BAB
I
PERMASALAHAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Siswa-siswa SMA dapat dipandang sebagai generasi muda yang
mengemban tugas dan tanggung jawab bangsa
Indonesia penerus
di masa yang akan datang. Sebagai cita-cita
berbagai
bangsa
pengetahuan,
selayaknyalah
ketrampilan
dan
dan
negara
generasi
dibekali
sikap
muda dengan
yang
dapat
mencerminkan kepribadian bangsa. Karena itu, nilai-nilai dan norma-norma
yang
dijunjung tinggi
oleh
bangsa
Indonesia
perlu diwariskan kepada mereka.
Salah satu nilai dasar yang diharapkan terbentuk pada setiap
warga
Pembentukan nilai
negara Indonesia
adalah
nilai-nilai
sikap atau perilaku yang sesuai
moral kepada anak-anak yang sedang
sosialisasi
dan
internalisasi
merupakan
dengan
nilai-
menjalani
proses
suatu
hal
penting mendapat perhatian, karena anak-anak yang remaja,
seperti
moral.
siswa-siswa SMA, masih berada
yang
tergolong dalam
masa
perkembangan baik fisik, mental, maupun moral.
Dipandang
dalam
dari sudut kebudayaan
peranan
pendidikan
pembinaan sikap dan prilaku moral di kalangan
merupakan upaya peralihan isi-isi kebudayaan kepada
remaja anggota
masyarakat (anak-anak didik). Dalam hal ini peran pendidikan
adalah memperkenalkan, memilih, merawat, meneruskan, lah
mengo-
dan mengembangkan seluruh hasil pikiran, kemampuan
perasaan manusia (Daoed Joesoef,
bahwa
1978:IV & 55). Ini
pembinaan dan pengembangan moral di
dan
berarti
kalangan
remaja
harus pula dilihat sebagai suatu proses transformasi budaya, proses
sosialisasi, dan proses internalisasi
maupun
moral bagi anak-anak didik. Dalam hal ini
moral
pada ank didik perlu diperhitungkan
yang
mempengaruhi
faktor
itu
perkembangan
moral
nilai,
morma
pembinaan
berbagai
seseorang.
berasal dari dalam diri dan berasal
faktor Faktor-
dari
luar
diri anak didik, seperti keluarga, sekolah dan faktor-faktor
sosial budaya yang melatarbelakangi kehidupan seseorang. Di kalangan anak-anak didik masih tampak adanya sikap yang acuh tak acuh, masa bodoh, dan sikap yang tidak terhadap
masalah-masalah
sosial yang
terjadi
maupun
di
masyarakat. Boleh jadi sikap ini
fleksi
dari pada kemampuan pribadi seseorang
banyak
dibentuk oleh faktor sosial budaya
di
peduli sekolah
merupakan yang
re-
sedikit
setempat,
yaitu
budaya hanya menerima apa adanya, tidak berpikir untuk esok
(masa
masyarakat berbagai
faktor
depan) yang telah tertanam
dan
berakar
setempat. Dipihak lain, nilai-nilai intrumen
yang
dalam masyarakat
merupakan
ikut dipertimbangkan seseorang
mengambil keputusan untuk bertindak.
hari dalam
budaya salah
(siswa)
dan satu
dalam
Sementara itu, keluarga sebagai lingkungan anak yang / terdekat
dengan orang tua yang dijadikan tokoh yang
mempengaruhi
interaksi
bagi
perkembangan anak, dalam
hal
sangat
ini
pola
orang tua dengan anak, harapan-harapan orang
tua
(keluarga) yang merupakan refleksi dari budaya yang ada
dan
berlaku
dan
di dalam masyarakat ikut membentuk pola
perkembangan
kian,
moral anak-anak didik tersebut.
Dengan
demi-
yang
dimi-
pembinaan
moral
lingkungan keluarga dan referensi budaya
likinya
akan mempengaruhi terhadap proses
pikir
seseorang.
Sedangkan
budayanya
didik. pada
Ini
akan
sekolah
dengan
seperangkat
ikut pula bersosialisasi
berarti bahwa program sekolah
nilai-nilai
dengan
anak-anak
harus
ditujukan
upaya penciptaan masyarakat belajar dan berusaha
jadikan sekolah sebagai teladan bagi masyarakat
men-
sekitarnya.
Yang menjadi pertanyaan di sini adalah apakah sekolah
sudah
siap untuk mewujudkan perannya sebagai pusat kebudayaan ? Pertanyaan
mendasar ini muncul setelah melihat
disi sekolah dewasa ini yang masih menunjukkan adanya
lah
tanpa keteraturan budaya, seperti banyaknya siswa
kon-
geja-
yang
berkeliaran di luar sekolah, bertebarannya jualan
disekitar
sekolah (tanpa ketertiban) sehingga anak-anak yang
memiliki
uang dapat jajan seenaknya, sementara yang tidak punya
menjadi
penonton
yang setia. Gejala ini
langsung
uang
ataupun
tidak
langsung
kalangan
akan
menimbulkan
kecemburuan
sosial
anak-anak didik. Dalam keadaan seperti
ini,
sekolah dituntut untuk berbuat lebih banyak dari pada
di
maka orang
tua, mengingat sekolah sebagai pusat kebudayaan harus mampuh memberikan
anak
landasan budaya yang kuat bagi
kehidupan
anak-
didik dimasa yang akan datang, sehingga mereka
mampu
menghadapi dan mengantisipasi berbagai perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Tak formasikan
institusi nilai-nilai
dapat disangkal bahwa nilai-nilai yang kepada
anak-anak
didik
melalui
ditrans- iinstitusi-
pendidikan yang diutarakan di atas, dapat positif maupun negatif. Hal ini
tidak
berupa menutup
kemungkinan terjadinya benturan-benturan nilai dalam rakat.
Yang dikawatirkan jangan sampai nilai-nilai
masya negatif
ini menjadi referensi anak-anak didik dalam bertindak.
nilai-nilai
negatif ini akan memungkinkan mereka
Sebab
melakukan
tindakan-tindakan yang melanggar nilai, norma dan moral yang berlaku dalam masyarakat. Pada dasarnya tindakan seperti ini tidak diinginkan oleh semua pihak,
karena dapat
menimbulkan
berbagai permasalahan dalam masyarakat. Dikhawatirkan jangan sampai
anak-anak lebih jauh meninggalkan
diharapkan
terbentuk,
tumbuh
dan
nilai-nilai
berkembang
dalam
yang
diri
mereka. Memang ada suatu kerisauan di kalangan tenaga pendidik,
orang tua, dan masyarakat,
ilmuwan
tentang
bahkan pemerintah serta kaum
prilaku siswa yang akhir-akhir
ini
mulai
meninggalkan nilai-nilai yang berlaku di sekolah dan
masya
rakat. Kekhawatiran semacam ini telah terungkap di' berbagai media massa
seperti yang dimuat diharian
Kompas
tentang
pernyataan Kakanwil Depdikbud DKI, bahwa kualitas dan
titas
kenakalan
pelajar cenderung meningkat
kuan-
(Kompas,
29
Nopember 1989). Dari segi kuantitas jumlah kasus yang dibuat kaum pelajar pada tahun 1989 meningkat lebih dari 500%
bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 1.117 kasus pada tahun
1989
korban
dari 207 kasus tahun
1988.
Secara
kenakalan kaum pelajar meningkat pula
kualitatif
(Anton
Taba,
1990:4).
Data-data yang dikemukakan di atas menunjukkan, bahwa
di kalangan remaja, terutama siswa-siswa SLTA, mulai norma
dan
nilai-nilai
moral
yang
dilanggar
banyak ataupun
ditinggalkan. Perbuatan-perbuatan tersebut dapat digolongkan
ke dalam
bentuk kenakalan remaja.
dimaksudkan
di
bertentangan
sini
yaitu
dengan
nilai,
Kenakalan
suatu
remaja
yang
bentuk perbuatan
yang
norma,
ataupun
ketentuan-
ketentuan yagn berlaku, di mana pelakunya adalah siswa-siswa
SMA. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kenakalan merupakan
1980:46),
James
bentuk
"perilaku
menyimpang"
atau "perilaku nakal" (Sikun
Coleman
mendeskripsikan
dan
William,
E.
arti
kenakalan
itu
remaja
(Sinolungan,
Pribadi,
Broen sebagai
1987:49).
(1974:373) berikut:
"Delinquent behavior may range from truancy incorrigibility,
and
the use of illegal drugs to homicide and other
criminal oleh
offenses".
Perilaku nakal yang
sering
remaja, khususnya para pelajar SMA antara
serious
dilakukan
lain
"suka
membolos dari sekolah" (Sikun Pribadi, 1987:49-51)
Sifat dilakukan
oleh
hadir harian
hadir
membolos
ini
merupakan
gejala
nyata
siswa-siswa SMA. Ini terlihat
dan daftar hadir jam pelajaran.
dari
daftar
Dalam
daftar
tersebut ditemukan catatan berupa huruf "B"
pada
beberapa
dicatat
dengan
orang siswa dan ada juga huruf "a" (alpa).
dari
Menurut
yang
(bolos),
mereka
yang
informasi
dari
ketua kelas, dan guru kelas bahwa siswa-siswa tersebut lebih
banyak waktu
waktunya
berada di luar
kelas
(sekolah).
Artinya
belajarnya di sekolah lebih banyak digunakan di
sekolah.
Siswa-siswa
ini
dapat
ditemukan
di
luar
stasiun,
kompleks pertokoan di tempat-tempat rekreasi, dan di kantinkantin
sekitar sekolah.
Karena mereka sudah berada di
luar
sekolah maka perilaku mereka tidak dapat dikontrol lagi. Hal ini disebabkan karena mereka sudah berada di luar pengawasan guru-guru
di sekolah. Keadaan ini
memungkinkan
terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan, seperti melakukan
perbuatan-
perbuatan yang melanggar nilai-nilai moral, atau
ketentuan-
ketentuan hukum yang berlaku di masyarakat. Sedangkan siswasiswa
yang
berada
di
sekolah
tindakan
mereka
dikontrol, karena di sekolah ada aturan, dan ada
dari
guru
kelas, piket, dan wali kelas,
dimana
sering
pengawasan
perbuatan
mereka diarahkan pada hal-hal yang sifatnya positif. Artinya perilaku
mereka sesuai dengan nilai-nilai
dan
norma-norma
yang berlaku di sekolah. Ini bukan berarti bahwa siswa-siswa yang
aktif
memiliki
mengikuti berbagai kegiatan
kematangan
moral.
Sebab
di
mereka
sekolah
juga
sudah
memiliki
berbagai pertimbangan dalam mengikuti atau mematuhi berbagai peraturan yang berlaku di sekolah. Begitu juga dengan siswa-
siswa yang sering meninggalkan kelas (sekolah). Mereka
juga
memiliki berbagai alasan yang dapat dipertimbangkan, mengapa mereka meninggalkan/melarikan diri dari sekolah.
Memang
siswa-siswa
sekolah
harus
diakui
bahwa,
bagaimanapun
itu (apakah dia siswa yang sering
atau
siswa
yang sering hadir
di
keadaan
meninggalkan
sekolah,
tetap
memiliki kesadaran akan baik dan buruk. Karena kesadaran ini merupakan
suatu
menentukan berbagai
pilihan
besar
(siswa)
masyarakat.
dan
tindakan,
persoalan.
kemungkinan anak
daya yang ada pada diri manusia
Apabila daya
ia ini
berhadapan
sebagai
lembaga
dengan
dikembangkan
bagi
perkembangan
akan berakibat buruk
itu sendiri, dan
dalam
tidak
kehidupan
sosialnya
Sehubungan dengan hal tersebut,
sekolah
peranannya
bila
di
pendidikan
maka
dalam
keluarga
sangat
besar
dalam mengubah dan meningkatkan kesadaran
moral
dan perilaku anak didik. Dalam arti merubah anak-anak
didik
memiliki
yang
dan meningkatkan kesadaran tentang yang
buruk.
Harapan
ini
merupakan
salah
baik
satu
dan
tugas
pendidikan
umum, seperti yang dikemukakan oleh
John
Raven
(1977:156-157), Poedjawijatna (1986:26-27), Winarno Surahmad
(1989:6), dengan
bahwa
tugas
pendidikan
umum
upaya pembinaan generasi muda
yang
berhubungan
adalah
mengembangkan
dan meningkatkan kematangan moral kepada setiap individu.
Dalam
rangka meningkatkan kemantapan
anak-anak
didik,
kesadaran
moral pada siswa-siswa SMA. Hal
agar
maka perlu
diungkapkan
pembinaan moral pada siswa-siswa SMA
dengan
baik.
penelitian
Oleh
sebagai
nilai-nilai
moral
karena
itu
berikut: pada
moral tentang ini
siswa-siswa
dapat
dilakukan
satu
kesadaran SMA
tingkat
dimaksudkan
dirumuskan
"Tingkat
kepada
topik terhadap
yang
sering
meninggalkan kelas atau sekolah di SMA Kotamadya Bandung".
B. Perumusan dan Analisis Masalah
Masalah
merupakan
dapat
ini
masalah
diteliti
berbeda.
kesadaran siswa terhadap
dan
nilai-nilai
yang luas karena mengandung
dibahas
dari
berbagai
Karena itu untuk menganalisis
aspek
yang
dimensi
yang
masalah
perlu ditetapkan suatu rumusan permasalahan
dijadikan
fokus penelitian. Fokus
akan
penelitian
ini adalah: "Sampai pada tingkat manakah kesadaran
sekolah di SMA>Kotamadia Bandung?"
penelitian
yang
permasalahan
nilai-nilai moral pada siswa-siswa yang sering
moral
terhadap
meninggalkan
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian
roenganalisis
dalam
masalah tersebut. Pertama, masalah siswa
yang
sering meninggalkan sekolah dan siswa-siswa yang sering ber
ada
di Sekolah. Kedua, masalah tingkat
kesadaran
terhadap
nilai-nilai moral, ketiga, masalah moral dan perilaku moral.
a. Masalah siswa yang sering meninggalkan sekolah. Setelah
dan
daftar
hadir jam pelajaran, tampaknya ada siswa yang jarang
bahkan
ada
yang sama sekali tidak mengikuti
sekolah.
Ada
mengikuti dan
mempelajari daftar hadir harian
beberapa hal yang
kegiatan-kegiatan
menyebabkan
di
mereka
tidak
kegiatan-kegiatan di sekolah, yaitu sakit,
izin,
alpa termasuk mereka yang keluar secara diam-diam
dari
sekolah.
Yang menjadi perhatian dalam studi ini adalah
siswa
yang
sekolah,
suka
meninggalkan
atau
melarikan
karena siswa-siswa ini sengaja tidak
siswa-
diri masuk
atau meninggalkan sekolah tanpa diketahui oleh ketua guru-guru,
dari
bahkan ada yang tidak diketahui oleh
kelas
kelas,
orang
tua
mereka masing-masing. Mereka ini lebih senang berada di luar
sekolah berbagai
dapat
daripada mengikuti kegiatan-kegiatan kegiatan
lain di
sekolah.
belajar
Siswa-siswa
ditemukan di tempat-tempat umum, seperti
di
tersebut
tempat-
tempat rekreasi, pasar, kompleks pertokoan, bahkan ada ditemukan
di
kantin-kantin yang ada
di
sekitar
atau
yang
sekolah.
10
Memang diakui, bahwa tidak semua mereka yang berada di
luar
sekolah
suka
dimasukkan
meninggalkan
atau
disebabkan, alasan
sekolah sering ikut
dalam
melarikan
kelompok
siswa
yang
diri dari
sekolah.
Hal
karena siswa-siswa tersebut
memiliki
berbagai
yang
dikatakan
ke
dapat
sebagai
dipertimbangkan. siswa
yang seuka
Mereka
yang
melarikan
dapat
diri
dari
dalam penelitian ini adalah mereka yang sering sekali meninggalkan sekolah, karena
malas
tidak
ada
guru,
jengkel
kepada
pula
tidak
sama.
meninggalkan
Ada
yang
sekolah
meninggalkan/tidak
membolos 8-13
masuk
ditemui
meninggalkan
1-7 hari,
dan
di
rumah.
ditelusuri dari daftar hadir harian
bahwa frekuensi siswa yang suka
luar
guru-guru
sekolah, kurang mendapat perhatian dari orang tua di Apabila
dan
belajar,
teman, senang bersama-sama dengan teman-teman di
sekolah,
ini
sekolah
hari,
ada
yang
ada
pula
yang
sekolah sampai 14-20
hari
dalam
sebulan.
Dari
data-data
dimengerti
bahwa
siswa-siswa
SMA,
yang diungkapkan
perilaku
tidak
bolos
yang
dilakukan pada
di
atas
dapatlah
ditunjukkan
waktu
yang
sehingga frekuensi bolosnya tidak sama pula. Artinya
oleh
sama, jumlah
jam dan harinya berbeda. Oleh karena itu tindakan siswa yang sering meninggalkan kelas/sekolah membolos dalam
ini
dikelompokkan
sekali
ke
dalam tidak
bagian,
14 - 21 hari, sering kali 8-13 hari,
penelitian
yaitu:
dan
sering
kadang-
11
kadang 3-7 hari dalam sebulan. Bila diprosentasikan, siswa-siswa yang meninggalkan sekolah dalam diperincikan 26,92%,
sebagai
sering
mencapai
berikut: (a)
siswa-siswa
sebulan
kadang-kadang
kali 30, 76% - 50%, dan (c)
53% - 76,92%. Perhatian studi ini
yang
masuk
katagori sering
maka dapat
11,5%
sering
sekali
ditujukan
kali
dan
-
pada
sering
sekali meninggalkan sekolah tanpa pemberitahuan kepada ketua kelas, guru ataupun kepala sekolah.
Perilaku
yang
ditampilkan
oleh
siswa-siswa
sering kali meninggalkan kelas ini merupakan suatu yang
melanggar peraturan sekolah. Artinya
tidak
tindakan
perilaku
lagi mengikuti nilai dan norma yang ada
di
yang
mereka
sekolah.
Yang dikhawatirkan kepada mereka yaitu jangan sampai
mereka
terlibat pada perbuatan-perbuatan yang melanggar nilai-nilai
moral
yang berlaku di masyarakat, sebab mereka
diawasi
oleh guru-guru di sekolah.
Sebaliknya
tidak
lagi
siswa-siswa
yang berada di sekolah, perilakunya lebih banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di sekolah. Di
samping piket,
itu mereka sering dikontrol oleh guru wali
kelas
dan ketua
kelas,
sehingga
kelas,
guru
perbuatan-
perbuatan yang menyimpang dari nilai-nilai, norma-norma, dan moral memungkinkan kurang terjadi.
Tindakan-tindakan siswa tersebut tidak terlepas
kemampuan
adalah
yang
dimilikinya.
kemampuan
menilai,
Kemampuan
kemampuan
yang
dari
dimaksudkan
mempertimbangkan
12
terhadap
dasar
nilai-nilai
untuk
ditampilkan sadar.
moral yang
bertindak. oleh
Artinya
Dengan
nantinya
akan
demikian
perilaku
seseorang, kemungkinan ia dapat mengetahui dan
dijadikan
yang
dilakukan merasakan
secara akibat-
akibat yang akan ditimbulkan oleh perbuatannya itu.
b. Tingkat Kesadaran Terhadap Nilai-nilai Moral
Kesadaran
ini erat kaitannya dengan Kemampuan
yang
kemampuan
dimiliki
seseorang.
dimaksudkan
kemampuan
menimbang dan menilai terhadap sesuatu
yang adalah
hal
yang
baik dan yang buruk. Setiap individu yang memiliki kemampuan ini, akan mampu menilai dan memilih mana tindakan yang
baik
dan mana tindakan yang benar atau salah.
Kesadaran
yang dimaksudkan dalam tulisan ini
adalah
suatu keadaan di mana seseorang menerima nilai-nilai
moral,
dapat
mengerti, memahami, mengakui dan menghormati
orang
lain
dan dapat dinyatakan kembali
pilihan-pilihan
tindakan
tertentu. Ada
ke
dua
hak-hak
dalam
bentuk
fungsi
pokok
dalam aspek kesadaran ini yaitu pikiran dan perasaan. Kedua-
duanya
bekerja
dengan cara memberikan
penilaian
terhadap
suatu objek. "Pikiran memberikan penilaian atas dasar
benar
dan
dasar
salah.
menyenangkan
Sedangkan
perasaan
atau tidak menyenangkan"
menilai
atas
(Sumadi
Suryabrata,
1984:114-115). Oleh karena itu kesadaran ini dapat dikatakan
daya-daya yang terdapat dalam diri seseorang yang
berfungsi
13
dalam mempertimbangkan dan memutuskan tentang penerimaan dan pengamalan
nilai-nilai
Poedjawijatna,
tindakan tindakan
moral
"kesadaran
kongkrit
untuk
dalam
moral
Atas
seseorang
dasar
akan
memberikan
tertentu tentang baik dan
hidupnya.
berfungsi
keputusan
dalam
terhadap
buruk".
itulah dapat dikatakan,
disadari
Menurut
bahwa
sebagai perbuatan-perbuatan
perilaku
yang
bagi
sipelaku mempunyai arti yang subjektif. Artinya perilaku itu didorong
yang
oleh suatu motive
menjadi
dibuatnya
orientasi kesadaran akan arti dari
itu.
unsur-unsur
yang disadari sebagai
apa
yang
akan
ditelaah
dari
dianggap menjadi kekuatan
internal
bagi
Tingkat kesadaran ini
yang
sesuatu
seseorang
berperilaku.
pembagian
tingkat kesadaran ini adalah teori Kohlberg
membagikan
tahap
Unsur-unsur
yang
dijadikan
enam tahap perkembangan moral seseorang.
dasar
yang Keenam
itu adalah (1) Obedience punishment orientation,
(2)
Instrumental relativism, (3) Good boy-nice girl orientation; interpersonal
concordance, (4) Authority and
social
maintaining orientation, (5) Social legalistic
order
orientation,
(6) Concience or principles orientation (Lawrence
Kohlberg,
1975:72).
Pertimbangan-pertimbangan
yang mendasari
dipilihnya
teori Kohlberg ini adalah sebagai berikut:
1. Bahwa,
perkembangan
moral
manusia
seirama
perkembangan kesadaran moral manusia (Driyarkara,
dengan 1978),
.14
yaitu dari kesadaran pra-moral ke kesadaran moral otonom.
Penelusuran
tentang tingkat perkembangan kesadaran
akan
nilai-nilai moral pada seseorang, tidak saja hanya sampai pada
apa yang baik atau yang buruk, melainkan
seseorang
buruk.
sampai pada suatu keputusan tentang
Bernhard Keiser (1987). dan
menyebutnya
yang
bagaimana baik
Poespoprodjo
sebagai kesimpulan dari pemikiran
ditarik
dari
prinsip-prinsip
dan
(1986)
terdahulu
yang
nyata
kebenarannya. Jadi yang diselidiki di sini adalah alasan-
alasan yang dibuat setiap orang untuk sampai kepada suatu
keputusan
atau
tindakan. Penyelidikan
alasan
yang dibuat seseorang sangat
konsep
"moral
dikemukakan Kohlberg
reasoning" Kohlberg
telah
atau
penalaran
disebabkan
seseorang.
penalaran
kematangan
dengan
moral
Nasution
bahwa
terdapat
oleh faktor usia dan
faktor
perbedaan Perbedaan
lingkungan
Menurut Kohlberg orang yang mencapai
moral yang tinggi, berarti orang itu
kurang
matang
Dengan kata lain, orang yang mencapai
tingkat
penalaran moral (pertimbangan moral) yang tinggi
berarti
moralnya.
orang
dan
rendah
orang
memiliki
tingkat
moralnya
Sebaliknya
tingkat
yang
penalaran
moralnya.
yang (1989).
individual dalam kecepatan perkembangan moral.
ini
alasan-
berhubungan
(1972;1984),
menemukan
tentang
dikatakan
itu memiliki tingkat kesadaran moral
orang yang tingkat penalaran moralnya
yang
tinggi
rendah
dapat
15
dikatakan
pula tingkat kesadaran akan nilai-nilai
moral
adalah rendah pula.
2. Teori
perkembangan
berdasarkan
teori
penerapannya
telah
dalam
diperkuat
moral dari
Dewey
Kohlberg
dan Piaget
berbagai kondisi
oleh
Kohlberg
telah
yang
disusun
telah
diuji
sosio-budaya,
melalui
dan
penelitian-
penelitian "Cross cultural" dibeberapa negara, dan studi-
studi eksperimental yang cukup lama melalui
penyelidikan
longitudinal (Kohlberg 1984). Dengan demikian,
penerapan
untuk kondisi Indonesia diasumsikan sesuai pula.
3. Teori perkembangan kesadaran moral ciptaan Kohlberg bersifat
universal
ini, sangat
tepat
digunakan
penelitian ini, mengingat latar belakang dan orang
tua
dan
berbeda-beda.
guru-guru di
sekolah
dalam
sosialisasi
tidak
Di samping itu, bila ditinjau
yang
sama
dari
atau
teori
perkembangan kognitif dan perkembangan moral Piaget, maka remaja sudah mencapai perkembangan taraf berpikir formaloperation. Jadi memungkinkan penerapannya bagi remaja,
anak-anak
khususnya siswa-siswa SMA.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang
kan
di
atas, maka dalam penelitian
ini
akan
dikemuka
menggunakan
teori Kohlberg sebagai dasar (alat) pengukuran tentang ting kat
kesadaran terhadap nilai-nilai moral
pembolos Oleh
pada
siswa-siswa
dan non-pembolos di SMA Negeri Kotamadia
karena itu tingkat kesadaran dalam tulisan ini
Bandung. adalah
16
sebagai berikut:
1.
Kesadaran yang berorientasi pada kepatuhan dan
Ini
berarti yang terjadi pada siswa hanya
hukuman.
proses
peniruan
atau hanya sekedar ikut apa yang ditunjuk atau dierintahkan.
Ada juga tindakan atau perbuatan yang dibuat oleh orang lain diterima dan diikuti begitu saja tanpa mempertimbangka
baik
buruknya atau risiko-risiko yang akan diterimanya nanti. 2 Kesadaran yang timbul atas dasar kepentingan pribadi kepentingan
hanya
dirinya
sendiri.
Artinya
nilai-nilai
atau dibuat
untuk mematahui kepentingan dirinya sendiri. Hal
ini
berarti pula, bahwa sesuatu dianggap baik bila berguna untuk membawa
kebaikan
membantu
temannya
bagi
dirinya.
membuat
Misalnya
pekerjaan
seorang
siswa
(PR),
dengan
rumah
harapan dikemudian hari temannya itu akan membalasnya dengan cara
yang sama, bahkan melebihi dengan apa yang
berikan
pada
menerima
dan
temannya itu. Jadi tahap ini, menerapkan
nilai-nilai
pernah
seseorang
moral
itu
ia
mau
apabila
berguna dan menguntungkan bagi dirinya sendiri. 3. Kesadaran
atas
Perbuatan-perbuatan pada
dasar
kekompakan
dan
yang ditampilkan oleh
konformitas.
siswa
upaya untuk menyenangkan hati orang lain dan
ditujukan diterima
oleh orang lain.
Di sini anak didik atau siswa berusaha agar disenangi orang lain dan menunjukkan dirinya sebagai yang paling di
antara
teman,
saudara, dan
masyarakat.
Jadi
ia
baik mau
17
menerima
dan
mengamalkan
diterima
dan
disenangi
nilai-nilai
oleh
itu,
apabila
orang-orang
yang
ia
ada
disekelilingnya.
4.
Kesadaran
karena tahap
pada
bahwa nilai-nilai
adanya
dibuat
aturan-aturan yang
dan
mengikat/mengatur.
ini kesadaran terhadap nilai-nilai
aturan-aturan
pemerintah
menerima
yang telah
dilaksanakan,
moral
ditetapkan,
didasarkan
undang-undang,
atasan atau otoritas. jadi siswa-siswa
nilai-nilai
itu disebabkan
Pada
adanya
itu
mau
aturan-aturan
atau kekuatan-kekuatan dari luar yang mengikatnya.
5.
Kesadaran
aturan
bahwa nilai-nilai moral
bukan
lagi
atau dikehendaki dari kekuatan-kekuatan
dari
melainkan
nilai-nilai itu dibuat untuk kepentingan
dan
dasar
atas
persetujuan bersama.
sebagai
Artinya
luar, bersama
dibuat
dan
dilaksanakan atas dasar kepentingan individu dan kepentingan bersama.
6. Kesadaran yang timbul berdasarkan suara hati. Ini berarti
sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang dipilihnya sendiri.
Jadi tidak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan
pribadi
atau kekuatan-kekuatan dari luar, melainkan didasarkan
pada
otonomi yang berasal dari anak itu sendiri.
Tahap-tahap
memiliki berbeda. menuntut
ini
siswa
akan
tingkat kesadaran terhadap nilai-nilai moral
yang
Adanya pula
menunjukkan
tingkatan
penanganan
bahwa
kesadaran atau
setiap
moral
perlakuan
siswa
yang
ini,
berbeda.
18
Misalnya
seseorang siswa yang
berorientasi
besar ada.
memiliki
kesadaran
pada aturan-aturan yang mengikat,
yang
kemungkinan
ia akan melakukan sesuatu menurut aturan-aturan Dengan
terhindar
kata lain ia akan melakukan
sesuatu
dari hukuman. Hal ini akan berbeda
yang
agar
dengan
ia
siswa
yang memiliki kesadaran yang berorientasi pada prinsip etika yang berlaku. Siswa yang memiliki kesadaran ini akan berbuat sesuatu menurut nilai-nilai moral yang secara hakiki melekat
pada setiap manusia, artinya perbuatannya itu ditujukan pada upaya
yang
membela hak-hak asasi manusia. Untuk menangani
pertama
tentunya
harus
dilakukan
dengan
siswa
hukuman,
sedangkan orang yang kedua tidak perlu menggunakan sesuatu. Dengan demikian kesadaran ini, tidak secara
otomatis
diperoleh setiap siswa, melainkan kesadaran ini harus diakui sebagai
siswa
interelasi
banyak faktor yang
berasal
itu sendiri dan dari luar diri siswa,
dari
seperti
ling
kungan sosial, keluarga, dan lain-lainnya. Oleh karena melalui
penelitian ini akan dicoba
mengungkapkan
tingkat
kesadaran akan nilai-nilai moral
pada
diri
itu,
mengenai
siswa-siswa
yang sering meninggalkan sekolah dan siswa-siswa yang sering
berada
di sekolah. Artinya, apakah siswa-siswa
yang
dalam
pengalamannya sering menerima dan melaksanakan norma,
nilai
dan moral yang berlaku di sekolah memiliki tingkat kesadaran
moral berada
yang
lebih
baik daripada
siswa-siswa
di luar sekolah? Kemudian akan dikaji
yang
sering
faktor-faktor
19
yang berhubungan dengan tingkat kesadaran mereka terhadap nilai-nilai moral.
Dalam penelitian
ini perbedaan ini
variabel untuk melihat tingkat
akan
dijadikan
kesadaran siswa terhadap
nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat. c
Masalah perilaku kesadaran moral
Tindakan
atau
perilaku
seseorang
didorong
berbagai
faktor yang
ada di dalam dan di
Perilaku
siswa di sini adalah perilaku yang terjadi
didorong oleh suatu motive
oleh
luar dirinya.
yang mendasari sebagai
karena sesuatu
yang menjadi orientasi kesadaran akan arti perbuatannya itu.
Dalam hubungan dengan tulisan ini berarti dorongan-dorongan untuk
melakukan hal-hal yang baik atau hal-hal yang
sesuai
dengan nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku
adalah
suatu
disadari sebagai
kesadaran
bentuk
sebagai
moral yang dimaksudkan
tindakan atau
suatu
kewajiban
perbuatan dan
sini
siswa yang
tanggung
manusia yang hidup di tengah-tengah
di
jawabnya
manusia
lain.
Ini berarti bahwa, ia dapat mengetahui serta merasakan bahwa
perbuatannya
itu
orang
Dengan demikian perilaku kesadaran
lain.
berkenaan
dengan
baik, menyenangkan
perilaku yang sesuai
dan
tidak
dengan
merugikan moral
ini
nilai-nilai
moral yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam masyarakat. Nilai-nilai ini tidak terlepas dari hak yang dimiliki oleh
setiap manusia dan kewajiban yang harus
dilaksanakan-
20
nya. Ada empat kelompok hak-hak yang dimiliki manusia
hak
asasi) yaitu "(1) hak-hak asasi negatif
(2)
hak-hak asasi aktif atau demokratis, (3) hak-hak
positif
(4)
hak-hak asasi sosial"
(Franz
atau
(hak-
liberal,
Magnis
asasi
Suseno,
1988:126-129).
Hak-hak asasi negatif atau liberal ini, merupakan hak
pribadi
seorang. Dasar etis dari hak-hak asasi negatif
ini
adalah tuntutan agar otonomi setiap orang atas dirinya
sen
diri
oleh
dihormati.
orang
atas
Artinya ia harus bebas dari
paksaan
lain dan masyarakat. Hak-hak asasi ini meliputi:
hidup, keutuhan jasmani, bebas bergerak,
perlindungan
terhadap hak milik, hak untuk mengurus kerumahtanggaan
diri,
hak untuk memilih pekerjaan dan tempat
hak
tinggal,
sen
hak
atas kebebasan beragama, kebebasan berpikir, bebas berkumpul dan
berserikat,
hak untuk tidak sewenang-wenang
dan
lain
asasi aktif atau demokratis didasarkan
pada
sebagainya.
Hak-hak
suatu
keyakinan
bahwa semua orang
sama derajatnya sebagai
manusia,
urusan bersama menjadi hak mereka semua,
termasuk
juga
kebebasan
asasi
pers,
hak untuk menyatakan pendapatnya,
hak untuk membentuk
di
sini
hak
atas
perkumpulan.
kelompok ketiga, meliputi hak atas
perlakuan
Hak-hak
hukum,
hak agar suatu pelanggaran terhadap hak-hak mendapat jaminan suatu
keadilan. Sedangkan hak-hak sosial meliputi hak
jaminan-jaminan
sosial,
hak atas
pekerjaan,
hak
atas
pilihan
tempat
dan jenis pekerjaan, hak
mendapatkan
syarat-syarat
kerja yang memadai, hak atas upah yang wajar, dan lain sebagainya.
Hak-hak
asasi
yang dikemukakan di
atas
mengandung
makna bahwa setiap orang mempunyai kewajiban untuk melakukan
sesuatu
terhadap
menghormati
dan
orang lain. Artinya
setiap
menghargai terhadap apa yang
orang
wajib
menjadi
orang lain. Ada beberapa macam kewajiban yang harus
hak
dilaku
kan oleh setiap orang "(1) wajib terhadap orang lain (perorangan), (2) wajib terhadap orang lain dalam masyarakat, wajib
terhadap Tuhan, (4) wajib terhadap
(Poedjawijatna,
Atas
dirinya
sendiri"
1986:64).
dasar uraian tentang hak dan kewajiban di
maka diturunkanlah beberapa nilai moral yang akan titik
tolak pengembangan perilaku kesadaran
atas
dijadikan
moral,
nilai-
nilai itu adalah sebagai berikut: (1) menghormati hak orang
(3)
lain, (2) menghormati hak milik orang lain,
hidup
dan
(3)
tanggung jawab dan kebersamaan.
Nilai-nilai
ini
tidak terlepas
dari
sifat
manusia sebagai mahluk individu, sosial dan sekaligus
kodrat
seba
gai mahluk Tuhan. Ini berarti bahwa setiap manusia mempunyai hak
untuk dilindungi dan berkewajiban
menghormati
manusia lain (seseorang). Menghormati hak hidup orang
hak-hak
lain,
berarti juga menghormati martabat manusia sekaligus menghor mati
kekuasaan Sang Pencipta. Dengan demikian,
nilai-nilai
22
itu dapat mengarahkan tujuan hidup manusia baik yang
bersi
fat religius, moral maupun sosial. Nilai-nilai yang dikemukakan di atas, sekalipun seca
ra
terpisah,
satu
tetapi juga nilai-nilai itu
kesatuan
yang dapat menjelaskan
tetap
arti
merupakan
dari
kesadaran
moral seseorang. Artinya nilai-nilai
berkaitan
antara satu dengan yang lain.
perilaku
itu
saling
Unsur-unsur
nilai
tersebut dianalisis secara terpisah dimaksudkan untuk
lebih
mengkongkritkan sehingga
makna
dan arti perilaku
kesadaran
moral,
dengan analisis tersebut dapat mengungkapkan
mas-
alah-masalah kongkrit sebagai masalah kesadaran moral. 1. Perilaku Kesadaran Terhadap Hak Hidup Orang Lain Dalam melakukan suatu kewajiban sebagai manusia
sebagai siswa, ia diperhadapkan dengan manusia lain
atau
sebagai
perorangan ataupun sekelempok orang. Kewajiban ini ada
pada
setiap
juga
orang
mempunyai
hidup.
orang berarti
(manusia),
hak.
dikarenakan
orang
lain
Hak yang tampak pada seseorang
Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban pada
untuk ada
kewajiban,
menghormati
kehidupan
pengakuan terhadap
dan
persamaan derajat
orang
lain. hak,
antar
manusia.
gangguan
penggunaan hidup
orang
hak
orang lain.
Dan
sebagai
setiap individu tidak boleh
lain.
Dengan kata lain
hak
ini
persamaan
Sebagai
dilindungi
mahluk
sosial
melanggar hidup
hak
setiap
Hal
persamaan
mahluk individu manusia mempunyai hak yang harus
dari
adalah
hak
seseorang
23
senantiasa
dibatasi
oleh hak orang lain.
Dengan
dalam hidup bersama dalam masyarakat tidak dapat
demikian
dibenarkan
seseorang menggunakan dengan leluasa segala haknya menyinggung
perasaan
orang
lain
atau
sehingga
menganiaya,
atau
bertindak kejam terhadap orang lain. Perilaku
kesadaran moral dalam menghormati hak hidup
orang lain, ditujukan pada hal-hal sebagai berikut: mengakui dan
menghormati
seperti
persamaan
derajat
antar
sesama
manusia
dirinya sendiri, mengakui dan memperlakukan
setiap
orang tanpa membeda-bedakan.
Perilaku kesadaran setiap siswa terhadap
moral
tersebut,
tentunya tidak akan
sama,
nilai-nilai
karena
setiap
siswa memiliki kemampuan, minat, motivasi yang berbeda.
siswa
yang
melakukan perbuatan atau tindakan
yang
sesuai
dengan nilai-nilai moral tersebut didorong oleh orang misalnya
orang
tua, guru, atau sekedar
melakukan
aturan
yang berlaku. Perilaku kesadaran semacam
berada
pada tahap yang keempat yaitu kesadaran
Ada
lain, aturan-
ini
masih
atas
dasar
aturan yang berlaku.
2. Prilaku Kesadaran dalam Menghormati Hak Milik Orang lain
Setiap sendiri,
ini
berhak
untuk
memiliki
barang,
maupun bersama-sama dengan orang lain.
diperlukan
hidup.
orang
Untuk
oleh setiap orang karena memenuhi kebutuhan hidup
orang ini,
baik
Hak
milik
itu
butuh
maka
manusia
berusaha sekuat tenaga untuk menghasilkan keperluan hidupnya
24
itu,
dan hasilnya menjadi milikinya.
Oleh karena itu
orang
wajib
lain,
hak milik seseorang tidak dapat diperlakukan
mena,
misalnya
seperti
dibela dan membela hak miliknya.
tindakan melenyapkan
mengambil secara paksa,
mengurangi
hak
sebagainya.
Dengan
milik
untuk
sesama manusia.
semenaseseorang
seperti merusak,
Untuk itu,
dan
dan
Tindakan seperti itu merupakan suatu
diwajibkan
kata
perampasan, pencurian,
milik tersebut,
terhadap hak manusia.
perbuatan
hak
setiap
lain
perkosaan
setiap orang dituntut
mengakui dan menghormati akan
atau
hak
milik
Artinya tidak dibenarkan seseorang melakukan
yang semena-mena terhadap hak milik
orang
lain.
Perbuatan semacam ini berarti melanggar nilai-nilai,
norma,
dan moral yang berlaku dalam masyarakat.
Di
kalangan
lingkungan
siswa-siswa SMA, baik
sekolah
maupun
yang
berada
yang di
berada
luar
di
sekolah
cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang menghormati hak milik
orang
berusaha
lain.
Ini terlihat dari perilaku
menghindar
dari
tindakan-tindakan
mereka
yang
perncurian,
perampasan, dan pengrusakan barang di sekolah maupun di luar sekolah,
begitu
melakukan
juga
tindakan
keyakinan,
bahwa
tersebut
sudah
kewajibannya
untuk
siswa
melakukan
itu
menginginkan
sebaliknya.
Bagi
belum
merupakan
siswa-siswa
didorong
suatu
melakukan perbuatan itu.
balikan
perbuatan
dari
orang
tersebut
lain,
oleh
yang suatu
tugas
dan
Mungkin
saja
karena
ia
ataukah
ia
25
melakukannya
karena
ingin mendapat perhatian
dari
teman-
temannya, agar ia diterima dengan baik oleh orang-orang yang
ada
disekitarnya. Perilaku semacam ini, masih
berada
pada
tingkat yang kedua dan ketiga, yaitu perilaku kesadaran atas dasar kepentingan pribadi, dan perilaku kesadaran atas dasar kekompakkan dan konformitas.
3. Perilaku Kesadaran terhadap
Tanggung
Jawab
dan
Keber
samaan
Nilai-nilai yang secara hakiki harus
dihormati
pula
adalah dalam
kebersamaan. kebersamaan
dilindungi
Nilai-nilai ini,
terkandung
di
keselarasan
antara kepentingan perorangan
masyarakat,
dan
negara. Dalam kebersamaan
didahulukan
kepentingan dan
diputuskan
bersama
yang
ataupun
golongan atau kelompok. Karena setiap
individu
ini
tunduk
melalui
kepentingan
mengandung
pribadi,
kelompok
bukan
adanya
kepentingan
ini
sikap dasar bahwa kepentingan dan keselamatan harus
yang
yaitu dan
dan
pada
kepentingan
bersama
suatu proses perdebatan
dan
yang
penilaian
bersama. Ini berarti pula sudah ada kesatuan pikir, kehendak dan
kesatuan gerak,
dilaksanakan sekelompok
bersama-sama. Jadi tidak ada
seseorang
seorangpun
orang yang mengingkari terhadap apa
diputuskan.
menghendaki
sehingga apa yang diputuskan itu
Dengan
pula apa
sendirinya
adanya suatu
di
dalam
kejujuran,
yang telah diputuskan,
ia
yang
atau sudah
kebersamaan
keyakinan mau
harus
pada
melaksanakan
26
dengan
penuh tanggung jawab. Tanggung jawab dalam arti
yang
diputuskan
adalah
baik
adalah
baik, dan
apa
yang
dilaksanakan
untuk dirinya, dan baik terhadap
orang
Jadi tanggung jawab di sini selalu melihat dan
apa
yang
menjadi
bernilai konsep
bagi
tugas dan
kepentingan
tanggung
jawab
kewajibannya,
bersama.
yang
lain.
melaksanakan
dan
apa
Disinilah
dikemukakan
apa
yang
pentingnya
oleh
Ki
Hajar
Dewantara (1977:469). Menurut Soepardjo Adikusumo (1989:37). Istilah kata
tanggung jawab
kunci
hidup
yang dikemukakan di atas
yang baku, karena setiap
individu
merupakan tidak
bisa
sendiri dalam mengembangkan diri pribadinya. Hal
disebabkan individu
karena setiap individu berada lain.
Keberadaan ini
di
menuntut
ini
tengah-tengah
setiap
individu
memahami keberadaan dan kepentingan-kepentingan orang
lain.
Oleh
lahir
karena
itu pengembangan diri
pribadinya
baik
maupun bathin terkandung unsur tanggung jawab atas sesamanya
yaitu
sesama
mengemukakan jawabkan
warga masyarakat. Dick bahwa
segala
manusia
tindakannya,
yang
Hartoko mampu
segala
(1987:23-25)
mempertanggung
kebebasannya bahkan
keterbatasannya sendiri adalah manusia yang paripurna
manusia
yang "memiliki" dirinya sendiri dalam
tetapi dalam
yaitu
kemerdekaan,
waktu yang sama tunduk secara sukarela
kepada
Tuhan sebagai nilai tertinggi. Dengan demikian manusia
yang
memiliki
yang
hidup
kesadaran akan nilai hidupnya adalah manusia
disatukan
demi
tujuan moral
dan
menghormati
akan
27
eksistensi orang lain sekaligus menjunjung tinggi nilai yang tertinggi yang akan dilayaninya. Perilaku
ditujukan
kesadaran
terhadap
kebersamaan
kepada kesadaran siswa dalam
di
mengikuti
sini
kegiatan
bersama, baik di sekolah maupun di masyarakat. Keikutsertaan siswa
dalam mendiskusikan suatu masalah,
persoalan,
dan
tanggung
jawabnya
memecahkan
dalam
suatu
melaksanakan
keputusan bersama.
Kembali pada persoalan yang dikemukakan di atas bahwa siswa-siswa yang sering meninggalkan kelas atau sekolah
siswa-siswa
belakang berada
yang sering berada di sekolah,
kehidupan
di
daripada
memiliki
yang berbeda. Siswa-siswa
sekolah
lebih banyak
siswa-siswa
yang
sering
latar
yang
berkecimpung
di
meninggalkan
dan
sering sekolah
sekolah.
Lingkungan ini akan memberikan pengaruh pada seseorang untuk keputusan terhadap sesuatu hal. Ini berarti
mengambil bahwa
lingkungan kehidupan akan memberikan
seseorang
dalam
dikemukakan
Kohlberg
menyebabkan
keputusan Kohlberg,
mengambil keputusan
adanya
bahwa
perbedaan
perbedaan
pada
seperti
yang
faktor
yang
moral,
"salah
satu
seseorang
moral adalah tempat kehidupan
pula
dalam
mengambil
mereka"
(Lawrence
1976:206-210).
Siswa-siswa yang lingkungan kehidupannya lebih banyak di
sekolah,
moral
yang
diperkirakan akan memiliki
tingkat
lebih tinggi daripada siswa-siswa
kesadaran
yang
sering
28
meninggalkan
sekolah.
siswa-siswa
diawasi
oleh
diingatkan
dapat
guru-guru
akan
guru
di
sekolah.
nilai-nilai moral.
PMP, agama, PSPB,
Mereka
juga
banyak
moral
pendidikan
Ataupun
sekolah.
atau
ini
moral
guru
piket,
lain,
perilaku siswa-siswa yang sering meninggalkan sekolah
tidak
diawasi
dan aturan-aturan
dikontrol
Nilai-nilai
dll.
perilaku
Dipihak
lagi
sekolah
karena
berada di sekolah sering
diturunkan langsung dari guru-guru
seperti
kepala
yang
Hal ini disebabkan
oleh guru-guru sekolah, dan
kurang
mendapat
peringatan, sebagaimana yang dihadapi oleh siswa-siswa berada
di
melakukan
sekolah. Ini bararti pula
bahwa
perbuatan-perbuatan
bertentangan
nilai-nilai
moral
siswa-siswa
yang
Pertanyaan
mendasar
sebagaimana
tingkat
yang
besar kemungkinan
terjadi
yang
luar
berada
yang
di
dapat diajukan
kesadaran terhadap
peluang
di
yang untuk
dengan kalangan
kelas/sekolah. di
sini
adalah
nilai-nilai
moral
pada siswa-siswa yang sering meninggalkan kelas/sekolah? dan bagaimana tingkat kesadaran terhadap nilai-nilai moral
siswa-siswa
yang
lingkungan
kesadaran
tempat
terhadap
sering
berada
kehidupan
mereka
di
sekolah?,
apakah
mempengaruhi
tingkat
nilai-nilai moral? Untuk
itulah,
ditetapkan satu fokus permasalahan penelitian sebagai kut "Sampai nilai
moral
pada pada
tingkat
pada
maka beri-
manakah kesadaran terhadap nilai
siswa-siswa
yang
sering
meninggalkan
sekolah dan siswa-siswa yang sering berada di sekolah ?".
29
Permasalahan
ini
dibagi menjadi
tiga
sub
masalah
sebagai berikut:
1. Sampai
pada
tingkat
nilai moral pada
manakah
kesadaran terhadap nilai-
siswa-siswa
yang
sering
meninggalkan
sekolah?
2.
Sampai nilai
pada moral
tingkat pada
manakah
kesadaran terhadap nilai-
siswa-siswa
yang
sering
berada
di
sekolah?
3. Apakah
terdapat
terhadap
nilai-nilai
meninggalkan berada di
C.
sekolah
Terdapat
Pertama,
tingkat
kesadaran
dengan
siswa-siswa
yang
sering
?
Masalah
beberapa
masalah ini.
sebagai berikut
tentang
moral pada siswa-siswa yang sering
sekolah
Alasan Pemilihan
pemilihan
perbedaan
pertimbangan
yang
mendasari
Pertimbangan-petimbangan itu
adalah
: pemilihan masalah ini bertolak
asumsi
bahwa
kesadaran yang dimiliki
unsur
utama
kewajiban
yang
dapat
dari
seseorang dijadikan
suatu
merupakan parameter
perkembangan kepribadian manusia.
Kedua,
Setiap
individu maupun
nilai-nilai yang dijunjung tinggi.
masyarakat
Nilai-nilai yang diyakini
oleh setiap orang akan menjadi dasar dan kekuatan perilaku sesuatu
orang nilai
itu. akan
Ini berarti bahwa mendasari
memiliki
kesadaran
seseorang
untuk
penggerak terhadap bersikap
30
ataupun maka
berperilaku. Dick
Hartoko
mengemukakan selalu
bahwa
berakar
nilai,
(1987)
dan
perilaku
kepercayaan
dan
masyarakat
terhadap
ataupun
peningkatan
ataupun
individu
tradisi.
manusia
kesadaran
sesuatu nilai sangat
(1986)
masyarakat tujuan,
karena
itu
individu
maupun
penting
artinya
manusia.
Soepardjo
(1989:35) menjelaskan bahwa kualitas sumber harus dipahami dalam pengertian
terhadap
tersebut,
mengenai
Oleh
pengembangan kualitas sumber daya
Adikusumo
hal
Poedjawijatna•
individu
pada kesadaran
pembinaan
bagi
Dalam hubungan dengan
eksistensinya
sebagai
kesadaran
manusia.
daya
manusia
Kesadaran
akan
eksistensinya itu tercermin pada ikhtiarnya untuk memperkuat
ketahanan
dirinya
melaksanakan
agar
peranannya
lingkungannya, sehingga hidupnya. akan
dia bisa
menghidupi
dalam proses
berinteraksi
dengan
dalam
Kesadaran anak-anak didik terhadap sesuatu
nilai
dicapai
melalui
mempunyai
dan
makna
dapat
peranannya
dirinya
pendidikan
oleh
karena
itu
pendidikan harus berfungsi sebagai proses penyadaran. Proses
penyadaran ini harus ditujukan pada : (a) Pemberian agar
manusia
sadar akan dirinya sendiri,
(b).
bantuan
Memberikan
bantuan agar manusia sadar akan lingkungannya, (c). kesadaran
bahwa alam hidup kita dan hidup
Membina
sesamanya
dalam
naungan Tuhan Yang Maha Esa.
Ketiga, telah
banyak
Perkembangan ilmu pengetahuan dan mempengaruhi
aktivitas
anak-anak
teknologi didik.
31
Kemajuan pikiran SMA.
ini telah membawa beberapa hal dan
tindakan generasi muda
yang
mempengaruhi
khususnya
siswa-siswa
Akibatnya banyak terjadi pemisahan di kalangan generasi
muda,
memberikan peluang kebebasan kepada
anak-anak
dan telah banyak merubah skop dan sifat kenakalan
didik ini
yang masih duduk di SMA. maka
tingkat
dalam penelitian kesadaran
moral
anak-anak
Bertolak dari pokok
ini akan pada
mencoba
didik
pikiran
mengungkapkan
siswa-siswa
yang
sering
meninggalkan kelas/sekolah.
Keempat,
meninggalkan
Dipilihnya
didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut:
(a).
Bahwa
yang
menentukan
disamping
SMA merupakan komponen keberhasilan
pendidikan karena
mereka
sebagai obyek pembangunan, juga berperan
sebagai
subyek pembangunan nasional, Oleh
subyek
sering
ini
siswa-siswa
sebagai
yang
penelitian
ikut
sekolah
siswa-siswa
pendidikan,
khususnya di bidang pendidikan.
karena itu penanganan terhadap masalah yang muncul
kalangan
siswa-siswa
mengatasi
permasalahan
SMA
merupakan
suatu
pendidikan yang
lebih
upaya
siswa
yang non aktif dalam mengikuti berbagai
sekolah.
(b). siswa-
kegiatan
di
Siswa-siswa ini banyak ditemukan di kalangan siswa-
siswa
yang sering meninggalkan kelas/sekolah
diam,
akibatnya citra siswa-siswa yang sering
sekolah
dalam
luas.
Kenyataan bahwa di kalangan siswa-siswa SMA terdapat
di
di
kalangan
remaja
(pelajar),
guru
secara
diam-
meninggalkan dan
dalam
32
pandangan
masyarakat
seakan-akan
turun,
bahkan
ada
masyarakat dan pelajar yang telah "mencap" bahwa siswa-siswa tersebut
sebagai siswa yang "tidak tahu aturan" dan
bermoral".
penyebab berawal
Disamping
terjadinya dari
sekolah.
itu,
berbagai
banyaknya
Hal
sekolah
jembatan
menuju
pada
kriminal
bahkan
dapat
penjahat.
meninggalkan Pencegahan
siswa
dugaan
bahwa
kenakalan yang
ini
remaja
merupakan
mengantar
ini
siswa-siswa
merupakan
terhadap dari
nilai,
sering khusus.
yang
sering
upaya
yang
keluhan-keluhan
perbuatan-perbuatan norma dan moral
atau
menjadi
yang
suatu
strategis untuk memperkecil atau mengurangi masyarakat
itu
perlu mendapat perhatian
perilaku
sekolah
sering
vandalisme,
Oleh karena itu siswa-siswa
terhadap
luar
awal
yang
anak-anak
di
yang
langkah
satu
(pelajar)
berkeliaran
tindakan-tindakan
sekolah ini,
meninggalkan
menyimpang
salah
ini menunjukkan juga bahwa siswa
meninggalkan
seorang
ada
"tidak
siswa
yang
yang
berlaku
di
sekolah dan di dalam masyarakat.
Kelima,
Penekanan akan pentingnya kesadaran
terhadap
nilai-nilai moral di kalangan siswa-siswa SMA sejalan dengan
upaya pembinaan generasi muda di Indonesia yaitu dan menumbuhkan kesadaran berbangsa,
menanamkan
memperkokoh kepribadian
disiplin dan mempertinggi budi pekerti mereka. Keenam,
Disadari bahwa mendidik
siswa-siswa
sesuai
dengan tujuan di atas bukan semata-mata untuk peralihan
dan
33
pemilikan
pengetahuan
kemahiran
lainnya,
manusia-manusia
serta
berbagai
melainkan
yang
ketrampilan
mendidik
memiliki
atau
mereka
kepribadian
menjadi
yang
utuh
sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. karena itu,
pengungkapan tentang tingkat kesadaran
nilai-nilai meninggalkan
moral
di
kalangan
siswa-siswa
Oleh
terhadap
yang
sering
sekolah maupun siswa-siswa yang sering
berada
di sekolah sangat penting artinya dalam rangka pembinaan dan
peningkatan moral, D.
kesadaran
terhadap
nilai-nilai
khususnya siswa-siswa SMA.
Tujuan Penelitian
Penelitian
tentang
ini dimaksudkan untuk memperoleh
tingkat kesadaran terhadap nilai-nilai
siswa-siswa dan
generasi muda
SMA,
khususnya nilai-nilai
moral
moral yang
dilihat dari keberadaan siswa yang sering
sekolah
gambaran
pada
dipilih
meninggalkan
dan siswa yang sering berada di sekolah. Secara
khusus
penelitian
ini ditujukan
pada
upaya
untuk mengungkapan hal-hal sebagai berikut: 1. Kecenderungan-kecenderungan nilai moral pada
kesadaran
siswa-siswa
yang
terhadap
sering
nilai-
meninggalkan
sekolah
2. Kecenderungan-kecenderungan nilai
moral
pada
kesadaran
siswa-siswa
yang
terhadap sering
nilai-
berada
di
sekolah
3. Perbedaan
tingkat kesadaran terhadap
nilai-nilai
moral
34
pada siswa-siswa yang sering meninggalkan sekolah
dengan
siswa-siswa yang sering berada di sekolah E. Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat pada
hal-hal
sebagai berikut:
1. Mengungkapkan kecenderungan tingkat kesadaran moral
pada
siswa-siswa yang sering meninggalkan sekolah.
2. Membandingkan secara jelas tentang tingkat kesadaran akan
nilai-nilai sering
moral
yang dimiliki oleh
meninggalkan
sekolah
dengan
siswa-siswa siswa-siswa
yang yang
sering berada di sekolah.
3. Dengan
terungkapnya mengenai variasi
terhadap
kesadaran
nilai-nilai moral pada siswa-siswa yang
meninggalkan
di
tingkat
sering
sekolah dan siswa-siswa yang sering
sekolah diharapkan dapat dijadikan titik
berada
tolak
bagi
pendidikan
umum
pembinaan moral pada siswa-siswa di SMA.
4.
Mengungkapkan yang
rekomendasi bagi program
berkenan dengan upaya peningkatan
pada siswa-siswa di
F.
kesadaran
moral
SMA.
Definisi Operasional
Penelitian
tingkat siswa
berada tentang
ini berupaya memberikan gambaran
kesadaran yang
sering
di
sekolah.
terhadap nilai-nilai moral
masalah ini,
meninggalkan sekolah
Untuk memberikan
dan
batasan
maka pada bagian ini akan
tentang
pada
siswa-
yang
sering
yang
jelas
dikemukakan
35
definisi
operasional
yang berkaitan dengan
teradapat dalam masalah penelitian
variabel
yang
ini.
1. Tingkat kesadaran terhadap nilai-nilai moral Orang yang menyadari dan menerima nilai-nilai
tentunya hak-hak
baik
akan mengerti, orang lain.
apa
memahami,
mengakui dan
tersebut.
menghormati
Orang demikian akan memahami
yang tidak baik atau salah menurut
moral,
apa
ukuran
moral
Oleh karena itu tingkat kesadaran terhadap
nilai moral dalam tulisan ini meliputi tingkat
pemilikan
dan
yang
nilai-
pengetahuan,
pengungkapan kembali nilai-nilai
moral
itu
dalam kehidupan sehari-hari yang dinyatakan ke dalam
bentuk
pilihan-pilihan
siswa-
siswa
tindakan
diperhadapkan
tertentu.
Dalam hal
kepada dua alternatif
ini,
pilihan,
"ya"
atau "tidak".
akan
diambil siswa akan menggambarkan tingkat
yaitu
Alasan atau jawaban dari keputusan
yang
kesadarannya
terhadap nilai-nilai moral. Tingkat
dinyatakan
kesadaran
terhadap
nilai-nilai
dalam tingkatan "pra konvensional,
dan pasca konvensional" (Lawrence Kohlberg,
moral
ini
konvensional
1984:4).
Masing-
masing tingkatan ini terdiri dari dua tahap. Oleh karena itu
tingkat
kesadaran ini dimasukkan pula ke dalam
sebagai
berikut:
pada
kepatuhan
kepentingan dan
(1) Tingkat kesadaran dan
hukuman,
(2)
Kesadaran
pribadi, (3) Kesadaran atas
konforraitas,
yang
tahap-tahap berorientasi atas
dasar
(4) Kesadaran atas dasar hukum
dasar
kekompakkan dan
tata
36
tertib,
(5) Kesadaran atas dasar kepentingan
Kesadaran
yang
berorientasi
pada
etika
bersama, yang
(6)
bersifat
universal (kesadaran moral otonom). 2.
Nilai-nilai
adalah
seperangkat
mengetahui
yang
moral yang dimaksudkan nilai
yang
dalam
tulisan
dijadikan
dasar
untuk
atau mengukur mengenai perbuatan yang baik
buruk. Nilai-nilai moral itu adalah:
(1)
ini
atau
Menghormati
hak hidup orang lain, (2) Menghormati hak milik orang
lain,
(3) Tanggung jawab dan kebersamaan.
3.
Siswa
yang sering meninggalkan kelas atau
sekolah
dan
yang sering berada di sekolah.
Siswa
yang
meninggalkan kelas
atau
sekolah
penelitian ini adalah siswa-siswa yang tidak masuk tanpa
pemberitahuan
atau alasan yang dapat
dalam
sekolah,
diterima
guru-guru di sekolah. Jadi yang dimaksud dengan
oleh
siswa-siswa'
yang sering meninggalkan kelas atau sekolah dalam penelitian ini
adalah
seklai)
siswa-siswa yang suka (sering kali
melarikan
memberitahukan ataupun
diri
atau
meninggalkan
dan
sekolah
kepada ketua kelas, guru kelas,
sekali 77%).
karena:
tanpa
guru
piket
kepala sekolah. Siswa-siwa yang masuk katagori
adalah siswa-siswa yang sering kali meninggalkan kelas
sekolah
sering
selama 9-13 hari (35%-50%) dan mereka meninggalkan sekolah kurang lebih 14-20 Mereka
malas
meninggalkan kelas
belajar,
ikut
atau
teman,
sekolah
senang
yang hari
ini
atau
sering (53%-
disebabkan
bersama-sama
37
dengan
teman-teman di luar kelas/sekolah, tidak
jengkel orang dari ini
kepada guru di sekolah, kurang tua,
mendapat
kehidupannya
sehari-hari
rumah. di
guru,
perhatian
(orang tua tidak mengetahuinya), dan
mereka yang membantu orang tua di dalam
ada
ada
juga
Siswa-siswa
sekolah
disebut
sebagai siswa-siswa pembolos.
Sedangkan
siswa-siswa yang sering berada di
yang
dimaksudkan
yang
aktif mengikuti berbagai kegiatan di
ini
dalam penelitian ini
adalah
sekolah
siswa-siswa
sekolah.
Mereka
jarang bahkan tidak pernah meninggalkan sekolah
secara
diam-diam.
Siswa-siswa
ini
dalam
penelitian
ini
dapat
disebutkan sebagai siswa-siswa non-pembolos. G.
Asumsi-asumsi Penelitian
Penelitian ini dilandasi oleh masumsi-asumsi
sebagai
berikut:
1. Norma-norma
dan nilai-nilai yang berlaku di sekolah
dan
dimasyrakat merupakan petunjuk pada setiap individu untuk
melakukan
tindakan.
Siswa-siswa
masyarakat
dituntut untuk melakukan
SMA
sebagai
warga
perbuatan-perbautan
yang sesuai dengan nilai-nilai moral tersebut.
2. Pendidikan
moral dapat membina dan mengembangkan
kemam
puan berpikir manusia dan diharapkan dapat menerangi budi manusia
untuk
mau
melakukan
perbuatan-perbuatan
yang
positif. Dengan demikian pendidikan moral merupakan upaya untuk membina dan mengembangkan kesadaran etis (kesadaran
38
moral)
manusia,
sehingga
dapat
mencapai
kesempurnaan
diri .
3. Berbuat
baik
merupakan suatu
kewajiban
moral,
tuntutan kemanusiaan dan tuntuntan religius.
kian
perbuatan baik ditandai dengan suatu
didasarkan dan
pada pertimbangan yang
karena
Dengan demi
pilihan
yang
bersifat
kemanusiaan
religius. Pertimbangan-pertimbangan ini
dipengaruhi
oleh lingkungan dan ditentukan oleh si pelaku. 4.
Siswa-siswa SMA dapat mengembangkan penalarannya terhadap masalah-masalah
ditelusuri
moral.
dengan
memberikan
mengandung dilemma moral.
yang
Penalaran
moral
ini
masalah-masalah
dapat
yang
Siswa dituntut untuk memutuskan
terbaik bagi dirinya.
Alasan pengambilan
keputusan
dalam bertindak dapat menunjukkan tingkat kesadaran moral siswa-siswa
tersebut.