Development Of Islamic…
DEVELOPMENT OF ISLAMIC COUNSELING CONCEPT (Spiritual Issues in Counseling) Muhamad Rifa’i Subhi, M.Pd.I. Abstrak Perdebatan panjang yang terjadi dalam pengembangan konsep konseling islam oleh para ahli dari berbagai negara menjadi isu aktual yang menarik untuk dibahas. Hal ini memperjelas kemana arah pengembangan konsep konseling islam, sehingga ditemukan ciri khas dari apa yang sebenarnya dikaji dalam konseling islam. Penelitian ini membahas tentang perdebatan tersebut yang bertujuan untuk memetakan konsep konseling islam dari berbagai ahli, dengan menggunakan 3 artikel utama dari 3 tokoh yang memiliki pendekatan berbeda dalam mengembangkan konsep konseling islam. Metode penelitian yang digunakan ialah analisis isi (content analysis), yakni proses penguraian data, pengkonsepan, dan penyusunan kembali dengan cara baru. Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis isi meliputi, Open coding, axial coding, dan selective coding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan konsep konseling islami merupakan suatu hal yang baru dalam dunia konseling. Oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila dalam proses pengembangannya menuai pro dan kontra dari pihak-pihak pendahulu yang sudah memiliki metodologi dan konsep keilmuan yang sudah teruji, baik secara teoritis maupun praktis. Pihak-pihak yang kontra dengan pengembangan ini ialah mereka yang tidak mengakui adanya dimensi spiritualitas yang menjadi sasaran utama dalam konsep konseling islami, beberapa diantaranya ialah Freudian, Adlerian, dan lain-lain. Adapun pihak yang terus memperjuangkan pengembangan konsep konseling islami ialah para cendekiawan muslim yang sebagian besar berasal dari Afrika Selatan, Asia, dan Amerika. Dalam mengembangkannya pun tidak sedikit dari mereka yang menemukan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh penggunaan sudut pandang atau pendekatan yang berbeda dalam merumuskan konsep konseling islami. Keadaan seperti ini semakin memperkuat posisi pengembangan ini sebagai isu dalam dunia konseling. Kata Kunci: Konsep, Konseling, Konseling Islam. A. Pendahuluan Perkembangan dunia konseling tidak dapat dipisahkan dari dua jalur penanganan terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat pada
Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1 Juni 2016
121
Muhamad Rifa’I Subhi
umumnya. Masalah-masalah tersebut diantaranya ialah tradisi penyembuhan gangguan mental dan penanganan masalah tentang pendidikan dan pekerjaan. Tradisi penyembuhan gangguan mental yang digunakan oleh masyarakat kuno masih secara tradisional yang menghubungkan suatu gangguan mental terhadap tahayul dan kekuatan magis. Baru pada sekitar abad ke tiga belas mulai muncul penanganan gangguan mental berdasarkan kajian ilmiah. Kemunculan ini ditandai dengan adanya psikiater di setiap rumah sakit dalam menangani pasien yang mengalami gangguan mental. Psikoterapi mulai berkembang pesat dengan lahirnya beberapa tokoh besar, seperti Sigmund Freud, Carl Rogers, Viktor Emile Frankl, dan lain sebagainya.1 Dengan demikian, kesadaran terhadap upaya menangani problem psikologis terus berkembang. Upaya untuk menangani masalah problem psikologis tidak hanya dilakukan terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Orang-orang yang mengalami hambatan, kegagalan, ketidakpuasan terhadap apa yang diharapkan juga merasa membutuhkan bantuan dari seorang yang ahli. Bantuan yang mereka harapkan diantaranya ialah mengenai penyesuaian diri secara tepat dalam menghadapi problemproblemnya, sehingga mereka bisa menyesuaikan diri secara tepat dalam kehidupan bermasyarakat. Perkembangan yang semakin pesat dalam bidang psikologi dan psikiatri memberi sumbangan besar bagi perkembangan dalam bidang konseling. Hal ini ditunjukkan dengan adanya teori-teori psikologi dan psikiatri yang digunakan dalam pengembangan konsep dan praktik layanan konseling. Berawal dari sini lah, bermunculan karya-karya ilmiah, seperti penelitian, jurnal, dan buku, yang membahas tentang apa itu konseling, dan bagaimana peranan konseling dalam memberikan bantuan kepada masyarakat. Peranan konseling di masyarakat secara luas mulai dikenal secara menyeluruh dengan didirikannya lembaga-lembaga layanan yang konsen dalam 1
Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling, Trjmh. Yudi Santoso, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 10.
122
Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1, Juni 2016
Development Of Islamic…
kajian ilmu konseling. Lembaga-lembaga tersebut bergerak di berbagai bidang, diantarnya ialah dalam bidang pendidikan, pekerjaan, dan vokasional. Adanya lembaga tersebut memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan konseling tersebut. Lahirlah berbagai inovasi-inovasi yang baru dan lebih efektif dalam memberikan layanan konseling kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan. Inovasi-inovasi tersebut termasuk di dalamnya ialah tentang pendekatan dan teknik yang digunakan, serta pengembangan konsep yang lebih jelas tentang bagaimana itu konseling. Usaha-usaha pengembangan konsep konseling dilakukan oleh para ahli dengan berbagai pendekatan yang diyakininya efektif dalam memberikan layanan konseling. Pengembangan konsep konseling dengan menggunakan pendekatan keagamaan pun mulai digencarkan. Hal ini didasari karena adanya pengakuan bahwa setiap individu memiliki dimensi spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu dimensi misterius yang ada dalam diri manusia dan tidak pernah sakit, walaupun mengalami gangguan jiwa sekalipun.2 Namun, dimensi tersebut diyakini dapat memberikan jalan atau alternatif untuk memotivasi manusia dalam menghadapi problem yang sedang menimpanya. Pada kenyataannya, para ahli menganggap bahwa setiap individu masih memiliki dimensi spiritiual lemah, yang disebabkan oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Kemajuan zaman yang semakin pesat juga disinyalir sebagai penyebab semakin lemahnya dimensi spritiual manusia. Berangkat dari berbagai problem yang semakin rumit tersebut, para cendekiawan muslim yang bergerak di bidang konseling mulai mengembangkan konsep konseling secara islami. Pengembangan konsep konseling islami ini dilakukan karena adanya peluang yang besar, yang sesuai dengan prinsip Islam. Selain itu, adanya penemuan teori-teori dalam Islam yang dapat digunakan untuk menangani problem psikis semakin membuka jalan bagi para pengembang untuk lebih 2
Tobin Hart, Spiritual Issues in Counseling and Psychotherapy: Toward Assessment and Treatment, (USA: The State University of West Georgia, 2003).
Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1 Juni 2016
123
Muhamad Rifa’I Subhi
memperjelas bagaimana itu konsep konseling islami yang belum tersusun secara pasti. Keyakinan masyarakat islam tentang cara hidup sehat yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah juga turut memberikan andil yang cukup besar dalam pengembangan konsep konseling islami. Namun, pengembangan ini masih menuai pro dan kontra. Hal ini dikarenakan secara historis, konseling memang mulai dikembangkan oleh para ahli yang sekuler. Sehingga mereka yang masih berpegang teguh terhadap teoriteori terdahulu meragukan adanya konsep yang ditawarkan oleh cendekiawan muslim. Terlebih adanya metodologi yang tidak jelas, yang digunakan oleh cendekiawan muslim dalam mengembangkan konsep konseling islami, semakin memunculkan protes yang keras mengenai arah pengembangan konseling tersebut. Mereka menyebutkan bahwa konsep islam masih lemah dalam memberikan layanan konseling kepada masyarakat luas. Dengan kata lain, mereka mengklaim bahwa model intervensi yang digunakan pun tidak seefektif dari model intervensi yang telah dikembangkan pada konseling pada umumnya. Selain itu, adanya aliran psikiatri, psikologi dan konseling yang mengabaikan dimensi spiritual dalam diri setiap individu, juga semakin memperkuat alasan mereka dalam menolak pengembangan konsep konseling islami. Sebaliknya, para cendekiawan muslim meyakini bahwa sebenarnya praktik konseling sudah lama diterapkan oleh umat muslim terdahulu. Hal ini didasarkan adanya sosial budaya islam yang condong ke arah layanan bimbingan dan konseling pada umumnya.3 Bahkan cara hidup mereka yang berlandaskan pada al-Qur’an dan as-Sunnah terbukti efektif dalam menghadapi setiap problem yang muncul, baik dilakukan oleh diri sendiri, dengan cara beribadah, maupun dengan bantuan orang lain, dengan cara memberi arahan atau nasehat.
3
Somaya Abdullah, Islam and Counseling: Model of Practice in Muslim Communal Life, (South Africa: University of Fort Hare, 2009).
124
Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1, Juni 2016
Development Of Islamic…
B. Metode Penelitian Penelitian
ini
membahas
tentang
adanya
perdebatan
dalam
pengembangan konsep konseling islam. Pembahasan tersebut menggunakan metode penelitian pustaka yang bertujuan untuk mengkaji lebih dalam (explore) mengenai perdebatan konsep konseling islam, sehingga dapat ditemukan arah pengembangan konseling islam. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori, yakni: 1. Sumber data primer, yakni 3 artikel/penelitian yang ditulis para ahli konseling. Artikel yang dimaksud ialah Islamic Counseling and Psychotherapy: Trends in Theory Development oleh Abdullah dari University of Cape Town, An Innovative Islamic Counseling oleh Shadiya Mohamed S. Baqutayan dari Universiti Teknologi Malaysia, dan Spiritual Issues in Counseling and Psychotherapy: Toward Assessment and Treatment oleh Tobin Hart dari The State University of West Georgia. 2. Sumber data sekunder, merupakan pustaka atau literatur penunjang lainnya yang mengkaji tentang konseling. Data eksplorasi yang diperoleh dari beberapa sumber di atas, dianalisis dengan menggunakan analisis isi (content analysis), yakni proses penguraian data, pengkonsepan, dan penyusunan kembali dengan cara baru. Langkahlangkah yang ditempuh dalam analisis isi meliputi, Open coding, axial coding, dan selective coding. Open coding adalah bagian dari analisis dimana peneliti melakukan identifikasi, kategorisasi dan penguraian beberapa data penting yang diteliti. Langkah yang pertama ini digunakan dalam mengidentifikasi, dan mengkategorisasi, serta menguraikan secara detail mengenai konsep konseling islam yang termuat dalam artikel di atas. Axial coding yakni menghubungkan berbagai penemuan yang didapat dari open coding ke dalam bentuk susunan baru yang lebih jelas dengan mengaitkan antar kategori menjadi kategori yang lebih luas cakupannya. Pada langkah yang kedua ini, konsep konseling islam yang telah teridentifikasi dihubungkan satu sama lain sehingga diperoleh konsep konseling islam yang
Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1 Juni 2016
125
Muhamad Rifa’I Subhi
lebih jelas. Selective coding yaitu proses memilih kategori inti dan mengembangkannya
menjadi
konsep
yang
lebih
sistematis
dengan
mengintegrasikan seluruh hasil temuan. Pada tahap yang ketiga, konsep konseling islam ditelaah ulang dengan menyusun ulang kembali hasil temuan secara sistemasis dan dikembangkan dengan memperhatikan aspek-aspek yang terkandung dalam konsep konseling islam pada umumnya.4 C. Pembahasan Perdebatan panjang mengenai pengembangan ini memposisikan konsep konseling islami sebagai isu yang aktual dalam perkembangan dunia konseling. Berbagai pandangan dari para pengembang yang pro dan kontra terhadap pengembangan konsep konseling islami, merupakan sebagai tanda bahwa memang pengembangan ini masih menjadi isu yang diperdebatkan dalam merumuskan pendekatan atau teknik sebagai intervensi dalam praktik konseling untuk menyelesaikan permasalahan seorang individu atau konseli. Beberapa pihak yang pro terhadap pengembangan konsep konseling islami ini sebagian besar ialah cendekiawan muslim yang berasal dari universitas-universitas terkemuka di Afrika Selatan, diantaranya ialah University of Cape Town, dan University of Fort Hare. Para cendekiawan muslim dari Afrika Selatan tersebut menggunakan pendekatan historis dalam mengembangkan konsep konseling islami. Mereka menganggap bahwa kehidupan umat muslim terdahulu merupakan cikal bakal dari praktik konseling saat ini. Terdapat beberapa tradisi sosial budaya masyarakat islam pada masa Rasulullah s.a.w. yang memiliki ciri khas atau kesamaan dengan praktik konseling pada umumnya.5 Di antaranya ialah adanya kehidupan zuhd, atau
4
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tatalangkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data, Trjmh. Muhuammad Shodiq dan Imam Muttaqien, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 51. 5
Abdullah, Islamic Counseling and Psychotherapy: Trends in Theory Development, (South Africa: University of Cape Town, 2000).
126
Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1, Juni 2016
Development Of Islamic…
lebih dikenal dengan kehidupan kaum sufi. Di mana seseorang yang berperan sebagai konselor dalam kehidupan ini ialah seseorang yang dianggap sebagai orang yang shaleh dan menguasai ilmu yang luas, serta memiliki kedekatan yang lebih sempurna dengan Allah s.w.t., yang disebut dengan Syekh. Suatu hal yang masih diperdebatkan antara beberapa ahli mengenai konsep konseling islami ialah tentang bagaimana konsep konseling islami itu sendiri, yang meliputi landasan, metodologi, pendekatakan, teknik, model intervensi, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, area yang diperdebatkan dalam hal ini ialah terletak pada “konsep”. Dimana konsep tersebut masih menjadi
isu
yang
diperbincangkan
oleh
para
ahli
dalam
merespon
pengembangan konseling, baik yang pro atau yang kontra terhadap pengembangan tersebut. Konsep untuk mengembangkan konseling islami juga semakin rumit apabila pendekatan yang digunakan oleh para pengembang berbeda sudut pandang antara satu dengan lainnya, sehingga mengakibatkan hasil pengembangan yang berbeda pula. Beberapa faktor yang menyebabkan konsep konseling islami masih menjadi isu yang belum selesai ialah adanya kelompok yang menolak pengembangan konsep konseling islami. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa suatu hal yang melatarbelakangi pengembangan ini ialah adanya keyakinan bahwa setiap individu memiliki dimensi spiritual yang misterius, namun dapat digunakan sebagai motivasi dalam mengahdapi masalah. Kelompok yang menolak pengembangan ini ialah mereka yang tidak mengakui atau meyakini keberadaan dimensi spiritual manusia. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab munculnya isu tentang konsep konseling islami. Penyebab lain munculnya isu tersebut bukan hanya terjadi antara pihak pro dan kontra, namun antara sesama pihak yang pro juga menjadi sebab dari munculnya isu tentang konsep konseling islami. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan acuan utama atau landasan, serta sudut pandang (perspektif) dalam
mengembangkan
konsep
konseling
islami.
Perbedaan
tersebut
menghasilkan konsep islami yang berbeda antara satu dengan yang lain,
Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1 Juni 2016
127
Muhamad Rifa’I Subhi
sehingga menimbulkan perdebatan yang nyata dalam pengembangan konsep konseling islami. Terlepas dari adanya pihak yang saling berdebat di atas, terdapat pula beberapa kelemahan yang muncul secara internal yang semakin memperkuat konsep konseling islami sebagai isu aktual dalam dunia konseling. Kelemahan tersebut ialah adanya keterbatasan konsep, baik secara teoritis maupun praktis dalam merumuskan model intervensi yang digunakan dalam praktik konseling. Selain itu, kurangnya metodologi yang jelas dalam konsep konseling islami juga merupakan sebagai kelemahan lain dalam mengembangkan konsep konseling islami. Pengembangan konsep konseling islami masih menjadi isu yang hangat dalam dunia konseling sampai saat ini. Isu tersebut ditandai dengan adanya usaha dari pihak-pihak yang terus memperjuangkan pengembangan konsep konseling islami, dan terdapat pula pihak-pihak yang selalu menolak atau merasa keberatan dengan adanya pengembangan konsep tersebut. Berbagai cara, seperti penggunaan landasan utama dan pendekatan, ditempuh oleh para cendekiawan muslim dalam merumuskan bagaimana itu konsep konseling islami. Salah satu pihak yang turut memperjuangkan pengembangan konsep konseling islami ialah cendekiawan muslim yang berasal dari beberapa universitas terkemuka di Afrrika Selatan. Mereka menggunakan pendekatan sosial historis dalam merumuskan konsep tentang konseling islami. Dimana konseling islami merupakan manifestasi dari hasil peradaban umat muslim pada masa Rasulullah s.a.w., khulafa al-rasyidin, tabi’in, tabi’it tabi’in, dan lain-lain. Terdapat praktek-praktek pengobatan tradisional yang disinyalir sebagai cikal bakal dari pengembangan konseling. Mereka menyebutkan bahwa sumber utama konseling islami berasal dari tiga budaya yang sudah ada pada kehidupan umat muslim terdahulu. Ketiga hal tersebut ialah: (1) Muslim Personal Law, (2) Islamic Traditional Healing, dan (3) Sufism. Muslim personal law merupakan suatu hal yang diyakini oleh umat
128
Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1, Juni 2016
Development Of Islamic…
muslim berdasarkan keimanannya, sehingga segala sesuatu yang dilakukannya mempunyai dasar yang kuat. Islamic traditional healing merupakan pengobatan tradisional yang menekankan adanya kekuatan spiritual dalam diri manusia. Sedangkan sufism merupakan gaya hidup masyarakat Islam yang senantiasa menjaga diri dari hal-hal yang dapat merusak jiwa dan raga. Hasil penelitian mereka diperkuat dengan penelitian pihak lain yang menyebutkan bahwa pada saat ini seorang individu mulai kurang yakin dengan adanya pengobatan penyakit jiwa (psikologis) dengan menggunakan psikoterapi atau konseling pada umumnya.6 Mereka mulai percaya bahwa sebenarnya penyakit jiwa yang diderita dapat disembuhkan melalui jalan dengan mendekatkan diri kepada Allah s.w.t., seperti melalui kegiatan ibadah, dzikir, beramal, dan berbuat kebajikan kepada sesama manusia. Penggunaan al-Qur’an dan as-Sunnah semakin diutamakan karena mereka yakin bahwa di dalam dua sumber tersebut terdapat panduan bagaimana cara hidup yang baik dan benar. Adapun pihak-pihak yang merasa keberatan dengan pengembangan konsep konseling islami ialah mereka yang tidak meyakini adanya kekuatan spiritual dalam diri manusia seperti Freudian, Adlerian, dan lain sebagainya. Dalam teorinya, psikoanalisis mengharapkan sasaran yang harus dicapai oleh seorang individu neurotik ialah membantu si individu agar mampu membuat kompromi antara berbagai tuntutan ketaksadaran (id) di satu pihak, dan berbagai tuntutan realitas di pihak lain. Psikoanalisis berusaha menyesuaikan individu dan dorongan-dorongan pribadinya dengan dunia luar, mendamaikan si individu dengan realitas. Padahal, prinsip realitas sering menyebabkan dorongan-dorongan tertentu menjadi sepenuhnya diingkari, disimpan di ketidaksadaran. Sedangkan pada psikologi individual memiliki sasaran yang lebih dalam, dimana individu dituntut untuk memiliki kesanggupan dalam merekontruksi realitas ketimbang
6
Shadiya Mohamed S. Baqutayan, An Innovative Islamic Counseling, (Malaysia: Universiti Teknologi Malaysia, 2011).
Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1 Juni 2016
129
Muhamad Rifa’I Subhi
semata-mata menuntut penyesuaian.7 Konsep teori yang dikemukakan di atas, jelas mengindikasikan bahwa pada psikoanalisis dan psikologi individual mengabaikan adanya dimensi spiritualitas dalam setiap diri individu. Oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila mereka merasa keberatan dengan adanya konsep konseling islami yang mengakui adanya dimensi spiritualitas dalam diri manusia. D. Solusi dan Hambatan Dari beberapa keterangan mengenai perdebatan antara cendekiawan muslim dengan ahli teori barat, dapat disimpulkan bahwa pengembangan konsep konseling islami tidak akan menemukan titik temu yang pasti untuk menghapuskannya sebagai isu dalam dunia konseling. Hal ini disebabkan kedua belah pihak saling mempertahankan konsep yang telah ditemukannya. Dimana konsep-konsep yang dikemukakan oleh kedua belah pihak tersebut saling bertolak belakang satu sama lain. Namun perlu diperhatikan dengan cermat, bahwa setiap teori memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Dengan memperhatikan kelemahan dan kelebihan dari kedua konsep tersebut, setidaknya dapat menjadi solusi bagi kedua belah pihak dalam merespon pengembangan konsep konseling islami. Salah satu hal yang membedakan antara konsep konseling islami dengan konsep konseling pada umumnya ialah sasaran dari kedua konsep tersebut. Sasaran utama yang diharapkan dalam konsep konseling islami ialah adanya keseimbangan antara kehidupan di dunia dan akherat dengan memanfaatkan dimensi spiritualitas individu. Sedangkan sasaran utama yang diharapkan dalam konseling umum ialah adanya kemampuan individu dalam menghadapi kehidupan saat ini sesuai realitas yang ada di dunia. Adanya perbedaan sasaran utama antara kedua konsep tersebut, menunjukkan bahwa bidang garapannya pun berbeda. Dengan memahami hal 7
Engkus Koeswara, Logoterapi: Psikoterapi Viktor Frankl, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992), hlm. 25.
130
Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1, Juni 2016
Development Of Islamic…
ini, solusi yang tepat agar pengembangan konsep konseling islami menjadi suatu hal yang tidak termasuk sebagai isu dalam konseling ialah dengan memfokuskan bidang garapan yang dikaji, dan tidak mencampuradukkan bidang garapan pada konseling umum. Dengan demikian, masing-masing konsep dapat melahirkan beberapa strategi atau teknik yang memiliki ciri khas tersendiri, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan bentuk layanan yang selalu berusaha untuk diperbaiki. Beberapa kelemahan dari pengembangan konsep konseling islami telah diakui oleh sebagian cendekiawan muslim yang berusaha memperjuangkannya. Diantaranya ialah adanya aliran-aliran dalam psikiatri, psikologi, dan konseling yang mengabaikan dimensi spiritual manusia, sehingga mereka menolak keberadaan konsep konseling islami. Keterbatasan konsep teoritis dan praktis dalam merumuskan model intervensi konseling Islam juga merupakan kelemahan dari pengembangan konsep konseling islami, sehingga menyebabkan kurangnya metodologi yang jelas dalam pengembangan tersebut. Selain itu, kelemahan lain dari pengembangan konsep konseling islami ialah adanya perbedaan acuan utama atau landasan yang digunakan oleh cendekiawan muslim. Beberapa kelemahan tersebut merupakan hambatan yang menjadikan pengembangan ini masih menjadi isu sampai saat ini. Terlebih dengan adanya perbedaan paradigma dari cendekiawan muslim mengenai pengembangan ini, yang dilatarbelakangi oleh penggunaan landasan yang berbeda, sehingga menyebabkan sudut pandang yang berbeda pula dalam mengembangkan konsep konseling islami. Perbedaan tersebut melahirkan kelompok-kelompok di kalangan cendekiawan muslim yang memperjuangkan pengembangan konsep konseling islami. Kelompok yang pertama ialah mereka yang mengembangkan konsep konseling islami dengan memperhatikan konsep konseling umum, sehingga hasil pengembangannya merupakan modifikasi dan penyempurnaan dari kedua konsep tersebut.
Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1 Juni 2016
131
Muhamad Rifa’I Subhi
Kelompok yang kedua ialah mereka yang mengembangkan konsep konseling islami tanpa mempertimbangkan konsep konseling umum, padahal mereka telah mempelajarinya. Dengan kata lain, kelompok yang kedua ini menolak konsep konseling umum, lalu merumuskan atau mengembangkan konsep konseling islami. Kelompok yang ketiga ialah mereka yang merumuskan atau mengembangkan konsep konseling islami berdasarkan pengetahuannya sendiri mengenai praktek kehidupan yang berlandaskan al-Qur’an dan asSunnah. Ketiga kelompok tersebut, semakin memperkeruh keadaan sehingga perdebatan dalam pengembangan konsep konseling islami semakin panjang. Hal ini pula yang menjadi salah satu hambatan yang menjadikan pengembangan ini masih menjadi isu dalam dunia konseling.
E. Rekomendasi Mengakaji hasil-hasil penelitian di atas, diketahui bahwa pengembangan konsep konseling islami merupakan suatu hal yang pantas diposisikan sebagai isu dalam konseling. Hal ini disebabkan, pengembangan tersebut merupakan suatu hal yang baru dalam ilmu konseling, sehingga menuai banyak pro dan kontra dalam usaha pengembangannya. Salah satu alasan yang melatarbelakangi pengembangan konsep konseling islami ialah adanya perhatian yang mendalam dari cendekiawan muslim tentang pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan konseling. Dengan demikian, sasaran yang diharapkan dari perumusan konsep konseling islami pun berbeda dengan konsep konseling pada umumnya. Oleh karena itu, berikut beberapa rekomendasi yang ditujukan guna meminimalisir
perdebatan-perdebatan
yang
terjadi
karena
usaha
pengembangan konsep konseling islami. Pertama, secara historis, ilmu konseling merupakan disiplin ilmu yang muncul dan dikembangkan oleh para ahli dari Barat, oleh karena itu diperlukan penggunaan pendekatan integratifinterkonektif dalam mengakaji seluruh materi yang ada, sehingga ditemukan
132
Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1, Juni 2016
Development Of Islamic…
konsep-konsep konseling yang lebih bernuansa islam tanpa mengindahkan teori konseling dari Barat. Kedua, adanya pengkajian yang lebih cermat dan teliti melalui pendekatan tekstual dan kontekstual dalam menelaah dan memahami al-Qur’an dan as-Sunnah, sehingga dapat ditemukan konsep-konsep yang jelas dalam merumuskan konseling islami, serta tidak terjadinya justifikasi tanpa beralasan bahwa konsep konseling memang ada dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Dengan demikian, dapat ditemukan metodologi yang jelas dalam memahami apa dan bagaimana konsep konseling islami. Ketiga, seperti halnya teori-teori Barat yang digunakan dalam konseling, dimana teori-teori tersebut memiliki sudut pandang, teknik, serta sasaran yang khas dan berbeda antara satu dengan yang lain, konsep konseling islami setidaknya juga memiliki ciri khas, baik itu dalam penggunaan teknik, maupun target sasaran, yang membedakan dengan konsep atau teori yang lain, sehingga pengembangan konsep konseling islami memiliki bidang kajian yang memang tidak dikaji oleh konsep konseling pada umumnya. F. Kesimpulan Pengembangan konsep konseling islami merupakan suatu hal yang baru dalam dunia konseling, oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila dalam proses pengembangannya menuai pro dan kontra dari pihak-pihak pendahulu yang sudah memiliki metodologi dan konsep keilmuan yang sudah teruji, baik secara teoritis maupun praktis. Pihak-pihak yang kontra dengan pengembangan ini ialah mereka yang tidak mengakui adanya dimensi spiritualitas yang menjadi sasaran utama dalam konsep konseling islami, beberapa diantaranya ialah Freudian, Adlerian, dan lain-lain. Adapun pihak yang terus memperjuangkan pengembangan konsep konseling islami ialah para cendekiawan muslim yang sebagian besar berasal dari Afrika Selatan, Asia, dan Amerika. Dalam mengembangkannya pun tidak sedikit dari mereka yang menemukan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan
Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1 Juni 2016
133
Muhamad Rifa’I Subhi
oleh penggunaan sudut pandang atau pendekatan yang berbeda dalam merumuskan konsep konseling islami. Keadaan seperti ini semakin memperkuat posisi pengembangan ini sebagai isu dalam dunia konseling. G. Referensi Abdullah, Islamic Counseling and Psychotherapy: Trends in Theory Development, South Africa: University of Cape Town, 2000. Abdullah, Somaya, Islam and Counseling: Model of Practice in Muslim Communal Life, South Africa: University of Fort Hare, 2009. Baldwin, Mark, The Effects of Counselor’s Religious Background and Participant Spirituality on the Perceptions about the Counselor, USA: University of Memphis, 2009. Baqutayan, Shadiya Mohamed S., An Innovative Islamic Counseling, Malaysia: Universiti Teknologi Malaysia, 2011. Gibson, Robert L., dan Marianne H. Mitchell, Bimbingan dan Konseling, Trjmh. Yudi Santoso, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Hart, Tobin, Spiritual Issues in Counseling and Psychotherapy: Toward Assessment and Treatment, USA: The State University of West Georgia, 2003. Koeswara, Engkus, Logoterapi: Psikoterapi Viktor Frankl, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992. Latipun, Psikologi Konseling, Edisi ketiga, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2006. Lubis, Saiful Akhyar, Islamic Counseling: The Services of Mental Health and Education For People, Kuala Lumpur: University of Malaya, 2011. Meyers, Ann, “Counseling and Spirituality: Integrating Wellness into Practice”, dalam Pamela K. S. Patrick (ed.), Contemporary Issues in Counseling, Boston: Allyn & Bacon, 2006.
M. Rifa’I Subhi, merupakan dosen di STAIN Pekalongan, STIT Pemalang dan STAI Brebes yang sangat aktif menulis. Dengan bekal keilmuan S1 Pendidikan Agama Islam dan S2 Bimbingan dan Konseling Islam, penulis memiliki bekal yang kuat untuk mengkaji konsep Bimbingan dan Konseling Islam
134
Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1, Juni 2016