ANALISIS STRATIFIKASI SOSIAL DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA HAMKA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh
BAYU SENMA ROMADHON E1C112017
UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH 2016 i
ii
ANALISIS STRATIFIKASI SOSIAL DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA HAMKA
Bayu Senma Romadhon , CedinAtmaja, Murahim
UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH 2016 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini (1) mendeskripsikan bentuk stratifikasi sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. (2) mendeskripsikan masalah sosial yang ditimbulkan oleh stratifikasi sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. Data penelitian ini berupa kata-kata, kalimat, paragraf, maupun dialog yang menggambarkan masalah sosial akibat adanya stratifikasi sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi kepustakaan dan metode dokumenter. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra menggunakan cara menguraikan kalimat yang mengacu pada stratifikasi sosial. Hasil penelitian menunjukkan stratifikasi sosial terdiri atas: (a) ukuran kekayaan, barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas; (b) ukuran kekuasaan, barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial pada masyarakat yang bersangkutan; (c) ukuran kehormatan, orang yang paling dihormati, mendapat tempat yang teratas, seperti kepala adat yang harus selalu dihormati; (d) ukuran ilmu pengetahuan, sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Bentuk-bentuk stratifikasi sosial yang didapatkan yaitu masyarakat lapisan atas dan lapisan bawah. Berkaitan dengan masalah sosial akibat stratifikasi sosial, permasalahan tersebut terdiri dari kesenjangan sosial antarlapisan (atas-bawah) dimana lapisan atas cenderung merendahkan martabat dari lapisan bawah. Kata kunci: Stratifikasi sosial, Masalah sosial, Novel dan Sosiologi sastra
iii
ANALYSIS SOCIAL STRATIFICATION IN THE NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK CREATED BY HAMKA
Bayu Senma Romadhon , CedinAtmaja, Murahim
UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BAHASA DAN SENI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH 2016 ABSTRACT The aims of this research are; 1) to describe the form of social stratification in the novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” created by Hamka. 2) to describe the problems that faced by social stratification in the novel “Tenggelamnya Kapal Van der Wijck”. In collecting the data, the researcher are used word, sentences, paragraphs, and the dialogue that illustrates the social problemsdue to their social stratification in the novel. The methods and collecting the dats are literary study and documentary. The data analysis methods used was descriptive method with approach of sociology of literature which uses ways to parse that refers to the social stratification. The results showed that social stratification consist of ; a) measures of wealth, he who has the most wealth are included in top layers. b) the top layer of the largest in the system of social stratification in concerned the society. c) the size of the honor, the most respected people, got the spot, such as the village headman, who must always be respected. d) size science, as a measure used by people who appreciate science. Form of social stratification that is community acquired top layer and bottom layer. With regard to social problems, these problems contist of social gaps between the layers (top down) in wich the top layer tends to demean from the bottom layer.
Keyword: Social Stratification, Social Issues, Novel, and Sociology of Literature
iv
a. Pengertian sastra
A. PENDAHULUAN
Menurut
Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah novel karya Hamka, menceritakan tentang kasih yang tidak sampai, antara Zainuddin dengan Hayati. Pertautan hati dua insan yang sedang dilanda cinta, namun harus diurungkan atas nama adat yang sangat kuat pada waktu itu, yakni
adat
Fenomena
suku sosial
Minangkabau. yang
banyak
terungkap adalah stratifikasi sosial dalam
masyarakat
Minangkabau,
sehingga berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dirumuskan dalam judul “Analisis Stratifikasi Sosial Dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka”. Penelitian ini membahas mengenai bentuk stratifiksi sosial dan masalahmasalah sosial yang ditimbulkan akibat stratifikasi sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Kamus
Besar
Bahasa Indonesia (2014: 679), arti sastra adalah karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti
keaslian,
keindahan
keartistikan,
dalam
isi
dan
ungkapannya. Karya sastra berarti karangan yang mengandung nilainilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa
yang
indah.
Sastra
memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang
khas.
Pembaca
dimungkinkan menginterpretasikan
sastra untuk
teks
sastra
sesuai dengan wawasannya sendiri. Menurut Wellek dan Werren (dalam Desi Halil, 2012: 9) sastra adalah sebuah karya seni yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
karya Hamka. 1
1) Sebuah ciptaan, kreasi, bukan imajinasi 2) Luapan
emosi
lebih luas dari pada yang bersifat yang
spontan
moral,
psikologi,
Berbagai
3) Bersifat otonom
koheren (ada keselarasan bentuk dan isi) 5) Menghadirkan hal-hal
agama.
kehidupan
dapat
b. Sosiologi Satra Swingewood (dalam Faruk, 2012: 1) Sosiologi adalah suatu
sintesis
telaah objektif dan ilmiah tentang
yang
manusia dalam masyarakat; telaah
bertentangan
lembaga dan proses sosial. Sosiologi
6) Mengungkapkan sesuatu
mencoba mencari tahu bagaimana
yang tidak terungkapkan
masyarakat
dengan
bagaimana
bahasa
segi
dan
diungkapakan dalam karya sastra.
4) Otonomi sastra bersifat
terhadap
dengan pengalaman manusia yang
sehari-
hari.
dimungkinkan, ia
berlangsung
dan
bagaimana ia tetap ada. Dengan
Sastra bukanlah seni bahasa
mempelajari lembaga-lembaga sosial
belaka, melainkan suatu kecakapan
dan segala masalah perekonomian,
dalam mengungkapkan bahasa yang
keagamaan, politik, dan yang lain-
berbentuk
lain yang kesemuanya itu merupakan
dan
bernilai
sastra.
Jelasnya faktor yang menentukan adalah
kenyataan
menggunakan
bahwa
bahasa
struktur sosial.
sastra
Sedangkan menurut Ritzer
sebagai
(dalam Faruk, 2012: 2) menganggap
medianya. Berkaitan dengan maksud
sosiologi
sebagai
suatu
ilmu
tersebut, sastra selalu bersinggungan
pengetahuan yang multiparadigma.
2
Maksudnya, di dalam ilmu tersebut
yang kaya sekali, mereka yang
dijumpai beberapa paradigma yang
melarat, dan mereka yang ada di
saling bersaing dalam usaha merebut
tengah-tengahnya.
hegemoni dalam lapangan sosiologi
menunjukkan bahwa pada zaman
secara keseluruhan.
dahulu orang telah mengenal dan
Hal
itu
Dengan demikian, dari uraian
mengakui adanya sistem pelapisan
di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam masyarakat sebagai akibat
sosiologi sastra adalah salah satu
adanya sesuatu yang mereka anggap
pendekatan untuk mengurai karya
berharga,
sastra
mempunyai kedudukan di atas ada
yang
mengupas
masalah
hubungan antara pengarang dengan
2014:
Stratifikasi sosial berasal dari social
stratification
yang
berarti sistem berlapis-lapis dalam masyarakat;
kata
berasal
stratum
dari
stratification (jamaknya:
strata yang berarti lapisan). Pada zaman kuno dahulu filsuf Aristoteles (dalam
Soekanto,
mengatakan,
di
yang
Sorokin
(dalam
Soekanto,
195)
menyatakan
bahwa
sistem pelapisan dalam masyarakat
c. Stratifikasi Sosial
istilah
ada
pula yang di bawah.
masyarakat, berupa hasil karya sastra dengan masyarakat.
sehingga
2014: dalam
195) negara
itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup
dengan
masyarakat,
teratur.
setiap
orang
Dalam yang
memiliki barang atau suatu dalam jumlah banyak akan
menduduki
lapisan tertinggi daripada orang yang memiliki barang yang sedikit atau bahkan tidak memiliki sama sekali.
terdapat tiga unsur, yaitu mereka
3
Bedasarkan uraian di atas
dihargai itu dapat berupa uang,
dapat disimpulkan bahwa stratifikasi
tanah, keuasaan, ilmu pengetahuan,
sosial adalah pembedaan penduduk
kesalehan
dalam suatu masyarakat ke dalam
keturunan dari keluarga terhormat
kelas-kelas secara bertingkat yang
(Soemardjan dalam Halil, 2012: 13).
disebabkan oleh adanya sesuatu yang
dalam
agama,
Sedangkan,
atau
menurut
dihargai. Jika bebicara mengenai
Soekanto (2012: 199-201) stratifikasi
stratifikasi sosial, biasanya akan
sosial dapat terjadi dengan dua cara
lebih
tentang
yaitu dengan sendirinya dan dengan
kedudukan seseorang atau kelompok
sengaja. Stratifikasi yang terjadi
yang
dengan sendirinya dalam proses
banyak
tidak
mengkaji
sedarajat
dalam
masyrakat.
pertumbuhan masyarakat, contohnya yaitu kepandaian, tingkat umur, sifat
1. Terjadinya
Stratifikasi
keaslian
(Lapisan
seorang
Sosial
kepala
kerabat
masyarakat,
dan
mungkin juga harta dalam batas-
Masyarakat) Stratifikasi
keanggotaan
karena
batas tertentu. Sedangkan, stratifikasi
hubungan
tertentu
sosial yang terjadi dengan sengaja
dengan
masyarakat
disusun
untuk
mengejar
tujuan
dari golongan atas maupun dengan
bersama
yang
berkaitan
dengan
sesama teman dalam golongan yang
pembagian kekuasaan dan wewenang
sama.
resmi dalam organisasi-organisasi
adanya antarmanusia
Terjadinya
masyarakat
terjadi
lapisan
dikarenakan
dalam adanya
formal,
seperti
pemerintahan,
sesuatu yang dihargai. Sesuatu yang
4
perusahaan, partai politik, angkatan
mereka yang hanya memiliki sedikit
bersenjata, atau perkumpulan.
atau bahkan tidak memiliki sesuatu
2. Stratifikasi Sosial Sebagai
yang berharga maka akan dipandang memliki kedudukan rendah.
Masalah Sosial Fokus dalam penelitian ini
3. Dasar Lapisan Masyarakat
adalah bagaimana stratifikasi itu menimbulkan masalah. Seperti yang dikatakan di atas, stratifikasi sosial merupakan
suatu
konsep
dalam
Di antara lapisan atas dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya, lapisan atas tidak hanya memiliki
sosiologi yang melihat bagaimana satu macam saja dari apa yang anggota
masyarakat
dibedakan dihargai
oleh
masyarakat.
Akan
berdasarkan status yang dimilikinya tetapi, kedudukannya yang tinggi itu yang timbul akibat adanya interaksi bersifat komulatif. Artinya, meraka antarwarga masyarakat. Oleh karena pembedaan tersebut, maka tidak jarang
akan
menimbulkan
suatu
permasalahan atau konflik dalam
yang mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan
dan
kehormatan.
masyarakat.
mungkin Seperti
juga yang
diungkapkan oleh Soekanto (2012: Sorokin
(dalam
Soekanto,
2014: 195) juga menjelaskan bahwa siapapun yang memiliki sesuatu yang berharga dalam jumlah banyak maka
208) yang menjadi ukuran untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan sosial (stratifikasi
akan dianggap memiliki kedudukan
sosial)
yaitu
ukuran
kekayaan,
di lapisan atas. Sedangkan, bagi
kekuasaan, kehormatan, dan ilmu
5
pengetahuan. Ukuran atau kriteria
barangsiapa yang memiliki
yang
kekuasaan
biasa
dipakai
untuk
atau
yang
menggolongkan-golongkan anggota-
mempunyai wewenang yang
anggota masyarakat ke dalam suatu
terbesar mempunyai lapisan
lapisan adalah sebagai berikut.
teratas. c)
a)
Ukuran kehormatan
Ukuran kekayaan Menurut
Soekanto (2014: 206) Soekanto
menjelaskan bahwa, ukuran
(2014: 206) barang siapa
kehormatan tersebut mungkin
yang paling dalam
memiliki
kekayaan
terlepas dari ukuran-ukuran
banyak
termasuk
kekayaan
lapisan
dan/atau
kekuasaan.
teratas.
Orang
yang
disegani
dan
Kekayaan tersebut misalnya,
paling
dapat dilihat pada bentuk
dihormati, mendapat tempat
rumah yang bersangkutan,
yang
mobil
semacam
pribadinya,
caranya
cara-
teratas.
Ukuran
ini,
banyak
dijumpai pada masyarakat-
mempergunakan
masyarakat
pakaian serta bahan pakaian
Biasanya,
yang dipakainya, kebiasaan
tradisional. mereka
adalah
golongan tua atau mereka untuk
berbelanja
barangyang pernah berjasa.
barang mahal dan seterusnya. d) b)
Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ukuran Kekuasaan Soekanto (2014: 206) Soekanto (2014: 206) menjelaskan menjelaskan
bahwa,
ilmu
bahwa,
6
pengetahun sebagai ukuran
stratifikasi sosial dalam novel
dipakai oleh masyarakat yang
Tenggelamnya
menghargai
Der Wijck karya Hamka.
ilmu
pengetahuan. ukuran
Akan
tersebut
kadang
d. Novel
menyebabkan
Kata
terjadinya akibat-akibat yang
bahasa
negatif
kemudian
bahwa
bukan
Van
tetapi, kadang-
karena,
Kapal
ternyata
mutu
ilmu
novel
Latin
berasal
Novellus
diturunkan
dari yang
menjadi
Novies, yang berarti baru. Perkataan
pengetahuan yang dijadikan
baru
ukuran,
kenyataan bahwa novel merupakan
tetapi
gelar
kesarjanaannya.
ini
bila
dikaitkan
dengan
jenis cerita fiksi yang muncul di
Ukuran
atas
belakang dibandingkan cerita pendek
limitatif
atau roman. Menurut Kamus Besar
karena masih ada ukuran-
Bahasa Indonesia (2014: 555), novel
ukuran
adalah karangan prosa yang panjang
tidaklah
di
bersifat
lain
digunakan.
yang Akan
dapat tetapi,
mengandung
rangkaian
cerita
ukuran-ukuran di atas amat
kehidupan seseorang dengan orang-
menentukan
orang
timbulnya
sebagai sistem
dasar lapisan
dalam masyarakat tertentu. Ukuran-ukuran di atas juga akan
dijadikan
indikator
di
sekelilingnya
dengan
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. B. METODE PENELITIAN
sebagai
Jenis penelitian ini bersifat
penelitian
kualitatif. Kualitatif adalah prosedur
7
penelitian yang menghasilkan data
proses.
deskriptif kualitatif berupa kata-kata
dokumentasi
tertulis (Bogdan dan Taylor dalam
mengenai hal-hal atau variabel yang
Prastowo, 2014: 22). Data adalah
berupa catatan, transkrip, buku, surat
sumber
kabar, majalah, prasasti, notulen
informasi
yang
akan
Sedangkan, yaitu
mencari
rapat,
Oleh karena itu, kualitas dan ketepan
(Arikunto, 2013: 273-274). Metode
dan pengambilan data tergantung
yang digunakan dalam penelitian ini
pada ketajaman menyeleksi yang
adalah
dipandu oleh penguasaan konsep
metode
atau teori (Siswantoro, 2016 : 70).
kepustakaan digunakan dengan cara
yang digunakan
dan
data
diseleksi sebagai bahan analisis.
Sumber
agenda,
metode
metode
membaca
sebagaianya
kepustakaan
dokumenter.
novel
dan
Metode
Tenggelamnya
dalam penelitian ini adalah data
Kapal Van Der Wijck karya Hamka
kepustakaan yaitu berupa novel.
untuk menemukan data-data yang
Sumber data dalam
sesuai dengan rumusan masalah
penelitian ini
adalah novel Tenggelamnya Kapal
dalam
Van Der Wijck karya Hamka.
mencacatat data-data yang berupa
Pengumpulan data adalah hal yang
paling
penelitian.
penting Metode
mengamati dan digunakan
dalam kualitatif
dokumentasi akan
untuk
penelitian.
Kemudian,
kata-kata yang membahas tentang startifikasi Metode
sosial
dalam
dokumenter
novel.
merupakan
salah satu metode pengumpulan data
mengumpulkan
yang digunakan dalam metodologi
data dalam penelitian ini. Mengamati
penelitian sosial. Yang mencakup
adalah menatap kejadian, gerak atau
data dokumenter adalah; otobiografi,
8
surat-surat pribadi, buku-buku, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, bahan
4. Mengambil
simpulan
hasil
analisis data.
dokumenter yang digunakan menjadi
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
sumber
a. Bentuk Stratifikasi Sosial dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka.
utama
adalah
novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka.
Berikut langkah-langkah
adalah
bentuk
dalam stratifikasi sosial yang diungkapkan
penganalisisan
data
dilakukan dalam novel Tenggelamnya Kapal
sebagai berikut: Van Der Wijck karya Hamka. 1. Mengidentifikasi
stratifikasi
sosial untuk menetapkan data1. Ukuran Kekayaan data yang telah diperoleh dari Ukuran kekayaan merupakan novel Tenggelamnya Kapal Van kepemilikan harta benda seseorang Der Wijck karya Hamka dengan dilihat dari jumlah dan materil saja. cara
menggaris
bawahi
atau Biasanya, orang yang memiliki harta
menandainya. dalam jumlah yang besar akan 2. Mengklasifikasikan
stratifikasi menempati
posisi
teratas
dalam
sosial yang mengacu pada teori penggolongan masyarakat. “Soekanto” kekayaan,
yaitu ukuran
ukuran kekuasaan,
ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan. 3. Menganalisis data berdasarkan klasifikasi yang telah disusun.
a. Lapisan Atas Anggota
masyarakat
yang
menduduki lapisan atas dapat dilihat dari gaya hidup mereka yang serba mewah.
Berikut
adalah
kutipan
9
anggota masyarakat yang menduduki
seseorang yang memiliki kekayaan
lapisan atas yang dilihat dari ukuran
yang lebih banyak dari yang lainnya.
kekayaan. Seperti pada kutipan di
Contoh
bawah ini.
kekayaan yang ia miliki, ia mampu “Khadijah orang kota, tinggal di rumah bentuk kota, kaum kerabatnya pun telah dilingkungi oleh pergaulan dan hawa kota, saudarasaudaranya bersekolah dalam sekolahsekolah menurut pendidikan zaman baru. Susunan perkakas yang ada dalam rumahnya, tentu saja lebih menarik daripada keadaan di kampung.” (Hamka. 76)
yang
kaya
apa
diinginkannya pakaian
mode
yang
termasuk
membeli
terbaru.
Pakaian
adalah salah satu bentuk kekayaan yang dimiliki seseorang sehingga ia di tempatkan pada lapisan atas. Anggota masyarakat pada lapisan atas tidak perlu berpikir panjang untuk
memenuhi
keinginannya.
Mereka memiliki kekayaan yang melimpah sehingga apapun yang mereka kehendaki dapat terlaksana atau tercapai terutama dari segi
bernama
Khadijah. Khadijah adalah saudara perempuan, Aziz yang akan menjadi
materi. Selanjutnya kutipan di bawah ini
menggambarkan
seseorang
bernama Khadijah yang mempunyai banyak pakaian menurut mode yang paling baru. Seperti pada kutipan
suami, Hayati. Berdasarkan
Khadijah, dengan
mendapatkan
Kutipan di atas menerangkan seseorang
tokoh
ukuran
kekayaan, lapisan atas diduduki oleh
berikut ini. “Kebaya pendek yang
10
jarang, dari pola halus, dadanya terbuka serempat, menurut mode yang paling baru. Kutang pun model baru, sehingga agak jelas pangkal susu, dan tidak memakai selendang. Sarung ialah batik pekalongan halus, berselop tinggi tumit pula, di tangannya memegang sebuah tas, yang di dalamnya cukup tersimpan cermin dan pupur.” (Hamka. 78)
dengan keadaan sederhana, hidup di dalam rumah yang dilingkupi adat dan berbentuk kuno.” (Hamka. 76)
“Dilihatnya pakaiannya, dilihatnya pakaian Khadijah, dilihatnya pakaian gadisgadis lain yang berkeliaran dalam rumah itu menandangi Khadijah, terasa benar olehhnya rendanya.” (Hamka. 77)
Kutipan
sederhana bernama, Hayati. Hidup di
masyarakat
yang
menduduki lapisan bawah dapat dilihat dari gaya hidup mereka yang sederhana
sekali
atas
menggambarkan seorang gadis yang
b. Lapisan Bawah Anggota
di
bahkan
serba
kekurangan. Seperti pada kutipan di
dalam rumah yang dilingkungi adat dan rumah model kampung yang kurang
dilihat.
lapisan bawah biasanya memakai
memakai “Yang seorang anak kampung, yang tinggal di dalam dusun
untuk
Anggota mayarakat yang menempati
pakaian
bawah ini.
menarik
yang
sederhana.
selendang
sutra,
Hanya baju
berkurung benang sering yang halus, sarung batik pekalongan dan selop.
11
Selanjutnya,
kutipan
tersebut
Ukuran
kekuasaan
adalah
menggambarkan seorang gadis desa
kepemilikan kekuatan atau power
yang
gaya
seseorang
dalam
mengatur
dan
kampung, hanya selendang yang
mengusai
sumber
produksi
atau
melilit dikepalanya. Karena, pakaian
pemerintahan.
seperti itulah yang di adatkan di
juga merupakan hal yang penting
kampungnya.
dalam menentukan stratifikasi dalam
hanya
berpakaian
Itulah
yang
membuktikan bahwa gadis (Hayati)
Ukuran
kekuasaan
masyarakat.
itu berada pada lapisan bawah. Dia a. Lapisan Atas tidak memiliki banyak uang untuk Anggota membeli
pakaian
mode
masyarakat
yang
terbaru menduduki lapisan atas tentu lebih
seperti
yang
dipakai
Khadijah. berkuasa jika dibandingkan dengan
Anggota
masyarakat
yang anggota masyarakat dari lapisan
menempati lapisan ini dapat dilihat bawah, seperti kutipan berikut ini. dari kekayaan yang dimiliki. Tingkat “Itu
Karena, tidak memiliki uang banyak
jangan disebut, kata Datuk Mantari Labih, itu kuasaku, saya mamak di sini, menghitamkan dan memutihkan kalian semuanya dan menggantung tinggi membuang jauh.” (Hamka. 6)
untuk membeli pakaian tersebut.
“Datuk
ekonomi yang rendah membawa mereka pada lapisan bawah. Kutipan di
atas
juga
menggambarkan,
seorang gadis sedang menjelaskan kepada sahabatnya bahwa ia tidak memiliki
pakaian mode terbaru.
2. Ukuran Kekuasaan
Mantari Labih. Mamaknya itu, usahkan menukuk dan
12
menambah, hanya pandai menghabiskan saja. Harta benda, beberapa tumpak sawah, dan sebuah gong pusaka telah tergadai ke tangan orang lain.” (Hamka. 5-6)
tentang Datuk Mantari Labih. Datuk Mantari Labih merupakan saudara laki-laki Pendekar
di
yang
Sutan
Zainuddin).
tertua (Ayah
Pendekar
dari dari Sutan,
kemenakan datuk Mantari Labih, adalah
Kutipan
ibu
Pendekar
Sutan
kepala
atas pewaris yang tunggal dari harta
menggambarkan seorang yang begitu peninggalan ibunya. Karena, dia bangga dengan dirinya yang menjadi “Mamak” (Kepala warisan saudara
tidak
bersaudara
perempuan.
Menurut adat Minangkabau, amatlah laki-laki ibu yang tertua). Karena malangnya seorang laki-laki jika gelarnya itu, ia beranggapan bahwa tidak mampu
melakukan
mempunyai
saudara
segalanya. perempuan, yang akan menjaga harta
Dengan menyandang gelar tersebut, benda, ia
merasa
berkuasa
sawah
yang
berjenjang,
terhadap bandar buatan, lumbung berpereng,
kemenakannya, dia menghina dan rumah merendahkan
nan
gadang.
Setelah
kemenakannya. meninggal dunia ibunya, maka yang
Kutipan di atas membuktikan bahwa akan mengurus harta benda hanya ia orang-orang
yang
memiliki
mampu
melakukan
berdua dengan mamaknya, Datuk kekuasaan
Mantari Labih. Datuk Mantari Labih, apapun yang dikehendakinya. Oleh hanya karena
itu,
orang-orang
bisa
menghabiskan
harta
itu peninggalan dari ibu Pendekar Sutan.
digolongkan pada lapisan atas. Pada Harta benda, berupa tumpuk sawah, kutipan tersebut, juga digambarkan
13
dan
sebuah
tergadai
gong
ke
tangan
pusaka
telah
orang
lain.
mempunyai saudara perempuan, yang kan menjagai harta benda, sawah yang berjenjang, Bandar buatan, lumbung berpereng, rumah nan gadang.” (Hamka. 5)
Sedangkan, Pendekar Sutan mencoba hendak menjual atau menggadai, selalu mendapat bantahan mamaknya yakni, Datuk Mantari Labih. b. Lapisan Bawah Anggota menduduki
masyarakat
lapisan
bawah
“Kalau Pendekar Sutan mencoba hendak menjual atau menggadai pula, selalu dapat bantahan, selalu tidak semufakat dengan mamaknya itu.” (Hamka. 6)
yang tidak
memilki kekuasaan atau wewenang yang
penuh
jika
dibandingkan
dengan anggota masyarakat dari lapisan atas. Seperti kutipan-kutipan berikut ini. Dari “Seorang anak muda bergelar Pendekar Sutan, kemenakan Datuk Mantari Labih, adalah Pendekar Sutan kepala waris yang tunggal dari harta peninggalan ibunya, karena dia tidak bersaudara perempuan. Menurut adat minangkabau, amatlah malangnya seorang lakilaki jika tidak
kutipan
menggambarkan
di
tentang
atas tidak
berdayanya mereka yang berada pada lapisan bawah. Mereka dijajah oleh anggota masyarakat lapisan atas. Mereka tidak berani melawan dan menentang keinginan orangorang yang berkuasa. Jika mereka melawan maka akan merugikan diri meraka
sendiri.
beranggapan
Lapisan
bahwa
cinta
bawah tidak
14
bergantung pada uang. Cinta yang
a. Lapisan Atas
tulus, penuh dengan kejujuran lebih
Dalam kehormatan, anggota
baik dari harta. Karena, bilamana
masyarakat yang paling dihormati
harta
itu
ditimpa
krisis
turun
dan disegani akan menempati lapisan
maka
turunlah
pula
atas. Biasanya, terjadi pada anggota
derajat penghormatan kedua belah
masyarakat yang sudah tua dan
pihak. Pada kutipan tersebut juga
pernah berjasa dalam masyarakat.
menggambarkan, tentang seseorang
Berikut
yang berada pada lapisan bawah juga
memaparkan
beranggapan cinta tidak bergantung
yang menduduki lapisan atas dan
kepada
lapisan
jumlahnya,
uang,
jabatan
maupun
beberapa
kutipan
anggota
bawah
masyarakat
yang
kekuasaan. Bagi mereka cinta tidak
berdasarkan
dapat dibeli oleh apapun. Karena,
Seperti pada kutipan beikut.
kebahagiaan
cinta
melebihi
kebahagiaan yang lainnya. 3. Ukuran Kehormatan Ukuran
kehormatan
dapat
diukur dari gelar kebangsawanan. Orang
yang
kebangsawanan
mempunyai yang
gelar
menyertai
namanya, seperti raden, raden mas, atau raden ajeng, dan lain-lain akan menduduki masyarakat.
strata
teratas
dalam
ukuran
yang
dilihat
kehormatan.
“Setelah semuanya hadir, mulailah Datuk membuka kata, demekianlah maka tuan-tuan saya hadirkan dalam rumah nan gedang ini, yaitu elok kata dengan mufakat buruk kata di luar mufakat, tahi mata tak dibuangkan dengan empu kaki.” (Hamka. 107) “Mamakmamak duduk berapat di kepala rumah yang hilir,
15
perempuanperempuan duduk di dekat jalan ke dapur, mendengar buah mufakat dari jauh.” (Hamka. 107)
b. Lapisan Bawah Anggota
masyarakat
yang
berada pada lapisan bawah, tentunya kurang dihormati dalam masyarakat. Seperti pada kutipan berikut.
Kutipan
di
menggambarkan
atas
bahwa
“Mak
Limah menjawab bahwasanya cinta Hayati rupanya masih lekat kepada Zainuddin orang Mengkasar itu.” (Hamka. 109)
Datuk
adalah pucuk adat. Dialah yang memimpin Datuk
negeri
banyak
masyarakat
Minangkabau. berjasa
pada
Minangkabau.
Oleh
“Bagaimana kalau dia makan hati berulam jantung sebab maksudnya tidak sampai.” (Hamka. 109)
karenanya, masyarakat Minangkabau sangat hormat pada Datuk. Kutipan tersebut
juga
menggambarkan
tentang sebuah keluarga yang sangat memegang
teguh
adat
“Berapa banyaknya gadis-gadis yang membunuh diri lantaran tidak bertemu dengan yang dicintainya, atau dia mati merana saja?” kata Limah.” (Hamka. 109)
istiadat.
Keluarga ini berketurunan Regen atau tuan Gedang di Batipuh, dengan statusnya
sebagai
keluarga
berketurunan
terhormat.
Maka,
orang-orang
Minangkabau
sangat
menghormatinya statusnya
tersebut
pada lapisan atas.
dan
karena
membawanya
Kutipan
di
atas
menggambarkan seorang gadis tua bernama
Limah
yang
begitu
mengerti hati Hayati. Di dalam adat
16
Minangkabau, kemenakan di bawah
Berdasarkan ukuran ini, orang yang
lindungan Mamak. Jadi, apapun yang
berpendidikan
dikehendaki Mamak, tidak terkecuali
seorang sarjana akan menempati
masalah jodoh harus diikuti oleh
posisi teratas dalam stratifikasi sosial
kemenakannya. Hal ini membuktikan
di masyarakat.
tinggi,
misalnya
bahwa lapisan bawah tidak berdaya a. Lapisan Atas melawan keputusan yang dibuat oleh Anggota
masyarakat
yang
lapisan atas. Kutipan di atas juga memiliki gelar kependidikan atau menggambarkan, tidak sedikit gadis ilmu pengetahuan akan menduduki yang mengakhiri hidupnya karena lapisan atas. Seperti pada kutipan maksudnya
yang
tidak
sampai. berikut.
Beberapa gadis yang dibawa pergi “Saudarasaudaranya bersekolah dalam sekolahsekolah menurut pendidikan zaman baru.” (Hamka. 76)
oleh para lelaki dari golongan atas untuk dinikahi tanpa dasar cinta yang tulus. Hal ini membuktikan bahwa begitu
tidak
berdayanya
lapisan
“Sudah dua bulan tunangannya itu ada di Jakarta, menambah ilmunya dalam perkara dagang.” (Hamka. 90)
bawah terhadap golongan atas.
4. Ukuran Ilmu Pengetahuan Ukuran artinya,
ilmu
ukuran
pengetahuan kepemilikan
seseorang atau penguasaan seseorang
Kutipan
di
atas
dalam hal ilmu pengetahuan. Kriteria
menggambarkan,
ini dapat pula disebut sebagai ukuran
keluarga
kepandaian
menyelesaikan sekolahnya di kota.
dalam
kualitas.
yang
tentang
satu berhasil
17
“Dia teringat sekolahnya yang tidak masak, pelajarannya yang tidak sempurna, dimana tinggal tak tentu tujuan.” (Hamka. 103)
Jika dibandingkan dengan anak-anak di kampunyanya. Ia memiliki tingkat pengetahan yang jauh lebih banyak. Ini
membuktikan,
bahwa
ia
menduduki lapisan atas. Kutipan di atas juga menggambarkan tentang
Kutipan seseorang
yang
di
atas
menempuh menggambarkan seorang anak laki-
pendidikan sampai ke ibu kota laki yang tidak bisa menyelesaikan (Jakarta).
Hal
ini
membuktikan sekolahnya. Hal ini dikarenakan
bahwa orang tersebut sangat serius orang
tuanya
tidak
mempunyai
banyak
uang
untuk
membiayai
dan peduli dengan ilmu pengetahuan. Ia jauh-jauh ke ibu kota (Jakarta) sekolah anaknya. Ilmu penegtahuan menempuh
pendidikan
untuk yang mereka miliki sangat rendah.
mendapatkan sebuah gelar. Hal b. Lapisan Bawah Anggota
inilah
yang
menyebabkan
mereka berada pada lapisan bawah.
masyarakat
yang Berdasarkan
ukuran
berada pada lapisan bawah, untuk pendidikan, seseorang yang berada mengenyam pendidikan sangatlah pada lapisan atas, sangat mudah sulit bagi mereka. Jangankan untuk mendapat pendidikan yang layak mendapat
gelar
sarjana,
untuk bahkan sampai bisa mendapat gelar
menamatkan
sekolahpun
mereka sarjana. Sedangkan, seseorang yang
tidak bisa. Seperti pada kutipan berada pada lapisan bawah, untuk berikut. menamatkan sekolahnya saja tidak
18
mampu
apalagi
mendapat
gelar
tertentu jika dilihat dari pembedaan
sarjana karena keterbatasan ekonomi.
berdasarkan ukuran kekayaan maka akan
b. Masalah-masalah Sosial yang ditimbulkan Akibat Stratifikasi Sosial dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka.
timbul
kesenjangan
sosial
antara si kaya atau lapisan atas dan si miskin atau lapisan bawah. Sebagian dari lapisan atas akan merendahkan
Berdasarkan
ukuran-ukuran martabat lapisan bawah. Oleh karena
dalam menentukan stratifikasi sosial itu, terjadilah kesenjangan sosial dalam
suatu
masyarakat
dapat
masalah-masalah
yang
yang akan mengakibatkan konflik diketahui
atau masalah antarkedua lapisan ditimbulkan dalam pelaksanaannya. tersebut. Pengungkapan
Hal
tersebutlah
yang
permasalahan menjadi pokok permasalahan dalam
tersebut
tidak
terlepas
dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der
perwatakan para tokoh dan latar yang Wijck karya Hamka. Untuk lebih digunakan dalam novel terutama jelasnya berikut adalah kutipannya. latar tempat yang tercermin dalam dialog atau pikiran para tokoh. Berikut adalah uraian dari masalahmasalah akibat adanya stratifikasi sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka.
a. Kekayaan Adanya masyarakat
pembedaan dalam
kelas-kelas
“Pakaian apa yang kau pakai ini, Hayati? Apakah kau hendak sebagai ‘lepat’ dibungkus?” “Lebih kau pergi ke surau saja, Hayati, jangan ke pacuan!” “Saya malu memakai pakaian demikian, Khadijah, tidak cocok dengan diriku, aku tak biasa.” “Itulah yang aku biasakan.”
19
“Pakaian begini tidak di adatkan di negeri kita.” “Dahulu yang tidak, kini inilah pakaian yang lazim.” “Saya tidak mau membuka rambut.” “Membuka rambut apakah salahnya? Bukankah panas kalau selalu ditutup saja?” “Sebetulnya saya tidak mempunyai pakaian yang demikian, kata Hayati pula.” “Itu gampang pakailah pakaianku, itu tersedia dalam lemari berapa saja kau mau.” (Hamka. 7778)
Berdasarkan kutipan dialog tersebut, dapat terlihat bahwa sikap orang yang berada di lapisan atas dalam lingkungan sosial sangatlah memandang
rendah
orang
yang
dalam kelas sosialnya berada pada lapisan bawah. Sikap seperti itulah yang memicu terjadinya
konflik
antara lapisan atas dengan lapisan bawah
b. Kekuasaan Pembedaan kekuasaan
akan
dari
segi
menimbulkan
masalah juga dalam pelaksaannya. Mereka yang memiliki kekuasaan termasuk ke dalam lapisan atas. Dengan memanfaatkan kekuasaan yang mereka
miliki
tak
jarang
mereka akan bertingkah sewenangwenang
terhadap
orang
yang
dikuasainya yang pada dasarnya merupakan
lapisan
bawah.
Hal
tersebut tercermin pula dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah kutipannya. “Daripada engkau menghabiskan harta itu, lebih baik kau hilang dari negeri, saya lebih suka.” “Kalau akan berbini mesti lebih dahulu menghabiskan harta tua, tentu habis segenap sawah di Minangkabau ini. Inilah anak muda yang 20
tidak ada malu, selalu hendak menggadai, hendak
rumah
besar.
Pada
waktu
itu,
Pandekar sutan hendak meminta
mengagun.” “Itu jangan disebut”, kata Datuk Mantari Labih.”itu kuasaku, saya Mamak di sini, menghitamkan dan memutihkan kalian semuanya dan menggantung tinggi membuang jauh.” “Meskipun begitu, hukum zalim tah boleh dilakukan.” “Apa? Engkau katakana saya zalim?” kata Datuk Mantari Labih sambil melompat ke muka, dan menyentak kerisnya, tiba sekali di hadapan Pandekar Sutan.” (Hamka. 6-7)
untuk menjual atau menggadaikan sawah. Namun, selalu mendapat bantahan dari Datuk mantari labih. Datuk
mantari
merupakan
saudara laki-laki tertua dari ibunya. Datuk menggunakan kekuasaannya (sebagai
Mamak)
untuk
berbuat
semena-mena, ia tidak peduli pada nasib kemenakannya sendiri. Selain itu, akibat kesewenang-wenanganya, Datuk
Mantari
labih
terhadap
kemenakannya sendiri berdampak pada maut yang menjemputnya.
c. Kehormatan Berbeda
“Saya luka, tolong” Cuma itu perkataan yang keluar dari mulut datuk mantari labih. (Hamka. 7)
labih
ukuran
halnya
dengan
kehormatan
membedakan masyarakat
dalam
kelas-kelas dalam
suatu
kehidupan
sosialnya. Ukuran kehormatan ini
Kutipan di atas menjelaskan
sangat
terasa
pada
masyarakat
sikap Datuk mantari labih ketika
tradisional. Biasanya, mereka sangat
Pandekar
menghormati
sutan
menemuinya
di
orang-orang
yang
21
Datuk dan kepada segala ninik mamak yang berkuasa di dalam rumah nan gedang itu.” (Hamka. 107) “Demikianlah maka tuan-tuan saya hadirkan dalam rumah nan gedang ini, yaitu elok dengan mufakat buruk kata di luar mufakat, tahi mata tak dapat dibuangkan dengan empu kaki.” (Hamka. 107)
banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua maupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi luhur. Oleh
karena
itu,
penentuan
stratifikasi sosial berdasarkan ukuran kehormatan
tersebut
tidak
menimbulkan masalah sosial antara orang yang dihormati (lapisan atas) dan
orang
(lapisan
yang
bawah).
menghormati Hal
tersebut
mengingat bahwa hanya orang yang
“Tak baik mencela orang lain, karena tiap-tiap negeri berdiri dengan adatnya, walaupun apa bangsanya dan di mana negerinya. (Hamka. 110)”
berjasa, berperilaku dan berbudi luhurlah
yang
akan
menduduki
lapisan atas sehingga tidak akan menimbulkan
kesenjangan
sosial,
konflik atau masalah sosial dalam kehidupan masyarakat. Begitu pula dalam novel Tenggelamnya Kapal
Berdasarkan kutipan di atas Van Der Wijck karya Hamka, ukuran dapat diketahui bahwa orang-orang kehormatan
tidak
menimbulkan yang memiliki status sosial akan
permasalahan antarlapisan. Berikut dihormati apalagi jika tutur kata dan adalah kutipannya. tingkah lakunya amat baik maka “Setelah segala pemintaan dari pihak Aziz disampaikan orang kepada
akan tambah dihormati. Selain itu, ukuran
kehormatan
tidak
22
menimbulkan masalah baik
dari
kehidupannya. Novel, Tenggelamnya
lapisan atas maupun lapisan bawah.
Kapal
Ukuran kehormatan terlepas dari
menampilkan masalah sosial akibat
ukuran-ukuran kekayaan, kekuasaan
adanya penentuan stratifikasi sosial
dan
Ukuran
berdasarakan ilmu pengetahuan. Hal
semacam ini, banyak dijumpai pada
tersebut terlihat ketika ada pihak
masyarakat-masyarakat
yang
ilmu
penegtahuan.
tradisional.
Van
Der
tidak
ilmu
Mereka
akan
pengetahuan.
tua atau meraka yang pernah berjasa.
mempermasalahkan
Jadi,
menghargai
disimpulkan
bahwa
juga
menghargai
Biasanya, mereka adalah golongan
dapat
Wijck
ilmu
orang
yang
pengetahuan
seseorang yang menempati lapisan
sehingga akan menimbulkan masalah
atas
sosial antara kedua lapisan tersebut.
dilihat
dalam
ukuran
dari
jasa
kehormatan yang
pernah
Dalam hal ini juga tidak terlepas dari
dilakukan dan cara-caranya dalam
pengaruh
bertutur kata dengan santun dalam
ukuran kekayaan dan kekuasaan.
masyarakat.
Berikut adalah kutipannya:
d. Ilmu Pengetahan Ukuran
ilmu
pengetahuan
juga akan menimbulkan masalah sosial.
Orang-orang
yang
menghargai ilmu pengetahuan akan akan
menempatkan
sosial/lapisan
atas
kelas dalam
ukuran-ukuran
yaitu
“Karena pemudapemuda padang panjang ini, mekipun negeri kami penuh dengan rumahrumah sekolah agama, kami kebanyakan hanya bergurau, berburu, main kim dan lainlain.” (Hamka. 122 )
23
“Dikota itulah Zainuddin belajar agama. Dalam mempelajari agama diambilnya juga pelajaran bahasa Inggris, dan memperdalam bahasa Belanda. Malam dia pergi kepada seorang sersan pensiun di Guguk Malintang mempelajari permanian biola. Kadangkadang diikutinya pula sersan itu bermain di medan yang ramairamai.(Hamka. 73) ”
lakukan
ilmu pengetahuan. Seharusnya, jika seseorang atau sekelompok orang yang
pengetahuan
yang
dan
antara
berilmu
rendahnya
dengan
lainnya.
pendidikannya.
Justru
sebaliknya, orang yang berada pada lapisan bawah sangat menghargai ilmu pengetahuan.
berilmu
berpendidikan
dan
sosialnya adalah orang-orang yang termasuk ke dalam lapisan atas. yang
satu
dalam kelas sosialnya adalah tinggi
pengetahuan
tindakan
lingkungan
ukuran seseorang menduduki posisi
berpendidikan tinggi dalam kelas
Namun,
pada
Mengingat bahwa yang menjadi
tinggi lebih senang bergurau. Mereka yang
berada
pendidikan akan saling mendukung
pemuda-pemuda yang pada dasarnya orang
sikap
seseorang yang tidak menghargai
Berdasarkan kutipan di atas,
adalah
menunjukkan
mereka
Seperti pada
kutipan di atas, tokoh Zainuddin, belajar siang dan malam. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang berada pada lapisan bawah, sangat menghormati ilmu pengetahuan.
D. PENUTUP .1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap stratifikasi sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der
24
Wijck karya Hamka, disimpulkan
pengetahuan akan ditempatkan
sebagai berikut:
pada lapisan atas dalam kelas sosialnya. Berdasarkan ukuran-
1. Bentuk stratifikasi sosial yang ukuran tersebut dapat diketahui diungkapkan
dalam
novel bahwa bentuk-bentuk stratifikasi
Tenggelamnya Kapal Van Der sosial
dalam
novel
tersebut
Wijck karya Hamka adalah (a) adanya masyarakat lapisan atas ukuran kekayaan yang tercermin dan masyarakat lapisan bawah dari cara para tokoh berpakaian yang
dalam
novel
tersebut
dan bentuk rumah mereka, (b) merupakan ukuran
kekuasaan
representasi
masyarakat berdasarkan
dari
dilihat
kekuasaan
Minangkabau.
yang Lapisan atas diwakili dengan
dimiliki oleh seseorang dalam gelar Datuk, Mamak, sedangkan mempengaruhi
orang
lain nama biasa untuk masyarakat
sehingga orang yang dikuasainya lapisan bawah. akan tunduk dan patuh atas apa 2. Masalah yang
diperintahkannya,
yang
ditimbulkan
(c) berupa
kesenjangan
sosial
ukuran kehormatan, dalam novel antarlapisan
(atas-bawah).
tersebut seseorang yang berbudi Lapisan
atas
cenderung
baik, bertutur kata yang sopan merendahkan orang yang berada dan
suka
menolong
akan pada lapisan bawah. Selanjutnya,
menduduki posisi atas dalam orang yang berada pada lapisan kelas sosialnya dan (d) ukuran atas, ilmu
pengetahuan,
sangat
semena-mena
seseorang terhadap orang yang berada pada
yang
menghargai
ilmu
25
lapisan bawah dengan kekuasaan yang
dimilikinya.
Peneliti berharap penelitian
Kemudian,
ini bisa dikembangkan lagi, Karena
kesenjangan sosial yang terjadi
masih banyak permasalahan tentang
dalam
Tenggelamnya
stratifikasi sosial yang berkembang
Kapal Van Der Wijck karya
pada masyarakat Indonesia yang
Hamka adalah tidak adanya restu
menimbulkan suatu kelompok hanya
dari pihak lapisan atas terhadap
berinteraksi
lamaran
bawah
masing-masing
dengan
memperdulikan keadaan sekitar.
novel
dari
hingga
lapisan
berakhir
kematian.
dengan
kelasnya tanpa
Diharapkan pada kehidupan nyata
2. Saran
bahwa
perbedaan
kelas
tersebut bukan menjadi alasan untuk Berdasarkan
hasil
analisis kita terpecah belah. Tidak lagi
stratifikasi
sosial
dalam
novel menjadi ajang unjuk kekuasaan bagi
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck kelas atas. Sekarang bukan lagi karya Hamka, menyarankan agar zaman perbudakan dan penindasan hasil
penelitian
ini
sebaiknya karena setiap manusia mempunyai
dijadikan
acuan
tambahan
dan hak asasi yang telah ada sejak lahir.
sumbangan bagi perkembangan ilmu Untuk
itu,
marilah
kita
saling
sastra, khususnya sebagai kajian menghormati dan menghargai, untuk yang membahas novel. Selain itu, kepentingan bersama. hasil
penelitian
ini
disarankan
kepada pembaca supaya lebih gemar membaca novel dan karya sastra lainnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta: PT Rineka Cipta Astride S. Susanto. Tentang Stratikasi Sosial. (online) (http://sosiologisosio;ogixavega.blogspot.in/2010/09/stratifikasisosial.html?m=1) Diakses pada tanggal, 11 Juni 2016) Faruk. 2012.”Pengantar Sosiologi Sastra dan Strukturalisme Genetik sampai posmodernisme”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Febriani. 2009. “Nilai Sosial Budaya Dalam Novel Saraswati Karya A.A Navis”. Mataram: FKIP UNRAM Haeniah, Nurul. 2012. “Analisis Konflik Sosial dalam Cerpen MOH Karya Putu Wijaya dan Refrensinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA”. Mataram: FKIP UNRAM Halil, Desi. 2012. “Analisis Stratifikasi Sosial dalam Novel Negeri Perempuan Karya Wisran Hadi dan Aplikasinya Pada Pembelajaran Sastra di SMA”. Mataram: FKIP UNRAM Hani, Umi. 2012. “Analisis Deferensiasi Sosial Novel Bunda Aku Kembali Karya Lalu Muhammad Zaenudin dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah”. Mataram: FKIP UNRAM Hamka. 2014.”Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Jakarta: PT Bulan Bintang. (http://bio.or.id/biografi-buya-hamka/) Diakses pada tanggal, 11 Agustus 2016 (http://bagus-barbar.blogspot.co.id/2013/04/sinopsis-novel-tenggelamnya-kapalvan.html?m=1) Diakses pada tanggal, 01 Agustus 2016 (http://deviyup.blogspot.in/2012/12/stratifikasi-sosial.html?m=1.) Diakses pada tanggal, 11 Juni 2016 (https://dpi476diana.wordpress.com/metodologi-penelitian/c-metodologidokumenter/) Diakses pada tanggal, 13 Juni 2016 (http://teori-ilmupemerintahan.blogspot.co.id/2011/06/pengertian-studikepustakaan.html?m=1) Diakses pada tangal, 13 Juni 2016 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2014. Gita Media Press. KKBI Online
27
Kurniawati, Ida. 2015.”Stratifikasi Sosial dalam Novel Bukan Pasar Malam Karya Pramoedya Ananta Toer dan Kaitannya Pada Pembelajaran Sastra di Sekolah”. Mataram: FKIP UNRAM Lestari. Surya. 2012.”Nilai-Nilai Pendidkan dalam Novel Sangkakala Cinta Karya Khaeron dan Penerapannya dalam Pembelajaran Sastra di SMP”. Mataram: FKIP UNRAM Nurgiyantoro. Burhan. 2012. “Teori Pengkajian Fiksi”. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Prastowo Andi. 2014.”Metode Penelitian Kualitatif dalam Persepektif Rancangan Penelitian”. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Ratna. 2010.”Metodologi Penelitian”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna. 2015.”Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra”. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Rosmalanita, Ririn. 2011. “Analisis Unsur Instrinsik dan Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Merpati Kembar di Lombok Karya Nuriadi”. Mataram: FKIP UNRAM Semi, Atar. 1989.”Kritik Sastra”. Bandung: Angkasa Bandung Siswantoro. 2016.”Metode Penelitian Sastra”. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Soekanto dan Sulistyowati. 2014.”Sosiologi Suatu Pengantar”. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suharto, Sugihastuti. 2013.”Kritik Sastra Peminis: Teori dan Aplikasinya”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ulfa, Suniati Mariam. 2013.”Aanalisis Struktural dalam Novel Hafalan Sholat Delisa dan Penerapannya Terhadap Pendidikan Karakter di SMA”. Mataram: FKIP UNRAM Yuliana. Sri. 2014.“Analisis Struktuktural dan Nilai-Nilai Dalam Novel Cinta Bersemi Diseberang Tembok Karya Bagin dan Kaitannya Dengan Pembelajaran Sastra di SMA”. Mataram: FKIP UNRAM. Yuni. Asri. 2016.“Analisis Pertentangan Kelas Sosial dalam Film Merantau; Kajian Sosiologi Perspektif Marxisme”. Mataram: FKIP UNRAM Zulaedi. 2004.”Nilai Sosial Novel Mekar Karena Mekar Karya Alex L. Tobing”. Mataram: FKIP UNRAM
28