ISBN: 2086-5244
Banda Aceh, 26 Mei 2011
Diselenggarakan atas kerja sarna,
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNSYIAH
BAPPEDA ACEH
DINAS BMa< ACEH
LEMBAGA TEKNIK SIPIL ACEH
BPKS SABANG
@)
.
~
LPJKACEH
GAPENSI ACEH
.
(
HATHI ACEH
MAGISTER TEKNIK SIPI L
UNSYIAH
" «l> BAPPEDA BIREUEN
-f
.
H . '...
.-
.-
INKINDO ACEH
.J
...
HPJI ACEH
ASTTI ACEH
7=-
f Prosiding Asesi Pembangunan Infrastruktur Aceh (API Aceh)
I
Banda Aceh - 26 Mei 2011, ISBN: 2086-5244
PANITIAAPI-ACEH 2011
:
Ii
Steering Committee
{ :
f f
1. 2. 3.
4.
£
£
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Dekan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Direktur Lembaga Teknik Sipil Aceh Kepala Bappeda Aceh . Ketua LPJK Acch Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc. Dr. Ir. Masimin, M.Sc. Dr. Ir. Sofyan M. Saleh, M.Sc.Erig.
Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur Be. Dr. Ir. Taufiq Saidi, M.Eng. Ir. Saiful Husein, MT. Ir. Tripoli, MT. Walhi Aceh
Editorial Board
1. Dr. Jr. Muhammad Isya, MT. 2. Dr. Jr. Muttaqin, MT. 3. Dr. Jr. Eldina Fatimah, M.Sc. 4. Dr. Jr. T. Budi Aulia, DipI.Ing. 5. Dr. Azmeri, ST. MT. 6. Dr. Syamsidik, ST. M.Sc. 7. Jr. Zouhrawaty A. Ariff, M.Eng. 8. Jr. Maimun Rizalihadi, M.Sc.Eng. 9. Ir. BantaChairuliah M, M.Ing. 10. Ir. Ibnu Abbas Madjid, M.Sc. 11. Jr. Nurlely, M.Sc. 12. Mubarak, ST. MT.
Organizing Committee Ketua Sekretaris Bendahara Koordinator HMS
: Dr. Renni Anggraini, ST. M.Eng
: Amir Fauzi, ST. MSc.
: Lulusi, ST. M.Sc.
: Ismul Arif
n
Sie Acara Koordinator Anggota
Sie Publikasi Koordinator Anggota
: Surya Berrnansyah, ST. MT : Nurul Malahayati, ST, M.Sc Khairul Iqbal, ST, MT
Muhammad Iqbal (HMS)
Zulfa AuLawi (HMS)
Aulia Zahroni (HMS)
Detries Prima April (HMS)
Agung Darrnawan (HMS)
: Gartika Setiya Nugraha, ST. M.Si : Noer FadhIy, ST, MT Said Amir Azan, ST, M.Sc
Afri Fitrayansayah (HMS)
Noa Saflhali (HMS)
Koko Aprianto (HMS)
Fristya Mala Puspita (HMS)
Istiqamah (HMS)
Sie Kesekretariatan Koordinator : Cut Mutiawati, ST. MT Anggota : Febriyanti Maulina, ST, MT Nafisah Al Huda, ST, MT Ahmad Reza K., ST. MT. Ritki Zil Ikram (HMS) T. Aulia Ridha (HMS)
Diana Rizkina (HMS)
Febrina Hasida Idham (HMS)
Ayu Annisa Rahman (HMS)
Sie Konsumsi Koordinator Anggota
11
: Fitrika Mita Suryani. ST. MT : Ir. Buraida, MM Nurisra, ST, MT Mahrijal (HMS) Aswadi Hajar (HMS) Asrita Mutia (HMS) Quratul Aini (HMS) Tursina (HMS)
Prosiding Asesi Pembangunan Infrastruktur Aceh (API Aceh) Banda Aceh - 26 Mei 2011, ISBN: 2086-5244
DAFTARISI
Efektifitas Jaringan Angkutan Vmum Kota Banda Aceh dan Sekitarnya Dr. Ir. Sofyan M. Saleh, M.Sc.,Eng dan Sriyanto, ST.,MT Solusi Penyediaan Air Bersih uotuk Kawasan Wisata Gapang-Iboih dan Desa Iborn Kotamadya Sabang Azmeri Manajemen Perawatan dan Pemelibaraan Bangunan Gedung Kantor Pemerintah Kota Banda Aceh T. Budi Aulia dan Nurisra
1 17 25
Penilaian Kondisi Bangunan Gedung Kantor Pemerintah Kota Banda Aceh Nurisra
33
Faktor Resiko Biaya pada Tenaga ,I<.erja Proyek Infrastruktur di Kota Banda Aceh Saiful Husin
43
Pengintegrasian Volume Pekerjaandan lildeks SN I pada Ms. Project 2003 Fachrurrazi
55
Analisa Resiko Kuantitatif pada Pembangunan Infrastruktur Banjir Dr. fr. Masimin, M.Sc
65
Strategi Pembangunan Sistem Integrasi Pertanian d~ngan Pemberdayaan Koperasi Syari'ah di Aceh. Ir. Slamet Eko Purwadi, M.Si
73
Kerusakan Infrastruktur Akibat Banjir Bandang Tangse Maret 2011 Masimin, Maimun Rizalihadi, Amir Fauzi, T.MahliI dan Putra Pagihariadi
81
Evaluasi Kinerja Infrastruktur Pantai, dari mana dimulai? Zouhrawaty A. Ariff
91
Pemilihan Distribusi Waldo Curah HtUan dan Pengarohnya terhadap debit banjir rencana (Lokasi DAS Krueng Babahrot Aceh Barat Daya) Ziana, Zouhrawaty A. Ariff dan Marzuki Pemanfaatan Abu Sekam POOi pada Campuran Aspat Beton Lapis Aus (AC .WC) Renni Anwuaini, Lulusi dan Fitrika Mita Suryani Pengaruh Keterlibatan Masyarakat Terbadap Pemeliharaan Jatan Secara Instan di Kabupaten Bireun Jr. Razuardi Ibrahim, Mf Tingkat Kerusakanpada Gedung Sekolah Akibat Umor Bangunan. Tripoli dan Nurul Malahayati Analisis Ketangguhan Material Beton Mutu Tinggi pada Beban Dinamis (SuatuAnalisis dengan Program PaketANSYSTM Real 5.4) Purwandy Hasibuan Deteksi Kehilangan Tekanan (Head Losses) pada Jaringan Pipa Distribusi PDAM Tirta Mon Pase Lhokseumawe dengan Aplikasi Software Epanet 2.0 Adzuha Desmi iiinfrastruktur Hijauii Mampukah Memmlmaiisrr Kerusakan Lmgkungan? Ir. Teuku Muhammad Zulftkar, M.P.
101
113
121 135 145 161 167
v
Analisa Parameter Kuat Geser Tanah Alue Awe dicampur Abu Cangkang Kelapa Sawit diukur dengan Alat Triaksial Abdul Jalil dan Aries Munanda Pengaruh Subtitusi Bubur Kertas Sebagai Campuran Agregat Terhadap Kuat Tekan Beton Surya Bennansyah, Huzaim dan Irvan Pengembangan Model Deteriomsi Antar Komponen Jerobatan (Studi Kasus Jembatan Air Keramasan) Mona Foralisa Toyfur Estimasi Biaya Konstruksi Gedung dengan Menggwmakan Perangkat Luilak Computer Aided Deign (CAD) Said Amir Azan dan Try Bagus Sumirat Penggunaan Variabel Harga Material untuk Memprediksi Harga Satuan Bangunan Gedung di Kota Banda Aceh Mubarak dan Tripoli . Studi Perencanaan Ulang Geometrik lalan Raya dengan Mempertimbangkan Banyak Kriteria (Studi Kasus: Ruas Jalan BandaAceh-CaIang STA 79+325 -92+079) Muhammad Isya, Noer Fadhly dan Nanang Priatna Zain Rekontruksi Pelabuhan Uloo Lheue Banda Aceh: HasiI yang Dicapai dan Keberl~j':l~Y8:
Amir Fauzi dan Abdullah Keberlangsungan Penyediaan Air Bersih Pasca Tsunami (Tabun 2010) Oi Kawasan Aceh Besar G8.rtika: Setiya NUgr8ha dan Abdullah Asesi Terhadap Rumah Bantuan Yang Tidak Ditempati (~~gi ~1!s ~i I?~ ~jll1,l; Kll,b.~P!!~t?~A~l1 ~) Febriyanti Maulina dan ·Mochammad Aftfuddin. Hubungan Matematis Variabel Lalu Lintas Menggunakan Model Gr~~~hj~J4~Pml~ R~~l~JJ!~p~~ K()~ ~ ~ ~()~ ~ ~ ~~ Fitrika Mita Suryani, ST. MT.
vi
173
183
195
203
209
219
229. _ . ~
237
~?~ 259
Prosiding Asesi Pembangunan Infrastruktur Aceh (API Aceh) Banda Aceh - 26 Mei 2011, ISBN: 2086-5244
TINGKAT KERUSAKAN PADA GEDUNG SEKOLAH
AKIBAT UMUR BANGUNAN
1,2)
Tripoli', Nurul Malahayate Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala JI. Tgk. SyehAbdul RaufNo. 7, Darussalam BandaAceh 23111 em;r,aill!': ~ jci:~'~~'-'!:0Jml
emailt malabayaiija1,y~.idJ
Abstrak: KineIja suatu konstruksi bangunan gedung akan mengalami penunman seiring dengan bertambahnya umur pemakaian bangunan tersebut Untuk menjaga kineIja sebuah bangunan agar tetap berfungsi dengan baik maka diperlukan suatu tindakan perbaikan terhadap komponen bangunan gedung yang mengalami kerusakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kerusakan bangunan dan biaya perbaikan bangunan gedung akibat umur pemakaian. Data primer yaitu mengidentifikasi kerusakan dan volume kerusakan bangtinan di peroleh dari survey dilapangan terhadap 2 sekolah yag terdapat di Kabupaten"Pidie Provinsi Aceh. Penyebaran kuisioner kepada praktisi lapangan untuk mengetahui besamya biaya pembongkaran bangunan lama serta data Perulaian terbadap prioritas perbaikan komponen bangunan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan observasi lapangan bahwa kenisakan lXmyak teljadi pada komponen non struktur dan prioritas perbaikan berdasarkan metode AHP adalah kompbnen struktur. Indeks kondisi bangunan gedung sekolah berada di atas 80 % sehingga kondisi dikategorikan dalam zona I yaitu kondisi baik. Besamya persentase biaya perbaikan gedung dengan menggunakan analisa SNl2002 dan biaya pembongkaran berdasarkan basil wawancara dengan responden maka didapat sebesar 12,35% dan 15,44% dari estiinasi biaya pembangunan gedung sekolah yang baru. Tmgkat kerusakan bangunan tennasuk kategori kerusakan ringan karena biaya perbaikan di oowah 35% dari harga satuan tertinggi pembangunan gedung 00ni. . Keywords: Tingkat kerusakan., biaya, usia bangiman
1.
PENDAHULUAN
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan komponen dari sistem pendidikan yang memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan (proses) belajar mengajar. Oleh
sebab itu, tersedianya saranalprasarana pendidikan yang memadai, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas, merupakan kebutuhan mutlak yang hams dipenuhi dalam rangka mewujudkan keberhasilan pembangunan sub sektor pendidikan. . Tapi masih banyak bangunan sekolah dalam kondisi .yang mempriha1ink:an. salah satunya masih banyak bangunan yang rusak umumnya disebabkan oleh usia bangunan gedung yang berusia sudah puluhan talmo. Salah satunya: pada gedung sekolah SD 1 dan SMP 1 Bambi yang terletak di Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie dengan jarak sekitar 10 km dati kom Sigli. Bangunan sekolah ini berdiri sejak tahun 1977 dan 1978, telah mengalami beberapa kali renovasi. Dikarenakan bangunan sudah sangat tua dan terdapat kerusakan-kerusakan sehingga akan dilakukan identifikasi kerusakan bangunan dan menganalisa biaya perbaikan bangunan sekolah. Untuk menjaga kinelja sebuah bangunan agar tetap berfungsi dengan baik rrnika diperlukan suatu tindakan perbaikan terhadap komponen bangunan gedWlg yang mengalami kerusakan. Adapun lingkup perawatan meliputi perbaikanlpenggantian bagian bangunan, komponen gedung, bahan bangunan, prasarana dan sarana yang digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis perawatan yaitu: rehabilitasi, renovasi, dan restorasi (Anonim, 2(08). Berdasarkan latar belakang dan pennasalahan di atas maka dilakukan pene1itian ini yang bertujuan untuk menganalisis tingkat kerusakan bangunan dan biaya perbaikan bangunan gedung akibat umur bangunan.
135
2. . METODE PENELITIAN Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data primer dan sckunder. Data yang dikumpuJkan berupa penyebaran kuesioner untuk mendapatkan bobot prioritas perbaikan komponen gedung, pengelompokkan data bangunan yang bersumber dari pengelola teknis bangunan pada instansi terkait, dan untuk nilai kondisi komponen/eleinen gedung didapatkan dari hasil survey. Data primer diperoleh dari. observasilpengarnatan langsung di lapangan. Untuk mendapatkan data: I. Komponen bangunan yang rusak diperoleh dengan menyelidiki langsung di lapangan terhadap komponen bangunan yang rusak yang terlihat secara visual saja dan volume kerusakan didapat dengan cara pengukuran. 2. Untuk mendapatkan bobot prioritas perbaikan komponen/elemen dilakukan dengan penyebaran kuesioner dengan responden sebanyak 31 responden di Provinsi Aceh yang pemah menangani proyek perbaikan gedung yang terdiri dari perusahaan kontraktor sebanyak 10 responden, konsultan perencana 10 responden, dan dari teknis lapangan Departemen PekeIjaan Umum sebanyak II responden.Prosedur pengambilan responden dalam penelitian ini digunakan sampel acak, dimana tiap anggota populasi mempunyai peluang yang' sama untuk: diambil menjadi anggota sampel. Penyebaran kuesioner di bagi menjadi 2 bagian utama yaitu kuesioner A karakteristik responden. Kuesioner B berisikan pilihan untuk mendapatkan penilaian perbandingan kepentingan antara satu komponen dengan komponen yang lainnya sesuai dengan skala dasar penilaian menggunakan metode AHP. Hirarki untuk perbandingan kepentingan komponen bangunan yang dinilai yaitu: struktur dan Non struktur, struktur bawah, struktur atas, struktur atap, pondasi dan sloof, kolom, balok, ringbalk, kuda-kuda dan rangka atap, ruangan, penutup atap, pfafon, dinding, pintu, jendela, lantai, penutup plafon, rangka, cat, pasangan bata, plesteran, piutu dan jendela (kusen, daun, engsel, handel), lantai (penutup lantai dan dasar), seng dan bubungan. Untuk setiap pertanyaan, disediakan sejumlah altematif pilihan yang bertingk:at sesuai dengan skala AHP yaitu: Skala I = Kedua e1emen sama penting Skala 3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting atas lainnya Skala 5 = Elemen yang satu lebih penting atas lainnya Skala 7 = Elemen yang satu sangat penting atas lainnya Skala 9 = Elemen yang satu mutlak lebih penting atas lainnya Skala 2, 4, 6, 8 = Nilai tengah diantara dua pertimbangan yang berdekatan Data sckunder yang diperlukan yaitu daftar harga material, upah tenaga keIja, dan peralatan untuk Kabupaten Pidie berdasarkan Keputusan Gubemur Tahoo 20 IO. Data schmder dibutubkan untuk estimasi biaya pembangunan gedung baru dan estimasi biaya perbaikan. Data yang .telah terkumpul diolah, schingga didapatkan basil penelitian yang diharapkan. Langkah-langkah pengolahan dan metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
I. Komponen bangooan yang rusak dan volume kerusakan dimasukan dalam tabulasi. 2. Mendapatkan nilai indeks kondisi melalui beberapa tahapan berikut: • Menghitung bobot fungsional komponen gedung, bangunan di susun dalam suatu hirarki kemudian dianalisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (ARP). Adapun langkah-Iangkah ARP, yaitu: a) Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Hirarki ini digunakan dalam penelitian ini yang sebahagiannya yang berpedoman pada hasil penelitian SupaIjo dkk (2009).
136
Prosiding Asesi Pembangunan Infrastruktur Aceh (API Aceh) Banda Aceh - 26 Me; 2011, ISBN: 2086-5244
Gambar 1. Struktur Hirarki Komponen Gedung.
b) Membuat matriks perbandingan berpasarigan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya dengan menggunakan persamaan :
aw
= Valxa2x.......xan
(I)
keterangan:
a.. = Penilaian gabungan (penilaian akhir) ~
= Penilaian responden ke-i (dalam skala 1/9 - 9)
n
=
Banyaknya responden
. . =12, ,.. n - w; = a(ij);I,J Wj
(2)
c) HasH nHai rata-rataperbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. d) Langkah selanjutnya yaitu menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan hasil· nilai ukur rata-rata penyebaran kuesioner menggunakan persamaan: .
W;
X j
=
:Lw;
(3)
e) Jika tidak konsisten maka pengambilan data ulangi dengan menggunakan Persamaan : Amaks = E, x llt + Ez X bl + E3 X Ct
=x
CI = (2maks -n)
(n-l) =
(x-3) (3-1)
(4)
=y
137
Mengulangi langkah c, d, dan e untuk seluruh tingkat hierarki. f) Memeriksa konsistensi hierarki.
Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat indeks konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempuma agar menghasilkan keputusanyang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempuma, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sarna dengan 10% dengan menggunakan Persamaan 5 di bawah ini. CR
CI Rl
(5) Menurut Perrnadi (1992) untuk mengetahui CI cukup baik atau tidak, perlu diketahui consistency ratio (CR) yang merupakan parameter untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak. Penyusunan matrik perbandingan dapat diterima apabila CR :'S 0, I dan bila CR > 0,1 perbandingan diubah hingga CR :'S 0,1. g) Untuk menilai kondisi sub elemen bangunan yang merupakan eIemen pada tingkat paling bawah pada struktur hierarki dan meningkat hingga diperoleh nilai indeks kondisi gabungan. Indeks kondisi sub elemen tergantung pada jenis kerusakan (Tj), tingkat kerusakan (Sj), kuantitas kerusakan (Dij). lndeks kondisi sub elemen gedung dengan menggunakan Persamaan 6. Cl
SE
=C
-
t... f hoi
a
(r
j'
S jD
lj
}xF
V, d)
j:l
(6)
dengan:
CISE : indeks kondisi sub elemen;
C : konstanta (nilainya = 100); a: nilai pengurang; p: jumlahjenis kerusakan untuk kelompok sub elemen yang ditinjau;
ril : jumlah tingkat kerusakan untukjenis kerusakan ke-i;
Tj : jenis kerusakan;
Sj : tingkat kerusakan.
h) Untuk menilai kondisi bangunan dilakukan dengan menghitung nilai indeks kondisi bangunan yang merupakan penggabungan dua atau lebih nilai kondisi dikalikan dengan bobot fungsional (Composite Condition Index) seperti pada Persamaan 7. Indeks kondisi gabungan mempunyai skala nilai antara (nol) hingga 100 (seratus).
°
CI
= WI..C.
+ W 2 .C 2 +
+ Wn,C n
atau CI =
f
(w i XCi)
(7)
;=1
dengan:
CI = Indeks kondisi gabungan
Wi = Bobot sub elemen ke-i
Ci = Nilai kondisi sub elemen ke-i
n = Banyaknya sub elemen 3. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka dilakukan analisa terhadap estimasi biaya perbaikan sesuai dengan analisa SNI 2002 dan juga dari hasil wawancara dengan
138
Pro siding Asesi Pembangunan Infrastruktur Aceh (API Aceh) Banda Aceh - 26 Mei 2011, ISBN: 2086·5244
beberapa praktisi lapangan. Estimasi biayanya didapat· dari besarnya volume pekerjaan dikalikan dengan harga satuan pekerjaan yang ditarnbah dengan harga pembongkaran yaitu nilainya sarna dengan harga satuan pekerjaan menurut masing masing item pekeljaan, dikurangi harga bahan dan material sesuai analisa SNI 2002. Jadi untuk harga pembongkaran, harganya sama dengan harga satuan pekerjaan upah tenaga kerja saja untuk pekerjaan yang dimaksud.
3.
KAJlAN PUSTAKA
Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau komponen bangunan akibat penyusutanlberakhimya umur bangunan, atau akibat utah manusia atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang sejenis (Anonim, 2(08). Untuk menilai kondisi bangunan dapat dilakukan dengan menetapkan nilai indeks kondisinya, yang merupakan penggabilngan dua atau lebih uilai kondisi komponen dikalikan dengan bobot masing-masing. PerlJitungan indeks kondisi gabungan dilakukan bertahap, dimulai dari lndeks Kondisi Sub Komponen (lKSE) yang merupakan komponen pada tingkat paling bawah pada struktur hierarki dan meningkat hingga diperoleh indeks kondisi gabungan yang dirumuskan Hudson ( 1997) seperti yang dikutip oleh Seputro (2008). Besamya nilai fuktor koreksi untuk setiap jenis kerusakan. yang teIjadi ditetapkan dengan mempertimbangkan prioritas bahaya kerusakan menggunakan faktor koreksi yang ditemukan oleh Uzarski (1997) yang tertulis dalam Seputro (2008). Sumber: Uzarski dalam Bintaro (2007) Nilai indeks kondisi gabungan dapat digunakan sebagai dasar dalam penanganan bangunan, dengan berpedoman pada skala indeks kondisi berdasarlcan Mckay (1999) dalam Seputro (2008). AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hierarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan·mensintesis berbagai pertimbangan i.ni Wltuk ·menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan· bertindak tmtuk: mempengaruhi hasil pada situasi tersebut (Permadi,I992). Seputro dkk (2008) melakukan penelitian W1tuk menghitung indeks kondisi bangunan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada SLTP Negeri I Pakem dengan hasil penelitian berupa penetapan prioritas penanganan pemwatan komponen bangunan gedWlg sekolah akibat usia bangunan. Hasil penelitiannya adalah prioritas penanganan pemeliharaan adalah sub bangunan halarnan, pagar, dan terakhir gedung karena dalam penelitiannya komponen gedWlg di bagi pada sub bangunan halaman, pagar dan halaman. Suparjo dkk (2009) melakukan penelitian serupa terhadap bangunan gedung akibat bencana gempa bumi pada bangunan gedWlg Akademi Keperawatan Panti Rapih di Daerah Istimewa Yogyakarta Pada penelitiannya perhitungan bobot dimulai dari tingkat paling atas pada hirarki bangunan gedung, yaitu dimulai dari perhitungan bobot struktur dan non struktur. Perhitungan ini didasarkan atas kriteria yang dipilih yang meliputi keamanan, kenyamanan dan keindahan. Hasil penelitiannya adalah gedWlg tersebut termasuk kategori kerusakan ringan, dan estimasi biaya perbaikan lOOih besac dari kondisi nonnal karena banyak dipengaruhioleh kondisi darurat pasca bencana Soeharto (1997:52) mendefinisikan biaya sebagai jumlah segala usaha pengeluaran yang dilakukan dalam mengembangkan dan memproduksi suatu· produk. Biaya diperlukan wrtuk membandingkan atau mengukur fakta-fakta biaya, yang terkumpul pada tahap informasi. Estimasi biaya merupakan proses pedJitungan volmne pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan, peralatan, tenaga kerja dan pekerjaan yang teljadi pada suatu konstruksi.
139
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
SD 1 dan SMP 1 Bambi yang betjarak sekitar 10 Ian dari pusat Kota Sigli ini merupakan salah satu sekolah tertua di Kabupaten Pidie. Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah masing-masing diketahui kedua sekolah ini sudah berdiri 32 tahun yang lalu dan telah dilakukan renovasi untuk beberapa ruang kegiatan belajar dan ruang guru dan kepala sekolah. SD I memiliki 16 ruang kegiatan belajar, ruang kantor guru dan kepala sekolah, pustaka dan toilet. Sekolah ini memiliki luas area 4.510 m2 dengan luas bangunan keseluruhan yaitu 1.209,15. Jumlah ruang kegiatan belajar yang masih digunakan yaitu 10 RKB dari total 16 RKB. Sedangkan SMP 1 memiliki 12 ruang kegiatan belajar, 2 ruang kantor guru dan kepaia sekolah, laboratorium, pustaka dan toilet. Sekolah ini memiliki luas area yang sangat besar yaitu sekitar 7.452 m2, dengan luas bangunan yang ada di dalamnyayaitu 1.009,69 m2• Identifikasi kerusakan adalah pada komponen bangunan yang bisa di Iihat saja secara visual seperti identifikasi kerusakan pada plafon, lantal, dan kaca jendela Sedangkan kerusakan yang tidak dapat di lihat seperti kerusakan pondasi dan sloof tidak di identifikasikan dan tidak dilakukan pengukuran. Untuk menghitung bobot prioritas komponen gedung, terlebih dahulu bangunan disusun dalam suatu hiernrki kemudian penetapan bobot dapat dilakukan menggunakan metode multikriteria Untuk nilai perbandingan terhadap masing-masing kriteria ditentukan oleh peneliti, dimana peneliti dianggap ekspert seperti terlihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabell. Perhitungan Bobot Prioritas untuk Kriteria Keamanan Kenyamanan
Keamanan
Keindahan
3
Kenyamanan
5 3
1/3 =0.3333
Keindahan
i/5
=
0.2
1I3 =0.333
Setelah nilai perbandingan didapat, kemudian di hitung bobot prioritas untuk semua criteria selanjutnya dilakukan penentuan nilai perbandingan untuk mendapatkan prioritas komponen bangunan yang merupakan hasil penyebaran kuesioner dengan responden sebanyak 31 responden di Provinsi Aceh. Perhitungan bobot prioritas komponen struktur dan non-struktur seperti terlihat pada Tabe12. Tabel2. Bobot Struktur & Non Stru1qur Struktur
Non-sbuktur
Keamanan
0.8149
0.1251
Kenyarilanan
0.8333
0./661
Keindahan
0.2000
0.8000
k.keamanan
k.kenyamanan
Total
k.keindahan
score akhir
Strulctui
0.8149
0.6334
·0.8333
0.2605
0.2000
0.1061
0.1925
Non-struktur
0.1251
0.6334
0.1661
0.2605
0.8000
0.1061
0.2015
Tabel 3. Reka itulasi Bobot Men Bobot Nonnalisasi
No.
Komponen
a
B
C
Struktur
0.7925
140
D
.No.
MetodeAHP Komponen
Bobot
a
B
c
D
23
Pintu
0.1598
1
Prosiding Asesi Pembangunan Infrastruktur Aceh (API Aceh) Banda Aceh - 26 Mei 2011, ISBN: 2086-5244
2
Non-struktur
0.2075
24
Kusen
0.1ll7
0.6252
25
Daun
0.4657
Struktur 3 Bawah 4
Struktur Atas
0.2474
26
Engsel
0.1655
5
Struktur Atap
0.1273
27
Handel
0.1179
6
Pondasi
0.8220
28
Cat
0.1391
29
lendela
0.0807
30
Kusen
0.1173
31
Daun
0.4667
32
Engsel
0.2004
33
Handel
0.1098
I
7
Sioof
0.1780
8
Ringbalk
0.0904
9
Balok
0.2210
10
Kolom
0.6887
II
Kuda-kuda
0.7173
I
I
12
RangkaAtap
0.2827
34
Cat
0.1057
13
Ruangan
0.6973
35
Lantai
0.1214
14
Penutup Atap
0.3027
I
Penutup 36
0.4333 Lantai
15
Plafon
0.1791
37
Dasar
0.5667
0.2546
38
Seng
0.4551
0.4908
39
Bubungan
0.5449
Penutup 16 Plafon 17
Rangka
18
Cat
0.2546
19
Dinding
0.4591
20
Pas.Bata
0.4972
21
Plestei-an
0.2178
22
Cat
0.2850
Untuk mendapatkan tingkat kerusakan bangunan dilakukan perhitungan' indeks kondisi bangunan secara bertahap sesuai dengan susunan hirarld komponen bangunan dimulai dan Indeks Kondisi Sub Elemen (IKSE) yang merupakan komponen pada tingkat paling hawah pada struktur hierarki dan meningkat hingga diperoleh indeks kondisi gabungan. . Penilaian indeks kondisi dimulai dati menilai kondisi komponen terkecil (sub komponen) kemudian menghittmg nilai indeks kondisinya, serta berturut-tmut menghittmg indeks kondisi komponen (sam tingkat lebih tinggi pada struktur hierarlci) dan seterusnya meningkat hingga diperoleh indeks kondisi bangunan yang merupakan indeks kondisi gabungan dengan mempertimbangkan bobot masing-masing. Tabel 4. Perhitungan Indeks Kondisi Struktur Indeks Kondisi No.
Kompooen
Bobot
Indeks Kondisi (%)
Komponen (%) SD I
SMP I
SD I
SMPI
(c x
c
d
e
Struktur Alas
0,2474
69,46
82,78
17,18
20,48
2
SIruktur Bawah
0,6252
100
100
62,52
62,52
3
Struktur Atap
0,1213
69,7
69,74
8,87
8,88
a
B
(c xe) d)
141
lndeks Kondisi No.
Komponen
lndeks Kondisi
Komponen (%)
Bobot
(%)
SMPI
SO I Indeks Kondisi Struktur
Tabel 5. Perhitungan lndeks Kondisi Non-struktur Indeks Kondisi
SO I
SMPI
88,57
91,88
lndeks Kondisi
(%)
Komponen (%) No.
Komponen
Bobot SMPI
SO I a B c
2
SO I
SMP
1
d
e
(cxd)
(cxe)
R,\angan
0,6973
70
n,n
48,8\
50,70
Penutup Atap
0,3027
55,72
51,63
16,87
15,63
65,7
66,33
Indeks Kondisi Non-struktur
Dari Tabel 5 menjelaskan bahwa indeks kondisi non-struk:tur untuk bangunan SO 1 di dapat sebesar 65.7% dan SMP 1 sebesar 66,33%. Nilai ini didapat dari penjumlahan basil perkalian indeks kondisi komponen ruangan dan penutup atap dengan bobot masing-masing komponen. Tabel 6. Perhitungan Indeks Kondisi Bangunan Indelcs Kondisi Komponen
No.
A
2
Indelcs Kondisi (%) Bobot
Komponen (%) SD I
SMP I
SD I
SMP I
b
c
d
e
(c xd)
(c xc)
Struktur
0,7925
&&,57
91,&&
7
72,&2
Non-struktur
0,2075
65,7
66,33
13,63
13,76
83,82
86,58
Indelcs Kondisi Bangunan
Dapat dijelaskan bahwa indeks kondisi bangunan gedung sekolah SO 1 adaJah 83.82%, dan SMP 1 adaJah 86,58%. dimana sesuai dengan skala indeks kondisi dikategorikan dalam zona 1 yaitu dalam kondisi baik: hanya tetjadi deteriorasi atau kerusakan keeil. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan yang memperlihatkan adanya kerosakan ringan pilla komponen struktur seperti pada kolorn, sedangkan pada komponen non-struktur mengalami kerosakan bernt. Akan tetapi karena indeks kondisi ini dipengaruhi oleh nilai bobot prioritas, maka hasil untuk indeks kondisi akhir bangunan sangat dipengaruhi oleh bobot prioritas komponen struktur yangjauh lebih besar dari bobot non-struktur.
Perhitungan estimasi biaya dihitung dengan analisa SNI 2002 menggunakan daftar satu3n harga Kabupaten Pidie. Total estimasi biaya untuk pembangunan gedung barn SO 1 Bambi yaitu sebesar Rp 2.771.580.000,.sedangkan untuk sekolah SMP 1 Bambi yaitu sebesar Rp 2372.097.000. Besamya estimasi biaya perbaikan komponen bangunan yang mengalami kerusakan pada SO I Bambi yaitu Rp. 342.302.000, sedangkan estimasi biaya perbaikan SMP 1 Bambi yaitu Rp 366.176.000. Tabel 7. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Perbaikan SD 1 dan SMP 1
JumIah Harga
Jumlah Harga No
II
142
Uraian Pekerjaan
No.
Uraian Pekerjaan
(Rp)
Persiapan (pernbongkaran)
9,500.000
Beton & Pasangan
89,064,616
(Rp) Persiapan (pembongkaran)
n
Lantai dan Dinding
9,500.000 89,064,616
Prosiding Asesi Pembangunan Infrastruktur Aceh (API Aceh) Banda Aceh - 26 Mei 2011, ISBN: 2086-5244
III
Atap & Plafood
IV
Pengecatan & Fmishing
145,401,443
III
67,217,292
IV V
Atap KlL~en,
145,401,443 pintu, jendela
67,217,292
Total
311,183,351
Peng,unei,pcnggantung
311,183,351
PPN 10"/0
31,118,335,1
Vl
Piafond
31,118,335,1
Total
342,301,686
VII
Pengeeatan
342,301,686
342.302.000
VIII
Sanitasi air
342.302.000
Dibulatkan
Total
332,887,160
PPN iO%
33,288,726
Total
366,175,876
Dibulatkan
366,176,000
Untuk perhitungan biaya perbaikan sekolah SD I dan SMP I Bamb~ Ilarga peketjaan persiapan (pembongkaran) didapat dari basil penyebaran kuesioner kepad responden. Dari hasil penyebaran kuesioner didapat harga pekerjaan persiapan (pembongkaran) untuk bangunan SD 1 Bambi sebesar Rp. 9.500.000, sedangkan untuk SMP 1 Bambi didapat harga sebesar Rp. 13.000.000. Perbedaan harga ini disebabkan vollHIle kerusakan SMP I lebih besar, karena terdapat kerusakan hampir disetiap bangunan. Besamya persentase biaya perbaikan gedung sekolah SD I sebesar 12,35%, sedangkan SMP I didapat sebesar 15,44% dari estimasi biaya pembangunan gedung sekolah yang barn. Ini menunjukkan bahwa tingkat kerusakan bangunan termasuk kategori kerusakan ringan yang biaya perbaikan maksirnumnya 35% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru untuk ripe bangunan dan lokasi yang sama sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor24/FRTlM/2oo8 (2008: 15). No
Sekolah
Tabel 8. Perhitungan Persentase Biaya Perbaikan Estimasi Biaya Estimasi Biaya Persentase Total (Rp)
A
2
Perbaikan (Rp)
(%)
Tingkat Kerusakan
Max
Max
Max
35%
45%
65%
f
g
H
B
e
D
e(dle)x 100"10
SD 1
2.771.580.000,
342.302.000
12,35
~
SMP 1
2.372.097.000
366.176.000
15,44
~
5. KESIMPULAN Kesimpulan yang di dapat dari hasil penelitian ini ~ah: •
Dari penyebaran dan hasil pengolahan kuesioner didapat nilai bobot prioritas perbaikan terhadap komponen bangunan sekolah, yaitu struktur sebesar 0,7925 dan non-struktur sebesar 0,2075 yang artinya komponen struktur lebih diprioritaskan dala perbaikan daripada non-struktur.
•
Pada SD I Bambi, indeks kondisi komponen struktur yaitu sebesar 88,57% dan komponen non-struktur sebesar 65,7%. Untuk SMP 1 Bambi, indeks kondisi komponen struktur yaitu sebesar 91,88% dan komponen non-struktur sebesar 66,33%. Ini menunjukkan bahwa seiring dengan lamanya umur pemakaian maka kerusakan yang terjadi lebih banyak pada komponen non-struktur.
•
Nilai indeks kondisi bangunan gedung SD 1 Bambi adalah 83,82% dan SMP I Bambi sebesar 86,58%. Sesuai dengan skala indeks kondisi termasuk zona 1 yang artinya
143
dalam kondisi baik hanya terjadi deteriorasi atau kerusakan keci\. Agar Indeks Kondisi kembali seperti semula (100%) maka biaya perbaikan ditaksir akan memakan biaya sebesar Rp. 342.302.000,00 dan Rp. 366.176.000,00 atau nilainya 12,35% dan 15,44% dari total biaya pembangunan bangunan sekolah baru. •
Komponen-komponen bangunan yang estimasi biaya perbaikan paling besar berturut turut yaitu plafon, kusen pintu dan jendela, beton dan pasangan, lantai dan dinding, dan pekerjaan pengeeatan. .
6.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2008., Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 24IPRTIM/2008 Tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung., Jakarta. Hudson, Hass & Uddin., 1997., Infrastructure Management., Me Graw Hill Companies. Permadi, B., AHP, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta Seputro, B. P., Priyosulistyo dan Sudarmoko, 2008, Sistem Pendukung Keputusan Alternatif Pemeliharaan Gedung Sekolah, Forum Teknik Sipil NoXVIII. Soeharto, I., 1995, Manajemen Proyek (Dari Konseptual sampai Operasioanal), Penerbit Erlangga, Jakarta Suparjo, I., .Priyosulistyo, dan Sudarmoko., (2009) Perhitungan Indeks Kondisi Bangunan Dan Analisis Biaya Perbaikan Gedung Akademi Keperawatan panti Rapih Pasca Gempa., Forum Teknik Sipil NoXIXII
144