BENTUK KOMUNIKASI GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA DISABILITAS TUNARUNGU DI SMPLB NEGERI 2 DENPASAR
1)
2)
3)
Irmei Febe Sitorus , I Dewa Ayu Sugiarica Joni , I Gusti Agung Alit Suryawati 1,2,3) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana 1 2 3 Email:
[email protected] ,
[email protected] ,
[email protected]
ABSTRACT Each individual communicates to build relationships from one person to another. An interaction that has been using by society often uses words or linguistics. However, some emotions that come out of human sense organ may communicate different cue when conveyed the word . Richard L. Weaver II, states that words generally trigger one set of sensory devices such as hearing, whereas nonverbal communication can trigger a number of sense devices such as sight, smell, feeling (Dasrun, 2012: 110). The purpose of this study is to observe and describe the form of teacher communication applied in the learning process in schools that provide specialized in deaf education. This research was conducted to 6 secondary school teachers at SMPLB Negeri 2 Denpasar. The theory used in this research is the theory of accommodation. Based on the results of research in the field shows that there are 3 forms of communication, among others; verbal communication, nonverbal communication and total communication. In addition, SMPLB Negeri 2 Denpasar teachers also apply the Communication Development Service of Perceptions of Sound and Rhythm (PKPBI) which serves to train the hearing loss for deaf students and minimize the consequences of disable, aiming for deaf students can be better trained in distinguishing sound sources, Develop the ability to detect, recognize sounds, and to understand the meaning, can communicate and interact with others. Keywords: verbal communication, nonverbal communication, deaf
1. PENDAHULUAN Kebutuhan dalam berkomunikasi
berkebutuhan khusus memiliki dasar bahwa
tidak hanya dibutuhkan oleh masyarakat
pendidikan untuk disabilitas menerapkan
dengan alat indera yang sempurna. Seperti
kurikulum yang sama dengan pendidikan
halnya
anak-anak
penyandang
disabilitas
juga
di
SMA.
Dalam
Salah satu sekolah yang menerapkan
menyelenggarakan pendidikan inklusi di
pendidikan Sekolah Luar Biasa ini adalah
sekolah
sekolah tunarungu di SMPLB Negeri 2
sekolah reguler yang tidak hanya sebatas
Denpasar. SMPLB yang terletak di Jalan
masalah fasilitas pembelajaran, namun
Pendidikan, Sidakarya ini dibangun di pusat
juga
kota
berkebutuhan
Sekolah
tersebut
merupakan sekolah dengan layanan anak
dan
dalam
jenjang
luar
SMP
reguler,
membutuhkan interaksi dan komunikasi.
Denpasar.
SD,
sekolah
biasa,
keterbatasan khusus.
berbeda
internal Dalam
dengan
siswa hal
ini
gangguan internal seperti pendengaran
1
merupakan sebuah gangguan yang dapat
Menurut Mulyana dalam Harapan (2014:
menghambat
26)
melalui
proses
informasi
pendengaran,
bahasa
memiliki
sifat
Bahasa dapat dianggap sebagai
sistem
kode
verbal.
Bahasa
dapat
permanen atau tetap maupun sementara,
didefinisikan sebagai seperangkat simbol,
yang dapat mengganggu proses kegiatan
dengan aturan untuk mengkombinasikan
belajar
Sekolah
simbol-simbol tersebut, simbol tersebut
membutuhkan metode, peralatan, beserta
dapat digunakan dan dipahami oleh suatu
dengan pelayanan yang khusus agar dapat
kelompok atau komunitas. Secara formal,
mencapai
optimal.
bahasa diartikan sebagai semua kalimat
khusus
yang terbayangkan, yang dibuat menurut
seorang guru tentang bagaimana mengajar
peraturan tata bahasa. Menurut Somantri
dan
(2005:96)
mengajar
anak.
perkembangan
Diperlukan
juga
kemampuan
mendekatkan
diri
pada
siswa
bahasa
memiliki
peran
dan
penyandang tunarungu. Belajar dengan
bertujuan antara lain, sebagai tempat untuk
kecepatan dan cara yang berbeda dari
mengadakan kontak atau hubungan, untuk
anak–anak sehat jasmani lainnya melalui
mengungkapkan perasaan, kebutuhan dan
metode dan kurikulum yang sama dengan
keinginan. Selain itu, bahasa juga memiliki
sekolah reguler, tentunya menjadi salah
fungsi untuk mengatur dan menguasai
satu permasalahan yang dihadapi oleh
tingkah laku individu, memberikan informasi
sekolah ini. Adapun isyarat tangan sebagai
dan memperoleh pengetahuan.
jenis kinesik dalam komunikasi nonverbal Komunikasi
yang digunakan siswa disabilitas tunarungu untuk kegiatan
melakukan belajar
komunikasi
mengajar
pada
Penyandang Tunarungu
dalam sekolah.
Komunikasi nonverbal merupakan proses
Sebagaimana layaknya manusia umumnya,
yang dijalani oleh seseorang di mana ketika
masyarakat yang memiliki disabilitas atau
menyampaikan isyarat nonverbal dapat
penyandang cacat juga memiliki hak untuk
memiliki potensi untuk merangsang makna
memenuhi kebutuhan dasar, seperti halnya
dalam pikiran seseorang maupun orang lain
pendidikan,
dan
(Lubis, 1987:35). Biasanya orang-orang
teknologi. Dalam situasi tersebut peneliti
yang melakukan bahasa isyarat dapat
ingin menganalisis mengenai bagaimana
dikombinasikannya dengan bentuk tangan
bentuk
verbal
dan gerak tangan, selain itu juga lengan
maupun nonverbal dalam kegiatan belajar
dan tubuh, serta ekpresi wajah untuk
mengajar pada penyandang disabilitas,
mengungkapkan apa yang ada di pikiran
dalam hal ini yaitu disabilitas B, yaitu
mereka.
ilmu
komunikasi
di
Nonverbal
pengetahuan
guru
baik
tunarungu. Komunikasi Total
2. KAJIAN PUSTAKA
Dalam dunia pendidikan anak tunarungu,
Komunikasi Verbal
pendekatan
2
di
prioritaskan
kepada
kemampuan berbicara dengan orang lain,
sosial.
baik
maupun non-
pendekatan ini adalah sifat subjektif dari
tunarungu. Metode penguasaan bahasa
dunia sosial dan peneliti memiliki usaha
lisan
untuk mengenali dan memahaminya dari
sesama tunarungu
dan
kemampuan
berbicara
ini
Yang
berkembang di Indonesia sekitar tahun 60-
kerangka
an dengan menggunakan pendekatan baru
dipelajarinya.
yaitu
memanfaatkan
segala
merupakan
berpikir
objek
fokus
yang
dalam
sedang
media
komunikasi di dalam pengajaran disabilitas tunarungu.
Di samping mengggunakan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
media yang telah lazim, yaitu berbicara,
Berdasarkan Salah satu teori yang
membaca ujaran, menulis, membaca dan
menjelaskan mengenai penelitian ini adalah
melakukan
mana
teori
dalam
menerangkan bagaimana dalam proses
pendengaran
menggunakan
sisa
di
kemampuan
akomodasi
komunikasi.
menangkap getaran bunyi dan abjad jari
komunikasi,
atau juga isyarat alamiah dan isyarat yang
perilaku dari orang lain.
individu
Teori
seringkali
ini
meniru
sudah dibakukan (Depdikbud, 1995). 4.1 Teori Akomodasi Komunikasi dalam Proses pembelajaran di SMPLB Negeri 2 Denpasar
3. METODE PENELITIAN
Akomodasi Jenis pendekatan yang dilakukan pada
penelitian
kualitatif
di
ini
mana
adalah penelitian
menyesuaikan,
lebih
mengatur
mempelajari masalah yang ada serta tata
memberikan
deskripsi,
catatan
gaya
beserta
komunikasi
Selama individu
yang sekarang ini terjadi atau ada. ini
dalam
motivasi
dan
terjadi di mana seseorang menyesuaikan
dalam
analisis dan mengintepretasikan kondisi
Penelitian
seseorang
atau
konsekuensi yang mendasari dari apa yang
apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya peneliti
perilaku
mempertimbangkan
kualitatif ini yaitu untuk mendeskripsikan
upaya
memodifikasi,
responnya terhadap orang lain. Teori ini
cara kerja yang berlaku. Tujuan penelitian
mengenai
yang
didefinisikan sebagai kemampuan untuk
deskriptif ini
pesan
dengan
menyampaikan akan
orang
lain.
komunikasi,
berusaha
untuk
menyesuaikan gaya bicara mereka dengan orang lain (Turner, 2008:217). Dalam teori
menggunakan Menurut
akomodasi ini menjelaskan bahwa ketika
Schutz dalam (Ghozali: 2007) Salah satu
seseorang berkomunikasi dengan orang
bentuk paradigma post positivisme yang
lain, maka akan cenderung sadar dan tidak
menitikberatkan
pada
sadar mengubah gaya bicaranya (logat,
bagaimana bahasa memiliki peranan yang
suku, jenis kata dan lain-lain) terhadap
penting, interpretasi dan memahami ilmu
gaya yang digunakan oleh pendengar, juga
paradigma
post
positivisme.
atau
berfokus
cenderung untuk menyesuaikan perilaku
3
nonverbal. Demikian halnya dengan guru di
(Budianto, 2011:15). Pentingnya fenomena
SMPLB Negeri 2 Denpasar yang juga
dalam aplikasi proses belajar mengajar
cenderung
dipertimbangkan oleh
menyesuaikan
dan
guru di
SMPLB
mengadaptasi cara berkomunikasi dengan
Negeri 2 Denpasar. Salah bentuk atau cara
siswa-siswi tunarungu di sekolah ini dengan
mengilustrasikan sebuah benda biasanya
berinteraksi melalui tanda yang memiliki
dilakukan
sifat verbal dan nonverbal.
tersebut langsung diperlihatkan kepada
dengan
membawa
benda
Tanda yang sifatnya verbal adalah
siswa. Apabila benda tersebut terbilang
tanda yang digunakan dan dihasilkan oleh
cukup sulit dibawa, maka guru akan
alat bicara, sedangkan nonverbal berupa
menggambar
lambang, diikuti dengan anggota badan
dijelaskan kata demi kata dalam bahasa
atau
isyarat
gesture.
Berkaitan
dengan
hal
pada
papan
Indonesia.
tulis
Dalam
lalu
praktiknya,
tersebut, pihak guru di sekolah SMPLB
apabila ingin memberikan ilustrasi bentuk
Negeri 2 Denpasar juga mentransmisikan
bola, maka bola langsung dibawakan atau
materi pembelajaran dalam kegiatan belajar
ditunjukkan
mengajar menggunakan tanda verbal dan
mengilustrasikan tempat beribadah, maka
nonverbal.
Salah
guru langsung membawa siswa-siswi ke
pembelajaran
dalam
satu
metode
menangani
siswa
kepada
siswa.
Apabila
Pura.
tunarungu dengan metode MMR yaitu
Akomodasi
atau
penyesuaian
Metode Maternal Reflektif, yang merupakan
pesan ini dilakukan oleh pihak guru atau
salah satu bagian dari komunikasi total di
tenaga
mana komunikasi dilakukan dengan gerak
SMPLB Negeri 2 Denpasar agar peserta
bibir, komunikasi secara langsung dan
didik
mengurangi gerakan bahasa isyarat. Hal
pembelajaran yang diterapkan di sekolah.
tersebut dilakukan agar anak dibiasakan
Para
untuk
bahwa
membaca
gerakan
bibir
lawan
pengajar
kepada
mampu
peneliti
siswa-siswi
menyerap
komunikasi
penyesuaian
materi
menemukan
penting
dalam
bicaranya. Merangsang siswa tunarungu
komunikasi. Hal ini dapat memberikan jati
agar
total,
diri sosial dan mengikat atau pencelaan
sehingga apabila mereka berkomunikasi
dan pengucilan yang juga sering terjadi di
dengan non-tunarungu akan bisa lebih
kalangan
mengerti melalui gerakan bibirnya.
lingkungan sekolah.
bisa
berkomunikasi secara
Pengaplikasian yang
terutama
tanda
atau
nonverbal
paling
disabilitas
khususnya
dalam
Adanya disabilitas yang dimiliki
penting
siswa
tunarungu
seperti
gangguan
diperhatikan adalah pemahaman tentang
pendengaran dan kemampuan berbicara
bidang nonverbal. Bidang nonverbal adalah
merupakan tantangan bagi guru di SMPLB
suatu
Negeri 2 Denpasar. Hambatan yang terjadi
bagian
ataupun
wilayah
yang
menekankan pentingnya peristiwa yang
di
bersifat empiris, fakta atau nyata dan dapat
kemampuan
dibuktikan
lambat
melalui
indera
manusia
4
dalam
kelas
antara
peserta
dalam
didik
lain, yang
menyerap
tingkat lebih materi
dibandingkan dengan siswa sekolah reguler
total,
atau sehat jasmani. Dalam menangani
komunikasi verbal dan bahasa isyarat serta
siswa tunarungu yang memiliki kekurangan
gerakan
dalam
tersebut
pendengaran
dan
juga
sulit
antara
bibir
lain
dan
hampir
menggabungkan
membiasakan di
setiap
hal
materi
berbicara, beberapa hambatan yang terjadi
pembelajaran sehingga setiap peserta didik
antara lain: kesulitan dalam menyerap
terlatih untuk berkomunikasi secara total
materi yang diberikan oleh pihak guru.
dan
Siswa tunarungu sering memperlihatkan
komunikasi
keterlambatan belajar beserta gangguan
kemudian hari. Komunikasi total ini juga
lainnya. Keadaan tersebut tidak hanya
dipergunakan di Sekolah SMPLB Negeri 2
dampak
yaitu
Denpasar sebagai penyesuaian atau bisa
kekurangan dalam pendengaran, namun
juga disebut akomodasi yang memiliki
juga rangsangan mental dan juga dorongan
tujuan agar terjadinya pemahaman antara
dari
memberikan
penerima dan pengirim pesan supaya tidak
kesempatan bagi anak untuk melakukan
terjadi miskomunikasi dalam penerimaan
pengembangan
Berkaitan
pesan dalam proses belajar mengajar, baik
dengan hal memori penyerapan materi
di kelas maupun di luar kelas antara guru
yang lambat di SMPLB Negeri 2 Denpasar
dan siswa disabilitas tunarungu, maupun
menyebabkan anak-anak di kelas menjadi
sesama siswa di sekolah SMPLB Negeri 2
pasif dalam belajar, kemudian adanya
Denpasar.
dari
eksternal
ketunaannya,
yang
intelektual.
berusaha
untuk
dengan
lebih
memahami
non-tunarungu
di
perbedaan karakter seperti beberapa anak di kelas VII menurut guru kelas, sangat
Komunikasi Nonverbal Dalam Proses
pemalu dan sulit bergaul dengan anak
Pembelajaran
lainnya. Selain hal tersebut, minat belajar
Denpasar
di
SMPLB
Negeri
2
yang kurang. Untuk itu cara menyiasatinya, beberapa guru membuat kelompok atau
Dalam
menyajikan
komunikasi
split cell contohnya di kelas VIII jumlahnya
nonverbal, Knapp dalam Rakhmat (1985)
10 murid, maka di bagi menjadi 2 bagian
menyatakan bahwa komunikasi nonverbal
lalu menyuruh siswa-siswi untuk berdiskusi
memiliki beberapa fungsi seperti repetisi,
disesuaikan dengan tugas dari materi yang
substitusi,
diberikan oleh pihak guru. Di mana anak
kontradiksi dan juga aksentuasi. Berkaitan
yang sulit bergaul dengan temannya akan
dengan fungsi komunikasi nonverbal, pihak
lebih
guru di SMPLB Negeri 2 Denpasar tidak
berusaha
untuk
mengutarakan
pendapatnya dalam segi keilmuan. Dalam
menangani
komplemen
kemudian
hanya menggunakan komunikasi verbal
hambatan-
tetapi juga lebih menerapkan penggunaan
hambatan yang berkaitan dalam kegiatan
bahasa nonverbal untuk mempermudah
belajar mengajar, akomodasi pesan yang
proses
dilakukan oleh guru di SMPLB Negeri 2
tunarungu
Denpasar juga menggunakan komunikasi
komunikasi
5
komunikasi di
bagi
sekolah.
guru
siswa-siswi
Interaksi
menggunakan
dan fungsi
komunikasi
nonverbal
dalam
proses
digunakan oleh guru di SMPLB Negeri 2
pembelajaran antara lain: 1.
Denpasar. Kontradiksi yang memiliki artian
Repetisi
ketidaksepakatan
Di sini komunikasi nonverbal dalam fungsinya
untuk
mengulang
atau
bertentangan
terhadap suatu hal, sebisa mungkin di
kembali
minimalisir oleh setiap guru dalam proses
gagasan yang telah disajikan secara verbal
pembelajaran
sebelumnya.
di
dilakukan berkaitan dengan penyampaian
SMPLB Negeri 2 Denpasar memberikan
komunikasi yang baik agar pesan atau
penolakan terhadap sesuatu , misalnya
materi yang ditransmisikan oleh guru dapat
ketika guru mengatakan “bukan”, maka ia
dipahami oleh siswa-siswi di dalam kelas.
Sebagai
contoh
guru
di
kelas.
Hal
tersebut
akan menggerakan bibir nya mengucapkan
4. Komplemen
kata “bukan” lalu diikuti dengan tangan
Komplemen merupakan salah satu
kanan
yang
pengisyarat
tegak di
membelakangi
depan
dada
fungsi dari komunikasi nonverbal dalam
dan
memperkaya makna dan juga sebagai
digoyangkan ke kanan dan ke kiri dua kali.
pelengkap
2. Substitusi Dalam
pesan
nonverbal.
Dalam
melengkapi pesan nonverbal, guru SMPLB lambang-
Negeri 2 Denpasar menggunakan mimik
praktiknya,
wajah atau air muka yang memiliki fungsi
penggunaan substitusi untuk menggantikan
untuk mengisyaratkan bermacam-macam
lambang verbal juga diterapkan dalam
emosi antara lain sedih, bahagia, terkejut,
proses
bingung
lambang
menggantikan
verbal,.
dalam
pembelajaran.
Sebagai
contoh,
dan
sebagainya.
Untuk
ketika seorang murid di kelas VIII di
menunjukkan ekspresi gembira, seperti
sekolah
Denpasar
pada umumnya guru akan tersenyum lebar
memiliki nilai yang memuaskan di kelas,
bahkan mengeluarkan tawa. Sebaliknya,
tanpa mengeluarkan sepatah kata pun guru
apabila
akan memberikan pujian secara langsung
suasana hati yang sedang tidak bahagia,
dengan bahasa isyarat tangan, sebagai
biasanya
contoh tangan kanan yang mengarah ke
dengan raut muka sedih.
SMPLB
Negeri
2
guru
ingin mengkomunikasikan
guru
menundukkan
kepala
depan dan menghadap ke kiri dengan ibu
5. Aksentuasi
jari mencuat ke atas di depan dada,
Dalam menegaskan pesan verbal
digerakkan
lurus
ke
depan.
Tanda
atau menggaris bawahi nya, aksentuasi
nonverbal tersebut mengisyaratkan kata :
Misalnya
bagus atau baik.
pembelajaran, guru menerangkan sesuatu
3. Kontradiksi Komunikasi
materi nonverbal
ketika
lalu
dalam
dilanjutkan
dengan
proses
cara
juga
menanyakan balik kepada siswa siswi
memiliki fungsi untukmemberikan makna
mengenai paham atau tidaknya materi
yang lain dan menolak pesan verbal.
tersebut. Ibu Setiawati, seorang guru kelas
Penggunaan kontradiksi sebagai fungsi
VIII menegaskan pesan verbal dengan
komunikasi nonverbal ini yang paling jarang
salah satu cara, seperti menaruh tangan
6
kanan dan kiri dengan tegak menghadap ke
yang
depan setinggi kepal, diputar mendatar ke
akhiran dan sebagainya. Isyarat bentukan,
dalam
dengan
berlawanan
arah,
sehingga
melambangkan
awalan,
menggabungkan
partikel,
isyarat
pokok
menguncup dengan ujung jari menempel
dengan isyarat imbuhan. Abjad jari, baik jari
pada dahinya. Isyarat nonverbal tersebut
kanan atau kiri.
sama
dengan
ketika
Ketiga,
seseorang
menanyakan “paham atau tidak”.
menekankan
komunikasi bahwa
total
setiap
yang
siswa-siswi
tunarungu di SMPLB Negeri 2 Denpasar 5. KESIMPULAN Yang
memiliki hak atas segala sarana dalam
dapat
oleh
penyampaikan komunikasi yaitu: membaca
penulis berdasarkan hasil analisis data,
ujaran, menulis, membaca, ejaan abjad jari,
serta kesimpulan dari penelitian ini, yaitu:
dan
Berdasarkan bertujuan
untuk
disimpulkan
penelitian mengetahui
yang
bahasa
isyarat
yang
kemudian
diterapkan dalam proses belajar mengajar
bentuk
di sekolah.
komunikasi guru dalam kegiatan belajar
Keempat, media komunikasi dalam
mengajar di SMPLB Negeri 2 Denpasar,
proses pembelajaran di SMPLB Negeri 2
maka kesimpulannya, beberapa bentuk
Denpasar di antaranya adalah Sistem
komunikasi yang digunakan adalah:
Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI), buku mata
Pertama, komunikasi verbal antara lain
bahasa
yang
diperlukan
pelajaran, dan kartu membaca dan belajar
untuk
bahasa isyarat.
menyatakan pikiran, perasaan dan maksud.
Kelima, penyelenggaran layanan
Kata-kata yang digunakan oleh siswa SMP
Pengembangan Komunikasi Persepsi Bunyi
SLB Negeri 2 denpasar adalah kata yang
dan Irama di sekolah SMPLB Negeri 2
sudah umum dipakai atau dipresentasikan
Denpasar menggunakan metode:
dalam berbagai aspek realitas masyarakat
Metode
Visual,
yaitu
Indonesia, yaitu bahasa Indonesia. Makna
memaksimalkan
yang terkandung dalam kata tersebut juga
selain indera pendengaran agar
memiliki pemahaman yang serupa seperti
kepekaan terhadap informasi bisa
pada umumnya di kalangan masyarakat
ditingkatkan.
Indonesia. Kedua, komunikasi nonverbal yang
Bahasa
Indonesia.
Sistem
Metode Imitasi, adalah kegiatan
siswa
Denpasar melalui komunikasi nonverbal menggunakan
indera
memberikan contoh agar ditiru oleh
diterapkan oleh guru SMPLB Negeri 2
dengan
fungsi
Isyarat
Metode
Peragaan
atau
Dramatisasi, memberikan contoh
Berdasarkan
yang
mengesankan
pembentukannya, isyarat dapat dibedakan
suatu
informasi
menjadi 4 macam, yaitu isyarat pokok, yang
dengan baik pada ingatan siswa.
melambangkan kata atau sebuah konsep, Isyarat tambahan adalah bentuk isyarat
7
agar
mengenai melekat
Kedua,
Metode Ujaran (Bunyi Bahasa),
total,
langsung kata yang ingin dipelajari.
berbicara, membaca gerakan bibir dan
Metode
memanfaatkan
mengucapkan
perpaduan
komunikasi
mengajarkan siswa mengutarakan
Resitasi,
yaitu
penggunaan
antara
sisa
media
kemampuan
dengan keras konsonan ataupun
menangkap getaran bunyi yang dapat
vokal yang diajarkan.
menunjang
Metode Global Kata, mengajarkan
dapat dikembangkan baik di SMPLB Negeri
semua
2 Denpasar maupun sekolah luar biasa
kata
dengan
hal
yang
kegiatan
belajar
mengajar,
bersifat konkrit.
lainnya, sehingga tercapainya komunikasi
Metode Mengulang semua kata
yang efektif antara guru dan murid maupun
yang
sesama siswa tunarungu.
telah
diajarkan
sehingga
siswa peserta didik merasa lebih
DAFTAR PUSTAKA
terkesan.
Atep
dan Tanjung. 2003. Manajemen Motivasi. Jakarta: Gramedia Badan Penelitian dan Pengembangan DPN. 2004. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas Badan Pusat Statistik. 2012. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, Discourse). Jakarta: Kencana Prenada Devito, Joseph. 1997. Memperbaiki Komunikasi Antarpribadi, Terjemahan, Edisi Kelima, Jakarta: Profesional Book. Devito, Joseph. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Tanggerang Selatan : Karisma Publishing Group Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Yogyakarta : Graha Ilmu Ferguson, George A and Takane. 1989. Statistical Analysis in Psychlogical and Education. Newyork: Mcgraw-Hillbook Company Griffin, EM. 2006. A First Look at th Communication Theory. 6 edt. NY : Mc GRaw Hill Hamidi. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press Hardjana, Agus M. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius James, Judi. 2011. The Body Languange. Jakarta: PT. Ufuk Publishing House Kementerian Kesehatan.2014. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun
Saran Dari penelitian ini, dapat dilihat bahwa Kegiatan Pengembangan Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (PKPBI), dapat membantu meminimalisir akibat dari ketunaan siswa-siswi SMPLB Negeri 2 Denpasar. Maka beberapa saran yang dapat diberikan adalah: Pertama,
pelaksanaan
program
PKPBI ini perlu dimaksimalkan, baik dalam segi
fasilitas
ruangan
dan
peralatan
maupun layanan integrasi secara praktik langsung.
Dengan
kata
lain,
program
Pengembangan Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama ini dapat di optimalisasikan lebih lagi guna peserta didik di SMPLB Negeri 2 Denpasar
lebih
bisa
membedakan
terlatih
sumber
dalam bunyi,
mengembangkan kemampuan mendeteksi, mengenali bunyi, dan memahami arti serta dapat
berkomunikasi
dan
berinteraksi
dengan dunia sekelilingnya, tidak hanya sesama
tunarungu
tetapi
juga
non-
tunarungu.
8
2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Littlejohn, 1999. Theories of Human th Communication Book. 6 edt. NY : Harper Collins Publisher Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antarpribadi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Liliweri, Alo. 2003. Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Lubis, Hari dan Mardani. 1987. Teori Organisasi: Suatu Pendekatan Makro. Jakarta: Pusat Antar Ilmu Sosial Mardalis.1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara Moleong, LJ. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Morrisan& Wardhany Andy Corry. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia Mondry. 2008. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Jakarta: Ghalia Indonesia Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Akasara : Jakarta.
9