USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa
PRIORITAS PRIORITASkeun keun Media Komunikasi Pendidikan Dasar di Jawa Barat
Nomor 3 Februari—April 2013
Salam PRIORITASkeun Bahagia rasanya PRIORITASkeun dapat kembali hadir ke tengah masyarakat pendidikan Jawa Barat. Sosialisasi program di daerah PRIORITAS dan TOT tingkat provinsi menjadi sajian utama PRIORITASkeun edisi ini. Komitmen stakeholder daerah dan Fasilitator Daerah tampak kuat seiring dengan sosialisasi dan TOT. Edisi ini juga mengabadikan sejumlah praktik yang baik, meliputi praktik guru-guru binaan DBE, praktik belajar TOT, dan praktik PAKEM oleh dosen di LPTK. Berita diseminasi DALI di Kota Bogor juga ada di sini. Selamat Membaca! Dalam Edisi Ini
Temukan di Dalam! Fasda, Daerah Menanti Kiprah—2 PRIORITAS Dorong Kecerdasan Majemuk—4 Perkuliahan Kontekstual—6 Jernih Bu Jernih—7 Menerapkan Sifat Cahaya via Model—8 This is not Tiger—9 Menemukan Volume Kerucut dengan Pola Inkuiri—10 Tidak Ada Siswa Bodoh—11 Kota Bogor Diseminasi DALI—12 UPI dan UIN Cetak Calon Guru Profesional—12
Pemangku Kepentingan Daerah
Siap Pimpin Pembaruan Pendidikan Program USAID PRIORITAS adalah kepentingan kami, karena kami membutuhkan program semacam ini untuk menghadapi berbagai masalah pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan. Kami merasa program ini adalah milik kami. Sebab itu, kami segenap jajaran pemerintah daerah menyatakan siap menjadi agen perubahan dan memimpin pembaharuan dalam bidang pendidikan dasar. Demikian intisari sambutan Walikota Cimahi, Bupati Ciamis dan Bandung Barat, yang disampaikan oleh Wakil Walikota Cimahi, Kepala Disdik Ciamis, dan Bandung Barat, saat sosialisasi program pada akhir Februari 2013. USAID PRIORITAS akan
bekerjasama dengan pemerintah tiga daerah itu untuk meningkatkan kualitas pengajaran/ pembelajaran dan manajemen. Pada setiap daerah, USAID PRIORITAS bekerja di 16 SD/ MI mitra dan 8 SMP/MTs mitra. Program akan menjangkau sekitar 40.000 siswa di Jawa Barat yang tersebar di 168 sekolah/madrasah. Kemitraan ini merupakan bagian dari program pendidikan USAID yang berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dasar di 13 daerah mitra (Ciamis, Cimahi, Bandung Barat, Kota Bogor, Kab. Sukabumi, Karawang, Subang, Indramayu, Garut, dan empat daerah lagi mulai akhir tahun 2013) dan dua perguruan tinggi (UPI dan
Stakeholder Bandung Barat sampaikan gagasan dan ungkapkan komitmen pembaruan
UIN) di Jawa Barat. "USAID menaruh apresiasi terhadap komitmen dan antusiasme pemerintah daerah membuka akses yang lebih baik terhadap pendidikan berkelas dunia," kata Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Jawa Barat, Erna Irnawati. Pemerintah daerah juga menunjukkan komitmen menyebarkan program USAID PRIORITAS ke sekolah/ madrasah non mitra, dalam program diseminasi.***
Ikuti TOT Tingkat Provinsi
300 Fasda Siap Fasilitasi Pelatihan Subang. Begitulah ungkap Seno dan Didin menyampaikan kesan mewakili peserta TOT Tingkat Provinsi di Tasikmalaya pada Maret 2013 (11-17 Siti Andriani dkk, siswa SDN 3 Sukamanah, Ciamis, mengaku SMP/MTs dan senang belajar di alam terbuka membuat saringan air bersih. 20-26 SD/MI). “Kami siap mengukir karya TOT diikuti oleh 150 calon peningkatan mutu pembelajar- Fasda jenjang SD/MI dan 151 an dan manajemen sekolah,” calon Fasda jenjang SMP/MTs. ujar Seno M. Daud, guru MI Mereka merupakan guru, Asih Putera, Fasilitator Daerah kepala sekolah/madrasah dan (Fasda) jenjang SD/MI Cimahi. pengawas dari sembilan daerah “Kami siap mendiseminasikan mitra dan dua perguruan tinggi program ini ke sekolahdi Jawa Barat. TOT ini juga sekolah yang belum terjangkau diikuti oleh delapan orang program DBE,” tekad Didin perwakilan BPPTK-PU Disdik Mahpudin, Fasda SMP/MTs Jabar, LPMP, Kanwil Kemenag,
dan P4TK-IPA. Dr. Dharma Kesuma, peserta dari UPI, menunjukkan apresiasinya terhadap model pelatihan di TOT ini. “Sejak lama saya punya mimpi nulis buku paedagogi. Di USAID PRIORITAS ada titik terang ke arah perwujudan mimpi itu,” ungkap Dharma. Ia juga mengajak segenap peserta TOT untuk terus mengembangkan model PAKEM secara kreatif. Yudi Dirgantara, dosen UIN Bandung, mengaku langsung menerapkan model PAKEM dalam proses perkuliahan di kampusnya. “Active learning sudah saya praktikkan dan mahasiswa menikmatinya,” kata Yudi. (Lihat good practice Yudi pada halaman 6.)***
Newsletter PRIORITASkeun diterbitkan oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat sebagai media komunikasi masyarakat untuk mendorong pembaruan, menciptakan peluang kemajuan, dan membuka akses pendidikan dasar berkualitas.
Berita Utama Fasda, Daerah Menanti Kiprah “Fasilitator daerah dan LPTK akan bertindak menjadi tenaga inti USAID PRIORITAS dalam membuka akses pendidikan yang berkualitas di Jawa Barat,” ujar Erna Irnawati, Provincial Coordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat, ketika memberikan penjelasan kegiatan Training of Trainers (TOT) di Hotel Santika Tasikmlaya. Fasilitator daerah (Fasda) merupakan tenaga utama peningkatan mutu pendidikan dasar di 13 kab/kota dan 2 perguruan tinggi mitra USAID PRIORITAS se-Jawa Barat. Maka, selama sepekan, para calon fasilitator ini dilatih berbagai praktik yang baik mengenai pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah. Peserta TOT terdiri atas:
270 orang calon Fasda yang akan bertugas memfasilitasi pelatihan sekolah (guru, kepala sekolah/madrasah, dan komite sekolah); 32 orang Fasilitator LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan), UPI dan UIN Sunan Gunung Djati, yang akan memfasilitasi pelatihan di perguruan tinggi; 8 orang utusan LPMP, BPPTK-PU (Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Umum), P4TK-IPA (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA), dan Kemenag Jabar. Pada gilirannya, para fasilitator tersebut akan bahumembahu meningkatkan
kualitas pembelajaran dan manajemen pada SD/MI dan SMP/MTs mitra di daerah dan perguruan tinggi mitra. "USAID membantu sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan madrasah agar memiliki akses yang lebih baik terhadap pendidikan berkelas dunia," kata Erna Irnawati lebih lanjut. Erna juga menegaskan para Fasda dan Fas-LPTK disiapkan untuk membantu guru dan kepala sekolah untuk mengembangkan potensi para siswa dan menempatkan mereka ke jalan yang tepat menuju kesuksesan. “Kiprah fasilitator tentu saja sangat ditunggu oleh segenap stakeholder daerah mitra,” pungkas Erna.***
Dedi Sutardi, Sekretaris Disdik Jabar
Fasda Ujung Tombak Peningkatan Mutu “Kami tengah berupaya menjawab tantangan pendidikan di Jabar, terutama seiring dengan implementasi kurikulum 2013, untuk menyediakan layanan pendidikan dasar berkualitas. Para fasilitator hasil TOT ini diharapkan menjadi ujung tombak usaha kami dalam menjawab tantangan tersebut.” Demikian dikatakan Dedi Sutardi, Sekretaris Dinas Pendidikan Jawa Barat saat membuka kegiatan Training of Trainers tingkat provinsi Jawa Barat di Tasikmalaya. Dedi kemudian menegas-
2
kan bahwa manusia berkewajiban untuk mewariskan cara mencari ilmu yang efektif melalui sistem pendidikan. Atas dasar ini, guru tidak cukup memberi informasi ilmu kepada siswa di ruang kelas atau ruang laboratorium tertutup. “Kita dituntut untuk mengaitkan informasi ilmiah itu dengan kehidupan nyata pada tingkat konteks,” ujarnya. “Dengan proses pembelajaran kontekstual seperti itu, siswa dapat merekonstruksi sendiri ilmu itu di laboratorium alam dan lingkungan sosial yang amat kaya ini,” tambahnya lagi.
Dedi akhirnya berpesan bahwa para peserta TOT kiranya mengambil nilai -nilai penting sepanjang pelatihan. Selepas pelatihan, para pejuang pendidikan ini diharapkan menyadari posisinya dalam kerangka pengembangan pendidikan, dapat menentukan skala prioritas kegiatan, dan mengambil bagian dalam peningkatan mutu pendidikan dasar di daerah atau di LPTK secara fokus.***
PRIORITASkeun Nomor 3
Fasilitator Daerah Jenjang SMP/MTs
CIAMIS: Nunung Karyawan, Yudi Yana, Siti Hasanah, Sunardi, Dindin Iskandar, Arminah, Dedi Hernadi, Nonon Wulandiati, Ooh Rohmawati, Heni Herliyani, Wawan, Nana, D. Kodariah, Jahrudin, Oom Daryono
CIMAHI: Tatang Supriatna, Tita Trisnawati, Lien Karlina, D. Suryagandi, Sri Rahayu, Asep F. Fitri, W. Winiwidiawati, Deden A. Hidayat, Ena Laksana, Wissya Maryanti, Asep Nurdin, Siti R. Willies, Asep Suryana, Rina Heryani, Nurudin.
BANDUNG BARAT: Eman S., Euis Lesmini, Ading Rosidi, Puspitasari, D. Hidayat, Sumaroto, N. Mimin Rukmini, S. Handayaningsih, Ucu Dimyati, Suyadi, Saepudin C., Endang S., Entis Sutisna, Suparman, Dede Somantri.
INDRAMAYU: Saekhudin Zuhri, Agus Suryana, Wati Rosanah, Maman, Sri Sumarti, Khariri, Ojo Suharja, Komariah, Sriyono, Eti Herawati, Achmad Sudalim Gymnasthiar, D. Mapati Syarifudin, Ayo Waryono, Wasido, Supriyanto .
KOTA BOGOR: Eman Suherman, Ridwan, L. Budiarti, R. Sabrinawati, Trisno W., Ai Suaebah, Sri Hartati, D. Husnaeni, Siti Amalia, D. Supardi, Nurlela, Siti Djumhurijah, Rika Dewi R., Ida Tutik U., Odik Suharyadi.
SUBANG: M. Taufiq P. Hidayat, Cucu Laelasari, Yayan Setiawan, lbania Ria Tirana, Achmad Djuniarsa, Rukasim, Toto Sugiarto, Marliawati, Didin Mahpudin, Erik Taufiqurrohman, Kurlim, Kriswati, Arta Hidayat, Mei Nuryana, Hamdani .
FASPROV: Kusnadi, Jojo S., Iwan R., Sri Hartati, Rukasim, Trisno W., Wati R., Mulyana S.A., Eneng E., Hera S.M., Yudi G., Sajidin, A. Syarif H., Yulia R., M. Soleh, Endang S., Gunawan, Odik S., Istiqomah.
KARAWANG: Iyang Gumilar, Iskandar Sulaeman, Mulyana Surya Atmaja, Ahmad Fadloli, Obar Subarja, Ahnar Hidayat, Irwan Kurniawan, Dwi Wahyu Ariani, Suripto, Cucu Hadiati, Istiqomah Salamah, Rukmana, M. Soleh.
SUKABUMI:
GARUT:
UPI/UIN/INSTANSI:
Jojo Suwarjo Ahmad Saom, Dedi Kusmardana Muh. Zukhron Sutisna Sudarto Mamat Suja’i Aris Muhammad Ilham Dwi Ningsih Supadi, Ade Ahmad Hidayat, Yusup Iskandar, Wawan Setiawan Gunawan H. Acep,
Kusnadi, Yusep Saepul Riwayat, H. Edi Sutisna, Asep Dermawan, Beni Kustiana Gozain Mudzakir, Rina Rosmayana, Iwan Ridwan, Eneng Erliani, Cicin Kuraesin, Muhidin, Uus Kusnadi, Endang Suryana, Mulyadi, Cecep Suhendar.
H. Ma'mur Saadie, H. Kholid A. Harras, Elah Nurlaelah, Endang Dedy, Parsaoran Siahaan, Bambang Supriatno, Yulia Rahmawati, H. Asep Syarif Hidayat, Hj. Wati Susilawati, Iyon Maryono, Hj. Cucu Zenab Subarkah, Sumiyati Sa'adah, Anugrah Imani, Dian Ekawati, Yudi Dirgantara, H. Sajidin, Evi Sofiawati (Kemenag Jabar), Dida Hamidah (LPMP), Arief Husein Maulani (P4TK-IPA), Mastur Burhanuddin (BPPTK-PU).
Februari-April 2013
3
Berita Utama Eep Saeful Rojab Fansuri
PRIORITAS Dorong Kecerdasan Majemuk
“Belajar menyaring air bersih, asyik.”
Robi Siswa SDN 3 Sukamanah, Ciamis
“Aku senang karena belajarnya tidak seperti biasa.”
Maudi Siswa MIS Kalangari, Ciamis
Tazkia, siswa SDN 1 Sindangkasih, Ciamis, penuh bangga menunjukkan tanda tangan Pak Stuart di buku bindernya.
Dulu ada keluhan di kalangan guru mengenai keterbatasan waktu untuk mengejar target materi pembelajaran. Di tengah keterbatasan waktu, guru merasa kesulitan menerapkan PAKEM yang membutuhkan keleluasaan waktu. Dilema ini kini terjawab dengan pemberlakuan kurikulum 2013. Demikian ungkap Eep Saeful Rojab Fansuri, staf BPPTK-PU Jawa Barat, saat mewakili Kadisdik Jawa Barat membuka ToT Provinsi untuk Fasilitator Daerah jenjang SD/ MI di Tasikmalaya. Eep lebih lanjut menjelaskan bahwa pokok perubahan kurikulum 2013 adalah penyederhanaan kompetensi dan penambahan jam pembelajaran. Di satu sisi, materi pembelajaran dirampingkan dan, di sisi lain, waktu belajar ditambah.
Semangat perubahan ini, Eep yakin, dapat memecahkan dilema yang dihadapi para guru itu. Ibarat mobok manggih gorowong (menggali ketemu lubang besar), kurikulum 2013 diresmikan saat USAID PRIORITAS mulai bergulir. Maka, pemerintah Indonesia dan USAID bertemu dalam program yang saling bersesuaian dan saling mendukung. Pendek kata, ujar Eep, “Program USAID PRIORITAS yang mengedepankan PAKEM amatlah sejalan dengan semangat dan jiwa kurikulum 2013.” Maka, tegas Eep lagi, kini stakeholder pendidikan dan para guru khususnya tidak memiliki dalih untuk terus mengeluh. Mereka seyogianya berkomitmen terhadap program USAID PRIORITAS. Program ini mengedepankan PAKEM dalam segala bentuk dan variasinya. Lepas dari
dilema tadi dan didukung USAID PRIORITAS, para guru kini mendapat kesempatan emas untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. Kompetensi Inti yang dikembangkan pada kurikulum 2013 meliputi bidang agama, sikap, kognisi, dan pembiasaan. Ini pula hal yang menjadi fokus USAID PRIORITAS dengan mendorong mutu pendidikan dasar yang dapat mencetak siswa berkarakter dan berkecakapan hidup. Didukung dengan manajemen sekolah yang baik dan pemerintah yang berkoordinasi dengan baik, para guru dapat berbuat lebih banyak lagi di ladang pendidikan untuk mencerdaskan anak bangsa. “Bangsa ini membutuhkan generasi penerus yang memiliki semacam kecerdasan majemuk: olah pikir, olah rasa, olah raga, dan olah hati,” pungkas Eep.***
Siswa: PAKEM Memang Asyik
Robi dan Siti Andriani, siswa SDN 3 Sukamanah, Sindangkasih, Ciamis, mengaku senang belajar di alam terbuka bersama Bu Een Sudansih (lihat hlm. 7).
4
“Biasanya belajar itu di dalam kelas saja. Bosan. Belajar di luar kelas seneng saya. Apalagi tadi lari-lari ngambil bahanbahan belajar. Jadi tidak bosan,” ujar Siti. “Aku senang belajar membuat saringan air bersih. Asyik,” kata Robi. Sementara itu, di Madrasah Ibtidaiyyah, para siswa juga tampak menikmati proses belajar dengan cara PAKEM. Mereka tampak tengah melakukan percobaan siklus air di bawah asuhan Bu Ade Yeti (peserta TOT dari UIN Bandung). Bahan yang digunakan relatif mirip: gelas air mineral, kapas, rumput, pasir, tanah, sedotan, dan air. Maudi, siswa Kelas 5 MIS Kalangari, Sindangkasih,
Ciamis, mengaku: “Ini cara belajar baru bagi aku. Aku senang karena belajarnya tidak seperti biasa.” “Belajarnya asyik,” ucap Tazkia, siswa SDN 1 Sindangkasih. Tazkia termasuk siswa yang percaya diri. Buktinya, saat Pak Stuart (Direktur Program USAID PRIORITAS) masuk kelas, Tazkia memanggil Pak Stuart dan meminta tanda tangannya.***
PRIORITASkeun Nomor 3
Fasilitator Daerah Jenjang SD/MI INDRAMAYU: Etin Takyatin, Erni Heriningsih, Bambang Sugiharto, Sugiarto, Rostinawati, U. Aryanto, Aripin, Suherna, Basuki, K. Heryanto, Maryono, Wahyu S, A. Syatori, Deti Kusmiati, Tirwan. KOTA BOGOR: Siti Nurmi, Sulistiati, E. Sudansih, Restuningsih YS., Sudiarto, U. Ngatijan, Cucu Reswati, A. Taufiek, Dede Herawati, Ridwan Djamaludin, Cepi Saefulloh, Mariam, Suparman, Diah Nur Erani.
SUBANG: Imas Suhaedah, E. Sukaesih, Nunung SN., Agus Sutisna, Restu Mutiara, Moh. Apendi, Lilin Roslina, Karya, Ari M. Yasin, Aang Nur'ardi, Suhanah, Utom Ilyas H., Wahyudin, Amir Sukmana, Dedi Ruhaedi.
KARAWANG: Tini W., Iim Mutmainnah, Catong, Lusiyono, Utik Surtika, Tatang T., Uci Sanusi, Erlinawati, Haryati, Unang DK, Empu S., Nacep J., O. Komariah, R. Gentur Subroto, Bayu Mulya.
CIAMIS: E. Kuraesin, Yana H., Endang W., D. Sulastri, Acu Sutio, Susi Widianingsih, Wiwin C., Diding S., Nina N. Inayah, Taya Sodikin, Samsu, Yayah P., Sri Kispriowati, Kusnadi S., Nanang.
GARUT: Ela Julaeha, Mamay Rosmayati, Elin Ruslina, Wawan Sopyan, Dema Suhaema, Mohamad Tata, Edi Sukamto, Sadiah, Mega Achdisty Noordyana, Ida Siti Faridah, Dudung Koswara, Euis Supriatin, Tintin Surtini, Sadari, Teti Hendrawati.
KAB. SUKABUMI: U. Heryadi, Nina K., Ai Sumiati, Sudarjat, Dadun, Rina M., Erlyna, R. Lestari, Iwan R, Rohadi, N. Nurbaeti, Heryadi, Syamsudin, A. Durachman, Yus A.W.
CIMAHI: Iis Jenab, Seno MD., Tohari, Wiwi, Oneng K., Ikin S., Sutinah, Slamet B., Sagetti, Sodikin, N. Sulastri, E. Supriatiningsih, Engkom SK., M. Afandi R., Dasep S. BDG BARAT: A. Suarsih, E. Ernawati, E. Haslinda, D. Suryana, Solihin, Aspita, Taryana, A. Nurdin, Hasanah S., E. Sukanda, Kulsum, Yaya W., St. Hindun, A. Jajang, Idris.
UPI, UIN, & INSTANSI: Sandi Budi Iriawan, Sufyani Prabawanto, Nana Djumhana, Tatat Hartati, Dharma Kesuma, Babang Robandi, Khaeruddin K., Yayan Carlian, Ade Yeti N., Asis Saefuddin, Badrudin, Tuti Hayati, Juariah, Rahayu Kariadinata, Ara Hidayat, Eep Saeful RojabFansuri, (BPPTK-PU), Acep Nurlaeli (Kanwil Kemenag), Ade Sunawan (LPMP), Erly Tjahja Widjajanto (P4TK-IPA).
Februari-April 2013
5
Praktik yang Baik
Perkuliahan Kontekstual Pada Mata Kuliah ‘Belajar dan Pembelajaran’
Mahasiswa bekerjasama mengurutkan dan mengelaborasi pendapat masingmasing mengenai ciri-ciri belajar bermakna pada kertas post-it dan menempelkannya pada kertas plano untuk lalu dipajang.
Setelah mengikuti TOT tingkat nasional di Medan, Yudi Dirgantara, Dosen Prodi Pendidikan Fisika UIN SGD Bandung, langsung mempraktikkan pembelajaran kontekstual pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Menurutnya, langkah ini ia lakukan sebagai bukti bahwa pengetahuan dan pengalaman praktik mengajar pada saat TOT dapat dilakukan dalam tugas pokok di lembaganya. Berikut kisah lengkapnya dipaparkan oleh Chaerul Rochman, spesialis TTI Development USAID PRIORITAS Jawa Barat. Mahasiswa Pak Yudi ciri yang pokok dan menupokok ciri-ciri belajar bermakna. menyatakan bahwa mereka liskannya dalam kertas plano. Mahasiswa juga, selain merasa senang dengan cara Mahasiswa melakukan memperoleh informasi dan perkuliahan “model Pak Yudi” penyusunan itu menurut pengetahuan tambahan dari saat ini. Selama perkuliahan pemikiran kelompok. teman dalam satu kelompok, mereka mengaku mengalami Setelah mereka meyakini memperoleh masukan dari suasana baru yang lebih segar, hasil karyanya merupakan kelompok lainnya. menantang, mendorong hasil pemikiran bersama yang Penyajian hasil diskusi kreativitas, dan terbaik dan layak untuk kelompok di depan kelompok menyenangkan. “dijual” kepada kelompok lain selama beberapa kali “Pengetahuan tentang ciri lainnya, juru bicara/presenter presentasi memberikan ciri pembelajaran bermakna melakukan presentasi selama kesempatan mahasiswa untuk dapat saya peroleh tidak hanya 5 menit. Presentasi seperti ini menunjukkan kompetensi dari dosen tetapi juga dari dapat dimanfaatkan oleh kognitif, psikomotor, maupun teman sendiri,” tutur salah mahasiswa untuk sikap. seorang mahasiswa. menyampaikan hasil diskusi, Secara kognitif, penyajian Mahasiswa juga mengakui menerima kritik dan masukan. yang baik dilakukan sesuai ada kesempatan untuk Presentasi dilakukan 4 kali dengan informasi yang berpikir sejenak dan putaran di depan kelompok bersumber dari rujukan yang menuangkan pemikiran secara yang berbeda. individual maupun secara Setelah selesai presentasi, tepat. Secara psikomotor, mahasiswa yang menyajikan kelompok. Yudi memberikan presenter kembali ke dituntut untuk mampu berbicara kesempatan mahasiswa untuk kelompok semula dan dan memberikan argumen untuk menelaah, menilai, dan menyempurkan hasil memberikan masukan karyanya. Setiap kelompok meyakinkan teman yang berada terhadap pemikiran dan lalu memajangkan karyanya di di kelompok lain. kesimpulan serta hasil diskusi dinding kelas (ruang Terakhir, pada aspek sikap, kelompok lain. Selain itu, hasil perkuliahan). mahasiswa ketika menyajikan karya mereka pun Hal yang membuat para dan merespons masukan, mendapatkan kritik, masukan, mahasiswa sangat antusias kritikan, dan saran dari dan penghargaan dari adalah adanya kesempatan mahasiswa lain dituntut untuk kelompok lain. mereka melakukan kolaborasi bersikap secara sopan, penuh Langkah perkuliahan berbagai pendapat, perhitungan, hangat, dan penuh seperti ini diawali dengan menyimpulkan dan rasa rendah hati, “humble”.*** pengelompokan mahasiswa. mempresentasikan butir-butir Mahasiswa dimintai untuk memecahkan masalah tentang ciri-ciri dan karakteristik pembelajaran. Masalah itu didiskusikan di masing-masing kelompok. Pada diskusi kelompok mereka Dosen mendampingi kelompok mahasiswa saat mahasiswa aktif berdiskusi. Hasil diskusi mengurutkan ciridipajangkan di sekitar dinding kelas.
6
PRIORITASkeun Nomor 3
Praktik yang Baik
’Jernih, Bu, Jernih’ Teriak Siswa Usai Buat Filter Air Siswa Kelas V SDN 3 Sukamanah, Sindangkasih, Ciamis, mengawali pembelajaran dengan bernyanyi “Tik-tik air hujan.“ Siswa tampak penuh gairah belajar. Usai memberi tahu tujuan pembelajaran, Bu Een kemudian berdialog dengan siswa mengenai kegiatan yang dilakukan siswa sebelum ke sekolah: makan, minum, mencuci, masak, mandi… Siswa lalu ditanya perbedaan air bersih dan air kotor. Mereka juga bertanyajawab tentang kegiatan usaha/ ekonomi yang ada di lingkungan masyarkat (air isi ulang, air kemasan, PDAM, dll.) Sampailah pada pembicaraan mengenai cara membuat alat penjernih air. Siswa tampak penasaran. Siswa membagi diri menjadi beberapa kelompok kecil. Setelah diberi penjelasan mengenai kegiatan dan tujuan belajar di luar kelas, siswa diajak ke luar kelas.
Ketua kelompok berlari mengambil bahan-bahan eksperimen (Botol air kemasan, kapas, kerikil, pasir, arang, tawas, sabut kelapa/ ijuk, air bersih/kotor, kertas tisu). Gabung kembali dengan kelompok, sang ketua memimpin anggotanya memahami LK. Mereka kemudian mengisi botol kemasan itu dengan media penyaring secara tersusun sesuai dengan panduan LK. Ketika filter sudah jadi, mereka tuangkan air Lembar Kerja keruh ke botol itu. PENJERNIHAN AIR Mereka fokus mengamati hasil Alat/Bahan penyaringan. Eh, Botol kemasan air mineral 600 ml, kapas, kerikil, kertas tisu, pasir, ijuk/sabut kelapa, ternyata air hasil pisau, paku. saringan masih Cara Kerja keruh. “Ayo coba 1. Ambillah botol kemasan 600 ml! diskusikan, mengapa 2. Potong/lubangi bagian bawah botol! masih keruh!” kata 3. Lubangi tutup botol dengan pisau/paku! guru. 4. Masukkan bahan berturut-turut mulai dari Mereka lalu bawah ke atas: membongkar filter Sabut kelapa/ijuk dan menyusun ulang Kapas dengan lebih padat. Kertas tisu Air keruh dituang Pasir kembali. Ternyata Arang hasilnya lebih jernih. Kerikil Filter kemudian 5. Masukkan air kotor ke dalam botol! diperbaiki lagi. 6. Amati apa yang terjadi! Dipadatkan dan dirapihkan. Proses Kesimpulan: ....................................................................................... penyaringan dicoba ....................................................................................... kembali. “Jernih, Bu,
Februari-April 2013
Guru Praktikan: Een Sudansih, Restuningsih, dan Cepi Saepulloh
jernih,” teriak suatu kelompok. Setiap kelompok lalu berdiskusi membuat kesimpulan hasil percobaan. Mereka menuliskan laporan hasil kegiatan, mencakup keberhasilan dan kegagalan penyaringan air bersih. Laporan kelompok itu kemudian dipresentasikan. Kelompok lain memberikan feedback. Untuk ‘konfirmasi,’ guru dan siswa bertanya jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami. Guru memberikan penguatan dan umpan balik tentang hasil kerja siswa. Karya kelompok akhirnya dipajang di papan pajangan. Siswa kemudian menuliskan refleksi individual. Guru memberikan tugas pekerjaan rumah, membuat alat penjernih air secara individual.***
Proses belajar ini terkait dengan KD IPA nomor 7.4. Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya; Bhs. Indonesia 5.1. Memberikan tanggapan sederhana tentang cerita pengalaman teman yang didengarnya; dan IPS 1.5. Mengenal jenis-jenis usaha ekonomi di Indonesia.
7
Praktik yang Baik
Menerapkan Sifat Cahaya via Model Firman Apriandi,
STASIUN 1: TEMBUS CAHAYA
Lembar Kerja 1: Instruksi Tujuan Kegiatan Menunjukkan bahwa cahaya menembus benda bening
SDN Cisolok, Sukabumi
Kali ini pembelajaran di Kelas V tiba pada SK nomor 6 (Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model) dengan KD nomor 6.1 (Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya). Kompetensi ini meliputi indikator: 1. Mempraktikkan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna dan gelap); 2. Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan seharihari melalui percobaan; 3. Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri atas berbagai warna. Tujuan pembelajaran meliputi: 1. Siswa mampu mengidentifkasi sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna dan gelap); 2. Siswa dapat menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari; 3. Siswa dapat menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna. Karakter bangsa yang dapat dibangun melalui proses belajar ini meliputi disiplin (discipline), tanggung jawab (responsibility), ketelitian (carefulness), ketekunan (diligence) dan kejujuran. Metode pembelajaran yang
digunakan adalah diskusi, praktikum, tanya jawab, dan tugas berbasis proyek. Model pembelajaran adalah ‘Stasiun Pembelajaran.’ Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi dan motivasi berupa (1) mengaitkan materi sebelumnya (2) menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran melalui powerpoint, dan (3) memberi motivasi kepada siswa tentang pentingnya mempelajari sifatsifat cahaya. Kegiatan inti meliputi:
selanjutnya berputar; Siswa diberi Lembar Kerja (lihat halaman 9) dan kemudian mereka mengerjakannya.
Eksplorasi Siswa dibagi menjadi 6 kelompok; Meja kelas dibuat 3 stasiun, yaitu: Stasiun Tembus Cahaya, Stasiun Pembiasan, dan Stasiun Pelangi;
Konfirmasi Siswa mempresentasikan hasil kegiatannya; Siswa memberi tanggapan terhadap presentasi yang disampaikan; Saya melakukan penilaian secara berkelompok dengan menggunakan program Microsoft Mouse Mischief dan Rubrik.
Stasiun 1 Tembus Cahaya 10 menit
Stasiun 3
Stasiun 2
Pelangi
Pembiasan
10 menit
10 menit
Karena jumlah siswa banyak, maka 3 stasiun ini dibuat 2 bagian; Setiap stasiun mempunyai satu bahan ajar, lembar kerja dan kartu peran Siswa menempati setiap stasiun selama 10 menit, dan
Elaborasi Saya mendorong siswa untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tulisan; Siswa berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; Siswa menyiapkan bahan penyajian hasil kerjanya.
Penutup Saya dan siswa membuat simpulan pelajaran sesuai dengan proses pembelajaran yang telah berlangsung; Kami merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial dan pengayaan sesuai dengan hasil belajar siswa; Siswa mencatat pekerjaan rumah.***
Alat dan Bahan Lampu senter, gelas bening, plastik bening, kertas karton, kardus, potongan triplek Langkah Kerja Pegang benda satu-persatu! Sorotkan cahaya dari lampu sentermu mengenai benda-benda tersebut secara berturut-turut! Amati apakah cahaya lampu senter menembus benda-benda tersebut! Catatlah hasil pengamatanmu pada lembar brainstorming! Pertanyaan 1. Benda apa saja yang dapat ditembus cahaya? 2. Benda apa saja yang tidak dapat ditembus cahaya?
8
PRIORITASkeun Nomor 3
Praktik yang Baik
This is not Tiger! PAKEM Bahasa Inggris melalui Permainan Rakyat
Hiruk pikuk dan suara gaduh khas suara anak-anak itu terdengar sampai ke dalam ruangan kantor kepala sekolah SDN 2 Sindangsari, Ciamis. Tampak terlihat kerumunan anak laki-laki dan perempuan sedang berlarian sambil berjingkrakan dengan memegang secarik kertas di tangan masing-masing. Mereka terlihat sangat gembira, ceria berhamburan ke sana ke mari. Rupanya kerumunan anakanak tersebut tidak sedang bercanda atau bermain-main tak karuan. Mereka adalah siswa-siswi Kelas 2 SDN 2 Sindangsari yang sedang belajar Bahasa Inggris secara PAKEM. Tampak guru mereka Ibu Deasy Maulidia sedang memberi arahan agar mereka dapat memahami apa yang sedang dipelajari dalam permainan tersebut. Suara ibu guru itu terdengar sangat nyaring berbaur dengan kegaduhan suara muridnya dalam mempraktikkan pelajaran Bahasa Inggris.
Alat yang digunakan dalam pelajaran itu hanya secarik kertas, berukuran kartu, yang ditulisi dengan berbagai nama benda atau binatang dalam Bahasa Inggris. Kertas tersebut rame-rame dilemparkan ke udara. Pada saat kertas berjatuhan, siswa mengambilnya, membacanya, lalu berteriak “This is a tiger.” Pada kesempatan lain ada yang berteriak “This is not a lion.” Rupanya ibu guru tersebut memberikan arahan sebelumnya bahwa apabila tulisan pada kartu berbunyi “tiger,” siswa harus mengatakan “This is a tiger.” Apabila tulisan ‘tiger’ disilang, siswa harus berucap, “This is not tiger.” Proses belajar ini dimaksudkan untuk menempa kemampuan siswa membuat kalimat dalam Bahasa Inggris. Tulisan pada kertas tersebut digunakan sebagai sumber inspirasi siswa menyusun kalimat. Sungguh, ini merupakan metode pembelajaran yang sederhana tetapi sangat menarik serta menyenangkan. Semua anak yang terlibat dalam kegiatan tersebut tampak sangat
Februari-April 2013
antusias mengikutinya. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang diam. Apalagi di tengah kerumunan itu ada anak balita yang juga ingin terlibat dalam permainan tersebut. Sungguh lucu dan menyenangkan. Siapakah Ibu Deasy? Ia merupakan salah seorang guru di SDN 2 Sindangsari, yang dikepalai oleh Ibu Sri Kispriowati, Fasda USAID PRIORITAS dari gugus Banjarsari. Usai mengikuti ToT di Tasikmalaya, Bu Kis bersama Bu Wiwin Carwinah, salah seorang guru yang juga Fasda, mensosialisasikan cara pembelajaran PAKEM kepada guru lainnya. Mereka berdua berbagi pengalaman ToT kepada guru-guru lain. Para guru, termasuk Bu Deasy, mencoba mempratikkannya di kelas masing-masing. “Itung-itung ngapalin,” kata Bu Kis, “sambil menunggu jadwal pelatihan yang akan serentak dilaksanakan di sekolah mitra USAID PRIORITAS.” Pelatihan sekolah memang belum dimulai. Tapi, nuansa PAKEM sudah mulai mewarnai sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS. (Ipin)***
9
Praktik yang Baik Menemukan Volum Kerucut
Elah Hayati, S.Pd.
Dengan Metode Inkuiri
SMPN 2 Jalancagak Subang
Materi Bangun ruang sisi lengkung merupakan materi yang penting untuk dipelajari karena banyak sekali manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu materi ini terdapat dalam Standar Kompetensi Lulusan. Salah satu kompetensi dasarnya adalah menghitung luas selimut dan volum tabung, kerucut, dan bola. Dari kompetensi dasar itu disusun indikator. Salah satunya adalah menghitung volum kerucut. Dulu sebelum mengikuti pelatihan DBE ketika mengajar materi volum kerucut saya memberikan langsung rumusnya. “Anak-anak ini lho rumus volume kerucut. Perhatikan contoh soalnya lalu kerjakan latihannya. Siswa didoktrin bahwa inilah rumus volume kerucut, tanpa tahu dari mana mendapatkan rumus itu. Di sini ditekankan keterampilan berhitungnya saja. Setelah mengikuti pelatihan DBE 3 Saya mencoba untuk membelajarkan materi volume kerucut ini dengan metode inkuiri. Diharapkan siswa menemukan sendiri rumus volume kerucut dengan petunjuk di LKS dengan bimbingan guru. Dengan menemukan sendiri rumus volume kerucut diharapkan ingatan siswa terhadap rumus tersebut akan melekat kuat karena mereka mengalami sendiri. Walaupun lupa rumusnya tapi dengan mengingat proses mendapatkanya, ia dapat kembali menyusun rumus itu. Ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa dengan duduk dan mendengarkan, saja ingatan siswa hanya 10%, dengan mencatat, 30-40%, dan dengan melakukan sendiri, 9899%. Siswa tidak mempunyai kesempatan untuk melamun.
sudah mengetahui volume tabung. Kemudian siswa menuliskan dalam kalimat matematikanya.
10
Ibarat kita mempunyai dua buah motor, satu hasil beli sendiri dan satunya lagi diberi. Ketika salah satu harus dijual, manakah yang akan kita jual? Tentu kita mempertahankan motor hasil beli sendiri karena dengan susah payah dan kerja keras kita mendapatkannya. Begitu juga pembelajaran dengan menemukan sendiri siswa tidak mudah lupa (tidak mudah melepaskan apa yang sudah diingat). Sedangkan jika rumus itu diberikan, siswa akan mudah lupa. Siswa sebelumnya diberi tugas untuk membawa alat dan bahan yang diperlukan: dua buah kertas mika, solatif, steples, gunting, penggaris, dan pasir/gula pasir. Secara berkelompok siswa menemukan volume kerucut dengan petunjuk LKS. Langkah-langkahnya adalah: 1. Buatlah sebuah tabung tanpa tutup dan sebuah kerucut tanpa alas yang jari-jari dan tingginya sama. 2. Tuangkan pasir/gula pasir ke dalam kerucut sampai penuh lalu tuangkan ke dalam tabung. 3. Berapa banyak kerucut yang diperlukan untuk mengisi tabung hingga penuh? 4. Apa yang dapat kamu simpulkan tentang rumus volume kerucut? Berdasarkan percobaan siswa menjawab pertanyaan berapa banyak kerucut yang diperlukan untuk mengisi tabung hingga penuh. Semua siswa dalam kelompok mendapatkan hasil untuk mengisi tabung hingga penuh diperlukan 3 buah kerucut yang jari-jari dan tingginya sama dengan tabung. Kenapa digunakan tabung sebagai pembanding? Karena tabung terlebih dahulu sudah dipelajari sehingga siswa
Volume tabung = 3 x volume kerucut Volume kerucut = 1/3 volume tabung Volume kerucut = 1/3 luas alas x tinggi Penggaris = 1/3 Pasir/Gula Pasir = 1/3
Selesailah siswa menemukan volume kerucut. Kemudian hasil penemuan/ diskusi itu dipresentasikan di depan kelas. Setelah itu siswa diberi latihan soal sebagai aplikasi rumus yang sudah mereka dapatkan. Kemudian siswa diberi post test. Di akhir pembelajaran siswa menuliskan refleksinya dalam kertas post-it. Mereka menjawab pertanyaan: Apa yang kalian pelajari? Apa yang kalian rasakan selama pembelajaran berlangsung? Apa yang akan kalian lakukan setelah mempelajari materi ini? Rata-rata siswa menjawab bahwa mereka telah mempelajari materi volum kerucut. Siswa mengaku merasa senang dengan pembelajaran seperti ini. Mereka berencana akan mempelajari kembali materi ini sehingga mereka dapat menghitung volum kerucut dengan lancar.***
Catatan Redaksi: Tantangan berikutnya bagi guru adalah “Pertanyaan apa saja yang sebaiknya diajukan kemudian setelah siswa menemukan rumus volum kerucut?”
PRIORITASkeun Nomor 3
Hikmah Dalam Pendidikan Modern
Tidak Ada Siswa Bodoh Trisno Widodo SMPN 11 Kota Bogor
Setelah melihat tayangan video siswa Singapura yang berjudul “I’m Not Stupid,“ semua label tentang siswa yang dianggap “bodoh” harus kita akhiri. Mencermati isi video tersebut seorang ibu yang dengan kerasnya memaksanakan kehendak atas anaknya yang berumur 11 tahun bernama Liu Koping untuk dapat pandai matematika. Sang ibu berpikir bahwa siswa yang pandai matematika memiliki masa depan gemilang. Anak tersebut dipaksa untuk dapat nilai matematika dengan baik. Tetapi hasilnya dalam ulangan selalu buruk. Berbagai cara dilakukan oleh orangtuanya. Bahkan setiap belajar selalu ditekan, dibanding-bandingkan, dan dipukuli. Rotan selalu ada menemaninya setiap belajar dan siap dipukulkan oleh ibunya saat mengajarinya. Bahkan, ayahnya tidak dapat berbuat banyak oleh sikap istrinya dalam mendidik Liu Koping. Liu Koping sebenarnya pandai menggambar. Namun setiap belajar menggambar kalau ketahuan ibunya akan disobek-sobek dan dinasihati serta dimarahi. Singkat kata dalam cerita itu, Liu Koping mendapatkan nilai jelek lagi pada ulangan matematika. Ia pun menangis dan takut kalau ibunya marah. Namun setelah tiba di rumah didapati ibunya sedang sakit. Dengan gemetar ia menghampiri ibunya dan sambil menangis, ia minta maaf untuk kesekian kalinya dan ulangannya masih dapat nilai jelek walaupun ia telah berupaya. Rupanya ibunya
menyadarinya bahwa kemampuan Koping dalam matematika memang tidak dapat berkembang dan putus asa. Rupanya dalam keterharuan antara Ibu, Ayah dan Koping, tiba-tiba gurunya datang ke rumah dan menceritakan kehebatan Koping kepada ibunya. Ibunya hampir tidak percaya. Sang guru lalu menceritakan bahwa lukisan Liu Koping dikirimkan oleh gurunya dan menjadi Juara Kedua di Lomba Lukisan anak di Los Anggeles Amerika Serikat. Mendengar cerita guru itu, Liu Koping menjadi percaya diri dan berbinar-binar. Begitu pula ibunya sadar dan merangkul anaknya karena merasa bersalah selama ini tidak menghargai potensi anaknya yang berbakat melukis. Ibunya langsung sembuh dan dapat membanggakan anaknya. Cerita ini sungguh menjadi pelajaran bagi kita bersama, baik sebagai guru, sebagai orangtua dan sebagai pemerhati pendidikan. Kalau kita sejak dini mengetahui potensi anak atau siswa dan dapat mengembangkannya dengan baik, anak kita akan hebat dan tumbuh berkembang menjadi orang hebat. Sebenarnya tidak ada siswa yang ”bodoh” kalau kita mengetahui dan dapat mengembangkan potensinya. Untuk itu kita sebagai guru, sebagai orang tua tidak boleh mencap anak bodoh, apabila siswa tersebut tidak sesuai dengan kehendak kita atau pendapat kita. Kita harus dapat mencari tahu apa
Februari-April 2013
kelebihan di sisi yang lain. Sesungguhnya seorang anak selalu mempunyai dua sisi: kelemahan dan kelebihan. Kita sebagai guru maupun orangtua harus selalu mencari dan mengetahui kelemahan dan kelebihan anak atau siswa. Sebenarnya memang tidak ada anak yang “bodoh” itu. Yang ada adalah anak yang kurang mendapatkan proses pembelajaran dengan baik, sehingga potensi yang ada pada dirinya kurang terkembangkan. Mulai sekarang janganlah kita memberi label atau cap anak kita atau siswa kita bodoh. Apabila menghadapi siswa yang kesulitan dalam belajar guru lalu putus asa dan mencap anak sebagai bodoh, yang sebenarnya bodoh itu kita sendiri karena kurang dapat menggali potensi siswanya. Rasa keputusasaan kita harus kita hilangkan dengan selalu meningkatkan profesionalime dan keterampilan mengajar yang variatif sehingga kita dapat meningkatkan kualitas kita dan meningkatkan mutu pendidikan anak kita. Kata-kata umpatan yang jelas memberi label anak atau siswa kita yang jelek-jelek, bahkan semua ‘anggota kebon binatang’ disebut, seyogyanya tidak ada lagi. Katakan “No way!” terhadap cara-cara buruk semacam itu. Tengok saja sejarah orangorang hebat dunia seperti Thomas Alfa Edison dengan percobaan listrik sampai ribuan kali dan akhirnya berhasil. Contoh lainnya Albert Einstein penemu nuklir. Semua beranjak dari orangorang yang di-sangka-kan bodoh tetapi nyatanya ia orang hebat di dunia. Masih tidak cukupkah contoh-contoh itu untuk berhenti dari kesalahan mendidik?!***
11
“Apabila menghadapi siswa yang kesulitan dalam belajar kita lalu putus asa dan mencap anak sebagai bodoh, yang sebenarnya bodoh itu kita sendiri karena kita kurang dapat menggali potensi siswa.”
Pada proses belajar IPA, siswa MTsN Sindangkasih, Ciamis, terlibat aktif dalam simulasi benda-benda angkasa.
KOTA BOGOR DISEMINASI DALI
UPI dan UIN SGD Bandung
Tak bisa ditawar lagi, semua kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan wajib memanfaatkan TIK untuk pembelajaran aktif. Sekolah-sekolah non binaan DBE seyogianya mereplikasi program DALI (Developing Active Learning with ICT). Demikian dikatakan oleh Fetty Qondarsyah, Kadisdik Kota Bogor, saat memberikan penjelasan mengenai diseminasi program DALI. Kegiatan diseminasi dilaksanakan di Gugus 5 (bertempat di SDN Pabuaran) dan Gugus 6 (SDN Cikaret 2) Kec. Bogor Selatan, Kota Bogor, 28-29 Januari 2013. Diseminasi DALI ini diikuti oleh 42 orang, terdiri atas 7 Kepsek dan 35 guru. Biaya merupakan swadaya gugus 5 dan SDN Cikaret 2. Diseminasi yang digagas oleh gugus dan Dinas Pendidikan Kota Bogor ini difasilitasi oleh Fasda DBE2, tim ICT4E USAID PRIORITAS, dan pengurus gugus yang memiliki kompetensi di bidang IT. “Saya merasa iri dengan proses belajar aktif di sekolahsekolah binaan DBE. Kami ingin melibatkan TIK untuk mendukung PAKEM di sekolah kami,” ujar Yayat Sukayat, Kepsek SDN Cikaret 2. “Dengan dukungan TIK, kami percaya siswa akan lebih bersemangat belajar. Para kepala sekolah juga bisa mendukung guru lebih giat memanfaatkan TIK dalam proses belajar,” kata Ratnayanti, Ketua Gugus 5 Bogor Selatan. “Pada praktiknya,” jelas Asep Iryanto, ahli ICT4E USAID PRIORITAS, “TIK diintegrasikan dalam PAKEM Mapel IPA, Matematika, IPS, dan Bahasa Indonesia. “Praktik DALI yang baik di sekolah mitra DBE kami sebarkan ke gugus 5 dan 6 Kec. Bogor Selatan,” pungkas Untung Ngatijan, Fasda DBE.***
"Program ini diharapkan dapat mendorong para mahasiswa sebagai calon guru untuk mengembangkan potensi mereka dan menempatkan mereka ke jalan yang tepat menuju kualifikasi guru profesional." Disaksikan oleh Bu Erna (kiri), Bu Lynne Hill (kedua kiri/kanan) menyerahkan KAK kepada Demikian dikatakan Prof. A. Furqon (tengah) perwakilan UPI dan Prof. Mahmud (kanan) perwakilan UIN Bandung. oleh Prof. A. Furqon, Ph.D, melalui PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Pembantu Rektor I UPI, pada kesempatan Guru) dan PPG (Pendidikan Profesi Guru). Introductory Meeting di Hotel Benana Inn Kemitraan ini merupakan bagian dari Bandung (25/2). Hal ini juga dikuatkan oleh program pendidikan USAID untuk Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si., Dekan Fakultas meningkatkan kualitas pendidikan di Jawa Barat. Tarbiyyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung "USAID akan bersinergi dengan UPI dan UIN, Djati Bandung. beserta perguruan tinggi lain yang tergabung Lynne Hill, Teaching and Learning Advisor dalam konsorsiumnya, guna membuka akses Program USAID PRIORITAS, lebih jauh menyang lebih baik bagi sekolah/madrasah terhadap jelaskan, “Program kerjasama dengan UPI dan pendidikan berkelas dunia," kata Koordinator UIN ini semoga dapat membantu pemerintah Provinsi USAID PRIORITAS Jawa Barat, Erna dalam meningkatkan akses pendidikan dasar Irnawati. yang berkualitas, termasuk membantu Setiap LPTK di Jawa Barat menghadapi implementasi kurikulum 2013.” tantangan besar untuk menyediakan calon guru USAID PRIORITAS bekerjasama dengan profesional di sekolah dan madrasah. Sekolah/ Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan madrasah di Jawa Barat mengalami kekurangan Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung untuk bukan saja kuantitas melainkan juga kualitas meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran calon guru profesional di Fakultas guru. Program USAID PRIORITAS bekerja Keguruan UPI, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan sama dengan rektor, dekan, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa pada konsorsium UIN. Kerjasama ini juga dimaksudkan untuk UPI dan UIN untuk mencoba menangani meningkatkan kualitas pembinaan dan masalah-masalah tersebut.*** pendidikan dalam kerangka sertifikasi guru
USAID PRIORITAS JAWA BARAT GRHA Commonwealth Life Lt. 3 Jl. Sindang Sirna No. 38 Bandung 40153 Tlp. 022-2003133 Fax. 022-2007266 www.prioritaspendidikan.org
[email protected]
CETAK CALON GURU PROFESIONAL
SMPN 2 Cikoneng, Sindangkasih, Ciamis
Disiplin Siswa Lewat “Finger Print” Buatan Siswa SMPN 2 Cikoneng berasal dari Cikoneng dan daerah sekitarnya yang berjarak cukup jauh. “Tidak sedikit di antara mereka yang jarak rumahnya dari sekolah mencapai 4 km,” jelas Kepala Sekolah R. Agus Setiaman. “Lebih dari 50% siswa berjalan kaki ke sekolah dengan jarak cukup jauh,” paparnya. Maka, salah satu masalah serius adalah keterlambatan siswa. Untuk membangun kedisiplinan, Kepsek bermusyawarah dengan guru dan komite sekolah. Munculah gagasan untuk ‘membuat’ bukan ’membeli’ semacam “finger print.” “Mesin” finger print dibuat dari kayu, berbentuk seperti meja tulis, dengan laci/loker sejumlah rombel. Setiap laci diberi tanda nama ruang kelas. Di dalam laci itu terdapat daftar hadir kelas bersangkutan. Setiap siswa datang
dan pulang diwajibkan ‘mampir’ ke laci kelasnya untuk menandatangani daftar hadir. Mesin ini akan dikunci tepat jam 7.00 pagi dan baru dibuka kembali pada jam kepulangan. Maka, siswa yang datang lewat jam 7 tidak bisa menandatangani daftar hadir dan dihitung terlambat, untuk lalu mendapat peringatan bertahap. “Finger print” ini terbukti efektif untuk menerapkan disiplin kehadiran siswa,” ujar seorang guru.***
Meningkatkan Akses Pendidikan Dasar yang Berkualitas USAID PRIORITAS (Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students) adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID dan dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas. Program USAID PRIORITAS dirancang berdasarkan pengalaman dan pelajaran yang dipetik dari program USAID Decentralized Basic Education (DBE) yang telah dilaksanakan pada tahun 2005-2010. Di Jawa Barat, USAID PRIORITAS akan meneruskan dukungan terbatas selama dua tahun awal terhadap kabupaten/kota mitra DBE yang menyatakan kesediaannya dan terpilih untuk menjadi mitra program. USAID PRIORITAS memberi dukungan dan pembinaan secara penuh kepada tujuh kabupaten/kota baru di Jawa Barat selama 2012-2017.