peningkatan rata-rata BB anak 0,5 kg per 1 bulan pada Maret, April dan Mei 2012 walaupun masih dalam status gizi kurang, sangat kurus dan kurus. I.2. Tujuan Penulisan A.
Tujuan Umum Menggambarkan penanaman nilai nutiri melalui bermain pada aggregate anak prasekolah pada siswa RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.
B.
Tujuan Khusus Tujuan khusus penulisan ini adalah tergambarnya : 1.
Peningkatan pengetahuan dan sikap anak prasekolah di RA Nurul Huda Pasir Gunung Selatan Cimanggis Depok tentang nilai nutrisi melalui bermain.
2.
Perubahan perilaku makan anak prasekolah di RA Nurul Huda Pasir Gunung Selatan Cimanggis Depok.
3.
Jenis, teknik dan waktu permainan dalam menanamkan nilai nutrisi bagi anak prasekolah di RA Nurul Huda Pasir Gunung Selatan Cimanggis Depok.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
13
4.
Peningkatan
pengetahuan
dan
keterampilan
guru
dalam
melakukan edukasi dalam menanamkan nilai nutrisi bagi anak prasekolah di RA Nurul Huda Pasir Gunung Selatan Cimanggis Depok melalui bermain. 5.
Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga mengenai perawatan anak prasekolah dengan risiko gizi kurang.
6.
Peningkatan pengetahuan keluarga mengenai penyakit yang dapat mempengaruhi gizi kurang (ISPA): pengertian, penyebab, tanda dan gejala, klasifikasi, dampak, cara mencegah dan mengatasi ISPA pada anak prasekolah.
I.3 Manfaat Penulisan 1.
Bagi Dinas Kesehatan Sebagai
dasar
merumuskan
dan
mengembangkan
kebijakan
pengembangan berbagai program pencegahan risiko gizi kurang terutama dalam hal menanamkan nilai-nilai nutrisi pada agregat anak prasekolah, baik itu di tatanan komunitas maupun tatanan sekolah. 2.
Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sebagai
dasar
merumuskan
dan
mengembangkan
kurikulum
pendidikan anak prasekolah serta kerjasama lintas sektor dengan berbagai dinas pemerintahan lainnya terkait dengan penanaman nilainilai kesehatan terutama gizi seimbang pada anak prasekolah, baik itu Taman Kanak-kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), maupun Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 3.
Bagi Perawat Komunitas Menjadi bahan kajian dalam merumuskan dan mengembangkan berbagai bentuk intervensi dalam melakukan asuhan keperawatan bagi anak prasekolah dalam tatanan masyarakat dan sekolah.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
14
4.
Bagi Perkembangan Riset Keperawatan Menjadi bahan kajian dalam merumuskan dan mengembangkan risetriset keperawatan yang baru, baik itu dalam bentuk riset kualitatif maupun
riset
kuantitatif
sehingga
dapat
menjadi
tambahan
pengembangan ilmu pengetahuan bagi dunia keperawatan, khususnya ilmu keperawatan komunitas.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
15
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Bab ini penulis memaparkan beberapa konsep yaitu konsep anak prasekolah, permasalahan gizi kurang pada anak prasekolah, strategi intervensi keperawatan komunitas pada anak prasekolah dengan risiko gizi kurang, dan peran perawat komunitas pada aggregate anak prasekolah dengan risiko gizi kurang, serta teori dan model konseptual yang mendasari praktik keperawatan komunitas pada aggregate anak prasekolah dengan risiko gizi kurang. 2.1
Konsep Anak Prasekolah
Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3 – 5 tahun atau anak yang sedang mempersiapkan diri masuk sekolah dasar. Menurut Hurlock (1997) anak prasekolah adalah anak usia 2 – 5 atau 6 tahun. Whaley dan Wong (2005) mengungkapkan bahwa anak prasekolah adalah anak yang berusia tiga sampai lima tahun dimana pada masa ini sedang terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif, dan spiritual yang begitu signifikan. Sedangkan Kemampuan mereka dalam mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain, dan penggunaan bahasa dalam interaksi merupakan modal awal anak dalam mempersiapkan tahap perkembangan berikutnya, yaitu tahap sekolah. Masa prasekolah merupakan fase ketika anak mulai terlepas dari orang tuanya dan mulai berinteraksi dengan lingkungannya (Sayogo, 2008). Tugas perkembangan anak usia prasekolah adalah mencapai otonomi yang cukup, memenuhi dan menangani diri sendiri tanpa campur tangan orang tua secara penuh. Pada tahap ini anak dapat dilibatkan dalam kegiatan atau pekerjaan rumah tangga untuk membantu orang tua (Whaley & Wong, 1999). Keberhasilan pada tahap prasekolah akan sangat berpengaruh besar dalam kesuksesan anak dalam menghadapi tahap perkembangan berikutnya.
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
16
2.1.1 Anak Prasekolah Sebagai Kelompok Risiko Risiko merupakan kemungkinan terjadinya penyakit atau cedera yang disebabkan oleh sekelompok faktor yang mempengaruhi, baik faktor manusia, lingkungan atau keduanya (Mc Murray, 2003). Stanhope dan Lancaster (2004) mengatakan bahwa orang yang berisiko adalah orang yang memiliki kemungkinan terbesar memiliki penyakit dibandingkan dengan orang lain. Sedangka at risk merupakan kemungkinan munculnya suatu kejadian, seperti status kesehatan karena terpapar oleh faktor tertentu (Swanson dan Nies,1997). Menurut Stones, McGuire dan Eigisti (2002), agregat berisiko adalah individu atau kelompok yang memiliki aktivitas atau karakteristik yang dapat menyebabkan peningkatan risiko atau potensial terjadinya penyakit, injuri atau masalah kesehatan. Populasi at risk menurut Allender dan Spradley (2005) adalah sekumpulan orang yang memiliki kemungkinan masalah kesehatan karena terpengaruhi oleh factor present (faktor risiko yang mungkin menghampiri, contohnya mungkin terpapar HIV) atau absent (faktor risiko akibat dari tidak dilakukannya pencegahan dari faktor yang menimbulkan penyakit, seperti tidak diimunisasi, kurang vitamin) atau mungkin karena mempunyai faktor risiko yang termodifikasi (seseorang dengan penyakit kardiovaskuler). Secara umum dipahami bahwa risk merupakan kemungkinan munculnya suatu kondisi dimana individu atau agregat dalam suatu populasi berada dalam ancaman, atau kehilangan sesuatu yang bernilai atau mendapatkan bahaya yang spesifik bagi kesehatannya. Ketika individu atau agregat memiliki factor risiko genetik, lingkungan ataupun perilaku maka berarti semakin berada dalam bahaya. Konsep at risk memudahkan seorang perawat komunitas dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan secara lebih intensif dan fokus sesuai dengan kondisi yang dialami populasi tersebut. Anak prasekolah termasuk kedalam populasi at risk dimana dalam usia ini anak sedang dalam masa tumbuh kembang yang pesat namun berisiko terkena penyakit, terutama penyakit infeksi karena mulai terpengaruh oleh lingkungan sekitar seperti anak mulai menyukai jajanan, memilih makanan dan lebih banyak bermain. Menurut Allender dan Spradley Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
17
(2005), terdapat 4 hal yang mempengaruhi masalah perkembangan dan kesehatan adalah biologis, lingkungan, gaya hidup dan sistem palayanan kesehatan. Faktor risiko menurut Stanhope dan Lancaster (2002), yaitu: A.
Biological risk: adalah faktor genetik atau fisik yang berkontribusi terhadap terjadinya risiko.
Anak prasekolah berada dalam tahap tumbuh kembang yang optimal. Pada tahap ini, pertumbuhan fisik melambat dan pada kondisi stabil dikarenakan terjadi perubahan pola dan selera makan. Penurunan selera makan diikuti oleh aktifitas fisik yang semakin meningkat. Pada tahap ini juga terjadi peningkatan otonomi sehingga issue disiplin menjadi penting bagi orang tua. Sejumlah kejadian penyakit akut kecenderungan banyak terjadi pada tahap ini (Stanhope & Lancaster, 2004). B.
Social risk: adalah kehidupan yang tidak teratur, tingkat kriminal yang tinggi, lingkungan yang terkontaminasi oleh polusi udara, kebisingan, zat kimia berkontribusi untuk terjadinya masalah.
Menurut Kusriadi (2010) penyebab langsung kurang gizi adalah adalah penyakit infeksi dan kurangnya asupan gizi. Sedangkan penyebab tidak langsung dipengaruhi oleh akses pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan, serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat keluarga. Faktor yang memiliki kontribusi terhadap gizi kurang pada anak adalah riwayat penyakit infeksi, tingkat pengetahuan ibu yang kurang, tingkat sosial ekonomi yang rendah, dan asupan kalori dan protein yang kurang (Fatimah, Nurhidayah dan Rakhmawati, 2008). C.
Economical risk: adalah tidak seimbangnya antara kebutuhan dengan panghasilan, krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga berpengaruh terhadap kebutuhan perumahan, pakaian, makanan, pendidikan, dan kesehatan.
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
18
Menurut
Simanjuntak (2008) faktor risiko terjadinya KEP pada balita
diantaranya: penyakit infeksi, jenis kelamin, umur, berat badan lahir rendah, tidak diberi ASI eksklusif, imunisasi tidak lengkap, nomor urut anak, pekerjaan ayah dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah, ibu pekerja, tingkat pendidikan orang tua yang rendah, jumlah anggota keluarga yang besar dan lain- lain D.
Life-style risk: adalah kebiasaan atau gaya hidup yang dapat berdampak terjadinya risiko, termasuk keyakinan terhadap kesehatan, kebiasaan sehat, persepsi sehat, pengaturan pola tidur, rencana aktivitas keluarga, norma tentang perilaku yang berisiko.
Terjadi
perubahan
konsep
makan/nilai-nilai
makanan
pada
kebanyakan
masyarakat Indonesia. Pola makan pada anak-anak, terutama di kota-kota mulai bergeser dari tradisonal ke barat (fastfood) sehingga tidak memenuhi kebutuhan gizi seimbang (Padmiari dkk, 2003). Hal ini pada akhirnya akan membentuk kebiasaan anak jajan di luar daripada makan makanan yang disediakan di rumah atau makanan yang memenuhi unsur gizi seimbang. Selain itu, lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang tidak sedikit bagi kebiasaan anak dalam mengkonsumsi makanan. E.
Life-event risk: adalah kejadian dalam kehidupan yang dapat berisiko untuk terjadinya masalah kesehatan, seperti: pindah tempat tinggal, adanya anggota keluarga baru, adanya anggota keluarga yang meninggalkan rumah.
Gempa bumi, gunung meletus, pindah sekolah merupakan kejadian yang dapat mempengaruhi psikis dan fisik anak. Perlu penanganan yang cepat dan khusus untuk memulihkan kesehatan anak-anak sehingga tidak timbul trauma pasca kejadian. Masyarakat di Klaten membuat Kebun Nutrisi sebagai salah satu bentuk kepedulian akan gizi anak prasekolah pasca Gunung Merapi Meletus (Sari Husada, 2011).
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
19
2.1.2 Anak Prasekolah dengan Gizi Kurang Sebagai Kelompok Rentan Anak prasekolah yang berisiko terhadap gizi kurang akan mengalami kerentanan (vulnerable) terhadap berbagai gangguan atau masalah kesehatan. Populasi rentan dikatakan sebagai kelompok sosial yang berisiko tinggi terjadi masalah kesehatan
(Flaskerud & Winslow 1998 dalam Stanhope & Lancaster, 2003). Sedangkan menurut Pender (2007), populasi rentan adalah kelompok individu yang berisiko lebih besar terhadap kelemahan atau keterbatasan
fisik, psikologis, atau
kesehatan sosial. Berbagai bentuk yang digunakan untuk menggambarkan populasi vulnerable meliputi : populasi yang kurang mendapat akses ke pelayanan kesehatan, populasi khusus, pengobatan yang merugikan, populasi miskin.
Populasi vulnerable
(rentan) memiliki risiko lebih besar terhadap kesakitan dan kematian.(Allender & Spradley, 2005) Sementara itu menurut Stanhope dan Lancaster ( 2004) menyatakan bahwa rentan (vulnerable) adalah apabila seseorang atau kelompok orang berhadapan dengan penyakit, bahaya, atau outcome negatif. Faktor pencetus dapat berupa genetik, biologis atau psikososial.. Kerentanan terjadi sebagai akibat dari interaksi faktor internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang menjadi rentan mengalami kondisi kesehatan yang buruk ( Stanhope & Lancaster, 2002). Menurut Allender & Pradley (2005) di negara miskin bayi dan anak-anak termasuk rentan, banyak yang meninggal karena diare, ISPA, measles, TBC atau pertusis. Malnutrisi merupakan faktor yang mempengaruhi penyakit-penyakit tersebut. Berat badan faktor yang berkontribusi pada 60% kematian anak di Negara berkembang (WHO, 2002 dalam Allender & Spradley, 2005).
Karakteristik anak prasekolah biasanya banyak bergerak, tidak biasa diam dan sulit diajak duduk dalam waktu yang relatif lama. Ketika anak memasuki usia 4 tahun mereka mengalami finicky eating, yaitu anak yang lebih rewel dan memberontak dalam hal makan. Mereka menjadi lebih pemilih dalam hal makanan dan tidak berkeinginan untuk mencoba makanan yang baru. (Whaley &
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
20
Wong dalam Supartini, 2004). Menurut Horlock (1997) pertumbuhan anak prasekolah melambat dibandingkan dengan toddler serta aktivitas fisik yang sangat banyak serta pola istirahat dan tidur yang tidak teratur menyebabkan cadangan nutrisi anak prasekolah bertambah kurang. Hal ini terntu saja akan memperburuk status gizi anak. Oleh karena itu anak prasekolah dengan gizi kurang dapat masuk kedalam
kelompok rentan. Anak prasekolah mulai menyukai bermain di luar, bersosialisasi dengan lingkungan menyebabkan anak dalam kondisi rentan juga. Lingkungan yang kurang sehat, perubahan cuaca, perilaku hidup yang kurang bersih akan menyebabkan anak menjadi rentan pula terhadap penyakit. Hal ini juga dipengaruhi oleh status gizi anak. Oleh karena itu, anak prasekolah dapat dikatakan termasuk ke dalam populasi rentan. Usia
lima tahun anak sudah mulai mencoba makanan yang baru, tetapi orang tua sangat berperan dalam hal ini, seperti membiarkan anak untuk mempersiapkan makanannya sendiri di dapur (Whaley & Wong, 1999). Anak usia prasekolah sedang dalam fase meniru sehingga seringkali meniru pola makan orang tua sebagai role model. Oleh karena itu jika orang tua memiliki pola makan yang baik, maka anak akan memiliki pola makan yang sama (Widyaningsih dalam Poeirah, 2002). 2.2
Gizi Pada Anak Prasekolah
Pengaturan komposisi makanan yang seimbang sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya masalah gizi pada anak, yaitu dengan mengatur jumlah karbohidrat, protein, lemak dan berbagai macam vitamin lain sehingga kesehatan paripurna dapat tercapai optimal. Mengatasi permasalahan gizi di masyarakat ini pemerintah menetapkan ada pola dan panduan yang sebaiknya digunakan untuk mengatur gaya hidup keluarga, yaitu: pedoman umum gizi seimbang yang memiliki 13 pesan dasar. Pedoman umum gizi seimbang tersebut adalah: 1) makanlah aneka ragam makanan, 2) makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi , 3) makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi , 4) batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energy, 5) gunakan garam
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
21
beryodium, 6) makanlah makanan sumber zat besi (Fe), 7) berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya, 8) biasakan makan pagi, 9) minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya, 10) lakukan aktivitas fisik secara teratur, 11) hindari minuman yang beralkohol, 12) makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, dan 13) bacalah label pada makanan yang dikemas Pemantauan status gizi sangat penting untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Pemantauan status gizi pada anak dapat dilakukan oleh keluarga. Keluarga harus memperhatikan dan mempertahankan berat badan anak dengan cara menimbang secara periodik minimal sebulan sekali. Penimbangan dapat dilakukan dengan datang ke posyandu atau pelayanan kesehatan. Status gizi adalah keadaaan keseimbangan antara zat gizi yang dimakan dengan yang dibutuhkan untuk keperluan hidup sehari-hari. Terdapat beberapa status gizi, yaitu: gizi baik bila zat gizi yang dimakan sesuai dengan kebutuhan, gizi kurang bila zat gizi yang dimakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, dan gizi lebih bila zat gizi yang dimakan melebihi dari yang dibutuhkan Status gizi anak selain dilihat dari KMS juga dapat dilihat secara fisik mulai dari penampilan umum (BB dan TB), tanda-tanda fisik, motorik, fungsional, emosi dan kognisi. Berdasarkan kesepakatan ahli gizi medik Indonesia ditetapkan bahwa tanda-tanda tersebut harus dipenuhi anak yang sehat dan dikelompokkan menjadi 10 kriteria: 1) bertambah umur, bertambah berat, bertambah tinggi, 2) postur tubuh tegap dan otot padat, 3) rambut berkilau dan kuat, 4) kulit dan kuku bersih, tidak pucat, 5) wajah ceria, mata bening, dan bibir segar, 6) gigi bersih dan gusi merah muda, 7) nafsu makan baik dan buang air besar secara teratur, 8) bergerak aktif dan berbicara lancar sesuai umur, 9) penuh perhatian dan bereaksi aktif, dan 10) tidur selalu nyenyak.
Supartini (2004) mengungkapkan beberapa karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan pada anak usia prasekolah yaitu sebagai berikut: 1) nafsu makan berkurang, 2) anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman atau lingkungannya daripada makan, 3) anak mulai senang mencoba jenis makanan baru, 4) waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk belajar dan bersosialisasi dengan keluarga. Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
22
Anak pra sekolah terkadang sulit makan. Kesulitan makan didefinisikan sebagai perilaku anak yang mengalami gangguan makan berupa penolakan makan, tidak mau makan, lama waktu makan hingga lebih dari 30 menit, dan hanya mau makan makanan tertentu saja (Kusumadewi dalam Poeriah, 2002). Menurut Judarwanto (2005), kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai dengan usia secara fisiologis. Anak usia prasekolah membutuhkan lebih kurang 6800 Kkal perhari. Kebutuhan cairan tergantung pada aktivitas anak, biasanya meningkat daripada anak usia toddler. Kekurangan gizi terjadi pada saat tubuh tidak memperoleh jumlah energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral serta zat gizi lainnya dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan organ dan jaringannya tetap sehat serta berfungsi dengan baik. 2.3
Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas Pada Anak Prasekolah Dengan Risiko Gizi kurang
Strategi intervensi terdiri dari pendidikan kesehatan, kemitraan, pemberdayaan dan proses kelompok. Strategi intervensi yang dapat digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas pada anak prasekolah dengan risiko gizi kurang adalah sebagai berikut: a.
Pendidikan kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2005), pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik itu pada individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pendidikan kesehatan perlu dirancang secara baik, komprehensif dan menarik untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman anak prasekolah, keluarga serta masyarakat agar tau, mau dan mampu untuk hidup sehat sehingga terhindar dari gizi kurang. Posyandu menjadi prioritas Depkes sebagai tempat pemberian pendidikan kesehatan mengenai gizi seimbang. Kader dilatih untuk memberikan pendidikan kesehatan dan konsultasi gizi bagi orang
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
23
tua. Metode yang banyak dipakai dalam pendidikan kesehatan adalah ceramah, diskusi, tanya jawab serta sebagian kecil memakai metode demonstrasi gizi. Bermain belum banyak dipakai sebagai metode pendidikan kesehatan gizi bagi anak baik di tatanan sekolah maupun rumah tangga. b.
Kemitraan (Partnership)
Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah menegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Partnership adalah hubungan yang terjalin antara profesi kesehatan dan partnernya baik individu, keluarga dan masyarakat yang memiliki kekuatan. Hubungan ini bersifat fleksibel, mengutamakan saling percaya, saling menguntungkan dan selalu meningkatkan kapasitas serta kemampuan individu, keluarga dan masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Cornes, 1998 dalam Helvie, 1998). Banyak alat yang digunakan dalam bermain. Kebutuhan anak-anak dalam alat bermain sangat tinggi. Alat bermain yang aman dan menarik sangat dibutuhkan untuk perkembangan anak. Pembuat alam permainan edukatif (APE) dalam hal ini dapat dijadikan partner oleh perawat komunitas, misalnya pembuat puzzle, boneka jari, balok susun, dll. c.
Pemberdayaan masyarakat (Community empowerment)
Menurut Wallerstein (1992, dalam Helvie 1998) pemberdayaan masyarakat adalah proses kegiatan yang menekankan pada aspek peningkatan partisipasi masyarakat dalam mengorganisir suatu permasalahan yang ada baik secara individu maupun kelompok dengan tujuan menciptakan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Banyaknya ibu rumah tangga, dengan ketekunan, kreativitas serta kebutuhan akan peningkatan status sosial ekonomi dapat dijadikan dasar pemikiran dalam pemberdayaan masyarakat. Perkembangan industri rumahan (home industry), terutama pembuatan alat bermain dapat dimanfaatkan seorang perawat komunitas dalam memberdayakan masyarakat. Melalui pemberdayaan,
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
24
masyarakat, diharapkan dapat mengembangkan, memanfaatkan serta memasarkan alat bermain sebagai alat untuk menanamkan nilai nutrisi bagi anak prasekolah. Partisipasi
masyarakat
merupakan
bagian
penting
dalam
membangun
pemberdayaan masyarakat. Masyarakat dilibatkan secara penuh mulai dari identifikasi masalah kesehatan hingga menyusun rencana penanggulangannya, sehingga masyarakat bukan hanya sebagai objek tetapi juga subjek dalam upaya mewujudkan masyarakat yang mandiri (Parker, 1994 dalam Helvie, 1998). Beberapa strategi intervensi yang dapat dilakukan oleh seorang perawat komunitas dalam mengelola gizi kurang pada anak prasekolah, terutama dalam tatanan keluarga adalah: 1.
Coaching dan Guidance
Coaching atau bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan, demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera. Coaching dalam hal ini dilakukan pada orang tua yang memiliki anak prasekolah dalam tatanan keluarga, misalnya mengajarkan orang tua mengenai memilih, mengolah makanan, memasak sampai menyajikan makanan. Semua kegiatan ini dapat dilakukan dengan melibatkan anak dan dilakukan dengan bermain disertai penanaman nilai nutrisi pada anak. 2.
Konseling
Konseling merupakan proses saling belajar yang menyangkut dua individu dalam suasana edukatif. Pihak pertama adalah konseli atau klien yang meminta atau memerlukan bantuan dari pihak kedua yaitu konselor (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Keluarga dapat direncanakan untuk dilakukan konseling dalam penyelesaian masalah gizi kurang pada anak prasekolah. Permasalahan yang muncul seputar anak prasekolah di keluarga akan digali dan dipecahkan melalui konseling keluarga. Tujuan dari konseling diberikan pada keluarga adalah untuk membantu keluarga dalam mengemukakan masalah yang dialaminya, membantu keluarga mengambil keputusan bersama dalam upaya mencari solusi sesuai
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
25
dengan sumber yang dimiliki keluarga, serta membantu keluarga dalam melaksanakan solusi secara bertahap sesuai dengan hasil kesepakatan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). 2
Game Therapy atau terapi bermain
Game adalah suatu cara untuk menarik perhatian terhadap suatu objek. Game merupakan sesuatu yang bersifat universal dan disukai serta telah dimainkan sejak dahulu hingga sekarang (PATH, 2002). 3
Modifikasi perilaku
Modifikasi perilaku pada keluarga dilakukan melalui prinsip dengan perjanjian kontrak dan prinsip ekonomi atau token ekonomi. Perjanjian dibuat dengan reward dan punishment. Konsekuensi telah disepakati antara anak prasekolah dengan perawat terutama bila klien melanggar kebiasaan buruk yang sudah disepakati untuk ditinggalkan. Token economy adalah bentuk reinforcement positif dilakukan secara konsisten pada saat anak mampu menghindari perilaku buruk atau melakukan hal yang baik. Pemberian penghargaan diberikan secara bersamaan dengan pemberian umpan balik. Hal ini dilakukan pada keluarga dengan tujuan supaya terjadi perubahan perilaku dengan pemberian penghargaan (Stuart, 2009). Anak dan orang tua membuat jadwal bersama, kemudian membuat kesepakatan mengenai sistem reward dan funishment yang akan diberlakukan. Hal ini mendorong anak dan orang tua untuk bersama mentaati kesepakatan dalam mencapai tujuan bersama, yaitu merubah perilaku makan anak. 2.4
Bermain Sebagai Bentuk Intervensi Penanaman Nilai Nutrisi Pada Anak Prasekolah
2.4.1 Definisi Bermain Menurut Soetjiningsih (1995), bermain merupakan unsur yang penting untuk perkembangan anak, baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial.
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
26
Bermain
adalah
suatu
kegiatan
dimana
anak
dapat
melakukan
atau
mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial (Soetjiningsih, 1995). Bermain adalah suatu aktivitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif, maka bermain membutuhkan suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya sebagaimana kebutuhan lainnya seperti makan, rasa aman, kasih sayang dan lainlain (Azis, 2005). Oleh karena itu, bermain merupakan salah satu aspek yang penting dari kehidupan anak sehingga melalui bermain anak dapat memperoleh berbagai nilai terkait dengan nutrisi bagi anak. 2.4.2
Tujuan dan Fungsi Bermain
Tujuan bermain pada dasarnya adalah memperoleh kesenangan, sehingga anak tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, rasa aman dan cinta kasih (Azis, 2005).
Melalui bermain anak dapat mengungkapkan konflik yang
dialaminya, bermain cara yang baik untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran dan kedukaan, menyalurkan tenaga anak yang berlebihan dan ini adalah kesempatan yang baik untuk bergaul dengan anak lainnya (Soetjiningsih, 1995). Fungsi bermain dalam menanamkan nilai nutrisi pada anak lebih mengasah perkembangan kognitif dimana pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek, dalam hal ini objek makanan. Selain itu, bermain juga berfungsi dalam perkembangan moral anak dimana anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan, terutama dari orang tua dan guru dalam hal nilai nutrisi dari makan yang dikonsumsinya. Melalui bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga anak dapat menjadi anak yang sehat sebagai asset bangsa di masa depan. Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
27
2.4.5
Kategori Bermain
Menurut Mayke (2001) bermain bagi anak terbagi menjadi dua yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Bermain aktif adalah jenis bermain yang memberikan kesenangan dan kepuasan secara langsung pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri dan melibatkan banyak aktivitas tubuh, meliputi: (1) bermain bebas dan spontan melalui media yang ada di dekatnya dibuat mainan bebas sesuai dengan keinginannya, (2) bermain konstruktif yang menggunakan benda yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya, (3) bermain peran yaitu melakukan impersonalisasi terhadap karakter yang dikaguminya, (4) collecting yaitu mengumpulkan atau mengelompokkan benda pada klasifikasi tertentu, (5) eksplorasi atau penjelajahan, (6) sport atau olah raga bebas, (7) musik dan (8) melamun yang mengembangkan daya imajinasi dengan memasukkan unsure-unsur baru dalam lamunannya.
Melalui bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998). Sedangkan bermain pasif adalah kegiatan bermain yang tidak banyak melibatkan aktivitas fisik dan mental secara langsung, misalnya menikmati musik, menonton televisi, menonton film, menonton pertandingan, dll. Melalui bermain pasif, hiburan
atau kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya bermain atau menonton televisi dan membaca
buku.
Bermain
tanpa
mengeluarkan
banyak
tenaga,
tetapi
kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif (Hurlock, 1998). 2.4.6 Klasifikasi Permainan Menurut Wong (1999), permainan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
28
A.
Berdasarkan isinya
Berdasarkan isinya, bermain terdiri dari bermain afektif sosial (social affective play). bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play), bermain untuk mengasah ketrampilan (skill play), serta bermain simbolik atau pura-pura (dramatic play role). Berdasarkan isinya, bermain sebagai metode dalam menanamkan nilai gizi untuk anak termasuk ke dalam skill play dan dramatic play. B.
Berdasarkan jenis permainan (Supartini, 2004):
Berdasarkan jenis permainannya, bermain terbagi ke dalam permainan (games), dan permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour). Berdasarkan hal ini, maka bermain dalam menanamkan nilai nutrisi pada anak prasekolah termasuk ke dalam permainan atau games dimana jenis permainan ini menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini yang dimulai dari sifat tradisional maupun moderen seperti ular tangga, congklak, puzzle dan lain-lain. C.
Berdasarkan karakteristik sosial
Berdasarkan karakteristik sosial, bermain terbagi ke dalam solitary play, parallel play, associative play, cooperative play, onlooker play serta theurapeutic play. Bermain yang dipakai dalam menanamkan nilai nutrsi pada anak prasekolah adalah pararel play yaitu jenis permainan yang dilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau prasekolah yang masing-masing mempunyai permainan yang sama tetapi satu sama lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung. Selain itu bermain gizi juga termasuk ke dalam cooperative play dimana anak diajak melakukan suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
29
2.4.7
Prinsip dalam Aktivitas Bermain
Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti: 1) ekstra energi, 2) waktu yang cukup agar stimulus yang diberikan dapat optimal, 3) alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak, 4) ruang untuk bermain, 5) pengetahuan cara bermain, 6) teman bermain. 2.4.8
Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam bermain yaitu: 1) tahap perkembangan anak, 2) status kesehatan anak, 3) jenis kelamin anak, 4) lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak dalam bermain, dan 5) alat dan jenis permainan yang cocok. Alat permainan sebaiknya mengandung unsur edukatif (mendidik). Menurut Soetdjiningsih (1995), Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya, serta berguna bagi perkembangan aspek fisik, bahasa, kognitif serta aspek sosial. Berdasarkan kelompok usia, jenis permainan dibagi menjadi permainan untuk bayi, prasekolah, sekolah dan remaja. Menurut Wong ( 2003 ) aktivitas yang dianjurkan pada masa prasekolah adalah 1) memberikan ruangan untuk berlari, melompat dan memanjat, 2) ajarkan untuk berenang, 3) ajarkan olah raga dan aktivitas yang sederhana, 4) anjurkan berinteraksi dengan anak anak tetangga, 5) halangi anak jika ia menjadi dekstruktif, 6) daftrakan anak kesekolah khusus untuk anak-anak prasekolah, 7) anjurkan usaha yang kreatif dengan bahan mentah, 8) membaca cerita, 8) pantau tontonan televisi, 9) hadirkan teater dan peristiwa budaya lainnya yang sesuai dengan usia anak, 10) ajaklah anak berjalanjalan ke taman, museum dan pantai. Menurut Hurlock (1997), tahapan permainan yang mencapai puncaknya pada usia 5 – 6 tahun adalah tahapan mainan atau toy stage dimana pada usia ini anak prasekolah biasanya bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap-cakap atau bermain sebagaimana layaknya teman.
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
30
Menurut Wong (2003) contoh mainan yang dianjurkan selama usia prasekolah bagi perkembangan sosial, mental dan kreativitas adalah: 1) papan jungkit-jungkit, 2) perosotan dengan tinggi sedang, 3) ayunan yang dapat di atur, 4) mengarungi kolam, 5) kendaraan yang dapat dikendarai seperti roda tiga, 6) kereta luncur, 7) kereta sorong, 8) rumah mainan berukuran anak, 9) boneka, 10) piring, meja, 11) papan setrika dan setrikaanya, 12) mesin kasir dan mesin tulis mainan, 13) bajubaju mainan untuk berdandan, 13) peralatan dokter dan perawat, 14) buku-buku, puzzle, mainan musik, 14) permainan gambar, 15) gunting tumpul, lem, kertas, 16) kertas koran, crayon, cat, poster, koas besar, 17) mainan musik dan berirama, 17) kaca pembesar dan magnet, 18) rangkaian konstruksi kayu dan plastik, 18) rekaman dan Tape. 2.5
Peran dan Fungsi Perawat Komunitas
Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier, 1995). Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat professional (element role) antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal procces. Allender & Spradley (2005) mengatakan bahwa perawat berperan sebagai advokat dan sumber daya bagi keluarga dengan anak yang masih kecil. Selain itu, perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan mengenai nutrisi, latihan, pencegahan dari injuri/keamanan dan pentingnya imunisasi bagi anak. Sedangkan menurut Stanhope & Lancaster, (2004), perawat berperan untuk memonitor pertumbuhan dan perkembangan. Peran perawat komunitas dalam menanamkan nilai nutrisi pada anak prasekolah antara lain, seperti edukator, konselor, motivator, advokator, fasilitator, koordinator. Peran sebagai edukator adalah memberikan mendidikan kesehatan kepada anak prasekolah melalui berbagai macam strategi dan metode yang disesuaikan dengan karakter perkembangan anak. Peran lainnya adalah motivator, yaitu memberikan motivasi kepada anak dalam melakukan perubahan pola makan, memberikan penghargaan ketika pola makan anak mulai berubah menjadi positif.
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
31
Perawat berperan membela, mengadvokasi berbagai kebijakan apabila ada hak-hak anak prasekolah yang tidak terpenuhi, baik itu oleh pemberi pelayanan kesehatan atau sekolah, misalnya melakukan advokasi kepada pihak puskesmas agar secara rutin dan berkesinambungan melakukan pendidikan kesehatan melalui bermain ke sekolahsekolah. Perawat juga berperan menjadi koodinator dalam berbagai macam kegiatan bermain anak, berkoordinasi dengan sekolah ataupun orang tua.
2.6 Teori dan Model Konseptual Pada Praktik Keperawatan Komunitas Teori dan model konseptual pada tatanan praktek keperawatan komunitas diperlukan sebagai panduan serta dasar dalam melakukan asuhan keperawatan komunitas. Berikut ini adalah teori dan model konseptual yang mendasari praktik keperawatan komunitas pada agregat anak prasekolah dengan risiko gizi kurang: Pelaksanaan tugas pelayanan keperawatan yang komprehensif dapat dilakukan melalui penerapan manajemen keperawatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan (Gillies, 2000; Swansburg, 1999; Marquis & Huston, 2006). 2.6.1 Perencanaan Perencanaan adalah membuat rencana tindakan untuk memberikan pandangan ke depan. Rencana kegiatan ini harus merupakan kesatuan, berkelanjutan, fleksibel dan dibuat dengan teliti. Perencanaan dapat didefinisikan sebagai upaya memutuskan apa yang akan dilakukan; siapa yang melakukan; bagaimana, kapan dan dimana hal tersebut dilakukan. Oleh karena itu, semua perencanaan menuntut individu untuk menentukan pilihan diantara beberapa alternatif. Aktivitas yang dilakukan selama perencanaan adalah analisis, pengkajian suatu sistem, penyusunan tujuan jangka panjang (strategi) dan jangka pendek (operasional) serta memprioritaskan aktivitas termasuk alternatif (Gillies, 2000; Swansburg, 1999). Perencanaan strategis dalam proses manajemen pelayanan merupakan terdiri dari empat elemen yaitu: (1) adanya pernyataan visi dan misi organisasi yang jelas; (2) identifikasi agensi di luar organisasi atau steakholders
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
32
dan menentukan tujuan serta aktivitas dari organisasi; (3) menyusun tujuan strategis secara umum dan khusus dalam perencanaan 3-5 tahun; dan (4) pengembagan strategis untuk pencapaian tujuan (Berry, 1994; dalam Marquis & Huston, 2000). 2.6.2 Pengorganisasian Sebuah organisai adalah pola hubungan banyak yang saling terjalin secara simultan dan menjadi jalan bagi orang, untuk mencapai sasaran bersama. Proses manajerial dari pengorganisasian termasuk pembuatan keputusan, penciptaan kerangka kerja sehingga organisasi tersebut dapat bertahan dari keadaan yang baik pada masa kini hingga masa depan. Fungsi pengorganisasian meliputi pembagian aktivitas-aktivitas kerja, penentuan tanggung jawab dan wewenang, dan pembuatan hubungan kerja untuk memungkinkan organisasi menyadari tujuan bersama. Struktur organisasi berkaitan dengan keefektifan dalam komunikasi (Gillies, 2000; Swansburg, 1999; Marquis & Huston, 2006). Weber; dalam Marquis dan Huston (2000) memberikan karakteristik pembagian struktur kerja suatu organisasi adalah: (1) adanya pembagian ketenagaan yang jelas, seperti individu dibagi kedalam suatu unit yang menggambarkan kompetensi yang dimiliki individu tersebut; (2) adanya struktur hirarki organisasi yang menggambarkan jalur birokrasi dari atas dan ke bawah serta tentang promosi jabatan; (3) adanya uraian tugas dan fungsi masing-masing elemen yang ada dalam suatu organisasi; (4) adanya prosedur atau aturan dalam bekerja; dan (5) adanya seleksi tenaga yang sesuai dan kompeten dalam bidangnya serta adanya promosi bidang yang jelas. 2.6.3 Pengarahan Pengarahan merupakan elemen tindakan dari manajemen keperawatan. Fungsi pengarahan lebih menekankan pada kemampuan manajer dalam mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati (Gillies, 2000; Swansburg, 1999; Marquis & Huston, 2006). Pengarahan yang
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
33
diberikan dapat berupa motivasi melalui komunikasi yang baik dalam suatu organisasi sebagai suatu umpan balik dari implementasi kegiatan organisasi. Peter dan Waterman (1998; dalam Marquis & Huston, 2000) menggambarkan beberapa pendekatan dalam pemberikan umpan balik yang berupa penguatan ataupun penghargaan yang efektif dalam organisasi, yaitu: (1) penguatan positif dapat diberikan untuk kinerja yang relevan dengan perencanaan; (2) penguatan positif dapat diberikan sesegera mungkin setiap kinerja positif dimunculkan; (3) adanya system penghargaan yang dapat dicapai oleh setiap anggota organisasi; dan (4) penghargaan dapat diberikan secara tidak terduga ataupun secara terus menerus. Pengarahan yang baik melalui komunikasi dan motivasi dapat mengarahkan pada delegasi tugas yang baik sehingga akan mencegah konflik dalam suatu organisasi (Marquis & Huston, 2000) 2.6.4 Pengawasan Pengawasan merupakan aplikasi dari tindakan manajemen keperawatan. Aktivitas yang terjadi selama pengawasan adalah proses pengevaluasian sejauhmana implementasi rencana kegiatan yang telah dilakukan, pemberian masukan atau feedback, dan pembuatan prinsip-prinsip organisasi melalui pembuatan standar, pembandingan kinerja dengan standar dan memperbaiki kekurangan.
Fungsi
pengawasan merupakan evaluasi dalam manajeman keperawatan. Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih efisien, dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan. Pengawasan sebagai suatu program evaluasi dalam suatu manajemen pelayanan dapat dilakukan dengan kontrol pelayanan organisasi. Kontrol organisasi dapat dilakukan melalui penentuan kriteria standar evaluasi, menginformasikan setiap penyusunan standar kerja organisasi; dan (3) adanya proses pembelajaran melalui monitor dan evaluasi dari setiap pencapaian standar yang ditentukan (Marquis & Huston, 2000). Kegiatan yang dapat dilakukan dalam pengawasan adalah monitoring dan evaluasi (Marquis & Huston, 2006). Monitoring dapat dilakukan oleh pihak dalam maupun luar organisasi.
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
34
Tahapan yang dapat dilakukan dalam monitoring adalah: (1) memutuskan informasi
apa
yang akan dikumpulkan; (2) mengumpulkan data dan
menganalisisnya; dan (3) memberikan umpan balik hasil monitoring (Gillies, 2000; Swansburg, 1999; Marquis & Huston, 2006). Sistem monitoring merupakan proses pengumpulan dan analisis secara teratur dari seperangkat indikator (Marquis & Huston, 2006). 2.6.5 Comprehensive School Health Model. Comprehensive school health merupakan kerangka (framework) yang diakui secara internasional untuk mendukung perbaikan keberhasilan pendidikan siswa dalam menangani kesehatan di sekolah dengan cara yang terencana terpadu dan holistik. Kesehatan dan pendidikan saling bergantung: siswa yang sehat akan dapat belajar dengan lebih baik, dan pelajar yang pintar akan lebih sehat. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa Comprehensive school health adalah cara yang efektif untuk dalam mewujudkan hal tersebut, meningkatkan status kesehatan dan hasil pembelajaran siswa dan mendorong perilaku sehat yang dapat berlangsung seumur hidup. Comprehensive school health dapat memfasilitasi prestasi akademik baik dan dapat meminimalisir masalah yang terjadi pada siswa. Comprehensive school health bertujuan untuk mempromosikan kesehatan di sekolah yang dapat memberikan beberapa keuntungan untuk siswa dalam mengamati dan mengobservasi hal-hal yang positif, perilaku dan pengaruh dari keputusan yang berkaitang dengan kesehatan di sekolah. Promosi kesehatan menjadi suatu kegiatan yang sangat penting di sekolah
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
35
Comprehensive School Health Program: District and state coordinating activities
School health committee: School health coordinator Administration Teachers Students Food service leader Physical education leader Mental health professional Health services proffessional
Community School Health Coordinating Council:
School Health Coordinator:
Classroom Classroom health health instruction instruction Physical education
Staff wellness
School health coordinator Parents Local business representative Medical community representative Juvenile justice representative Youth agencies representative Voluntary health agencies Faith communities representative Media representative
1. Staff wellness 2. Healthy environment 3. Community/parent involvement
School health School health services services
Counseling, psychology, and social services
Food services Food services
School health environment/policy assigned to coordinator
Community/parents involvement
The comprehensive school health program revisited (Resnicow K & Allensworth D, 1996 in Susan 1998) Komponen utama dalam Comprehensive School Health Program:
1.
School health services, yaitu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh sekolah
2.
School counseling, yaitu konsultasi yang dilakukan sekolah
3.
School food services, yaitu penyediaan makanan oleh sekolah
4.
Integrated school and community health promotion, terintegrasinya promosi kesehatan di sekolah dengan di komunitas.
5.
School site health promotion for faculty and staff, yaitu promosi kesehaatn untuk staf dan guru di sekolah.
6.
School health environment, yaitu lingkungan sekolah yang sehat.
7.
School physical education, pelaksanaan pendidikan fisik seperti olahraga dan aktivitas fisik lainnya yang diadakan oleh sekolah.
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
36
2.6.6 Rustia’s School Health Promotion Model Banyak elemen dalam Rustia’s school health promotion model, tetapi yang dipakai sebagai model intervensi bermain sebagai bentuk intervensi penenaman nilai nutrisi pada anak prasekolah adalah pencegahan primer atau primary prevention. Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum dan perlindungan khusus terhadap penyakit. Perawat komunitas, dalam hal ini, dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai bahaya gizi kurang pada anak serta pentingnya gizi seimbang pada anak dengan berbagai metode. Pendidikan kesehatan akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan karakteristik anak prasekolah yang sangat menyenangi bermain.
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
37
Objectives
Primary prevention
Secondary prevention
Specific health protection
Health promotion and welfare
Tertiary prevention
Provide/facilitate prompt intervention to resolve problems
Early diagnosis
To prevent complications and limit disabilities
To promote rehabilitation and maximal adaptation
Nursing Interventions
1. Health education 2. Epidemiological analysis 3. Health programming 4. Programme evaluation 5. Guidance and support
1. Health and safety standard 2. Communicable desease control 3. Develop skill s of health team 4. Facilitate utilization of preventive services and resources 5. Environental adaptation for special needs
1. Health interviews 2. Physical assessment 3. Screening and pasting 4. Observations 5. Outreach 6. Conferences 7. Interpret health and safety risk
1. Problem manajement 2. Referral 3. Communication/ interpretation 4. First aid and emergency care 5. Crises intervention (e.g counseling)
1. Follow up 2. Problem oriented teaching 3. Modification of environment services and programmes 4. Definition and communication of manajemen planns 5. Reassessment
1. Reeducation 2. Reorientation 3. Motivation 4. Support/ guidance 5. Reassessment and evaluation 6. Health programming 7. Secure and special services/ resources
Outcomes
Family 1. Develops appropriate coping mechanism for dealing with children’s health programmes 2. Recognises functions of school health programmes 3. Recognizes importance of health screening 4. Assess to appropriate medical for children with identified health problems 5. Support health.
Student 1. Ability to make responsible and informed health decisions 2. Differentiate concept of health and illness 3. Recognizes of characteristics of individual health status 4. Ability to locate and use resources to achieve optimal health status 5. Recognizes potential health and safety hazards
Teachers and supportive personel 1. Initiate increase number of teacher-nurse conferences for a variety of health related reason 2. Identifies children’s health status 3. Knows the unique contributions of the school nurse in the school curricula 4. Teachers health education to reflect current health problems of local populations at age-appropriate level
Community 1. Develops system of referral responsive to school health programme 2. Develops/provides school health services to meet with need identified by school health programmes 3. Support legislation responsive to school health needs 4. Support use of nurses in expanded school health roles
Rustia’s School Health Promotion Model
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
38
2.6.7 Teori Family Centered Nursing
Praktek keluarga sebagai pusat keperawatan (family-centered nursing) didasarkan pada perspektif bahwa keluarga adalah unit dasar untuk perawatan individu dari anggota keluarga dan dari unit yang lebih luas. Keluarga adalah unit dasar dari sebuah komunitas dan masyarakat, mempresentasikan perbedaan budaya, rasial, etnik, dan sosioekonomi. Aplikasi dari teori ini termasuk mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya ketika melakukan pengkajian dan perencanaan, implementasi, dan evaluasi perawatan pada anak dan keluarga (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan family-centered nursing salah satunya menggunakan Friedman Model. Pengkajian dengan model ini melihat keluarga sebagai subsistem dari masyarakat (Allender & Spradley, 2001). Proses keperawatan keluarga meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Perawat keluarga harus menstimulasi individu dan keluarga dan sistem keluarga. Hal ini berarti perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan keluarga harus menerapkan dua hal, yaitu perawatan pada individu dan keluarga serta keluarga sebagai sistemnya. Sehingga dalam melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan akan lebih komplek dan mendalam. Kerangka model konseptual Friedman dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
39
Bagan 2.1. Model Family Centered Nursing Pengkajian terhadap keluarga Mengidentifikasi data sos-bud, data lingkungan, struktur & fungsi, stres keluarga dan strategi koping
Pengkajian anggota keluarga secara individual :Mental, fisik, emosional, sosial & spiritual
Identifikasi masalah-masalah keluarga & individu Diagnosis keperawatan
Rencana Keperawatan Menyusun tujuan, identifikasi sumber-sumber, definisikan pendekatan alternatif, pilih intervensi keperawatan, susun perioritas
Intervensi Implementasikan rencana
Evaluasi keperawatan Sumber: Friedman (2003), Family Nursing: Research, Theory, and Practice, hal: 174
Universitas Indonesia
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
BAB 3 KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH Bab ini akan menjelaskan tentang framework atau kerangka konsep manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan komunitas dengan menggunakan integrasi teori manajemen, comprehensive school health model, family centered nursing, dan school health promotion dalam mencegah dan mengatasi gizi kurang pada aggregate anak prasekolah. Selanjutnya akan dibahas juga tentang profil wilayah Kelurahan Pasir Gunung Selatan yang menjadi wilayah pelaksanaan bermain untuk anak prasekolah di komunitas.
3.1
KERANGKA KERJA
Kerangka kerja pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan pada aggregate anak prasekolah dengan risiko gizi kurang di Kelurahan Pasir Gunung Selatan menggunakan pendekatan integrasi manajemen pelayanan kesehatan komunitas, comprehensive school health model, family centered nursing, dan school health promotion. Permasalahan gizi kurang pada aggregate anak prasekolah di komunitas oleh Dinas Kesehatan termasuk dalam program Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Program tersebut secara manajemen pelayanan kesehatan diatur dalam perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengarahan program dari Dinas kesehatan Kota Depok dan Puskesmas Pasir Gunung Selatan. Inovasi bentuk intervensi yang ditawarkan di Kelurahan Pasir Gunung Selatan pada tatanan sekolah adalah bermain tentang nilai- nilai nutrisi melalui pendekatan sekolah dan keluarga. Hal ini dikarenakan kedua elemen tersebut sangat mempengaruhi kehidupan anak prasekolah di komunitas.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
Input
Output
Proses
School health services: - Tenaga kesehatan sekolah dan masalah kesehatan siswa - Fasilitas UKS, sistem administrasi, pelayanan UKS - Kebijakan dinkes, program terkait gizi anak TK, pelayanan tersedia, monev, visi misi, renstra,petugas PKM utk UKS TK School counseling: - Pola komunikasi (terkait kesehatan, gizi anak, gambaran diri, stres & koping, ggn konsentrasi belajar) antara siswa-siswa, siswa-guru, guru-orang tua, orang tuaorang tua, guru-guru School food services: - Pola makan siswa; di rumah, di sekolah - Makanan/jajanan yg tersedia, kantin sekolah, pedagang, warung; kualitas dan kuantitas - Program sekolah; kurikulum, muatan lokal, komite sekolah, sponsorship perusahaan makanan anak, pedagang/warung sekolah Integrated School and Community Health Promotion: - Bentuk promosi kesehatan sekolah serta sistem rujukan dan Kerjasama dalam yankes School site Health Promotion For Faculty and Staff: - Pengetahuan dan sikap guru/kepala sekolah/yayasan terkait dengan gizi kurang School Health Environment: Lingkungan fisik anak, sekolah (jajanan anak, kantin, kelas, WC), transportasi anak School Physical Education: Pola aktivitas dan olah raga di sekolah, School Health Instruction: Penkes gizi Family Center dan Program giziNursing: - Suku, jumlah anak kurang gizi, status ekonomi dan pendidikan keluarga - Struktur Klrg: pengambil keputusan dalam hal menu dan pola makanan, yankes, komunikasi terkait kesehatan, menu dan pola makan, - Nilai dan norma keluarga dan anak terkait nutrisi/makanan, pengetahuan orang tua dan anak ttg gizi - Lingk.Sos Bud: kualitas dan kuantitas warung jajanan, sanitasi lingkungan, pedagang keliling, karakteristik tetangga - Tumbang Klrg: tgs tumbang keluarga - Stress Keluarga: sumber stressor untuk gizi kurang, Strategi Koping: makan/berhenti makan
Bermain
Manajemen pelayanan kesehatan: - Pelatihan guru UKS dan pelatihan perencanaan kegiatan UKS - Pembuatan perencanaan kegiatan UKS selama satu tahun - Pembuatan struktur UKS tingkat RA - Pelatihan gizi seimbang untuk guru UKS - Koordninasi dengan puskesmas untuk pelatihan gizi - Optimalisasi sistem administrasi terkait pelaporan UKS di tk sekolah, PKM PSG, - Penyusunan sistem rujukan - Perencanaan & pengembangan bermaian terkait gizi sbg metode pendidikan TK
Masalah Kesehatan
Komunitas: Pencegahan primer (Rustia’s model) - Bermain - Partnership: komite sekolah - Pemberdayaan: media bermain sekolah
Keluarga: - Coaching - Guidance - Konseling gizi - Modifikasi perilaku - Bermain
41pelayanan Manajemen kesehatan: - Sistem administrasi dan pelayanan UKS optimal (ada pencatatan) - Optimalnya sistem rujukan (ada pencatatan) - Terintegrasinya gizi dlm kurikulum sekolah (termuat dalam kurikulum) - Terdapat perencanaan UKS selama 1 tahun Komunitas: - Peningkatan pengetahuan gizi anak (75%) - Perubahan sikap anak thd makanan (75%) - Perubahan perilaku makan anak (75%) - Peningkatan BB, IMT anak (75%) - Peningkatan pengetahuan, sikap orang tua terkait gizi 50% - Peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru terkait gizi (75%) - Terlaksananya pertemuan dengan orang tua siswa min 6 bln 1 kali - Terlaksananya berbagai perlombaan terkait gizi anak Keluarga: - 80% pengetahuan orang tua dan anak tentang gizi meningkat - Keluarga mampu modifikasi menu (80% berjalan baik, anak maksimal jajan di warung 1x1 mggu) - Anak makan makanan seimbang - Keluarga ber PHBS 90% - Minimal Ix1bln pergi ke Posyandu atau PKM utk konsultasi. - BB anak meningkat
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penyelesaian Masalah Resiko Gizi Kurang Pada Anak Prasekolah Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
41
Kerangka kerja diatas merupakan integrasi teori manajemen, comprehensive school health model, family centered nursing, dan school health promotion. Variabel yang digunakan pada kerangka kerja ini diambil dari beberapa model tersebut. Variable tersebut diambil karena dapat mewakili obyek kajian permasalahan resiko gizi kurang pada aggregate anak prasekolah yang terjadi di Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggius Kota Depok. Kerangka konsep ini digunakan untuk membantu praktek kerja residensi keperawatan komunitas.
Penyusunan kerangka kerja manajemen pelayanan kesehatan dilakukan melalui identifikasi fungsi manajemen pelayanan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan berbagai program resiko gizi kurang di sekolah dan masyarakat. Program manajemen pelayanan tersebut akan diaplikasikan di sekolah khususnya pada aggregate anak prasekolah melalui asuhan keperawatan baik pada tatanan keluarga maupun di sekolah Proses asuhan keperawatan dilakukan melalui lima tahap yaitu pengkajian, perumusan masalah, perencanaan, implementasi, serta evaluasi. Pengkajian asuhan keperawatan menggunakan integrasi tiga teori dan model keperawatan, yaitu model, comprehensive school health model, family centered nursing, dan school health promotion. Model comprehensive school health terdiri dari tujuh komponen. Variabel pengkajian dalam kerangka kerja menggunakan variabel school health services, school counseling, school food services, integrated school and community health promotion, School site Health Promotion For Faculty and Staff, school health environment, dan school health education. Variabel dari model family center nursing yang digunakan dalam pengkajian keperawatan keluarga adalah: 1) riwayat keluarga terdiri dari suku, jumlah anak kurang gizi, status ekonomi dan pendidikan keluarga, 2) struktur keluarga terdiri atas pengambil keputusan dalam hal menu dan pola makanan, pelayanan kesehatan, komunikasi terkait kesehatan, menu dan pola makan, 3) nilai dan norma keluarga dan anak terkait nutrisi/makanan terdiri atas pengetahuan orang tua dan anak tentang gizi serta nilai dan norma terkait
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
42
nutrisi, 4) lingkungan sosial budaya, terdiri atas kualitas dan kuantitas warung jajanan, sanitasi lingkungan, pedagang keliling, karakteristik tetangga, 5) Tumbuh kembang keluarga, terdiri atas tugas tumbuh kembang keluarga, 6) stress keluarga terdiri atas sumber stressor untuk gizi kurang, 7) strategi koping yaitu makan dan atau berhenti makan..
Hasil pengkajian baik pada tatanan manajemen pelayanan, asuhan keperawatan , asuhan keperawatan komunitas serta asuhan keperawatan keluarga tersebut kemudian dilanalisis untuk merumuskan permasalahan manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan anak prasekolah khususnya mengenai resiko gizi kurang. Penyusunan masalah manajemen pelayanan mengacu pada empat fungsi manajemen pelayanan kesehatan dan masalah asuhan keperawatan mengacu pada NANDA I 2009-2011 baik masalahnya aktual, risiko, ataupun wellness berkaitan dengan resiko gizi kurang. Kegiatan intervensi keperawatan komunitas dilalikan melalui bermain dalam menanamkan nilai nutrisi bagi anak prasekolah di tatanan sekolah, partnership dengan komite sekolah, pemberdayaan guru di sekolah dalam membuat berbagai media bermain sekolah sebagai bentuk pencegahan primer dalam mengelola anak risiko gizi kurang. Sedangkan intervensi keperawatan keluarga juga menggunakan bermain serta beberapa terapi keluarga dan terapi modalitas keluarga pada model family centered nursing, seperti coaching, guidance dan konseling, dan modifikasi perilaku. Kegiatan implementasi bermain di komunitas menggunakan beberapa bentuk permainan seperti menanam sayur, bercerita menggunakan boneka dan boneka jari, bermain tali lintasan, puzzle, tebak-tebakan, mencetak makanan, memotong sayuran dll. Bermain mengenai nutrisi juga dimasukkan ke dalam kurikulum di sekolah sehingga guru dapat mengembangkan metode menanamkan nilai nutrisi melalui bermain. Selain itu, guru diperkenalkan dan diberdayakan dalam mengembangkan media permainan bagi anak.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
43
Evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan bermain dilakukan pengukuran melalui pretest dan posttest. Pengukuran dilakukan untuk menilai sejauh mana keberhasilan proyek inovasi bermain ini dilaksanakan terkait dengan aspek manajemen pelayanan kesehatan, bermain bagi anak prasekolah, dan kemandirian keluarga. Pengukuran kegiatan dilakukan sebanyak dua kali pengukuran, yaitu: diawal kegiatan dan diakhir kegiatan serta evaluasi kualitatif dari wawancara dengan guru sekolah dan orang tua siswa. Adapun indikator pengukuran pelaksanaan bermain ini adalah sebagai berikut:
3.2
PROFIL WILAYAH
Menurut Bapedda Kota Depok tahun 2009, kelurahan Pasir Gunung Selatan memiliki luas wilayah 251.000 m2, terletak di Kecamatan Cimanggis Kota Depok, berbatasan dengan Jakarta. Jumlah penduduk pria 13.977 jiwa dan jumlah penduduk wanita sebanyak 14.229 jiwa. Jumlah RT ada 130 RT dan ada 15 RW. Jumlah pegawai PNS yang tercatat sebanyak 7 orang dan pegawai non PNS yang tercatat sebanyak 7 orang. Jumlah kelahiran bayi sebanyak 25 jiwa. Penduduk mayoritas beragama islam dengan jumlah 24683 jiwa, disusul protestas 2319 jiwa, katolik 719, hindu 317 dan budha 126 jiwa. Jumlah sarana kesehatan seperti Posyandu terdapat 20 posyandu, Satu Puskesmas dan satu pos KB (Bapedda Depok, 2011). RA Nurul Huda berada di bawah naungan Yayasan Pesantren dan Madrasah Nurul Huda (YAPMA Nurul – Huda) dengan alamat di Rumbut RT. 006/09 Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kecamatan Cimanggis 16951, Kota Depok, Jawa Barat. Akta notaries Muhammad Adam SH No. 03 Tahun 1981 Bogor. Yayasan ini memiliki empat buah jenjang pendidikan yaitu Rhaudatul Athfal (RA) setara Taman Kanak-kanak, Madrasah Ibtidaiyyah (MI), Madrasah Tsanawiyyah (MTs) serta Madrasah Aliyah (MA). Yayasan ini juga memiliki panti asuhan bagi anak yatim piatu dan tidak mampu yang ingin melanjutkan sekolah di yayasan ini.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
44
RA Nurul Huda sendiri terletak di lingkungan yayasan Nurul Huda berbatasan dengan MA Nurul Huda di sebelah selatan, RT 09 di sebelah timur, berbatasan dengan MTs Nurul Huda di sebelah barat dan berbatasan dengan koperasi yayasan di sebelah utara. Luas RA Nurul Huda sekitar 90 m2 dengan 1 ruang kelas besar yang disekat 2, 1 ruang kantor guru dan kepala sekolah, 1 ruang UKS, 1 ruang playgroup dan 1 ruang perpustakaan. Tidak terdapat wastafel untuk mencuci tangan di setiap ruangan. Pada awalnya, RA nurul Huda merupakan bentuk hibah dari Yayasan Rotary Club Indonesia. Halamah sekitar 30 m2 dengan beberapa alat permainan anak seperti perosotan, jungkat jungkit dan panjatan. Semua alat permainan ini terbuat dari besi. Tidak terdapat wastafel untuk mencuci tangan di halaman sekolah. Toilet bersatu dengan MI sehingga apabila siswa ingin ke toilet harus keluar wilayah RA, melewati pagar pembatas RA. Toilet terdapat dua buah dan tidak begitu terawatt dengan pintu yang sulit ditutup dan tidak terdapat lampu penerangan,ataupun sabun. Tempat mencuci tangan siswa disediakan kran di halaman dan tidak terdapat aliran air limbah serta atap. Ventilasi dan pencahayaan ruang kelas cukup baik namun kurang begitu nyaman untuk anak-anak karena sempit dan hanya dibatasi sekat tripleks. Siswa mudah sekali keluar masuk antar ruang sehingga terkadang mengganggu proses belajar mengajar. Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada berjumlah tiga orang guru tetap dan satu orang guru PKL. Setiap guru mempunyai jabatan rangkap. Satu orang merangkap sebagai kepala sekolah, satu orang merangkap sebagai TU, dan satu orang merangkap sebagai guru UKS. Jumlah murid pada tahun ajaran 2011/2012 pada awalnya berjumlah 30 orang, namun seiring perjalanan waktu ada dua orang siswa yang mengundurkan diri tanpa memberi alasan.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 4 PELAKSANAAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGGREGAT ANAK PRASEKOLAH DENGAN RESIKO GIZI KURANG DI KELURAHAN PASIR GUNUNG SELATAN KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
Pada bab ini akan diuraikan pelaksanaan manajemen pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan komunitas meliputi kegiatan pengkajian atau analisis situasi dilanjutkan dengan perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi intervensi yang telah dilakukan pada masing-masing komponen pelayanan manajemen pelayanan keperawatan komunitas, pelayanan asuhan keperawatan keluarga dan asuhan keperawatan komunitas. 4.1 Pengelolaan Pelayanan Keperawatan Komunitas Pada uraian dibawah ini akan dijelaskan mengenai analisis situasi penerapan manajemen pelayanan keperawatan komunitas terkait program kesehatan anak prasekolah khususnya upaya pengelolaan gizi kurang di Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok, fish bone analysis, penapisan masalah, prioritas masalah, dan penyelesaian masalah pengelolaan pelayanan komunitas. 4.1.1
Analisis Situasi
Analisis program gizi kurang ini akan menggunakan pendekatan manajemen organisasi menurut Swansburg, (1999), Gillies (2000), dan Marquis & Huston, (2006) yaitu terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. A.
Perencanaan (Planning)
Fungsi perencanaan dalam upaya pengelolaan anak usia prasekolah dengan resiko gizi kurang di Kota Depok telah diupayakan dilaksanakan. Berdasarkan wawancara dengan petugas Promkes, UKS, POM dan gizi Dinkes Kota Depok,
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
46
pengelolaan anak prasekolah direncanakan melalui kegiatan seperti penjaringan kesehatan bagi anak yang baru masuk sekolah oleh petugas Puskesmas, pemantauan tumbuh kembang anak di Posyandu oleh kader dan petugas Puskesmas setiap bulan, serta program-program terkait dengan PHBS (terutama PHBS rumah tangga) oleh kader dan petugas Puskesmas. Fungsi perencanaan di Dinkes Kota Depok belum berjalan optimal. Sebagai alasannya : (1) Kegiatan pembinaan anak prasekolah dalam tatanan sekolah belum menjadi prioritas kebijakan di bidang kesehatan dan rencana strategis Kota Depok tahun 2007 – 2011, dan semua kebijakan ditentukan oleh tingkat pusat; (2) Jumlah pengelola program kesehatan anak di puskesmas belum mencukupi (satu tenaga kesehatan memegang berbagai macam program); (3) Sumber dana berasal dari APBD yang jumlahnya terbatas; keterbatasan dana menyebabkan beberapa kegiatan untuk pembinaan anak prasekolah tidak bisa rutin diadakan setiap tahun atau sasaran kegiatan belum mencukup seluruh wilayah dan sekolah, (4) Belum ada perencanaan secara khusus untuk program penatalaksanaan resiko gizi kurang pada anak prasekolah di tingkat Taman Kanak-kanak; (5) Belum terintegrasinya peran perawat komunitas dalam penyusunan perencanaan program kesehatan anak prasekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh data bahwa belum ada perencanaan program terkait dengan kesehatan terutama gizi di sekolah. Rencana yang ada masih dikaitkan dengan penerjemahan kurikulum yang sudah ada, misalnya tema untuk semester 1 adalah tanaman, maka konsep tanaman akan diperkenalkan di sekolah namun belum sampai pada edukasi mengenai manfaat tanaman untuk kesehatan tubuh. Kepala sekolah mengungkapkan bahwa sebagai pimpinan tertinggi di sekolah belum memahami dengan baik apa tugas sekolah terkait dengan kesehatan siswanya. Oleh karena itu, kepala sekolah belum mempunyai rencana strategis ataupun rencana operasional terkait dengan kesehatan siswa. Rencana sekali pakai atau single-use plan dan rencana berkelanjutan atau standing plan juga belum ada.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
47
Perencanaan yang ada sebatas pada perencanaan pembenahan ruang UKS dan pengadaan kotak P3K. B.
Pengorganisasian
Program terkait gizi anak usia prasekolah dalam tatanan TK di Dinas Kesehatan Kota Depok lebih berada dibawah koordinasi seksi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) serta gizi dalam bidang Pengawasan Obat dan Makanan (POM) dan kegiatan Posyandu. Penanggung jawab program juga sudah ditentukan baik di tingkat Dinas Kesehatan Kota Depok maupun Puskesmas Pasir Gunung Selatan. Pengorgansisasian program pembinaan kesehatan anak usia prasekolah belum berjalan dengan optimal. Hal ini disebabkan antara lain: (1) belum adanya pembagian ketenagaan yang jelas, seperti individu dibagi kedalam suatu unit yang menggambarkan kompetensi yang dimiliki individu tersebut; (2) SDM yang ada di TK hanya berjumlah 4 orang dan setiap SDM yang ada diharuskan memiliki fungsi yang sama yaitu menangani kasus kesakitan pada anak; (3) belum adanya struktur UKS di tatanan TK di Pasir Gunung Selatan yang menggambarkan jalur birokrasi dari atas dan ke bawah; (4) belum adanya uraian tugas dan fungsi dari pembina dan petugas UKS di tatanan TK. Peran guru di TK masih fokus untuk masalah pendidikan umum, sedangkan untuk gizi masih terbatas pada program cooking class, penimbangan BB dan TB 6 bulan sekali; (5) belum adanya prosedur atau aturan dalam bekerja sebagai pembina atau petugas UKS di tatanan TK; (6) belum adanya seleksi tenaga yang sesuai dan kompeten sebagai petugas UKS di tatanan TK. Beberapa hasil pengkajian juga menunjukkan: (1); (3) program UKS yang ada di sekolah
masih
terbatas
menjalankan
kegiatan
kuratif;
(4)
Orang
tua
(POMG/Komite Sekolah) belum berperan dalam kesehatan siswa khususnya gizi pada anak-anak; (4) Belum ada buku panduan khusus pencegahan gizi kurang pada anak prasekolah di TK, hanya ada KMS TK/RA di Puskesmas sementara di TK/RA sendiri belum memiliki KMS tersebut.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
48
C.
Pengarahan
Fungsi pengarahan program pembinaan kesehatan anak prasekolah oleh Dinkes Kota Depok masih belum secara optimal dilaksanakan. Berdasarkan hasil pengkajian terkait fungsi pengarahan ditemukan antara lain : (1) supervisi kinerja puskesmas dalam pembinaan kesehatan anak prasekolah berdasarkan laporan kegiatan posyandu setiap bulan, namun untuk belum terintegrasi pada tatanan sekolah; (2) Proses pengarahan dan supervisi dari tingkat puskesmas ke kader Posyandu dilaksanakan saat kegiatan posyandu sebulan sekali, terkait dengan pelaksanaan posyandu 5 meja dan administrasi posyandu; (3) Motivasi kader dalam kegiatan posyandu sebatas bagaimana dapat melaksanakan kegiatan posyandu setiap bulan secara rutin; (4) pengarahan dan supervisi Puskesmas pada guru atau petugas UKS di TK terkait masalah gizi belum ada. D.
Pengawasan
Dinas Kesehatan Kota Depok belum optimal dalam melakukam pengawasan terhadap program pembinaan kesehatan anak prasekolah dalam bentuk kegiatan monitoring dan evaluasi. Hasil pengkajian mengidenifikasi sudah ada tenaga dan alokasi dana untuk monitoring dan evaluasi (monev) program pembinaan kesehatan anak prasekolah (balita) untuk tatanan masyarakat. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun. Salah satu kegiatan monitor dan evaluasi adalah pelaksanaan stratifikasi posyandu setiap tahun. Hasil dari monitoring dan evaluasi ini telah dibuat dalam laporan pembinaan kesehatan balita setiap tahun. Fungsi pengawasan
program kesehatan anak prasekolah terkait dengan
penjaringan kesehatan belum berjalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan pengkajian ditemukan belum ada evaluasi penampilan kinerja dari pelaksana program baik ditingkat puskesmas maupun dinas kesehatan. Fungsi pengawasan yang belum berjalan sebagaimana mestinya disebabkan tidak adanya indikator evaluasi terhadap pencapaian tujuan terkait program yang dilaksanakan (target pencapaian program penjaringan kesehatan untuk anak TK masih kurang dan bukan penjadi prioritas). Evaluasi program belum dapat dilakukan dengan baik, maka belum dapat dilakukan modifikasi rencana program agar sesuai dengan apa
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
49
yang diharapkan di tujuan maupun standar. Dampak lebih lanjut dengan tidak efektifnya fungsi pengontrolan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan kesehatan bagi anak prasekolah yang semakin meningkat khususnya program penatalaksanaan gizi pada anak prasekolah. 4.1.2 Fish Bone Analysis Analisis pembinaan kesehatan anak prasekolah dilakukan dengan cara mengidentifikasi empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian, dengan menggunakan analisis. Berikut ini adalah gambaran fishbone analysis pada pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas pada agregat anak prasekolah dengan resiko gizi kurang di RA Nurul Huda, Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
50 Perencanaan program belum optimal Pengorganisasian program belum optimal Belum ada struktur kepengurusan UKS TK Belum adanya pembagian tugas yang jelas
Belum alur birokrasi yg jelas
Belum ada pengembangan kesiagaan
Peran guru di TK masih fokus untuk masalah pendidikan umum Belum ada uraian tugas petugas dan pembina UKS Belum ada seleksi tenaga UKS yang sesuai dg kompetensi Peran orang tua masih terbatas Pengarahan pada guru/petugas UKS di TK terkait masalah gizi belum ada.
Proses pengarahan dan supervisi dari tingkat dinas tidak ada
Pembinaan kesehatan TK prasekolah belum menjadi prioritas Belum ada pembinaan kesehatan bagi TK
SDM Puskesmas kurang Belum ada perencanaan program pencegahan gizi di TK
Belum ada pertanggung jawaban Belum ada pelaporan kegiatan
Sumber dana APBD terbatas
Belum ada petugas yg memenuhi standar kompetensi Belum ada kerjasama yang baik
Fasilitas belum lengkap
Pembinaan kesehatan anak prasekolah hanya posyandu
Belum berkembangnya program kesehatan di TK
Perawat di komunitas belum terlibat dalam perencanaan
Supervisi kinerja puskesmas hanya berdasarkan laporan kegiatan posyandu setiap bulan Pembinaan terbatas, belum pada guru TK
Kegiatan sekolah terbatas pada Kurang pengetahuan guru mengukur TB dan BB setiap 6 UKS, kurangnya role Supervisi kinerja puskesmas bulan secara rutin. model dan meningkatkan dalam pembinaan kesehatan resiko gizi kurang anak TK belum ada Pengarahan dan supervisi dari Guru belum memiliki cukup Kurang pengetahuan puskesmas belum ada serta pengetahuan dalam membina Pengawasan: monev dalam pemanfaatan program yang ada sebatas kesehatan siswa masih belum berjalan program dan SDmM pada penjaringan kesehatan dengan baik pada anak baru. Kepercayaan sekolah Hilangnya data kesakitan dan kepada petugas kesehatan kesehatan anak TK Pengawasan dari Yayasan menurun dan dinas belum ada Belum ada reward yg jelas Merasa tidak mempunyai bagi petuas kesehatan dan Menurunkan motivasi petugas kewajiban mengembangkan petugas UKS kesehatan diri
Belum optimalnya pengawasan
Belum optimalnya manajemen pelayanan anak prasekolah dengan resiko gizi kurang: o
Belum optimal program yankes
o
Belum ada struktur kepengurusan UKS
o
Belum optimalnya fungsi pembinaan
o
Belum efektifnya monev
Belum optimalnya pengarahan
Gambar 4.1 Analisis Fish Bone Pengelolaan Pelayanan Keperawatan Komunitas Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
51
4.1.3 Rumusan Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas Beberapa masalah yang ditemukan berdasarkan analisi fish bone di atas adalah sebegai berikut: 1.
Belum optimalnya program pelayanan kesehatan bagi anak prasekolah dengan resiko gizi kurang di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
2.
Belum ada struktur kepengurusan UKS di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
3.
Belum optimalnya pembinaan pelayanan kesehatan bagi anak prasekolah dengan resiko gizi kurang di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
4.
Belum efektifnya monitor evaluasi pelayanan kesehatan bagi anak prasekolah dengan resiko gizi kurang di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
4.1.4 Prioritas Masalah Berdasarkan analisis prioritas masalah, maka dua masalah yang diambil adalah: 1.
Belum optimalnya program pelayanan kesehatan bagi anak prasekolah dengan resiko gizi kurang di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
2.
Belum adanya struktur kepengurusan UKS di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
4.1.5 Alternatif Penyelesaian Masalah 1)
Perencanaan Penyelesaian Masalah
Kedua masalah manajemen pelayanan kesehatan komunitas tersebut kemudian dilakukan diselesaikan melalui program inovasi yang akan dilakukan selama satu
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
52
tahun di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok. Adapun perencanaan dan program inovasi tersebut adalah sebagi berikut: Masalah manajemen 1 : Belum optimalnya program pelayanan kesehatan bagi anak prasekolah dengan resiko gizi kurang di RA Nurul Huda Tujuan Umum : Program pelayanan kesehatan melalui bermain untuk anak usia prasekolah di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan tersusun dan berjalan optimal setelah dilakukan pembinaan selama 8 bulan Tujuan Khusus : Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas selama 8 bulan diharapkan : 1.
Terlaksananya pelatihan untuk guru RA sebagai pelaksana pelayanan kesehatan terkait dengan perencanaan program kesehatan TK terutama terkait dengan program bermain
2.
Tersusunnya rencana kegiatan strategis selama 1 tahun
3.
Disepakatinya jenis, teknik dan waktu permainan dalam menanamkan nilai nutrisi bagi anak prasekolah di RA Nurul Huda.
4.
Kepala sekolah dapat mengelola program kegiatan bermain dalam menanamkan nilai nutrisi bagi anak prasekolah di RA Nurul Huda.
5.
Guru dapat melaksanakan kegiatan bermain sebagai program penanaman nilai nutrisi bagi anak prasekolah di RA Nurul Huda.
Kegiatan yang akan dilakukan adalah : 1.
Melakukan koordinasi dengan Dinkes, Puskesmas, yayasan dan sekolah untuk pelatihan petugas kesehatan
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
53
2.
Mengadakan pelatihan bagi guru sebagai petugas kesehatan sekolah terkait dengan perencanaan program kesehatan.
3.
Memfasilitasi guru sebagai petugas kesehatan sekolah dalam membuat rencana strategis selama 1 tahuan
4.
Memfasilitasi guru sebagai petugas kesehatan sekolah dalam merumuskan jenis, teknik dan waktu bermain bagi anak prasekolah di RA Nurul Huda.
5.
Melakukan supervisi pengelolaan program kegiatan bermain pada petugas kesehatan sekolah di RA Nurul Huda
6.
Melakukan supervise pelaksanaan kegiatan bermain sebagai program penanaman nilai nutrisi bagi anak prasekolah di RA Nurul Huda.
Pembenaran: Perencanaan adalah suatu proses sistematik dan memerlukan ilmu pengetahuan. Elemen pertama dari manajemen menurut Fayol dalam Swanburgh (2000) adalah perencanaan. Melakukan koordinasi dengan Puskesmas dan sekolah untuk pelatihan petugas kesehatan adalah langkah awal dalam sebuah perencanaan. Setiap melakukan suatu kegiatan, perawat hendaknya berkoordinasi dengan pihak terkait yang akan diajak kerjasama. Guru mengatakan bahwa beberapa orang tua mengeluhkan berat badan anaknya menurun, selain itu angka kejadian ISPA pada anak juga cukup banyak. Meskipun demikian, guru belum dapat memberikan pelayanan apapun. Oleh karena itu, maka guru mengatakan bahwa perlu membuat suatu perencanaan program pelayanan kesehatan di sekolah. Pelatihan bagi guru sebagai petugas kesehatan sekolah terkait dengan perencanaan program kesehatan merupakan langkah yang konkrit dengan tujuan memberikan gambaran pada guru mengenai langkah-langkah dalam menyusun suatu perencanaan. Guru pula yang berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan serta memonitor dan mengevaluasi program kesehatan di sekolah. Guru sebagai petugas kesehatan sekolah perlu difasilitasi dalam membuat rencana strategis selama 1 tahun karena dalam penyusunan rencana dibutuhkan pula orang yang berkompeten, dalam hal ini perawat komunitas sebagai petugas kesehatan. Menyusun perencanaan program pelayanana kesehatan tidak terlepas dari
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
54
merumuskan jenis, teknik dan waktu bermain bagi anak, oleh karena itu perawat hendaknya memfasilitasi guru dalam kegiatan ini. Setelah disepakatinya perencanaan program pelayanan kesehatan selama 1 tahun, maka perawat hendaknya melakukan supervisi pengelolaan dan pelaksanaan program kegiatan bermain pada petugas kesehatan sekolah di RA Nurul Huda. Implementasi, Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Kegiatan yang telah dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan komunitas antara lain adalah melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan, Puskesmas, yayasan dan sekolah untuk pelatihan petugas kesehatan pada tanggal 15 sampai 18 Nopember 2012 terkait dengan rencana kegiatan, tanggal kegiatan, uraian kegiatan, serta proposal kegiatan. Kegiatan telah dikoordinir dan disepakati untuk diadakan pada tanggal 29 dan 30 Nopember 2011. Kegiatan ini diikuti oleh 3 dari 4 guru TK. Dilakukan pretest dan posttest dengan peningkatan pengetahuan guru mengenai UKS rata-rata sebesar 50%. Sumber dana berasal dari swadaya mahasiswa. Kegiatan yang telah dilakukan selanjunya adalah memfasilitasi guru sebagai petugas kesehatan sekolah dalam membuat rencana strategis selama 1 tahun. Kegiatan ini dilakukan mulai 1 sampai 9 Desember 2011. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat rencana strategi selama 1 tahun. Kegiatan ini termasuk dengan merumuskan jenis, teknik dan waktu bermain bagi anak prasekolah di RA Nurul Huda. Kegiatan ini biasanya dilakukan setelah jam pelajaran selesai (11.00 – 12.00). Jenis permainan yang dapat dilakukan di TK sebagai metode dalam menanamkan nilai nutrisi pada siswa antara lain: bernyanyi, puzzle, mendongeng, berkebun atau menanam, menggambar, menggunting dan menempel, perlombaan, dan tebak-tebakan. Selain itu diadakan pula permainan dalam menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa antara lain gosok gigi, cara mencuci tangan, membuang sampah, serta dongeng si kuku hitam. Setelah disepakatinya perencanaan program pelayanan kesehatan, maka perawat melakukan supervisi pengelolaan program dan kegiatan bermain pada petugas
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
55
kesehatan sekolah di RA Nurul Huda. Supervisi dilakukan beberapa kali pada saat pelajaran sekolah berlangsung. Guru sebagai petugas kesehatan di sekolah telah berusaha melakukan kegiatan dengan baik, namun diperlukan pengembangan kreativitas dalam penggunaan alat bermain. Rencana tindak lanjutnya adalah membuat perencanaan program pelayanan kesehatan secara berkelanjutan dan berkesinambungan setiap awal tahun ajaran baru oleh kepala sekola sebagai Pembina UKS, petugas pelaksana UKS serta disepakati oleh ketua yayasan. Masalah manajemen 2 : Belum adanya struktur kepengurusan UKS di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tujuan Umum : Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas selama 8 bulan diharapkan pelayanan kesehatan bagi anak prasekolah dengan resiko gizi kurang dapat terorganisir dengan lebih baik. Tujuan Khusus : Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas selama 8 bulan diharapkan : 1.
Terbentuknya struktur kepengurusan UKS TK di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok
2.
Disepakatinya uraian tugas yang jelas terutama tugas dalam memberikan edukasi melalui kegiatan bermain pada siswa dalam menanamkan nilai nutrisi oleh petugas UKS, sekolah dan yayasan RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
3.
Tersedianya layanan dan pendidikan kesehatan resiko gizi kurang untuk anak RA dengan metode bermain sebagai salah satu metode yang dipakai dalam menanamkan nilai nutrisi bagi siswa.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
56
4.
Meningkatnya keterampilan petugas UKS dalam melakukan edukasi melalui bermain.
Kegiatan yang akan dilakukan adalah : 1.
Memfasilitasi sekolah dalam pemetaan SDM TK
2.
Memfasilitasi sekolah untuk menyusun struktur kepengurusan UKS TK
3.
Bersama-sama dengan Pembina UKS dan petugas UKS TK menyusun uraian tugas UKS
4.
Membentuk kegiatan-kegiatan di sekolah yang dikaitkan dengan kurikulum di sekolah (dapat berupa dongeng gizi, menggambar, rabu pita biru, mading dll) di sekolah serta dan pemantaun gizi kurang pada anak prasekolah.
5.
Berkoordinasi dengan Puskesmas mengenai pengajuan SK pelaksana UKS di RA Nurul Huda.
6.
Supervisi kegiatan UKS.
7.
Melakukan pendampingan dan penilaian kinerja guru dalam memberikan edukasi terhadap orang tua dan atau anak dengan resiko gizi kurang.
Pembenaran: Sekolah sebagai institusi pendidikan memerlukan sebuah wadah dalam memberi pelayanan kesehatan bagi siswanya, mengingat anak prasekolah rentan terhadap berbagai masalah kesehatan dan cidera. Sekolah telah memutuskan untuk membentuk struktur kepengurusan UKS di TK walaupun belum ada kewajiban dari Dinkes, Diknas ataupun Depag terkait dengan pembentukan UKS. Oleh karena itu, diperlukan pemetaan SDM TK mengingat jumlah SDM yang terbatas. Satu orang guru adalah kader di Posyandu dan memiliki akses yang cukup baik pada Puskesmas sehingga memudahkan pemetaan SDM. Setelah pemetaan SDM, maka kegiatan selanjutnya adalah memfasilitasi sekolah untuk menyusun struktur kepengurusan UKS TK. Guru yang merangkap sebagai kader dijadikan sebagai pelaksana UKS yang utama dibantu oleh satu orang guru yang lainnya. Kepala sekolah berperan sebagai Pembina UKS TK. Kegiatan
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
57
selanjutnya adalah menyusun uraian tugas petugas UKS yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Tugas yang utama adalah menyediakan ruang, sarana dan prasarana UKS serta memberikan edukasi kesehatan terutama gizi anak. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan supervisi kegiatan UKS, dalam hal ini ketika ada anak yang cidera atau sakit. Petugas UKS masih memerlukan pelatihan terkait pemberian
pelayanan
kesehatan
dan
edukasi.
Diperlukan
modul
yang
memudahkan guru dalam memberikan edukasi pada siswa. Selain itu juga dilakukan pendampingan dan penilaian kinerja guru dalam memberikan edukasi terhadap orang tua dan atau anak dengan resiko gizi kurang. Implementasi, Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Beberapa kegiatan telah dilakukan sebagai bentuk intervensi manajemen pelayanan keperawatan komunitas antara lain melakukan koordinasi dengan sekolah untuk pembinaan petugas kesehatan yang diaplikasikan dalam pelatihan bagi petuas kesehatan sekolah terkait dengan pembinaan guru UKS dan perencanaan program kesehatan. Kegiatan lain yang telah dilakukan terkait dengan pengorganisasian adalah memfasilitasi sekolah dalam pemetaan SDM TK, memfasilitasi sekolah untuk menyusun struktur kepengurusan UKS TK, bersama-sama dengan Pembina UKS dan petugas UKS TK menyusun uraian tugas UKS terutama dikaitkan dengan pengembangan dan pengaplikasian bermain dalam pendidikan kesehatan di sekolah, membuat sistem administrasi terkait pelaporan UKS, penyusunan sistem rujukan, melakukan pelatihan gizi untuk guru serta peran dan fungsi guru dalam pencegahan gizi kurang pada anak prasekolah serta mensosialisasikan program bermain pada orang tua siswa. Setelah disusun rencana strategis terkait dengan kesehatan di sekolah, sekolah kemudian membentuk kepengurusan UKS di sekolah termasuk beberapa rencana program kegiatan UKS. Sekolah menyatakan sangat senang dengan adanya pembinaan kesehatan yang ditawarkan oleh perawat komunitas karena selama ini sekolah belum pernah merasa dibina terkait dengan kesehatan siswanya. Beberapa rencana UKS telah diimplementasikan antara lain pembenahan ruang UKS,
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
58
pembuatan mading sekolah, penyebaran informasi melalui mading sekolah, pengadaan buku administrasi dan sistem dokumentasi serta rujukan kesakitan dari UKS, serta pengembangan alat bermain sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak prasekolah. Rencana tindak lanjut dalam manajemen pelayanan adalah membuat sistem rujukan serta melakukan koordinasi dengan Puskesmas dalam rencana pengarahan dan pengawasan kegiatan UKS oleh petugas UKS di RA Nurul Huda. 4.2
Asuhan Keperawatan Keluarga
Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga di wilayah Kelurahan Pasir Gunung Selatan dilakukan terhadap 10 keluarga binaan dengan fase perkembangan keluarga dengan anak prasekolah. Keluarga tersebut juga memiliki anak prasekolah dengan masalah risiko maupun aktual terkait gizi. Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dilaksanakan melalui 2 periode, yaitu 5 keluarga mulai bulan September hingga Desember 2011 dan 5 keluarga mulai bulan Pebruari hingga Mei 2012. Penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan family-centered nursing salah satunya menggunakan Friedman Model (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Pengkajian dengan model ini melihat keluarga sebagai subsistem dari masyarakat (Allender & Spradley, 2001). Proses keperawatan keluarga meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian dilakukan pada 10 keluarga binaan. pengkajian dilakukan secara bertahap mulai dari pengkajian pada kedua orangtua sampai dengan pendekatan dan pengkajian pada anak prasekolah. 4.2.4
Analisis Situasi
Sepuluh keluarga binaan merupakan keluarga yang memiliki anak prasekolah. 8 keluarga merupakan keluarga inti, sedangkan 2 keluarga merupakan keluarga besar. Sembilan keluarga memiliki penghasilan di bawah UMR (di bawah 1, 2 juta) perbulan dan hanya satu keluarga yang memiliki penghasilan di bawah UMR Depok (di bawah 1,4 juta perbulan). Oleh karena itu, kebanyakan keluarga binaan
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
59
berada pada status ekonomi menengah ke bawah. Namun demikian, rata-rata keluarga memiliki alat transportasi sendiri berupa sepeda motor. Delapan ayah hanya menamatkan pendidikan sampai setingkat SMU dan 2 ayah meneruskan sampai perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan ibu rata-rata adalah setingkat SMU dan hanya 2 orang yang meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi (1 orang D3 dan 1 orang S1). Rata-rata ibu memilih membeli makanan sudah jadi di warung daripada memasak di rumah dengan alasan bahwa mereka repot mengurus anak-anak dan tugas-tugas rumah tangga. Selain itu alasan lebih irit membeli makanan sudah jadi di warung juga menjadi latar belakang mengapa mereka sangat jarang memasak. Rata-rata keluarga mengatakan bahwa pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan dengan cara bermusyawarah, namun dalam penentuan menu makan cenderung dilakukan oleh ibu. Seluruh ibu mengatakan bahwa anaknya mengalami kesulitan makan, lebih memilih makanan dan sering jajan di warung. Jenis makanan yang tidak disukai anak rata-rata adalah sayuran. Anak-anak lebih menyukai ayam goreng, nugget, telur dan ikan. Rata-rata anak tidak disiplin dalam makan; frekuensi makan tidak teratur serta jenis makanan tidak memenuhi prinsip gizi seimbang. Rata-rata ibu mengatakan sangat mengalami kesulitan dalam mengatasi kesulitan makan pada anaknya. Rata-rata ibu mengatakan membiarkan anaknya jajan di warung daripada tidak makan sama sekali. Jajanan yang banyak tersedia di warung dan disukai anak-anak adalah chiki-chikian atau makanan ringan berMSG dan berpengawet, sosis sosis goring dengan pewarna mencolok, es dengan warna yang mencolok dan sedikit menggunakan gula buatan, bersaus merah mencolok, minuman bersoda, berpewarna mencolok serta mengandung gula buatan. Lingkungan termpat jajanan pun kurang begitu bersih. Makanan dibiarkan terbuka. Rata-rata ibu mengatakan bahwa anaknya mudah terkena pilek dan batuk, tiga orang mengatakan anaknya terkadang diare. Rata-rata ibu mengatakan bahwa ketika anaknya sakit mereka membawa ke pusat pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau klinik, namun apabila ada anggota
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
60
keluarga yang sakit parah maka keluarga membawa ke rumah sakit. Terkait dengan gizi kurang, hanya ada 1 ibu yang rutin membawa anaknya untuk konsultasi ke dokter sedangkan 9 ibu yang lain belum pernah mengkonsultasikan masalah gizi anaknya pada dokter karena menganggap bahwa berat badan anaknya belum menjadi masalah yang serius. Sepuluh ibu mengatakan bahwa selama ini belum pernah memberikan pengetahuan mengenai nutrisi pada anaknya selain 4 sehat 5 sempurna. Sedangkan konsep gizi seimbang sendiri belum diketahui oleh rata-rata ibu. Ratarata ibu mengatasi kesulitan makan pada anaknya dengan memberikan suplemen penambah nafsu makan serta membiarkan anaknya makan apa saja yang penting makan. Rata-rata ibu belum mencoba bermain dalam mengatasi kesulitan pada anak, misalnya memotong sayur bersama, membuat tampilan makanan yang menarik atau membuat jadwal makan dan menu makan bersama anak. 8 orang ibu mengatakan anaknya sulit untuk diatur, misalnya teratur istirahat dan tidur, teratur mandi, belajar dan teratur makan. Rata-rata ibu mengatakan bahwa upaya yang dilakukan selama ini adalah memberikan nasihat yang lembut sampai dengan omelan. Tiga orang ibu sering mengungkapkan kata nakal dan bandel pada anaknya. Lingkungan rumah 7 keluarga belum bersih dengan debu dan kondisi rumah yang berantakan. Ventilasi rumah serta pencahayaan masih kurang. Tempat sampah hanya berupa kantong kresek yang disimpan di dapur atau dekat kamar mandi. 4 keluarga memiliki kamar mandi yang kotor dengan bak penampungan yang kurang bersih. Rata-rata ibu mengatakan bahwa mereka membawa anaknya imunisasi. Hanya tiga orang ibu yang mengatakan anaknya tidak diimunisasi lengkap karena anaknya sakit. 6 orang ibu mengatakan memberi ASI eksklusif, sedangkan 4 lainnya mengatakan sejak anaknya lahir memberikan tambahan susu formula karena ASInya sedikit dan ibu bekerja.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
61
Berdasarkan perhitungan BB/TB dari 10 anak keluarga binaan, delapan anak berada di bawah garis merah (BGM), ini berarti anak berstatus gizi kurang dan dua orang anak berstatus kurus menurutstandar atropometri. Anak-anak ini biasa makan hanya 2 kali sehari dengan porsi hanya setengah dan lebih menyukai nasi dan protein hewani seperti ayam atau ikan. 7 orang anak tidak menyukai sayur, 1 orang anak tidak menyukai buah. 6 orang menyukai tempe dan 3 orang menyukai tahu. 4.2.2 Web Of Causation Hasil pengkajian dan rumusan masalah keperawatan diatas dapat dianalisis dengan pendekatan web of causation, seperti tergambar di bawah ini: Keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh Asupan makan tidak seimbang
Resiko terkena penyakit infeksi Masalah perkembangan; kurang disiplin
Pemberian ASI, pemberian makanan tambahan, penyiapan dan penyimpanan makanan higienis Tidak tersedianya cukup pangan
Stimulasi kognitif kurang
Dukungan emosional kurang Sanitasi lingkungan yang kurang baik
Pola asuh orang tua tidak memadai
Kurangnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan keluarga
Ekonomi keluarga kurang
Gambar 4.2 Web of causation Asuhan Keperawatan Keluarga
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
62
4.2.3 Rumusan Masalah Berdasarkan web of causation di atas, maka masalah yang muncul antara lain: 1.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
2.
Risiko terjadinya penyakit infeksi
3.
Risiko terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan
4.2.4
Asuhan Keperawatan
Diagnosa keluarga 1: Diagnosis keluarga yang muncul adalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Tujuan Umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 8 bulan pemenuhan nutrisi di keluarga dapat adekuat Tujuan Khusus: Setelah pertemuan 4 x 45 menit, keluarga mampu : 1.
Mengenal masalah gizi kurang, konsep gizi seimbang, konsep cara mengatasi kesulitan makan pada anak
2.
Mengambil
keputusan untuk
mengatasi gizi kurang pada anggota
keluarga . 3.
Merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang.
4.
Memodifikasi lingkungan untuk mencegah / menangani Gizi kurang.
5.
Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi gizi kurang.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
63
Kegiatan yang akan dilakukan adalah: 1.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai: pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta dampak gizi kurang gizi kurang dengan ceramah, tanya jawab dan diskusi.
2.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai: pengertian, tumpeng gizi seimbang, unsur gizi, dan pedoman gizi seimbang gizi seimbang dengan ceramah, tanya jawab dan diskusi.
3.
Melakukan konseling kesehatan sebagai strategi agar keluarga mampu memberi keputusan mengenai cara mengatasi kesulitan makan pada anak. Bersama orang tua: mengidentifikasi sulit makan pada anak, menyebutkan salah satu cara mengatasi kesulitan makan pada anak, serta mengambil salah satu cara mengatasi kesulitan makan pada anak
4.
Memberikan permainan gizi pada anak: dongeng gizi, food model, memotong sayur, disertai dengan penanaman nilai nutrisi
5.
Memberikan coaching pada anak dan orang tua mengenai cara memilih, mengolah dan menyajikan makanan menjadi menarik sebagai bentuk peran ibu dalam perawatan kesehatan anak dengan masalah gizi.
6.
Melakukan modifikasi perilaku: membuat jadwal harian anak serta penyusunan menu makan pada anak sebagai cara untuk meningkatkan peran orang tua dalam melakukan perawatan kesehatan bagi anak dengan masalah gizi.
7.
Memberikan
pendidikan
kesehatan
kepada
keluarga
mengenai
pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah gizi kurang pada anak. Pembenaran Pendidikan kesehatan mengenai gizi kurang sangat penting diberikan kepada orang tua dan anak (dengan cara bermain). Pendidikan kesehatan diberikan dengan tujuan untuk mengingkatkan pengetahun, sikap dan praktek, baik itu pada individu, kelompok ataupun masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2005)
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
64
Konseling dilakukan dalam upaya memberikan pembelajaran dengan cara bersama keluarga menggali, memecahkan masalah melalui solusi yang disepakati sehingga diharapkan dapat membantu keluarga mengambil keputusan secara bertahap dan sesuai dengan kemampuan keluarga. Permainan bagi anak adalah suatu yang menyenangkan dan bersifat alamiah, oleh karena itu pemberian pendidikan kesehatan hendaknya dilakukan dengan cara bermain. Permainan dapat dilakukan dengan alat-alat sederhana dan mungkin tersedia di keluarga. Coaching dilakukan agar keluarga dapat memahami, memutuskan sehingga akhirnya dapat terampil dalam mengatasi masalah gizi pada anak. Sedangkan modifikasi perilaku dilakukan sebagai upaya untuk membentuk perilaku dan mempertahankan perilaku sesuai dengan kemampuan dan kesepakatan yang telah dibuat antara orang tua dan anak sehingga salah satu pihak tidak merasa tertekan dengan aturan yang ada. Implementasi dan Evaluasi Kegiatan yang telah dilakukan adalah; 1) memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua dan anak (melalui bermain) mengenai gizi seimbang: pengertian, tumpeng gizi seimbang, unsur gizi, dan pedoman gizi seimbang, 2) memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara mengatasi kesulitan makan pada anak: pengertian, penyebab, cara mengatasi kesulitan makan pada anak, 3) melakukan konseling kesehatan mengenai sulit makan pada anak, bersama orang tua: mengidentifikasi sulit makan pada anak, menyebutkan salah satu cara mengatasi kesulitan makan pada anak, serta mengambil salah satu cara mengatasi kesulitan makan pada anak, 4) memberikan permainan gizi pada anak: dongeng gizi, bermain food model, memotong sayuran dan menanamkan nilai dari sayuran, dan membuat makanan menarik, 5) melakukan konseling: keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi gizi kurang pada anggota keluarga, 6) melakukan guidance pada keluarga dalam memodifikasi lingkungan
untuk
mencegah atau menangani gizi kurang, 7) melakukan terapi modalitas akupresur
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
65
pada anak yang memiliki nafasu makan yang kurang, 12) melakukan modifikasi perilaku: membuat jadwal harian anak, dan penyusunan menu makan pada anak Setelah 8 bulan intervensi didapatkan hasil evaluasi sebagai berikut: terjadi peningkatan pengetahuan dari 10% menjadi 50%, sikap dari 20% menjadi 60% dan perilaku anak terutama dalam pola makan dari 10% menjadi 40%. Rata-rata anak juga menjadi lebih disiplin dalam menjalani aktivitas sehari-hari setelah membuat jadwal harian sendiri, namun masih membuthkan pemantauan dari orang tua agar perilaku ini dapat menetap. Terjadi peningkatan rata-rata berat badan anak dalam 1 bulan sebesar 0,5 kg – 1 kg pada akhir intervensi. Perubahan menu makanan yang dimakan anak terjadi secara bertahap dan perubahan kemudian menetap. Hasil menunjukkan permasalahan dalam keluarga dapat diatasi melalui pemberian asuhan keperawatan keluarga. Pembinaan pada masing-masing keluarga dilakukan selama kurang lebih 8 bulan dengan kunjungan rata-rata tiap keluarga 10-12 kali kunjungan selama 45-60 menit setiap kali kunjungan. Setiap kali kunjungan dilakukan implementasi untuk mengatasi satu atau dua tujuan intruksional khusus dari masalah keluarga. Tindakan keperawatan setiap kali kunjungan ditekankan pada upaya kemandirian keluarga dalam pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga (tabel terlampir). Hasil menunjukkan bahwa tingkat kemandirian keluarga binaan selama pemberian asuhan keperawatan keluarga selama 8 bulan. Tiga dari sepuluh keluarga binaan mencapai kemandirian tingkat 7 dan 3 keluarga mencapai tingkat kemandirian tingkat 3 (tabel terlampir). Diagnosa keluarga 2: Risiko terjadinya infeksi pada anak prasekolah Tujuan Umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 8 bulan infeksi tidak terjadi
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
66
Tujuan Khusus: Setelah pertemuan 4 x 45 menit, keluarga mampu : 1.
Mengenal konsep ISPA dan cara mengatasi ISPA pada anak.
2.
Mengambil keputusan untuk mengatasi ISPA pada anak.
3.
Mengenal cara merawat anak yang mengalami ISPA.
4.
Memodifikasi lingkungan untuk mencegah / menangani ISPA pada anak.
5.
Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi ISPA pada anak.
Kegiatan yang akan dilakukan adalah: 1.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai ISPA: pengertian, penyebab, tanda dan gejala, klasifikasi, dampak, cara mencegah dan mengatasi ISPA
2.
Memberikan coaching kepada keluarga mengenai cara mencegah dan mengatasi ISPA: demonstrasi dan latihan: kompres, inhalasi sederhana, serta cara mengatasi ISPA dengan cara tradisional (memilih dan meracik obet herbal).
3.
Memberikan pendidikan kesehatan mengenai asupan nutrisi pada anak ISPA pada anak prasekolah dengan bermain: dongeng anak dan bermain boneka
4.
Memberikan modifikasi perilaku kepada orang tua dan anak: membuat jadwal istirahat dan tidur anak.
5.
Melakukan kunjungan rumah yang tidak direncanakan untuk modifikasi lingkungan.
Pembenaran Pendidikan kesehatan mengenai ISPA sangat penting diberikan kepada orang tua dan anak (dengan cara bermain). Pendidikan kesehatan diberikan dengan tujuan untuk mengingkatkan pengetahuan, sikap dan praktek, baik itu pada orang tua dan anak
dalam
memelihara
dan
meningkatkan
kesehatan
mereka
sendiri
(Notoatmodjo, 2005)
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
67
Konseling dilakukan dalam upaya memberikan pembelajaran tentang ISPA dengan cara bersama keluarga menggali, memecahkan masalah melalui solusi yang disepakati sehingga diharapkan dapat membantu keluarga mengambil keputusan secara bertahap dan sesuai dengan kemampuan kelaurga. Permainan bagi anak, seperti cara mengompres adalah suatu yang menyenangkan dan bersifat alamiah, oleh karena itu pemberian pendidikan kesehatan hendaknya dilakukan dengan cara bermain. Permainan dapat dilakukan dengan alat-alat sederhana dan mungkin tersedia di keluarga, misalnya boneka. Coaching dilakukan agar keluarga dapat memahami, memutuskan sehingga akhirnya dapat terampil dalam mengatasi masalah ISPA pada anak. Sedangkan modifikasi perilaku dilakukan sebagai upaya untuk membentuk perilaku dan mempertahankan perilaku sesuai dengan kemampuan dan kesepakatan yang telah dibuat antara orang tua dan anak sehingga salah satu pihak tidak merasa tertekan dengan aturan yang ada, misalnya perilaku merawat anak ISPA. Implementasi, Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Implementasi keperawatan yang dilakukan adalah; 1) memberikan pendidikan kesehatan mengenai ISPA: pengertian, penyebab, tanda dan gejala, klasifikasi, dampak, cara mencegah dan mengatasi ISPA, 2) memberikan coaching mengenai cara mencegah dan mengatasi ISPA: demonstrasi dan latihan kompres, inhalasi sederhana, serta cara mengatasi ISPA dengan cara tradisional (memilih dan meracik obet herbal), 3) memberikan pendidikan kesehatan mengenai asupan nutrisi pada anak ISPA pada anak prasekolah dengan bermain: dongeng anak dan bermain boneka, 4) memberikan modifikasi perilaku: membuat jadwal istirahat dan tidur anak dan 5) melakukan kunjungan rumah yang tidak direncanakan untuk modifikasi lingkungan. Setelah dilakukan intervensi selama 4 bulan diperoleh hasil: 1) pengetahuan mengenai ISPA bertambah dari 20% menjadi 60%, sikap dari 40% menjadi 60% dan perilaku dari 30% menjadi 60%. Evaluasi dilakukan dengan cara tanya jawab. Berdasarkan hasil observasi rata-rata ibu dapat melakukan demonstrasi ulang
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
68
perawatan anak ISPA. Pengetahuan anak berubah dari 10% menjadi 40% mengenai cara mencegah dan merawat diri dari ISPA. Jadwal istirahat dan tidur anak belum banyak berubah, anak masih menyukai bermain. Hanya 3 orang anak perilakunya menetap dan patuh pada jadwal yang telah dibuat. Hasil menunjukkan permasalahan dalam keluarga dapat diatasi melalui pemberian asuhan keperawatan keluarga. Pembinaan pada masing-masing keluarga dilakukan selama kurang lebih 8 bulan dengan kunjungan rata-rata tiap keluarga 10-12 kali kunjungan selama 45-60 menit setiap kali kunjungan. Setiap kali kunjungan dilakukan implementasi untuk mengatasi satu atau dua tujuan intruksional khusus dari masalah keluarga. Tindakan keperawatan setiap kali kunjungan ditekankan pada upaya kemandirian keluarga dalam pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga (tabel terlampir). Hasil menunjukkan bahwa tingkat kemandirian keluarga binaan selama pemberian asuhan keperawatan keluarga selama 8 bulan. Tiga dari sepuluh keluarga binaan mencapai kemandirian tingkat 7 dan 3 keluarga mencapai tingkat kemandirian tingkat 3 (tabel terlampir). 4.3
Asuhan Keperawatan Komunitas
4.3.1
Analisis Situasi
Aspek yang telah dikaji pada kelompok dan komunitas dengan menggunakan model comprehensive school health: Berdasarkan hasil pengkajian di RA Nurul Huda diperoleh data bahwa sekolah apabila ada anak yang sakit segera menghubungi orang tua untuk membawa anaknya ke Puskesmas. Apabila ada anak yang sakit biasanya hanya duduk di Sekolah. Guru menyatakan bahwa beberapa orang tua menyatakan anaknya mengalami penurunan berat badan (sekolah setiap semester melaporkan BB dan TB anak dalam buku raport). Penimbangan BB dan pengukuran TB dilakukan setiap 6 bulan sekali oleh guru, namun guru tidak memahami apa status gizi siswanya.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
69
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa sekolah tidak mempunyai kantin sendiri sehingga anak-anak lebih sering jajan di sekitar warung sekolah setelah atau sebelum mereka ke sekolah. Sekolah belum merasa mampu untuk mengelola kantin mengingat SDM yang tersedia sangatlah terbatas. Kepala sekolah mengungkapkan bahwa ada rencana untuk membuat kantin sekolah di samping gedung,
namun
hal
ini
terkendala
oleh
pihak
yayasan
yang
ingin
mengembangkan/merenovasi gedung MA di samping RA. Kepala sekolah juga mengungkapkan bahwa makanan/jajanan di sekitar sekolah memang cenderung kurang baik untuk anak-anak, namun pihak sekolah belum mempunyai rencana strategis untuk mengatasai hal ini. Sekolah juga memberikan penjelasan kepada siswa mengenai makanan yang sehat dan tidak sehat. Kepala sekolah dan guru mengungkapkan bahwa sebenarnya sekolah memiliki program terkait dengan gizi anak, yaitu program jumat ceria (satu kali dalam sebulan) dimana anak diwajibkan membawa makanan sehat namun program ini tidak disertai dengan penanaman nilai nutrisi bagi anak. Kepala sekolah mengungkapkan
bahwa
makanan
sehat
pada
jumat
ceria
ini
belum
menggambarkan makanan dengan gizi seimbang. Begitu pula dengan makanan yang setiap hari dibawa anak ke sekolah. Hasil pengkajian pada ank menunjukkan bahwa 62% anak lebih memilih minuman yang bersoda dan berperwarna buatan berbahaya, 43% anak lebih menyukai makanan yang berperwarna mencolok daripada makanan yang mengandung gizi dan 89% anak mengalami karies gigi dengan 25% nya karies gigi berat. Selain itu hasil angket kepada 30 orang tua menunjukkan bahwa 85% orang tua menganggap bahwa sayuran dan buah lebih banyak dibutuhkan daripada makanan pokok, 60% pemahaman orang tua tentang sayuran berwarna masih kurang tepat, 25% pemahaman orang tua tentang protein masih kurang tepat, 45% orang tua masih memberikan snack/chiki/makanan/minuman berpengawet/ berzat pewarna berbahaya, 30% orang tua mengakui bahwa anaknya mengalami kesulitan dalam makan terutama kesulitan mengkonsumsi sayuran dan buah.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
70
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa belum pernah ada kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan sekolah yang melibatkan masyarakat di sekitar sekolah. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah didapatkan hasil bahwa belum pernah ada pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan termasuk Puskesmas, serta belum ada juga sebaran lieflet kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah didapatkan hasil bahwa selama ini belum pernah ada pembinaan khusus berupa promosi kesehatan kepada guru atau staf sekolah sehingga dalam hal pendidikann kesehatan cenderung berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang terbatas yang dimiliki guru. Salah seorang guru adalah kader Posyandu dan Posbindu sehingga guru tersebut sering ditugaskan untuk menjembatani kepentingan sekolah dalam hal kesehatan siswa atau kebutuhan sekolah pada Puskesmas. Wastafel atau tempat untuk mencuci tangan kurang memadai, hanya berupa kran tanpa wadah/penampung air kotor dan langsung jatuh ke tanah sehingga sering becek atau mengotori baju anak. Tidak ada aturan atau anjuran dalam mencuci tangan yang tertempel di sekolah. Wastafel ini juga berada di luar ruangan bahkan tidak beratap sehingga apabila hujan maka anak sulit untuk mencuci tangan. Toilet yang tersedia kurang cukup dan kurang layak untuk anak. Dua toilet tersedia untuk seluruh siswa dan guru di TK/RA, SD/MI, SMP/MTs dan SMU/aliyah. Kondisi toilet/WC nampak kotor. Media informasi kesehatan seperti mading belum tersedia di sekolah, bahkan beberapa informasi yang ingin disampaikan oleh pihak sekolah seringkali ditempel di jendela sekolah. Kepala sekolah mengungkapkan bahwa anak-anak seringkali merusak/mencopot lembaran informasi dari sekolah. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa setiap hari sabtu sekolah memiliki kegiatan olah raga. Hampir semua anak mengikuti kegiatan, hanya ada dua orang anak yang cenderung malas untuk mengikuti kegiatan olahraga. Kepala sekolah mengungkapkan
bahwa kedua anak tersebut
mengeluh
sering
capek/kelelahan ketika berolah raga padahal anak tersebut tidak obesitas.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
71
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data bahwa tidak ada anjuran-anjuran dari sekolah terkait dengan kesehatan. Anjuran yang ada lebih bersifat umum/sama dengan di rumah, seperti mencuci tangan setelah makan. Sekolah tidak menyediakan sabun untuk mencuci tangan. Anjuran tersebut juga lebih berbentuk lisan daripada tulisan. Tidak ada instruksi khusus untuk menggosok gigi setelah makan, atau diwajibkan membawa makanan sehat atau bergizi seimbang ke sekolah. Kurikulum yang ada kurang begitu menyentuh masalah gizi seimbang anak. Sekolah merasa kesulitan dalam menterjemahkan kurikulum kesehatan pada bentuk pengajaran atau praktek di sekolah. Tidak ada muatan lokal dalam kurikulum terkait dengan kesehatan. Visi misi sekolah pun belum terkait dengan kesehatan. 4.3.2
Way Of Causation
Hasil pengkajian dan rumusan masalah keperawatan diatas dapat dianalisis dengan pendekatan web of causation.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
72
Way of Causation Pengetahuan guru tentang kesehatan masih kurang
Fasilitas kesehatan belum ada
Penanganan sakit belum efektif
Belum efektif konseling
Pencegahan sakit belum efektif
Pengetahuan guru tentang kesehatan masih kurang
Pendidikan kesehatan kurang
Kerjasama kesehatan belum ada
Kurangnya role model
Tidak ada KMS anak
Penataan pedagang makjan belum ada
Belum ada promosi kesehatan
Belum ada mading
Angka infeksi cukup tinggi
Anak lebih menyukai makjan pedagang/warung
Resiko peningkatan kasus gizi kurang Penurunan BB siswa
Tidak ada kantin sekolah
Anak kurang menyukai makanan gizi seimbang
Belum ada anjuran kesehatan tertulis
Penerjemahan kurikulum belum efektif
Belum efektifnya pendidikan gizi; hari gizi sehat
Kesiagaan untuk meningkatkan nutrisi pada aggregate anak prasekolah belum efektif
Gambar 4.3 Way of caution (WOC) asuhan keperawatan komunitas
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
73
4.3.3 Rumusan Masalah Masalah yang menjadi prioritas berdasarkan hasil analisis data adalah 1.
Kesiagaan untuk meningkatkan nutrisi pada agregat anak prasekolah belum efektif di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok.
2.
Resiko terjadinya peningkatan kasus gizi kurang di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok.
4.3.4 Asuhan Keperawatan Diagnosis keperawatan Kesiagaan untuk meningkatkan nutrisi pada agregat anak prasekolah belum efektif di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tujuan Umum: Setelah intervensi keperawatan selama 8 bulan, tidak ditemukan masalah resiko gizi kurang di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok. Tujuan Khusus: 1.
Meningkatkan pengetahuan dan sikap anak prasekolah tentang nilai nutrisi melalui bermain di RA Nurul Huda Pasir Gunung Selatan Cimangis Depok.
2.
Meningkatnya perilaku siswa dalam asupan nutrisi yang sesuai dengan prinsip gizi seimbang
3.
Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang resiko gizi kurang siswa melalui pendidikan kesehatan
4.
Meningkatnya perilaku kesehatan siswa yang mendukung berkurangnya resiko gizi kurang siswa.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
74
Rencana Tindakan 1.
Memberikan pendidikan kesehatan dengan cara bermain kepada siswa TK/RA tentang resiko gizi kurang pada anak prasekolah di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok.
2.
Memberikan permainan sebagai bentuk intervensi penanaman nilai nutrisi pada anak prasekolah di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok.
3.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua siswa TK/RA tentang resiko gizi kurang siswa TK/RA melalui pendidikan kesehatan
4.
Memberikan permainan mengenai PHBS pada anak prasekolah di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok.
Pembenaran: Pendidikan kesehatan mengenai gizi kurang dan keterampilan siswa dalam memilih makanan sehat dan bergizi seimbang sangat penting karena pendidikan kesehatan diberikan bertujuan untuk memberikan dan atau mengingkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek (Notoatmodjo, 2005). Peningkatan perilaku kesehatan siswa dapat dilakukan dengan berbagai macam cara terutama dengan kegiatan yang lebih bersifat spikomotor berupa permainan menarik atau kegiatan bermain. Pendidikan kesehatan kepada siswa dapat diberikan dengan beberapa cara. Kegiatan bermain dapat dilakukan dengan alat-alat yang dapat diminati anak seperti food model serta berbagai media permainan agar menarik minat anak. Kegiatan yang dilakukan dengan cara permainan memakai berbagai alat permainan ataupun berupa perlombaan terkait gizi sangat sesuai dengan karakteristik anak prasekolah. Implementasi, Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Indikator untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi yang dilakukan antara lain pengetahuan siswa mengenai gizi buruk, gizi seimbang dan makanan/jajan sehat
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
75
meningkat. Ini dapat dilakukan dengan cara pretest dan posttest. Pretest dan posttest diberikan dengan menggunakan gambar sehingga anak mudah dalam mengisi lembar test. Pretest dan posttest juga dapat dilakukan pada anak karena anak TK B rata-rata sudah dapat menulis. Indikator lainnya adalah adanya laporan secara lisan baik dari siswa maupun orang tua mengenai perubahan perilaku makan pada anak, misalnya perubahan dalam perilaku makan di rumah atau perilaku jajan di warung/pedagang. Indikator evaluasi selanjutnya adalah terdapat media informasi terkait dengan gizi seimbang di sekolah serta tersebarnya lieflet gizi seimbang di sekolah. Beberapa jenis permainan dilaksanan di RA Nurul Huda. Permainan pertama adalah bermain puzzle gizi seimbang yang diikuti oleh 26 anak. Gambar tumpeng gizi seimbang dipotong menjadi 9 bagian. Satu paket puzzle untuk 4-5 anak. Sebelum memulai permainan, anak-anak diberi pertanyaan/pretest mengenai gizi seimbang. Hasil pretest menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% anak yang dapat menjawab pertanyaan. Anak-anak kemudian diharuskan menempelkan potongan puzzle ke dalam kertas HVS yang telah disediakan. Selama permainan anak diberikan pengetahuan mengenai gizi seimbang sesuai dengan gambar. Seluruh anak dapat menyelesaikan puzzle dengan variasi waktu. Setelah menyelesaikan puzzle anak kemudian diberikan pertanyaan yang sama, hasilnya adalah anak lebih banyak yang dapat menjawab pertanyaan gizi seimbang, atau meningkat dari 10 % menjadi 50%. Permainan yang kedua adalah mendongeng “Loli dan Lala”. Dongeng ini menceritakan tentang seorang anak yang mengalami sakit karena tidak makan dan makan makanan yang tidak sehat. Dongeng ini juga memperkenalkan kepada anak mengenai unsur-unsur zat gizi dan manfaatnya bagi tubuh. Alat mendongeng menggunakan boneka dan boneka jari serta panggung kecil. Hasil dari mendongeng ini adalah terjadi peningkatan pengetahuan anak mengenai gizi seimbang. Pretest dan postest dilakukan dengan pertanyaan lisan berupa tebaktebakan sehingga terdapat kesulitan untuk mengukur secara langsung seberapa besar efek mendongeng bagi anak-anak. Namun, hari selanjutnya didapatkan laporan dan observasi terdapat perubahan perilaku makan pada anak dari guru
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
76
sekolah. Guru mengatakan bahwa setelah mendongeng beberapa anak membawa makanan dengan gizi lengkap ke sekolah. Satu orang anak yang tidak suka makan nasi menjadi makan nasi lengkap dengan lauk pauk dan sayur. Permainan selanjutnya adalah “tali lintasan”. Kegiatan ini hanya diberikan pada kelas kecil (11 orang anak) untuk memudahkan perawat dalam mengelola kelas. Pada permainan ini arena bermain dibagi kedalam tiga arena dengan sekat dua buah pita/tali panjang. Anak dianjurkan untuk berada di tengah arena permainan pada awal permainan. Anak dianjurkan untuk berpindah ke sisi kanan apabila anak memutuskan untuk mengatakan bahwa jenis makanan yang disbeutkan adalah makanan yang sehat dan disukai anak. Anak berpindah ke sisi kiri melewati tali apabila anak mengatakan bahwa jenis makanan yang disebutkan adalah makanan tidak sehat dan anak tidak menyukainya. Pertanyaan yang diberikan sebanyak 12 pertanyaan terdiri dari 6 jenis makanan sehat dan 6 jenis makanan tidak sehat. permainan dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama belum diberikan informasi mengenai makanan sehat dan tidak sehat. Setelah sesi kedua anak diberikan pendidikan kesehatan mengenai makanan yang sehat dan tidak sehat dan dilanjutkan dengan sesi kedua dengan butir pertanyaan jenis makanan yang sama. Hasil permainan menunjukkan bahwa dari 11 anak yang mengikuti kegiatan hanya 1 anak yang bersikap tetap memakan makanan yang tidak sehat. Permainan selanjutnya adalah menanam sayur dengan memanfaatkan lahan di pekarangan sekolah. Sebelum menanam sayur (sawi), anak-anak diberikan pertanyaan mengenai unsur gizi dan manfaat sayur bagi tubuh. Tidak ada anak yang dapat menjawab pertanyaan. Anak-anak kemudian diberi pengetahuan mengenai unsure gizi yang terdapat dalam sayur serta manfaatnya bagi tubuh. Setelah menanam, anak-anak kembali diberi pertanyaan yang sama dan hasil yang diperoleh menunjukkan banyak anak yang dapat menjawab manfaat sayur bagi tubuh. Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan anak mengenai unsur gizi dan manfaat sayuran bagi tubuh. Permainan selanjutnya adalah mencetak buah dari kain flannel. Kegiatan diikuti oleh 26 anak. Sebelum memulai permainan, anak diberi pertanyaan mengenai
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
77
manfaat buah bagi tubuh serta unsur yang terkandung di dalam buah. 5 anak dapat menjawab pertanyaan mendekati benar. Anak diinstruksikan untuk menggambar pola buah yang disukai anak pada kertas sebagai pola untuk kain flannel. Kain flannel kemudian digunting dan diberi mata serta mulut buah agar anak-anak tertarik. Seluruh anak dapat menyelesaikan permainan. Setelah selesai permainan, anak diberi tebak-tebakan dengan pertanyaan yang sama. Hasilnya hampir seluruh anak dapat menjawab pertanyaan mengenai unsure yang terdapat dalam buah dan manfaat buah bagi tubuh. Implementasi selanjutnya adalah memberikan stempel kartun pada tangan anak sebagai reward bahwa anak membawa dan makan makanan bergizi ke sekolah. Hal ini memberikan dampak yang baik bagi anak ditunjukkan dengan anak terlihat senang dengan mendapat stempel dan selalu memberikan laporan kepada perawat setiap mendapat stempel dari guru. Kekurangan dari intervensi ini adalah guru seringkali lupa memberikan stempel pada anak. Implementasi selanjutnya adalah dengan menempelkan lembar catatan makanan anak di dinding sekolah. Setiap anak diharuskan memberikan tanda ceklist pada kertas sesuai dengan hari dan makanan yang dimakan. Beberapa anak mengikuti anjuran, namun seringkali guru lupa mengingatkan anak untuk memberikan tanda ceklist pada kertas sehingga data yang didapat kurang maksimal. Anak-anak cenderung lebih antusias dan aktif mengikuti kegiatan. Butuh keterampilan khusus untuk menangani karakter anak seperti sulit diam dan terlalu banyak bertanya/berbicara. Biasanya guru mempunyai cara agar anak bisa diam untuk mendengarkan informasi yang diberikan. Perawat dapat memakai cara yang sama dengan guru. Kegiatan menanam sayuran adalah kegiatan yang cukup disenangi anak karena merupakan hal yang baru di sekolah. Anak-anak sangat antusias. Kegiatan-kegiatan ini juga diperkuat dengan reward yang diberikan berupa sticker kartun agar menarik bagi anak. Selain itu, kegiatan penyebaran life let dan brosur juga disenangi anak. Anak dianjurkan untuk memberikan life let ini sebagai hadiah untuk orang tua dan hal
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
78
ini menarik untuk anak. Informasi yang ditempel di dinding sekoalh belum banyak karena ruang UKS sedang dalam tahap pembenahan. Pendidikan kesehatan kepada orang tua diberikan di luar sekolah mengingat sekolah sedang libur. Hampir 80% orang tua yang memiliki anak balita sangat antusias dalam mengikuti pendidikan kesehtan ini. Diskusi berjalan dengan baik dan banyak pertanyaan yang diajukan seputar cara menangani anak yang sulit makan. Dengan memakai food model, pendidikan kesehatan ini lebih menarik minat dan memudahkan orang tua dalam memahami ukuran dan takaran gizi seimbang untuk anak mereka. Rencana tindak lanjut kegiatan yaitu mengevaluasi kembali secara lisan bagaimana perubahan perilaku makan anak, memanen sayuran kemudian memasak bersama-sama di sekolah untuk dikonsumsi bersama. Kegiatan memasak ini juga dapat dilakukan bersamaan dengan memberikan informasi mengenai pengolahan makanan yang baik serta mengevaluasi kemajuan perilaku makan sayur pada anak. Rencana selanjutnya adalah membuat lomba makan sehat bergizi seimbang disertai dengan penobatan “raja dan ratu makan sehat”. Diagnosis keperawatan Resiko terjadinya peningkatan kasus gizi kurang di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok. Tujuan Umum: Setelah intervensi keperawatan selama 8 bulan, tidak ditemukan masalah peningkatan kasus gizi kurang di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok Tujuan Khusus: 1.
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku anak prasekolah di RA Nurul Huda Pasir Gunung Selatan Cimanggis Depok tentang perilaku hidup bersih dan sehat melalui bermain.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
79
2.
Meningkatkan pengetahuan guru mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah
3.
Meningkatkan pengetahuan orang tua siswa mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga.
Rencana Tindakan 1.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada anak prasekolah mengenai perilaku hidup bersih dan sehat melalui bermain di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok
2.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada guru mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, terutama kebiasaan sarapan pagi di RA Nurul Huda Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok
3.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua siswa mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga.
Pembenaran: Pendidikan kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat sangat penting karena pendidikan kesehatan diberikan bertujuan untuk memberikan dan atau mengingkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek (Notoatmodjo, 2005). Pendidikan kesehatan ini bertujuan untuk menurunkan kejadian infeksi sehingga diharapkan anak menjadi lebih sehat dan dapat mempertahankan berat badannya dengan optimal. Peningkatan perilaku kesehatan siswa dapat dilakukan dengan berbagai macam cara terutama dengan kegiatan berupa permainan Pendidikan kesehatan kepada siswa dapat diberikan dengan beberapa cara. Kegiatan bermain dapat dilakukan dengan alat-alat yang dapat diminati anak seperti mendongeng serta berbagai media permainan agar menarik minat anak. Kegiatan yang dilakukan dengan cara permainan memakai berbagai alat permainan ataupun berupa perlombaan dalam melakukan perilaku hidup bersih dan sehat sangat dengan karakteristik anak prasekolah.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
80
Dibutuhkan dukungan dari orang tua dan guru terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak prasekolah, oleh karena itu pendidikan kesehatan juga harus diberikan kepada orang tua dan guru. Pendidikan kesehatan ini bertujuan agar dapat terbentuk perilaku hidup bersih dan sehat yang menetap pada anak sehingga tidak terjadi penurunan berat badan anak. Implementasi, Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada anak prasekolah mengenai perilaku hidup bersih dan sehat melalui bermain seperti mendongeng si kuku hitam yang diikuti oleh 26 anak TK. Sebelum dan setelah mendongeng dilakukan tanya jawab PHBS kepada anak. Kegiatan lainnya adalah mendongeng PHBS pada 11 siswa. Kegiatan ini dilakukan dengan panduan lembar balik PHBS dari Dinkes. Terjadi peningkatan pengetahun anak tentang PHBS dari rata-rata 29% menjadi rata-rata 71%. Evaluasi sikap dan perilaku PHBS tidak dilakukan dengan perhitungan tetapi dengan observasi dan wawancara dengan orang tua dan guru di sekolah. Hasil menunjukkan terjadi perubahan sikap dan perilaku jajan serta sarapan pada anak. Demonstrasi menggosok gigi yang baik dilakukan pada 28 siswa dengan hasil seluruh siswa mengatakan mulut dan giginya menjadi lebih bersih dan segar. Seluruh siswa dapat mengikuti kegiatan sampai dengan selesai. Tebak-tebakan dilakukan di hampir setiap akhir sesi permainan sebagai bahan evaluasi. Bernyanyi merupakan kegiatan yang cukup disenangi anak-anak. Evaluasi sarapan pagi dan jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari rutin ditanyakan kepada siswa baik oleh perawat maupun oleh guru di sekolah. Kegiatan selanjutnya adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada guru mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah serta memberikan lembar balik PHBS sekolah sebagai panduan bagi guru dalam memberikan pendidikan kesehatan PHBS pada anak-anak TK. Kegiatan ini diikuti oleh 2 orang guru dan terjadi peningkatan pengetahuan guru tentang PHBS dari 40% menjadi 70%. Diserahkan dan ditempel di mading poster cara mencuci tangan yang baik dan
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
81
benar. Diberikan wastafel potrabel untuk siswa agar dapat digunakan dalam ruang kelas. Kegiatan selanjutnya adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua siswa mengenai perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga. Kegiatan ini dilakukan di akhir pecan dan diikuti oleh 11 orang tua siswa. terjadi peningkatan pengetahuan orang tua. Evaluasi dilakukan dengan kuesioner. Terjadi peningkatan pengetahuan orang tua mengenai PHBS rumah tangga dari 30 % menjadi 60%. Rencana selanjutnya adalah memberikan keterampilan kepada siswa mengenai cara membuang sampah dan cara mencuci tangan yang baik. Selain itu dapat dilakukan perlombaan menggosok gigi dan perlombaan cara mencuci tangan yang baik.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
82
BAB 5 PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan perbandingan kesenjangan dan pencapaian hasil dengan teori, konsep, maupun penelitian terkait. Item yang dibahas dalam bab ini meliputi analisis kesenjangan dan pencapaian dalam pelaksanaan manajemen pelayanan, asuhan keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan keluarga pada agregat anak prasekolah. Penulis juga akan membahas keterbatasan dan implikasi hasil pada praktik, pelayanan, pendidikan, penelitian, dan pengembangan kebijakan keperawatan/kesehatan di masa datang dalam keperawatan komunitas. 5.1 Analisis Pencapaian dan Kesenjangan 5.1.1 Pengelolaan Pelayanan Keperawatan Perencanaan merupakan fungsi yang utama dari seluruh aktivitas fungsi-fungsi manajemen. Perencanaan juga sangat penting untuk pembuatan keputusan, pemecahan masalah dan perubahan efektif yang direncanakan oleh kepala sekolah dan guru UKS di sekolah. Aktivitas yang dilakukan selama perencanaan adalah menganalisa masalah yang ada yaitu belum optimalnya pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan bagi siswa, khususnya masalah risiko gizi kurang serta belum adanya pengurus UKS. Hal yang dilakukan kemudian adalah melakukan pengkajian menyeluruh mengenai sumber daya yang ada di sekolah, selanjutnya menyusun tujuan bersama dalam mengatasi masalah yang ada. hal ini sesuai dengan pendapat Gillies (2000) dan Swansburg (1999) yang mengungkapan bahwa aktivitas yang dilakukan dalam perencanaan adalah analisis, pengkajian suatu sistem, penyusunan tujuan jangka panjang (strategi) dan jangka pendek (operasional) serta memprioritaskan aktivitas termasuk alternatif. Guru juga difasilitasi dalam perencanaan tahunan yang efektif, mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka panjang serta dapat mengitegrasikan metode bermain dalam menanamkan nilai nutrisi bagi anak prasekolah ke dalam tematema yang ada dalam kurikulum TK. Kerjasama lintas sektor belum dapat
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
83
dilakukan mengingat akan ada pengalihan pembinaan Rhaudatul Athfal dari Deparetemen Agama kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Melalui perencanaan yang baik makan program pelayanan kesehatan di sekolah dapat dikelola dan dilaksanakan oleh guru dengan baik. Pelatihan guru mengenai perencanaan program kesehatan di sekolah diutamakan untuk memberikan gambaran pada guru mengenai langka-langkah yang harus dilakukan dalam merencanakan sebuah program khususnya program pelayanan kesehatan di sekolah. Setelah diadakan pelatihan, maka guru merasa perlu untuk membuat stuktur kepengurusan UKS. Hal ini membuktikan bahwa melalui perencanaan yang adekuat mendorong pengelolaan terbaik sumber daya yang ada. Telah terbentuk struktur kepengurusan UKS di sekolah. Pembentukan struktur ini bertujuan agar sekolah dapat mengembangkan serta meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak sekolah, terutama terkait dengan gizi anak melalui TRIAS UKS. Struktur UKS menjadi wadah dan dasar dalam pengelolaan pelayanan kesehatan bagi siswa. Pembentukan struktur UKS disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya yang ada sesuai dengan visi misi serta tujuan yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Marquis dan Huston (2006) yang menyatakan bahwa pengorganisasian sebagai proses mengidentifikasi kebutuhan organisasi dari pernyataan misi kerja yang dilakukan, menyesuaikan desain organisasi dan struktur untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan Penyusunan uraian tugas masing-masing petugas pelaksana UKS dilakukan setelah terbentuk struktur kepengurusan UKS, antara lain penanggung jawab serta pelaksana pemberian edukasi kesehatan bagi siswa, pengembangan media edukasi, serta koordinator dengan petugas Puskesmas dalam pengadaan media serta pemberian pendidikan serta promosi kesehatan dari Puskesmas. Hal ini sejalan dengan pendapat Gillies (2000), Swansburg (1999) serta Marquis & Huston (2006) yang menyatakan bahwa fungsi pengorganisasian meliputi pembagian aktivitas-aktivitas kerja, penentuan tanggung jawab dan wewenang, dan pembuatan hubungan kerja untuk memungkinkan organisasi menyadari tujuan
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
84
bersama. Struktur organisasi berkaitan dengan keefektifan dalam komunikasi. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan akan memberikan pekerja pandangan umum, pemahaman umum dan kesatuan arah dan upaya dalam suatu organisasi (Gillies, 2000; Swansburg, 1999; Marquis & Huston, 2006). Perlu kerjasama yang baik antara guru, petugas pelaksana UKS, Pembina UKS serta petugas kesehatan di Puskesmas dalam mencapai visi misi bersama. 5.1.2 Asuhan Keperawatan Komunitas Hasil bermain secara keseluruhan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan anak, perubahan sikap dan perubahan perilaku makan anak. Pengetahuan 21 anak usia TK B (sudah bisa menulis): 1) karbohidrat sebagai sumber tenaga meningkat mengenai dari 0% menjadi rata-rata 60%, 2) protein hewani berasal dari hewan meningkat dari 0% menjadi rata-rata 80 %, 3) protein nabati berasal dari tumbuhan meningkat dari 0% menjadi rata-rata 40%, 4) sayur mengandung serat meningkat dari 0% menjadi rata-rata 80%, 5) sayur mengandung vitamin A meningkat dari 0% menjadi rata-rata 80%, 6) buah mengandung vitamin C meningkat dari rata-rata 10% menjadi rata-rata 80%. Berdasarkan kuesioner mengenai sikap anak terhadap makanan sehat, terjadi perubahan sikap anak terhadap makanan sehat dari rata-rata 28% menjadi rata-rata 78%. Perubahan perilaku makan berdasarkan hasil observasi dan catatan makanan anak di sekolah didapatkan hasil; 1) satu orang anak dari tidak mau makan nasi menjadi mau makan nasi lengkap dengan sayur mayur, 2) 8 orang anak dengan keluhan sering pusing dan sebagain dengan conjungtiva anemis menjadi suka makan sayur, 3) 2 orang anak yang terbiasa hanya membawa jajanan berupa chikichikian, permen serta minuman ringan ke sekolah menjadi membawa roti atau biskuit serta susu, 4) 5 orang anak membawa buah-buahan ke sekolah, 5) hampir setiap hari secara bergantian 10 sampai 15 anak dari hanya membawa nasi dan lauk menjadi membawa makanan lengkap ke sekolah. Selain itu, terdapat peningkatan rata-rata BB anak 0,5 kg per 1 bulan pada Maret, April dan Mei 2012
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
85
walaupun sebagian besar anak masih dalam status gizi kurang (sangat kurus dan kurus). Proses bertambahnya pengetahuan diawali dengan tertangkapnya informasi oleh panca indera, diolah oleh otak dan disimpan dalam memori otak. Oleh karena bermain adalah kegiatan alamiah anak yang sangat menyenangkan, maka bermain merupakan metode yang lebih efektif karena akan lebih memudahkan kembali otak untuk me-recall pengetahun yang tersimpan dalam memori otak. Sesuatu hal yang sifatnya menyenangkan, membahagiakan akan lebih lama dan mudah dikenang daripada sesuatu hal yang menyakitkan atau menyedihkan. Menurut Supartini (2004), puzzle adalah jenis permainan yang menggunakan perhitungan atau skor yang dilakukan sendiri atau bersama dengan temannya. Sedangkan menurut Wong (2003) puzzle merupakan alat permainan yang sangat dianjurkan pada anak prasekolah. Menurut Mayke (2001), bermain puzzle termasuk ke dalam bermain aktif dimana anak membentuk sesuatu dari media yang ada. Kesenangan dalam bermain puzzle timbul dari keberhasilan merangkai potongan gambar yang tidak beraturan menjadi gambar beraturan. Anak belajar sambil bermain merangkai potongan gambar tumpeng gizi seimbang, belajar melihat dan menganalisa isi gambar mulai dari jumlah air minum yang harus dikonsumsi setiap hari sampai dengan komposisi makanan seimbang yang harus dikonsumsi setiap hari. Selain itu, anak juga belajar dari setiap jenis sumber nutrient yang ada dalam potongan gambar. Kegiatan ini memberikan informasi yang banyak bagi anak-anak serta menyenangkan. Kegiatan ini mengalami kendala berupa pengadaan alat bermain. Puzzle gizi seimbang belum tersedia di lapangan sehingga perlu membuat puzzle sendiri dengan segala keterbatasan perawat. Oleh karena itu, puzzle yang tersedia hanya dapat digunakan untuk sekali pakai. Menurut Wong (2003), boneka merupakan alat bermain yang sangat dianjurkan pada usia sekolah. Kegiatan mendengarkan cerita termasuk ke dalam permainan pasif dimana anak hanya mendengarkan apa yang dituturkan oleh pendongeng. Bermain boneka juga dapat termasuk ke dalam kategori jenis bermain aktif
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
86
apabila anak-anak diajak untuk berinterkasi, berfikir dan melakukan tanya jawab. Kegiatan mendongeng merupakan kegiatan yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Mendongeng merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh setiap orang, bukan hanya mendongeng kisah nyata tetapi berbagai kisah fiksi sebagai metode dalam memberikan berbagai macam pendidikan bagi anak keturunannya. Mendongeng merupakan kegiatan yang melibatkan imajinasi anak sehingga otak lebih banyak bekerja dalam memahami setiap isi dari dongeng yang disampaikan. Karena sifatnya menyenangkan, makan mendongeng merupakan metode yang sampai saat ini dianggap paling efektif dalam menyampaikan pesan-pesan moral, nilai dan budaya dari sebuah masyarakat. Dongeng tidak saja terdapat dam sebuah buku, tetapi dapat ditemui dalam ukiran batu atau relief candi bahkan dalam kitab suci. Cerita atau dongeng adalah suatu yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan bersandar kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita (Soekanto, 2001). Apabila isi cerita dikaitkan dengan kehidupan anak maka mereka akan dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Melalui metode bercerita maka anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai dapat dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Moeslichatun, 2004). Metode bercerita adalah suatu metode yang mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak, oleh karena itu bercerita dijadikan suatu metode dalam pendidikan (Nata, 2001). Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa bermain pada anak-anak dapat menumbuhkan perubahan pada pengetahuan, sikap bahkan perilaku anak dalam berbagai hal. Penanaman nilai-nilai, moral, sosial, serta pengembangan karekterisyik anak dapat dipengaruhi oleh dongeng, maka dapat kita jumpai banyak sekali buku dongeng, film dongeng, acara mendongeng untuk anak, dll. Mendongeng “Loli dan Lala” dalam menanamkan nilai nutirisi
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
87
pada anak prasekolah membutuhkan media seperti boneka-boneka berbagai sumber nutrien serta media pendukung lainnya. Ketersediaan boneka-boneka sumber nutrien di lapangan sangat terbatas dan harganya cukup mahal sehingga perawat perlu membuat sendiri alat mendongeng tersebut. Melalui berbagai macam permainan gizi, anak akan lebih mudah mengingat kembali berbagai bentuk sumber makanan, jenis makanan sehat dan tidak sehat serta manfaat gizi seimbang bagi tubuh. Oleh karena itu, bermain sangat efektif dalam menanamkan nilai nutrisi pada anak prasekolah. Penelitian Harlini (2003) mengungkapkan bahwa bermain mempunyai pengaruh terhadap interaksi sosial atau sikap, karena dengan metode bermain anak akan merasa senang dan mampu menyerap nilai-nilai pendidikan tanpa kesan menggurui. Berdasarkan petunjuk teknis penyelenggaraan
kelompok bermain (Dirjen PAUD Kemendiknas 2011) dalam hal ini pendidikan anak usia dini dijelaskan bahwa kegiatan belajar anak hendaknya dilakukan melalui bermain. Pembentukan kebiasaan yang baik hendaknya dikenalkan melalui cara yang menyenangkan, begitu juga dengan kebiasaan makan pada anak prasekolah. Selanjutnya menurut petunjuk teknis penyelenggaraan kelompok bermain (Dirjen PAUD Kemendiknas 2011) juga dikatakan bahwa guru hendaknya menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di sekitar anak. Berbagai jenis permainan hendaknya diperkenalkan untuk menanamkan nilai nutrisi bagi anak. Selain sayuran dan buah, nutrisi yang lain seperti terdapat dalam lauk pauk dan unsur karbohidrat juga dapat diperkenalkan anak dengan cara bermain. Berkebun atau menanam merupakan jenis permainan eksploratif bagi anak yang sudah lama diperkenalkan pada anak-anak baik itu pada anak prasekolah maupun anak usia sekolah di luar negeri seperti Inggris, Kanada, Amerika dan Jepang. Menanam untuk anak-anak prasekolah telah menunjukkan banyak manfaat terutama menanamkan kecintaan pada alam (Nimmo & Hallet, 2008). Menanam adalah salah satu cara agar anak mengenal manfaat dari sayuran dan buah seperti program Farm to Keiki Preschool Program (farmtopreschool, 2012) dan The Farm to Preschool Program at The Urban & Environmental Policy Institute/UEPI (wafarmtoschool, 2012). Menanam juga telah dikemas dalam
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
88
bentuk permainan computer untuk mensiasati keterbatasan lahan dan waktu (USDA, 2010). Menanam menjadi trend dalam kurun waktu sepuluh tahun ini di Indonesia. Banyak tempat outbond atau wisata alam yang memperkenalkan bahkan mengajak anak untuk langsung menanam seperti menanam padi dan sayuran. Oleh karena keterbatasan lahan, menanam ini seringkali dilakukan pada saat acara fieldtrip atau jalan-jalan sekolah satu semester sekali. Saat ini, pemanfaatan lahan pekarangan sekolah masih belum menjadi fokus dari penanaman nilai tanaman (sebagai sumber makanan) untuk anak. Di Klaten, menanam ini menjadi program untuk mempelajari kebutuhan gizi sehari-hari dengan nama Kebun Nutrisi (Sari Husada, 2011). Menurut Wong (2003), bermain menggunting, menempel, menggunakan kertas merupakan alat permainan yang sangat dianjurkan pada anak prasekolah. Sedangkan menurut Hildayani (2005), keterampilan motorik halus (menggambar, mewarnai, menggunting, menempel, dll) pada usia prasekolah meningkat pesat. Apabila
diamati
secara
cermat,
lewat
permainan
anak-anak
mampu
mengembangkan kreativitas, bereksperimen, bereksplorasi dan belajar secara aktif (Mustafa & Alwasilah, 2008). Perkembangan kognitif anak pada periode 4 – 7 tahun menurut Piaget (1972) berada pada subfase berfikir intuitif dari fase praoperasional (usia 2 – 7 tahun). Subfase berfikir intuitif adalah fase dimana anak anak kelihatanannya mengerti dan mengetahui sesuatu tetapi tidak mengetahui mengapa sesuatu itu terjadi. Oleh karena itu, lewat permainan anak dapat diperkenalkan pada alasan-alasan mengapa sesuatu terjadi misalnya mengapa seorang anak dapat mudah sakit, anak sulit buang air besar, dan lain-lain. Melalui permainan anak diharapkan dapat memahami pentingnya nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangannya.
Pendidikan kesehatan kepada orang tua diberikan di luar sekolah mengingat sekolah sedang libur. Hampir 80% orang tua yang memiliki anak balita sangat antusias dalam mengikuti pendidikan kesehatan ini. Diskusi berjalan dengan baik dan banyak pertanyaan yang diajukan seputar cara menangani anak yang sulit
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
89
makan. Dengan memakai food model, pendidikan kesehatan ini lebih menarik minat dan memudahkan orang tua dalam memahami ukuran dan takaran gizi seimbang untuk anak mereka. 5.1.3 Asuhan Keperawatan Keluarga Hasil evaluasi asuhan keperawatan keluarga menunjukkan telah terjadi peningkatan pengetahuan dari 10% menjadi 50%, sikap dari 20% menjadi 60% dan perilaku anak terutama dalam pola makan dari 10% menjadi 40%. Rata-rata anak juga menjadi lebih disiplin dalam menjalani aktivitas sehari-hari setelah membuat jadwal harian sendiri, namun masih membutuhkan pemantauan dari orang tua agar perilaku ini dapat menetap. Terjadi peningkatan rata-rata berat badan anak dalam 1 bulan sebesar 0,5 kg – 1 kg pada akhir intervensi. Perubahan menu makanan yang dimakan anak terjadi secara bertahap dan perubahan kemudian menetap. Intervensi keperawatan lebih difokuskan pada struktur peran keluarga, terutama peran ibu dalam sehat sakit sesuai dengan model family centered nursing. Ibu memiliki peran yang besar dalam kesehatan dan perawatan anak (Friedman, Bowden and Jones, 2003). Peran ibu menjadi penting di dalam keluarga sehingga diberikan berbagai macam intervensi agar ibu dapat melakukan perawatan kesehatan, khususnya masalah gizi kepada anaknya. Metode utama yang digunakan adalah pendidikan kesehatan dengan tujuan agar ibu dapat memberikan edukasi kepada anaknya. Metode coaching, guidance, konseling serta CBT diberikan sebagai metode pendukung agar ibu dapat meningkatkan perannya dalam perawatan kesehatan pada anaknya. Kegiatan yang telah dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan mengenai gizi seimbang kepada ibu melalui metode ceramah, tanya jawab serta diskusi dengan menggunakan lembar balik. Serta memberikan pengetahuan mengenai nilai nutrisi pada anak prasekolah dengan mempergunakan metode bermain. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik itu pada individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
90
kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2005). Menurut Notoatmodjo (2003) sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pendidikan kesehatan juga dilakukan dengan mempergunakan metode bermain dalam menanamkan nilai nutrisi pada anak. Anak diberikan berbagai macam permainan seperti puzzle, tebak-tebakan, mendongeng, menggambar serta bernyanyi. Metode bermain diajarkan kepada ibu agar ibu dapat memberikan edukasi kepada anaknya dengan bermain, misalnya ibu bersama-sama anak memotong sayuran bersama sebagai proses pembelajaran mengenai nilai dan manfaat dari sayuran. Menurut Judarwanto (2004), salah satu metode lain yang banyak digunakan ahli nutrisi di dunia dan dianggap paling efektif adalah dengan melibatkan anak dalam serangkaian proses pembuatan makanan yang biasa di konsumsinya. Setiap bentuk permainan pada anak prasekolah mempunyai nilai positif terhadap perkembangan kepribadiannya, juga berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan motorik (Hildayani, 2002). Implementasi lainnya adalah membentuk tampilan makanan yang menarik. Hal ini sesuai dengan pendapat Judarwanto (2004) yang menyatakan bahwa salah satu cara mengatasi anak sulit makan adalah dengan menyajikan makanan yang menarik untuk anak. Keberhasilan sebuah metode tergantung kepada dukungan yang ada, baik dari lingkungan maupun dari orangtua terutama ibu. Berbagai bentuk permainan dapat meningkatkan peran ibu dalam menanamkan nilai nutrisi pada anaknya. Melalui bermain gizi bersama anak, seorang ibu dapat memberikan edukasi gizi yang menyenangkan bagi anak-anaknya. Hal ini memudahkan anak untuk mengingat apa yang diajarkan oleh ibu sekaligus membina hubungan yang lebih harmonis antara ibu dan anak. Ibu dapat menjadi peran utama dalam memberikan perawatan kesehatan bagi anaknya, khususnya masalah gizi melalui edukasi di rumah antara lain karena ibu lebih banyak mendampingi serta menyediakan makanan bagi anak-anaknya sehari-hari. Pengetahuan ibu dan anak dapat meningkat melalui pendidikan kesehatan yang disampaikan dengan ceramah ataupun permainan. Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam rangka
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
91
upaya promotif dan preventif dengan melakukan penyebaran informasi dan meningkatkan motivasi masyarakat untuk berperilaku sehat. Pendidikan kesehatan umumnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi ketidakmampuan dan merupakan upaya untuk mengaktualisasikan potensi kesehatan dari individu, keluarga, komunitas dan masyarakat. Ceramah merupakan suatu metode yang dilakukan dalam menyampaikan suatu pembelajaran, informasi dengan kata-kata secara lisan, baik formal maupun informal kepada orang lain. Menurut Widayawati (2010), metode ceramah sebenarnya dapat dilakukan dengan memakai berbagai alat bantu sehingga dapat memudahkan proses penyerapan informasi oleh otak, untuk membangkitkan hasrat, minat dan motivasi audiens. Metode ceramah dipakai apabila materi yang akan disampaikan cukup banyak namun waktu yang tersedia terbatas. Coaching dalam hal ini dilakukan dengan mengajarkan orang tua mengenai memilih, mengolah makanan, memasak sampai menyajikan makanan. Semua kegiatan ini dilakukan ibu bersama anaknya, dan dilakukan dengan bermain disertai penanaman nilai nutrisi pada anak. Coaching atau bimbingan adalah proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan, demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera. Coaching bertujuan untuk meningkatkan keterampilan seseorang dalam suatu hal. Coaching dapat meningkatkan peran ibu dalam perawatan kesehatan, khususnya masalah gizi bagi anaknya, karena melalui coaching ibu dapat terampil memberikan edukasi serta menyediakan makanan yang memenuhi prinsip gizi seimbang bagi anak-anaknya. Guidance dilakukan misalnya dengan cara memberikan arahan kepada ibu dalam memilih menu makanan bagi keluarga. Guidance dapat meningkatkan peran ibu dalam perawatan kesehatan anak, khususnya masalah gizi, karena melalui guidance ibu dapat menentukan keputusan dalam memberikan perawatan kesehatan bagi anaknya, misalnya terkait memilih menu makanan bagi keluarga. Coaching dan guidance adalah suatu aspek yang penting dalam pendidikan kesehatan. coaching dan guidance memberikan informasi kepada keluarga tentang apa yang diharapkan. Melalui coaching dan guidance, ibu dan anak akan
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
92
memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan dan merasakan sendiri (Widyawati, 2010). Konseling dilakukan misalnya terkait dengan cara ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anaknya. Konseling merupakan proses saling belajar yang menyangkut dua individu dalam suasana edukatif. Keluarga melakukan konseling dalam penyelesaian masalah gizi kurang pada anaknya. Permasalahan yang muncul seputar kesulitan makan pada anak di keluarga akan digali dan dipecahkan melalui konseling keluarga. Menurut Banks (1992; dalam Friedman, Bowden & Jones, 2004), konseling adalah suatu proses bantuan interaktif antara konselor dan klien, melalui berbagai teknik aktif dan pasif. Konseling merupakanan suatu proses untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah mereka sendiri secara efektif. Tujuan dari konseling adalah untuk membantu keluarga dalam mengemukakan masalah kesulitan makan pada anak, membantu keluarga mengambil keputusan bersama dalam mengatasi kesulitan makan pada anak sesuai dengan sumber yang dimiliki keluarga seperti menyediakan makanan yang menarik, sehingga ibu dapat melaksanakan solusi secara bertahap sesuai dengan hasil kesepakatan. Hal ini sesuai dengan Friedman, Bowden, dan Jones (2003) yang mengatakan bahwa tujuan dari konseling diberikan pada keluarga adalah untuk membantu keluarga dalam mengemukakan masalah yang dialaminya, membantu keluarga mengambil keputusan bersama dalam upaya mencari solusi sesuai dengan sumber yang dimiliki keluarga, serta membantu keluarga dalam melaksanakan solusi secara bertahap sesuai dengan hasil kesepakatan. Terapi kognitif atau CBT (cognitive behavioural therapy) diberikan pada anak dan Ibu sebagai salah satu bentuk pendidikan perilaku agar anak mau untuk lebih disiplin dalam melakukan kegiatan sehari- hari terutama dalam pola makan. Anak dianjurkan untuk menuliskan jadwal harian pada kolom yang ada yang berisi jam, jenis kegitan serta hari. Apabila anak mentaati jadwal yang sudah dibuat maka anak diberikan kesempatan untuk membubuhkan stempel kartun yang disimpan
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
93
oleh ibu sebagai bentuk reward. Selain itu, anak juga diharapkan diajak oleh orang tua untuk membuat menu harian. Menurut Judarwanto (2004), apabila anak diikut sertakan dalam suatu kegiatan seperti membuat menu makan, maka biasanya mereka menjadi lebih tertarik. Hal ini dilakukan lembar berisi informasi tentang makanan beserta gambar, misalnya gambar nasi, daging, ikan, dll. Selain itu, menurut Judarwanto (2004), selama membuat menu bersama, sebaiknya disertakan pendidikan mengenai pentingnya gizi seimbang bagi kesehatan. Kegiatan ini dapat meningkatkan peran ibu dalam perawatan kesehatan anak, khususnya masalah gizi karena ibu dituntut untuk terlibat secara langsung dalam pembuatan jadwal harian serta menu makanan yang diinginkan anak sehingga tercapai kesepakatan bersama. Berbagai metode pembelajaran yang digunakan dalam memberikan asuhan kepada keluarga. Metode yang dipilih seringkali dipengaruhi oleh tingkat kompetensi perawat, tujuan yang telah dirumuskan, serta tergantung kepada tingkat fungsi keluarga. Leavitt (1982; dalam Friedman, Bowden & Jones, 2004) mengklasifikasikan keluarga menjadi: sangat fungsional, agak disfungsional sangat disfungsional dan kronik. Keluarga yang sangat fungsional, sebagian besar tindakan keperawatan keluarga dalam bentuk preventif dan promosi kesehatan (pendidikan kesehatan serta pemberian informasi). Menurut Friedman, Bowden dan Jones (2004), peran penting ibu di sebagian besar keluarga adalah sebagai pemimpin kesehatan serta pemberi asuhan. Seorang ibu juga berperan sebagai pengambil keputusan kesehatan utama, pendidik, konselor (Finley, 1989; Litman, 1974; Friedman, Bowden & Jones, 2004). Oleh karena itu, dengan pemberian pendidikan kesehatan, coaching, guidance, konseling serta CBT maka ibu dapat meningkatkan perannya sebagai pemimpin kesehatan, pemberi asuhan, pengambil keputusan kesehatan utama, pendidik, serta konselor. Pendidikan kesehatan, coaching, guidance, konseling serta CBT memberikan informasi atau pengetahuan, sehingga ibu dapat menentukan sikap dan menjadi lebih terampil dalam menjalankan perannya sebagai pemberi perawatan
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
94
kesehatan, khususnya masalah gizi pada anaknya. Hal ini memberikan dampak pada tingkat kemandirian keluarga menjadi tingkat kemandirian III dan IV. 5.2 Keterbatasan Bermain sebagai metode penanaman nilai nutrisi pada anak prasekolah dengan risiko gizi kurang memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: alat permainan dan lingkungan bermain, kemampuan pengelolaan kelas, serta kerjasama lintas program dan lintas sektor. 5.2.1 Alat Permainan dan lingkungan bermain Banyak alat yang digunakan dalam bermain, namun ketersediannya di lapangan sangat sulit. Dibutuhkan kreativitas yang tinggi untuk mengembangkan alat permainan. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, guru sebagai pendidikan di sekolah serta orang tua sebagai pendidik di rumah masih belum banyak menggunakan dan menemukan alat permainan yang sesuai dalam menanamkan nilai nutrisi bagi anak prasekolah sehingga dibutuhkan pengelolaan oleh seorang perawat spesialis dalam mengelola program kesehatan. Selain itu, karena keterbatasan dana dan kreativitas, maka ada beberapa alat permainan yang tidak tahan lama sehingga hanya dapat digunakan sekali pakai. Harga alat yang tersedia di lapangan terkait dengan gizi masih dirasa cukup mahal, misalnya puzzle kayu atau mainan edukatif dari kayu lainnya. Hal ini dirasa memberatkan TK yang muridnya memiliki status ekonomi menengah ke bawah. Anggaran yang tersedia di sekolah terbatas, sehingga penyediaan alat bermain menjadi terbatas. Anak membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk bermain, namun kenyataannya di lapangan anak belum mendapatkan lingkungan yang nyaman serta mendukung kegiatan bermain. Ruang kelas yang hanya satu namun dibagi dua dengan sekat tripleks menyebabkan beberapa masalah, misalnya kelas menjadi lebih sempit dalam permainan yang membutuhkan ruang besar, misalnya bermain tali lintasan. Ruang kelas yang hanya bersekat tripleks menyebabkan
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
95
gangguan pada proses belajar mengajar. Renovasi yang sedang dilakukan oleh yayasan
menyebabkan
beberapa
kegiatan
bermain
menjadi
terhambat.
Lingkungan menjadi sempit dan berdebu serta konsentrasi anak menjadi terganggu. 5.2.2 Kemampuan Pengelolaan Kelas Bermain dan berada dalan lingkungan TK merupakan hal baru bagi penulis, hal ini menyebabkan kemampuan mengelola kelas masih kurang. Anak sekolah dengan karakteristiknya, misalnya egosentris sehingga mudah bertengkar, daya konsentrasi minimal, senang berteriak sehingga mengganggu proses bermain menjadi tantangan tersendiri untuk penulis. Dibutuhkan proses pendalaman dan pemahaman karakter anak sebelum penulis melakukan kegiatan secara berkala dan berkesinambungan di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan beberapa masalah selama proses bermain, misalnya waktu menjadi bertambah panjang, sebagian materi kurang begitu tersampaikan karena beberapa anak bertengkar atau berteriak keras. 5.2.3 Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektor Belum terciptanya kerjasama lintas program terkait dengan pelaksanaan bermain di sekolah lebih dikarenakan belum adanya program bermain sebagai metode intervensi terkait dengan gizi kurang pada anak, baik itu program dari Dinas Kesehatan maupun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Keterbatasan SDM perawat baik itu di tingkat Dinas Kesehatan maupun Puskesmas serta petugas kesehatan di sekolah menyebabkan terhambatnya proses kerjasama lintas program ini. Kemampuan penulis dalam melakukan lobi dan negosiasi juga terbatas sehingga kerjasama lintas sektor belum dapat diupayakan secara maksimal.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
96
5.2 Implikasi Kegiatan bermain sebagai metode dalam menanamkan nilai nutrisi pada anak prasekolah memberikan beberapa implikasi baik itu terhadap pelayanan keperawatan komunitas, perkembangan ilmu pengetahuan maupun terhadap pembuat kebijakan kesehatan. 5.3.1 Implikasi Terhadap Dinas Kesehatan Integrasi model comprehensive school health model, family centered nursing, dan school health promotion dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan maupun pengelolaan manajemen keperawatan di komunitas. Variabel yang ada dalam integrasi ketiga model tersebut dapat digunakan sebagai indikator pencapaian program. Dinas Kesehatan dapat melihat hasil praktik residensi ini untuk mengevaluasi program ataupun menyusun program baru dalam mencegah risiko gizi kurang pada anak prasekolah terutama dalam menanamkan nilai nutrisi bagi anak prasekolah serta pembentukan perilaku makan pada anak prasekolah baik itu di tatanan komunitas maupun tatanan sekolah. 5.3.2 Implikasi Terhadap Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Terjadi perubahan pengetahuan guru sebesar 50% mengenai metode bermain yang dapat dipakai untuk pendidikan kesehatan, khususnya menanamkan nilai nutrisi bagi anak prasekolah. Sikap guru berubah dari meragukan kemampuan anak-anak dalam menyerap pengetahuan tentang gizi menjadi yakin bahwa anak-anak dapat lebih memahami gizi dengan cara bermain. Kemampuan guru dalam mengelola masalah kesehatan terutama gizi menjadi meningkat. Keterampilan dalam memberikan edukasi kesehatan dan lebih bisa mengembangkan keativitas dalam membuat alat bermain. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dapat melihat hasil praktik residensi ini untuk mengevaluasi kurikulum ataupun menyusun kurikulum baru terkait dengan pendidikan kesehatan untuk siswa terutama terkait dengan penanaman nilai nutrisi serta pembentukan perilaku makan pada anak prasekolah di tatanan sekolah.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
97
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan juga dapat melihat hasil residensi ini dalam mengembangkan berbagai macam bentuk kerjasama dengan dinas pemerintahan lainnya terkait dengan pengembangan pendidikan kesehatan bagi siswa serta mengembangkan berbagai bentuk pelatihan bagi guru-guru di TK, RA ataupun PAUD. 5.3.1 Implikasi Terhadap Perawat Komunitas Bermain memberikan dampak positif terhadap tumbuh kembang anak prasekolah. Terjadi perubahan pengetahuan anak tentang nilai nutrisi, misalnya tentang unsur gizi, manfaat unsur gizi terhadap kesehatan serta sumber unsur nutrisi tersebut. Perubahan sikap terjadi terutama sikap terhadap makanan yang tidak sehat. Anak mengatakan lebih menyukai dan memilih makanan yang sehat daripada yang tidak sehat. Anak juga sudah dapat membedakan mana makanan yang sehat dan makanan yang tidak sehat. Terjadi perubahan perilaku pada anak juga, misalnya anak yang tidak suka makan sayur menjadi suka makan sayur, anak yang suka membawa chiki-chikian atau snack ringan kemasan dan minuman berpengawet menjadi membawa biskuit dan susu serta lebih sering membawa makanan sehat ke sekolah dan menghabiskan makanan sehat yang dibawa. Sebagian besar anak menjadi membawa makanan yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Metode bermain ini juga membawa implikasi terhadap pengetahuan keluarga, khususnya anak-anak. Pengetahuan ibu mengenai penggunaan bermain dalam menanamkan nilai nutrisi meningkat sehingga ibu bisa mengajarkan dan mengajak anaknya main dan makan dengan memenuhi prinsip gizi seimbang. Perawat mendapatkan sebuah pengalaman baru dalam mengelola agregat anak balita dalam tatanan sekolah. Pengalaman mengembangkan kreativitas, tidak hanya dari jenis permainan tetapi juga alat bermain. Metode bermain juga memberikan sebuah tantangan untuk membuktikan bahwa bermain dapat dijadikan sebagai sebuah metode dalam melakukan pendidikan kesehatan bagi anak prasekolah bahkan dapat merubah perilaku anak dalam mengkonsumsi makanan.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
98
5.3.2 Implikasi Terhadap Perkembangan Riset Keperawatan Praktik kegiatan bermain dalam menyikapi risiko gizi kurang pada anak prasekolah dikembangkan berdasarkan pendekatan integrasi model comprehensive school health model, family centered nursing, dan school health promotion serta manajemen pelayanan kesehatan. Beberapa variabel dalam model tersebut dapat digunakan dalam melakukan identifikasi masalah yang ada pada agregat anak prasekolah di komunitas. Bermain dapat diintegrasikan dengan model-model tersebut terutama school health promotion dalam pencegahan primer sebagai bentuk intervensi keperawatan. Evaluasi proses selain dapat dilakukan melalui bermain, misalnya bermain tebak-tebakan, juga dapat dilakukan sesuai dengan metode penilaian yang biasa dilakukan oleh guru di TK. Bermain dapat dijadikan bentuk intervensi keperawatan dalam melakukan asuhan terkait dengan berbagai masalah yang dialami oleh agregat maupun populasi, baik itu dalam melaksanakan asuhan di keluarga, komunitas maupun rumah sakit. Peran keluarga dalam menanamkan nilai nutrisi bagi anak prasekolah sangatlah besar. Budaya serta pengaruh dari lingkungan dapat mempengaruhi pola makan anak prasekolah.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang simpulan dan saran dari uraian bab sebelumnya terhadap hasil dan pembahasan manajemen pelayanan keperawatan komunitas, asuhan keperawatan keluarga, dan asuhan keperawatan komunitas yang telah dibandingkan dengan konsep dan penelitian terkait.
6.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 6.1.1 Ada peningkatan pengetahuan anak prasekolah mengenai nilai nutrisi dari kurang baik menjadi sangat baik. 6.1.2 Ada perubahan sikap anak prasekolah untuk mengkonsumsi makanan sehat dari kurang baik menjadi sangat baik. 6.1.3 Ada perubahan perilaku makan anak prasekolah dari kurang baik menjadi baik. 6.1.4 Ada peningkatan rata-rata BB anak 0,5 kg per 1 bulan pada Maret, April dan Mei 2012 walaupun sebagian besar anak masih dalam status gizi kurang (sangat kurus dan kurus). 6.1.5 Ada peningkatan kemandirian keluarga menjadi tingkat III dan IV dalam mengatasi 4 - 5 masalah keperawatan di keluarga. 6.1.6 Ada peningkatan peran guru dalam mengelola dan melaksanakan program pelayanan kesehatan di sekolah. 6.1.7 Jenis permainan yang dapat dilakukan di TK antara lain: mendongeng, bermain puzzle, berkebun, tebak-tebakan dengan waktu yang disesuaikan dengan tema kurikulum dan kegiatan sekolah.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
100
6.2
Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan risiko gizi kurang di masyarakat yaitu: 6.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Kota Depok diharapkan perlu: 1.
Menjadikan bermain (misalnya mendongeng, puzzle, menanam) menjadi program dalam kegiatan pendidikan kesehatan pada anak prasekolah baik itu di tatanan masyarakat maupun di tatanan sekolah.
2.
Membuat berbagai alat permainan sebagai alat dalam melakukan pendidikan kesehatan pada anak prasekolah dan balita, baik itu dipakai dalam kegiatan Posyandu ataupun UKS, misalnya puzzle tumpeng gizi, boneka gizi (berupa bentuk-bentuk sumber nutrisi), ular tangga, balok susun gizi seimbang.
3.
Mengarahkan, membina serta mengawasi petugas Puskesmas dalam pelaksanaan
kegiatan
bermain
sebagai
bentuk
intervensi
dalam
menanamkan nilai nutrisi bagi anak prasekolah, baik itu dalam kegiatan Posyandu, maupun dalam kegiatan di sekolah. 4.
Memberikan pelatihan dan pembinaan bagi perawat baik itu di tatanan Dinas Kesehatan maupun Puskesmas dalam berbagai program terkait dengan gizi kurang pada anak balita, khususnya di tatanan sekolah.
5.
Memberikan kesempatan bagi perawat untuk melanjukan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dalam rangka pengembangan pengetahuan sehingga memberikan wawasan baru dalam pengembangan berbagai program gizi kurang.
6.2.2 Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Depok diharapkan perlu: 1.
Mengadakan pelatihan pengembangan kreativitas alat bermain bagi guru TK secara berkala.
2.
Mengadakan lomba membuat alat permainan edukatif untuk menanamkan nilai nutrisi bagi anak pada hari jadi kota Depok.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
101
3.
Mengembangkan kurikulum menjadi berisikan tema gizi seimbang dan perilaku hidup bersih serta memberikan pelatihan pengembangan metode pembelajaran dalam menerjemahkan setiap tema bagi guru TK secara berkala.
4.
Mengarahkan, membina dan mengawasi kegiatan bermain dalam menanamkan nilai-nilai kesehatan, khususnya nilai nutrisi.
5.
Mengarahkan, membina dan mengawasi guru agar selalu menanamkan nilai-nilai kesehatan, khususnya nilai nutrisi dalam setiap kegiatan selama di sekolah.
6.
Mengadakan kerjasama antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Dinas Kesehatan dalam berbagai program terkait dengan kesehatan anak. Kerjasama hendaknya dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, misalnya setahun 2 kali pada awal semester. Hal ini bertujuan agar program kesehatan yang ada menjadi optimal dan terintegrasi ke dalam kurikulum sekolah, serta tidak saling tumpang tindih. Bentuk kerjasama dapat berupa pengembangan kurikulum serta pelatihan media edukasi kesehatan bagi guru.
5.2.3 Bagi Perawat Komunitas diharapkan perlu: 1.
Membuat alat-alat bermain sebagai media pendidikan kesehatan pada anak prasekolah dan balita yang disesuaikan dengan tujuan asuhan keperawatan.
2.
Lebih
memahami
karakteristik
serta
menyesuaikan
diri
dengan
karakteristik anak prasekolah apabila melakukan kegiatan yang melibatkan anak prasekolah atau balita. 3.
Perawat komunitas perlu meningkatkan kemampuan lobi, negosiasi melalui Ikatan Persatuan Perawat Komunitas Indonesia (IPKKI) melaui berbagai pelatihan strategi lobi dan negosiasi.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
102
6.2.4 Bagi Perkembangan Riset Keperawatan Hasil pelaksanaan bermain dalam menanamkan nilai nutrisi bagi anak prasekolah untuk perkembangan riset keperawatan di masa yang akan datang perlu dikembangakan, baik itu dalam bentuk riset kualitatif maupun riset kuantitatif: 1.
Pengembangan riset kualitatif studi fenomenologi mengenai pengalaman keluarga atau ibu mempergunakan permainan sebagai metode dalam mengatasi masalah gizi kurang pada anak prasekolah serta studi etnografi mengenai pandangan keluarga atau masyarakat tentang pengaruh budaya bermain dalam pembentukan perilaku makan pada anak prasekolah
2.
Pengembangan riset kuantitatif tentang: 1) efektivitas mendongeng dalam menanamkan nilai nutrisi bagi anak prasekolah; 2) efektivitas menanam sayur dalam meningkatkan asupan sayuran bagi anak prasekolah; 3) efektivitas bermain puzzle dalam meningkatkan pengetahuan anak prasekolah mengenai gizi seimbang.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Universitas Indonesia
Tingkat Kemandirian Keluarga Binaan
Keluarga
Jumlah Diagnosis
Masalah diatasi
Tingkat Kemandirian Sebelumnya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 5 4 4 6 4 6 5 5 4
4 5 4 4 6 4 6 5 5 4
I I II I II I I II I I
Tingkat Kemandirian Setelah Intervensi IV IV IV III IV III III IV IV IV
Tabel Indikator Dampak Asuhan Keperawatan Keluarga Berdasarkan Tingkat Kemandirian Keluarga Kelurahan Pasir Gunung Selatan Tahun 2012 No 1 2
3
4
5
6 7
Kriteria Menerima petugas (Perkesmas) Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana Keperawatan Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran Melakukan tindakan pencegahan secara aktif Melakukan tindakan peningkatan kesehatan (promotif) secara aktif Tingkat Kemandirian Keluarga
1
2
3
Keluarga Binaan 4 5 6 7
8
9
10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4
4
4
3
4
3
3
4
4
4
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
PRE – POST TEST
PRE – POST TEST
Nama : ..................................................
Nama : ..................................................
Pilihlah menggunakan tanda (X) salah satu jawaban paling benar.
Pilihlah menggunakan tanda (X) salah satu jawaban paling benar.
1. Penilaian status gizi dapat menggunakan antropometri. a. Benar b. Salah
1. Penilaian status gizi dapat menggunakan antropometri. b. Salah a. Benar
2. Indeks status gizi didasarkan pada berat badan, tinggi badan, dan umur. a. Benar b. Salah
2. Indeks status gizi didasarkan pada berat badan, tinggi badan, dan umur. a. Benar b. Salah
3. Indeks masa tubuh menurut umur melputi gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih. a. Benar b. Salah
3. Indeks masa tubuh menurut umur melputi gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih. b. Salah a. Benar
4. Kartu menuju sehat (KMS) dapat digunakan penilaian status gizi. a. Benar b. Salah
4. Kartu menuju sehat (KMS) dapat digunakan penilaian status gizi. a. Benar b. Salah
5. KMS merupakan gambaran grafik berdasarkan jenis kelamin. a. Benar b. Salah
5. KMS merupakan gambaran grafik berdasarkan jenis kelamin. b. Salah a. Benar
pertumbuhan
anak
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
pertumbuhan
anak
Nama : ..........................................................
Nama : ..........................................................
1. Kasus 1 a. Anak F (perempuan, 6 th), pada penimbangan bulan Januari memiliki BB = 20 Kg, TB = 98 cm b. Anak sulit makan. Pada penimbangan di bulan Juni An. F memiliki BB = 18 Kg dan TB = 105 cm c. Saat penimbangan di bulan September, anak sedang mengalami diare. Saat ditimbang, BB = 17 kg dan TB = 108 cm d. Buatlah grafik pertumbuhan An. F! e. Bagaimana status pertumbuhan An. F?
1.
Kasus 2 a. Anak D (laki-laki, 10 th), pada penimbangan bulan Januari memiliki BB = 30 Kg, TB = 135 cm b. Pada penimbangan di bulan Juni An. D memiliki BB = 35 Kg dan TB = 142 cm c. Saat penimbangan di bulan September, anak sedang mengalami demam. Saat ditimbang, BB = 30 kg dan TB = 145 cm d. Buatlah grafik pertumbuhan An. D! e. Bagaimana status pertumbuhan An. D?
Jawab :
Jawab :
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Nama : ..........................................................
Nama : ..........................................................
Kasus 3 a. Anak D (perempuan, 11 th), pada penimbangan bulan Januari memiliki BB = 30 Kg, TB = 135 cm b. Pada penimbangan di bulan Juni An. D memiliki BB = 32 Kg dan TB = 145 cm c. Saat penimbangan di bulan Desember, anak sedang dirawat karena terkena campak. Saat ditimbang, BB = 29 Kg dan TB = 148 cm d. Buatlah grafik pertumbuhan An. D! e. Bagaimana status pertumbuhan An. D?
Kasus 4 a. Anak F (laki-laki, 9 th), pada penimbangan bulan Januari memiliki BB = 25 Kg, TB = 130 cm b. Pada penimbangan di bulan Juni An. F memiliki BB = 29 Kg dan TB = 135 cm c. Saat penimbangan di bulan Desember BB = 30 Kg dan TB = 140 cm d. Buatlah grafik pertumbuhan An. F! e. Bagaimana status pertumbuhan An. F?
Jawab :
Jawab :
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Nama : ..........................................................
Nama : ..........................................................
Kasus (A) 1. An. F (perempuan, 6,5 th) memiliki BB = 19 kg, TB = 98 cm. a. Berapa IMT An.F ? b. Bagaimana status gizi An.F ?
Kasus (B) 1. An. K (perempuan, 5,5 th) memiliki BB = 15 kg, TB = 86 cm. a. Berapa IMT An.K ? b. Bagaimana status gizi An.K ?
2. An.G (laki-laki, 8,3 th) memiliki BB = 22 kg, TB = 120 cm. a. Berapa IMT An.G ? b. Bagaimana status gizi An.G ?
2. An.L (laki-laki, 7,6 th) memiliki BB = 25 kg, TB = 125 cm. a. Berapa IMT An.L ? b. Bagaimana status gizi An.L ?
Jawab :
Jawab :
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Nama : ..........................................................
Nama : ..........................................................
Kasus (C) 1. An. M (perempuan, 9,5 th) memiliki BB = 21 kg, TB = 120 cm. a. Berapa IMT An.M ? b. Bagaimana status gizi An.M ?
Kasus (D) 1. An. I (perempuan, 8,7 th) memiliki BB = 18 kg, TB = 125 cm. a. Berapa IMT An.I ? b. Bagaimana status gizi An.I ?
2. An.N (laki-laki, 10,3 th) memiliki BB = 35 kg, TB = 155 cm. a. Berapa IMT An.N ? b. Bagaimana status gizi An.N ?
2. An.R (laki-laki, 5,4 th) memiliki BB = 15 kg, TB = 105 cm. a. Berapa IMT An.R ? b. Bagaimana status gizi An.R ?
Jawab :
Jawab :
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Alfiyanti, N. (2010): Upaya meningkatkan daya fikir anak melalui permainan edukatif. Diambil dari www.etd.eprints.ums.ac.id tanggal 15 Februari 2012. Allender, J.A. & Spardley, B.W. (2001). Community Health Nursing: Promoting and Protecting the Public’s Health. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins. Anderson, E., & Mc Farlane, J. (2004). Community As Partner: Theory and Practice in Nursing, 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. APA (American Psychological Assosiations). (2002). Developing Adolescents: A References For Professionals. APA Washington, DC. Diakses dari www.apa.org/pi/pii/develop.pdf Ervin, NF. (2002). Advanced community health nursing : Concept and practice. 5 th ed. Philadelphia : Lippincot. Eca (2006). www.perpustakaan.bappenas.go.id , harian kompas, diakses tangal 20 April 2012 Evy (2008). www.perpustakaan.bappenas.go.id , harian kompas, diakses tangal 20 April 2012 Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family Nursing: Research Theory & Practice. New Jersey: Prentice Hall. Farihen, H. (2009): Konsep bermain bagi anak usia dini. Diambil dari www.fai.umj.ac.id tanggal 14 Februari 2012 Gillies, D.A. (2000). Nursing Management: A System Approach.5rd ed.,Philadelphia : W.B.Saunders Company. Gladding, Samuel T,. (2002). Family Therapy: History, Theory, and Practise. 3rd ed. New Jersey: Precinte-Hall. Harlini, S. (2003): Pengaruh bermain terhadap interkasi sosial untuk kelompok B di taman kanak-kanak Aisiyah Mendungan Pabelan Kartasura tahu 2002/2003. Diakses dari www.etd.eprint.ums.ac.id , tanggal 14 Februari 2012 Hildayani, R (2005): Materi pokok psikologi perkembangan anak : Jakarta : Universitas Terbuka Hitchcock,JE., Scubert, PE., & Thomas, SA (1999). Community Health Nursing : Caring in action. USA : Delmar Publisher. Hurlock, B.E (1997). Perkembangan anak. Jilid 1. Jakarta. Erlangga
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Marquis,B.L. and Huston, Carol J.(2006). Leadership Roles and Roles Management Functions in Nursing : Theory and Application.5th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. Mayke, S. T. (2001): Bermain mainan untuk anak usia dini. Grassindo. Jakarta Moehji (2003): Ilmu Gizi 2. Penanggulangan gizi buruk. Jakarta. Sinar Siranti Moeslichatun, R. (2004): Metode pengajaran di taman kanak-kanak. Rineka Cipta. Jakarta Nata, A. (2001): Filsafat pendidikan islam. Logos wacana ilmu. Jakarta Nimmo, J & Hallet, B. (2008): Childhood in the garden.. Beyond the journal: Young Children www.naecy.org , diakses 20 April 2012 Raharjo, B. (2007): Aplikasi teori bermain untuk anak usia sekolah. Diambil dari www.isdj.pdii.lipi.go.di tangal 15 Februari 2012 Romawati, N. (2007): Metode bercerita sebagai penanaman pendidikan agama islam pada anak usia prasekolah di taman kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. Diakses dari www.adb4.wikispaces tanggal 14 Februari 2012 Romito, MD & Agras, WS (2009). Binge eating disorder. www.med.nyu.edu , diakses tanggal 19 April 2012. Saragih, B. (2010). Analisi kebijakan penanganan masalah gizi di Kalimantan Timur berdasarkan pengalaman berbagai Negara. Borneo Administrator. Vol.6 No.3. Diambil dari www.isjd.pdii.go.id , tanggal 14 Maret 2012 Soekanto (2001): Seni bercerita islami. Bina mitra press. Jakarta Soetjiningsih (1998): Tumbuh kembang anak. Jakarta. EGC Stanhope, M. dan Lancaster, J. (1996). Community Health Nursing : Promoting Health Of Agregates, Families And Individuals, 4 th ed. St.Louis : Mosby, Inc. Stuart. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing 9ed. St Louis: Elsevier Mosby. Unicef (1998). The state of the world’s children 1998. Oxpord University Press. New York Padmiari, IAE dan Hadi H (2003): Konsumsi fastfood sebagai faktor risiko obesitas pada anak SD. Jakarta. Majalah Medika Papalia, Old dan Feldman (2004): Human development: Jakarta. Salemba Humanika Piaget, J. (1962). Play, Dreams and Imitation in Childhood. New York: Norton.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Fakultas Jenis Karya
Irma Herliana 0906504801 Spesialis Keperawatan Komunitas Ilmu Keperawatan Karya Ilmiah Akhir
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya karya ilmiah saya berjudul: “BERMAIN SEBAGAI BENTUK INTERVENSI PENANAMAN NILAI NUTRISI BAGI ANAK PRASEKOLAH DI RA NURUL HUDA PASIR GUNUNG SELATAN DEPOK” Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini.
Universitas
mengalihmediakan/formatkan,
Indonesia
mengelola
dalam
berhak bentuk
menyimpan, pangkalan
data
(database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan saya ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal: 29 Juni 2012 Yang Menyatakan
Irma Herliana
iii Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
MENU GIZI SEIMBANG HARIAN ANAK Minggu ke: Bulan Jam Makan Pagi
: SENIN
SELASA
RABU
KAMIS
JUMAT
Kudapan Siang
Kudapan Malam
Tanda tangan:
(
)
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
SABTU
MINGGU
NAMA:
MAKANANKU HARI INI RA NURUL HUDA MENU NASI
SENIN
SELASA
RABU
KAMIS
JUM’AT SABTU
SENIN
SELASA
RABU
KAMIS
JUM’AT SABTU
SAYUR
BUAH
LAUK
MENU NASI
SAYUR
BUAH
LAUK
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
POTENSI KELUARGA DALAM MENGATASI KESULITAN MAKAN PADA ANAK POTENSI POSITIF
POTENSI NEGATIF
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
DAPAT DILAKUKAN
TIDAK DAPAT DILAKUKAN
1. Cara pemberian makan pada anak sulit makan: 1.
Beri jumlah makanan secara bertahap (bertahap)
2.
Perintah makan dengan nada yang lembut (lembut)
3.
Ingatkan anak saat waktu makan (ingatkan waktu makan)
4.
Sajikan makanan yang sederhana dan mudah (sederhana dan mudah)
5.
Sajikan makanan yang dapat dipegang (dapat dipegang)
6.
Kenalkan satu jenis makanan baru setiap kali makan (makanan baru)
7.
Perhatikan penampilan makanan (penampilan makanan)
8.
Buatlah suasana makan yang menyenangkan (suasana)
9.
Ikutkan anak dalam menentukan menu makanan yang akan dimakan (memilih menu makan)
10.
Berilah contoh makanan yang baik bagi anak (contoh)
11.
Jagalah nafsu makannya dan pastikan anak mendapatkan yang dibutuhkan tubuhnya (nafsu makan)
12.
Kurangi/tidak sama sekali memberikan kudapan/jajanan diantara jam makan (tidak jajan)
13.
Hidangkan menu yang bervariasi (variasi)
14.
Cobalah membuat perasaan anak gembira ketika makan (gembira)
15.
Biarkan anak makan sendiri (makan sendiri)
16.
Jangan memburu-buru anak agar makan dengan cepat (tidak memburu-buru)
17.
Tidak perlu selalu mengikuti keinginan anak (tidak memanjakan)
18.
Jangan terlalu khawatir (tidak khawatir)
19.
Tidak perlu memberikan porsi makan yang banyak (porsi cukup)
20.
Berikan makanan secara bertahap sesuai jenis dan kandungan gizinya. (bertahap dan sesuai)
21.
Respon perilaku anak secara tepat (respon tepat)
22.
Berikan contoh yang baik dalam mengonsumsi makanan
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
2. Kesalahan dalam pemberian makanan pada anak: a.
Memberi air putih yang berlebihan dan tidak tepat
b.
Terlalu memaksa cara makan anak
c.
Memaksa porsi makan anak
d.
Memberi makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak
e.
Memberi ancaman
f.
Memaksa
g.
Menghukum anak
h.
Melarang anak memilih menu yang diinginkan
i.
Memberi makanan kudapan/jajanan menjelang makan
Tanda tangan:
(
)
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
KEGIATAN
SENIN
SELASA
RABU
KAMIS
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
JUMAT
SABTU
MINGGU
Raport Harianku
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat dan kasih sayang-Nya. Penulisan karya ilmiah akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapat gelar Spesialis Keperawatan Komunitas pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakan segala kebaikan di sepanjang usianya. Semoga Alloh senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayang-Nya di sisa umurnya. Baarokalloohu lakuma. 2. Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 3. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App. Sc., Ph.D., selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 4. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. 5. Sigit Mulyono, S.Kp, MN., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi serta penuh dengan
kesabaran
dan
bijaksana
membimbing
penulis
dalam
menyelesaikan KIA ini. 6. Ns. Widyatuti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom, selaku Pembimbing II yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi serta penuh dengan kesabaran dan bijaksana membimbing penulis dalam menyelesaikan KIA ini. 7. Purwadi, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom selaku Penguji yang telah memberikan banyak masukan berharga. 8. Roji Suherman,S.Si.,MKM selaku Penguji yang telah memberikan kesempatan untuk memaparkan hasil proyek inovasi residensi.
v Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
9. Seluruh dosen Keperawatan Komunitas yang kompak serta selalu berusaha memahami mahasiswanya, semoga diberikan limpahan kesehatan dan ilmu. 10. Dr. dr. HM. Hafizurrachman, MPH, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju, dengan gayanya selalu memberikan semangat kepada penulis. 11. Suamiku, yang dengan sabar dan penuh pengertian membantu penyusun dalam menyusun karya ilmiah akhir ini. Menjaga anak-anak, merawat anak-anak, menjadi “Bapak Rumah Tangga” yang manis. 12. Anak-anakku yang sholeh dan sholehah yang telah memberikan energi positif. Semoga jadi ahli surga ya Nak…! I love you full 13. Keluarga Garut dan Kebumen, terimakasih atas doa dan dukungannya. Semoga kita selalu kompak dalam suka dan duka. 14. Keluarga Besar Keperawatan Komunitas 2009 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Saya akan selalu mengenang dan “kengen” masamasa kita bersama. 15. Anak-anak dan guru-guru RA Nurul Huda yang telah memberikan kesempatan
kepada
penulis
dalam
melakukan
praktek
residensi
keperawatan komunitas. 16. Rekan kerja di STIKIM, terimakasih atas pengertiannya. Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 29 Juni 2012 Penulis
vi Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Jenis pertanyaan untuk puzzle tumpeng gizi seimbang: 1. Kita makan dan minum setiap hari. Apa yang harus banyak kita lakukan, makan atau minum? 2. Berapa gelas sehari? 3. Kita makan berapa kali dalam satu hari? 4. Makanan seperti apa saja yang harus kita makan? 5. Makanan apa yang paling banyak; nasi, lauk, sayur atau buah? 6. Untuk membuat kita sehat, apa saja yang harus kita lakukan?
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
JADWAL HARIANKU
NAMA KELAS JAM
…………………………………………………… ……………………………………………………
KEGIATAN
SENIN
SELASA
RABU
KAMIS
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
JUMAT
SABTU
MINGGU
TANDA TANGAN ORANG TUA:
(
)
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Intrumen Pengetahuan Nutrisi Pada Guru: No Pertanyaan Nasi, mie, umbi-umbian, dan tepung-tepungan termasuk ke dalam 1 makanan yang mengandung karbohidrat/makanan pokok Sayur dan Buah merupakan kelompok makanan yang lebih sedikit 2 dibutuhkan dibandingkan makanan pokok 3 Tubuh membutuhkan sayur lebih banyak dibandingkan buah Sayur dan buah merupakan sumber vitamin dan mineral, yang 4 dibutuhkan untuk metabolism zat-zat gizi dalam tubuh Buah yang berwarna oranye dan sayur berdaun yang berwarna hijau tua 5 mengandung lebih banyak vitamin A dibandingkan sayur dan buah lainnya 6 Lauk pauk merupakan sumber Protein Protein dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang 7 rusak 8 Sumber Protein ada 2: Nabati dan Hewani 9 Tahu dan tempe termasuk ke dalam protein nabati 10 Daging, telur dan ikan termasuk ke dalam protein hewani Anak Laki-laki membutuhkan energi lebih banyak dari pada anak 11 perempuan 12 Kurang gizi dapat menurunkan kecerdasan anak 13 Jajanan di sekitar sekolah semuanya pasti bagus untuk kesehatan Makanan/jajanan yang berwarna mencolok lebih baik untuk tubuh 14 daripada yang berwarna pucat
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Benar Salah
INSTURMEN WAWANCARA GURU DAN KEPALA SEKOLAH DI RA NURUL HUDA KELURAHAN PASIR GUNUNG SELATAN KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
A. Indentitas Guru/Kepala Sekolah: Nama Usia Pendidikan Agama Pekerjaan Suku
: : : : : :
……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… ………………………………………………………………………
B. Isilah pertanyaan berikut dengan lengkap:
1. Menurut Bapak/Ibu bagaimana program Dinkes terkiat gizi kurang pada anak TK? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 2. Menurut Bapak/Ibu apa saja pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat terkait gizi kurang pada anak TK? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………. 3. Menurut Bapak/Ibu apakah selama ini Dinkes melakukan monitor dan evaluasi terkait program gizi pada anak TK? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 4. Apa rencana/program sekolah yang akan dilakukan terkait dengan gizi pada anak sekolah? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
5. Menurut Bapak/Ibu fasilitas UKS yang harus disediakan adalah: ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………. 6. Menurut Bapak/Ibu apa peran guru/kepala sekolah terkait dengan kesehatan, khususnya gizi anak? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 7. Berapa frekuensi siswa diukur berat badan dan tinggi badannya? ………………………………………………………………………………………… 8. Masala kesehatan apa yang tidak bisa diatasi di sekolah/dirujuk ke puskesmas/fasilitas kesehatan lainnya? …………………………………………………………………..…………………….. 9. Apa saja keluhan siswa terkait dengan kesehatan? …………………………………………………………………………………………. 10. Menurut Bapak/Ibu, apa yang dimaksud dengan gizi seimbang? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 11. Menurut Bapak/Ibu, makanan apa saja yang mengandung karbohidrat/pati? ………………………………………………………………………………………… 12. Menurut Bapak/Ibu, makanan apa saja yang mengandung protein? ………………………………………………………………………………………… 13. Menurut Bapak/Ibu, makanan apa saja yang mengandung vitamin? …………………………………………………………………………………………. 14. Menurut Bapak/ibu, makanan/minuman apa saja yang mengandung mineral? ………………………………………………………………………………………… 15. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana tanda dan gejala anak gizi kurang? ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
16. Menurut Bapak/Ibu, program apa yang sebaiknya dilaksanakan oleh Puskesmas terkait dengan kesehatan/gizi siswa? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… C. Beri tanda ceklis ( √ ) pada kolom yang tersedia: Pertanyaan
:
Ya
17. Apakah siswa lemah, letih, lesu, lelah, lalai? 18. Apakah siswa mengalami sakit gigi? 19. Apakah siswa mengalami bau mulut? 20. Apakah anak diajarkan menggosok gigi di sekolah,? 21. Apakah anak pernah diperiksa BB dan TB oleh petugas puskesmas? 22. Apakah petugas Puskesmas pernah memberikan penyuluhan terkait kesehatan? 23. Apakah siswa diajarkan cara mencuci tangan memakai sabun dan air mengalir? 24. Apakah perlu disediakan media informasi di sekolah untuk kesehatan/gizi? 25. Apakah keterlibatan orang tua dalam pendidikan kesehatan penting bagi siswa dan sekolah?
Terimakasih atas kerjasamanya. Semoga menjadi pahala.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Tidak
No. Responden:
INSTRUMEN PENGKAJIAN ANAK USIA PRASEKOLAH (TK) DI RA NURUL HUDA KELURAHAN PASIR GUNUNG SELATAN KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK I.
Instrumen pengkajian isian:
Lengkapi titik-titik dengan kalimat, kata, atau angka yang sesuai dengan kondisi keluarga dan anak A. Indentitas Keluarga: Ayah : Nama Ayah : ……………………………………………………………………… Usia : ……………………………………………………………………… Pendidikan : ……………………………………………………………………… Agama : ……………………………………………………………………… Pekerjaan : ……………………………………………………………………… Suku : ……………………………………………………………………… Ibu Nama Ibu Usia Pendidikan Agama Pekerjaan Suku
: : : : : : :
Alamat No. tlp/HP Penghasilan keluarga perbulan
: ……………………………………………………………………… : ……………………………………………………………………… :
……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… ………………………………………………………………………
a. < 1.250.000 b. > 1.250.000 Pengeluaran keluarga perbulan
:
a. b.
< 1.250.000 > 1.250.000
Rata-rata pengeluaran untuk makanan perbulan
: ………………………………………………………………………
Anak Nama Anak Usia Berat Badan Tinggi Badan
: : : : :
……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… ………………………………………………………………………
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
II. Beri tanda ceklis ( √ ) pada kolom yang tersedia: Status Imunisasi No Jenis Imunisasi
Usia imunisasi II III
I 1 2 3 4 5
IV
Hepatitis BCG DPT POLIO CAMPAK
Jenis Makanan Anak: Jenis makanan & minuman Nasi/mie/ubi/roti Ikan/telur/daging Tahu/tempe/kacangkacangan Buah-buahan Sayuran hijau/berwarna Susu
: : : :
Ya
Tidak
Alasan ya/tidak
: : :
Jenis kegiatan anak: Jenis Kegiatan
Frekuensi 1 I 1 : Ya Tidak hari mgg bln Lainnya 1x 1x 1x
Alasan ya/tidak
Olah raga Timbang BB Naik/turun? Ukur Tinggi Badan
Bertambah tinggi? Sebutkan jenisnya:
Jajan di warung/pedagang keliling Minum minuman warung/pedagang keliling
Jenis Kegiatan Mencuci tangan sebelum makan dengan sabun dan air mengalir
Sebutkan jenisnya:
Ya Tidak
Alasan ya/tidak
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Mencuci tangan setelah makan dengan sabun dan air mengalir Bermain dengan teman sebaya Menggunakan air bersih untuk keperluan seharihari Menggunakan jamban yang bersih III. Uraian: Isilah pertanyaan di bawah ini dengan lengkap! Tidak: 1. Apakah anak Bapak/Ibu mengalami kesulitan makan? Ya: 2. Apabila ada, bagaimana Ibu/Bapak mengatasi kesulitan makan pada anak tersebut? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ……………………… 3. Apa keluhan kesehatan yang dirasakan oleh anak pada saat ini? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ……………… 4. Apa Bapak/Ibu berkonsultasi/bertanya pada petugas kesehatan mengenai keluhan kesehatan yang dirasakan anak? Ya: Tidak: 5. Kemana Bapak/Ibu berkonsultasi/bertanya tentang kesehatan anak? ………………………………………………………………………………………… ……… 6. Siapa yang memutuskan pemilihan menu makanan di rumah? ………………………………………………………………………………………… ……… 7. Menu makanan seperti apa saja yang sering disediakan keluarga di rumah? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 8. Menu makanan seperti apa yang paling disukai anak? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
9. Apakah selama ini ada pengarahan kesehatan yang didapatkan Bapa/Ibu terkait kesehatan anak? Ya: Tidak: 10. Pengarahan terkait apa saja yang sudah Bapak/Ibu dapatkan? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ……………… 11. Siapa saja yang sudah memberikan pengarahan kesehatan kepada Bapak/Ibu? ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………....... 12. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan brosur/selebaran terkait dengan kesehatan? Ya: Tidak: 13. Apa yang dibahas/dipaparkan dalam brosur/selebaran kesehatan tersebut? ………………………………………………………………………………………… ……….. 14. Apakah Bapa/Ibu masih berharap ada pengarahan yang lain terkait kesehatan anak? Ya: Tidak: 15. Apa tema kesehatan yang Bapak/Ibu harapkan? ………………………………………………………………………………………… ……….. 16. Apakah pengertian gizi menurut Bapak/Ibu? 17. Menurut Bapak/Ibu apakah sekolah seharusnya berperan dalam kesehtan anak? Ya: Tidak: 18. Menurut Bapak/Ibu apa peran sekolah dalam kesehatan anak? ………………………………………………………………………………………… ……….. 19. Apakah anak pernah marah-marah? Ya: Tidak: 20. Bagaimana cara anak mengatasi marahnya? ………………………………………………………………………………………… ……… 21. Bagaimana cara orang tua mengatasi marah anak? ………………………………………………………………………………………… ………. 22. Apakah anak mudah mengantuk? Ya: Tidak: 23. Apakah anak sulit berkonsentrasi saat belajar? Ya:
Tidak:
24. Apakan terjadi penurunan prestasi belajar pada anak? Ya: 25. Apakah anak mengalami kesulitan BAB? Ya:
Tidak:
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Tidak:
26. Apakah anak dapat tidur nyenyak setiap hari: Ya: 27. Apakah anak giginya keropos? Ya:
Tidak:
Tidak:
28. Apakah anak memeriksakan gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali? Ya:
Tidak:
IV. Pertanyaan Benar Salah Berilan tandan ceklis ( √ ) pada kolom yang disediakan! No Pertanyaan Nasi, mie, umbi-umbian, dan tepung-tepungan termasuk ke dalam 1 makanan yang mengandung karbohidrat/makanan pokok Sayur dan Buah merupakan kelompok makanan yang lebih sedikit 2 dibutuhkan dibandingkan makanan pokok 3 Tubuh membutuhkan sayur lebih banyak dibandingkan buah Sayur dan buah merupakan sumber vitamin dan mineral, yang 4 dibutuhkan untuk metabolism zat-zat gizi dalam tubuh Buah yang berwarna oranye dan sayur berdaun yang berwarna hijau tua 5 mengandung lebih banyak vitamin A dibandingkan sayur dan buah lainnya 6 Lauk pauk merupakan sumber Protein Protein dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang 7 rusak 8 Sumber Protein ada 2: Nabati dan Hewani 9 Tahu dan tempe termasuk ke dalam protein nabati 10 Daging, telur dan ikan termasuk ke dalam protein hewani Anak Laki-laki membutuhkan energi lebih banyak dari pada anak 11 perempuan 12 Kurang gizi dapat menurunkan kecerdasan anak 13 Jajanan di sekitar sekolah semuanya pasti bagus untuk kesehatan Makanan/jajanan yang berwarna mencolok lebih baik untuk tubuh 14 daripada yang berwarna pucat
Terimakasih banyak. Semoga menjadi pahala.
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Benar Salah : : : : :
: :
INSTRUMEN PENGKAJIAN ANAK USIA PRASEKOLAH (TK) DI RA NURUL HUDA KELURAHAN PASIR GUNUNG SELATAN KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
BERI TANDA √ MAKANAN APA YANG SEHAT DAN PALING DISUKAI?
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012
Berbagai sebagai..., Irma Herliana, FIK UI, 2012