BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
1. Pengertian Audit Ada beberapa definisi mengenai auditing yaitu : Arens and Loebbecke ( 2009 : 4 ) mendefinisikan auditing sebagai berikut : “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria auditing should be done by a competent independent person.“
Sedangkan Mulyadi (2008 : 5) memberikan pengertian auditing jika ditinjau dari sudut akuntan publik yaitu : “Auditing adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau orang tersebut.”
Sedangkan menurut Agoes (2004 : 3 ) pemeriksaan adalah : “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukung dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.”
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa jasa auditing mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan
4
historis suatu entitas, auditor menyatakan suatu pendapat apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Dalam menghasilkan jasa auditing ini, auditor memberikan keyakinan yang memadai atas asersi yang dibuat oleh manajemen dalam laporan keuangan historis.
2. Jenis Audit
Menurut Arens, Elden dan Beasley (2008 : 16 ) ada tiga jenis audit yaitu : “CPAs perform three primary types of audits : operational audit, compliance audit and financial statement audit. The first two services are often called audit activities, even through they are most similar to assurance and attestation services.”
Dari pengertian menurut Arens, Elden dan Beasley (2008 : 16), jasa pemeriksaan akuntan dapat dibedakan menjadi tiga jenis pemeriksaan dengan tujuan berbeda, yaitu terdiri dari : a. Pemeriksaan operasional ( Management audit ) Pemeriksaan operasional adalah suatu pemeriksaan yang terbatas terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. b. Pemeriksaan ketaatan ( Compliance audit ) Pemeriksaan ketaatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang diterapkan oleh pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern.
5
Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik maupun bagian audit internal suatu perusahaan. c. Pemeriksaan atas laporan keuangan ( Financial statement audit ) Pemeriksaan laporan keuangan dilaksanakan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan dan informasi kuantitatif yang akan diverifikasi telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Hal yang mendasari pemeriksaan ini adalah bahwa laporan ini akan digunakan oleh kelompok yang berbeda-beda dengan tujuan yang berbeda pula.
Menurut Agoes (2004 : 8) ditinjau dari luasnya pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik yang independen, audit dapat dibedakan atas : a. Pemeriksaan umum ( General audit ) Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik yang independen dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik, dan memperhatikan kode etik akuntan Indonesia yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. b. Pemeriksaan khusus ( Special audit ) Suatu pemeriksaan terbatas yang dilakukan oleh Kantor Akuntan publik yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan terbatas.
6
3. Tujuan Audit Menurut Arens, Alden dan Beasley ( 2008 : 195 ) tujuan audit adalah : “ For any given class of transaction, there are several audit objectives that must be met before the auditor can conclude that the transactions are properly recorded. They called transactions related audit objectivesin the reminder of this books…. Similarly, there are several audit objectives that must be met for each account balance. They are called balance- related audit objectives.”
Dari definisi Arens, Alden dan Beasley (2008 : 195 ) dapat diketahui bahwa tujuan audit mengacu pada: a. Tujuan audit berkait transaksi Yaitu berfungsi sebagai kerangka kerja bagi auditor dalam mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup dibutuhkan oleh standar pekerjaan lapangan yang ketiga dan memutuskan bahan bukti yang pantas untuk dikumpulkan sesuai dengan penugasan. Enam tujuan audit umum berkait transaksi menurut Arens, Alden dan Beasley (2008 : 195) adalah : 1) Eksistensi Tujuan ini berkenaan dengan apakah transaksi yang dicatat secara aktual memang terjadi. 2) Kelengkapan Tujuan ini menyangkut apakah seluruh transaksi yang seharusnya ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan. 3) Akurasi Tujuan ini menyangkut keakuratan transaksi untuk transaksi akutansi, akurasi merupakan satu bagian dari asersi penilaian atau alokasi. 4) Klasifikasi Tujuan ini menyangkut apakah transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat. 5) Saat pencatatan Kesalahan dalam pencatatan pada saat pencatatan transaksi jika transaksi tidak dicatat pada tanggal transaksi terjadi. 6) Posting pengikhtisaran Transaksi yang tecatat secara tepat dimasukkan dalam berkas induk dan diikhtisarkan dengan benar.
7
b. Tujuan audit berkait saldo Tujuan ini yaitu untuk mengumpulkan bahan bukti dengan tujuan untuk memverifikasi rincian-rincian untuk mendukung saldo akun. Menurut Arens, Alden dan Beasley (2008 : 295) sembilan tujuan audit umum berkait saldo yaitu : 1) Perolehan yang dicatat apakah untuk barang dan jasa yang diterima, sesuai dengan keputusan terbaik klien. (Keberadaan atau keterjadian). 2) Setiap perolehan yang telah terjadi telah dicatat, kelalaian untuk mencatat barang dan jasa yang diterima selalu mempunyai dampak langsung terhadap saldo hutang usaha dan mungkin menyebabkan lebih saji pada laba bersih dan ekuitas pemilik. 3) Perolehan yang terjadi dinilai dengan benar, karena penilaian atas banyak akun aktiva, kewajiban dan beban tergantung pada kebenaran pencatatan transaksi dalam jurnal perolehan, luas pengujian terinci atas banyak akun neraca dan beban akan tergantung pada evaluasi auditor atas efektivitas pengendalian intern melalui evaluasi yang tepat atas transaksi perolehan. 4) Perolehan diklasifikasikan dengan benar. Auditor dapat mengurangi pengujian terinci atas beberapa akun tetap kalau yakin bahwa struktur pengendalian intern sudah memadai untuk memberikan keyakinan atas klasifikasi yang benar dalam jurnal perolehan 5) Perolehan diklasifikasikan dengan pisah batas. Transaksi yang dekat dengan tanggal neraca dicatat dengan periode yang tepat pengujian pisah batas sepantasnya dilakukan sebagai bagian dari memeriksa akun neraca atau transaksi terkait, tetapi lebih mudah untuk melakukannya sebagai bagian dari audit atas akun neraca. 6) Perolehan diklasifikasikan dengan kecocokan rincian-rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar. 7) Perolehan diklasifikasikan dengan nilai realisasi, aktiva dinyatakan dengan jumlah yang diestimasi dapat direalisasi, tujuan ini berkaitan dengan adanya saldo akun telah dikurangi untuk penurunan bentuk historis menjadi nilai realisasi. Tujuan ini hanya dapat diterapkan untuk akun aktiva. 8) Kebanyakan aktiva harus dipunyai sebelum dapat dicantumkan dalam laporan keuangan 9) Perolehan diklasifikasikan dengan penyajian dan pengungkapan, saldo akun dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan pantas dalam laporan keuangan untuk mencapai tujuan penyajian dan pengungkapan. Auditor melakukan pengujian untuk meyakinkan bahwa semua akun neraca dan laporan rugi laba serta informasi yang berkaitan telah disajikan dengan benar dalam laporan keuangan dan telah dijelaskan dengan pantas dalam ini dan catatan kaki dalam laporan itu.
8
4. Jenis Pengujian Jenis-jenis pengujian menurut Arens, Elden dan Beasley ( 2008 :200 ) ada lima jenis pengujian dasar yang dapat dipakai dalam menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar yaitu sebagai berikut : “ To justify reducing planned assessed control risk when internal control are considered effective, the auditor must test the effectiveness of te controls, the procedure involved in this types of testing are commonly refered to i. test to compliance internal control audit ii. test of control iii. substantive test of transaction iv. analitycal review v. test of detailed of balances.”
Dari penjelasan di atas maka, lima jenis pengujian dasar yang dapat dipakai dalam menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan wajar, dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern Selama tahap audit, auditor harus memusatkan perhatiannya kepada rancangan atau operasi dari aspek-aspek sistem pengendalian intern sampai seluas yang diperlukan untuk dapat merencanakan audit secara efektif yang didukung dengan pemahaman dan bahan bukti. b. Pengujian atas pengendalian Adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menetapkan tingkat resiko pengendalian yang harus dibatasi sampai tingkat yang didukung oleh bahan bukti yang diperoleh misalnya : 1)
Tanya jawab dengan pegawai klien.
2)
Pemeriksaan dokumen dan catatan.
3)
Pengamatan aktifitas-aktifitas uang berhubungan dengan pengendalian.
9
4)
Pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap prosedur-prosedur klien
c. Pengujian substantif atas transaksi Adalah prosedur yang dirancang untuk menguji kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang, tujuannya yaitu untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah diotorisasi secara pantas dicatat dan diikhtisarkan dalam jumlah yang benar dan diposting ke buku besar dan buku tambahan dengan benar. d. Prosedur analitis Prosedur analitis mencakup perbandingan jumlah yang dicatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor, seringkali prosedur analitis mencakup perhitungan ratio oleh auditor untuk diperbandingkan dengan ratio pada tahun lalu dan data lainnya yang berhubungan. e. Pengujian terinci atas saldo Akun-akun neraca maupun rugi-laba, tetapi penekanannya adalah pada neraca. Luas substantif atas transaksi dan prosedur analitis yang berkaitan.
5. Jenis Pengujian Aktiva tetap compliance test dan Analitycal test Menurut Arens and Loebbecke (2009 : 310) compliance test adalah: Pengujian atas system pengendalian intern perusahaan untuk memberikan pemahaman dan bahan bukti yang kompeten.
Prosedur audit yang dilakukan adalah : •
Pengalaman auditor pada periode sebelumya terhadap satuan usaha tsb
•
Tanya jawab dengan pegawai perusahaan
•
Pemeriksaan pedoman kebijakan dan sistem, pemeriksaan atas dokumen dan catatan
•
Pengamatan aktivitas dan operasi satuan usaha tsb
10
Menurut Arens and Loebbecke (2009 : 588) compliance test aktiva tetap adalah : Memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aktiva tetap.
Prosedur audit compliance atas aktiva tetap adalah : •
Mengetahui kebijaksanaan aktiva tetap untuk pembelian aktiva tetap, pemeliharaan dan pengurangan ktiva tetap
•
Memeriksa kelengkapan dokumen atas aktiva tetap
•
Memeriksa prosedur dan dokumen otorisasi untuk memastikan penambahan maupun pengurangan aktiva tetap telah mendapat persetujuan
•
Memeriksa bukti kepemilikan atas aktiva tetap untuk memastikan bahwa aktiva tetap tersebut benar - benar milik perusahaan
•
Memeriksa transaksi mutasi penambahan dan
pengurangan
apakah telah mendapatkan persetujuan dari pejabat berwenang.
Menurut Arens and Loebbecke (2009 : 310) Analitycal test adalah : Pengujian yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non keuangan meliputi perbandingan jumlah yang dicatat dengan ekspetasi auditor.
Prosedur audit yang dilakukan adalah : •
Membandingkan data klien dan industry
•
Membandingkan data klien dengan data serupa pada periode sebelumnya
•
Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien
•
Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan auditor
•
Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan data non keuangan.
11
Tujuan pengujian analitycal test adalah : •
Untuk memahami bidang usaha klien
•
Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup perusahaan
•
Indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
•
Mengurangi pengujian audit yg lebih rinci
Menurut Mulyadi (2008 : 189) compliance test aktiva tetap adalah : Membandingkan data dalam
laporan keuangan (di laba rugi, neraca) tahun ini
dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan menggunakan ratio – ratio.
Prosedur audit analitycal test atas aktiva tetap adalah : •
Menghitung tingkat perputaran aktiva tetap dengan formula hasil penjualan bersih dibagi dengan rerata saldo aktiva tetap
•
Menghitung ratio laba bersih dengan aktiva tetap dengan formula hasil penjualan bersih di bagi dengan rerata saldo aktiva tetap
•
Menghitung aktiva tetap dengan modal saham dengan formula aktiva tetap di bagi dengan modal saham
•
Menghitung ratio biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva tetap dengan formula biaya reparasi dan pemeliharaan dibagi hasil penjualan bersih
6. Program Audit Aktiva Tetap Menurut Arens Loebbecke (2009 : 319) program audit adalah uraian terinci mengenai hasil – hasil dari keempat golongan keputusan berkenaan dengan bukti audit tertentu. Program Audit selalu memuat daftar prosedur Audit. Biasanya dinyatakan juga ukuran sampel, item- item tertentu yang di pilih, dan pengaturan waktu pengujian. Program Audit dirancang dalam tiga segmen yaitu : a. Pengujian Transaksi
12
Program audit untuk pengujian transaksi dapat bervariasi mulai dari yang hanya terdiri atas pengujian substantif bila pengendalian bila pengendaliannya lemah sampai penekanan yang berat pada pengujian pengendalian apabila pengendalian yang ada dianggap efektif. Metodologi untuk perancangan pengujian transaksi
disesuaikan dengan tujuan pengendalian internal.
Segmen ini biasanya disertai atau di dahului dengan uraian yang menjelaskan tentang pemahaman yang di peroleh mengenai struktur pengendalian internal. Prosedur untuk mendapatkan pemahaman tersebut dimasukkan dalam bagian terpisah dari program atau di gabungkan ke dalam segmen ini. b. Prosedur Analitis Prosedur Analitis dilaksanakan pada tiga tahap Audit yang berbeda yaitu : tahap perencanaan untuk membantu auditor menentukan bukti – bukti lain yang di butuhkan untuk memenuhi resiko audit yang di inginkan (di wajibkan), selama pelaksanaan audit yang bersamaan dengan pegujian transaksi dan pengujian atas rincian saldo (diskresioner), dan menjelang akhir proses audit sebagai pengjuian terakhir atas kelayakan (diwajibkan). Untuk memilih prosedur analitis yang tepat, auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya. c. Pengujian atas rincian saldo Metodologi untuk perancangan pengujian atas rincian saldo di sesuaikan dengan tujuan audit. Dalam merencanakan pengujian atas rincian saldo untuk memenuhi tujuan, auditor menggunakan metodologi di mulai dari menetapkan materialitas dan resiko inheren, kemudian menetapkan resiko pegendalian, merancang pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi dan prosedur analitis, meramalkan hasil – hasil, merancang pengujian atas rincian saldo untuk memenuhi tujuan khusus.
13
7. Prosedur Audit aktiva tetap Menurut Arens Loebbecke (2009 : 319) prosedur audit adalah petunjuk terinci mengenai pengumpulan jenis bukti audit tertentu yang harus di peroleh pada suatu saat selama proses audit. Biasanya perlu perumusan dengan menggunakan istilah – istilah yang cukup jelas agar prosedur audit itu dapat di gunakan sebagai petunjuk dalam pelaksanaan audit. Beberapa istilah prosedur audit yang umum di gunakan sebagai berikut: ukuran sampel, item – item yang dipilih, pengaturan waktu (timing) dan program audit.
Program Audit untuk Pengujian subtantif terhadap aktiva tetap Indeks Prosedur
Audit Objective 1. Memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aktiva tetap. 2. Memeriksa apakah aktiva tetap yang tercantum di
neraca betul-betul ada, masih digunakan dan
dimiliki oleh perusahaan. 3. Memeriksa apakah penambahan aktiva tetap dalam tahun berjalan betul-betuk merupakan suatu capital expenditure, diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang, didukung
14
kertas
Nama
Tanggal
kerja
Pelaksana pelaksana
oleh bukti-bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar. 4. Memeriksa apakah disposal (penarikan) aktiva tetap sudah dicatat dengan benar di buku perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang. 5. Memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun yang diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten, dan apakah perhitungannya telah dilakukan dengan benar. 6. Memeriksa apakah ada aktiva tetap yang dijadikan sebagai jaminan. 7. Memeriksa apakah penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan, sesuai dengan SAK. Audit Prosedur ( test of Control ) 1. Menyiapkan top schedule atau lead schedule sehubungan dengan audit aktiva tetap 2. Memeriksa kelengkapan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan perolehan aktiva tetap
15
3. Memeriksa daftar aktiva tetap yang mencakup tanggal perolehan, unit, akumulasi penyusutan beserta nilai bukunya cocokkan kontrolnya di buku besar 4. Memeriksa ketepatan data antara aktiva tetap yang ada di laporan keuangan dengan aktiva tetap yang ada di ledger 5. Memeriksa prosedur dan dokumen otorisasi untuk memastikan bahwa penambahan maupun pengurangan aktiva tetap telah mendapat persetujuan 6. Memeriksa bukti kepemilikan atas aktiva tetap untuk memastikan bahwa aktiva tetap tersebut benar-benar milik perusahaan 7.Hitung besarnya penyusutan dengan memakai tarif dan metode yang ditetapkan perusahaan dan bandingkan dengan biaya penyusutan yang dihitung perusahaan 8. Memeriksa apakah pengklasifikasian capital expenditure dan revenue expenditure telah sesuai dengan kebjaksanaaan yang telah ditetapkan
16
9. Memeriksa transaksi mutasi penambahan dan pengurangan apakah telah mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang 10. Memeriksa apakah aktiva tetap tersebut telah diasuransikan dengan nilai yang memadai dan secara periodik dilakukan penilaian kembali atas nilai pertanggungan tersebut 11. Memeriksa mengenai kecocokan antara bukti pembelian dengan bukti pengeluaran kas atas aktiva tersebut Audit Prosedur ( substantive test ) 1. Perolehan aktiva tetap a. Menyiapkan top schedule dan supporting schedule atas aktiva tetap yang berisi saldo awal penambahan, pengurangan, dan saldo akhir b. Memeriksa atas bukti pembelian barang aktiva tetap dengan bukti surat penawaran atas aktiva tetap tersebut pada tahun yang jelas c. Memeriksa prosedur penyusunan anggaran untuk memastikan pembelian aktiva tetap tersebut sudah terdapat dalam anggaran
17
sebelumnya d. Melakukan posting dan cross footing, cocokkan dengan saldo buku besar dan saldo awal tahun sebelumya 2. Perbaikan dan pemeliharaan a. Meminta perincian biaya perbaikan dan pemeliharaan aktiva tetap b. melakukan pengujian atas perhitungan biaya yang dilakukan oleh perusahaan 3. Penghapusan atau penjualan a. Meminta daftar aktiva tetap yang dijual atau ditukar b. Melakukan pengujian apakah aktiva tetap yang dijual atau ditukar sudah benar tidak ada fisiknya diperusahaan 4. Perhitungan dan pencatatan a. Minta daftar aktiva tetap per golongan yang terdiri dari harga perolehan, masa manfaat, nilai buku awal tahun, penyusutan tahun berjalan, dan nilai buku akhir tahun
18
b. Cocokan daftar tersebut di buku besar dan dengan fisik aktiva tetap yang ada c. Memeriksa kebijakan kapitalisasi perusahaan, apakah sudah diterapkan secara konsisten d. Memeriksa perhitungan metode penyusutan aktiva tetap, apakah sudah dilaksanakan secara konsisten dari tahun ke tahun Sumber Agoes (2008 :264)
Program Pengujian substantive terhadap saldo aktiva tetap : Indeks Prosedur Audit
Prosedur audit awal 1.Lakukan Prosedur audit awal atas saldo akun aktiva tetap yang akan di uji lebih lanjut : a. Usut saldo aktiva tetap yang tercantum
19
kertas
Nama
Tanggal
kerja
Pelaksana pelaksana
di neraca ke saldo akun aktiva tetap yang bersangkutang di buku besar. b. Hitung kembali saldo akun aktiva tetap di buku besar. c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun. d. Usut saldo awal akun aktiva tetap ke kertas kerja tahun lalu. e. Usut posting pendebetan dan pengkreditan akun aktiva tetap ke dalam jurnal yang bersangkutan. f. Lakukan rekonsiliasi akun control aktiva tetap dalam buku besar ke buku pembantu aktiva tetap. Prosedur Analitik 2.Lakukan prosedur analitik : a. Hitung ratio berikut ini: 1. Tingkat perputaran aktiva tetap 2. Ratio laba bersih dengan aktiva tetap
20
3. Ratio aktiva tetap dengan modal saham 4. Ratio biaya reparasi dan pemeliharaan dengan aktiva tetap. b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang di dasarkan pada data masa lalu, data industri, jumlah yang di anggarkan, atau data lain. Pengujian terhadap transaksi rinci 3. Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut. 4. Periksa berkurangnya aktiva tetap ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut. 5. Lakukan pemeriksaan pisah batas transaksi aktiva tetap. 6. Lakukan review terhadap akun biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap. Pengujian terhadap saldo akun rinci. 7. Lakukan inspeksi terhadap aktiva tetap a. Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap.
21
b. Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadi perbedaan. c. Periksa dokumen yang mendukung pembayaran utang usaha setelah tanggal neraca.
8. Periksa bukti hak kepemilikan aktiva tetap dan kontrak. 9. Lakukan review terhadap perhitungan depresiasi aktiva tetap verifikasi penyajian dan pengungkapan. 10. Bandingkan penyajian aktiva tetap dengan prinsip akuntansi berterima umum. a. Periksa klasifikasi aktiva tetap di neraca. b. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap
Sumber : Mulyadi (2008:186)
22
8. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan sarana bagi perusahaan dalam menjalankan operasinya Dalam Standar Akuntansi Keuangan, Ikatan Akuntansi Indonesia (2002:16.2) memberikan pengertian tentang aktiva tetap sebagai berikut : “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu yang digunakan didalam operasi perusahaan tidak dimaksudkan untuk dijual, dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.”
sedangkan definisi aktiva tetap menurut Warren, Reeve, dan Fees (1999:382) adalah : “Fixed asset are long term or relatively permanent assets they are tangible asset, because they exist physically. They are owned and used by the business and are not offered for sale as part of normal operations.“ Sifat – sifat aktiva tetap menurut Warren, Reeve, dan Fees (1999:382) adalah : a. Perolehan aktiva tetap tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, melainkan untuk digunakan dalam kegiatan normal perusahaan b. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun c. Aktiva tetap mempunyai nilai yang relatif besar Menurut Warren, Reeve, dan Fees (1999:382) perolehan aktiva tetap dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu: a.
Transaksi pembelian tunai Aktiva tetap yang diperoleh melalui pembelian secara tunai harus dicatat sebesar harga pembelian ditambah dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan sampai dengan aktiva tersebut berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan, termasuk biaya angkut, bea masuk, biaya pemasangan dan lain sebagainya. b. Membangun sendiri Dalam hal ini, aktiva tetap dicatat sebesar jumlah yang dikeluarkan untuk menghasilkan, meliputi seluruh biaya yang terjadi yang berhubungan dengan pembangunan aktiva tersebut sampai dengan keadaan siap digunakan.
23
c. Transaksi pertukaran Aktiva tetap yang diperoleh dari pertukaran dengan aktiva tetap lain diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh. d. Donasi Aktiva tetap yang diperoleh melalui sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun “Modal Donasi.” e. Transaksi sewa guna usaha Aktiva tetap yang diperoleh melalui transaksi sewa guna usaha ( leasing ) harus dicatat sebesar nilai tunai saat perjanjian. 9. Penyusutan Aktiva tetap Menurut IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002:16.2&16.3) memberikan pengertian penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa mafaat yang diestimasi.” Untuk menghitung besarnya biaya penyusutan untuk periode tertentu perlu diperhatikan beberapa faktor yaitu : a. Harga perolehan aktiva tetap Harga perolehan ini meliputi semua pengeluaran yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva dalam keadaan siap pakai maupun biaya-biaya sehubungan dengan penempatan aktiva itu pada kondisi dan tempat yang siap pakai untuk digunakan. b. Nilai sisa atau residu Nilai sisa suatu aktiva yang disusutkan adalah jumlah bersih yang diharapkan dapat diperoleh apabila aktiva itu dijual atau ditukar ataupun cara lainnya ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarkannya. c. Taksiran umur manfaat Taksiran umur manfaat suatu aktiva dipengaruhi oleh cara pemeliharaan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianut oleh perusahaan. d. Faktor-faktor fungsional Faktor-faktor ini dapat berupa ketidaklayakan dan keusangan. aktiva dapat kehilangan kemanfaatannya adalah karena perubahan atau perkembangan teknis, dianggap tidak dapat menghasilkan pendapatan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, walaupun aktiva tersebut masih dapat digunakan, namun ketidakmampuannya menghasilkan pendapatan telah memperpendek masa manfaatnya.
24
Menurut Warren, Reeve and Fees (2008 :455 ), ada empat metode penyusutan yang sering digunakan yaitu : a.
Metode garis lurus ( Straight line method ) Metode penyusutan garis lurus adalah metode yang paling sederhana karena dalam metode ini aktiva tetap dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu, sehingga biaya penyusutannya dihitung sama rata. Dimana rumusnya yaitu : Harga perolehan-Nilai sisa umur aktiva b. Metode saldo menurun ganda ( Double declining method ) Biaya penyusutan ini dihitung dengan cara melipatgandakan persentase penyusutan menurut metode garis lurus, nilai sisa tidak mengurangi harga perolehan aktiva Rumusnya yaitu : 100%x 2 x Nilai buku Umur aktiva Dimana nilai buku = harga perolehan- akumulasi penyusutan c. Metode jumlah angka tahun ( Sum of the year digit method ) Dalam metode ini biaya penyusutan pada mulanya tinggi dan selanjutnya makin menurun. Biaya penyusutan ini dihitung dengan cara menjumlahkan angka umur aktiva tersebut. Rumusnya yaitu : N x ( harga perolehan – nilai sisa ) N(n+1) 2 d. Metode jam jasa atau jumlah unit produksi ( Unit of production / Service hour method ) Dalam metode ini biaya penyusutan dihitung berdasarkan jumlah jam ataupun jumlah unit poduksi yang telah terpakai Rumusnya yaitu : Harga perolehan- Nilai sisa Unit produksi atau jam jasa Depresiasi per tahun = Depresiasi per unit / jam x unit / jam tahun tersebut.
10.
SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) SPAP adalah pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di Indonesia yang di keluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik.
25
Menurut SPAP no.1 (SA Seksi 150), dinyatakan bahwa standar auditing mencakup mutu professional auditor independent dan pertimbangan yang di gunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan adalah sebagai berikut: a.
Standar Umum 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b.
Standar Pekerjaan Lapangan 1. Pekerjaan hares direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
c.
Standar Pelaporan 1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersil bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
26
Menurut SPAP no.29 (SA seksi 150), terdapat lima jenis pendapat yang diberikan oleh Akuntan Publik, yaitu: a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) adalah pendapat bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang Ditambahkan dalam Laporan Audit Bentuk Baku (Unqualified Opinion with Explanatory Language) adalah pendapat dalam keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya. c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) adalah pendapat yang menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal – hal yang berhubungan dengan yang di kecualikan. d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) adalah pendapat yang menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. e.
Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion) adalah pendapat yang menyatakan auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan
27