Balikpapan. Bintan. Sumbawa

118

Travel | Balikpapan, Bintan, Sumbawa

Balikpapan

Bintan Sumbawa

Take advantage of the low season and the lower airfares that come with it. Go island-hopping across Garuda Indonesia’s extensive network of domestic destinations to discover the multi-faceted beauty of Indonesia. Here we present three destinations worth adding to your itinerary. Words by Jack Orchard, Mark Eveleigh, Stephanie Brookes and Agung Pramudyo

© Dudarev Mikhail / Shutterstock


119

Manfaatkan low season dan harga tiket yang terjangkau untuk berwisata ke pulau-pulau indah di jaringan domestik Garuda Indonesia. Di edisi ini kami sajikan tiga tujuan yang layak ditambahkan ke jadwal perjalanan liburan Anda.

120


Sungai Wain Protected Forest offers visitors to Balikpapan a chance to get a feel for the great jungle island of Borneo.

Travel | Balikpapan, Bintan, Sumbawa © Peter Ptschelinzew / Getty Images

BALIKPAPAN Long a major lure for foreign professionals, Balikpapan is set to become Garuda Indonesiaí s fth Indonesian hub (after Jakarta, Bali, Medan and Makassar). Kalimantaní s cosmopolitan ë oil cityí is looking forward to a slick future as a touristic highlight of the region. Words by Jack Orchard Ií d been in Balikpapan for three days before I met my rst real local. Many people had claimed to be from this busy port on Kalimantaní s southeast coast, but as our conversation progressed I invariably came to learn that they were actually born in Sulawesi, Java, Bali, SumatraÖ Kota Minyak (Oil City), as ití s called, is officially second only to Jakarta in the number of official expat workers registered here. Balikpapan could be the worldí s most cosmopolitan city. ì I was born and raised here,î Pak Ibrah was telling me. ì My parents grew up here too.î I realised that this was about as close to a local as I would ever get. Most experts believe that there were never indigenous Dayak communities here. When oil was discovered in 1897, Balikpapan was nothing but an isolated village of Bugis shermen.

© Soe Myint / Getty Images

Pak Ibrah has been working as a driver at the 4-star Novotel Balikpapan for well over a decade and has seen a lot of changes in his hometown. With the opening of the cityí s new airport terminal (Indonesiaí s ft h-biggest) he can expect to see a whole lot more if Balikpapaní s new ambitions as a tourist centre become a reality. We were driving along the waterfront highway that the locals call simply Jalan Minyak. ë Oil Streetí sweeps in a great arc

between the green expanses of Merdeka Square and little Kemala Beach. On Sunday mornings the section of the road alongside the park is closed to traffic. For a few hours it becomes the venue for what must certainly be the liveliest weekly street-party on Borneo island. From early morning the townspeople begin to ock out en masse to jog, cycle, skate (and even stilt-walk) along the tarmac in a veritable festival of tness fever. So many are clearly dressed to impress and out for light-hearted fun that the street takes on the atmosphere almost of a carnival. As the tropical sun begins to take hold, however, many people leave to make the short journey up the coast to the seemingly endless expanse of white sand at Manggar Beach, where they rent innertubes and ride in atable banana boats. Manggar village remains a colourful jumble of shing boats and skiffs, with nets hanging out to dry and fearless little boys leaping off the bridge to plunge into the waters below. I was still in search of something undeniably local, so Pak Ibrah drove me to the succulent crab eateries at the edge of the city. Kenari is undoubtedly Balikpapaní s premier crab venue, but it turned out to be so popular that they had no crabs left and had to close for the day! Dandito Restaurant (more simple, less expensive, and more ël ocalí ), however, still had a supply of what turned out to be the most delicious soft-shelled crabs Ií ve ever eaten.

For a real taste of this great jungle island, take a short trip to Sungai Wain Protected Forest.

In a longboat on the Mahakam river tour.

Balikpapaní s crimson sunbird.

121

122

Travel | Balikpapan, Bintan, Sumbawa 5 Senses ñ Sight SUN BEARS

The most famous place to watch the Borneo sunset seep across Oil City is from Skybar (on the roof of Senyiur Hotel). ì Even the crabs are foreigners,î Pak Ibrah joked. ì Theyí re from up the coast and are own down here every day.î Balikpapan has come a long way since its days as a Bugis s hing village, but even in the modern city centre most activity tends to take place close to the waterfront. The colourful hubbub of humanity around Klandasan s h market is still the focus of activity early in the morning, but towards nightfall the action shifts to the timber boardwalk around Oceaní s Restaurant where you can dine on delicious Indonesian seafood, Italian pasta, Alaskan king crab or Indian vindaloo while watching the twinkling lights of the oil rigs ickering on the horizon. The most famous place to watch the Borneo sunset sweep across Oil City is from Skybar (on the roof of Senyiur Hotel), but, better still, head to the convoluted tangle of terraces and labyrinthine gardens at Open House. Hotelier/musician Yusi Ananda built this establishment in the spirit of a wonderfully relaxing private house and garden full of cosy niches and sheltered pagodas. From here, on the crest of Malang Hill, you can gaze

across a hilly cityscape that is still delightfully punctuated with trees. Metaphorically as well as literally youí re still a long way from the fabled ëh eart of Borneoí though. For a real taste of this great jungle island, take a short trip to Sungai Wain Protected Forest. This is said to be the last extensive tract of lowland rainforest left in Borneo and is home to an incredible diversity of wildlife, including orangutans, sun bears, leopards and hornbills. ì This forest has become most famous as the last place in the world where you can see wild Bornean peacock-pheasants,î Frank Rheindt, a Swiss birdwatcher from the National University of Singapore, told me as we sat under the shade of the towering bangkirai trees. ì A mini tourism industry has built up in Sungai Wain just for birdwatchers who are lured here for this single spectacular sighting.î Indonesiaí s fth-biggest airport is still just on the verge of opening, but it seems that already Balikpapan has a few unexpected treats when it comes to luring visitors.

The ë Dream Gardení at Open House is a wonderful place to spend an afternoon relaxing in Balikpapan.

© Jack Orchard

Keep your eyes open for foraging sun bears in their natural habitat. Bennie was an orphan sun bear (now adopted by Novotel). Heí s a partial invalid because, in their effort to keep him as a cuddly pet, his previous owners pulled out his claws and teeth. The sun bear is the mascot of Balikpapan, and the Environmental Education & Recreation Facility, just an hour north of the city, is a wonderful place to see this rare animal in action. www.beruangmadu.org

Pusatkan perhatian Anda ke beruang madu yang sedang mencari makan di habitat aslinya. Bennie adalah beruang madu yatim piatu (sekarang diadopsi oleh Novotel). Beruang ini memiliki anggota tubuh yang tak lengkap karena pemilik sebelumnya mencabut cakar dan taringnya dengan maksud menjadikannya sebagai binatang peliharaan. Beruang madu adalah maskot dari kota Balikpapan. Jadi, jangan lupa kunjungi Pusat Pendidikan dan Rekreasi Lingkungan, yang berjarak satu jam jauhnya dari kota, untuk melihat binatang yang langka ini.


123

© Jack Orchard

Setelah lama menjadi kota yang memikat para profesional asing, Balikpapan kini menjadi kota transit Garuda Indonesia yang kelima di Indonesia (setelah Jakarta, Bali, Medan dan Makassar). Kota metropolis di Kalimantan yang kerap dijuluki ë kota minyakí ini tengah menuju masa depan yang cerah sebagai kota tujuan pariwisata. Saya telah berada di Balikpapan selama tiga hari sebelum akhirnya bertemu dengan penduduk lokal. Banyak orang mengaku berasal dari kota ini, tapi pada akhirnya terungkap bahwa mereka lahir di Sulawesi, Jawa, Bali atau Sumatera. Sering disebut sebagai ë Kota Minyakí , Balikpapapan telah resmi menjadi kota dengan jumlah migran terbesar kedua setelah Jakarta. Bisa jadi suatu saat nanti Balikpapan menjadi kota paling metropolis di dunia. ìSa ya lahir dan dibesarkan di sini,î kata Pak Ibrah. ì Orangtua saya juga dibesarkan di sini.î Sejauh ini penduduk asli Balikpapan yang dapat saya jumpai hanyalah Pak Ibrah. Banyak ahli percaya bahwa suku Dayak asli tidak pernah tinggal di sini. Saat minyak bumi ditemukan pada tahun 1897 Kota Balikpapan tak lebih dari sebuah desa nelayan Bugis yang terisolasi. Pak Ibrah telah bekerja sebagai sopir di Novotel Balikpapan, selama lebih dari sepuluh tahun dan telah menyaksikan banyak perubahan di kota kelahirannya ini. Dengan dibukanya bandara baru (terbesar kelima di Indonesia) beliau mengharapkan banyak perubahan akan terjadi terutama saat impian Balikpapan menjadi kota tujuan wisata menjadi kenyataan. Kami berkendara di sepanjang jalan bebas hambatan di tepi laut. Jalan ini kerap disebut Jalan Minyak, dibangun membentuk sebuah tikungan besar antara hamparan hijau Lapangan Merdeka dan pantai kecil bernama Kemala. Ruas jalan di sepanjang taman ini ditutup pada hari Minggu. Tempat ini menjadi pusat keramaian di pulau Kalimantan dalam waktu beberapa jam saja. Penduduk kota mulai memadati area ini sejak pagi, baik untuk sekedar berlari pagi, bersepeda, bermain skateboard atau sekedar berjalan kaki di sepanjang lintasannya. Banyak pengunjung memakai pakaian menyolok yang menarik perhatian sembari bersantai menikmati suasana hiruk-pikuk yang ceria. Saat matahari mulai terik, banyak orang meninggalkan tempat ini untuk menuju hamparan pantai pasir putih nan luas di Pantai Manggar, di mana mereka dapat menyewa ban pelampung dan banana boat untuk bermain di laut.

On Sundays the main road ñ so-called Oil Street ñ alongside Merdeka Square becomes a veritable street carnival. Manggar Beach, just half an hour up the coast from Balikpapan city centre, is perhaps Borneoí s liveliest beach. Balikpapan has a reputation for being one of Indonesiaí s cleanest cities.

124

Travel | Balikpapan, Bintan, Sumbawa © Christian Aslund / Getty Images

Tourists viewing wildlife at Samboja Lodge, Balikpapan.


5 Senses ñ Touch SPA

© Christian Aslund / Getty Images

Feel the soothing sensations of a Martha Tilaar (www.marthatilaar. com) massage and body scrub in the lovely spa at Novotel Balikpapan. The ginger massage is a particular speciality, but the beras (rice) and ower body scrub is sure to leave you feeling thoroughly refreshed and rejuvenated after a day trekking in the Borneo jungle. Novotel Balikpapan offers wonderfully comfortable and spacious double rooms from US$123 per night. www.novotelbalikpapan.com T. 62 5 4282 0820

© Mark Eveleigh

Sedangkan Desa Manggar masih tetap sebuah desa berhiaskan hamparan kapal nelayan dan perahu kecil berwarna-warni, dengan jaring penangkap ikan terbentang dan bocah-bocah melompat dari jembatan untuk terjun ke air laut yang menyegarkan.

ì Bahkan kepiting di sini juga bukan asli dari sini,î canda Pak Ibrah. ì Mereka didatangkan dari pesisir dan diterbangkan ke sini setiap harinya.î Balikpapan telah jauh berubah dari saat tempat ini masih berupa pemukiman nelayan Bugis, tapi, keramaiannya masih berpusat di dekat pantai. Warna-warni kehidupan di awal hari terjadi di sekitar pasar ikan Klandasan yang masih menjadi pusat aktivitas sampai saat ini. Menjelang malam, keramaiannya berpindah ke jalan kayu di sekitar restoran Ocean, sebuah restoran di mana aneka hidangan seafood, pasta Italia, kepiting raksasa dari Alaska atau vindaloo India dapat dinikmati sambil menyaksikan taburan cahaya kilang minyak lepas pantai nan jauh di cakrawala. Tempat yang paling terkenal untuk menikmati senja Kalimantan di atas Kota Minyak adalah dari Skybar (terletak di atas gedung Senyiur Hotel). Namun untuk pemandangan yang lebih baik lagi cobalah menuju beranda yang berpetak-petak dan taman labirin Open House. Hotelier/musisi Yusi Ananda membangun gedung ini untuk dijadikan sebagai rumah pribadi yang nyaman dengan kebun yang berkelok-kelok dan pagodapagoda yang tersembunyi. Dari sini, di puncak Bukit Malang, Anda dapat menikmati hamparan pemandangan kota berbukit dengan pohonpohon nan hijau bermunculan di sela-selanya.

Sesungguhnya Anda masih berada jauh dari ëj antung Kalimantaní . Akan tetapi jika ingin mencoba suasana hutan di pulau ini, cobalah untuk mengunjungi Hutan Lindung Sungai Wain. Banyak yang mengatakan hutan ini merupakan area terluas dataran hutan tropis yang tersisa di Kalimantan dan juga merupakan rumah dari banyak binatang liar, termasuk orang utan, beruang madu, macan tutul dan burung rangkong. ì Hutan ini terkenal sebagai tempat terakhir di dunia di mana Anda masih dapat melihat burung merak Kalimantan liar,î tutur Frank Rheindt, peneliti burung berkebangsaan Swiss dari Universitas Nasional Singapura, kepada saya ketika kami duduk dibawah rimbunan pohon bangkirai. ì Industri pariwisata skala kecil disini telah membangun Sungai Wain untuk para peneliti burung yang datang khusus untuk melihat pemandangan yang tak ternilai ini.î Bandara kelima terbesar di Indonesia baru saja akan dibuka, akan tetapi Balikpapan sepertinya telah menawarkan sesuatu yang tak terduga kepada para pengunjungnya.

© Poznyakov / Shutterstock

Saya mencari sesuatu yang khas dari daerah ini, dan Pak Ibrah mengantarkan saya untuk mencicipi kepiting di ujung kota. Kenari dikenal sebagai tempat menyantap kepiting yang populer, tapi sayang, karena kepopulerannya, kepiting di tempat ini cepat habis dan restoran tersebut harus tutup di siang hari! Restoran Dandito (lebih sederhana, lebih murah dan lebih ël okalí ) saat itu ternyata masih memiliki stok kepiting yang menurut saya adalah kepiting kulit lunak paling lezat yang pernah saya makan.

Nikmati sensasi pijatan dan body scrub di Martha Tilaar spa Novotel Balikpapan. Pijatan dengan ramuan berbahan dasar jahe ini adalah menu spesial mereka, akan tetapi coba juga body scrub yang terbuat dari beras dan bungabungaan dengan pijatan lembut terapis yang terlatih untuk membuat badan Anda terasa lebih segar dan ringan setelah seharian berjalan kaki menyusuri hutan Kalimantan.

JAKARTA TO BALIKPAPAN Flight time

1 hr, 50 mins

Frequency

63 i ghts a week

Young orphan orang-utan playing in the forest. An employee of Sungai Wain Protected Forest surveys the grounds.

• Balikpapan

125

126


Courtesy of Nirwana Gardens

BINTAN Lying less than 60km offshore from the clamour of Singaporeí s concrete jungle, the endless beaches and rolling forest landscapes of Bintan Island have made it one of the emerald treasures in these tropical seas. Words by Mark Eveleigh

Seeing little Bintan as just a dot on the map north of mighty Java, Ií d always pictured it as a tiny islet. Therefore the drive north from Tanjung Pinang airport brought several surprises. ì Most people never realise that Bintan is actually twice the size of Singapore,î said driver Budi Indrah as he steered us along a rollercoaster road through dense forest, ì and theyí re always surprised to hear that ití s still 70% covered in jungle.î Almost the entire centre of this little emerald isle remains forested since the 335,000 people (one-15th of Singaporeí s population) who are fortunate enough to live here have traditionally lived and worked

around the coast, as shermen, traders and, more recently, in the tourism industry. A clue to why few people realise that Bintan is so relatively large came an hour later, as Budi and I drove through the big security gate into the so-called ë Resort Zoneí . Almost the entire top quarter of the island has been converted into a tropical tourist playground where the simple pleasures of glorious beaches are boosted by a selection of some of the regioní s most popular luxury hotels. Some people come here to relax, to breathe clean air and recover from the stress of another high-powered week in Singapore or

Travel | Balikpapan, Bintan, Sumbawa © Mark Eveleigh

5 Senses ñ Sound Flooded Forest

Jakarta. A spot of snorkelling or a round of golf at Ria Bintan (often described as the best golf course in Asia) might be the extent of their exercise. Others, like me, come here for the incredible variety of action activities that the Resort Zone offers. Under Budií s guidance Ií ve already explored the highlights of old Pulau Bintan: the waterfront of Tanjung Pinang; the jungle roads around rearing Bukit Bintan; the majestic Buddhist temples (pride of the islandí s big Chinese-descended community); the stretches of white sand and shing villages along endless Trikora Beach. Now Ií m on my way to Nirwana Gardens, the adventure-action centre-point of the Resort Zone. This complex, laid out across an immense beachfront acreage of rolling lawns and sinuous swimming pools, has gained a reputation as a haven of peace and tranquillity at the centre of a virtual cyclone of adrenaline-fuelled activities. I wake early in my Nirwana suite to enjoy a sunrise walk along the beach, building an appetite for a sumptuous buffet breakfast. An hour later Ií ve already accelerated into my day (literally) at the controls of a roaring quad-bike. An hour after that and Ií ve shot off a box of bullets on the ri e range and a quiver of arrows at the archery targetsÖ and courtesy of that strange uke known as beginnerí s luck, Ií ve consistently hit the bullí s-eye on both. From here, however, we head to the go-kart track, where the best I can manage is a close second (out of two) but the adrenalin of those sideslipping chicanes and the 50kph

ë air-coní breeze is such that I doní t notice the growing 36∞ C afternoon heat during the 15-lap race. Here, just one degree north of the equator, weí re grateful that Bintan has the bene t of a blissful sea breeze, and as the temperature climbs still higher we make our way to the refuge of the beach. But ití s not time to rest just yet, and I decide to earn that Bintan sundowner with a session of wake-boarding. It appears that Ií ve exhausted my quota of beginnerí s luck for the day; I spend most of the one-hour session being dragged underwater like a miniature Singapore dredger. Most people return from a holiday on Bintan feeling refreshed, rejuvenated and thoroughly relaxed. I wake on my last morning at Nirwana Gardens feeling battered but thoroughly invigorated. Palms blistered and shoulders tingling with the healthy ache that is a reminder of a well-spent weekend. Everybody will have their own idea of the perfect journey into the Resort Zone, but it seems that whatever youí re looking for ñ peace and quiet or a shot of rock-and-roll adrenalin ñ Bintan delivers.

One of Bintaní s perfect beaches forms the waterfront of Nirwana Gardens Resort. Much of Southeast Asia was once covered in mangrove forests and Bintan offers a wonderful opportunity to explore these unique habitats.

Tourists ride the Sumatran elephants at Bintan. Sambar deer in a park in Bintaní s Resort Zone. This area is earmarked for eventual development as luxury homes.

Listen to the soft lapping of waves among the tangled roots of the mangrove forest as you take a boat trip up Sebung River. Maradu Simangunsong has been a wilderness guide here for 13 years and has a natural talent for searching out the big mangrove snakes, reclusive miniature bats and the bizarre otherworldly vegetation of this unique habitat. You can still see the remnants of a traditional way of life, based on shing and charcoal burning, but today the mangrove forest is a protected wilderness. Dengarkan suara debur ombak yang menerjang akar hutan bakau saat Anda menumpang perahu menyusuri Sungai Sebung. Maradu Simangunsong telah menjadi pemandu di tempat ini selama 13 tahun dan tahu dimana bisa melihat ular bakau, kelelawar dan tumbuhan tak lazim lainnya yang hanya ada di habitat ini. Anda juga masih bisa melihat sisa-sisa kehidupan tradisional penduduk Bintan yang hidup dari memancing dan membakar arang di tempat ini. Kini, hutan bakau ini merupakan kawasan alam yang dilindungi.

127

128

Travel | Balikpapan, Bintan, Sumbawa © Robert Harding Picture Library Ltd / Alamy © Tom Cockrem / Getty Images © Mark Eveleigh

Indonesian waiter at a hotel in Bintan. Stall selling dried goods in Bintan.

Traditional dancers perform for tourists in Bintaní s Resort Zone.

Terletak di sekitar 60km dari hutan beton Singapura, hamparan pantai dan hutan hijau menjadikan pulau ini bak permata di tengah laut tropis. Melihat Bintan di peta yang hanya berupa titik di bagian utara Jawa yang luas, saya selalu membayangkan Bintan sebagai pulau yang kecil. Karenanya perjalanan darat dari bandara Tanjung Pinang ini pun mengejutkan saya. ì Tak banyak yang tahu bahwa Bintan sebenarnya dua kali lebih besar dari Singapura,î kata sopir Budi Indrah saat mengantarkan kami melewati jalanan berliku berselimut hutan lebat di kanan kirinya, ì dan mereka selalu terkejut begitu tahu bahwa 70% daerah ini masih berupa hutan.î Hampir keseluruhan Pulau Bintan ini adalah hutan rimbun dan dihuni oleh 335.000 orang penduduk, (sekitar 1/15 penduduk Singapura) yang tinggal di sekitar pantai dan hidup dari

melaut, berdagang, dan akhir-akhir ini, dari industri wisata. Salah satu alasan mengapa tak banyak yang mengetahui bahwa pulau ini begitu luas, muncul satu jam kemudian, saat Budi dan saya memasuki gerbang area yang dikenal sebagai ë Kawasan Resorí . Hampir seperempat bagian pulau ini telah diubah menjadi destinasi berlibur bagi para wisatawan di mana pantainya yang indah kini dilengkapi dengan keberadaan hotelhotel ternama. Banyak orang berkunjung ke tempat ini untuk bersantai, menghirup udara segar serta melepas stres dari hari-hari penuh kesibukan di Singapura atau Jakarta. Spot untuk snorkeling atau padang golf di Ria Bintan (sering disebut sebagai padang golf terbaik se-Asia) tersedia bagi mereka yang ingin berolahraga. Sementara bagi yang lain, seperti saya misalnya, datang ke sini khusus untuk menikmati berbagai aktivitas yang ditawarkan Kawasan Resor ini.

130

Travel | Balikpapan, Bintan, Sumbawa © Tom Cockrem / Getty Images

Get up close with the worldí s largest land animal at Nirwanaí s popular elephant show, starring six rescued Sumatran elephants. The great pachyderms are said to be incredibly intelligentÖ which makes you wonder what they think of humans with our apparent obsession with having them play football, toot on harmonicas and dance to ë Gangnam Styleí . Before you leave be sure to take a few minutes to cuddle with the gorgeous Jessy ñ a 3m-long albino python with exquisite blonde markings. Nirwana Gardens can arrange an ë All-iní activity pass, including a visit to Jumbo Park, together with your stay. Nightly rates start from US$189 for the Superior Room. www.nirwanagardens.com T. 65 6323 6636

© Mark Eveleigh

5 Senses ñ Touch Jumbo Park

Go-karting in Bintaní s Resort Zone. Rie range in Bintaní s Resort Zone. The tiny ë Calypso Barí is probably the most romantic sundown spot on Bintan.

Bersama Budi, saya menjelajahi daya tarik klasik dari Pulau Bintan: pantai Tanjung Pinang; jalanan di tengah hutan Bukit Bintan; kuil Buddha besar (kebanggaan penduduk keturunan China di pulau ini); bentangan pantai berpasir putih dan perkampungan nelayan di sepanjang Pantai Trikora. Kini, saya tengah berada dalam perjalanan menuju Nirwana Gardens, pusat petualangan di Kawasan Resor. Nirwana Gardens ini, terletak di atas hektaran taman menghadap pantai dan kolam-kolam renang yang berkelok dan dikenal sebagai oasis di tengah banyaknya fasilitas kegiatan yang memicu adrenalin.

Saksikan pertunjukan gajah di Jumbo Park, menampilkan gajah sumatera yang diselamatkan dari kepunahan. Binatang ini dikenal pandai, sehingga Anda bisa bertanya-tanya apa yang mereka pikirkan tentang manusia yang kagum melihat mereka bermain bola, meniup harmonika dan menari ë Gangnam Styleí . Sebelum Anda meninggalkan Jumbo Park, pastikan Anda juga menghabiskan beberapa menit untuk memeluk Jessy, ular piton albino sepanjang 3m bercorak keemasan yang menarik. Tiket dapat diperoleh di Nirwana Gardens.

Pagi hari di Nirwana suite, saya pun memulai hari dengan berjalan kaki di tepian pantai, untuk membangkitkan selera makan sebelum menikmati sarapan prasmanan yang disediakan oleh resor ini. Satu jam kemudian saya sudah memacu gas di atas ATV. Sejam setelahnya saya menghabiskan satu kotak peluru di tempat latihan menembak dan menghabiskan banyak anak panah di arena panahan. Dengan keberuntungan seorang pemula, saya terusmenerus berhasil memanah tepat sasaran. Dari sana, kami melanjutkan aktivitas dengan memacu go-kart. Adrenalin yang meningkat saat membelok di tikungan dan angin berkecepatan 50km/jam yang menerpa, membuat saya tak menyadari udara panas 36∞ C selama 15 putaran. Walau hanya berjarak satu derajat dari khatulistiwa, Bintan cukup beruntung karena masih memiliki angin pantai. Ketika panas makin terasa, kami pun segera beranjak ke

pantai. Namun, bukan berarti kami ingin menyudahi aktivitas hari ini. Di pantai, saya pun mencoba olahraga wake boarding walaupun kali ini keberuntungan tak berpihak pada saya, karena saya terus menerus jatuh terhempas ombak. Sebagian besar orang yang berlibur ke Bintan akan pulang merasa segar dan rileks. Tidak demikian halnya dengan saya. Saya bangun keesokan harinya di Nirwana Gardens dengan penat di sekujur tubuh, tapi dengan perasaan bersemangat. Telapak tangan yang kapalan dan pundak yang kaku mengingatkan saya akan akhir minggu yang berkesan. Setiap orang yang datang ke Pulau Bintan memiliki cara tersendiri untuk menghabiskan liburannya. Apapun yang Anda cari, baik ketenangan maupun aktivitas pemicu adrenalin, Bintan siap memenuhinya. JAKARTA TO TANJUNG PINANG Flight time

1 hr, 20 mins

Frequency

7 i ghts a week

• Tanjung Pinang

132


© Ade Kurniawan

GETING AROUND

Sumbawa

While there are many bus options available, the best way to traverse the pristine beaches and charming villages of West Sumbawa is by renting your own personal transport. Cars cost around US$40 a day (excluding petrol, but including a driver), or rent a motorcycle for even cheaper, about US$5 a day (excluding petrol).

Meskipun tersedia banyak bus, cara terbaik untuk menjelajah pantai dan desa-desa menawan di Sumbawa Barat adalah dengan menyewa moda transportasi sendiri. Untuk sewa mobil, per hari biayanya sekitar US$40 (termasuk sopir), atau Anda dapat menyewa sepeda motor dengan biaya sekitar US$5 per hari (tidak termasuk bensin).


SUMBAWA Sumbawa Island is a magical nd in a chain of islands that stretches east from Bali and Lombok. It is a sprawling island with vast tracks of volcanic mountains, jagged peninsulas and idyllic, silky white sand beaches. Words by Stephanie Brookes and Agung Pramudyo Few visitors travel beyond Sumbawa Besar, Bima, Huu and the exclusive Amanwana Luxury Beach Resort on Moyo Island; however, a journey to the lesser-known West Sumbawa reveals hidden coves, deserted beaches, remote traditional villages perched high in the mountains and dramatic sunsets. Sumbawaí s idyllic western coastline is made up of several tropical beaches that comprise some of the best surf spots in the world. Sekongkang Beach, famed for its crystal-blue waters and surrounding green hills, beckons surfers from around the world. Along with Rantung Beach, Lawar Beach and Jelanga Beach (all also on the western coast), Sekongkang Beach is far removed from the usual tourist hotspots of Indonesia, but those in search of completely stripped-back ecotourism see West Sumbawaí s true appeal ñ seclusion. Here youí ll nd very few public facilities; beachfront restaurants and resorts are few and far between. The best attraction here is the untamed nature itself. There is only the hill-framed picturesque landscapes; the sand hugging the sea so clear ití s hard to tell where it ends and the sky begins.

© Ade Kurniawan

ì The underwater landscapes are equally breathtaking,î says Regy Kurniawan, an environmental consultant who was invited to West Sumbawa to participate in PT Newmont Nusa Tenggaraí s (PTNNT) Sustainable Mining Boot Camp (SMBC), a programme that educates the public on PTNNTí s environmental preservation and social development efforts, as well as best mining practices across the island. Regy Kurniawan was amazed not only by the beauty of the underwater reefs, but by the health and condition of the reefs. He also commented on some of the great work being done by PTNNT to preserve

the nature here. PTNNT regularly releases reef balls into the ocean ñ to date, 1,518 reef balls have been spread across Benete, Kenawa and Lawar Beach ñ helping coral growth to ourish. Barry Kusuma, a travel blogger who was also invited to participate in the SMBC programme, was impressed by the natural beauty of West Sumbawa. He saw much tourism potential and was surprised to learn of PTNNTí s initiatives to protect the environment. ì PTNNT were very open about showing me their mining operations as well as the environmental monitoring and social responsibility activities being undertaken to balance their operations.î I was fortunate enough to take part in one of the environmental initiatives of SMBC at the turtle conservation centre on Maluk Beach, where we released turtle hatchlings into the sea. As they scampered towards the open waters, leaving behind them a haphazard trail of tiny ipper prints in the ne sand, some stopped and turned as if to say thanks and goodbye, before the ocean washed in and they took off for the next part of their lifeí s adventure. It was a rewarding experience, full of hope. After leaving Maluk Beach, I joined the rest of the SMBC group at the Community Development Centre in Benete. Built in 2010 by PTNNT, the centre comprises a large greenhouse and vast gardens where mahogany and teak trees, jackfruit, pitaya and orange trees are planted for the bene t of the local community, with an annual production target of 70,000 seedlings. The facility also serves as an education centre where surrounding schools and farmers can learn about integrated farming, as well as how to produce organic rice and compost.

133

134

Travel | Balikpapan, Bintan, Sumbawa © Al an, PTNNT

A beautiful gorgonian fan at the base of a ourishing reef off the coast of Lawar Beach.

Travel | Balikpapan, Bintan, Sumbawa © PTNNT © PTNNT

After exploring Benete, I decided to visit the unique village of Mantar. Harnessing nerves of steel I clambered into the front cabin of a hardy-looking 4WD and began a bit of a bone-shaking journey up the road to the hilltop village of Mantar. As the rough mountain track got steeper, the 4WD hugged the edge of the mountain in a series of hairpin bends. I was becoming a little edgy as the wheels of the vehicle edged a little too close to the sheer drop-off and my paranoia got the better of me and I had to get out of the vehicle. As I continued the climb on foot, I found some calm respite and enjoyed the sweeping mountain views that panned over the valley oor and out towards the spectacular coastline.

The Community Development Centre in Benete, built by PTNNT, comprises a large greenhouse and vast gardens where mahogany and teak trees, jackfruit, pitaya and orange trees are planted for the bene t of the local community.

Mantar is a village perched high on top of a mountain, overlooking the Alas Strait, which meets the Bali Sea and merges with the Flores Sea. The panorama is dominated by the mighty Mount Rinjani (3,726m), the second-highest mountain in Indonesia, on the neighbouring island of Lombok. Sunset hues drape around this volcanic masterpiece like a watercolour classic.

A PTNNT employee inspects the plant life at the Community Development Centre in Benete.

© Al an, PTNNT

A combination of rugged mountain scenery, desolate beaches and traditional culture makes this understated Eastern Indonesian island, visited by few, a fantastic destination and rewarding travel adventure along the trail of Indonesiaí s Eastern Islands from Lombok to Timor.

© PTNNT

The village people breed horses, goats and cows and grow crops of cassava, corn, papaya and banana, and also grow the best-quality (once a year) rice crop. There are 300 families living in the village, with one mosque and 95% of the village gainfully employed in traditional farming and livestock breeding. The people are very happy and pretty much live the way they always have for hundreds of years, except for a few modernisations like electricity, which came to the village in 1993.

Coral growing on one of the thousands of reef balls released into the ocean by PTNNT. Damsel sh spotted off Benete Bay.

135

136


© Ade Kurniawan

Pulau Sumbawa merupakan salah satu pulau eksotis di antara pulau≠p ulau yang terbentang dari Bali hingga Lombok. Sebuah pulau yang memiliki banyak gunung berapi, bukit≠b ukit berdanau dan pantai yang berpasir putih halus. Tak banyak wisatawan yang berkunjung ke tempat selain Sumbawa Besar, Bima, Huu dan Amanwana Luxury Beach Resort yang eksklusif di Pulau Moyo, namun perjalanan menuju Sumbawa Barat menyuguhkan teluk-teluk indah yang tersembunyi, pantai yang sepi, perkampungan tradisional yang terpencil jauh di atas gunung dan pemandangan senja yang dramatis. Sumbawa Barat memiliki banyak pantai yang sebagian besar merupakan tempat berselancar terbaik di dunia. Pantai Sekongkang, yang terkenal dengan airnya yang jernih dan pegunungan di sekitarnya, menarik para

peselancar dari seluruh dunia untuk datang ke tempat ini. Sama seperti Pantai Rantung, Pantai Lawar dan Pantai Jelanga (yang semuanya terletak di pantai barat), Pantai Sekongkang terletak agak jauh dari destinasi umum para wisatawan, tetapi bagi mereka yang menyukai ecotourism, di sini mereka dapat melihat keaslian alam Sumbawa Barat. Di pulau ini, Anda tidak akan menemukan banyak fasilitas publik; restoran tepi pantai dan resornya pun saling berjauhan. Walaupun demikian, pemandangan alamnya yang asri menjadi daya tarik yang kuat. Termasuk di dalamnya, bukit-bukit dengan lanskap yang indah dan pantai berair jernih yang membuat cakrawala tampak bak tak terbatas. ì Pemandangan bawah laut di pulau ini sungguh menakjubkan,î kata Regy Kurniawan, seorang konsultan lingkungan yang diundang ke Sumbawa Barat untuk berpartisipasi dalam Sustainable Mining Boot Camp (SMBC) yang diadakan oleh PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT), sebuah program yang bertujuan untuk memperkenalkan best mining practices dari PT Newmont Nusa Tenggara.


© Ade Kurniawan

5 Senses ñ Sight BUFFALO RACES A traditional sport on Sumbawa, Buffalo races have been held here for hundreds of years and continue today. A pair of hardy buffalo are attached to a simple wooden frame with a courageous jockey on the end of it. The goal is to be the rst to crash through the saka, a two-metre piece of wood placed at the nish line.

Sebagai olahraga tradisional khas Sumbawa, karapan kerbau telah berlangsung selama ratusan tahun. Sepasang kerbau tangguh dipasangi kerangka kayu untuk dikendarai seorang joki yang mengendalikan kerbau tersebut. Peserta dinyatakan menang ketika kerbau-kerbau itu dapat melewati saka, kayu sepanjang 2 meter yang diletakkan di garis nis. Regy, sangat terkesan dengan keindahan terumbu karang di pulau ini. Regy memberikan komentar positif mengenai usaha yang dilakukan oleh PTNNT untuk melindungi alam di pulau ini. PTNNT telah menaruh terumbu karang buatan (reef balls) sebanyak 1518 buah di Benete, Kenawa, dan Lawar untuk menyebarkan pertumbuhan karang. Barry Kusuma, seorang travel blogger yang juga diundang untuk berpartisipasi dalam program ini sangat terkesan dengan keindahan alam Sumbawa Barat. Selama mengikuti program SMBC, Barry mengaku melihat banyaknya potensi wisata di daerah sekitar lokasi tambang. Dan ternyata obyek-obyek wisata tersebut tetap terjaga dan tidak terganggu oleh operasi tambang. ì Dalam program ini saya juga diperlihatkan secara terbuka praktek operasi pertambangan, pemantauan lingkungan, hingga kegiatan tanggung jawab sosial,î ujar Barry. Saya cukup beruntung dapat ikut ambil bagian dalam SMBC ke pusat konservasi penyu di Pantai Maluk, di mana kami melepaskan tukik (anak penyu) ke laut. Tukik-tukik memasuki air, meninggalkan jejak kaki mereka di atas pasir, beberapa di antara mereka berhenti dan menoleh seolah ingin mengatakan terima kasih dan selamat tinggal, sebelum tersapu ombak dan memulai petualangan hidup yang baru. Sebuah pengalaman berharga, yang penuh harapan.

Sekongkang Beachí s biggest appeal is that it is virtually deserted. A man and boy bathe a village horse.

Setelah meninggalkan Pantai Maluk, saya bergabung dengan grup SMBC di Community Development Center, Benete. Didirikan tahun 2010 oleh PTNNT, Community Development ini memiliki tempat pembibitan yang besar dan luas untuk pembibitan pohon mahoni dan jati, nangka, buah naga, dan jeruk yang akan dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan, dengan target produksi pertahunnya sekitar 70.000 bibit. Community Development ini juga berfungsi sebagai sekolah dan petani dapat belajar mengenai integrasi pertanian, serta belajar bagaimana memproduksi beras organik dan membuat kompos.

137

138

Travel | Balikpapan Bintan Sumbawa © Komang Ardana, PTNNT

White and gold sands on Maluk Beach. The nearby town is charming, with colourful beachside markets. The balmy weather and consistent surf along this coast are steadily attracting more tourists every year.


Setelah puas menjelajah di Benete, saya pun melanjutkan perjalanan ke Desa Mantar. Dengan memberanikan diri, saya pun naik kendaraan 4WD di bagian depan dan mulai menempuh perjalanan yang penuh guncangan di jalan menuju Desa Mantar. Ketika jalanan semakin curam, kendaraan 4WD yang saya naiki pun menempuh pinggiran jurang dalam kelokan-kelokan tajam yang sempit. Saya pun mulai gelisah saat roda kendaraan yang saya tumpangi hampir menggilas pinggiran tebing. Karena kegelisahan itu tak kunjung reda, akhirnya saya memutuskan untuk turun dari mobil. Begitu saya berjalan kaki mendaki gunung, saya mulai merasa tenang dan damai sehingga dapat menikmati indahnya pemandangan yang terbentang mulai dari kaki bukit hingga ke pantai.

© PTNNT © PTNNT

Mantar adalah sebuah desa di puncak gunung yang menghadap Selat Alas, selat yang memisahkan Laut Bali dan Laut Flores. Gunung Rinjani, gunung tertinggi kedua di Indonesia (setinggi 3,726m), mendominasi panorama yang ada di sekitar Lombok. Indahnya warna lembayung di saat senja menyelimuti gunung berapi ini bak sebuah lukisan alam. Orang-orang desa memelihara kuda, kambing, dan sapi serta bertanam singkong, jagung, pepaya dan pisang. Mereka juga menanam beras kualitas terbaik yang dipanen setahun sekali. Terdapat 300 kepala keluarga yang tinggal di desa yang memiliki sebuah masjid itu. 95% warga desanya hidup dari bercocok tanam dan berternak. Penduduk desa ini cukup bahagia dan telah hidup seperti itu selama ratusan tahun, namun pada tahun 1993, desa ini mengalami sedikit modernisasi dengan masuknya listrik. Panorama pegunungan, pantai dan budaya yang masih tradisional membuat pulau di ujung timur Indonesia ini makin banyak dikunjungi wisatawan. Apalagi, pulau ini juga dilengkapi destinasi wisata yang menakjubkan. Merupakan sebuah pengalaman yang berharga menelusuri pulau-pulau di timur Indonesia mulai dari Lombok hingga Timor. JAKARTA TO LOMBOK

SMBC PROGRAMME Interested in experiencing the SMBC programme? Submit your personal data and the reason for your interest to ptnntsustainable. [email protected].

Jika berminat untuk mengikuti kegiatan SMBC, Anda dapat mengirimkan data diri dan alasan Anda ke e-mail ptnntsustainable. [email protected].

Distance from Jakarta

1,061km

Flight time

1 hr, 45 mins

Frequency

21 i ghts a week

• Lombok • Sumbawa

139

Balikpapan. Bintan. Sumbawa

Recommend Documents