Kalbisocio Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014
ISSN 2356 - 4385
Pengaruh Return On Assets, Earnings Per Share, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan Prosentase Penawaran Saham Terhadap Initial Return Penawaran Umum Perdana Basuki Toto Rahmanto1), Suherman2) Manajemen, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis Jalan Pulomas Selatan Kav. 22, Jakarta 1) Email:
[email protected] 2) Email:
[email protected] Abstract: The purpose of this study is to analyze the influence of ROA, EPS, firm size, firm age, and percentage of stock offerings to the level of initial returns on companies doing IPO. Data analysis techniques used in this study is multiple linear regression analysis. The sample in this study is using purposive sampling method that has IPO on the Indonesia Stock Exchange in 2008, 2009, 2010, where the data of ROA and EPS did not have a negative value. In this study there are 48 companies that meet the criteria. The results showed that there was no significant effect and simultaneously initial returns cannot be explained by the independent variables. Variation of ROA, EPS, firm size, firm age, and percentage of stock offerings variables affect variable of initial return 5.2%, while the remaining of 94.8% is influenced by factors or other variables beside the model of study. Keywords: initial public offerings, initial returns, return on assets, earnings per share, firm size, firm age, percentage of stock offering Abstrak: Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh ROA, EPS, ukuran perusahaan, umur perusahaan, prosentase penawaran saham terhadap besarnya tingkat initial return pada perusahaan yang melakukan IPO. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia di tahun 2008, 2009, 2010, dimana data ROA dan EPS tidak memiliki nilai negatif. Dalam penelitian ini terdapat 48 perusahaan yang memenuhi kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dan secara simultan initial return tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Variasi variabel ROA, EPS, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan prosentase penawaran saham mempengaruhi variabel initial return sebesar 5,2%, sedangkan sisanya 94,8% dipengaruhi oleh faktor atau variabel-variabel lain diluar model penelitian. Kata kunci: initial public offerings, initial return, return on assets, earnings per share, ukuran perusahaan, umur perusahaan, prosentase penawaran saham
I. PENDAHULUAN Fenomena initial return dikarenakan adanya mispriced di pasar perdana sebagai akibat adanya ketidak seimbangan informasi antara pihak penjamin emisi dengan pihak perusahaan (emiten), antara emiten dengan investor maupun adanya ketidak seimbangan informasi antar investor. Dalam literatur keuangan masalah tersebut disebut adanya informasi asimetri (Daljono, 2000: 558). Perbedaan kepentingan dimana dari sisi pembeli, mereka menginginkan harga
54
perdana yang rendah sehingga dapat memperoleh initial return sedangkan para pemilik perusahaan menginginkan agar dapat meminimalisir initial return, karena terjadinya initial return yang tinggi akan menyebabkan transfer kemakmuran dari pemilik kepada investor. Informasi keuangan dan non keuangan yang terkandung dalam prospektus merupakan ketentuan yang harus dimiliki perusahaan go public. Dengan adanya informasi dalam prospektus tersebut diharapkan akan dapat mempengaruhi keputusan
Pengaruh Return On Assets, Earnings Per Share, Ukuran ...
investor dalam menanamkan modalnya pada perusahaan yang akan go public, sehingga perusahaan sebagai emiten di bursa akan mendapatkan return yang maksimal untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Ruang lingkup penelitian ini membatasi masalah apakah informasi keuangan dan non keuangan mempunyai pengaruh terhadap initial return setelah penawaran umum perdana (IPO), dimana penulis mengambil 2 variabel rasio keuangan yakni return on assets, dan earnings per share. Sedangkan untuk variabel non keuangan digunakan ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan prosentase penawaran saham. Subjek penelitian yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO dimana terdapat 18 perusahaan di tahun 2008, 13 perusahaan di tahun 2009, dan 22 perusahaan di tahun 2010, total 53 perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. Lokasi penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil data-data laporan keuangan yang dipublikasikan serta diterbitkan kedalam buku IDX Watch. Periode data penelitian mengambil data daftar perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia tahun 2008, 2009, dan 2010. Perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah return on assets, earnings per share, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan prosentase penawaran saham berpengaruh terhadap besarnya tingkat initial return pada perusahaan yang melakukan IPO. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh return on assets, earnings per share, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan prosentase penawaran saham terhadap besarnya tingkat initial return pada perusahaan yang melakukan IPO. Manfaat dari penelitian ini adalah: (1) Bagi emiten, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penawaran perdana di bursa efek untuk memperoleh harga yang baik dan saham yang ditawarkan dapat terjual semua; (2) Bagi investor, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan untuk menginvestasikan dana di pasar modal agar diperoleh return secara optimal; (3) Bagi kalangan akademisi, sebagai perbandingan studi teoritis yang telah didapatkan dan diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitianpenelitian selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan penelitian ini. Riset-riset mengenai pengaruh informasi keuangan dan informasi non keuangan terhadap initial return telah banyak dilakukan namun penelitian ini
masih merupakan masalah yang menarik untuk diteliti karena adanya inkonsistensi hasil penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (1999: 1-13) menyatakan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap return saham baik di pasar perdana maupun pasar sekunder. Sedangkan hasil penelitian Hardiningsih, Suryanto & Chariri (2002: 83-89) menyatakan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian Sulistio (2005: 87-99) menyatakan bahwa EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing, Minsen (2004: 125-153) menyatakan bahwa EPS berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing. Penelitian ini inkonsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Susana (2000: 15-23) yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh signifikan positif terhadap underpricing (initial return). Menurut penelitian Kim et al. (1995: 449-464), variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Sedangkan hasil penelitian Daljono (2000: 556-569) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Pada penelitian yang dilakukan Rosyati & Sabeni (2002: 286-297) menemukan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan pada initial return. Sedangkan hasil penelitian Nasirwan (2000: 573-598) membuktikan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return dan return 15 hari setelah IPO. Pada variabel prosentase penawaran saham, Nasirwan (2000: 573-598) menemukan bahwa secara statistis signifikan variabel tersebut berpengaruh terhadap return 15 hari setelah IPO. Sedangkan hasil penelitian Trisnawati (1999: 1-13) menyatakan bahwa prosentase penawaran saham tidak berpengaruh signifikan dengan initial return. Berikut disajikan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini: H1: Return on assets (ROA) berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return. Nilai ROA yang semakin tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba di masa yang akan datang dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Profitabilitas yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga akan menurunkan tingkat underpricing, yang berarti kemungkinan investor untuk mendapatkan initial return saat IPO akan semakin rendah
55
Kalbisocio Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014
H2: Earnings per share (EPS) berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return. EPS merupakan proxy laba per lembar saham perusahaan yang diharapan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. EPS yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor sehingga akan menurunkan tingkat underpricing, yang berarti kemungkinan investor untuk mendapatkan initial return saat penawaran umum perdana akan semakin rendah H3: Ukuran perusahaan (Size) berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return. Tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar pada umumnya rendah karena dengan skala yang tinggi perusahaan cenderung tidak dipengaruhi pasar, sebaliknya dapat mewarnai dan mempengaruhi keadaan pasar secara keseluruhan. Pada perusahaan berskala kecil tingkat ketidakpastian di masa yang akan datang besar sehingga tingkat risiko investasinya lebih besar dalam jangka panjang. Dengan rendahnya tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar maka akan menurunkan tingkat underpricing dan kemungkinan initial return yang akan diterima investor akan semakin rendah. Oleh karena itu diduga semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin kecil initial return yang akan diterima investor. H4: Umur perusahaan (Age) berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return. Umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan dan menjadi bukti perusahaan mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian. Perusahaan yang beroperasi lebih lama dianggap sudah matang dan bisa di persepsikan sudah tahan uji sehingga kadar risikonya rendah serta mempunyai kenaikan yang lebih besar untuk menyediakan informasi perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada yang baru saja berdiri. Dengan demikian akan mengurangi adanya informasi asimetri dan memperkecil ketidakpastian pasar yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham dan peluang terciptanya initial return yang akan diterima investor kian rendah sehingga diduga semakin banyak umur perusahaan maka semakin kecil initial return saat IPO. H5: Prosentase penawaran saham (PPS) berpengaruh signifikan positif terhadap initial return. Semakin besar proporsi saham yang dipegang
56
oleh pemegang saham lama semakin banyak informasi privat yang dimiliki oleh pemegang saham lama. Investor baru akan mengeluarkan biaya untuk mendapatkan informasi guna pengambilan keputusan apakah akan membeli saham atau tidak. Sehingga kompensasinya adalah pengeluaran biaya oleh investor sehingga investor mengharapkan mendapat tingkat initial return yang tinggi. Dari kelima hipotesis tersebut maka dapat juga di simpulkan bahwa secara bersama-sama ROA, EPS, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan prosentase penawaran saham secara bersama-sama berpengaruh terhadap initial return. Sehingga hipotesis berikutnya yang diajukan sebagai berikut: H6: Return on assets (ROA), earnings per share (EPS), ukuran perusahaan (Size), umur perusahaan (Age), dan prosentase penawaran saham (PPS) secara bersama-sama berpengaruh terhadap initial return.
II. METODE PENELITIAN Variabel dalam penelitian ini adalah ROA, EPS, ukuran perusahaan, umur perusahaan, prosentase penawaran saham sebagai variabel independen dan initial return sebagai variabel dependen. Penelitian ini mengambil populasi dari perusahaan-perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian mencakup data tahun 2008 sampai dengan 2010. Jumlah sampel yang dipilih sebanyak 48 perusahaan. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah: (1) Sampel merupakan perusahaanperusahaan yang melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia di tahun 2008, 2009, dan 2010. Alasan periode sampel diambil mulai 2008 sampai dengan 2010 karena di tahun 2007 hingga periode September 2008 bursa saham dunia melemah akibat keadaan perbankan Amerika sedang dalam keadaan pengetatan kredit yang berakibat juga pada penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan penurunan transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode berikutnya transaksi di BEI mulai mengalami transisi menuju kenaikan karena mulai pulihnya juga kondisi perbankan di Amerika. (2) Data perusahaan khususnya ROA dan EPS tidak memiliki nilai negatif.
Pengaruh Return On Assets, Earnings Per Share, Ukuran ...
Metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan: 1. Uji Normalitas, untuk menghindari bias, data yang digunakan harus berdistribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan: - Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. - Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: HO : Data residual berdistribusi normal HA : Data residual tidak berdistribusi normal 2. Uji Multikolinearitas, bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel variable independen. Jika variabelvariabel saling berkorelasi, maka variabelvariabel ini tidak ortogonal. Multikolinearitas terjadi jika ada hubungan linear yang sempurna atau hampir sempurna antar beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Jika terjadi multikolinearitas yang tinggi, standar error koefisien regresi akan semakin besar dan mengakibatkan confidence interval untuk pendugaan parameter semakin lebar sehingga terbuka kemungkinan terjadi kekeliruan menerima hipotesis yang salah. Pengujian untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan korelasi antar variabel–variabel independen yang akan digunakan dalam persamaan regresi atau dengan menghitung nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factors). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi adalah sebagai berikut : (1) Nilai R2 .yang dihasilkan oleh suatu estimasi
model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat; (2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (diatas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas; (3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Batas toleransi value adalah 0,10 dan VIF adalah 10. Apabila nilai tolerance value kurang dari 0,10 atau VIF lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinearitas. Tujuan uji multikolinearitas adalah untuk mengetahui apakah tiap–tiap variabel independent saling berhubungan secara linear atau tidak linier. 3. Uji Heteroskedastisitas, bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisias. Heteroskedastisitas terjadi apabila tidak adanya kesamaan deviasi standar nilai variabel dependen pada setiap variabel independen. Bila terjadi gejala heteroskedastisitas akan menimbulkan akibat koefisien regresi menjadi minimum dan confidence interval melebar sehingga hasil uji signifikansi statistik tidak lagi valid. Pada penelitian ini peneliti melakukan dengan metode Glejser. Pada prinsipnya pengujian dengan metode Glejser dilakukan dengan meregresikan absolute unstandardize residual dengan variabel bebasnya. Jika tidak terdapat variabel yang tingkat signifikansinya kurang dari 0,05 maka disimpulkan model regresi tidak mengandung gejala heteroskedastisitas. 4. Analisis Regresi Berganda, digunakan untuk mengukur hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Untuk menguji hipotesis di atas digunakan model sebagai berikut : IR = a + b1ROA + b2EPS + b3SIZE + b4AGE + b5PPS + e Keterangan: IR = Initial Return; a = konstanta; b1, b2, b3, b4, b5= koefisien regresi dari setiap variable independen; ROA = Return on assets; EPS = Earnings per share; SIZE = Ukuran perusahaan; AGE = Umur perusahaan; PPS = Prosentase penawaran saham; e = error term.
57
Kalbisocio Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014
5. Uji Hipotesa, dilakukan dengan: - Uji statistik-t. Uji t adalah untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (H1 sampai dengan H5). Uji t ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan t-tabelnya. Jika t-hitung lebih kecil dari t-tabelnya maka H1 ditolak, sebaliknya jika Jika t-hitung lebih besar dari t-tabelnya maka H1 diterima. Nilai t tabel dapat dilihat pada tabel statistik dengan tingkat signifikansi nilai degree of freedom yang sesuai. Nilai t-hitung diperoleh dari nilai parameter dibagi standar error-nya.
Dimana:
Bi = koefisien regresi;
Se(Bi) = standard error - Uji F digunakan untuk menguji hipotesis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama (H6). Uji F dilakukan dengan membandingkan antara nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung lebih besar dari F-tabel maka variabel independen berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai F-hitung lebih kecil daripada F-tabel maka variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Nilai F-tabel dapat dilihat pada tabel statistik dengan tingkat signifikansi nilai degree of freedom yang sesuai. Nilai F-hitung diperoleh berdasarkan rumus:
Dimana: R2 = Koefisien determinasi; K = jumlah variabel; n = jumlah pengamatan 6. Nilai Koefisien Determinasi, digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi/pengaruh variabel independen yakni variabel ROA, EPS, ukuran perusahaan, umur perusahaan dan prosentase penawaran saham terhadap variabel dependen initial return. Nilai koefisien determinasi (R2) berada di antara nol dan satu. Jika nilai koefisien determinasi (R2) lebih kecil dari 0,5 berarti kemampuan variabel-variabel independen
58
dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas, sebaliknya jika nilai koefisien determinasi (R2) lebih besar dari 0,5 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabelvariabel dependen.
A. Return on assets. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Ang, 1997: 42). ROA digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Rasio ini dapat diperbandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku. Untuk menghitung ROA, Ross, Westerfield, Jaffe dan Jordan (2008: 53) menyatakan, “Return on assets (ROA) is a measure of profit per dollar of assets. It can be defined several ways, but the most common is:
B. Earnings per share. Nilai EPS mencerminkan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa yang akan datang yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Prastowo dan Juliaty (2002: 93) menyatakan “Earnings per share adalah jumlah laba yang menjadi hak untuk setiap pemegang satu lembar saham biasa. EPS hanya dihitung untuk saham biasa. Tergantung dari struktur modal perusahaan, perhitungan EPS dapat sederhana atau komplek”. Menurut Alwi et al. (2003: 77) menyatakan “Pendekatan earnings per share (EPS) perusahaan biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calon pemegang saham dan manajemen. EPS menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari setiap lembar saham. EPS dapat dihitung dengan formula:
C. Ukuran perusahaan Perusahaan yang berskala besar cenderung lebih dikenal masyarakat sehingga informasi mengenai prospek perusahaan berskala besar lebih mudah diperoleh investor daripada perusahaan berskala kecil yang berarti tingkat ketidakpastian yang akan dihadapi oleh calon investor mengenai masa depan
Pengaruh Return On Assets, Earnings Per Share, Ukuran ...
perusahaan emiten dapat diperkecil apabila informasi yang diperolehnya banyak (Minsen, 2004). Tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar pada umumnya rendah karena dengan skala yang tinggi perusahaan cenderung tidak dipengaruhi pasar, sebaliknya dapat mewarnai dan mempengaruhi keadaan pasar secara keseluruhan. Keadaan ini dapat dinyatakan sebagai kecilnya tingkat risiko investai perusahaan berskala besar dalam jangka panjang. Sedangkan pada perusahaan berskala kecil tingkat ketidakpastian di masa yang akan datang besar, sehingga tingkat risiko investasinya lebih besar dalam jangka panjang (Nurhidayati & Indriantoro, 1998). Dengan rendahnya tingkat ketidakpastian perusahaan berskala besar maka akan menurunkan tingkat underpricing dan kemungkinan initial return yang akan diterima investor akan semakin rendah (Kim, et. al., 1995).
D. Umur perusahaan. Merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan investor dalam menanamkan modalnya (Chishty, Muhammad, Hasan & Smith, 1996). Umur perusahaan emiten menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan dan menjadi bukti perusahaan mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian. Wahyudi (2004) menjelaskan bahwa umur perusahaan dihitung dengan mengurangi tahun penawaran saat IPO dengan tahun pada saat perusahaan berdiri. Perusahaan yang beroperasi lebih lama dianggap sudah matang dan bisa di persepsikan sudah tahan uji sehingga kadar risikonya rendah serta mempunyai kenaikan yang lebih besar untuk menyediakan informasi perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada yang baru saja berdiri (Nurhidayati et.al., 1998). Dengan demikian akan mengurangi adanya informasi asimetri dan memperkecil ketidakpastian pasar yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat underpricing saham dan peluang terciptanya initial return yang akan diterima investor kian rendah.
E. Prosentase penawaran saham. Proporsi saham yang ditawarkan dapat digunakan sebagai proxy terhadap faktor ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor (Nurhidayati et.al., 1998). Proporsi dari saham yang ditahan dari pemegang saham lama dapat menunjukan aliran informasi dari saham emiten ke calon investor. Prosentase kepemilikan yang ditahan oleh pemilik menunjukkan adanya private information yang dimiliki oleh pemilik/manajer.
Investor baru akan mengeluarkan biaya untuk mendapatkan informasi guna pengambilan keputusan apakah akan membeli saham atau tidak. Sehingga kompensasinya adalah pengeluaran biaya oleh investor sehingga investor mengharapkan mendapat tingkat initial return yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Beatty (1989) yang menunjukan adanya hubungan positif antara saham yang ditawarkan dengan tingkat underpricing.
F. Initial return. Jogiyanto (2003: 109) menyatakan: “Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi”. Return dapat berupa return realisasi (realized return) yakni return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis berfungsi sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return ekspektasi (expected return) yakni return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Initial return Merupakan selisih antara harga saham pada hari pertama penutupan di pasar sekunder dengan harga saham pada penawaran perdana dibagi dengan harga saham penawaran perdana.
Dimana: IR = Initial return; Pt0 = Harga saham penawaran perdana; Pt1 = Harga saham penutupan pada hari pertama di pasar sekunder Sembel (1996) menyatakan: Terdapat tiga anomali yang terjadi saat IPO saham. Anomali yang pertama adalah penurunan harga saham setelah saham IPO diperdagangkan di pasar modal. Fenomena ini yang dikenal dengan underpricing atau positive initial return. Positive initial return terjadi karena harga IPO yang ditetapkan terlalu rendah, sebab harga yang terjadi pasar sekunder telah mencerminkan harga dalam kondisi keseimbangan (full information). Anomali yang kedua adalah penurunan harga saham atau kinerja perusahaan yang telah menerbitkan saham dalam jangka panjang, sering disebut sebagai long term underperformance dimana penurunan ditandai dengan menurunnya harga saham perusahaan dari waktu ke waktu dibandingkan kinerja pasar secara keseluruhan maupun kinerja industri. Anomali yang ketiga adalah hot and cold market dimana hot issues menjelaskan penawaran saham dengan initial return diatas rata-rata. Hot issues terjadi saat rata-rata initial return pada saat penawaran secara abnormal tinggi untuk jangka waktu yang di perpanjang.
59
Kalbisocio Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014
G. Penawaran umum. Hariyani et al. (2010: 287) menyatakan: “Penawaran umum (Go Public) adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya”. Menurut Hariyani et al. (2010), berikut ini beberapa keuntungan perusahaan melakukan penawaran umum saham: - Perusahaan akan mendapat tambahan dana segar dari hasil penjualan saham yang tidak berakibat pada penambahan jumlah utang perusahaan. - Hasil penjualan saham dapat digunakan untuk menambah modal usaha maupun untuk membayar utang perusahaan sehingga perusahaan bertambah sehat karena jumlah utangnya mengecil. - Perusahaan dapat melakukan penawaran efek di pasar sekunder (bursa efek) - Dapat meningkatkan prestise dan bonafiditas perusahaan di mata masyarakat. - Likuiditas keuangan perusahaan bertambah lancar. - Perusahaan mampu mengadopsi karyawan kunci dengan menawarkan opsi. - Keikutsertaan masyarakat sebagai pemegang saham dapat menaikkan kinerja perusahaan karena adanya prinsip keterbukaan dan akuntabilitas publik. - Beban kerugian perusahaan dapat ditanggung lebih banyak pemegang saham. - Dapat mempercepat kemajuan perusahaan, terutama jika investor yang masuk memang memiliki keahlian khusus di bidang usaha yang digeluti perusahaan. Beberapa kerugian bagi perusahaan melakukan penawaran umum saham adalah sebagai berikut: - Hilangnya kepemilikan sejumlah saham lama dapat berakibat berkurangnya kontrol pemilik lama terhadap manajemen perusahaan. - Proses penawaran umum memakan banyak waktu dan biaya. - Bertambahnya kewajiban yang harus dipikul sebagai emiten, seperti kewajiban di bidang administrasi efek, pendaftaran, pelaporan, dan lain-lain. - Perusahaan yang sudah jadi emiten atau perusahaan publik wajib mengumumkan besarnya laba perusahaan dan cara pembagian dividen. - Efek yang diterbitkan atau dijual ada kemungkinan tidak terjual semuanya”.
60
Hariyani et al. 2010, juga menyatakan bahwa: “Proses penawaran umum atas saham dapat dikelompokkan menjadi empat tahap utama, yaitu: 1. Tahap Persiapan. Tahap ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses penawaran umum. Pada tahap paling awal, perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan rapat umum pemegang saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka penawaran umum saham. Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi efek (underwriter), lembaga penunjang pasar modal (biro administrasi efek dan bank custodian), dan profesi penunjang pasar modal (akuntan publik, penilai, konsultan hukum, notaris). Penjamin emisi efek (underwriter) merupakan pihak yang paling banyak terlibat membantu emiten dalam rangka penerbitan saham. Beberapa kegiatan yang dilakukan penjamin emisi efek adalah menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan. Sementara itu, akuntan publik (auditor independen) bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten. Penilai bertugas melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut. Konsultan hukum bertugas memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion). Notaris bertugas membuat aktaakta perubahan anggaran dasar, akta perjanjianperjanjian dalam rangka penawaran umum, dan juga notula-notula rapat. 2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran. Pada tahap ini, calon perusahaan emiten menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam-LK dengan membawa dokumen-dokumen pendukung yang dipersyaratkan. Bapepam-LK kemudian memeriksa pernyataan pndaftaran beserta dokumen pendukungnya. Jika semua persyaratan telah terpenuhi, Bapepam-LK akan menyatakan pernyataan pendaftaran tersebut telah efektif. Selanjutnya, perusahaan emiten dapat meneruskan langkah berikutnya yaitu melakukan penawaran saham di pasar perdana. 3. Tahap Penawaran Saham di Pasar Perdana. Tahapan ini merupakan tahapan utama karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang
Pengaruh Return On Assets, Earnings Per Share, Ukuran ...
telah ditunjuk. Masa penawaran sekurangkurangnya tiga hari kerja. Perlu diingat pula bahwa tidak seluruh keinginan investor terpenuhi dalam tahapan ini. Sebagai contoh, saham yang dilepas ke pasar perdana sebanyak 100 juta saham, sementara yang ingin dibeli seluruh investor berjumlah 150 juta saham. Jika tidak mendapatkan saham di pasar perdana, investor dapat membeli saham tersebut di pasar sekunder, yaitu setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Pada tahap ini, harga saham masih ditentukan oleh emiten dan penjamin emisi efek. 4. Tahap Pencatatan Saham di Bursa Efek. Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, saham tersebut kemudian dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Setelah dicatatkan di BEI, saham tersebut dapat diperdagangkan oleh para pelaku bursa sehingga harganya tidak lagi dapat ditentukan oleh emiten dan penjamin emisi efek. Harga saham di bursa selalu berfluktuasi, naik turun mengikuti mekanisme pasar”.
III. PEMBAHASAN Berdasar tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai initial return berkisar antara minimum -17% dan maksimum 70% dengan rata-rata sebesar 23,664%. Hal ini menunjukkan besar initial return yang diperoleh pada saat IPO rata-rata sebesar 23,664%. Nilai ROA berkisar antara minimum 0,05% dan maksimum 23,74% dengan rata-rata sebesar 5,5604%. Hal ini berarti rata-rata emiten mendapatkan laba bersih sebesar 5,5604% dibanding dengan total aktivanya pada laporan terakhir sebelum IPO. EPS berkisar antara minimum Rp. 0,07 dan maksimum Rp. 401 dengan rata-rata sebesar Rp. 59,305. Nilai rata-rata tersebut menunjukkan secara rata-rata perusahaan-perusahaan yg melakukan IPO tersebut mampu menghasilkan laba sebesar Rp.59,305 untuk setiap lembar sahamnya. Ukuran Perusahaan dalam hal ini diukur berdasarkan nilai total asset dimana dari ke 48 perusahaan berkisar antara minimum Rp. 70.005.130.000 dan maksimum Rp. 58.516.058.000.000 dengan rata-rata total asset sebesar Rp. 7.069.910.300.000. Nilai rata-rata tersebut menunjukkan secara rata-rata perusahaanperusahaan yg melakukan IPO memiliki nilai aset sebesar Rp. 7.069.910.300.000. Umur perusahaan berkisar antara minimum 1 tahun dan maksimum 75 tahun dengan rata-rata sebesar 17,2292 tahun. Nilai rata-rata tersebut menunjukkan secara ratarata umur perusahaan-perusahaan yg melakukan
IPO sebesar 17,2292 tahun. Prosentase penawaran saham yang ditawarkan kepada masyarakat berkisar antara minimum 4,62% dan maksimum 61% dengan rata-rata sebesar 28,0483%. Hal ini berarti rata-rata prosentase penawaran saham yang ditawarkan kepada publik sebesar 28,0483%. Analisa Data: Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif N
IR ROA EPS SIZE AGE PPS Valid N (listwise)
48 48 48 48 48 48 48
Minimum -17,00 ,05 ,07 70005,13 1,00 4,62
Maximum 70,00 23,74 401,00 58516058 75,00 61,00
Mean 23,6640 5,5604 59,3050 7069910 17,2292 28,0483
Std. Deviation 24,64701 4,96495 87,86075 11622981,65 15,08732 12,86198
1. Uji Normalitas Hasil uji menunjukkan variabel sudah berdistribusi secara normal karena memiliki nilai probabilitas signifikansi diatas 0,05 yakni 0,903 untuk unstandardized residual initial return. Tabel 2. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual 48 ,0000000 22,69058961 ,082 ,082 -,080 ,569 ,903
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik histogram dan grafik normal probability plot menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Hal ini tampak pada grafik histogram yang memberikan pola distribusi yang mendekati normal pada setelah penawaran umum perdana.
Gambar 1. Grafik Histogram Uji Normalitas
Demikian pula grafik normal probability plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal pada gambar 2. setelah penawaran umum perdana
61
Kalbisocio Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014
lebih dari 95%. Untuk hasil perhitungan dengan nilai VIF menunjukkan dimana nilai VIF tidak ada yang lebih besar dari 10. Hal ini berarti tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen pada model regresi ini. 3. Uji Heteroskedastisitas pada penelitian ini peneliti melakukan dengan menggunakan metode Glejser. Hasil pengujian dengan SPSS ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Tabel 5. Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model 1
Gambar 2. Grafik Normal Probability Plot
2. Uji Multikolinearitas, hasil uji dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3. Koefisien Korelasi IR Coefficient Correlationsa Model 1
Correlations
Covariances
LNPPS 1,000 ,099 -,020 -,208 ,010 52,417 ,181 -,816 -4,405 ,345
LNPPS AGE LNROA LNSIZE LNEPS LNPPS AGE LNROA LNSIZE LNEPS
AGE ,099 1,000 ,123 -,168 -,154 ,181 ,064 ,176 -,124 -,183
LNROA -,020 ,123 1,000 ,555 -,871 -,816 ,176 31,910 9,185 -23,214
LNSIZE -,208 -,168 ,555 1,000 -,665 -4,405 -,124 9,185 8,596 -9,189
LNEPS ,010 -,154 -,871 -,665 1,000 ,345 -,183 -23,214 -9,189 22,238
a. Dependent Variable: IR
(Constant) LNROA LNEPS LNSIZE AGE LNPPS
Unstandardized Coefficients B Std. Error 56,092 19,036 -5,155 2,771 ,139 2,313 -2,275 1,438 ,211 ,124 -,902 3,551
Standardized Coefficients Beta -,481 ,018 -,298 ,234 -,033
t 2,947 -1,860 ,060 -1,582 1,700 -,254
Sig. ,005 ,070 ,952 ,121 ,096 ,801
a. Dependent Variable: ABRESID
Dari uji Glejser menunjukan bahwa tidak ada variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel absolut unstandardize residual. Hal ini terlihat dari tingkat signifikansinya diatas 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. 4. Analisis Regresi Linear Berganda, hasil analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada tabel di bawah ini untuk kemudian dilakukan uji hipotesa. Tabel 6. Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa
Hasil uji multikolinearitas pada Tabel. 3: Koefisien Korelasi IR menunjukkan bahwa antara variabel LNROA dan LNSIZE terjadi korelasi yang cukup tinggi dengan tingkat korelasi sebesar 0,555 atau 55,5%. Oleh karena korelasi ini masih dibawah 95%, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas yang serius. Hasil pengujian VIF dengan SPSS untuk variabel dependen initial return adalah sebagai berikut : Tabel 4. Nilai Tolerance dan VIF IR Coefficientsa Model 1
LNROA LNEPS LNSIZE AGE LNPPS
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,238 4,193 ,177 5,648 ,450 2,222 ,844 1,185 ,926 1,080
a. Dependent Variable: IR
Sementara hasil perhitungan nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya
62
Model 1
(Constant) LNROA LNEPS LNSIZE AGE LNPPS
Unstandardized Coefficients B Std. Error 23,416 38,807 -4,919 5,649 -,823 4,716 -1,655 2,932 -,077 ,253 10,582 7,240
Standardized Coefficients Beta -,253 -,059 -,120 -,047 ,216
t ,603 -,871 -,175 -,565 -,303 1,462
Sig. ,550 ,389 ,862 ,575 ,763 ,151
a. Dependent Variable: IR
Berdasar hasil analisis regresi linier berganda pada tabel 6. antara variabel-variabel return on assets, earnings per share, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan prosentase penawaran saham terhadap initial return, maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut IR = 23,416 – 4,919 LNROA - 0,823 LNEPS 1,655 LNSIZE - 0,077 AGE + 10,582 LNPPS + e Berdasar persamaan regresi diatas, maka dapat dilakukan uji berikutnya. 5. Uji Hipotesa a. Uji t - Pengujian variabel Return on assets (ROA) Hasil pengujian parameter pengaruh logaritma natural ROA diperoleh nilai t-hitung sebesar -0,871.
Pengaruh Return On Assets, Earnings Per Share, Ukuran ...
Nilai t-tabel dengan df = n – k – 1 = 48 – 5 – 1 = 42 diperoleh t-tabel sebesar 1,684. Sehingga didapatkan nilai t-hitung lebih kecil daripada t-tabel (-0,871 < 1,684). Selain itu tingkat signifikansi menunjukkan 0,389 yang lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang diajukan dalam penelitian ini yakni H1: Return on assets berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return ditolak, yang artinya bahwa variabel ROA tidak akan berpengaruh signifikan terhadap initial return. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu antara lain Indah (2006: 111) dan Trisnawati (1999: 1-13). Hal ini menunjukkan bahwa informasi ROA yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersihnya kurang diperhatikan investor dalam berinvestasi di pasar modal, tetapi mungkin investor juga memperhatikan ROA untuk beberapa tahun sebelum perusahaan melakukan IPO sehingga investor mengetahui apakah laporan keuangan tersebut di mark up atau tidak. - Pengujian variabel Earnings per share (EPS) Hasil pengujian variabel logaritma natural EPS diperoleh nilai t-hitung sebesar -0,175. Nilai t-tabel dengan df = n – k – 1 = 48 – 5 – 1 = 42 diperoleh t-tabel sebesar 1,684. Untuk pengujian hipotesis maka diperoleh t-hitung -0,175 < t-tabel 1,684 dengan tingkat signifikansi 0,862. Tingkat signifikansi variabel EPS yang berada diatas dari taraf signifikansi 0.05 bisa disimpulkan bahwa hipotesis 2 yakni H2: Earnings per share berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return ditolak, yang artinya bahwa variabel EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Sulistio (2005) yang menyatakan bahwa EPS tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa investor dalam mengambil keputusan berinvestasi kurang memperhatikan nilai EPS yang terdapat dalam prospektus. - Pengujian variabel Ukuran perusahaan Hasil pengujian variabel logaritma natural ukuran perusahaan memberikan nilai t-hitung sebesar -0,565 Nilai t-tabel dengan df = n – k – 1 = 48 – 5 – 1 = 42 diperoleh t-tabel sebesar 1,684. Untuk pengujian hipotesis maka diperoleh t-hitung -0,565 < t-tabel 1,684 dengan tingkat signifikansi 0,575. Tingkat signifikansi variabel ukuran perusahaan yang berada diatas dari taraf signifikansi 0.05 bisa disimpulkan bahwa hipotesis 3 yakni H3: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return ditolak, yang artinya bahwa variabel ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Daljono (2000: 556-569) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Hal ini menunjukkan bahwa bagi investor, ukuran perusahaan yang ditunjukkan oleh besar total aset perusahaan tidak dapat dijadikan patokan dalam melihat masa depan perusahaan. Investor juga harus melihat sisi liabilities dalam membiayai aset baik dari hutang maupun modal. - Pengujian variabel Umur perusahaan Hasil pengujian variabel umur perusahaan memberikan nilai t-hitung sebesar -0,303, nilai t-tabel dengan df = n – k – 1 = 48 – 5 – 1 = 42 diperoleh t-tabel sebesar 1,684. Untuk pengujian hipotesis maka diperoleh t-hitung -0,303 < t-tabel 1,684 dengan tingkat signifikansi 0,763. Tingkat signifikansi variabel umur perusahaan yang berada diatas dari taraf signifikansi 0.05 bisa disimpulkan bahwa hipotesis 4 yakni H4: Umur perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nasirwan (2000: 513538) yang membuktikan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap initial return. Interpretasi dari variabel ini adalah setiap kenaikan satu satuan variabel umur perusahaan akan menurunkan initial return sebesar 0,047 satuan. Hal ini menunjukkan bahwa bagi investor, umur perusahaan tidak dapat dijadikan patokan dalam melihat kualitas perusahaan sehingga umur perusahaan kurang diperhatikan dalam pengambilan keputusan berinvestasi di pasar modal. - Pengujian variabel Prosentase penawaran saham Hasil pengujian variabel logaritma natural prosentase penawaran saham memberikan nilai t-hitung sebesar 1,462. Nilai t-tabel dengan df = n – k – 1 = 48 – 5 – 1 = 42 diperoleh t-tabel sebesar 1,684. Untuk pengujian hipotesis maka diperoleh t-hitung 1,462 < t-tabel 1,684 dengan tingkat signifikansi 0,151. Tingkat signifikansi variabel prosentase penawaran saham yang berada diatas dari taraf signifikansi 0.05 bisa disimpulkan bahwa hipotesis 5 yakni H5: Prosentase penawaran saham berpengaruh signifikan positif terhadap Initial Return ditolak, yang artinya bahwa variabel prosentase penawaran saham yang ditawarkan kepada masyarakat tidak berpengaruh signifikan terhadap besarnya tingkat initial return.
63
Kalbisocio Volume 1, Nomor 1, Agustus 2014
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Trisnawati (1999) yang menyatakan bahwa prosentase penawaran saham tidak berpengaruh signifikan dengan initial return. Hal ini menunjukkan bahwa investor kurang memperhatikan informasi prosentase penawaran saham kepada publik dalam berinvestasi di pasar modal guna memperoleh initial return saat penawaran umum perdana. b. Uji F Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Uji F Model 1
Regression Residual Total
ANOVAb Sum of Squares 4352,768 24198,554 28551,322
df 5 42 47
Mean Square 870,554 576,156
F 1,511
Sig. ,207a
a. Predictors: (Constant), LNPPS, AGE, LNROA, LNSIZE, LNEPS b. Dependent Variable: IR
Berdasar tabel 7. menunjukkan nilai F sebesar 1,511 dengan signifikansi pengujian sebesar 0,207. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan initial return tidak dapat dijelaskan oleh variasi variable return on asset, earnings per share, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan prosentase penawaran saham karena tidak menunjukkan hasil yang signifikan. 6. Nilai Koefisien Determinasi Untuk nilai koefisien dijelaskan pada tabel 8:
determinasi
dapat
Tabel 8. Koefisien Determinasi Model Summaryb Model 1
R ,390a
R Square ,152
Adjusted R Square ,052
Std. Error of the Estimate 24,00325
DurbinWatson 2,027
a. Predictors: (Constant), LNPPS, AGE, LNROA, LNSIZE, LNEPS b. Dependent Variable: IR
Dari tampilan, output besarnya adjusted R2 adalah 0,052. Hal ini berarti 5,2% variabel initial return dapat dijelaskan oleh variasi ke lima variabel independen yakni ROA, EPS, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan prosentase penawaran saham. Sisanya sebesar 94,8% dipengaruhi oleh variabelvariabel lain diluar model penelitian.
IV. SIMPULAN Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap 48 perusahaan yang melakukan IPO tahun 2008-2010 diperoleh hasil bahwa: 1. Tidak terdapat pengaruh signifikan ROA terhadap initial return, hal ini dibuktikan nilai t-hitung lebih
64
kecil daripada t-tabel dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa informasi ROA yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersihnya kurang diperhatikan investor dalam berinvestasi di pasar modal, tetapi mungkin investor juga memperhatikan ROA untuk beberapa tahun sebelum perusahaan melakukan IPO. 2. Tidak terdapat pengaruh signifikan EPS terhadap initial return, hal ini dibuktikan t-hitung < t-tabel, dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa investor dalam mengambil keputusan berinvestasi kurang memperhatikan nilai EPS yang terdapat dalam prospektus. 3. Tidak terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap initial return, hal ini dibuktikan t-hitung < t-tabel, dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa bagi investor, total aset perusahaan tidak dapat dijadikan patokan dalam melihat masa depan perusahaan. Investor juga harus melihat sisi liabilities dalam membiayai aset baik dari hutang maupun modal. 4. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan umur perusahaan terhadap initial return, hal ini dibuktikan t-hitung < t-tabel, dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa bagi investor, umur perusahaan tidak dapat dijadikan patokan dalam melihat kualitas perusahaan sehingga umur perusahaan kurang diperhatikan dalam pengambilan keputusan berinvestasi di pasar modal. 5. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan prosentase penawaran saham terhadap initial return, hal ini dibuktikan t-hitung < t-tabel dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa investor kurang memperhatikan informasi prosentase penawaran saham kepada publik dalam berinvestasi di pasar modal guna memperoleh initial return saat penawaran umum perdana. 6. Berdasar hasil uji F untuk menguji hipotesis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama (H6) memberi hasil secara simultan initial return tidak dapat dijelaskan oleh variabel ROA, EPS, umur perusahaan, ukuran perusahaan dan prosentase penawaran saham karena tidak menunjukkan hasil yang signifikan. 7. Variasi variabel ROA, EPS, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan prosentase penawaran saham mempengaruhi variabel initial return sebesar 5,2%,
Pengaruh Return On Assets, Earnings Per Share, Ukuran ...
sedangkan sisanya 94,8% dipengaruhi oleh faktor atau variabel-variabel lain diluar model penelitian.
moderasi besaran perusahaan terhadap hubungan antara variabel keuangan dengan return Awal dan return 15 hari setelah IPO. Journal Riset Akuntansi Indonesia.
V. DAFTAR RUJUKAN Ang, R. (1997). Buku pintar pasar modal Indonesia, Mediasoft Indonesia.
Nasirwan. (2000). Reputasi penjamin emisi, return awal, return 15 Hari setelah IPO dan kinerja perusahaan 1 tahun setelah IPO di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi III. IAI. September.
Daljono. (2000). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi initial return saham yang listing di BEJ tahun 1990 – 1997. Simposium Nasional akuntansi III. IAI. Depok. Hardiningsih, P. et al. (2002). Pengaruh faktor fundamental dan risiko ekonomi terhadap return saham pada perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Strategi Bisnis. Volume 8. Desember. Hariyani, I. et al. (2010). Buku pintar hukum bisnis pasar modal: Strategi tepat investasi saham, obligasi, waran, right, opsi, reksadana, & produk pasar modal syariah. Penerbit Visimedia, Jakarta. Jogiyanto, H.M.
Volume 7, Nomor 2, Mei
(2003). Teori portofolio dan analisis
investasi (edisi 3). Penerbit BPFE, Yogyakarta. Kim, J. B. et al. (1995). The role of financial variables in the pricing of Korean IPO. Pacific-Business Finance Journal. Volume 3. June. Minsen, A. (2004). Pengaruh variabel keuangan terhadap return awal dan return 15 hari setelah IPO serta
Nurhidayati. S. & Nur Indriantoro. (1998). Analisis faktorfaktor yang berpengaruh terhadap tingkat underpriced pada penawaran perdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Volume 13. No. 1. Prastowo, D. & Juliaty, R. (2002). Analisis laporan keuangan: Konsep dan aplikasi. Penerbit UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Rosyati & Arifin, S. (2002). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing saham pada perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta (Tahun 1997–2000). Simposium Nasional Akuntansi V. IAI. September. Susana, C. (2000). Pengaruh variabel keuangan terhadap penentuan harga pasar saham perusahaan sesudah penawaran umum perdana. Perspektif. Volume 15, Nomor 1, Juni Trisnawati, R. (1999). Pengaruh informasi prospektus pada return saham di pasar modal. Simposium Nasional Akuntansi II. IAI. September.
65