Kasmantoni, Bentuk Amar Dan Nahi Dalam Bahasa Arab
159
BENTUK AMAR DAN NAHI DALAM BAHASA ARAB (SEBUAH PEMETAAN DALAM SURAH YUSUF)
Kasmantoni
,
,
Kata Kunci : Amar, Nahi, Surat Yusuf. A. PENDAHULUAN Salah satu hal yang tidak kalah menarik dalam al-Qur’an adalah pertarungan pembicaraan seputar kisah serta bentuk-bentuk ungkapan dan peryataanya. Dimana dalam kisah-kisah ditemukan berbagai bentuk ungkapan, pernyataan dan penyajian-penyajian. Mulai dari ungkapan yang mempunyai nilai sastra, politik, hukum, sosial ekonomi dan lain sebagainya bahkan yang tidak kalah penting adalah nilai-nilai edukasi dari ungkapan-ungkapan dalam kisah tersebut. Karyakarya dan tulisan-tulisan masa lampau merupakan peninggalan yang mampu meng-imformasikan buah pikiran, buah perasaan, dan informasi mengenai berbagai informasi segi kehidupan yang pernah ada,i demikian juga dengan alQur’an yang senantisa sangat komplek dalam pemaparkan’ berbagai penomena masa-masa silam tersebut. Ungkapan-ungkapan dalam al-Qur’an pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari berbagai bentuk ungkapan yang menggunakan paparan yang menekankan ungkapan berita, ungkapan seruan, ungkapan anjuran, ungkapan larangan, ungkapan komunikasi percakapan dengan gaya dan stail yang berbeda-beda antara 159
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
160
satu ayat dengan ayat lainnya. Pada dasarnya semua bentuk ungkapan ini terdapat pada semua ayat-ayat al-Qur’an, demikian juga pada surat Yusuf, akan tetapi dalam tulisan ini hanya memfokuskan bentuk-bentuk bentuk amar dan nahi dalam konteks sighat, dalam artian melihat surat Yusuf dalam konteks perubahan analisa morfhologis.ii Khususnya dalam mengamati kata-kata yang terdapat dalam surah Yusuf dalam konteks kata kerja verb baik amar maupun nahy ataupun ada bentuk-ata yang bisa dipahami semakna dengan makna keduanya. Dengan tidak melihat dan mengamati konteks yang menimbulkan aspek-aspek konsekwensi-konsekwensi yurudis al-‘awāqib al-ahkāmiyah dalam kehidupan manusia. B. Selintas Surah Yusuf Dalam urutan Juz Surat Yusuf Terdapat pada urutan Juz ke-12 dalam alQur’an, surat ini terdiri dari atas 111 ayat, jika diamati dari konteks historisitas dapat digolongkan kepada surat-surat Makiyyah karena diturunkan diMekah sebelum Hijriyah. Surat ini dinamakan surat Yusuf karena titik tekan dari isinya mengenai riwayat nabi Yusuf as Riwayat ini salah satu cerita-cerita ghaib yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw, sebagai mukjizat bagi beliau, pada dasarnya sebelum diturunkan ayat ini tidak mengetahuinya. Menurut riwayat alBaihaqi dalam Kitab al-Dalāil, Segolongan orang Yahudi Masuk Islam setelah mendengar cerita nabi Yusuf as. Dari cerita Nabi Yusuf as Nabi Muhammad mengambil pelajaran-pelajaran yang banyak dan merupakan penghibur terhadap beliau dalam menjalankan tugasnya: Jika diamati secara detail cakupan yang terdapat dalam surah mengandung unsur-unsur sebagai berikut: -Keimanan: Kenabian nabi Yusuf as mukjizat-mukjizatnya: ketentuan yang berhubungan dengan keagamaan adalah hak Allah semata-mata: Qhada Allah tak dapat dirubah: para rasul semuanya laki-laki. -Hukum-hukum: Keharusan merahasiakan sesuatu merupakan keharusan menghindarkan fitnah: barang dan anak temuan wajib dipungut tidak boleh dibiarkan: boleh melakukan helah yang tidak merugikan orang lain untuk memperoleh sesuatu kemaslahatan.
Kasmantoni, Bentuk Amar Dan Nahi Dalam Bahasa Arab
161
Kisah-kisah: Riwayat nabi Yusuf as Bersaudara dengan orang tua mereka Yaqub as Dan lain-lain: beberapa sifat dan suri tauladan yang mulia yang dapat diambil dari cerita Yusuf as persamaan antara agama para nabi-nabi ialah tauhid.iii Untuk dapat mengetahui bentuk-bentuk ungkapan dari cakupan ayat dalam surat tersebut dapat dilakukan pelacakan-pelacakan dengan berbagai alat-alat yang cukup variatif diantara melacak bagaimana bentuk ungkapan yang digambarkan Allah dalam kisah nabi Yusuf terutama pesan-pesan yang menggunakan bentukbentuk amar dan nahyu dalam yang tersebut. C. Amar dan Nahi Sebagaimana diketahui yang mempunyai resfon yang cukup tinggi terhadap eksistensi ungkapan amar dan nahyi adalah para ahli ushul al-fiq karena pada dasarnya berbicara seputar ungkapan ini akan melibatkan kekuatan yuridis dalam tatanan kehidupan manusia yang sudah memiliki tanggung jawab terhadap beban hokum, baik menimbulkan hukum antara boleh atau tidaknya suatu perbuatan itu untuk diperbuat oleh seseorang. Secara umum kata amar bermakna perintah, akan tetapi bentuk derivasi dari kata itu dalam perjalanannya tidak semua diungkapkan dengan bentuk fiil amar saja akan tetapi ada yang berbentukiv Defenisi Amar Kata amar terambil dari kata Amara dalam bahasa Inggris bermakna To order, command, instruct, dalam bahasa Indonesia diartikan dengan makna: memesan, memerintahkan, menginstruksikan.v Sementara dalam tata gramatikal Arab kata al-amr senantiasa di awali dengan kata “fi’il” defenisi terlihat diantaranya: Mā dalla ‘ala thalabi hats alfi’l min al-amri ila al-makmūr sawā,u kāna bi shīghat al-amr au bi lām al-amr wa yubnā ‘ala arba’ati ‘anwā’i.vi Dengan defenisi tersebut terdapat bentuk-bentuk redaksi kalimat yang dapat dianalisa menujukkan sebuah anjuran dan dan harapan untuk terjadinya sebuah aktifitas, jika diamati dari bentuk I’rabnya ada 4 kata gorivii
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
162
Sementara jika diamati dalam bentuk bangunan kalimatnya kata kerja amr dapat diklasifikasi kepada beberapa bentuk tergantung arah “muthātab” yang menjadi arah pembicaraan, mungkin pembicaraan tertuju kepada orang ketiga “ghīib” atau lawan bicara “muthātab” secara langsung. Dalam hal
akan ada
perbedaan mana kata kerja yag digunakan melihat kepada siapa yang kita ajak bicara, hal ini diungkapkan sebagai berikut dalam ungkapan Shohib Khaironi: 1.al’-Amr bi al-Shīghah, wa hadzā yahtashsh bi al-fāil al-muthāthab min alfi’il al-Mabni al-ma’lūm, nah: unshur ai unshur anta, wa idhrib ai idhrib anta, wa ka qaulika: Tafakkar qabla an-tatakallama ai: tafakkar anta qabla an tatakallama, 2. al-Amr bi lām al-amr wa hadzā yahtashsh bi al-fāil al-ghāib min al-Fi’il al-Ma’lūm
wa al-Majhūl, nahw: li yahfadz al-Qur’an ai: li yahfadz
(huwa) al-Qur’an au bi al-Fāil al-muthātab al-Majhūl
nahw li tu’addab yā
ghulām.viii Dari defenisi kata itu dapat dapat dipahami bahwa bentuk amar dapat dilihat dengan dua bentuk ungkapan perintah, bisa dibuat dalam bentuk kata kerja perintah dengan fi’il amr dan dapat juga dibentuk dengan lam amr jika subjeknya orang ketiga ghāib. Sementara defenisi dalam Kitab al-Munjid mengeksfor ada beberapa derivasi makna yang bisa ditimbulkan dari kata 1.“amara” memiliki derivasi dengan makna menuntut terjadi sebuah perbuatan 2. kata āmara: dengan makna musawarah, 3 kata amira, memerintahkan dengan makna “tahakkama”4 kata “amira” katsira mayoritas, ramai, 5 al-amru bermakna sya’nun urusan atau perkara 5 adajuga yang dia bentuk menjadi ta’ammaraka bermakna shara: taammara al-rajul: ai shara amrikīyān takhallaqu bi akhlāk al-imrikiyin wa in tahala ‘a datuhum fahuwa mutaharrik, terdapat makna menjadi seorang lak-laki beretika denga etia Amerika jadilah beretika akhlak amerika.ix Kalau kita amati dalam al-Qur’an terdapat juga kata amar dan derivasi dengan makna yang sangat variatif diantara terdapat pada QS:1,44 dengan diawali dengan huruf istifham atakmurūna, kenapa kalian suruh, QS:1,67 yakmurukum, menyuruh kalian QS:1,68 dengan bentuk mudharik mabni li al-majhul Tukmarūn yang diperintahkan kepadamu.
Kasmantoni, Bentuk Amar Dan Nahi Dalam Bahasa Arab
163
Dengan demikian secara seksama kata amar dan derivasi memiliki makna yang sangat variatif, akan tetapi pada dasarnya ungkapan-ungkapan yang menggunakan akar kata tersebut menekankan terjadinya sebuah aktifitas yang menjadi harapan dari fihak pertama agar terjadi sebuah realisasi apa yang ia harapkan. Kata amar mengandung makna perintah artinya ada seperangkat larangan yang dapat ditangkap dari ungkapan tersebut seperti adanya anjuran dalam kata “idzhab” pergilah artinya jangan tinggal. Oleh karena itu berbicara seputar pembahasan-pembahasan amar senantiasa dikaitkan dengan pembicaraan seputar nahyi yang merupakan antonymx dari kosa kata tersebut Defenisi nahy Seperti yang telah diungkapkan diatas berbicara seputar amar dan nahy adalah pembahasan pada tataran kajian konsekwensi hukum-hukum. Akan tetapi dalam konteks ini perlu penulis jelaskan kembali dalam tulisan ini, tidak menyinggung hal-hal tersebut. Kalau dalam paparan mengenai defenisi amar jelas dalam tataran tataran garamatikal bahasa Arab bahwa amar adalah kata kerja perintah merupakan bagian dari kalimat fiil dari dimensi waktu, sementara nahyi tidak ditemukan defenisi tersendiri dalam pembagian fiil dari dimensi waktu. Secara bahasa kata nahi
“nahyun, nuhaiyatun, nahyan, larangan, tegah,
cegah, larangan, kepintaran, akal.xi Walaupun tidak ditemukan defenisi yang cukup mewakili nahy dapat dilihat dalam kontek bentuk dan makna yang ditujukkan oleh sebuah redaksi kalimatnya, secara umum bahwa nahi adalah “fi’il mudhāri’” yang diawali dengan “lā nahi” hal ini dapat diamati dari berbagai contoh yang terdapat dalam beberapa ayat berikut QS; al-Māidah:5, 101 dengan ungkapan “lā tasalā” jangan kau tanyakan, QS al-Isrā, 17:33 “lā taqtulū” jangan kau bunuh, QS; al-Māidah:5, 87 “lā tuharrimū” jangan kau haramkan, dan lain sebagainya akan tetapi tidak hanya pada fiil mudharik secara umum saja akan tetapi ada juga yang disertai dengan “nun taukid” seperti diantaranya QS: Ibrahim ,42 “lā tahsabanna” jangan sekali-kali kau mempradugakan. Demikian juga antara amar dan nahi adakalanya bentuk amar dengan bentuk kata kerja perintah ada kala dalam bentuk kata mabni lil al-majhūl seperti dalam QS; Al-Baqarah: 1,183 pada lafadz “kutiba” diwajibkan, ada juga dengan ungkapan faradha, ‘harrama, bahkan ada yang secara langsung menggunakan kata amara dalam rangka memerintahkan
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
164
sebagai Allah menganjurkan dan menyuruh kepada seseorang untuk senantiasa menjaga amanah yang dibebankan kepadanya QS. An-Nisā:4, 58.xii Teknik Deskripsi Morfologis dan Langkah Pemetaan Tidak diragukan jika berbicara seputar morfologis biasanya para linguistic mau tidak mau juga berbicara deskrifsi sintaksis, karena pengerian sintaksis menuntut adanya pengertian morfologisxiii. Dalam artian dalam menganalisis morfologis tidak mungkin mungkin terlepas dari sebuah redaksi kalimat: cara tersebut para pakar linguistic mendesktripsikan dengan cara tiga baris, baris pertama memuat teks itu sendiri yang disebut sebagai teks data dan dinamai” baris besar”, baris kedua memuat morfem-demi morfem dan baris ini disebut dengan “glos” (terjemahan). Akhirnya antar baris ketiga memuat terjemahan bebas. xiv Dengan demikian analisis morfologis dalam pemetaan dalam surat yusuf dapat dilakukan diantara dengan cara ----------- baris pertama garis besar diletakkan data teks ----------- baris kedua analisis morfem demi morfem-glos, terjemahan interlinier ----------- Terjemahan bebas. Atau dapat pula diungkapan dengan penjelasan sebagai berikut baris kedua dan ketiga glos atau baris kedua glos morfem demi-morfem/glos morfemis/glos antar linier, sementara baris ketiga didudukan sebagai glos bebas. Amar dan Nahi Sebuah Pemetaan Pemetaan lafadz amar dan nahi dalam konteks ini mencakup: baik yang menggunakan kata kerja amar maupun kata kerja yang semana dengan kata kerja amar yang bermakna anjuran untuk menuntut terjadinya realisasi sebuah perbuatan, demikian juga yang bermakna nahi. Kata kerja yang bermakna amar dan nahi dalam konteks ini khusus membahas seputar kosakata dan morfemmorfem yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Yusuf sebanyak 111 ayat yang terdapat pada urutan juz 12 dalam susunan al-Qur’an. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pemetaan dalam ayat ini sebagaimana telah disebut diatas
dengan mengamati terlebih dahulu mana
cakupan ayat yang mengandung makna amar dan mana ayat mengandung nahi dalam ayat pada surat Yusuf tersebut : berikut klasifikasi analisa dan pemetaannya:
Kasmantoni, Bentuk Amar Dan Nahi Dalam Bahasa Arab
165
Peta Kodifikasi Makna Amar dan Nahyi dalam surat Yusuf Morfem-demi morfem glos No Data teks/ (terjemahan). Bentuk lafadz 1 Ayat 2 ﻟﻌﻠّﻜﻢ ﺗﻌﻘﻠﻮن 2 3 4
Ayat 5 Ayat 9 Ayat 10
5 6
Ayat 21 Ayat 23
7
Ayat 29
8
Ayat 31
9
Ayat 40
10 Ayat 42 11 Ayat 45 12 Ayat 46 13 Ayat 50
14 Ayat 51
15 16 17 18 19 20
Ayat 54 Ayat55 Ayat 59 Ayat 60 Ayat 62 Ayat 63
21 Ayat 67
Terjemahan Bebas Mudah-mudahan berfikir
Uraian
kalian Bukan bentuk fiil amar maupun nahyi ﻻ ﺗﻘﺼﺺ Jangn kau ceritakan Bentuk Nahy اﻗﺘﻠﻮا و اﻃﺮﺣﻮا Bunuhlah dan Buanglah Amar ﻻ ﺗﻘﺘﻠﻮا اﻟﻘﻮ Jangan kau bunuh, Nahyi dan Amar Masukkanlah اﻛﺮﻣﻰ Berikanlah Amar ھﯿﺖ ﻟﻚ Marilah kesini Makna amar (isim fi’il) اﻋﺮض اﺳﺘﻐﻔﺮ Berpalinglah dan Mohon Fi’il amar ampunlah اﺧﺮج Keluarlah (Nampakkan Amar dirimu أﻻّ ﺗﻌﺒﺪوا Agar kamu tidak Nahyi menyembah أذﻛﺮﻧﻲ Terangkanlah keadaanku Amar ﻓﺎرﺳﻠﻮن Maka Utuskanlah aku Amar أﻓﺘﻨﺎ Terangkanlah kepada Amar kami , ﻓﺴﺌﻠﮫ, ارﺟﻊ, أﺋﺘﻮﻧﻲBawalah, kembalilah, Amar, amar ﻗﺎل berkatalah tanyakanlah madhi dimaknakan amar, amar َﺣﺼْﺤﺺ Jelaslah Madhi seperti makna amar tetapi dalam konteks ini adalah kalimat berita أﺋﺘﻮﻧﻲ Bawalah dia Amar أﺟﻌﻠﻨﻲ Jadikan aku Amar أﺋﺘﻮﻧﻲ Bawalah Amar ﻻ ﺗﻘﺮﺑﻮن Jangan kau mendekatiku Nahyi اﺟﻌﻠﻮا Masukkanlah Amar ﻣﻨﻊ و ﻓﺎرﺳﻞ Dilarang, Biarkanlah Mabni lil majhul dan amar , أدﺣﻠﻮا, ﻻ ﺗﺪﺣﻠﻮاJanganlah kalian masuk, Nahyi, Amar ﻓﺎﻟﯿﺘﻮﻛﻞ masuklah, hendaklah untuk jamak, dan mereka bertawakkal amar untuk jama’ ghaib
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
166 22 Ayat 69
ﻻ ﺗﺒﺘﺌﺲ
23 Ayat 78 24 Ayat 81 25 Ayat 87 26 Ayat 88
ﻓﺨﺬ ارﺟﻌﻮا ﻓﻘﻮﻟﻮا اذھﺒﻮا ﻓﺘﺤﺴّﺴﻮا ﻻ ﺗﺎﯾﺸﻮا ﻓﺎوف ﺗﺼﺪّق
27
أذھﺒﻮا ﻓﺎﻟﻘﻮا وأﺗﻮا
Ayat 93
28 Ayat96
ّﻓﺎرﺗﺪ
29 Ayat 97 30 Ayat 99 31 Ayat 101
أﺳﺘﻐﻔﺮ أدﺧﻠﻮا ﺗﻮﻓّﻨﻲ واﻟﺤﻘﻨﻲ
32 Ayat108
ﻗﻞ
Janganlah kamu berduka cita Maka ambillah Kembalilah, katakanlah Pergilah,Carilah berita, janganlah berputus asa Sempurnakanlah, bersedekahlah Pergilah kalian dan letakkanlah,Bawalah Kembalilah Mohon ampunlah, Masuklah Wafatkanlah Gabungkanlah Katakanlah
Nahyi Amar Amar, Amar Amar, Amar, Nahyi Amar, amar Amar, amar, amar Fiil madhi makna amar Amar Amar Amar Amar
Dengan pendekatan-pendekatan morfologis dapat ditemukan makna-makna yang cukup variatif khususnya yang berkaitan dengan penyajian-penyajian yang mengungkapkan bentuk makna amar dan nahi ada yang berbentuk fiil amar dan bentuk nahi ada adapula yang berbentuk mabni lil majhul ada juga berbentuk isim bermakna fiil amar. Demikian juga dari kotek bangunan kalimat juga menunjukkan penekanan arah yang diperintah dan yang dilarang. Ada berbentuk jamak yang dilarang ada juga yang berbentuk mufrad E. Kesimpulan Dari paparan yang sangat sederhana ini dapat diberikan kesimpulan adalah arah tekanan yang dibahasa dalam kajian morfologis adalah melihat perubahan pecahan kalimat dari preafik, sufuk dan infik. Dalam surah Yusu ternyata banyak ditemukan ungkapan yang dalam bentuk fi’il amar dan nahi secara langsung. Akan tetapi makna amar jua ada yang berbentuk kata benda bermakna fi’il amar. Dari tataran khitab dari ugkapan amar ada yang memberikan penekanan kepada sesorang dalam bentuk tunggal dan ada juga dalam bentuk jamak. Penulis : Kasmantoni, M.Si adalah Dosen Tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Bengkulu
Kasmantoni, Bentuk Amar Dan Nahi Dalam Bahasa Arab
167
DAFTAR PUSTAKA Al-Khuli Muhammad Ali A Dictionary Of Theoretical Linguistics Arab-Arabic wit an Arabic –English Glossarry Mu’jam ‘Ilm Lugha al-Nazhrī Inkalizi‘Arabiy Ma’a masr ‘Arabiy-Inkalizi (Beirūt Librairie Du Liban Maktabah Lubnān) 1982 Al-Munjid fi al-Lughah wa ‘Alām tab’atu Jadīdah Munaqqahah (Beirūt Lubnān :Dā al-Masyr al-Maktabah al-Syarqiyah) C 21 Aziz Fahd ibn ‘Abd’ al-Saud Al-Qur’an al-Karim wa Tarjamah Ma’ā ila alIndunisiyah Al-Qur’an dan Terjemahan Khadim al-Haramain asy Syarifain Pelayan Kedutaan tanah Suci Baried Siti Baroroh dkk Pengantar Teori Filologi (Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas) (BPPF) Seksi Filologi, Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada 1994 Haidar Farid ‘ Aud Ilm al-Dilāla Dirāsah Nazhriyah wa Tahtibiqiyah (Al-Qahirah; Maktabah al-Adāb Jāmi’ah al-Qāhirah al-Far’u al-Fuyum) 2005 J.W.M Verhaar Asas-Asas Linguistik Umum (Yogyakarta: UGM Gajah Mada University Press ) C. 2006 Kahlīl Khelmī al-Muwaalad fi ‘al-Arabiyah Dirasah fi Numuwwi al-Lughah ‘aArabiyah wa tathawwuruhā ba’da Islām (Beirūt: Dār al- Nahdha alArabiyah) 1986 Khaironi Shohib Audhah al-Manāhij fī Mu’jam Qawāid al-Lughah al-‘Arabiyah A Complete Guide to Arabic Grammar (Jatibening Jakarta: Permission of the Publizher, WCM Press) Volume I: The Fundmental Theory) 2007 Munīīr al-Bala’balaki wa Rūh al-Bala’balaki Al-Maurīd Qāmūs ‘Arabiy, Inkalizi Indūnisi ter Ahmad Sunarto (Surabaya Halim Jaya) 2006, Nasrul al-Tashīl fi Qawāid al Lughah al-‘Arabiyah (Badang:: IAIN IB Press) 1999 Yāqūt Mahmūd Sulaimān Manhaj al-Bahts al-Lhughawī (Al-Quwaid: Dā al-Ma’rifah al-Jāmiyah
i
Siti Baroroh Baried dkk Pengantar Teori Filologi (Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas) (BPPF) Seksi Filologi, Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada 1994, h, 1 ii Morphology: Mā yata’allaqu bi bunyah al-Kalimāh, Mahmūd Sulaimān Yāqūt Manhaj alBahts al-Lhughawī (Al-Quwaid: Dā al-Ma’rifah al-Jāmiyah ) h, 275 Lihat juga dalam Perubahan morfologis dapat mencakup melihat perubahan kata kerja dari berbagai aspek, pembagian verb kata kerja dari dimensi waktu “zamānihi” meliputi mādhi, mudhāri’ amr, perubahan dari dimensi
168
At-Ta’lim, Vol. 11, No. 2, Juli 2012
I’rābnya meliputi mabni dan mu’rab, pembagian dari dimensi lāzim dan muta’aadi, dari dimensi aspek penguat dan tidak penguat( ada taukid) perubahan dari dimensi ma’lūm dan majhūl, perubahan dari dimensi sālim dan mu’tal, perubahan dari dimensi mujarrad dan mazīd, perubahan rubā’i meliputi mujarrad mazid, maupun dari dimensi jāmid dan mutassharrif Shohib Khaironi Audhah….76 iii Fahd ibn ‘Abd’ Aziz al-Saud Al-Qur’an al-Karim wa Tarjamah Ma’ā ila al-Indunisiyah Al-Qur’an dan Terjemahan Khadim al-Haramain asy Syarifain Pelayan Kedutaan tanah Suci h, 347 iv Farid ‘ Aud Haidar Ilm al-Dilāla Dirāsah Nazhriyah wa Tahtibiqiyah (Al-Qahirah; Maktabah al-Adāb Jāmi’ah al-Qāhirah al-Far’u al-Fuyum) 2005 h, 106 v Munīīr al-Bala’balaki wa Rūh al-Bala’balaki Al-Maurīd Qāmūs ‘Arabiy, Inkalizi Indūnisi ter Ahmad Sunarto (Surabaya Halim Jaya) 2006, h, 102. Amara- Yakmuru-Amrān-Imarān bermakna menyuruh, Amara-Yakmurru-Imāratan , memerintahkan Mahmud Yunus h, 48 vi Shohib Khaironi Audhah al-Manāhij fī Mu’jam Qawāid al-Lughah al-‘Arabiyah A Complete Guide to Arabic Grammar (Jatibening Jakarta: Permission of the Publizher, WCM Press) Volume I: The Fundmental Theory) 2007 h,95 vii 1 Mabnī ‘ala al-Sukūn, nahw: ‘uf’ul, 2 Mabnī ‘ala hadz an-Nūn, nahw: uf’ulā, uf’ulū, 3 Mabnī ‘ala hadz harf al-‘Illah. Mitsl: ‘a’thi, 4 Mabnī ‘ala al-Fath nahw if’alanna Shohib Khairan Audhah al-Manāhij fī Mu’jam ….h, 95. lihat juga dalam Nasrul al-Qahār al-Tashīl fi Qawāid al Lughah al-‘Arabiyah (Badang:: IAIN IB Press) 1999, h, 104 viii Shohib Khairani Ibid ix Al-Munjid fi al-Lughah wa ‘Alām tab’atu Jadīdah Munaqqahah (Beirūt Lubnān :Dā alMasyr al-Maktabah al-Syarqiyah) c 21 h. 17-18 x Sebuah kosakata mempunyai perlawanan maknanya dengan yang lain seperti kata hot dan cold dalam bahasa Inggris Muhammad Ali Al-Khuli A Dictionary Of Theoretical Linguistics Arab-Arabic wit an Arabic –English Glossarry Mu’jam ‘Ilm Lugha al-Nazhrī Inkalizi-‘Arabiy Ma’a masr ‘Arabiy-Inkalizi (Beirūt Librairie Du Liban Maktabah Lubnān) 1982h, 18 xi Mahmud Yunus Qamus…..h,472 xii Farid Aud Haidar Ilm Dilālah…..h,106-107 xiii Ilm shorf Cabang dari pengetahuan seputar gramatikal dari tatanan kalimat dari dimensi prefik sufik dan infik morfem’ Muhammad Ali al-Khuli A Dictionary…. h,174-175 xiv J.W.M Verhaar Asas-Asas Linguistik Umum (Yogyakarta: UGM Gajah Mada University Press ) c. 2006 h,114-115.