BENTUK DAN STRUKTUR WACANA PERCAKAPAN DALAM RADIO AMATIR DI KODYA SURAKARTA D.B. Putut Setiyadi *
Abstract :Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentukbentuk wacana dan struktur wacana percakapan dalam radio amatir. Tujuan yang hendak dicapai adalah mendeskripsikan bentukbentuk wacana dan struktur wacana percakapan dalam radio amatir. Populasi penelitian adalah tuturan bahasa Indonesia yang terdapat pada wacana percakapan dalam radio amatir pada frekuensifrekuensi di bawah 30 MHz. Sampel penelitian berjumlah delapan wacana yang terdiri dari wacana percakapan di lingkungan Orari, RAPI, dan umum. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik rekam, teknik kerja sama dengan informan yang dilakukan dengan wawancara mendalam, teknik simak, dan teknik catat. Validitas dan reliabilitas data dilakukan dengan triangulasi data (sumber). Metode analisis data menggunakan metode padan dengan memakai alat penentunya adalah mitra wicara. Hasil penelitian, yaitu bahwa wacana percakapan dalam radio amatir bentuknya adalah wacana lisan jika dilihat dari medianya, wacana interaksional jika dilihat dari fungsi bahasanya, serta berupa wacana yang lengkap. Struktur wacana percakapan dalam radio amatir pada umumnya terdiri dari struktur awal, medial, dan akhir. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1993: 21). Batasan itu menunjukkan bahwa bahasa merupakan suatu alat yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa manusia bekerja sama dalam masyarakat tempat mereka berada; ketika manusia berinteraksi antarindividu yang satu dengan yang lain diperlukan bahasa; bahasa juga berfungsi bagi manusia untuk mengidentifikasikan diri. Jadi, memang benar bahwa bahasa adalah salah satu kebutuhan yang amat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, bahasa atau pemakaian bahasa selalu berhubungan dengan
masyarakat. Oleh karena itu, bahasa seringkali dipengaruhi oleh masyarakat pemakainya atau bahasa merupakan gejala so-sial. Bahasa dan pemakaian bahasa selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor lingual dan faktorfaktor nonlingual. Termasuk dalam faktor-faktor nonlingual adalah faktor sosial dan faktor situasional. Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa itu, misalnya status so-sial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya. Kemudian faktor-faktor situa-sional yang mempengaruhi pemakaian bahasa menurut pendapat Fishman: “who speaks what language to whom, when and to what end “ ‘siapa yang berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana dan mengenai masalah apa?’ (dalam Chaer, 1995:9; Suwito, 1983: 3).
* PBSID, FKIP, UNWiDHA Klaten
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
99
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
Faktor-faktor situasional inilah yang menimbulkan adanya variasi bahasa. Wujud variasi bahasa itu adalah idiolek, dialek, ragam, register, dan undha usuk. Peris-tiwa variasi bahasa mungkin terdapat dalam masyarakat yang kecil, kelompok pemakai di dalam domain-domain sosial, bahkan terdapat di dalam pemakaian bahasa per-seorangan. Pemakaian bahasa juga ditentukan oleh situasi tutur yang sedang berlaku, misalnya sekelompok mahasiswa yang sedang berdiskusi, variasi bahasanya akan berbeda dengan waktu mereka berbincang-bincang di halaman kampus atau di kantin. Ketika berdiskusi bahasa yang dipakai cenderung ragam baku, sedangkan ketika berbincang-bincang lebih cenderung menggunakan ragam akrab. Juga seorang penyiar radio yang sedang membacakan berita akan cenderung meng-- gunakan ragam baku, sedangkan ketika ia membacakan kartu pilihan pendengar atau iklan cenderung memilih variasi bahasa yang sifatnya komunikatif. Begitu pula percakapan dalam telepon yang pada umumnya mempunyai karakteristik tersendiri, misalnya diawali dengan tuturan “Hallo” atau “Asalammu alaikum!”, atau ucapan salam yang lain, dan sebagainya, akan berbeda dengan percakapan dalam radio amatir yang dimungkinkan mempunyai karakteristik dan kode-kode yang khas pula. Radio amatir tidak mempunyai acara- acara yang disusun secara khusus dan mengadakan siaran secara timbal balik (two way communication). Komunikasi timbal balik itu dilakukan dengan menggunakan pesawat yang bersifat dua arah, yakni bisa sebagai penerima sekaligus pengirim. Radio amatir memancar di udara untuk tujuan nonkomersial dan tidak ada sebutan penyiar tetapi operator yang tugasnya menampung para pembicara untuk menginformasikan hal-hal yang penting
100
yang berkaitan dengan segala aktivitas seharihari, misalnya berita keluarga, berita bencana alam, bertukar pikiran, dan sebagainya. Operatornya bisa siapa saja atau semua anggo-ta radio amatir. Frekuensinya tidak sama dengan radio siaran, misalnya radio amatir berada di bawah band 30 MHz. Selain perbedaan-perbedaan di atas, radio amatir ini mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal opera-sional komunikasi atau percakapannya. Percakapan yang dilakukan di dalam komunikasi radio amatir memakai reg-ister pemakaian bahasa yang sama sekali berbeda dengan radio siaran, misalnya dalam memulai atau saat mereka sedang bercakap-cakap. Selain itu, topik ini juga layak untuk diteliti karena ternyata hampir setiap hari di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia, terjadi suatu komunikasi atau konversasi antara seseorang dengan orang yang lain dengan menggunakan pesawat telekomunikasi. Dengan pesawat tersebut mereka bertukar pikiran dan menyampaikan penemuanpenemuan mereka dari hasil percobaan yang pernah mereka lakukan, menyampaikan informasiinformasi penting baik yang gembira, sedih, rahasia, maupun yang segera harus disampaikan apabi-la medannya sangat sulit untuk ditempuh melalui media komunikasi yang lain, berkenalan lewat udara, berdagang lewat udara, berkonsultasi lewat udara, bercakap-cakap dengan santainya, dan keperluan hidup lainnya. Semua itu dilakukan dengan penuh persahabatan. Dengan cara semacam itu mereka mendapatkan teman-teman baru, tambahan ilmu, dan pengalaman yang dapat menyalurkan hobinya masing-masing. Di Indonesia telah ada organisasi yang khusus menangani komunikasi ini, antara lain Organisasi Radio Amatir
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
Indonesia (ORARI) dan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI).
LANDASAN TEORI Radio Amatir
Hal lain yang menarik perhatian untuk diteliti adalah adanya bermacam-macam peristiwa tutur yang melatarbelakangi pembicaraan ini. Selain itu, yang
Orang yang pertama menemukan transmisi tanpa kabel (wireless) adalah Marconi. Sejak itu
menyebabkan penulis juga tertarik untuk lebih mendalami wacana percakapan dalam radio amatir dilihat dari bentuk-bentuk wacana dan struktur wacana.
berkembang alat komunikasi melalui transmisi tanpa kabel ini. Para penggemar banyak yang mulai membuat transmiter dan receiver. Dari percobaanpercobaan yang dilakukan transmisi tanpa kabel ini
Identifikasi dan Perumusan Masalah
ternyata dapat dipakai untuk berkomunikasi dengan jarak yang cukup jauh dengan menggunakan gelombang panjang. Mereka kemudian saling
Pemakaian bahasa Indonesia dalam wacana percakapan di radio amatir bisa dianalisis dari berbagai segi. Dalam penelitian ini akan dianalisis mengenai bentuk dan struktur wacana. Bentuk wacana percakapan dalam radio amatir mempunyai karakteristik yang berbeda jika dibandingkan dengan karak-teristik wacana percakapan dalam radio siaran, dalam tele-pon, atau dalam dialog interaktif yang ada di dalam tele-visi. Dikatakan mempunyai karakteristik yang khusus terse-but dapat diidentifikasi dari ciri-ciri bahasa yang ada di dalam wacana tersebut. Dari uraian di atas, dirumuskan permasalahan pene-litian ini sebagai berikut. (1) Bagaimana bentuk-bentuk wacana yang terdapat dalam wacana percakapan dalam radio amatir? (2) Bagaimana struktur wacana yang terdapat dalam wacana percakapan dalam radio amatir?
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. (1) Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk wacana percakapan dalam radio amatir. (2) Untuk mendeskripsikan struk-tur wacana percakapan dalam radio amatir.
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
menukar pengetahuan dan informasi mengenai alat komunikasi baru tersebut. Banyak penyelidik telah berhasil menjajagi alat-alat yang memungkinkan orang berkomunikasi melalui alat komunikasi radio ini. Organisasiorganisasi yang berminat terhadap penggunaan alat komunikasi baru dan eksperimen-ekperimen ilmiah pun bermunculan sejak tahun 1900. Sejak itu muncul ratusan pengguna sarana komunikasi radio amatir ini. Perkembangan selanjutnya diketahui bahwa alat komunikasi ini telah berhasil menjangkau jarak yang sangat jauh sampai ribuan mil, bahkan dapat menjangkau antarnegara maupun antarbenua. Komponen-komponen pesawat pun makin canggih. Kalau semula orang banyak yang merakit sendiri alat tersebut, sekarang sudah banyak dijual pesawat yang tinggal pakai dari yang harganya kurang dari satu juta rupiah sampai puluhan juta rupiah. Stasiun repeater yang canggih pun banyak didirikan di tempat-tempat yang tinggi (pegunungan atau gunung) agar sinyal komunikasi mereka makin terjangkau. Di Indonesia organisasi radio amatir yang ada adalah Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI). Organisasi lain yang muncul adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) yang didirikan
101
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
pada tanggal 10 November 1980. Kegiatan organisasi ini diatur oleh Keputusan Menparpostel Nomor:
amatir adalah orang yang melakukan atas dasar kesenangan, bukan untuk memperoleh nafkah (1997:
KM.26/PY.307/MPPT.92 tentang Komunikasi Radio Antar Penduduk. Ketentuan pelaksanaannya diatur oleh Keputusan Dirjen Postel Nomor: 92/Dirjen/1994 tentang Ketentuan Pelaksanaan Komunikasi Radio
30). Kalau kedua pengertian itu digabungkan akan didapatkan pengertian radio amatir adalah siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara oleh
Antar Penduduk (KRAP).
Pengertian Radio Amatir Untuk memberikan gambaran apakah radio amatir itu, di bawah ini akan diuraikan istilah-istilah yang berhubungan dengan radio amatir tersebut yang diambilkan dari Keputusan Dirjen Pos dan Telekomunikasi Nomor 027/DIRJEN/1998 tentang Pelaksanaan Kegiatan Amatir Radio sebagai berikut. (1) Kegiatan Amatir Radio ialah kegiatan latih diri, saling berkomunikasi dan penyelidikanpenyelidikan teknik yang diselenggarakan oleh para amatir radio. (2) Amatir Radio ialah setiap orang yang diberi izin karena berminat dalam teknik radio dengan tujuan pribadi tanpa maksud keuntungankeuntungan keuangan. (3) Stasiun Radio ialah satu atau beberapa pesawat pemancar dan/atau pesawat-pesaawat penerima termasuk perlengkapannya, yang diperlukan di suatu tempat untuk menyelenggarakan suatu dinas komunikasi radio.
orang-orang atas dasar kesenangan, bukan untuk memeperoleh nafkah. Hal ini sesuai pula dengan ciri khas radio amatir yang mengutamakan nilai-nilai pelayanan amatirisme radio kepada masyarakat banyak sebagai bantuan komunikasi yang bersifat suka rela dan nonkomersial sebab setiap saat radio amatir dapat membantu menyampaikan suatu berita kesenangan atau kesusahan dengan sifat suka rela dan nonkomersial. Dari berbagai istilah dan pendapat di atas kiranya dapat diambil suatu kesimpulan bahwa radio amatir adalah pengiriman suara melalui udara dengan perangkat radio amatir yang dilakukan atas dasar hobi atau kesenangan yang bersifat suka rela atau nonkomersial.
Wacana a.
Pengertian Wacana Tarigan (1987: 23) mengatakan bahwa wacana berasal dari bahasa Inggris discourse. Kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti ‘lari kian kemari’. Wacana adalah organisasi bahasa di atas kalimat atau di atas klausa; dengan perkataan lain unit-
(4) Stasiun Radio Amatir ialah stasiun radio yang dibuat sendiri dengan cara menggabungkan atau merakit Perangkat Radio Amatir.
unit linguistik yang lebih besar daripada kalimat atau klausa, seperti pertukaran-pertukaran percakapan atau teks-teks tertulis. Secara singkat: apa yang disebut teks bagi wacana adalah
Pengertian mengenai radio amatir dapat juga
kalimat bagi ujaran (utterence) (Stubbs dalam Tarigan, 1987: 25).
diuraikan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa radio adalah siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara (KBBI, 1997: 808), sedangkan
102
Kridalaksana (1993: 231) menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap,
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Crystal dalam Oetomo (1993: 4) mengatakan bahwa wacana adalah suatu rangkaian sinambung bahasa (khususnya lisan) yang lebih luas daripada kalimat. Lebih lanjut dikatakan bahwa definisi tersebut sifatnya umum dan untuk penerapan yang berbeda akan dimaknai berbeda pula. Dari sudut pandang wacana sebagai satuan (unit) perilaku, maka ia adalah sehimpunan ujaran yang merupakan peristiwa wicara yang dapat dikenali (tanpa merujuk pada penstrukturan kebahasaannya), seperti misalnya percakapan, lelucon, khotbah, wawancara. Dari sudut pandang psikolinguistik wacana merupakan suatu proses dinamis pengungkapan dan pemahaman yang mengatur penampilan orang dalam interaksi berbahasa. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah organisasi bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh, paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap. Wacana dapat berbentuk tulisan seperti teks tulis maupun lisan seperti pertukaran percakapan, dialog antarpenutur, dan sebagainya. Wacana dan teks merupakan dua istilah yang sinonim. Perbedaannya wacana bisa lisan maupun tulis, sedangkan teks lebih cenderung berbentuk tulis.
b.
Analisis Wacana dan Analisis Percakapan Menurut Stubbs dalam Marcelino (1993: 5) analisis wacana (dicourse analysis) merujuk pada upaya mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas di atas kalimat atau di atas klausa, dan karenanya mengkaji satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas, seperti pertukaran percakapan atau teks tulis. Konsekuensinya, analisis wacana juga memperhatikan bahasa pada waktu digunakan dalam konteks sosial, dan khususnya interaksi atau dialog antarpenutur. Analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar dari kalimat dan lazim disebut wacana (Kartomihardjo, 1993: 21). Unit bahasa yang dimaksud bisa berupa paragraf, teks bacaan, undangan, percakapan, cerita pendek, dan sebagainya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis wacana adalah suatu usaha mengkaji organisasi bahasa yang membawa amanat yang lengkap. Salah satu cabang dari analisis wacana adalah analisis percakapan (Parera, 1990:129). Dalam analisis percakapan terdapat dua komponen komunikasi yang menentukan yakni komponen isyarat bahasa dan isyarat yang lain; dengan kata lain komponen verbal dan nonverbal. Analisis percakapan telah menjadi bidang studi bahasa dan komunikasi yang berkembang teraktif dan tercepat (Marcellino, 1993:59). Lebih lanjut ia mengatakan bahwa percakapan sebagai bentuk pemakaian bahasa dapat disoroti dari berbagai disiplin. Filsafat, psikologi, sosiologi, dan linguistik merupakan empat disiplin ilmu yang dapat memberikan dasar bagi penelusuran ikhwal percakapan.
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
103
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
Pernyataan lain menyebutkan bahwa mula-mula usaha menganalisis wacana dengan
Aktivitas berbicara ini selalu didahului oleh aktivitas menyimak.
cara yang sistematik dilakukan pakar bahasa aliran struktural Amerika tahun 1950-an, yaitu Harris dan Pike. Dalam penelitian analisis percakapan telah menyamai perkembangan
Percakapan sebagai objek studi linguistik
sosiolinguistik, pragmatik, analisis wacana, dan bidang linguistik yang lain seperti dikemukakan Asher (1994: 749) sebagai berikut. “Research in conversation analysis (CA) has paralleled the development within sociolinguistics, pragmatics, discource analysis, and other fields in linguistics, toward a naturalistic observationbased science of actual verbal behavior” ‘Penelitian mengenai analisis percakapan telah menyamai perkembangan sosiolinguistik, pragmatik, analisis wacana, dan bidang lain dalam linguistik, ke arah observasi dasar ilmu pengetahuan yang alamiah dari perilaku verbal yang nyata’. Percakapan oleh Tedlock (1995: 4) disebut dialog, yaitu sebuah konversasi di antara dua orang atau lebih (a conversation between two or more persons). Jadi, interaksi konversasi itu bersifat diadis. Aktivitas yang dilakukan oleh dua orang atau lebih itu dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang bersifat verbal dan nonverbal. Yang bersifat verbal dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan. Yang bersifat nonverbal dapat berwujud aktivitas fisik, dari yang fisik kinesik sampai dengan aksi fisik yang membutuhkan tenaga banyak. Di dalam aksi verbal lisan pihak-pihak yang terlibat setidaktidaknya memanipulasi dua keterampilan berbahasa, yaitu menyimak dan berbicara.
104
secara khas disarankan oleh Firth (dalam Marcellino, 1993: 59) yang mengatakan “Di sinilah kita akan menemukan kunci ke pengertian yang lebih baik tentang apa sebenarnya bahasa itu dan bagaimana bahasa itu bekerja”. Dalam deskripsi linguistik, “percakapan sering tidak dipentingkan: ciri khas interaksi percakapan, seperti ketidakgramatikalan, ketakbersinambungan, interaktivitas, dan ketergantungan konteks sering diabaikan, baik dalam paradigma Saussure maupun Chomsky dalam mempelajari langue atau competence. Perkembangan selanjutnya ternyata ditemukan bahwa percakapan tidak bisa hanya dipahami strukturnya saja tanpa memperhatikan hal-hal di luar struktur atau konteks. Justru kontekslah yang memegang peranan penting dalam percakapan. Jadi, dalam percakapan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana peserta tutur memahami dan merespon suatu percakapan yang terjadi di antara mereka. Analisis percakapan ini juga dikemukakan oleh Littlejohn (1991:91) sebagai berikut. “Conversation analisys has been concerned with a variety of issues. Fisrt, it deals with what speakers need to know to have a conversation. This means, for the most part, knowledge of the rules of conversation. Interactional features of conversation such as turn taking, silences and gaps, and overlaps have been of special interest. Conversation analisys has also been concerned with rule violation and the ways in which people prevent and repair errors in talk”
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
‘Analisis percakapan mempunyai perhatian terhadap persoalan-persoalan
membagi jenis wacana dari segi eksistensinya (realitasnya), media komunikasi, cara
yang bervariasi. Pertama, berkaitan dengan apa yang diperlukan penutur untuk memahami sebuah percakapan. Maksudnya, pada umumnya, pengetahuan tentang
pemaparan, dan jenis pemakaian. Dari yang pertama atau berdasarkan realitasnya dapat diklasifikasikan wacana verbal dan nonverbal. Berdasarkan media komunikasinya ada wacana
kaidah-kaidah percakapan. Interaksi fiturfitur percakapan seperti perhatian yang baik, kekosongan dan keheningan, dan
lisan dan wacana tulis. Dari segi pemaparannya ada wacana yang disebut naratif, deskriptif, prosedural, ekspositori, dan hortatori. Yang terakhir, yaitu dari jenis pemakaiannya ada
kerancuan akan menjadi daya tarik khusus. Analisis percakapan juga mempunyai perhatian dengan hukum pelanggaran dan jalan yang memungkinkan orang mencegah dan memperbaiki kesalahan dalam berbicara (bercakap-cakap)’. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa percakapan adalah satuan interaksi bahasa antara dua pembicara atau lebih. Jadi, analisis wacana percakapan adalah suatu usaha untuk mengkaji organisasi bahasa yang membawa amanat yang lengkap dalam bentuk percakapan (lisan). c.
Jenis-jenis Wacana Menurut Tarigan (1987:51) jenis wacana dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Pertama, berdasarkan tertulis atau tidaknya wacana ada dua macam wacana, yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Kedua, berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan, wacana diklasifikasikan atas wacana langsung dan tidak langsung. Ketiga, berdasarkan cara membeberkan atau cara menuturkannya ada wacana pembeberan dan wacana penuturan. Keempat, berdasarkan bentuknya, wacana dibagi menjadi wacana prosa, wacana puisi, dan wacana drama. Ahli lain, yaitu Djajasudarma (1994:6)
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
wacana monolog (satu orang penutur), dialog (dua orang penutur), dan polilog (lebih dari dua orang penutur). Jenis wacana yang lain adalah wacana yang dibedakan berdasarkan atas bahasa yang digunakan, untuk apa bahasa itu dipakai. Menurut Brown & Levinson dalam Soetikno (1996: 1) ada dua fungsi utama bahasa, yaitu (1) fungsi bahasa untuk mengungkapkan isi yang dideskripsikan sebagai transaksional, dan (2) fungsi bahasa yang terlibat dalam pengungkapan hubungan-hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi yang dideskripsikan sebagai interaksional. Uraian lebih lanjut dapat dideskripsikan pada uraian berikut. (1) Pandangan transaksional Bahasa yang dipakai untuk menyampaikan informasi faktual atau proporsional dapat dikatakan bahasa transaksional utama. Pada bahasa transaksional utama yang terutama dipikirkan oleh pembicara (atau penulis) adalah penyampaian informasi yang efektif. Bahasa yang dipakai dalam situasi seperti itu terutama berorientasi pesan. Yang penting di sini adalah bahwa penerima
105
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
mendapat perincian informasi yang betul. Misalnya dokter memberi tahu perawat
mengatakan kepada yang lain “Aduh, dinginnya!”, sukar untuk menduga bahwa
mengenai cara memberikan obat kepada pasien, pembantu rumah tangga mengajukan tuntutan asuransi, pramuniaga menjelaskan keunggulan dua jenis benang, atau ilmuwan
maksud utama pembicara adalah menyampaikan informasi. Akan lebih tepat kiranya dikatakan bahwa pembicara
mendeskripsikan suatu eksperimen. Dalam konteks tersebut diusahakan penulis atau pembicara membuat apa yang dikatakan itu jelas. (2) Pandangan interaksional Kalau para ahli linguistik, psikolinguistik, dan filsafat bahasa pada umumnya secara khusus memperhatikan pemakaian bahasa untuk menyampaikan informasi faktual atau proporsional, para ahli sosiologi dan sosiolinguistik tertarik terutama kepada pemakaian bahasa untuk memantapkan dan memelihara hubunganhubungan sosial. Dalam buku-buku sosiologi dan antropologi, pemakaian bahasa fatis telah sering diulas terutama pemakaian bahasa konvensional untuk membuka dan menutup percakapan. Para penganalisis percakapan terutama memperhatikan pemakaian bahasa untuk merundingkan relasi-relasi peran, solidaritas antara penutur sebaya, tukar-menukar giliran dalam percakapan, penyelamatan muka baik pembicara maupun pendengar. Jelaslah bahwa sebagian besar interaksi manusia sehari-hari ditandai dengan pemakaian bahasa yang terutama inter personal dan bukan yang transaksional. Sebagi contoh dua orang yang berdiri di sebuah halte ketika hujan sedang turun
menunjukkan kesediaannya untuk diajak berbicara.
d.
Struktur Wacana Percakapan Struktur teks dalam suatu wacana meliputi unsur-unsur wajib (1), unsur-unsur pilihan (2), runtunannya (3) dan (4) yang dibandingkan satu sama lain, dan unsur-unsur pengulangan (5). Unsur wajib adalah unsur yang wajib hadir dalam wacana, unsur pilihan merupakan unsur yang mungkin hadir dan mungkin tidak, sedangkan unsur pengulangan adalah unsur atau seperangkat unsur yang kehadirannya lebih dari satu kali dalam satu wacana. Dalam pembahasan ini akan digabungkan kedua pendapat di atas. Struktur teks dapat terdiri dari unsur-unsur wajib, unsur pilihan, keruntunan unsur-unsur, dan unsur pengulangan. Unsurunsur itu dapat berupa act, move, exchange, transaction, dan interaction. Struktur wacana selanjutnya diringkas menjadi hanya struktur awal, struktur tengah, dan struktur akhir yang mengutip pendapat Siclair dan Coulthard dalam Nababan (1999: 29) yang menyebutkan bahwa dalam suatu transaksi yang dimulai dari pertukaran permulaan (preliminary exchange), pertukaran pertengahan (medial exchange) yang terdiri dari sejumlah pertukaran bebas (free exchange), dan pertukaran akhir (final exchange).
dengan derasnya dan yang seorang
106
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
Selanjutnya, dikatakan oleh Halliday dan Hasan bahwa unsur-unsur yang membentuk
mempunyai keanggotaan organisasi radio amatir tersebut.
wacana di atas menyebabkan hadirnya bentuk wacana yang lengkap dan wacana yang tidak lengkap. Suatu wacana dikatakan sebagai wacana lengkap apabila wacana tersebut sudah
Pemilihan sampel penelitian ini ditentukan berdasarkan tiga kelompok sampel, yaitu kelompok ORARI, RAPI, dan umum. Dari ORARI diambil dua wacana percakapan, RAPI dua wacana
menunjukkan selesainya suatu kegiatan, sedangkan suatu wacana yang belum menunjukkan pertanda selesainya suatu kegiatan
percakapan, dan umum empat wacana percakapan. Jumlah 2, 2, 4 wacana percakapan ini berdasarkan pada banyaknya frekuensi percakapan
disebut wacana yang tidak lengkap.
yang dipakai. Kelompok umum lebih banyak menggunakan frekuensi dibandingkan dengan
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah tuturan yang terdapat dalam wacana percakapan melalui radio amatir yang dapat ditangkap dari perangkat pesawat penangkap percakapan radio amatir. Dalam penelitian ini, wilayah percakapan tidak bisa dibatasi oleh wilayah yang sifatnya geografis, tetapi wilayah tersebut ditentukan oleh frekuensi udara yang dipakai untuk percakapan tersebut. Adapun frekuensi yang dipakai oleh percakapan tersebut adalah frekuensi yang terdapat di bawah band 30 MHz. Selain itu, percakapan yang dimaksud bisa terjadi antara seseorang yang berada di depan pesawat radio yang berada di wilayah eks-Keresidenan Surakarta dengan mitra tutur yang bisa berada di mana
kelompok ORARI dan RAPI.
Data dan Validitas Data Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua wacana percakapan dalam radio amatir yang didapat dari hasil rekaman percakapan dalam radio amatir yang telah dipilih oleh peneliti. Dalam tuturan itulah di dalamnya terdapat bentuk-bentuk dan struktur wacana yang mencerminkan karakteristik percakapan melalui sarana pesawat telekomunikasi ini, koherensi dan kohesi percakapan, karakteristik umum dan karakteristik kebahasaan yang meliputi karakteristik fonologis, karakteristik morfologis, karakteristik leksikon, campur kode, alih kode, serta faktor-faktor penentu bentuk-bentuk kebahasaan itu melalui komponen tutur.
saja sesuai dengan daya pesawat telekomunikasi yang dimilikinya. Jadi, bisa saja dia bercakap-cakap dengan orang yang berada di luar eks-Keresidenan Surakarta atau bahkan di lain propinsi. Percakapan
ini adalah triangulasi data (sumber). Teknik ini
dalam radio amatir dalam penelitian ini, yaitu percakapan yang dilakukan oleh masyarakat penggemar radio amatir yang telah mempunyai keanggotaan pada dua organisasi radio amatir, yaitu
menggali data yang sama dengan menggunakan
ORARI dan RAPI, dan masyarakat umum yang tidak
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Kemudian dilakukan pula triangulasi metode dengan cara metode pengumpulan data yang berbeda, misalnya hasil rekaman dicek lewat hasil observasi.
107
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
Metode Penyediaan dan Analisis Data Metode penyediaan data ini dilaksanakan dengan beberapa teknik. Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik rekam, teknik kerja sama dengan informan, teknik simak dan catat. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode padan , yaitu metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual tertentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa (Edi Subroto, 1992: 55). Metode ini dilaksanakan dengan alat penentunya yaitu mitra wicara. Metode padan ini diterapkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang mengacu konsep bentuk-bentuk dan struktur wacana. Dari analisis mengenai bentuk dan struktur wacana ini ditemukan adanya bentukbentuk wacana apabila dilihat dari medianya, fungsi bahasanya, dan lengkap tidaknya sebuah wacana, serta struktur wacana.
PEMBAHASAN Bentuk wacana percakapan dalam radio amatir Bentuk wacana percakapan dalam radio amatir dilihat dari tiga segi, yaitu dilihat dari medianya, dilihat dari fungsi bahasanya, dilihat dari lengkap dan tidaknya unsur-unsur sebuah wacana. Selanjutnya pembahasan mengenai hal itu akan dideskripsikan di bawah ini. a.
Bentuk wacana percakapan dalam radio amatir dilihat dari medianya Seperti sudah diuraikan di atas, wacana percakapan dalam radio amatir termasuk bentuk wacana lisan yang tansemuka jika dilihat dari
108
medianya atau instrumennya. Disebut wacana lisan karena wacana ini disampaikan secara lisan. Penyampaian secara lisan ini dilakukan dengan cara tidak saling bertatap muka, sehingga disebut tansemuka. Percakapan dilakukan melalui seperangkat instrumen telekomunikasi dua arah yang telah dirancang khusus untuk itu. Ada pesawat buatan pabrik yang disebut handy talky (HT), ada yang disebut transceiver, ada pula pesawat yang dirakit sendiri dengan membeli komponen-komponen elektroniknya. Percakapan tersebut berlangsung melalui frekuensi-frekuensi yang telah disepakati oleh peserta tutur tersebut. Frekuensi ini merupakan setting atau scene dalam wacana ini. Lebih lengkapnya berikut ini akan diuraikan ciri-ciri wacana percakapan dalam radio amatir sebagai wacana lisan. (1) Wacana percakapan dalam radio amatir sering dipakai sebagai sarana untuk bermasyarakat dalam arti tempat berkumpulnya para peserta tutur untuk bertemu dan bercakap-cakap dengan santainya seperti halnya orang di sebuah kampung melakukan perbincangan di pos ronda. Selain itu orang bisa menerima atau memberikan informasi-informasi mengenai apa saja yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. (2) Kalimat-kalimat yang digunakan dalam wacana percakapan melalui radio amatir cenderung kalimat-kalimat yang pendek. Hal ini sesuai dengan kondisi yang mengharuskan para peserta tutur harus memberi respons atas suatu pertanyaan. Waktu berpikir relatif pendek.
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
(3) Komunikasi yang terjadi dalam wacana percakapan melalui radio amatir ini bersifat
sesuatu hal. Dalam percakapan mereka saling bergilir dengan teratur yang dipandu oleh Pak/
dua arah dan tansemuka, yaitu melalui alat telekomunikasi seperti telah disebutkan pada bagian lain.
Bu Net antara pembicara yang satu dengan pembicara yang lain. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa wacana percakapan yang
(4) Kosa kata bermakna umum lebih banyak digunakan, walaupun banyak juga leksikon-
terjadi dalam radio amatir tersebut jika dilihat dari fungsi bahasa yang dipakai adalah wacana
leksikon khusus yang menjadi karakteristik percakapan dalam radio amatir.
yang bebebentuk interaksional. Selengkapnya hasil analisis dan contoh-contohnya akan
(5) Pengulangan kata, frase, atau kalimat sering terjadi untuk memberikan tekanan mengenai suatu hal. (6) Para peserta tutur mengambil giliran dalam percakapan itu dengan tertib, meskipun sering terjadi interupsi oleh pembicara lain. (7) Para peserta tutur sering berhenti untuk berpikir dan mengisi jedanya dengan pemarkah seperti: e, gitu, apa itu, hm, dan sebagainya. (8) Ilokusi pembicara kadang-kadang tidak sama dengan perlokusi mitra tuturnya sehingga kadang-kadang terjadi salah paham. b.
Bentuk wacana percakapan dalam radio amatir dilihat dari fungsi bahasanya
disajikan di bawah ini. Sebagai wacana interaksional percakapan (1) terjadi antara dua orang yang hubungannya sudah akrab. Hal ini tampak dari ragam bahasa yang dipakai yang termasuk ragam santai atau ragam akrab. Peserta tutur terdiri dari pembicara pertama (O1) bernama Pak Sampurno yang tinggal di Semarang dan bernama panggilan YC2PAS dan mitra tuturnya (O2) bernama Pak Cipta dan bernama panggilan YC2OZS yang tinggal di Wonogiri. YC adalah prefiks nama panggilan (call sign) seorang anggota radio amatir tingkat penegak, sedangkan angka 2 merupakan daerah atau region Jawa Tengah, tiga huruf terakhir disebut dengan istilah sufix yang biasanya berbeda antara anggota yang satu dengan anggota yang lain.
Dari data-data yang telah terkumpul dapat diperoleh hasil analisis seperti berikut. Pada
Topik percakapan itu berganti-ganti, misalnya siapa saja yang sering muncul, kenapa
umumnya mereka bercakap-cakap untuk menyampaikan informasi tentang diri masingmasing yang didahului oleh ucapan salam atau saling mengabarkan keadaan masing-masing,
tidak pernah ke Semarang, dst. Percakapan (1)
walaupun mereka baru kenal. Mereka saling menanggapi apa yang dibicarakan para mitra tuturnya dengan bahasa yang santai dan topik yang berpindah-pindah dari satu topik ke topik
di bawah ini merupakan percakapan yang belum selesai (selengkapnya lihat data nomor 1). Percakapan yang terjadi antara Pak Cipto dan Pak Sampurno tersebut sudah berakhir, tetapi percakapan itu dilanjutkan lagi dengan mitra tutur yang lain, yaitu Pak Muji. Contoh berikut menguatkan uraian di atas.
yang lain. Mereka juga berdebat mengenai
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
109
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
Topik pembicaraan di dalam percakapan
(1) A: ... Ya Pak Cip sugeng kawarasan suwe ra ngebrik kluarga ing Wonogiri tansah
(2) tentang petunjuk rute perjalanan pada saat memasuki kota Kartasura sampai ke arah Kediri
pinaringan basuki rahayu nir ing sambikala. Pak Cip yang ada di Wonogiri YC2 [waisitu]
melalui Jalan Slamet Riyadi Solo. Pembicara pertama bernama panggilan 11 JNB dan mitra
OZS YC2PAS go head.
tuturnya adalah 10 TPD. Angka 11 menunjukkan anggota RAPI yang ada di region 11, yakni
B: YC2 [waisitu] PAS YC2OZS di Wonogiri sama-sama juga keluarga yang di Semaramg seger waras penuh kebahagiaan gitu Pak. Iya sudah lama tidak muncul ning ada terus namanya RZQ biasanya yang sok sering muncul kalau saya sok-sok wis kesel gitu YC2 [waisitu] OZS YC2PAS sempurna sekali membuka fasilitas Candi Ceto ganti. A: YC2 [waisitu] OZS YC2PAS kembali. Piye Pak Cip saya biasa dengan Pak Teguh itu YD2[waiditu] QRQ sampai lama kemudian juga dengan yang dari Yogya itu Hardjito ya beberapa waktu lalu kesulitan membuka repeater yang kadang-kadang tidak sempurna padahal beberapa waktu yang lalu sudah bagus. Itu ndak tahu, apa bar kodanan itu atau gimana itu (tertawa). Piye Mas Cip kapan-kapan kalau ke Semarang silakan pinarak Yankee Charlie two Oscar Zulu Siera, Yankee Charlie Two Papa Alpha Siera di Kota Semarang ganti, ganti. B: YC2 [waisitu] PAS YC2OZS ya mudah kalau pas ke Semarang tapi mungkin lama wong sekarang dadi wong kecamatan. Jadi jarang, kalau dulu masih sering ke Menteri Supeno itu. Sekarang sudah tidak sering, sudah beberapa tahun, sudah terputus dengan Semarang, gitu Pak Sam. Sudah jam delapan kurang seperempat, saya tak pamit dulu ngupadi upa.... (D.1)
110
Jawa Tengah, sedangkan mitra tuturnya berasal dari region 10 Jawa Barat. Tiga huruf terakhir merupakan panggilan yang tipenya sama dengan call sign para anggota ORARI. TPD saat itu sedang melakukan perjalanan memakai mobil dari Jawa Barat dengan tujuan Kediri. Dalam memasuki suatu percakapan dalam komunikasi ini, penyela menggunakan kata-kata break atau kontak sebagai suatu norma yang dianggap sudah lazim berlaku di lingkungan percakapan tersebut. Pertukaran permulaan dengan elisitasi JZ 10 TPD dengan meminta respon 11 MOT mengenai kekuatan pemancarnya. Kemudian 11 MOT memberi laporan mengenai kekuatan pemancar 10 TPD yang waktu itu sedang mengadakan perjalanan. JZ 10 TPD memasang alat komunikasi dalam mobil sehingga ia bisa berkomunikasi dengan anggota RAPI di daerahdaerah yang dilewatinya. Agaknya para anggota RAPI dalam memandu rekan-rekannya secara estafet. Apabila jangkauan pancarannya tidak sampai ia lalu mencari anggota lain yang terdekat untuk memandu rekan yang sedang dalam perjalanan tersebut, karena jangkauan antene mobil tidak bisa terlalu jauh seperti antene rumah, sehingga hanya bisa menangkap pancaran pesawat yang jaraknya tertentu saja.
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
Saat itu TPD dipandu oleh rekan anggota RAPI di region 11 yang berada di daerah
B: Oke dekat sekali Anda dengan saya, gitu roger. Oke selamat jalan kangmas. Di sini
Kartasura. JNB memberi petunjuk rute perjalanan dari Kartasura sampai Pasar Gede Surakarta melalui Jalan Slamet Riyadi dan seterusnya sampai jalan yang menuju ke arah
11 Juliet November Delta. Base station 85 Kartosuro pula ini. Solonya mana ni menuju ganti.
Kediri. Variasi bahasa yang dipakai memang sudah khas, yaitu bahasa komunikasi dalam radio amatir, yakni diwarnai campur kode baik dengan bahasa Jawa seperti moglengmogleng, notog, banget, kangmas, maupun bahasa Inggris seperti traffic light, roger, break mobile. Walaupun keduanya dapat dikatakan baru pertama berkomunikasi tetapi sudah tampak akrab dan dengan nada santai . Kata sapaan yang dipakai di sini adalah kangmas, yaitu untuk seorang laki-laki dalam bahasa Jawa untuk orang yang dihormati yang merupakan keluarga dekat. Kata tersebut biasanya dipakai untuk sebutan kakak dalam bahasa Jawa ragam krama. Untuk mendukung uraian di atas disajikan contoh berikut. (2) B: Ya, ya roger, region 10 apa 9? A: 10 ada 9 ada, gitu 10 ada 10 ada panggil 10 aja, 10 TPD yang lagi mogleng-mogleng ganti B: Oke, 10 apa ATD ya? Atau 10 TPD, 10 APD selamat pagi! C: Koreksi 10 TPD gitu, 10 TPD ganti B: O, 10 TPD, ya oke selamat pagi. 20 sementara di mana ni, roger? C: Di Ruko Kartasura, kantor pemasaran, ruko Kartasuro, ganti!
C: Tujuh enam ke Kediri, masih ke timur lagi gitu. Gitu kangmas Juliet November Delta 10 Tanggo Papa Delta break mobile ganti B: Oke 10 Tanggo Papa Delta, 11 JND kembali pada Solo Romeo Delta 2 Candi Ceto. Oke ya. Itu terus saja, trus nggak usah belokbelok, terus dan terus, notog nanti belok ke kiri, udah Pasar Gede tu nanti TPD, JNB ganti. C: JNB, Tanggo Papa Delta ini ada traffic light masih lurus ya? Ini sampai Hotel Wisma Indah, ganti. B: 10 diimport masih jauh banget, masih ke sono lagi. Jadi, nanti lurus saja nggak usah ke mana-mana, nggak usah belok kanan, belok kiri, lurus, dan nanti UMS, UMS teruus lagi. Jalan Slamet Riyadi, notog nah nanti akan belok ke kiri demikian ganti....(D.2).
Topik pembicaraan pada percakapan (3) adalah ramalan judi cap ji kia. Pembicaraan terjadi antara seseorang yang tidak teridentifikasi namanya dengan Pak Lurah. Mitra tutur pak Lurah adalah orang yang status sosialnya lebih rendah daripada Pak Lurah terbukti dari ragam bahasa yang dipakai, yakni ragam krama sedangkan Pak Lurah menggunakan ragam bahasa ngoko. Kedua-nya sering bercampur kode dengan bahasa Indonesia. Berikut disajikan pendukung kesimpulan di atas..
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
111
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
(3) A: Yen biasa saiki anane mung gunung, dhimpil, gunung dhimpil dijagani gundhul kanthong, dhimpil gunung njagani gundhul kanthong. B: Nggih, nggih berarti padha Mbah Dimo, gunung dhimpil tapi ningkrang dhatane, ngoten wau enjing kula sukani ngoten kok dhek wingi sedinten ngoten lhe niki sukane prediksi satu hari sama dhatane ngoten lhe Pak Lurah! A: Mbuh, itu kanggo data ning ya isoh kanggo sehari, dhek wingi nyatane anam satu tiga empat, anam satu tiga empat, neme ora metu, satune metu pindho, pate metu ping telu, tigane metu pisan. B: Niku wau nggih medal lha kala wau. A: O, iya keenam ya! B: Korek no, keenam kerok ngoten kok, tobaktobak niku, gundhul tobak ping pindho ngoten kok. A: Gundhule ping telu, petik-petik gundhul, ciwir, gundhul, kerok gundhul....(D.5). Percakapan (4) berisi percakapan antara seseorang yang belum diketahui namanya dengan rekannya yang bernama panggilan udara Walang. Kalau seseorang belum menjadi anggota suatu organisasi, biasanya para breaker mebuat nama udara sendiri-sendiri, sebagai contoh dalam interaksi tersebut pembicara menggunakan nama udara Walang. Nama-nama dalam radio amatir itu biasanya bukan nama asli. Mereka menggunakan nama samaran atau nama udara bermacam-macam. Ada yang mengambil nama rokok misalnya Bentoel, Filtra,GG; nama
112
tokoh wayang misalnya Bima, Arjuna, Seto; ada juga nama binatang seperti Walang, Kancil, Pitik; nama bunga seperti Mawar, Melati, Anggrek; nama-nama yang mengandung kelucuan atau berhubungan dengan nama tokoh pelawak seperti Ompong, Gombloh, Bendhot; atau nama-nama yang bagus seperti Prima, Gilang, Panji, dan sebagainya. Topik pembicaraan pada percakapan (4) berpindah-pindah dari pendahuluan yang menanyakan kabar masing-masing lalu berpindah ke masalah skripsi, masalah menu makan pagi, masalah perselingkuhan, masalah pembangunan terminal Delanggu yang menurut mereka tidak bermanfaat sampai pada kemungkinan alih fungsi terminal tersebut, dan sebagainya. Melihat variasi bahasa yang dipakai dan topik pembicaraannya, hubungan keduanya sudah menunjukkan hubungan yang akrab. Untuk memperjelas kesimpulan di atas disajikan penggalan data berikut. (4) A: Nek ra diprint wong tulisanku elek banget. B: O, ya wis dibenak-benakke sik saka ngomah, neng kana karek ngejokke. A: Lha iya nek ngejokke disetujui ya tanda tangan ra disetujui ya digawa mulih, ditik meneh, demikian Pakdhe Walang ndherek langkung menika gentos. B: Apa wis duk nggone, duk nggone ta, kok cepet men. A: Mlayu satus. B: Sepi ta? A: Ya dianggep wae sepi....(D. 6)
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
Percakapan (5) di bawah ini terjadi antara Mbak Sebloh dengan Mardi. Mereka saling
B: Wah, Sidowarno. Sido wis ngarani warno. Coba, wah mesti apik ganti.
berdebat mengenai pengertian kata apik, setelah didahului oleh pertanyaan mengenai alamat masing-masing. Menurut Sebloh kata tersebut dianggap kurang baik karena berkonotasi
A: Sae mboten apik
negatif. Akan lebih baik kalau kata itu diganti kata sae, tetapi menurut Mardi tidak demikian. Dia menganggap bahwa kata itu sama saja
B: Nggih benten? Bentenipun nggen pundi?
maknanya, bedanya kalau apik itu ngoko sedangkan sae termasuk ragam krama. Istilah
B: Lha menawi apik menika krama ngoko menawi sae menika krama inggil.
krama ngoko yang disebutkan Mardi tentu saja terdapat kekeliruan penyebutan karena tidak ada
A: O, ngaten nggih? Nggih!
tingkat tutur krama ngoko, yang ada hanya ngoko. Percakapan terus bergulir dengan topik yang berubah-ubah. Percakapan terjadi dalam bahasa Indonesia. Dalam percakapan mereka terjadi alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Berikut ini disajikan percakapan tersebut. (5) A: Salah sambung betul? B: Betul! A: Sambung Manang. B: Lho,ini siapa ini? A: Korek ini dari Klaten Timur. B: Dari Klaten Timur kok ini bisa salah sambung! A: Mungkin juga bisa mungkin juga tidak korek. B: Ya, hallo slamat siang. Maaf saya bicara dengan siapa ini? A: Korek ini bicara dengan mbak Sebloh korek B: Ya, Mbak Sebloh mana Klaten timurnya? A: Sidowarno kurik!
B: O, nggih apik kalian sae nika sami ganti. A: Nggih benten!
A: Sae kok kalih apik, perkataane men benten korek.
B: Nggih, nek sesami breaker ngendika apik kok ora pareng niku kleru. Lha, nek ngajenge pun gantos mboten /a/ menika ingkang mboten prayogi ganti. A: Ngaten nggih, nggih!....(D.8). c.
Bentuk wacana percakapan dalam radio amatir dilihat dari lengkap tidaknya unsurunsur wacana Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap masing-masing wacana dapat disimpulkan bahwa struktur wacana percakapan yang terjadi pada umumnya merupakan struktur wacana yang lengkap. Hal itu ditandai oleh selesainya setiap wacana percakapan yang terjadi. Agar lebih jelas berikut ini dideskripsikan bagaimana masing-masing wacana telah selesai dengan disertai contohcontoh penanda-penanda berakhirnya wacanawacana tersebut. Data (1) diikuti oleh tiga peserta tutur. Percakapan pertama terjadi antara Pak Sampurna dan Pak Cipta. Keduanya menawali dengan salam dan saling menanyakan kabar masing-
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
113
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
masing. Pak Cipta mengakhiri wacana itu dengan ucapan, “Sudah jam delapan kurang seperempat saya tak pamit dulu ngupadi upa”. Setelah itu percakapan dilanjutkan antara Pak Sampurna dan Pak Cipta. Berakhirnya wacana percakapan ini ditandai oleh ucapan salam yang disampaikan oleh Pak Puji dan Mas Sampurna dengan ucapan 73 by by ‘selamat berpisah’. Peserta tutur pada data (2) berjumlah enam orang. Percakapan pertama terjadi antara 11 MOT dan 11 BKB. Setelah didahului oleh ucapan salam dan saling menginformasikan kabar masing-masing BKB mengakhiri percakapan itu dengan ungkapan, “Karena banyak direkan, gitu, biar dipakai rekanrekan...”. Percakapan berikutnya terjadi antara 11 MOT dan 10 TPD. TPD saat itu sedang melakukan perjalanan ke Kediri melewati Salatiga dan Solo yang dipandu oleh MOT. Percakapan keduanya diakhiri oleh 11 MOT setelah TPD sampai di daerah Kartasura. Kemudian 11 MOT menyerahkan komando panduan itu kepada JND yang lebih dekat jaraknya dengan mobil TPD. Percakapan antara TPD dan MOT itu diakhiri oleh MOT dengan mengucapkan, “Nggih mangga kalajengaken kula MOT dua belas”. Percakapan kemudian dilanjutkan oleh JNB yang memandu perjalanan TPD. Disela-sela percakapan masuk breaker lain, yaitu Win tetapi ia hanya menanyakan kualitas frekuensinya saja. Kemudian penutur lain yang masuk adalah JKF yang bermaksud menyalami TPD saja. JKF mengakhiri percakapannya dengan ucapan, “...mangga rekanrekan dipantau dulu saudara kita ...”.
114
Dalam Data (3) percakapan hanya terjadi antara dua orang. Setelah berbincang-bincang mengenai ramalan cap ji kia, percakapan diakhiri dengan ucapan, “...Ngaten mawon Pak Lurah, niki onten tamu”. Percakapan pada Data (4) terjadi antara dua orang yang berpindah-pindah topik percakapannya. Percakapan ini belum selesai ketika rekaman terhenti karena gangguan. Pada data (5) peserta percakapan cukup banyak, yakni berjumlah dua belas peserta tutur. Para peserta tutur bercakap-caap bergantian. Penanda berakhirnya percakapan tanpa melalui ucapan pamitan, tetapi hanya ditunjukkan oleh peralihan penutur.
Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir Struktur wacana percakapan dalam radio amatir yang telah dianalisis pada umumnya terdiri dari pertukaran permulaan atau awal (preliminari exchange), pertukaran pertengahan atau medial (medial exchange), dan pertukaran akhir atau final (final exchange). Pada pertukaran medial sering terjadi pertukaran bebas (free exchange) yang berisi topik perbincangan dari suatu masalah ke masalah yang lain. Ini juga menjadi ciri perbincangan yang dilakukan oleh para breaker. Mereka bercakap-cakap sebagai suatu hobbi dan sebagai pengisi waktu ketika seorang breaker butuh teman berbincang-bincang. Mereka cukup duduk di rumah sudah bisa mencari teman yang beragam dan berbagai macam latar belakang serta tempat yang berbeda-beda. Berikut ini akan dikemukakan hasil analisis lebih lanjut mengenai struktur wacana tersebut.
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
a.
Pertukaran awal Pertukaran awal merupakan segmen inisiasi yang dapat dilakukan oleh penutur maupun mitra tutur. Pada bagian awal ini berisi
disampaikan secara singkat dengan tujuan untuk mempercepat informasi yang digunakan oleh para anggota ORARI. Begitu pula Kode 10 yang digunakan oleh para anggota RAPI.
alternatif-alternatif: (1) persilaan, (2) salam, (3) perkenalan, (4) informasi, (5) kombinasi antara
Dalam menyampaikan salam pun sebagai awal pertemuan yang sekaligus sebagai
alternatif-alternatif tersebut. Segmen persilaan terjadi apabila penutur memasuki suatu frekuensi yang kemudian dipersilakan oleh NCS. Kemudian masing-masing mengucapkan salam
pertukaran awal pun terdapat perbedaan antara anggota ORARI dan RAPI. Anggota Orari memakai salam yang sifatnya umum, sedangkan RAPI menggunakan salam khusus. Salam RAPI
yang dilanjutkan perkenalan masing-masing peserta tutur. Sering pula setelah berkenalan para peserta tutur minta diberi informasi mengenai kualitas frekuensi masing-masing. Setelah itu baru dilanjutkan ke percakapan inti.
5155 sebagai salam pada awal pertemuan tersebut tampak pada contoh-contoh berikut.
Terdapat perbedaan kode dalam hal bercakap-cakap, apabila para breaker-nya berbeda dalam hal kepemilikan lisensi. Para breaker yang tidak memiliki lisensi pada umumnya berbicara dengan kode-kode yang sifatnya umum yang terjadi dalam masyarakat, maka para breaker yang memiliki lisensi dalam berbincang-bincang pasti memunculkan karakteristik atau latar belakang lisensi mereka. Mereka yang mengantongi ijin dari ORARI memiliki call sign yang berbeda dengan mereka yang dari RAPI. Anggota Orari menggunakan nama panggilan yang berawal YD (siaga), YC (penegak), YB (penggalang) diikuti angka
D: Mat malem Pak Basuki
yang menunjukkan region masing-masing. Jawa Tengah termasuk region 2. Anggota RAPI semuanya berawal YZ diikuti oleh angka pula yang menunujukkan region, Jawa Tengah termasuk region 11, Jawa Barat 10. Perbedaan lain adanya Kode Q dan Kode 10. Kode Q dipakai oleh para anggota ORARI
(6) B: ...di belakang Mas Saleh maaf tertunda tadi, silahkan, slamat malem
B: Mat malem Bu Waluyo roger D: Ya (tertawa) apal karo anak wedok, ya Pak Basuki slamat malem salam Rapi 5155 tentunya harapan kita semua buat panjenengan begitu Pak Basuki. B: Bu Waluya yang ada di Salatiga di samping rekan yang mendengarkan 11 Mike Echo Queen Mas Alex dan lain-lainnya. Sebelumnya report-nya bagus 10-2 sekali, banter banget. 5155 tentunya harapan 10-2 Bu Waluya bersama keluarga. Tumben ini malam Minggu ngebrik apa nggak shopingshoping ya Bu Waluya, Basuki gentos. (7) A: ... Ya Pak Cip sugeng kawarasan suwe ra ngebrik kluarga ing Wonogiri tansah pinaringan basuki rahayu nir ing sambikala. Pak Cip yang ada di Wonogiri YC2 [waisitu] OZS YC2PAS go head.
yang berisi mengenai kode percakapan yang
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
115
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
B: YC2 [waisitu] PAS YC2OZS di Wonogiri sama-sama juga keluarga yang di Semaramg
hasil analisis diperoleh alternatif-alternatif pada segmen ini yang meliputi: (1) pertanyaan, (2)
seger waras selalu penuh kebahagiaan gitu Pak. Iya sudah lama tidak muncul ning ada terus namanya RZQ biasanya yang sok sering muncul kalau saya sok-sok wis kesel
komentar atau tanggapan, (3) perdebatan, (4) mencurahkan perasaan (ngudarasa), (5) kombinasi antara alternatif-alternatif itu.
gitu YC2 [waisitu] OZS YC2PAS sempurna sekali membuka fasilitas Candi Ceto ganti.
mengenai suatu hal atau suatu topik kemudian diikuti oleh komentar atau tanggapan. Kadangkadang segmen ini berisi tentang perdebatan
A: ... Ya, Pak Cip. (8) F: CQ, panggil.
terutama pemerintah sehingga mereka saling mencurahkan perasaan (ngudarasa). Contoh
C: Pagi, silakan!
berikut akan memperjelas kesimpulan itu.
F: Panggil panjenengan 10 TPD, 11 JKF di Kudus.
(9)
F: 10 TPD kembali 11 Juliet Zulu Foxtrot, Juliet Zulu Fox yang di Kudus, met pagi dulu. Sejahtera untuk panjenengan dan keluarga baik yang ditinggalkan di 85 dan yang di mobil, sejahtera selalu slamat jalan 10 TPD yang mau ke Kediri, Juliet Zulu Foxtrot di Kudus ganti. (D.2)
116
mengenai suatu hal. Juga mengenai ketidakpuasan peserta tutur terhadap suatu hal,
A: Ada yang memanggil!
C: 11 Juliet Kilo Foxtrot 10 TPD struk mobil dikopi 20, terakhir di mana ini...Pondok Pesantren Sayidina, ganti.
b.
Tahap pertanyaan berupa pertanyaan
Pertukaran medial
A: YC2 [waisitu] SLC YC2PAS Betul, betul, betul Mas Puji saking senege gitu ya. Yang penting tidak semua itu yang berbau lamalama itu jelek. Ya, contohnya kalau kita sebagai orang sekarang kalau tidak ada orang lama-lama, bapak, ibu, eyang kakung, eyang putri, eyang buyut, eyang canggah, eyang wareng, tidak akan ada kita. O, akan diadakan lagi, ya bagus, akan dihidupkan lagi, ya itu kan untuk memacu anu, ya pembangunan, dan untuk memacu K3 dan lain sebagainya. Atau memang sekarang ini tersendat. Ya sehubungan
Pada segmen ini penutur dan mitra tutur
dengan pemberlakuan otonomi daerah, sehingga sementara timbul beberapa
melakukan percakapan inti. Pada pertukaran medial ini biasanya diisi oleh adanya pertukaran bebas mengenai topik yang beragam sesuai
peraturan-peraturan yang kurang penak. Itu dirasakan oleh rakyat kecil seperti saya,
dengan pancingan pada awal percakapan. Pada pertukaran bebas ini umumnya mitra tutur menanggapi apa yang menjadi pancingan penutur mengenai topik yang diinginkan. Dari
ta. Pantas Raden Ngabehi Rangga Warsita ki pernah ngendika besok yen menangi jaman, putu-putuku bakal menangi dom
gitu Mas Puji, ing atase pangkat gurem ya
tugel we dipajeki ganti.
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
B: (tertawa) Ya, para pujangga jaman dulu memang ampuh gitu. Suk mben yen ana kemajuane jaman wit kambil ki woh iwak. Lho ana ta Mas, Mas Purnama? A: (tertawa) Ya, soale iwake dha temangsang ganti. C: Ya bener, seperti Waduk Wonogiri Gajah Mungkur, Kedung Ombo, wit klapa dha klelep kabeh. Dadi kan dadi sarang iwak, ngono lho Mas Purnama. Sesuatu kejadian yang sudah diketahui sebelumnya ya. Wah sudah tahu sebelum winarah jaman dulu itu memang masih banyak kok sekarang ya bablas. (D.1) (10) B: ... terminal nDlanggu ki nganti seprene ora berfungsi ki piye ta karepe. Tukokno duren apa nggo pasar duren ngono penak ya? A: Wong kuwi asline nggo kaya pasar ngGawok kuwi malah payu. Dodol dara, dodol pitik, dodol wedhus. B: Nganu... terminal nDlanggu kuwi didadekke pasar kaya ngGawok ngono? A: Ho’o malah payu! B: Jane ya wong asline parkire ya penak, nggone ya luas dari pada nganggur ngono kuwi ya Lang? A: Jan biyen ki ya piye. Jan ngguwak-ngguwak anggaran. Ora butuh terminal gawekke terminal. Mbok nggo pangkalan dhik-dhik. B: NDlanggu ki nyat kotane cilik ya? A: Wong kota mung sakidu ngono kok dikeki terminal nyang kono... (D.6)
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511
c.
Pertukaran final Pada pertukaran final ini lazim berisi ucapan terima kasih dari para peserta tutur yang telah saling memberikan atensi dalam percakapan tadi. Selain itu diucapkan pula salam perpisahan dari masing-masing peserta tutur dan juga saling mendoakan. Ucapan terima kasih diucapkan sebelum mereka berpisah seperti “trima kasih atas konteknya, trima kasih atas nice contactnya, trima kasih atas atensi anda”. Salam perpisahan pada anggota Orari menggunakan tuturan “73 cheerio”. Dalam RAPI digunakan tuturan “103 atau 1023”. Secara umum digunakan istilah-istilah umum seperti “byby, selamat malam (pagi/siang), mangga dilanjutkan saya pamit”. Doa atau ucapan harapan sering juga dilakukan oleh para breaker sebelum mereka berpisah seperti (11) A: ... Ha, inggih trima kasih atas atensinya di pagi hari ini dan silahkan apabila paling tidak berkemas-kemas atau bersiap-siap untuk melaksanakan aktivitas di pagi hari ini. Dengan harapan panjenengan hari ini lebih sukses dibanding hari kemarin untuk menapaki hari depan yang lebih terang beserta keluarga. Yankee Charlie two Papa Alpha Siera di Kota Semarang stand by. C: Trima kasih untuk doa Anda, isya Allah di lain kesempatan bertemu kembali dengan keadaan yang lebih menyenangkan, YC2SLC YC2PAS 73. A: 73 by by. (D.1)
117
Bentuk dan Struktur Wacana Percakapan dalam Radio Amatir .....
SIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah dan
Kartomihardjo, Soeseno. 1993. “Analisis Wacana dengan Penerapannya pada Beberapa Wacana”.
pembahasan yang telah dilakukan di depan dapat disimpulkan tiga hal pokok sebagai berikut.
PELBA 6. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya dan Kanisius.
(1) Wacana percakapan dalam radio amatir
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik.
berbentuk wacana lisan jika dilihat dari medianya. Dilihat dari fungsi bahasanya termasuk wacana interaksional. Jika dilihat dari lengka tidaknya sebuah wacana termasuk wacana yang leng-kap. (2) Struktur wacana percakapan pada umumnya terdiri dari struktur awal yang biasanya berupa ucapan salam atau konfirmasi frekuensi atau menanyakan keadaan masing-masing, struktur medial biasanya inti dari pembicaraan, dan struktur akhir yang merupakan penutup pembicaraan.
DAFTAR PUSTAKA Asher, R.E. 1994. The Encyclopedia of Language and Linguistics. Tokyo: Pergamon Press. Brown, Gillian & George Yule. 1996. Analisis Wacana (terje-mahan I. Soetikno). Jakarta: Gramedia. Dijk, Teun A. van. 1997. Discourse as Social Interaction. New Delhi: SAGE Publications.
Jakarta: PT Gramedia Littlejohn, Stephen W. 1991. Theories of Human Communication. California: Wadsworth Publishing Company. Marcellino, M. 1993. “Analisis Percakapan (Conversation Analysis): Telaah Tanya-Jawab di Meja Hijau”. PELBA 6. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya. Nababan, Sri Utari Subyakto. 1999. Analisis Wacana dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: IKIP Jakarta Oetomo, Dede. 1993. “Pelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana”. PELBA 6. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya. Parera, J.D. 1990. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. Subroto, D.Edi. 1992 . Pengantar Metoda Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Tedlock, Dennis & Bruce Mannheim. 1995. The Dialogic Emergence of Culture. Urbana and Chicago: University of Illinois Press. Tim Penyusun Kamus. 1997. Kamus Besar
Djajasudarma, T. Fatimah. 1994a.Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Eresco.
118
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Magistra No. 83 Th. XXV Maret 2013 ISSN 0215-9511