Basic Skill Counseling Opening
TAHAP I (AWAL) IDENTIFIKASI MASALAH
Isu sentral/utama didefinisikan klien atas bantuan konselor
Pengembangan alternatif masalah oleh Ko dan Kl
Keputusan untuk memilih definisi masalah yang terbaik sebagai hasil diskusi Ko-Kl
Tidak kembali ke
Apakah klien menerima definisi masalah?
Ya, terus ke tahap berikut
Mari kita perhatikan dialog konseling Tahap Awal di bawah ini: Konselor : Klien
:
Konselor : Klien :
“Yeni, saya dengar tadi selentingan bahwa kamu ingin membicarakan sesuatu mengenai pekerjaan.” “Ya pak, pekerjaan saya banyak hambatan.” “Banyak hambatan? Bagaimana itu?” “Coba bapak piker, boss saya yang telah beranak empat mulai menggoda saya sehingga membuat saya puyeng. Tadinya saya bekerja di bagian pemasaran. Saya senang di bagian itu karena sesuai dengan minat. Dan saya ingin betul-betul mengembangkan diri di situ. Tiba-tiba, saya dipindahkan menjadi sekretaris boss. Dan si Tuti dialihtugaskan kebagian lain. Kasihan teman itu. Saya tidak berminat menjadi sekretaris boss. Terutama karena sifat boss yang doyan cewek cantik. Namun saya perlu uang untuk biaya hidup keluarga karena ayah saya sudah meninggal dan saya adalah anak tertua di keluarga. Jadi saya amat bingung apakah saya harus bertahan disana atau pindah saja demi keamanan jiwa saya.”
Konselor : “Yeni, dari ungkapan perasaanmu tadi, saya melihat bahwa kamu sedang mengalami konflik batin yang cukup berat dalam pekerjaan. Pertama, kamu ingin punya uang untuk membiayai keluarga. Akan tetapi disamping itu berdasarkan isu-isu selama ini, jabatan sekretaris boss adalah sumber pelecehan seksual oleh boss, sehingga rasanya kamu tidak tahan memegang jabatan barumu tersebut. Kedua, kamu sudah mulai ahli dengan pekerjaan pemasaran, dan dengan jabatan sekretaris tentu kamu akan mengulangi karirmu sejak awal lagi.” Konselor : “Yeni, dari pembicaraan sekitar 20 menit, saya menangkap bahwa pertama, anda sedang mengalami konflik karena jabatan baru (sekretaris) tidak sesuai dengan keinginan anda atas dasar jabatan lama (pemasaran) rasanya makin anda kuasai. Kedua, adanya kecemasan anda dengan kedudukan sebagai sekretaris boss, yaitu tentang kemungkinan terjadinya pelecehan seksual terhadap diri anda. Ketiga, anda berpikir bahawa kebutuhan biaya yang besar untuk adik-adik anda membuat anda terpaksa harus bekerja, namun menghadapi resiko dengan kemungkinan pelecehan.” Klien “Ya pak, itulah yang saya rasakan sekarang, saya sedang bingung menghadapi masalah ini.”
Masalah Yeni adalah konflik karena jabatan baru tidak sesuai dengan keinginannya dan kekhawatiran akan mengalami pelecehan seksual oleh bossnya. Dengan sedikit informasi dari Yeni, konselor harus mampu membuat beberapa kemungkinan definisi masalah. Jika Yeni dapat menerima definisi-definisi masalah itu, maka proses konseling dapat dilanjutkan ke Tahap II, atau Tahap Pertengahandisebut juga Tahap Kerja (Work Phase).
Tahap III (Keputusan untuk Bertindak)
Konselor dan klien berusaha menyusun solusi untuk pemecahan masalah
Menguji Solusi
Menyusun Rencana
Mengakhiri Sesi
Setiap tahapan konseling ada teknik2 tertentu. Berikut ini scr sistematis dikemukakan teknik2 konseling yg dpt digunakan pd setiap tahapan konseling.
-
TAHAP AWAL (DEFINISI MASALAH) Attending Mendengarkan Empati Refleksi Eksplorasi Bertanya Menangkap pesan utama Mendorong dan dorongan minimal.
-
TAHAP PERTENGAHAN (TAHAP KERJA) Menyimpulkan sementara Memimpin Memfokuskan Konfrontasi Menjernihkan Memudahkan Mengarahkan Dorongan minimal Diam Mengambil Inisiatif Memberi nasehat Memberi Informasi Menafsirkan
-
TAHAP AKHIR (ACTION) Menyimpulkan Merencanakan Menilai Mengakhiri Konseling.
1. Attending a. Memberikan kontak mata b. Postur tubuh relaks c. Menampilkan gesture yang alamiah d. Pernyataan verbal tanpa ada interupsi, pertanyaan, topik baru
Carkhuff (1983) menyatakan bahwa melayani klien scr pribadi merp upaya yg dilakukan konselor dlm memberikan perhatian scr total kpd klien. Hal ini ditampilkan melalui sikap tubuh dan ekspresi wajah. Secara lebih detail, berikut ini dikemukakan sikap melayani (attending) yang baik, yakni:
1
Kepala
Melakukan anggukan jika setuju.
2
Ekspresi wajah
Tenang, ceria, senyum.
3
Posisi tubuh
Agak condong ke arah klien, jarak konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
4
Tangan
Variasi gerakan tangan/lengan spontan berubahubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan gerakan tangan untuk menekankan ucapan.
5
Mendengar aktif
Aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Adapun perilaku attending yang tidak baik ditampilkan melalui sikapsikap berikut:
1
Kepala
Kaku.
2
Muka
Kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
3
Posisi tubuh
4
Bicara
5
Perhatian
Tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling. Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berpikir dan berbicara. Terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
2. Empati (Empathy) Klien
:
Konselor :
“Saya merasa sedih sekali karena setiap pria yang menikahi saya selalu memutuskan untuk menceraikan saya”. “ehmm….saya dapat memahami perasaan Anda saat ini….”
Melakukan empati primer dengan mengatakan: “Saya dapat merasakan bagaimana perasaan saudara.” “Saya dapat memahami pikiran Anda.” “Saya mengerti keinginan saudara.” •Melakukan empati tingkat tinggi dengan mengatakan: “Saya merasakan apa yang saudara rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu.”
3. Refleksi (Reflection) Secara lebih sederhana, refleksi dapat didefinisikan sebagai upaya konselor memperoleh informasi lebih mendalam tentang apa yang dirasakan oleh klien dengan cara memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien.
a.Reflecting feelings (Merefleksikan Perasaan) Klien
:
Konselor :
Klien
:
Konselor :
Saya begitu yakin akan menyelesaikan kuliah pada usia sekarang. Tetapi saya gagal menyelesaikannya. Saya merasa bodoh. Jadi,,,,,, kegagalan itu yang menyebabkan Anda merasa bodoh? “Dosen itu sialan. Saya membencinya. Saya tidak akan pernah ikut kuliahnya. Saya tidak akan pernah mengerjakan tugas-tugasnya.” “Tampaknya Anda sungguh-sungguh marah.”
b. Reflecting meanings Apabila perasaan dan fakta dicampurkan dalam suatu respons yang akurat, hal inilah disebut sebagai refleksi makna. Misal: Klien
:
Konselor :
Pak Dosen saya terus-menerus bertanya tentang kehidupan pribadi saya. Saya tidak ingin dia melakukan hal itu. Anda merasa jengkel karena dia tidak merespek privasi Anda.
c. Summative reflection (Refleksi Sumatif) Terjadi suatu refleksi sumatif, bila diungkapkan kembali secara singkat tema dan perasaan utama yang diekspresikan pembicara selama durasi percakapan yang lebih lama dari pada yang terliput oleh bentuk refleksi lainnya.
Contoh: “Tema yg selalu Anda ulangi adalah …” “Marilah kita melakukan rekapitulasi dari apa yg sdh kita bicarakan sejauh ini …” “Saya memikirkan apa yg Anda katakan. Saya melihat suatu pola dan saya ingin mengeceknya. Anda ...…”
4. Eksplorasi (Eksploration) Adalah suatu keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Hal ini penting, karena kebanyakan klien menyimpan rahasia batin, menutup atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya dengan terus terang. a. Eksplorasi Perasaan “Bisakah Saudara menjelaskan bagaimana perasaan perasaan bingung yang Anda maksudkan?” •“Saya kira, rasa sedih Anda begitu dalam pada peristiwa tersebut. Dapatkah Anda kemukakan perasaan Anda lebih jauh?”
b. Eksplorasi Pengalaman
“Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui. Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda.
Next ....
c. Eksplorasi Pikiran •“Saya yakin Anda dpt menjelaskan lebih jauh ttg apa pendapat Anda tentang hadirnya ibu tiri dalam rumah Anda” •“Saya kira, pendapat Anda mengenai hal itu sangat baik sekali, dptkah Anda menguraikannya lebih lanjut.” •“Saya yakin saudara dapat menjelaskan lebih jauh ide anda tentang sekolah sambil bekerja.”
5. Menangkap Pesan Utama (Paraphrasing)
a. Dengarkan pesan utama itee b. Ulangi pesan tersebut dengan bahasa iter Contoh: Itee: “Saya sungguh tidak mengerti. Tadi dia bilang saya harus begini, semenit kemudian saya disuruh begitu” Iter: “Dia membuat anda bingung” Itee: “Ya betul, selain itu...” Klien
:
“Biasanya dia selalu senang dengan saya, namun tiba-tiba dia memusuhi saya.” “Adakah yang akan anda katakan bahwa perilakunya tidak konsisten?”
Konselor :
Klien
:
Konselor :
“Itu suatu pekerjan yang baik. Akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa?” “Nampaknya saudara masih ragu.”
6. Bertanya Untuk Membuka Percakapan (Open Question)
Sebaiknya gunakanlah kata-kata berikut untuk mengawali pertanyaan: apakah, bagaimana, adakah, bolehkah, atau dapatkah. • “Bagaimana perasaan Ibu ketika melihat dia benar-benar kecanduan obat terlarang itu?” • “Usaha apa yang telah ibu lakukan untuk mengatasi ketergantungan pada obat terlarang itu?” • “Apakah saudara merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan sekarang?” • “Bagaimana perasaan Anda saat itu?” • “Dapatkah Anda mengemukakan hal itu selanjutnya?” • Boleh saya minta waktu barang lima menit sebelum Anda pergi meninggalkan ruangan ini?”
7. Bertanya Tertutup (Closed Questions)
Adapun tujuannya adalah: (1) untuk mengumpulkan informasi; (2) untuk menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan (3) menghentikan omongan klien yang melantur atau menyimpang jauh. Konselor Klien Konselor Klien Klien
:
Konselor : Klien : Konselor : Klien : Klien Konselor Klien
Apakah Anda sulit menerima kematian istri Anda? Ya. Apakah Anda mencintainya? Ya pak. “Saya berupaya meningkatkan prestasi belajar dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan.” “Biasanya Anda menempati peringkat keberapa?” “Empat” “Sekarang?” “Sebelas” (bicara melantur kemana-kemana)… “Apakah Anda bisa berhenti bicara melantur seperti ini, dan kembali kepada persoalan semula?” “Saya, pak.”
8. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement) Upaya utama seorang konselor adalah agar kliennya selalu terlibat dalam pembicaraan dan membuka dirinya (self-disclosing) pada konselor. Dorongan ini diucapkan dengan kata-kata singkat seperti oh … ya … terus … dan … Tujuannya adalah membuat klien semakin semangat untuk menyampaikan masalahnya dan mengarahkan pembicaraan agar mencapai sasaran dan tujuan konseling. Klien
“Saya kehilangan Orangtuaku…huhuhu” “terus…”
:
Konselor :
Klien
:
Konselor : Klien : Konselor :
segalanya.
“Saya kehilangan pegangan … dan saya … berbuat” “Ya” “…nekad…” “Lalu”
Coba kerjakan Latihan Basic Skill Counseling N0 VERBATIM 1 Saya merasakan apa yang anda rasakan 2
Saya memahami apa yang kamu pikirkan. Namun saya menghargai tekadmu untuk melaksanakan dengan baik
BASIC SKILL/TEKNIK Empati Primer Empati tingkat tinggi
3
Jadi disatu sisi anda mencintainya, akan Menangkap Pesan Utama Klien (parapharse) tetapi disisi lain anda tak mau menikahinya
4
Kl: “ Saya amat bingung karena setiap hari suami saya pulang dini hari dalam keadaan mabuk” Ko: “ bingung?”
Dorongan Minimal (minimal Encourage)
‘’Anda kelihatan marah terhadap orang tua anda”
Refleksi Perasaan ( reflection of feeling )
5
N0
VERBATIM
BASIC SKILL/TEKNIK
6
“Kelihatannya kamu begitu cemas, murung, dan Refleksi perasaan, Bertanya terbuka tidak begitu bersemangat ? apa demikian ?” Attending
7
“Dapatkah Anda menjelaskan lebih jauh tentang kecemasan atau masalah yang anda hadapi?”
8
“Saya memahami perasaanmu tertekan karena merasa tidak berguna. Dapatkah anda menceritakan perasaan tak berguna itu ?
Eksplorasi perasaan, Bertanya terbuka Attending Empati primer, Refleksi pengalaman Bertanya terbuka Eksplorasi perasaan
N0
VERBATIM
9
“kalau begitu kamu beranggapan sejauh ini hancurnya prestasi belajar bukanlah kesalahanmu sendiri, akan tetapi kesalahan orang tuamu. Karena itu sikap memojokkan dari orang tua membuat kamu terhina, apa demikian ?” Saudara selalu mengatakan bahwa tidak akan menyia-nyiakan kesempatan hidup di dunia yang hanya satu kali ini, akan tetapi saya melihat saudara belum juga bersedia untuk menjauhkan diri dari minuman beralkhohol itu, tentunya saudara sudah tahu akan akibatnya.
10
BASIC SKILL/TEKNIK
Paraprasing/pesan utama Refleksi ide
Konfrontasi
Basic Skill Counseling Tahap II Kerja
Apa yang kita lakukan • Tugas fase ini adalah untuk memeriksa kembali definisi masalah dan mengembangkan suatu solusi-solusi alternatif. • Proses ini terutama memasukkan pengujian masalah sehingga menjadi fakta-fakta spesifik tentang situasi feeling, thinking, dan experiences klien yang terjadi saat ini.
Pendektan apa yang akan kita gunakan? • Konselor psikodinamika akan cenderung kurang tertarik pada data-data tetapi akan meneliti data tentang proses ketidaksadaran klien. • Konselor trait and factor akan cenderung tertarik pada pengungkapan sebanyak mungkin data/fakta. • Konselor humanistik menekankan pada kondisi self yang realistik memahami kelemahan dan potensi diri dalam situasi lingkungan saat ini, percaya kualitas self yang mampu mengatasi.
Next.... • Pandangan berdasarkan satu teori adalah kurang bijaksana, karena itu pendekatan ekletistik (meramu semua unsur-unsur baik ditiap teori) adalah lebih objektif mengingat amat beragamnya klien dan problemnya (potensi dan masalah). • Pendekatan eklektistik cenderung menghargai semua pendekatan, namun memiliki bagian-bagian penting dan sesuai dengan masalah klien yang dihadapi, karena itu bisa jadi pendekatan humanistik digandengkan dengan trait and factors atau psikodinamika.
TAHAP II (FASE KERJA)
Kerangka berpikir teoritis yang melandasi konselor dalam memahami masalah klien Pendekatan Eklektik, Kualitas Pribadi Konselor, dan Kualitas Teknik Konselor
Konselor & Klien memeriksa definisi masalah & mengembangkan alternatif/caracara baru, potential answers, solutions, & mengembangkan isu-isu baru untuk diskusi selanjutnya.
Berhasil
Gagal
Tahap III (keputusan untuk tindakan)
Setiap tahapan konseling ada teknik2 tertentu. Berikut ini scr sistematis dikemukakan teknik2 konseling yg dpt digunakan pd setiap tahapan konseling.
-
TAHAP AWAL (DEFINISI MASALAH) Attending Mendengarkan Empati Refleksi Eksplorasi Bertanya Menangkap pesan utama Mendorong dan dorongan minimal.
-
TAHAP PERTENGAHAN (TAHAP KERJA) Menyimpulkan sementara Memimpin Memfokuskan Konfrontasi Menjernihkan Memudahkan Mengarahkan Dorongan minimal Diam Mengambil Inisiatif Memberi nasehat Memberi Informasi Menafsirkan
-
TAHAP AKHIR (ACTION) Menyimpulkan Merencanakan Menilai Mengakhiri Konseling.
Menyimpulkan Sementara (Summarizing) Hasil percakapan antara konselor dan klien hendaknya disimpulkan sementara oleh konselor untuk memberikan gambaran kilas balik (feedback) Konselor : “Setelah kita berdiskusi beberapa waktu, alangkah baiknya jika kita simpulkan dahulu agar jelas hasil pembicaraannya yang telah kita lalui. Dari materi pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah sampai kepada dua hal: Pertama, tekad Anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas; Kedua, namun hambatan yang akan Anda hadapi, seperti yang Anda kemukakan tadi, ada beberapa yaitu: sikap orangtua yang menginginkan Anda segera menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana dituntut oleh perusahaan yang akan Anda masuki. Benarkah demikian?
Interpretasi Dalam interpretasi, seorang konselor harus menggunakan teori-teori konseling dan menyesuaikannya dengan permasalahan klien. Hal ini, dilakukan untuk menghindari adanya subjektivitas dalam hubungan konseling. Adapun tujuan utama teknik ini adalah untuk memberikan rujukan dan pandangan atas perilaku klien agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dan hasil rujukan baru tersebut.
Next.... Klien
:
Konselor :
Saya pikir lebih baik saya mati saja. Tidak ada gunanya lagi saya hidup. Semua orang mengucilkan saya.” ”Hidup ini membutuhkan keberanian kita untuk menjalaninya. Kalau Anda berpikir Anda telah dikucilkan oleh semua orang, itu tidak benar. Anda sendirilah yang membuat Anda terkucil melalui pemikiran Anda yang seperti itu. Jika saja Anda berani menghadapi kenyataan bahwa Anda menyesal atas perbuatan Anda, dan Anda yakin Anda ingin berubah lebih baik, inilah saatnya Anda membuktikannya pada semua orang. Bukankah begitu?”
: “Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang tua berarti bakti saya terhadap keluarga karena adiadik saya banyak yang amat membutuhkan biaya.” Konselor : “Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama yang hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus. Namun mungkin disayangkan jika orang seperti Saudara yang tergolong pandai di sekolah akan meninggalkan SMA.” Klien
Memimpin Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa adakalanya klien terlalu berbelit – belit menyampaikan permasalahannya bahkan melantur dari inti permasalahannya. Klien
:
“Saya memang tidak lagi menyukainya. Itu mungkin salah…tapi bagaimana bila saya bekerja di tempat yang jauh? Yah..walapun sebenarnya saya juga ingin menikah dalam waktu dekat.” Konselor “Bagaimana bila kita membicarakannya satu persatu dahulu. : Tadi Anda katakana bahwa Anda idak lagi mencintainya. Bagaimana Anda tidak menyukainya lagi.”
Konfrontasi Konfrontasi adalah suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya dikrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dan bahasa badan (perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan sebagainya.
Klien : “sebenarnya dia tidak menyakiti saya (wajah murung, tangan digenggam,ekspresi sedih).”
Konselor : “Anda mengatakan bahwa dia tidak menyakii Anda, tapi mengapa saya melihat wajah Anda begitu sedih ketika mengatakan itu?”
Menjernihkan (Clarifying) Ketika klien menyampaikan permasalahannya dengan kurang jelas atau samar – samar bahkan dengan keraguan, maka tugas konselor adalah melakukan klarifikasi untuk memperjelas apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh klien.
Klien :
“Saya tidak mengerti siapa saya sebenarnya yang harus saya ikuti?Ayah atau ibu saya?”
Konselor :
“Bisakah anda sampaikan kepada saya, siapakah di antara mereka berdua yang selalu mengambil keputusan dalam keluaga Anda?”
Memudahkan (Facilitating) Suatu keteampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran dan pengalamannya secara bebas. Klien : “Saya yakin Anda akan berbicara apa adanya, karena saya akan mendengarkan dengan sebaik – baiknya”
Diam (Silent) Dalam proses konseling adakalanya seorang konselor perlu untuk bersikap diam. Adapun alasan konselor melakukan hal ini dapat dikarenakan konselor yang menunggu klien berfikir, bentuk protes karena klien bicara berbelit – belit atau menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas bicara. Diam disini bukan berarti tidak ada komunikasi akan melainkan tetap ada yaitu melalui perilaku nonverbal. Yang paling ideal, diam itu paling tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan minimal. Klien
:
“saya tidak akan menemuinya lagi…dan saya …”(berfikir). “…”(diam)
:
“Saya …saya harus bagaimana…saya tidak tahu…”
Konselor : Klien Konselor :
“……”(diam).
Mengambil Inisiatif (Initiative) Konselor juga harus dapat mengambil inisiatif apabila klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif. Konselor mengucapkan kata – kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Selain itu, inisiatif juga diperlukan apabila klien kehilangan arah pembicaraannya. Konselor :
“Bukannya Anda sebelumnya mengatakan ingin segera menyelesaikan masalah Anda. Tetapi mengapa sekarang Anda lebih banyak diam…apa yang terjadi…?
Memberikan Informasi (Information) Dalam hal ini informasi yang diminta klien, sama halnya dengan pemberian nasihat. Jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakan bahwa konselor tidak mengetahui hal itu. Akan tetapi jika konselor mengetahui informasi, sebaiknya upayakan agar klien tetap mengusahakannya.
Konselor :
“Sebelumnya saya mohon maaf, kalau Anda menanyakan tentang cara pengobatan diabetes, saya sama sekali tidak mengetahui obatnya. Bagaimana bila Anda menanyakan langsung kepada dokter Anda.”
Latihan konseling • • • •
Buat kelompok Setiap kelompok terdiri dari 4 orang 2 orang bertugas konselor dan klien 2 orang lagi menjadi observer
TUGAS Membuat dialog konselor dan klien yang menyatakan teknik konseling dibawah ini: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Attending (percakapan) Empati Refleksi pikiran Refleksi perasaan Eksplorasi pikiran Eksplorasi perasaan Bertanya
8. Eksplorasi pengalaman 9. Menangkap pesan utama 10. Menyimpulkan sementara 11. Memimpin 12. Konfrontasi 13. Menjernihkan 14. Memberi Informasi
Format tugas Nama : NIM : Kelas : NO Teknik
1
Empati
Percakapan
Klien : ……………………………………………… Konselor :………………………………………………. Klien :………………………………………………. Konselor :……………………………………………….
2
Dst…14
Minggu depan dikumpulkan………!