II. TWJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Daya Dukung
Berbagai pengertian tentang daya dukung telah dikenal.
Menurut Brown
(1982), pengertian daya dukung sudah dikenal dikalangan ahli biologi, peternak sapi
dan pengelola satwa liar, tetapi tidak cukup populer dikalangan penasehat ekonomi dan pembuat keputusan poIitik. Selanjutnya dikemukakan bahwa daya dukung suatu sistem biologis alami ditentukan oleh hasil maksimumnya yang dapat dipertahankan , dan hasil maksimum ini berbeda-beda ditentukan oleh besarnya sistem biologis yang bersangkutan dan kemarnpuannya untuk mernulihkan diri. Padang rumput dan hutan di daerah basah (humid) lebih besar kemampuannya memulihkan diri, sehingga daya dukungnya lebih besar daripada padang rumput dan hutan di daerah serni basah (semi humid). Konsep daya dukung dapat menunjukkan besarnya kemampuan Iingkungan untuk mendukung kehidupan hewan, yang dinyatakan dalam jumiah ekor per satuan luas lahan. Jumlah hewan yang dapat didukung kehidupannya itu tergantung pada biomas @ahan organik tumbuhan) yang tersedia untuk makanan hewan. Daya dukung ditentukan oleh banyaknya bahan organik tumbuhan yang terbentuk dalam proses fotosintesa per satuan luas dan waktu, yang biasa disebut produktivitas primer (Soemarwoto, 1983). Menurut Dasman, Milton dan Freeman (1977), daya dukung adalah suatu ukuran jurnlah individu dari suatu spesies yang dapat didukung oleh Iingkungan tertentu. Daya dukung mempunyai tingkatan sebagai berikut :
1.
Daya dukung absolut atau maksimum, yaitu jumlah maksimum individu yang dapat didukung oleh sumberdaya lingkungan pada tingkat sekedar hidup (tingkatan ini dapat disebut kepadatan subsisten untuk spesies tersebut).
2.
Daya dukung dengan jumlah
individu berada
keamanan atau ambang pintu keamanan.
dalam keadaan kepadatan
Kepadatan keamanan
lebih rendah
dari kepadatan subsisten. Pada kepadatan keamanan ini, tingkatan populasi suatu spesies ditentukan oleh pengaruh populasi spesies lainnya yang hidup di lingkungan yang sama. 3.
Daya dukung dengan jumlah
individu berada
dalam keadaan kepadatan
optimum. Pada kepadatan optimum ini, individu-individu dalam populasi akan mendapatkan segala keperluan hidupnya dengan cukup serta rnenunjukkan pertumbuhan dan kesehatan individu yang baik. Kepadatan optimum hanya dapat dipertahankan oleh pembatasan yang h a t terhadap pertumbuhan, yang diatur oleh tingkah laku spesies yang bersangkutan (pembatasan diri). Selanjutnya Dasman, et al. (1977) menyatakan bahwa pada zaman primitif adanya pemangsaan, penyakit dan lain-lain, seringkali membuat populasi manusia di ternpat itu tetap pada atau dekat kepadatan keamanan. Dengan hilangnya predator dan adanya pengendalian penyakit, populasi dapat bertambah sampai pada kepadatan subsisten. Hal ini dapat diperkecil atau diatasi dengan pembatasan pertumbuhan populasi, sehingga akan dicapai tingkat atau mendekati kepadatan optimum. Daya dukung lingkungan surnberdaya alam untuk manusia adalah jumlah populasi manusia yang optimal, yang dalam jangka panjang dapat memenuhi kebutuhamya oleh suatu satuan sumberdaya dan lingkungan.
Berdasarkan kebutuhan manusia akan makanan nabati, daya dukung ekosistem yang sumber energinya hanya matahari adalah 0,00025 orang/m2 di daerah pertanian dengan Mim tropis, dan 0,000025 orang/mZ untuk masyarakat primitif di daerah hutan tropis.
Dengan tingkat populasi tersebut, ekosistem berada dalam keadaan
stabil (Odum, 1971). Rusli (1984) menyatakan, bahwa untuk rnengetahui jurnlah manusia yang dapat ditampung di suatu unit wilayah, konsep yang dipandang lebih bermakna dari kepadatan penduduk adalah konsep daya dukung. Secara singkat daya dukung dapat dibatasi sebagai kemampuan mendukung kehidupan manusia, yaitu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. Daya dukung Iahan terhadap jurnlah penduduk hanya sebagian ditentukan oleh sumberdaya, iklim dan kondisi fisik lainnya, sedangkan faktor lain yang mempengaruhi adalah cara-cara penduduk untuk menggunakan sumberdaya tersebut.
Cara-cara penggunaan lahan yang lebih intensif mampu
mendukung Iebih banyak orang.
Sebagai gambaran urnum, kepadatan penduduk
menurut tipe ekonomi dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan uraian di atas, daya dukung senantiasa tidak stabil, tetapi dapat meningkat atau menurun sesuai dengan keadaan sumberdaya lahan, iklim dan Iingkungan alam lainnya, seperti kebakaran, banjir maupun gempa, serta tingkat pengelolaan yang dilakukan oleh rnanusia. Pada daerah tertentu, besarnya daya dukung lahan dapat ditingkatkan sampai batas maksirnum. Hal ini ditentukan oleh kecepatan terpenuhinya syarat lingkungan yang persediaannya paling sedikit, yang dapat juga disebut sebagai faktor pembatas
Tabel 1. Kepadatan Penduduk Menurut Tipe Ekonorni (Hawley, I 9 5 0 daIam Rusk 1984). No
Tipe Ekonomi
Jumlah Orang Per mil persegi
1.
Berburu dan menangkap ikan
1-8
2.
Penggembalaan dan kehutanan
8 - 26
3.
Pertanian sederhana
26
4.
Pertanian
5.
Permulaan industri dan perdagangan
6.
Pertanian dan industri
7.
Industri lebih dominan
- 64
64 - 192
7 381
Soerianegara (1978) menyatakan, bahwa untuk populasi manusia batasan daya dukung adalah jumlah
individu yang dapat didukung oleh suatu satuan luas
sumberdaya dan lingkungan dalam keadaan sejahtera. Jadi daya dukung mempunyai dua komponen, yaitu besarnya populasi manusia serta luas sumberdaya dan lingkungan yang dapat memberikan kesejahteraan kepada populasi manusia. Dalam pengertian kelebihan penduduk terselip pengertian tentang keterbatasan sumberdaya dan lingkungan untuk menunjang kehidupan
sejumlah penduduk.
Oleh karena itu
perlu mengkuantifikasikan daya dukung untuk keperluan perencanaan pengelolaan sumberdaya alam d m lingkungan, agar alokasi sumberdaya alam dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif. Sedangkan Young (1976) menyatakan, bahwa daya dukung lahan adalah jumlah penduduk yang dapat ditunjang per satuan luas daerah pada tingkat teknologi dan kehidupan tertentu. Daya dukung lahan dapat dihitung dari kebutuhan lahan per orang, dengan menggunakan rumus:
(L+F) 100 - - ha / orang L P
A = C .
A = Kebutuhan lahan per orang (ha)
C
=
Luas lahan yang ditanami per orang pada tahun tertentu (ha)
L
=
Lamanya jangka waktu lahan ditanami ddam siklus penanaman dan bera (tahun)
F
=
Lamanya jangka waktu lahan yang tidak ditanami (tahun)
P = Persentase lahan yang ditanami terhadap jurnlah lahan keseluruhan
(YO)
Daya dukung lahan @) adalah
km2 .
1/A
orangha atau
100/A orang tiap
Rumus daya dukung yang dinyatakan Young di atas dapat digunakan pada sistem berladang berpindah atau pada daerah-daerah yang dalam periode tertentu, lahan usahataninya tidak diusallakan (diberakan). Jadi dengan sistem pertanian yang telah menetap dan dengan penggunaan lahan yang intensif rumus tersebut tidak tepat untuk digunakan. Untuk menghitung besarnya daya dukung lingkungan pada daerah pertanian yang lebih maju, akan lebih tepat dengan pendekatan yang dilakukan oleh SaylissSmith (1974) daIam Soerianegara (1978)
yaitu dengan memperhltungkan luas
tanaman dan produksi dua jenis tanaman pangan yang digunakan penduduk. Rumus daya dukung yang dikemukakan Bayliss-Smith adalah sebagai berikut:
K
=
Daya dukung lahan ( o r a n o a ) .
=
Luas lahan yang ditanami dengan jenis tanaman sl dan sz (ha).
pangan
YSI, YSZ
=
Produktivitas netto jenis tanaman pangan sl dan sz
(kkavtahun)
Csl, Csz
=
Tingkat konsumsi minimum untuk masing-masing jenis tanaman pangan dalam menu penduduk (?4 dari kkal total).
R
=
Kebutuhan kalori rata-rata per orang (kkaYorang/tahun).
AS^,
As2
Walaupun di dalam masyarakat terdapat mekanisme untuk mengatur laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk, namun kenyataan di berbagai tempat menunjukkan kepadatan penduduk telah meiampaui daya dukung Iingkungan. Tanda-tanda
dilampauinya daya dukung lingkungan ialah adanya
lingkungan (Soemarwoto, 2983).
kerusakan
Usaha perbaikan dan pencarian alternatif barn
untuk menangani kerusakan lingkungan haruslah ditujukan pada pemecahan sumber masalah, yaitu sedapat mungkin mengurangi atau meniadakan tekanan penduduk yang melampaui daya dukung lingkungan.
Tekanan penduduk dapat dikurangi
dengan meningkatkan daya dukung lingkungan. Sebagian besar kerusakan lingkungan atau masalah Lingkungan timbul disebabkan oleh pertumbuhan penduduk.
Populasi penduduk yang Iebih tinggi
memerlukan lebih banyak pangan, perumahan dan lain-lain, yang sebagian besar menghasilkan sampah/buangan, yang akan
mengakibatkan terjadinya polusi tanah,
udara dan air. Southwick (1976) menyatakan, burni akan dapat menopang lebih banyak penduduk, apabila penduduk mengkonsumsi lebih sedikit protein nabati dibandingkan dengan protein hewani, atau energi yang digunakan hanya sedikit.
Menurut Anderson (1981),
popuIasi penduduk dunia pada tahun 1975
sebanyak 4,O milyar jiwa. Dengan proyeksi pertumbuhan penduduk 2 % setiap tahun, maka waktu yang diperlukan populasi penduduk menjadi dua kali lipat adalah selama 25-36 tahun, atau pada tahun 2010 jurnlah penduduk dunia sekitar 6-7 miliar jiwa.
Menurut BPS (2000), bahwa jurnlah penduduk dunia sampai dengan bulan Juni 2000 bejumlah 6,067 milyar jiwa sedangkan jumlah penduduk Indonesia sebesar 212, 2 Juta jiwa.
Pertumbuhan
penduduk
yang
demikian
pesat
akan
memerlukan
energikalori yang tinggi dan ha1 ini akan m e ~ m b u k a nberbagai masalah, seperti masalah sosial, kerusakan lingkungan, pernbukaan hutan, dan berbagai masalah lingkungan laimya. Dari gambaran di atas dapat disirnpulkan, bahwa masalah lingkungan akan semakin besar sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang pesat.
Sementara jumlah
penduduk terus bertarnbah, sumberdaya alam untuk mendukungnya relatif tidak bertambah.
Luas tanah tetap, sedangkan jurnlah petani dan fasilitas pemukiman
meningkat. Lama kelamaan tanah yang subur tidak mencukupi lagi, sehingga tanah yang tidak subur, tanah berlereng diperbukitan dan pegunungan pun akan digarap petani.
Sebagai akibatnya, erosi dan banjir akan tejadi, sekaligus menyebabkan
menurunnya kualitas lingkungan. Apabila pertumbuhan penduduk tidak dapat dikendalikan, maka penduduk tidak lagi sekedar hidup dari alam, tetapi lingkungannya, yang akhirnya akan merusak
menjadi tekanan terhadap lingkungan.
penduduk itu dirumuskan sebagai berikut (Rusli, 1995) :
aIam
Besarnya tekanan
f.~o(l+r)* PP
=
Z
PP
=
L Tekanan penduduk
Z
=
Koefisien yang berhubungan dengan luas wilayah yang diperfukan untuk mendukung
f
=
Persentase jumlah petani dari seluruh jumlah penduduk
Po
=
JumIah penduduk pada saiit tertentu
r
=
Laju pertumbuhan penduduk daIam setahun
t
=
Jarak waktu yang diperlukan
L
=
Jumlah,lahan yang digarap oleh petani.
Dengan menggunakan rumus di atas akan terlihat bahwa tekanan penduduk terhadap alam lingkungannya akan semakin besar jika tejadi kenaikan pada faktorfaktor 2, f, Po, r dan atau t, baik masing-masing maupun secara bersama-sama. Tekanan itu akan lebih besar lagi jika L mengecil.
Apabila tekanan penduduk
semakin besar, dengan sendirinya kuaiitas lingkungan yang mendukungnya akan
Kerusakan
Lingkungan
akan
tejadi
apabila
manusia
mengusahakan
sumberdaya alam hanya didasarkan pada perhitungan jangka pendek, yaitu untuk menghasilkan produk sebanyak mungkin dalam waktu yang singkat dan dengan modal yang sedikit. Dengan pengelolaan yang demikian, cepat atau Iambat kualitas lingkungan akan merosot dan pada akhirnya tidak nlampu lagi memberi kehidupan yang
Iayak kepada manusia yang
kemungkinan terjadinya
bencana
tinggal
alam yang
di
tempat
tersebut.
Bahkan
ada
mengancam kelangsungan hidup
manusia. Jadi masalah lingkungan sebenamya adalah masalah bagaimana sifat dan
hakekat manusia terhadap lingkungan hidupnya. Dasman, ef a/ (1977) menyatakan bahwa degradasi lingkungan yang disebabkan keyadatan penduduk yang melebihi daya dukung telah terbukti pada daerah tropis, terutama di daerah sub tropis yang berbukit-bukit. Ditinjau dari
segi pembangunan
wilayah,
ada dua penyebab
masalah
lingkungan, yaitu kerniskinan dan proses industrialisasi. Kemiskinan menyebabkan manusia hanya memikirkan bagaimana cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar mereka saja.
Adanya keterbatasan sumberdaya alam menyebabkan manusia
daiam memenuhi kebutuhan dasarnya sampai menggunakan sumberdaya alam yang bersifat rnarjinal dan mempunyai resiko kerusakan lingkungan yang tinggi, seperti penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, penebangan hutan yang semena-mena dan sebagainya (Nasoetion,
1985)
Sedangkan Haeruman (1979)
menyatakan, bahwa rendahnya mutu kehidupan di daerah pedesaan dan sernakin sempitnya tanah yang tersedia untuk usaha pertanian, telah menekan dan memaksa sebagian besar petadpenduduk pedesaan untuk mencari tanah-tanah baru dengan jalan membuka hutan dan merusak sumberdaya alam yang sangat berharga tersebut. Sistem perladangan liar yang terjadi di luar Jawa telah merusak sumberdaya alam hutan, tanah dan air, serta mengganggu keseirnbangan ekologis yang pada akhirnya akan merusak iingkungan hidup. Menurut menimbulkan
Soerianegara
(1977),
pemanfaatan
sumberdaya
alarn
dapat
akibat sampingan berupa (1) kerusakan dan kemunduran pada
sumberdaya alam ; (2) pencemaran kirniawi, terutarna pencemaran air dan udara ; (3) gangguan pada kesehatan sebagai akibat pencemaran dan berjangkitnya wabah
penyakit, sebagai akibat adanya kegiatan yang mengganggu sumberdaya alam dan lingkungamya ; (4) gangguan sosial, yaitu tekanan yang dialarni masyarakat sebagai akibat kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam bempa proyek-proyek pembangunan Keempat ha1 tersebut menimbulkan masaiah lingkungan hidup dan akan semakin besar dengan makin meningkatnya jurnlah penduduk. Kualitas lingkungan adalah kondisi lingkungan yang menunjukkan derajat kualitas hidup, yaitu derajat terpenuhinya kebutuhan dasar hidup dalam lingkungan tersebut. Makin tinggi derajat terpenuhinya kebutuhan dasar hidup, makin tinggi kualitas hidup dan makin tinggi pula kualitas lingkungan Kebutuhan dasar secara hirarkis dapat digolongkan berturut-brut dari atas ke bawah sebagai berikut
(1)
kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup secara hayati, (2) kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi, dan (3) kebutuhan dasar untuk memifit7 (Soemanvoto, 1985)
Selanjutnya dinyatakan , bahwa makin baik kebutuhan dasar
tersebut dipenuhi, makin baik pula kualitas hidupnya Kualitas hidup
sering dapat
dipertinggi lagi, apabila kebutuhan hidup yang tidak esensial dapat pula dipenuhi Akan tetapi apabila kebutuhan dasar hidup tidak dipenuhi, pemenuhan kebutuhan yang tidak esensial tidaklah banyak artinya. Menurut Soerianegara (1977), manusia memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan kesejahteraannya yang
terpenuhi
segala
keperluannya
disebut
makmur.
Antara
Masyarakat kemakmuran,
sumberdaya alam yang tersedia dan jumlah penduduk yang mernanfaatkamya terdapat hubungan empiris sebagai berikut:
Sumberdaya alam yang tersedia Kemakmuran
=
Banyaknya penduduk yang memanfaatkannya Kemakmuran akan cepat berkurang dengan bertambahnya penduduk secara eksponensial dan berkurangnya sumberdaya alam yang tersedia. Sedangkan menurut Haeruman (1 982), hubungan antara sumberdaya dam, jumlah penduduk dan kualitas hidup adalah sebagai berikut :
Jumlah sumberdaya dam yang dapat dikelola
Rkh
=
Jumlah penduduk x Konsumsi sumberdaya alam per kapita
Rkh adalah kualitas hidup. kualitas hidup.
Jadi semakin rendah nilai Rkh, makin rendah pula
Penggunaan nilai Rkh sebagai indikator kualitas hidup suatu daerah
atau negara perlu
diiengkapi dengan angka-angka penyebaran pendapatan
untuk
mendapatkan gambaran yang lebih nyata.
2.2. Pengertian Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (watershed, catchment area, river basin, drainage
basirr) adalah
sebuah
kawasan
yang
dibatasi oIeh
pemisah topografi
yang
menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke sungai utama dan kemudian mengalir ke danau atau ke laut. Sebuah Daerah Aliran Sungai @AS)
merupakan kumpulan beberapa sub DAS
yang lebih kecil dan
jurnlahnya sesuai dengan ordo atau jumlah cabang sungalnya (Asdak,
1995).
Menurut Arsyad (1989) DAS adalah wilayah yang terletak di atas suatu titik pada
suatu sungai yang oleh batas-batas topografi mengalirkan air yang jatuh di atasnya kedalam sungai yang sama dan melalui titik yang sama pada sungai tersebut. Pengertian DAS tersebut menggambarkan suatu wilayah yang mengalirkan air yang jatuh di atasnya beserta sedimen dan bahan larut melalui titik yang sama sepanjang suatu alur atau sungai
Selanjutnya Arsyad
merupakan suatu sistem ekologis
(1989) menyatakan bahwa DAS
dimana jasad hidup dan lingkungan fisik-kimia
berinteraksi secara dinamik dan di dalamnya tejadi keseimbangan yang dinamik antara energi dan material yang masuk dan keluar Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa suatu DAS mencakup dan
mengandung makna ( I ) Satu satuan ekosistem dengan komponen atau unsur utamanya berupa tanah, air, flora, fauna dan manusia dengan semua aktivitasnya. (2) Satu satuan wilayah tata air
yang menampung, menyimpan dan mengalirkan
air hujan yang jatuh diatasnya ke danau atau ke laut melahi sungai utama. (3) Suatu ekosistem a1ami dimana komponen-komponen utamanya berinteraksi
secara dinamik dan menghasilkan keseimbangan yang dinamik. (4) Satu satuan geografi alamiah yang membutuhkan pengelolaan secara terpadu
sesuai dengan kegiatan yang ada di dalam DAS tersebut. (5) Suatu kesatuan wilayah fisik yang dapat dijadikan suatu perencanaan
dan
pengeiolaan untuk semua kegiatan dan pembangunan d i DAS tersebut. Arsyad
(1989) menyatakan bahwa baik atau buruknya pengelolaan DAS
bagian hulu akan tercermin pada ancama.n banjir, keadaan sungai pada musim
kemarau, kandungan sedimen sungai yang mempengaruhi berbagai kegiatan dan sektor kehidupan di bagian hilir. Sistem pengelolaan DAS yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi; (b) mampu menjamin kelestarian DAS, yaitu marnpu menjamin produktivitas yang tinggi, erosi dan sedimen yang rendah dan fingsi hidrologis DAS memberikan utateryield yang tinggi dan cukup merata sepanjang tahun, (c) tetap menjamin terlaksananya unsur-unsur pemerataan (equity) pada petani (Manik, 1988). Menurut Mangundikoro (1985), air merupakan salah satu unsur ekosistern DAS yang
berkaitan erat dengan unsur-unsur lain, sehingga dengan mempelajari
karakteristik unsur-unsur yang lain dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik airnya. Dengan perkataan lain, tindakan terhadap sdah satu unsur dalam DAS akan dapat
mempengaruhi
kumpulan
unsur-unsur
yang
lain
secara
keseluruhan.
Sedangkan Asdak (1995) mengemukakan bahwa wilayah DAS merupakan wiIayah yang baik untuk menilai perilaku sumberdaya alam air, karena DAS rnerupakan suatu wilayah kesatuan ekosistem sehingga dapat terjadi proses input dan output air pada DAS tersebut.
Pengelolaan DAS adalah usaha yang dilakukan manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam dalam suatu wilayah ekosistem sehingga DAS dapat berfimgsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tujuan pengelolaan DAS adalah sebagai berikut: (1) agar penggunaan lahan di DAS tersebut secara rasional; (2) untuk mendapatkan produksi maksirnum dalarn waktu yang tidak terbatas; (3) untuk
menekan bahaya kerusakan DAS seminimal mungkin; dan (4) agar distribusi aliran air sungai merata sepanjang tahun (Manik, 1988) Sosrodarsono dan Takeda (1980) menyatakan bahwa secara umum terdapat empat jenis bentuk DAS, yaitu: (a) DAS berbentuk bulu burung.
DAS ini
mempunyai anak-anak sungai yang langsung mengalir ke sungai utama dan debit banjir yang kecil, karena waktu tiba banjir dari anak-anak sungai berbeda-beda serta waktu berlangsung banjir agak lama. @) DAS berbentuk radial. DAS ini mempunyai anak sungai yang memusat pada suatu titik secara radial sehingga menyerupai bentuk kipas atau lingkaran.
DAS ini mempunyai banjir yang relatif besar muIai titik
pertemuan anak-anak sungainya dan banjir yang terjadi reiatif tidak lama. (c) DAS berbentuk paralel.
DAS ini mempunyai dua jalur sub DAS yang bersatu.
Kedua
cabang atau ordo sungai pada masing-masing sub DAS tersebut membentuk sungai utama.
Banjir biasanya terjadi pada bagian hilir di bawah pertemuan kedua anak
sungai tersebut. (d)
DAS berbentuk kompleks.
DAS ini rnempunyai bentuk lebih
dari satu pola sehingga polanya menjadi tidak nyata dan sering dijumpai pada DAS yang sangat h a s .
2.3.
Produktivitas Lahan dan Lingkungan
Sumberdaya lahan (Lcrrzd Resoirrces) adalah lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta bendah yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan.
Dalam ha1 ini Iahan juga mengandung
pengertian ruang (space) atau tempat. Komponen
-
komponen penyusun sumberdaya
lahan terdiri dari : (1) ikIim, (2) air, (3) bentuk lahan dan topografi, (4) tanah,
(5) formasi geologi, ( 6 ) vegetasi, (7) organismehewan, (8) manusia dan (9) produk
budaya manusia (Sitorus, 2001). Rencana penggunaan Lahan haruslah disesuaikan atau tergantung dari kemampuan sumberdaya lahan itu sendiri untuk dapat diusahakan bagi suatu penggunaan tertentu. Oleh karena itu teriehih dahulu haruslah diietahui potensi dari sumberdaya lahan itu sendiri untuk dapat mendukung suatu kegiatan usahatani tertentu
serta
tindakan-tindakan yang
diperlukan agar
lahan tersebut
dapat
memberikan hasil yang baik secara berkesinambungan {Sitorus, 2000). Lahan merupakan saiah satu unsur sumberdaya alam.
Sifat fisik maupun
kimia tanah akan turut menentukan keberhasilan di bidang pertanian, disamping faktor iklim, air irigasi, teknologi, aktivitas manusia, dan faktor produksi lainnya. Pertumbuhan dan produksi setiap jenis tanaman dipengamni oleh lingkungannya, baik
lingkungan
fisik,
sosial
ekonomi,
teknologi
maupun
pengelolaannya.
Produktivitas Iahan ditentukan oleh besarnya produksi tanaman per satuan luas dan waktu . Menurut
Hardjowigeno
(1985),
pertumbuhan
tanaman
tidak
hanya
dipengaruhi oleh tersedianya unsur-unsur hara di dalam tanah, tetapi juga faktorfaktor lain, seperti sinar matahari, suhu, udara dan air. Juga dikemukakan bahwa lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi,
dimana faictor-faktor tersehut
mempengaruhi faktor penggunaannya.
Termasuk didalamnya adalah akibat kegiatan manusia, baik masa Ialu maupun masa sekarang seperti reklamasi daerah-daerah pantai, penebangan hutan dan juga akibatakibat yang merugikan seperti erosi dan akumulasi garam.
Kualitas mempunyai
lahan
pengaruh
menunjukkan nyata
terhadap
safat-sifat
lahan
kemampuan
(land
lahan
attribute)
untuk
yang
penggunaan-
penggunaan tertentu. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oieh berbagai kualitas lahan yaitu: ketersediaan air, unsur hara, oksigen di daerah perakaran, kekuatan adsorbsi unsur hara, kondisi untuk perkecambahan, mudah tidaknya pengolahan, kadar garam. unsur-unsur beracun, kepekaan
erosi, hama penyakit yang berhubungan dengan
tanah, bahaya banjir, suhu, sinar matahari, iklim, kelembaban udara, serta masa kering untuk pematangan tanaman (Sitorus, 2000). Lingkungan sosial dan ekonomi juga akan mempengaruhi tingkat produksi yang diperoleh. Hal ini secara langsung atau tidak, tumt menentukan kemampuan dan keterampilan petani untuk mengelola Iahan usahataninya, sesuai dengan perkembangan teknologi. Lingkungan sosialekonomi ini antara lain usia, tingkat pendidikan, hubungan dimasyarakat, keinginan untuk lebih berhasil, keterbukaan terhadap pembaharuan, minat terhadap media massa, status di masyarakat, luas lahan usahatani, tingkat pendapatan, kondisi rumah yang dimiiiki, d a i tanah dan status pemilikannya, serta orientasi usahatani atau ekonomi komersial. Menurut Soerianegara (1977), penggunaan lahan ditentukan o1eh berbagai faktor yaitu: (1) jenis lahan dan kesuburannya , (2) keadaan lahan, topografr, relief dan ketinggian tempat, (3) aksesibilitas, yaitu lahan yang mudah dicapai lebih dulu digunakan daripada lahan yang letaknya jauh dan sukar dicapai, (4) kemampuan atau kesesuaian lahan, dan (5) tekanan penduduk. Lahan yang subur lebih banyak digunakan untuk pertanian dan biasanya berpenduduk padat.
Makin tinggi jumlah
penduduk, penggunaan lahan makin banyak dan makin intensif.
Tekanan jumlah
penduduk ini sangat berpengaruh terhadap penggunaan lahan, sehingga di beberapa daerah tejadi kerusakan lahan karena kemampuan atau daya tampung lahan sudah terlampaui.
Sandy (1979) menyatakan, bahwa unsur ketinggian, iklim, jumlah
penduduk, penyebaran dan profesi penduduk, serta tingkat kehidupannya sangat menentukan corak penggunaan Iahan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa produksi pertanian dipengaruhi be&agai faktor, yaitu lingkungan fisik, sosial-ekonomi, biologi serta teknologi yang digunakan
petani.
Semakin sesuai faktor-faktor
tersebut
untuk
menunjang
pertumbuhan tanaman, rnaka produksi yang dicapai juga akan semakin tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan produktivitas lahan pertanian yaitu besarnya nilai kalori yang dapat diproduksi atau dihasilkan oleh sebidang l a b n per satuan waktu,
yang
ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah, biologi, sosial-ekonomi, teknologi, serta faktor produksi lainnya. Semakin tinggi produktivitas lahan
&I
suatu wilayah, maka
daya dukung di wilayah yang bersangkutan juga akan semakin besar.