Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Vol 8 No 1 : 1-10
Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Azolla dan pupuk N (Za) pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.),
Syafrizal Hasibuan
Abstrak Abstrak Penelitian dilaksanakan di kelurahan binjai serbangan lingkungan II, kecamatan air joman, kabupaten asahan, dengan topografi datar pada ketinggian + 7m dpl. Peneliti menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah pemberian pupuk ZA dengan 3 taraf yaitu Z0= tanpa pupuk ( kontrol), Z1= pupuk ZA dosis 26,4gr/plot, Z2= pupuk ZA dosis 35,2 gr/plot. Faktor kedua adalah pemberian pupuk bokashi azolla dengan 3 taraf yaitu: M0= pupuk bokashi dosis 0 kg/plot(kontrol), M1= pupuk bokashi dengan dosis 0,57kg/plot, M2= pupuk bokashi dengan dosis 1,14 kg/plot. Hasil penelitian taraf pemberian pupuk bokashi azolla menunjukkan interaksi berbeda nyata pada semua parameter yang diamati tinggi tanaman, diameter batang, bobot buah pertanaman sampel dan bobot buah perplot, taraf-taraf pemberian pupuk N (ZA) menunjukkan interaksi berbeda nyata pada semua parameter yang diamati tinggi tanaman, diameter batang, bobot buah pertanaman sampel dan bobot buah perplot dan interaksi kombinasi perlakuan menunjukkan hasil berbeda nyata pada parameter berat buah perplot serta tidak berbeda nyata pada parameter berat buah pertanaman sampel I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu tanaman ekonomis penting di dunia dan telah dibudidayakan secara meluas, (Rubatzky dan Yamaguchi 1997). Kegunaannya yang beragam menjadikan cabai sebagai salah satu komoditas andalan yang bernilai ekonomis tinggi. Sejalan dengan kebutuhan manusia dan teknologi yang semakin berkembang, permintaan akan ketersediaan cabai semakin meningkat.
Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Azolla dan pupuk N (Za) pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
Sayangnya peningkatan ini belum diikuti oleh produktivitas nasional cabai yang masih tergolong rendah. Produktivitas nasional cabai pada tahun 2004 hanya sebesar 6.49 ton/ha dan bahkan mengalami penurunan menjadi 6.39 ton/ha pada tahun 2005 (Deptan 2006). Lahan yang digunakan untuk penelitian adalah tanah yang miskin akan unsur hara karena sudah sering sekali digunakan untuk bercocok tanam, maka pemberian pupuk Za dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara belerang pada tanah-tanah yang miskin unsur hara. Pupuk Za adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Pupuk Za mengandung belerang 24 % dan nitrogen 21 %. Kandungan nitrogennya separuh dari urea. Nama Za adalah singkatan dari istilah bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang berarti amonium sulfat (NH4SO4). Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion sulfat larut secara kuat, sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya. Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan C organik dalam tanah, yaitu <2%, bahkan pada banyak lahan <1%. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan C-organik >2,5%. Sehingga pemberian pupuk bokashi azolla sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikro organisme tanah untuk menjadi humus atau bahan organik tanah. pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos.
1
Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Vol 8 No 1 : 1-10
Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Azolla dan pupuk N (Za) pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Azolla Dan Pupuk N ( Za) Pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum Annum L).
Kingdom Subkingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies
C. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah : 1. Ada pengaruh pemberian Pupuk N (Za) pada tanaman Cabai 2. Ada pengaruh pemberian Pupuk Bokashi Azzola pada tanaman Cabai 3. Ada pengaruh pemberian Pupuk N (Za) dan Pupuk bokashi Azzola pada tanaman Cabai D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Asahan. 2. Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi perguruan tinggi khususnya Fakultas Pertanian Universitas Asahan. 3. Sebagai bahan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Asahan terutama yang menyangkut tentang budidaya cabai. 4. Sebagai bahan informasi bagi para petani dan pihak-pihak lain yang membutuhkannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistimatika dan Botani Tanaman Cabai Cabai termasuk tanaman dikotil berbentuk semak, batangnya berkayu, tipe percabangannya tegak atau menyebar dengan karakter yang berbeda-beda tergantung spesiesnya. Struktur perakarannya diawali dari akar tunggang yang sangat kuat, yang bercabang-cabang ke samping dengan akar rambut. Pola pertumbuhannya vegetatif berupa percabangan-percabangan dikotomi dari batang utama dan tunas-tunas lateralnya. Daun cabai merupakan daun tunggal dengan helai daun berbentuk bulat telur lebar atau lanset. Daun berwarna hijau atau hijau tua, tumbuh pada tunas-tunas samping berurutan, pada batang utama dan tunggal tersusun secara spiral (Rubatzky dan Yamaguchi 19970)
: Plantae (Tumbuhan) : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) : Spermatophyta (Menghasilkan biji ) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Asteridae : Solanales : Solanaceae (suku terung-terungan) : Capsicum : Capsicum annum L. (Sunaryono, 2003).
B. Persyaratan Agronomi Tanaman Cabai 1. Keadaan Iklim Pada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi), saat ini produsen benih sudah dapat menghasilkan benih cabai yang bias tumbuh di dataran rendah , menengah sampai dataran tinggi sekitar 2500 meter dpl (Wiryanto, 2006). Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 240 - 280 C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 - 230 C. 2. Keadaan Tanah Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi tanaman cabai. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 - 6.8, bila pH kurang dari 5 tanaman akan tumbuh kerdil karena kekurangan unsur hara Ca dan Mg atau keracunan Al dan Mn, sedangkan bila pH lebih dari 7 tanaman akan menunjukkan gejala klorosis, tanaman kerdil dan daun menguning karena kekurangan unsur hara Fe (Rukmana dan Oesmana, 2006). Pada pH tanah asam, ketersediaan unsur-unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium dan Molibdinum menurun dengan cepat. Pada pH tanah basa akan menyebabkan unsur-unsur Nitrogen, Besi, Mangan, Borium, Tembaga dan Seng ketersediaannya relatif menjadi sedikit. Cabai yang ditanam pada tanah asam pada umumnya keracunan unsur Alumunium (Al), Besi (Fe) dan Mangan (Mn). Sebaliknya pada pH basa, jumlah unsur bikarbonat cukup banyak untuk merintangi penyerapan ion lain, sehingga dapat menghalangi pertumbuhan tanaman secara optimum. 2
Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Vol 8 No 1 : 1-10
Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Azolla dan pupuk N (Za) pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
C. Sifat dan Manfaat Pupuk N (ZA) Pupuk ZA Amonium sulfat [(NH4)2SO4] mengandung unsur belerang dan Nitrogen dalam bentuk ammonium yang mudah larut dan diserap tanaman.Pupuk ZA dikenal dengan nama zwavelzuure amoniak (ZA) dan sampai sekarangpun masih banyak beredar di masyarakat. Umumnya berbentuk berupa kristal putih dan hampir seluruhnya larut air. Kadang-kadang pupuk tersebut diberi warna (misalnya pink). Kadar N sekitar 20-21% yang diperdagangkan umumnya mempunyai kemurnian selitar 97%. Kadar asam bebasnya maksimum 0.4%. Sifat pupuk ini: larut air, dapat diserap oleh koloid tanah, reaksi fisiologis masam, mempunyai daya mengusir Ca dari kompleks serapan, mudah menggumpal, tetapi dapat dihancurkan kembali. Biasanya tanaman cabai besar membutuhkan Za sebanyak 200 kg per hektare, Urea sebanyak 200 kg per hektare, NPK sebanyak 800 kg per hektare, Organik sebanyak 2.000 kg per hektare dan KCl Sebanyak 200 kg per hektare.( Petani Bangka, 2010 ) 1. Keuntungan menggunakan pupuk ZA Keuntungan menggunakan pupuk ZA Mudah penangannya dan ekonomis. Tidak menyerap banyak air. Digunakan sebagai pupuk dasar dan susulan.Senyawa kimianya stabil sehingga tahan disimpan dalam waktu lama.Dapat dicampur dengan pupuk lain.Aman digunakan untuk semua jenis tanaman. memperbaiki kualitas dan meningkatkan produksi serta nilai gizi hasil panen dll. Memperbaiki rasa dan warna hasil panen.Tanaman lebih sehat dan lebih tahan terhadap gangguan lingkungan (hama, penyakit, kekeringan) D. Sistematika dan Botani Tanaman Kiambang (Azolla) Kiambang (dari ki: pohon,tumbuhan, dan ambang: mengapung) merupakan nama umum bagi paku air dari genus Salvinia. Tumbuhan ini biasa ditemukan mengapung di air menggenang, seperti kolam, sawah dan danau, atau di sungai yang mengalir tenang. Kiambang memiliki dua tipe daun yang sangat berbeda. Daun yang tumbuh di permukaan air berbentuk cuping agak melingkar, berklorofil sehingga berwarna hijau, dan permukaannya ditutupi rambut berwarna putih agak transparan. Rambut-rambut ini mencegah daun menjadi basah dan juga membantu kiambang mengapung. Daun tipe kedua tumbuh di dalam air berbentuk sangat mirip akar, tidak berklorofil dan berfungsi menangkap hara dari air seperti akar. Orang awam menganggap ini adalah akar kiambang. Kiambang sendiri akarnya (dalam pengertian anatomi) tereduksi. Kiambang tidak menghasilkan bunga karena masuk golongan paku-pakuan. Sebagaimana paku air (misalnya semanggi air dan azolla) lainnya, kiambang juga bersifat heterospor,
memiliki dua tipe spora: makrospora yang akan tumbuh menjadi protalus betina dan mikrospora yang akan tumbuh menjadi protalus jantan. Paku air ini tidak memiliki nilai ekonomi tinggi, kecuali sebagai sumber humus (karena tumbuhnya pesat dan orang mengumpulkannya untuk dijadikan pupuk (http://kolamazolla.blogspot.com/2008/07/manfaat-azolla.html). 1. Kiambang Salvinia molesta Mitchell Nama umum Indonesia: Kiambang, kayambang Inggris: kariba-weed Klasifikasi ( http://kolamazolla.blogspot.com) Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan) Kelas: Pteridopsida Ordo: Salviniales Famili: Salviniaceae Genus: Salvinia Spesies: SalviniamolestaMitchell. E. Pengomposan Azolla (Kiambang) Pembuatan kompos sebaiknya dikerjakan: (1). dalam bangunan yang memiliki lantai rata, keras dan bebas dari genangan air, serta adanya atap yang melindungi dari terik matahari dan hujan, (2). dekat dengan sumber bahan organik: jerami, pupuk kandang, sampah, sekam, dedak dll., (3). dekat dengan sumber air, dan (4). transportasi mudah. Alat yang diperlukan: Garuk atau cangkul, Pemotong rumput atau sabit, Gembor, Ember, Cetakan kayu dan Karung atau plastik. F. Manfaat Kompos Kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah, Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen 3
Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Vol 8 No 1 : 1-10
lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: 1. Aspek Ekonomi : Bahan dasarnya dapat diambil dari sisa sisa tanaman sehingga mengurangi biaya produksi untuk penggunaan pupuk an-organik. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah serta mengurangi volume/ukuran limbah Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya. 2. Aspek Lingkungan : Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan Tidak menimbulkan residu berbahaya
3. Aspek bagi tanah/tanaman: Meningkatkan kesuburan tanah Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah Meningkatkan aktivitas mikroba tanah Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman sehingga retensi/ketersediaan hara di dalam tanah terjaga.
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Binjai Serbangan Kecamatan Air joman Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara topografi datar berada pada ketinggian ± 5 m di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2010 sampai dengan September 2010 B. Bahan dan Alat 1. Bahan Penelitian a. Biji Cabai Varietas Helix. b. Pupuk Kandang Sapi sebagai pupuk dasar
Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Azolla dan pupuk N (Za) pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
c. Pupuk ZA d. Pupuk bokashi azolla e. Pestisida (score 500 ec, furadan, curacron 500 ec dll) 2. Alat Penelitian a. Cangkul, parang, dan babat untuk pengolahan lahan b. Gembor dan Handsprayer c. Alat tulis, timbangan, dan kalkulator d. Meteran sebagai alat ukur pengamatan parameter e. Gergaji, triplek, paku. f. Polibag g. Dan lain-lain. C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan terdir: 1. I. Perlakuan pemberian pupuk ZA dengan 3 taraf, yaitu : Z0 = 0 kg/ha (0 gr/plot)=kontrol Z1 = 150 kg/ha (26,4 gr/plot) Z2 = 200 kg/ha (35,2 gr/plot) 2. Faktor dosis Pupuk Bokashi Azzola dengan 3 taraf yaitu : = 0 Ton/ha (0 kg/plot)=kontrol M0 = 2,5 Ton/ha ( 0,57 kg/plot ) M1 = 5 Ton/ha ( 1,14 kg/plot ) M2 Kombinasi perlakuan adalah 3 x 3 = 9 kombinasi, yaitu : Z1M0 Z2M0 Z0M0 Z1M1 Z2M1 ZOM1 Z0M2 Z1M2 Z2M2 Dengan demikian diperoleh jumlah ulangan sebanyak : ( t– 1 ) ( n – 1 ) ≥ 15 (9–1) (n–1) ≥ 15 8n - 8 ≥ 15 8n ≥ 23 n ≥ 2,875 = 3 ulangan Unit perlakuan dari uraian di atas dapat disusun sebagai berikut : 4
Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Vol 8 No 1 : 1-10
Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Azolla dan pupuk N (Za) pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
Jumlah plot percobaan = 27 plot Jarak antar plot = 50 cm Jarak antar ulangan = 50 cm Ukuran plot penelitian = 110 cm x 160 cm Jarak tanam = 60 cm x 70 cm Jumlah tanaman per plot = 6 tanaman Jumlah tanaman sampel per plot = 2 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya = 162 tanaman Model Analisis Data diasumsikan dalam penelitian ini adalah Model Linier (Bangun, 1991). Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + Σijk Dimana : Yijk : Hasil pemberian ke – j dan pemberian ke – k dalam blok ke i µ : Efek nilai tengah : Efek dari ulangan pada taraf ke - i ρi : Efek faktor pada taraf ke - j αj : Efek factor pada taraf ke - k βk (αβ)jk : Efek interaksi dari faktor taraf ke – j dan faktor pada taraf ke – k dalam ulangan ke - j : Efek galat pada taraf ke – j dan Σijk pada taraf ke – k pada blok ke – I (Gasperz V, 1991)
3. Penyiapan Benih dan Pembibitan Benih cabai akan disemai langsung dalam polybag yang berukuran diameter 7.5 cm dan tinggi 8 cm yang telah diisi dengan media campuran tanah halus, pupuk kandang matang halus, ditambah pupuk NPK dihaluskan serta Furadan atau Curater. Sebagai pedoman untuk campuran adalah : tanah halus 2 bagian (2 ember volume 10 l ) + 1 bagian pupuk kandang matang halus (1 ember volume 10 l ) + 80 g pupuk NPK dihaluskan (digerus) + 75 g Furadan. Bahan media semai tersebut dicampur merata, lalu dimasukkan ke dalam polybag hingga 90% penuh. Benih cabai yang telah direndam selama 15 menit, disemaikan satu per satu sedalam 1,0 - 1,5 cm, lalu ditutup dengan tanah tipis. Berikutnya semua polybag yang telah diisi benih cabai disimpan di bedengan secara teratur dan segera ditutup dengan karung goni basah selama + 3 hari agar cepat berkecambah 4. Pemupukan Pemberian pupuk kandang sapi yang telah matang (C/N<20) sebagai pupuk dasar dilakukan sebanyak 1 kali yaitu pada saat pembuatan plot penelitian ( 1 minggu sebelum tanam ) dengan dosis 15 ton/ha setara dengan 1,5 kg tiap plot penelitian secara merata. 5. Penanaman Waktu tanam yang paling baik adalah pagi atau sore hari, dan bibit cabai telah berumur 17 - 23 hari atau berdaun 2 - 4 helai. Jarak tanam untuk cabai adalah: 60x70 cm atau 70 x 70 cm. Pembuatan lubang tanam dapat menggunakan alat bantu khusus yang terbuat dari potongan pipa besi diisi arang atau kaleng susu yang salah satu permukaannya telah dipotong adalah : tutupkan pada calon lubang tanam yang telah ditetapkan, kemudian putarlah sambil ditekan alakadarnya, maka akan langsung terbentuk lubang kecil. 1. Cara penanaman bibit cabai adalah : mula-mula sebagian tanah pada lubang tanam diangkat kira-kira seukuran media polybag; kemudian bibit dimasukkan sambil ditimbun tanah hingga dekat pangkal batangnya cukup padat. Bibit cabai yang disemai dalam polybag ini, begitu dipindah tanamkan langsung tumbuh (segar) tanpa mengalami kelayuan (stagnasi). Selesai tanam, segera disiram sampai tanahnya cukup basah. .
D. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Lahan Terlebih dahulu membersihkan areal yang akan digunakan, baik itu gulma maupun kotoran yang berasal dari sisa-sisa tanaman. Cara yang digunakan adalah cara manual dengan manggunakan cangkul dan parang babat. 2. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan setelah lahan terbebas dari gulma dan kotoran-kotoran yang ada, pengolahan tanah dilakukan dengan cangkul yaitu dengan membalik, mencacah, dan meratakan tanah agar diperoleh tanah yang gembur. Setelah itu areal tersebut diratakan dan dibuat plot-plot percobaan dengan ukuran 160 cm x 110 cm sebanyak 27 plot dengan jarak antar plot 50 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.
6. Aplikasi Pupuk Bokashi Azolla dan pupuk N (ZA) Aplikasi pupuk N (ZA) ini dilakukan setelah dua minggu masa tanam dengan taraf pemberian pupuk sebanyak 3 taraf yaitu: 5
Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Vol 8 No 1 : 1-10
Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Azolla dan pupuk N (Za) pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
Untuk pupuk N (ZA) : Z0= 0 kg/ha, Z1=150 kg/ha, Z2= 200 kg/ha. Untuk Pupuk Bokashi Azolla: M0= 0 kg/ha, M1= 2,5Ton/ha, M2= 5 Ton/ha. Sementara untuk aplikasi pupuk organik azolla dilakukan satu minggu sebelum masa tanam. 7. Penanaman Waktu tanam yang paling baik adalah sore hari, dan bibit cabai telah berumur 17 - 23 hari atau berdaun 2 - 4 helai. Sehari sebelum tanam, bedengan yang telah ditutup MPHP harus dibuatkan lubang tanam dulu. Jarak tanam untuk cabai adalah 60 x 60 cm. Pembuatan lubang tanam dapat menggunakan alat bantu khusus yang terbuat dari kaleng susu ddengan ukuran diameter 7.5 cm dan tinggi 8 cm yang salah satu permukaannya telah dipotong, tutupkan pada calon lubang tanam yang telah ditetapkan, kemudian putarlah sambil ditekan sedalam kaleng susu, maka akan langsung terbentuk lubang kecil. a. Cara penanaman bibit cabai sebagian tanah pada lubang tanam diangkat kira-kira seukuran media polybag; kemudian bibit dimasukkan sambil diurug tanah hingga dekat pangkal batangnya cukup padat. Bibit cabai yang disemai dalam polybag ini, begitu dipindah tanamkan langsung tumbuh (segar) tanpa mengalami kelayuan (stagnasi). Selesai tanam, segera disiram sampai tanahnya cukup basah 8. Pemeliharaan Pemeliharaan yang akan dilakukan secara umum adalah: pemangkasan tunas air, penyiraman, penyiangan gulma dan pengendalian hama penyakit secara teknis dan kimiawi dan lainnya yang dianggap perlu.
Pemasangan ajir dilakukan untuk menopang pertumbuhan tanaman agar kuat dan kokoh serta tidak rebah perlu dipasang ajir (turus) dari bilah bambu setinggi 125 cm, lebar + 4 cm dan tebalnya + 2 cm. Ajir dipasang (ditancapkan) tegak tiap 3 tanaman cabai 1 ajir secara berjajar mengikuti arah panjang bedengan. Antara ajir dengan ajir lainnya dihubungkan dengan bilah bambu memanjang (gelagar) tepat pada ketinggian 80 cm dari permukaan tanah. Pemasangan ajir harus sedini mungkin, yakni pada saat tanaman belum berumur 1 bulan setelah pindah tanam. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan akar tanaman cabai sewaktu memasang (menancapkan) ajir. Khusus untuk cabai paprika, pemasangan ajir setiap tanaman 1 ajir. c. Pemangkasan Cabai umumnya bertunas banyak yang tumbuh dari ketiak-ketiak daun. Tunas ini tidak produktif dan akan mengganggu pertumbuhan secara optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemangkasan (pembuangan) tunas samping. Pemangkasan tunas samping dilakukan pada tanaman cabai berumur antara 7 - 20 hari. Semua tunas samping dibuang agar tanaman tumbuh kuat dan kokoh. Saat terbentuk cabang, maka pemangkasan tunas dihentikan. Biasanya pemangkasan tunas ini dilakukan 2 - 3 kali. Tanpa pemangkasan tunas samping pertumbuhan tanaman cabai akan lambat. Ketika tanaman cabai mengeluarkan bunga pertama dari sela-sela percabangan pertama, maka bunga ini pun harus dipangkas. Tujuan pemangkasan bunga perdana ini adalah untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas dan percabangan di atasnya yang lebih banyak dan produktif menghasilkan buah yang lebat. Kelak tanaman cabai yang sudah berumur 75 - 80 hari biasanya sudah membentuk percabangan yang optimal. Daun-daun tua yang ada di bawah cabang dapat dipangkas, terutama daun yang terserang hama dan penyakit. Daun tua tersebut sudah tidak produktif lagi, bahkan seringkali menjadi sumber penularan hama dan penyakit. Pemangkasan daun-daun tua ini jangan terlalu awal, sebab pertumbuhan cabang daun belum optimal. Kesalahan pemangkasan daun tua, justru berakibat fatal, yakni menyebabkan tanaman cabai tumbuh merana dan produksinya menurun. d. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika ada serangan. Misalnya nya serangan hama trips maka akan dikendalikan dengan insektisida begitu juga dengan
a.
Penyiraman (Pengairan) Pada fase awal pertumbuhan atau saat tanaman cabai masih menyesuaikan diri terhadap lingkungan kebun (adaptasi), maka penyiraman perlu dilakukan secara rutin tiap hari, terutama di musim kemarau. Setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam, penyiraman berikutnya dilakukan seperlunya saja dengan menggunakan gembor, Untuk bedengan dengan mulsa plastik air langsung di siramkan pada lubang tanamnya, cabai di bawah 40 hari memerlukan penyiraman yang intensif dan rutin. Sedangkan tanaman yang sudah produktif (berbuah) tidak mutlak memerlukan air banyak. Tetapi yang terpenting adalah menjaga agar tanah tidak kekeringan. b. Pemasangan Ajir (Turus)
6
Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Vol 8 No 1 : 1-10
penyakit contohnya busuk pucuk yang disebabkan oleh jamur maka akan dilakukan sanitasi lingkungan maupun penyenprotan menggunakan fungisida E. TEKNIK PEMBUATAN BOKASHI AZZOLA 1. Bahan a. Kiambang : 500 kg b. Pupuk kandang : 500 kg c. EM-4 : 500 mL d. Gula Merah (Aren) : 250 g
2. Cara pembuatan: a. Larutan EM-4. Masukkan 20 mL EM-4 + 10 g gula merah + air bersih 1.000 mL ke dalam jerigen tertutup rapat, digojok merata dan difermentasikan selama 24 jam. b. Kiambang + pupuk kandang dicampur merata di atas lantai. c. Tambahkan larutan EM-4 ke kemudian diaduk merata sehingga kadar lengas dalam adukan tersebut sekitar 30%. Ambil segenggam bakal kompos tersebut, jika diperas air mulai menetes. d. Buat gundukan setinggi 60 cm, tutupi dengan karung goni. e. Setiap 2 hari gundukan tersebut diperiksa, jika temperatur > 50 oC gundukan harus dibongkar dan dianginkan. Setelah dingin buat gundukan kembali, tutup dengan karung goni. Jika terlalu kering tambahkan larutan EM-4. f. Setelah 3 minggu gundukan dibongkar. Kompos diayak dengan saringan kasa 2 cm. Bahan yang tidak lolos saring dikomposkan kembali. dilakukan sanitasi lingkungan maupun penyenprotan menggunakan fungisida F. Peubah Amatan 1. Tinggi tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur pada saat umur tanaman 2 minggu dengan interval 2 minggu sekali. Pengukuran dilakukan sampai dengan tanaman berumur 12 minggu pada tiap-tiap 2 tanaman sampel per plot, pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran yaitu diukur dari permukaan tanah atau pangkal batang hingga titik tumbuh. 2.
Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Azolla dan pupuk N (Za) pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
Diameter batang dihitung dengan jangka sorong yaitu dengan mengukur batang dari dua sisi membentuk sudut 900 Pengukuran dilakukan pada titik tumbuk dengan cara menghitung 1 cm dari per mukaan tanah diameter batang diukur mulai di umur 2 minggu setelah tanam dengan interval 2 minggu sekali, sampai tanaman berumur 8 minggu. 3.
Produksi buah pertanaman sampel (kg) Produksi buah dihitung dengan menimbang buah dari tanaman sample, dari mulai panen pertama dan panen ketujuh interval panen setiap 2 hari sekali. Dengan kreteria panen masak fisiologis yaitu cabai berwarna merah cerah.
4.
Produksi buah per plot (kg) Produksi buah dihitung dengan menjumlahkan hasil panen dari seluruh tanaman dalam satu plot. Dihitung mulai dari panen pertama sampai panen ketujuh dengan interval pemanenan 2 hari sekali.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tinggi tanaman (cm) Data pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman cabai umur 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Lampiran 5, 6, 7, sampai dengan 16. Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa respon pupuk azolla dan pupuk N (Za) pada cabai umur 2, 4 dan 6 MST berpengaruh tidak nyata. Dan berpengaruh nyata pada umur 8 MST. Interaksi respon pupuk bokashi azolla pada tanaman cabai menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada umur tanaman 8 MST yang diamati. Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian pupuk bokashi azolla terhadap tinggi tanaman cabai umur 8 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 1.
Diameter batang (cm) 7
Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Vol 8 No 1 : 1-10
Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Azolla dan pupuk N (Za) pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
Tabel 1. Hasil Uji Beda Rataan Pengaruh pemberian Cabai terhadap Tinggi Tanaman (cm) Umur 8 Minggu Setelah Tanam. M1 M2 Rataan Z/M M0 Z0
68,70a
70,30a
70,47a
104,74
Z1
70,75b
71,28b
71,61b
106,82
Z2
72,87b
72,83b
73.66b
109,68
Rataan
106,16
107.21
107,87
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji BNJ. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa respon pemberian pupuk bokashi azolla dan pupuk N ( Za) dengan kombinasi perlakuan Z2M2 (Za:35.2gr/plot dan bokashi azolla 1.14 kg/plot) memiliki rataan tinggi tanaman tertinggi yaitu 73.66 cm Berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan Z0M0, ; Z0M1 dan Z0M2 namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan Z1M0 ; Z1M1 ; Z1M2 ; Z2M0 dan Z2M1. 2. Diameter tanaman (mm). Pengamatan dan analisis sidik ragam diameter batang cabai umur 2, 4 6 dan 8 dapat dilihat pada lampiran 17, 18, 19 sampai dengan 28. Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam perlakuan pupuk bokashi azolla dan pupuk N (Za) pada pertumbuhan tanaman cabai pada umur tanam 2, 4dan 6 MST tidak berbeda nyata dan berpengaruh nyata pada usia tanam 8 MST. Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian pupuk bokashi azoolla dan pupuk N (Za) pada usia tanam 8 MST dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Uji beda rataan pengaruh pupuk bokashi azolla dan pupuk N (Za) terhadap diameter tanaman cabai umur 8 minggu setelah tanam Z/M
M0
M1
M2
Rataan
Z0
12,60a
12,53 a
12,46a
19,22
Z1
12,73b
12,66b
12,34a
18,94
Z2
13,11b
12,69b
12,69b
18,72
Rataan
18.80
18,87
18.22
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ada respon perlakuan pupuk bokashi azolla dan pupuk N (Za) terhadap tanaman cabai dengan rataan diameter terbesar yaitu 13,11mm dengan kombinasi perlakuan Z2M0 (Za:)dengan dosis pupuk Za(Z2): 35.2 gr/plot dan Kontrol pada pupuk bokashi azolla (M0) berbeda nyata dengan kombinasi Z0M0, Z0M1 dan Z0M2. Sementara itu tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan Z1M0, Z1M1,Z1M2,Z2M1 dan Z2M2 3. Berat buah persampel (gr) Dari pengamatan dan analisis sidik ragam berat buah pertanaman sampel dapat dilihat pada lampiran 29, 30 sampai dengan 34. Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa kombinasi perlakuan pupuk bokashi azolla dan pupuk N (Za) pada umur 12 MST menunjukan hasil tidak berbeda nyata dan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil uji beda rataan pengaruh pemberian pupuk bokashi azolla dan pupuk N Za terhadap bobot buah persampel tananam cabai pada umur 12 minggu setelah tanam M1 M2 Rataan Z/M M0 Z0 49,04a 53,83a 55,78a 79.32 Z1 60,09a 65,54a 66,09a 95.86 78,25a 79,19a 82,08a 119.76 Z2 Rataan 27,46 93,69 99.28 169.94 Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%nUji BNT. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pemberian pupuk bokashi azolla dan pupuk N (Za) menunjukkan pengaruh tidak bebeda nyata terhadap berat buah cabai persampel dengan rataan berat cabai terberat sebesar 82,08 gr untuk kombinasi perlakuan terbesar Z2M2 yaitu dengan dosis pupuk Za(Z2): 35.2gr dan pupuk bokashi azolla (Z2):1.14 kg/plot tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan.
8
Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Vol 8 No 1 : 1-10
Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Azolla dan pupu pupuk N (Za) pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
4. Berat buah per plot (gr) Data pengamatan dan analisis sidik ragam berat buah per plot dapat dilihat pada Lampiran 36, 37 sampai dengan 40. Dari hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk bokashi azolla dan pupuk N (Za) menunjukkan pengaruh sangat berbeda nyata terhadap berat buah cabai per plot pada umur tanam 12 MST. Hasil uji beda rataan perlakuan tersebut terhadap berat buah cabai per plot dapat dilihat pada Tabel 4.
y
erlakuan pupuk bokashi azolla dan pupuk Tabel 4. Hasil Uji Beda Rataan Pengaruh Perlakuan N (Za) terhadap Berat Buah Cabai per plot (kg). Z/M M0 M1 M2 Rataan Z0
182.11a
189,94a
194,61a
283,33
Z1
212,31b
209,40b
215,98b
318,85
Z2
215.20b
229,57b
245,96b
345,23
Rataan
18.80
18,87
18.22
315,85
Keterangan : Angka-angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji BNT. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pemberian pupuk bokashi azolla dan pupuk N (Za) menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap bobot cabai perplot dengan rataan berat cabai sebesar 245,96 gr bersesuaian dengan kombinasi perlakuan terbesar Z2M2 yaitu dengan dosis pupuk Za(Z2): 35.2gr dan pupuk bokashi azolla (Z2):1.14 kg/plot sangat berbeda nyata dengan Z0M0 (182.11 gr), Z0M1(189,94) dan Z0M2(194,61). Namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan Z1M0(212,31 gr ), Z1M1(209,40gr), Z1M2(215,98gr), dan Z2M1(229.57) produksi tanaman perplot pada umur 12 Mst dapat dilihat pada gambar 1. Ga
Gambar 1.
Kurva pengaruh pemberian pupuk bokashi azolla pada pertumbuhan tanaman cabai.
B. Pembahasan 1. Pengaruh Perlakuan Pe pupuk bokashi azolla (kiambang) pada Pertumbuhan dan Produksi Cabai. Dari analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa pemberian pupuk bokashi azolla menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada 8 MST terhadap tinggi tanaman sedang pada umur 2, 4 dan 6 MST tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata begitu pula pada parameter perlakuan diameter batang perlakuan pupuk bokashi azolla tidak berbeda nyata pada umur 2, 4 dan 6 MST Dari analisis sidik ragam juga
Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Vol 8 No 1 : 1-10
didapati pengaruh berbeda nyata diameter batang tanaman pada umur 8 MST, hal ini mungkin disebabkan oleh penggunaan pupuk bokashi azolla yang dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah sehingga tinggi dan diameter tanaman lebih optimal pada umur 8 MST dan berat buah buh optimal, hal ini bersesuaian dengan litratur Simanungkalit, dkk (2006) yang menyatakan Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah, yaitu <2%, Padahal untuk memperoleh produk-tivitas optimal dibutuhkan C-organik >2,5%. Di lain pihak, Bahan/pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas hasil produksi dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organic yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikro organisme tanah untuk menjadi humus atau bahan organik tanah. Dari hasil penelitian dan analisis statistik menunjukan pemberian pupuk bokashi azolla menunjukan pengaruh nyata pada produksi tanaman persampel dan perplothal itu disebabkan pupuk yang diberikan diserap secara optimal oleh tanaman sehingga memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap produksi antar tanaman hal ini sesuai dengan literature Suprapto (2005) yang menyatakan bahwa pemupukan memegang peranan penting dalam peningkatan produksi tanaman karena pupuk mengandung hara yang dibutuhkan oleh tanaman Selanjutnya Syarief (1985) mengatakan bahwa unsur hara yang cukup tersedia akan dapat memacu tinggi tanaman, merangsang pertumbuhan sistem perakaran, meningkatkan hasil produksi, dan meningkatkan pertumbuhan daun sehingga dapat meningkatkan proses fotosintesis. Laju fotosintesis yang tinggi akan menyebabkan lancarnya suplai makanan (hasil fotosintesis) ke seluruh bagian tanaman sehingga hal ini dapat memacu pertumbuhan dan produksi tanaman (Lakitan, 2004).
Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Azolla dan pupuk N (Za) pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
2. Penguruh Pemberian pupuk N (Za) pada Pertumbuhan dan Produksi cabai. Dari analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa pemberian pupuk N (Za) memberikan pengaruh yang tidak nyata pada parameter tinggi tanaman dan diameter batang pada umur 2, 4 dan 6 MST tidak nyata karena waktu penanaman dilakukan pada musim penghujan sehingga pengaruh yang diberikan pupuk kurang optimal pada fase perkembangan vegetatif. Dan pemberian pupuk Za nyata pada paramerer buah perplot dan persampel hal ini disebabkan karena Pupuk Za mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi hal ini disebabkan karena kebutuhan tanaman akan unsur mengandung unsur hara N. Unsur hara N yang berasal dari Za merupakan hara makro utama bagi tanaman selain P dan K dan seringkali menjadi faktor pembatas dalam produksi tanaman. berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan asam amino, pembentuk protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan komponen enzim, serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara yang lain. Selain itu peranan unsur hara Nitrogen bagi tanaman yaitu membuat bagian tanaman menjadi hijau karena mengandung klorofil yang berperan dalam fotosintesis. Unsur tersebut juga bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan tanaman dan memberikan asupan kadar protein serta lemak bagi tanaman. (Gardner dkk, 1991)
3. Pengaruh Interaksi Pemberian pupuk bokashi azolla dan pupuk N (Za) Pertumbuhan dan Produksi tanaman cabai Dari analisis sidik ragam dapat diketahui pengaruh interaksi antara pemberian pupuk bokashi azolla dan pupuk N (Za) menunjukkan pengaruh berbeda nyata terhadap semua parameter pada semua umur tanaman yang diamati, interaksi pemberian pupuk bokashi azolla dan pupuk N (Za) terhadap semua parameter yang diamati karena adanya interaksi yang saling mendukung diantara kedua perlakuan, dimana pada masing – masing perlakuan yang dicobakan hanya memberikan pengaruh pada masing-masing pengamatan bersamaan 10
Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Vol 8 No 1 : 1-10
Produksi tanaman perplot meningkat pada semua kombinasi perlakuan hal ini menunjukan bahwa Tanaman akan tumbuh baik bila ketersediaan hara pada tanah dalam keadaan seimbang dan tersedia, dalam arti faktor produksi yang lain seperti tanah (reaksi tanah dan air) dan iklim dalam kondisi optimal. Selain itu, penyerapan hara dari dalam tanah ke tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : sifat genetis tanaman, iklim, tanah, serta teknik pemberian pupuk. Pada produksi tanaman perplot dan persampel interaksi yang ditunjukkan oleh kombinasi pupuk berpengaruh nyata dengan hasil perlakuan Za diberi Azolla meningkatkan produksi buah perplot maupun pupuk Za tanpa diberi pupuk bokashi azolla. Hal ini menunjukan bahwa pupuk Za lebih direspon oleh tanaman cabai karena pupuk Za mengandung Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang mengandung unsur hara N. Unsur hara N yang berasal dari ZA merupakan hara makro utama bagi tanaman selain P dan K dan seringkali menjadi faktor pembatas dalam produksi tanaman. Menurut Gardner dkk. (1991), defisiensi N membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel. N berperan sebagai bahan penyusun klorofil dan asam amino, pembentuk protein, esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan komponen enzim, serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan penyerapan unsur-unsur hara yang lain Pupuk ZA dibuat dari gas amoniak dan gas belerang. Persenyawaan kedua zat tersebut menghasilkan pupuk ZA yang mengandung N 20,5 sampai 21%, bersifat tidak higroskopis. pupuk N dalam bentuk ammonium sulfat (ZA) yang diberikan ke dalam tanah pertama-tama akan diserap (adsorpsi) oleh kompleks koloid tanah dan bentuk N (NH4+) cenderung tidak hilang dan tercuci air), Sedang pupuk bokashi azolla lebih berperan dalam memperbaiki struktur dan tekstur tanah sehingga perannya tidak dapat dilihat secara cepat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1.
Kesimpulan 1. Taraf-taraf pemberian pupuk bokashi azolla menunjukan interaksi berbeda nyata pada semua parameter yang diamati tinggi tanaman, diameter batang, bobot buah pertanaman sampel dan bobot buah perplot
Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Azolla dan pupuk N (Za) pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
2. Taraf-taraf pemberian pupuk N (Za) menunjukan interaksi berbeda nyata pada semua parameter yang diamati tinggi tanaman, diameter batang, bobot buah pertanaman sampel dan bobot buah perplot. 3. Interaksi kombunasi perlakuan menunjukan hasil berbeda nyata pada parameter berat buah perplot serta tidak berbeda nyata pada parameter berat buah pertanaman sampel. B. Saran Dianjurkan sekali para petani cabai menggunakan pupuk organik dalam usaha budidaya tanaman cabai karena memberikan banyak keuntungan-keuntungan diaantaranya secara ekonomis yaitu mampu menekan biaya produksi dan dilapangan untuk jangka waktu yang panjang pupuk organik memberikan kebaikan pada lahan dalam hal ini tanah karena pupuk organik mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
DAFTAR PUSTAKA [Deptan] Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura. 2006. Statistik Hortikultura 2005. Jakarta: Departemen Pertanian. Gaspersz. V., 1991. Metode Perancangan Percobaan Untuk Ilmu Pertanian. Armico Bandung. kolamazolla (http://kolamazolla.blogspot.com/2008/07/manfaat-azolla.html) [06 Juli 2010] Kusandriani Y. 1996. Monograf no.2. Pembentukan Hibrida Cabai. Lembang: Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Petani Bangka.Dosis Pupuk (http://vibizdaily.com/detail/nasional/2010/04/17/petani_bangka_di harapkan_gunakan_pupuk_sesuai_anjuran) [30 juni 2010-07-06] Rubatzky VE., Yamaguchi M. 1997. World Vegetables Principles, Production and Nutritive Value. Ed. ke-2. USA: Chapman & Hall. 843 hlm. Rukmana dan Y . Y. Oesmana, 2002. Bertanam Cabai Dalam Pot. Kanisius, Yogyakarta 11
Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Vol 8 No 1 : 1-10
Pengaruh Pemberian Pupuk Bokashi Azolla dan pupuk N (Za) pada Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
Suwandi, Sumarni N, Bahar FA. 2002. Aspek agronomi cabai. Di dalam: Adhi Santika, editor. Agribisnis Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya. Hlm 55 – 65. Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan erkelanjutan. Yogyakarta; Kanisius. ThaiHorticulture. Vegetables. Chilli. (http://www.doae.go.th/library/html/thaihort/chilli.htm) [15 Juni 2010] Wiryanto, B.T.W. 2006. Bertanam Cabai Pada Musi Hujan. Egromedia Pustaka, Depok. Hal : 68.
12