DAFTAR PUSTAKA
Acheson, J, 1981. Anthropology of Fishing. Annual Review of Anthropology. Vol. 10. Aigner, D. J, C. A. K. Lovell and P. Schmidt, 1977. Formulation and estimation of Stochastic Frontier Production Function Model. Journal of econometrics 6 : 21-37. Alder, J, T. J. Pitcher, D. Preikshot, K. Kaschner and B. Ferriss, 2000. How Good is Good ? A Rapid Appraisal Technique for Evaluation of the Sustainability Status of Fisheries of the North Atlantic. In Pauly and Pitcher (Eds). Methods for Evaluation the Impact of Fisheries on the North Atlantic Ecosystem. Fisheries Center Research Report, 2000 Vol. (8) No. 2 Amin, E. M, J. Widodo, S. B. Atmaja, T. Hariati, G. Tampubolon dan S. Salim, 1991. Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil. dalam Martosubroto, P, N. Naamin dan B. B. A. Malik (Ed). Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan, Puslitbang Perikanan, Puslitbang Oseanologi- LIPI. Anderson, L. G, 1977. The Economics of Fisheries Management. The Johns Hopkins University Press. Baltimore and London. Atmaja, S. B, Nugroho, D. Suwarso, T. Hariati dan Mahisworo, 2003. Pengkajian Stok Ikan di WPP. Laut Jawa. Prosiding Forum Pengkajian Stok Ikan Laut 2003. (WPP Samudra Hindia; Laut Arafura; Laut Cina Selatan dan Laut Jawa). Jakarta. Pusat Riset Perikanan Tangkap Badan Riset Kelautan dan Perikanan. DKP. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan (BPPI), 2004a. Petunjuk Teknis Identifikasi Sarana Perikanan Tangkap “Jaring Insang (Gill Net)”. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. __________________________________________, 2004b. Petunjuk Teknis Identifikasi Sarana Perikanan Tangkap “Pukat Cincin (Purse Seine)”. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. __________________________________________, 2004c. Petunjuk Teknis Identifikasi Sarana Perikanan Tangkap “Payang (Danish Seine)”. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan.
306
Baley, C, A. Dwiponggo and F. Marahudin, 1987. Indonesian Marine Capture Fisheries. ICLARM Studies and Reviews 10, 196 p. International for Living Aquatic Resources management, Manila, Philippines; Directorate General of Fisheries and Marine Fisheries Research Institute, Ministry of Agriculture, Jakarta, Indonesia. Billas, R. A, 1986. Teori Mikro Ekonomi. Edisi Kedua (terjemahan). Penerbit Erlangga. Jakarta. Bintoro, G, 2005. Pemanfaatan Berkelanjutan Sumberdaya Ikan Tembang (Sardinella fimbriata Valenciennes, 1847) Di Selat Madura Jawa Timur. Desertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Charles, A. T, 2001. Sustainable Fishery Syastems. In Pitcher T. J, (Series Eds). Fish and Aquatic Resources Series. Blackwell Science. Oxford. Clark, C. W, 1985. Bioeconomic Modelling and Fisheries Management. John Wiley and Sons. New York. Cunningham, S, M. R. Dunn and D. Whitmarsh, 1985. Fisheries Economics. An Introduction. London. Mansell Publishing Limited Dahuri R, J. Rais, S. P. Ginting dan M. J. Sitepu, 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta. PT. Pradnya Paramita. Dahuri, R, 2002. Membangun Kembali Perekonomian Indonesia Melalui Sektor Perikanan dan Kelautan. Jakarta. Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia. Debertin, D. L, 1986. Agricultural Production Economics. Collier Macmillan Publisher. London. Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004. Bahan Rapat Kerja Menteri Kelautan dan Perikanan dengan Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 19 Februari 2004. _____________________________, 2005. Pokok -Pokok Pembangunan Perikanan Tangkap. Bahan Rapim Departemen Kelautan dan Perikanan. Dinas Perikanan dan Kelautan DKI-Jakarta, (beberapa tahun). Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Banten, (beberapa tahun). Tahunan
Laporan
Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Barat, (beberapa tahun). Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Tengah, (beberapa tahun). Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, (beberapa tahun). Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Perikanan, (beberapa tahun). Statistik Perikanan Indonesia. Departemen Pertanian.
307
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, (beberapa tahun). Statistik Perikanan Tangkap Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2002. Kebijakan dan Program Kerja Ditjen. Perikanan Tangkap. Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional dan Rapat Kerja Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan RI, pada tanggal 30 Mei s/d 1 Juni 2002 di Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2006. Program Jangka Pendek dan Program Strategis Perikanan Tangkap 2006-2009. Pokok-Pokok Pemikiran Program Pembangunan Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Sumberdaya Ikan, 2004. Statistik Produksi Perikanan Laut Berdasarkan 9 Wilayah Pengelolaan Perikanan tahun 1998-2002. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Djajadiningrat, S. T, 2003. Community Development dalam Paradigma Pembangunan Berkelanjutan didalam Rudito B, A. Prasetijo dan Kusaeri (Ed). Akses Peran Serta Masyarakat. Lebih Jauh Memahami Community Development. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Drucker, P. F, 1994. Innovation and Entrepreneurship. Practice and Principles (terjemahan). Penerbit Erlangga. Dutton, I. .M, 2002. Sustainable Development in the Fisheries Industry. Benefits of Implementing Proper and Sustainable Environmental Management. The Challenges Facing the Livesstock and Fisheries Industry in the AFTA 2002 and Globalization Era. International Conference. Bali International Convention Centre, 17 – 19 July 2002. Durand, J.R and D. Petit, 2003. The Java Sea Environment, in Potier. M and S. Nurhakim (Eds). BIODYNEX (Biology, Dynamics, Exploitation of the Small Pelagic Fishes in the Java Sea). The 2nd Edition, p. 15-38. Marine and Fisheries Research Project. The Agency for Marine and Fisheries Research. Durand, J.R and J. Widodo, 1995. The Java Sea Ecosystem. in Roch. J, S. Nurhakim, J. Widodo and A. Poernomo (Eds). Proceeding of Socioeconomics, Innovation and Management of the Java Sea Pelagic Fisheries (SOSEKIMA). 4-7 December 1995, Java Sea Pelagic Fishery Assessment Project. Jakarta, 411p. Dwidjowijoto, R. N, 2006. Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang. Model-Model Perumusan, Implementasi dan Evaluasi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Elfindri, 2002. Ekonomi Patron-Client. Fenomena Mikro Rumah Tangga Nelayan dan Kebijakan Makro. Andalas University Press. Padang. Food and Agricultural Organization (FAO), 1973. Manual of Fisheries Science. Part 1. An Introduction to Fisheries Science. Fisheries Technical Paper No. 118. 43 p
308
Food and Agricultural Organization (FAO), 1995. Resposible Fisheries. FAO. Rome
Code of Conduct for
Food and Agricultural Organization (FAO), 1997. Fisheries Management. Rome. FAO Technical Guidelines for Responsible Fisheries, No. 4 82p. Food and Agricultural Organization (FAO), 1999. Indicators for Sustainable Development of Marine Capture Fisheries. Technical Guidelines for Responsible Fisheries No. 8. Rome. 68 p Farrel, M. J, 1957. The Measurement of Productive Efficiency. Journal of the Royal Statistical Society. Series a Part III (120); 253-290. Fauzi, A,
2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Aplikasi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka utama.
Teori dan
________, 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan. Isu, Sintesis dan Gagasan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Fauzi, A dan Anna S, 2005. Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan untuk Analisis Kebijakan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Gulland, J.A, 1983. Fish Stock Assessment. A Manual of Basic Methods. FAO/Wiley Series on Food and Agricultural. Vol. 1. John Wiley & Sons, Chichester. Hariati, T. M. M. Wahyono, Suwarso and D. Krissunari, 2003. North Java Coast Fisheries : Preliminary Observations on Small Seine Nets Exploitation. in Potier. M and S. Nurhakim (Eds). BIODYNEX (Biology, Dynamics, Exp loitation of the Small Pelagic Fishes in the Java Sea). The 2nd Edition, p. 185-194. Marine and Fisheries Research Project. The Agency for Marine and Fisheries Research. Hartono, T. T, M. Iqbal, A, Purnomo A. H dan S. Koeshendrajana, 2003. The determination of The Indicators of Development Performance of Capture Fisheries in Indonesia : study case of mini purse seine fisheries in North Coast of Java. Papers. International Seminar on Marine and Fisheries. Jakarta Convention Center, 15-16 December 2003. Hermanto, S. Friatno dan A. Mintoro, 1995. Pokok-Pokok Pemikiran tentang Model Penanggulangan Kemiskinan Nelayan. Kemiskinan di Pedesaan, Masalah dan Alternatif Penanggulangannya. Prosiding Pengembangan Hasil Penelitian. Buku 2. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hogwood, B. W and L. A. Gunn, 1986. Policy Analysis for the Real World. New York. Oxford University Press. Imron, M (ed), 2003. Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Media Presindo. Yogyakarta. Kaiser, M and E. M. Forsberg, 2001. Assessing Fisheries-using an Ethical Matrix in a Participatory Process. Journal of agricultural an Environmental Ethics 14: 191-200.
309
Kartasasmita, G, 1997. Administrasi Pembangunan. Jakarta. Perkembangan Pemikiran dan Prakteknya di Indonesia. LP3ES. Kelompok Peneliti Agro-sistem (KEPAS), 1987. Pengelolaan dan Pola Perubahan Kawasan Pantai Utara Pulau Jawa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Keraf, A. S, 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut, 1998. Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kunarjo, 2002, Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia. Kusnadi, 2000, Nelayan. Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Humaniora Utama Press. Bandung Kusnadi, 2002. Konflik Sosial Nelayan. Kemiskinan dan Perebutan Sumberdaya Perikanan. LKIS. Yogyakarta. Kusumastanto. T, 2003. Ocean Policy dalam Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi Daerah. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Lawson. R.M, 1984. Economics of Fisheries Development. London. Fraces Pinter (Publisher). Lee, Lung-Fei, 1978. The Stochastic Frontier Production Function and Average Effisiency: An Empirical Analysis. Journal Econometrics 7:385-389. Menteri Kelautan dan Perikanan, 2004. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan, Nomor Kep. 10/Men/2004 tentang Pelabuhan Perikanan. Menteri Pertanian, 1975. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 123/Kpts/Um/3/1975 tentang Ketentuan Lebar Mata Jaring Purseseine Menteri Pertanian, 1975. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 317/Kpts/Um/7/1975 tentang Ketentuan Ketentuan Pemanfaatan sumberdaya Perikanan di Perairan pantai Utara pulau Jawa dan Madura serta Selat Madura. Menteri Pertanian, 1999. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 392/Kpts/IK. 120/4/99 tentang Jalur-Jalur Penangkapan Menteri Pertanian, 1999. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 995/Kpts/IK. 210/9/99 tentang Potensi Sumberdaya Ikan dan Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JBT) di Wilayah Perikanan Republik Indonesia. Merta. I.G.S, S. Nurhakim dan J. Widodo, 1998. Sumberdaya Perikanan Pelagis Kecil dalam Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 89 - 106
310
Muhammad, S, 2002. Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Di Jawa Timur. Suatu Analisis Simulasi Kebijakan. Desertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Mulyadi, S, 2005. Ekonomi Kelautan. Divisi buku Perguruan Tinggi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nasoetion, A. H, 1999. Pengantar Ke Filsafat Sains. PT. Pusaka Litera Antar Nusa. Bogor. Nikijuluw, V. P. H, 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta. PT. Pustaka Cidesindo. Nurhakim, S, J. R. Durand, M. Potier and B. Sadhotomo, 1995. The State of Exploitation of Small Pelagic Fishes by Large and Medium PurseSeiners in the Java. In Roch, J, S. Nurhakim, J. Widodo and A. Poernomo (Eds). Proceeding of Socio-economics, Innovation and Management of the Java Sea Pelagic Fisheries (SOSEKIMA). 4-7 December 1995, Java Sea Pelagic Fishery Assessment Project. Jakarta, 411p. Nurhakim, S, B. Sadhotomo and M. Potier, 2003. Composite Model on Small Pelagic Resources. In Potier. M and S. Nurhakim (Eds). BIODYNEX (Biology, Dynamics, Exploitation of the Small Pelagic Fishes in the Java Sea). The 2nd Edition, p. 145-153. Marine and Fisheries Research Project. The Agency for Marine and Fisheries Research. Osborne, D and T. Gaebler, 1992. Reinventing Government. How the Entrepreneurial Spirit is Transforming the Public Sector. (terjemahan). PT. Pustaka Binaman Pressindo. Pakpahan, A, Hermanto dan M.H. Sawit, 1995. Kemiskinan di Pedesaan, Konsep, Masalah dan Penanggulangannya. Kemiskinan di Pedesaan : Masalah dan Alternatif Penanggulangannya. Proseding Pengembangan Hasil Penelitian. Buku 1. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (1-12) 291 p. Panayotou, T, 1982. Management Concepts for Small-Scale Fisheries, Economic and Social aspects. FAO Fisheries Technical Paper No. 228. Food and Agriculture Organization of The United Nation. Rome Parsons, W, 2001. Public Policy : An Introduction to the Teory and Practice of Policy Analysis. (terjemahan). Edward Elgar Publishing, Ltd Pauly, D, 1984. Fish Population Dynamics in Tropical Waters. A Manual for Use with Programmable Calculators. ICLARM Studies and Reviews 8. International Center for LivingAquatic Resources Management. Manila, Philippines. Pearce, D. W and R. K. Turner, 1990. Economics of Natural Resources and the Environment. New York. Harvester Wheatsheaf.
311
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54 tahun 2002 tentang Usaha Perikanan. Pitcher, T. J, 1999. Rapfish, A Rapid Appraisal Technique for Fisheries, and its Application to the Code of Conduct for Responsible Fisheries. Rome. Food and agriculture Organization of the United Nations. Pitcher, T.J and D. Preikshot, 2001. Rapfish : A Rapid Appraisal Technique to Evaluate the Sustainability Status of Fisheries. Fisheries Research 49(3):255-270. Pomeroy, R. S, 1991. Small-Scale Fisheries Management and Development. Toward a Community-Based Approach. Marine Policy 15(1): 39-48 Potier, M and B. Sadhotomo, 2003. Exploitation of the Large and Medium Seiners Fisheries. In Potier. M and S. Nurhakim (Eds). BIODYNEX (Biology, Dynamics, Exploitation of the Small Pelagic Fishes in the Java Sea). The 2nd Edition, p. 171-184. Marine and Fisheries Research Project. The Agency for Marine and Fisheries Research. Potier. M and D. Petit, 2003. Fishing Strategis and Tactics in the Javanese Seiners Fisheries, In Potier. M and S. Nurhakim (Eds). BIODYNEX (Biology, Dynamics, Exploitation of the Small Pelagic Fishes in the Java Sea). The 2nd Edition, p. 171-184. Marine and Fisheries Research Project. The Agency for Marine and Fisheries Research. Presiden Republik Indonesia, 1980. Keputusan Presiden Republik Indonesia (KEPPRES) No. 39 tahun 1980 tentang Pelarangan Penggunaan Alat Tangkap Trawl. Purnomo, A. H, Taryono, Z. Nasution dan T. T. Hartono, 2002. Analisis Rapfish Perikanan Selat Sunda (Laporan Teknis). Jakarta. Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Purwanto, 1995. Pengusahaan Sumberdaya Perikanan sesuai GBHN 1993. Analisis Awal. Paper disampaikan pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Persatuan Pelajar Indonesia di Australia, Melbourne, 11 Maret 1995. (unpablished) ________, 2002. Eksploitation Status and a Strategy for the Management of the Java Sea Fisheries. dalam F. Cholik, E.S. Heruwati, A. Jauzi dan P.I. Basuki (Ed). Menggapai Cita-Cita Luhur, Perikanan Sebagai Sektor Andalan Nasional. Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI). _________, 2003. Status and Management of the Java Sea Fisheries in Silvestre G, L. Garces, I. Stobutzki, M. Ahmed, R.A. Valmonte-Santos, C. Luna, L. Lachica-Alino, P. Munro, V. Christensen and D. Pauli (Ed). Assesment, Management and Future Directions for Coastal Fisheries in Asian Countries. WorldFish Center Conference Proceeding 67. Pusat Riset Perikanan Tangkap dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, 2001. Pengkajian Stok Ikan di Perairan Indonesia.
312
Jakarta. Badan Riset Kelautan dan Perikanan – DKP dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Rangkuti, F, 2005. Analisis SWOT, Teknik Membenah Kasus Bisnis. Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ruslan, R, 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Saragih, B, 1980. Economic Organization, Size and Relative Efficiency. The Case Oil Palm Plantation in Northern Sumatera-Indonesia. PhD. Dessertation. North Carolina State University. Satria, A, A. Umbari, A. Fauzi, A. Purbayanto, E. Sutarto, I. Muchsin, I. Muflikhati, M. Karim, S. Saad, W. Oktariza dan Z. Imran, 2002. Menuju Desentralisasi Kelautan. Jakarta. PT. Pustaka Cidesindo. Simatupang, P, 2001. Konsepsi Teoritis Analisis Kebijakan Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Laporan Forum Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan I. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Smith, I. R, 1981. Improving Fishing Incomes when Resources are Overfished. Marine Policy 5(1): 17-22 Soekartawi, 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Soesilo, N. I, 2000. Reformasi Pembangunan dengan Langkah-Langkah manajemen Strategik. Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Soley, N, 1999. Development Planning : a perspective for the fisheries sector. Centre for the Economics and Management of Aquatic Resources, United Kingdom. Departement of Economics, University of Portsmouth. Sparre, P and S. C. Venema, 1998a. Introduction to Tropical Fish Stock Assesment. Part 1 - Manual - FAO Fisheries Technical Paper No. 306/1. Rev. 2. Edisi Bahasa Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan (Puslitbangkan). Sparre, P and S. C. Venema, 1998b. Introduction to Tropical Fish Stock Assesment. Part 2 – Exercises – FAO Fisheries Technical Paper No. 306/2. Rev. 2. Edisi Bahasa Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan (Puslitbangkan). Squires D, I.H. Omar, Y. Jeon, J. Kirkley, K. Kuperan and I. Susilowati, 2003. Excess Capacity and Sustainable Development in Java Sea Fisheries. Environment and Development Economics. Cambridge University Press. 8 : 105-127 Sumiono, B, P. Semedi, M. Poffenberger dan K. Suryanata, 1987. Perubahan Teknologi Perikanan Tangkap dan dampaknya di Kawasan Pantai Utara Pulau Jawa. Kelompok Penelitian Agro-ekosistem (KEPAS).
313
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pertanian.
Departemen
Suparmoko M, 1997. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. (Suatu Pendekatan Teoritis). Ed.2. Yogyakarta. BPFE. Supranto, J, 2004. Analisis Multivariat. Arti dan Interprestasi. Rineka Cipta. Jakarta. Susilowati, I, N. Bartoo, I. H. Omar, Y. Jeon, K. Kuperan, D. Squires and N. Vestergaard, 2005. Productive Efficiency, Property Rights and Sustainable Renewable Resource Development in the Mini Purse-Seine Fisheriy of the Java Sea. Environmental and Development Economics 10 : 837-859. Cambridge University Press. Suyasa, I. N, 1989. Analisis Efisiensi Ekonomi Relatif Usaha Tani Tambak di Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang-Jawa Barat. Thesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Tai, S. Y, 1995. Bio-Socioeconomic Modelling of Management Alternatives: The Small Pelagic Fishery in Northwest Peninsular, Malaysia. SOSIKEMA Todaro, M. P, 1997. Economic Development in the Third World. Sixth Edition. New York, Longman. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indone sia tahun 1945 (Amandemen) Undang-Undang Republik Indonesia No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan Widodo, J and Burhanuddin, 2003. Systematics of the Small Pelagic Fish Species, in Potier. M and S. Nurhakim (Eds). BIODYNEX (Biology, Dynamics, Exploitation of the Small Pelagic Fishes in the Java Sea). The 2nd Edition, 39-48. Marine and Fisheries Research Project. The Agency for Marine and Fisheries Research. Widodo, J dan S. Nurhakim, 2002. Konsep Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Disampaikan dalam Training of Trainers on Fisheries Resource Management. Hotel Golden Clarion, Jakarta. 28 Oktober s/d 2 November 2002. Yotopoulos, P. A and J. B. Nugent, 1976. Economics of Development Empirical Investigations. Harper & Row Publisher. London.
314
Lampiran 1 Operasi alat tangkap purse-seine (Bailey et.al., 1987)
315 Lampiran 2 Operasi alat tangkap payang (Bailey et.al., 1987)
316 Lampiran 3 Operasi alat tangkap jaring insang (Bailey et.al., 1987)
317 Lampiran 4 No
Jenis ikan pelagis kecil yang di daratkan di lokasi penelitian
Nama Indonesia
Nama Inggris
Nama Latin
1
Alu-alu
Barracudas
Sphyraena spp
2
Bawal hitam
Black pomfret
Formio niger
3
Belanak
Mullets
Mugil spp
4
Golok-golok
Wolf herrings
Chirocentrus spp
5
Japuh
Sardines
Dussumieria spp
6
Julung-julung
Garfish/ Halfbeaks
Tylosurus spp Hemirhamphus spp
7
Kembung
Indo-Pasific Mackerels
Rastrelliger spp
8
Kuwe
Jacks, trevallys
Caranx spp
9
Layang
Scads
Depcapterus spp
10
Lemuru
Indian oil sardinella
Sardinella lemuru
11
Selar
Trevallies Yellow striped trevallys
Selar spp Selaroides spp
12
Sunglir
Rainbow runner
Elagatis bipinnulatus
13
Talang-talang
Queenfishes
Chorinemus spp
14
Tembang
Fringescale sardinella
Sardinella fimbriata
15
Tenggiri
Narrow-barred/ Spanish mackerel
Scomberomorus commersoni
16
Tenggiri papan
Indo-Pasific Spanish mackerel
Scomberomorus guttarus
17
Terbang
Flyingfishes
Cypselurus spp
18
Teri
Anchovies
Stolephorus spp
19
Tetengkek
Hardtail scads
Megalaspis cordyla
20
Ikan lain
-
-
318 Lampiran 5
Perhitungan regresi antara Ln CPUEt+1 dengan Ln CPUE dan Et +Et+1 dari perikanan pelagis kecil yang berbasis di pantai utara Jawa
Data produksi dan upaya penangkapan ikan pelagis kecil pantai utara Jawa, yang meliputi Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur.
Tahun
Produksi (ton)
Upaya (hari-kapal)
CPUE (t/h-kapal)
Ln CPUEt+1
Ln CPUE
Et +Et+1
1995
422.030
997.749
0,42298
-0,93668
-0,86043
2.057.168
1996
415.214
1.059.419
0,39193
-0,78215
-0,93668
2.036.984
1997
447.160
977.565
0,45742
-0,95105
-0,78215
2.211.469
1998
476.699
1.233.904
0,38633
-0,98444
-0,95105
2.406.615
1999
438.181
1.172.710
0,37365
-1,28777
-0,98444
2.602.145
2000
394.359
1.429.435
0,27588
-1,22741
-1,28777
2.794.181
2001
399.938
1.364.747
0,29305
-1,34312
-1,22741
2.948.258
2002
413.343
1.583.512
0,26103
-1,33634
-1,34312
3.241.421
2003
435.708
1.657.909
0,26281
-1,57525
-1,33634
3.582.063
2004
398.216
1.924.154
0,20696
-
-1,57525
-
319
Lanjutan Lampiran 5
320 SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.956254757 R Square 0.91442316 Adjusted R Square 0.885897547 Standard Error 0.086535187 Observations 9 ANOVA df Regression Residual Total
Intercept X Variable 1 X Variable 2
SS 0.480095564 0.044930031 0.525025595
MS 0.240047782 0.007488339
Coefficients Standard Error 0.020528659 0.157271329 -0.25742083 0.332097937 -5.4892E-07 1.35259E-07
t Stat 0.130530207 -0.775135286 -4.058302034
2 6 8
F Significance F 32.05621397 0.000626713
P-value 0.90041338 0.467699165 0.006663276
Lower 95% -0.3643007 -1.070035802 -8.79886E-07
Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% 0.405358018 -0.3643007 0.405358018 0.555194143 -1.070035802 0.555194143 -2.17954E-07 -8.79886E-07 -2.17954E-07
320 Lampiran 6 Dugaan fungsi produksi (1)
Fungsi produksi OLS
Ln pr
= 1.728*** + 0.045 Ln gt + 0.666 Ln tk*** + 0.481 Ln trp*** + 0.033 Ln edu + 0.196 Ln exp*** + 1.653 alt1*** + 1.300 alt2 – 0.554 w1*** + 0.548 w2***
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
0.976 (a)
0.953
0.952
0.487113
a Predictors : (Constant), w2, Ln exp, alt2, Ln trp, Ln edu, Ln gt, w1, alt1, Ln tk Coefficients (a) Unstandardized Coefficients
Model
1
Standardized Coefficients
t
Sig.
5.000
0.000
B
Std. Error
(Constant)
1.728
0.346
Ln gt
0.045
0.053
0.022
0.859
0.391
Ln tk
0.666
0.157
0.290
4.239
0.000
Ln trp
0.481
0.028
0.369
17.078
0.000
Ln edu
0.033
0.070
0.008
0.476
0.635
Ln exp
0.196
0.073
0.045
2.686
0.008
Alt1
1.653
0.287
0.371
5.761
0.000
Alt2
1.300
0.094
0.240
13.899
0.000
W1
- 0.554
0.101
- 0.110
- 5.475
0.000
W2
0.548
0.095
0.124
5.788
0.000
a Dependent Variable : Ln pr
Beta
321 Lanjutan Lampiran 6 (2)
Fungsi produksi frontier
Ln pr
= 2.121*** + 0.057 Ln gt + 0.705 Ln tk*** + 0.482 Ln trp*** + 0.024 Ln edu + 0.197 Ln exp*** + 1.508 alt1*** + 1.315 alt2 – 0.493 w1*** + 0.604 w2***
Stoc. frontier normal/half- normal model Wald chi2(9) Log likelihood Ln pr
Number of obs
= 289
= 6510.32 = - 193.58218 Prob > chi2
= 0.0000
Coef.
Std. Err.
z
P>z
[95% Conf. Interval]
Ln gt
0.0572937
0.0479113
1.20
0.232
- 0.0366108
0.1511982
Ln tk
0.7052176
0.1490737
4.73
0.000
0.4130384
0.9973967
Ln trp
0.4823656
0.0250371
19.27
0.000
0.4332936
0.5314375
Ln exp
0.1974974
0.0696938
2.83
0.005
0.0609001
0.3340947
Ln edu
0.0239783
0.0671225
0.36
0.721
- 0.1075792
0.1555359
Alt1
1.5085630
0.2741376
5.50
0.000
0.9712633
2.0458630
Alt2
1.3153440
0.0938207
14.02
0.000
1.1314590
1.4992300
W1
- 0.4926297
0.1019423
- 4.83
0.000
- 0.6924330
- 0.2928265
W2
0.6035162
0.0966309
6.25
0.000
0.4141230
0.7929093
Const
2.1211500
0.3371770
6.29
0.000
1.4602960
2.7820050
Likelihood-ratio test of sigma_u = 0 : chibar2 (01) =7.07 Prob>=chibar2 = 0.004
322 Lampiran 7 Dugaan fungsi keuntungan (1)
Fungsi keuntungan OLS
Ln ?
= 55.772*** - 3.554 Ln sol*** - 0.181 Ln es – 1.137 Ln mt – 0.414 Ln brs + 4.410 alt1*** + 1.624 alt2 – 1.338 w1*** + 0.028 w2
Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
0.879 (a)
0.773
0.766
1.16312
a Predictors : (Constant), w2, Ln sol, Ln brs, alt2, Ln mt, Ln es, alt1, w1 Coefficients (a) Unstandardized Coefficients
Model
1
t
Sig.
3.571
0.000
B
Std. Error
(Constant)
55.772
15.619
Ln sol
- 3.554
1.357
- 0.077
- 2.619
0.009
Ln es
- 0.181
0.533
- 0.010
- 0.340
0.734
Ln mt
- 1.137
1.020
- 0.032
- 1.114
0.266
Ln brs
- 0.414
0.459
- 0.026
- 0.901
0.368
Alt1
4.410
0.170
0.913
25.894
0.000
Alt2
1.624
0.201
0.276
8.078
0.000
W1
- 1.338
0.225
- 0.244
- 5.945
0.000
W2
0.028
0.201
0.006
0.140
0.888
a Dependent Variable : Ln pr
Lanjutan Lampiran 7 (2)
Standardized Coefficients
Fungsi produksi frontier
Beta
323 Ln pr
= 52.109*** - 3.210 Ln sol*** - 0.282 Ln es - 0.982 Ln mt - 0.184 Ln brs + 4.419 alt1*** + 1.720 alt2 – 1.223 w1*** + 0.050 w2
Stoc. frontier normal/half- normal model Wald chi2(8) Log likelihood Ln ?
Number of obs
= 1171.34 = - 443.52537 Prob > chi2
Coef.
= 289
Std. Err.
z
P>z
= 0.0000 [95% Conf. Interval]
Ln sol
- 3.2102220 1.2398250
- 2.59
0.010
- 5.640235
- 0.7802096
Ln es
- 0.2825085 0.5024177
- 0.56
0.574
- 1.267229
0.7022120
Ln mt
- 0.9823333 0.9640396
- 1.02
0.308
- 2.871816
0.9071496
Ln brs
- 0.1842308 0.4371592
- 0.42
0.673
- 1.041047
0.6725855
Alt1
4.4197360 0.1581258
27.95
0.000
4.109815
4.7296570
Alt2
1.7198810 0.2125889
8.09
0.000
1.303215
2.1365480
W1
- 1.2234830 0.2305403
-5.31
0.000
- 1.675334
- 0.7716326
W2
0.0497672 0.2100727
0.24
0.813
- 0.361967
0.4615022
52.1090900 14.551640
3.58
0.000
23.58839
80.629790
Const
324 Lampiran 8
Hasil perhitungan efisiensi produksi dan efisiensi keuntungan setiap unit usaha penangkapan, berdasarkan lokasi dan alat tangkap. Efisiensi Produksi
Efisiensi Keuntungan
(2)
Alat Tangkap (3)
(4)
(5)
Subang
1
Purse-seine
0,221
0,083
(TPI-Blanakan)
2
Purse-seine
0,249
0,148
3
Purse-seine
0,140
0,017
4
Purse-seine
0,109
0,047
5
Purse-seine
0,221
0,289
6
Purse-seine
0,247
0,321
7
Purse-seine
0,188
0,046
8
Purse-seine
0,238
0,177
9
Purse-seine
0,214
0,010
10
Purse-seine
0,290
0,237
11
Purse-seine
0,232
0,116
12
Purse-seine
0,175
0,020
13
Purse-seine
0,153
0,035
14
Purse-seine
0,236
0,122
15
Purse-seine
0,279
0,264
Indramayu (TPI-
16
Purse-seine
0,221
0,181
(Eretan Wetan)
17
Purse-seine
0,335
0,289
18
Purse-seine
0,286
0,231
19
Purse-seine
0,191
0,102
20
Purse-seine
0,251
0,194
21
Purse-seine
0,263
0,347
22
Purse-seine
0,145
0,045
23
Purse-seine
0,224
0,274
24
Purse-seine
0,238
0,359
25
Purse-seine
0,140
0,156
26
Purse-seine
0,235
0,336
Lokasi
Responden
(1)
Lanjutan Lampiran 8
325 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
27
Purse-seine
0,154
0,022
28
Purse-seine
0,176
0,036
29
Purse-seine
0,188
0,231
30
Purse-seine
0,151
0,056
31
Purse-seine
0,152
0,026
32
Purse-seine
0,186
0,022
33
Purse-seine
0,195
0,159
34
Purse-seine
0,263
0,298
35
Purse-seine
0,199
0,104
36
Purse-seine
0,273
0,203
Pemalang (TPI-
37
Purse-seine
0,708
0,668
(Asem Doyong)
38
Purse-seine
0,667
0,667
39
Purse-seine
0,717
0,647
40
Purse-seine
0,828
0,731
41
Purse-seine
0.513
0,657
42
Purse-seine
0,764
0,691
43
Purse-seine
0,764
0,587
44
Purse-seine
0,451
0,517
45
Purse-seine
0,405
0,592
46
Purse-seine
0,421
0,584
47
Purse-seine
0,642
0,661
48
Purse-seine
0,411
0,588
49
Purse-seine
0,685
0,648
50
Purse-seine
0,697
0,700
Pekalongan (PPN
51
Purse-seine
0,770
0,569
(Pekalongan)
52
Purse-seine
0,764
0,593
53
Purse-seine
0,846
0,751
54
Purse-seine
0,615
0,233
55
Purse-seine
0,816
0,644
56
Purse-seine
0,641
0,706
Lanjutan Lampiran 8
326 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
57
Purse-seine
0,794
0,625
58
Purse-seine
0,752
0,398
59
Purse-seine
0,698
0,578
60
Purse-seine
0,680
0,727
61
Purse-seine
0,359
0,015
62
Purse-seine
0,546
0,596
63
Purse-seine
0,783
0,704
64
Purse-seine
0,268
0,212
65
Purse-seine
0,530
0,609
66
Purse-seine
0,504
0,649
67
Purse-seine
0,514
0,538
68
Purse-seine
0,792
0,539
69
Purse-seine
0,814
0,633
70
Purse-seine
0,582
0,482
71
Purse-seine
0,800
0,594
72
Purse-seine
0,675
0,624
73
Purse-seine
0,801
0,490
74
Purse-seine
0,780
0,409
75
Purse-seine
0,393
0,235
Rembang (PPP-
76
Purse-seine
0,855
0,583
(Tasik Agung)
77
Purse-seine
0,724
0,617
78
Purse-seine
0,591
0,520
79
Purse-seine
0,232
0,233
80
Purse-seine
0,490
0,165
81
Purse-seine
0,375
0,353
82
Purse-seine
0,202
0,244
83
Purse-seine
0,720
0,431
84
Purse-seine
0,637
0,517
85
Purse-seine
0,494
0,362
86
Purse-seine
0,281
0,255
87
Purse-seine
0,761
0,489
Lanjutan Lampiran 8
327 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
88
Purse-seine
0,247
0,159
89
Purse-seine
0,332
0,191
90
Purse-seine
0,441
0,238
Tuban (TPI-
91
Purse-seine
0,687
0,279
Belu)
92
Purse-seine
0,765
0,346
93
Purse-seine
0,802
0,405
94
Purse-seine
0,792
0,433
95
Purse-seine
0,763
0,400
96
Purse-seine
0,763
0,237
97
Purse-seine
0,753
0,336
98
Purse-seine
0,802
0,322
99
Purse-seine
0,823
0,384
100
Purse-seine
0,726
0,318
101
Purse-seine
0,798
0,329
102
Purse-seine
0,591
0,178
103
Purse-seine
0,788
0,347
104
Purse-seine
0,852
0,243
105
Purse-seine
0,825
0,155
Lamongan (PPN-
106
Purse-seine
0,587
0,522
Brondong)
107
Purse-seine
0,614
0,427
108
Purse-seine
0,625
0,426
109
Purse-seine
0,479
0,106
110
Purse-seine
0,786
0,638
111
Purse-seine
0,745
0,401
112
Purse-seine
0,764
0,626
113
Purse-seine
0,755
0,671
114
Purse-seine
0,813
0,656
115
Purse-seine
0,855
0,696
116
Purse-seine
0,779
0,562
117
Purse-seine
0,656
0,423
Lanjutan Lampiran 8
328
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
118
Purse-seine
0,784
0,675
119
Purse-seine
0,727
0,607
120
Purse-seine
0,735
0,495
Gresik (PPI-
121
Purse-seine
0,403
0,142
Panceng)
122
Purse-seine
0,413
0,127
123
Purse-seine
0,769
0,276
124
Purse-seine
0,768
0,313
125
Purse-seine
0,563
0,247
126
Purse-seine
0,809
0,317
127
Purse-seine
0,661
0,245
128
Purse-seine
0,779
0,377
Pemalang (TPI-
129
Payang
0,835
0,431
(Asem Doyong)
130
Payang
0,444
0,304
131
Payang
0,568
0,369
132
Payang
0,220
0,094
133
Payang
0,740
0,453
134
Payang
0,424
0,248
135
Payang
0,542
0,270
136
Payang
0,683
0,390
137
Payang
0,617
0,363
138
Payang
0,734
0,426
139
Payang
0,506
0,043
140
Payang
0,382
0,041
141
Payang
0,536
0,280
142
Payang
0,535
0,247
Rembang (PPP-
143
Payang
0,428
0,273
Tasik Agung)
144
Payang
0,467
0,217
145
Payang
0,461
0,217
146
Payang
0,849
0,503
147
Payang
0,441
0,361
148
Payang
0,572
0,490
Lanjutan Lampiran 8
329
(1)
(4)
(5)
Payang
0,186
0,108
150
Payang
0,763
0,409
151
Payang
0,513
0,213
152
Payang
0,542
0,247
153
Payang
0,543
0,152
154
Payang
0,589
0,252
155
Payang
0,618
0,139
156
Payang
0,657
0,156
157
Payang
0,427
0,087
158
Payang
0,504
0,149
Tuban (TPI-
159
Payang
0,212
0,216
Belu)
160
Payang
0,621
0,453
161
Payang
0,282
0,208
162
Payang
0,307
0,269
163
Payang
0,382
0,396
Lamongan (PPN-
164
Payang
0,823
0,685
Brondong)
165
Payang
0,747
0,644
166
Payang
0,761
0,718
167
Payang
0,333
0,428
168
Payang
0,778
0,723
169
Payang
0,789
0,675
170
Payang
0,750
0,680
171
Payang
0,794
0,713
172
Payang
0,361
0,413
173
Payang
0,846
0,705
174
Payang
0,839
0,702
175
Payang
0,552
0,607
176
Payang
0,716
0,683
177
Payang
0,657
0,622
178
Payang
0,667
0,672
Lanjutan Lampiran 8
(2)
(3)
149
330 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Gresik (PPI-
179
Payang
0,433
0,205
Panceng)
180
Payang
0,593
0,282
181
Payang
0,369
0,251
182
Payang
0,387
0,270
183
Payang
0,451
0,341
184
Payang
0,850
0,571
185
Payang
0,428
0,279
186
Payang
0,603
0,349
187
Payang
0,208
0,083
188
Payang
0,640
0,364
189
Payang
0,424
0,248
Subang (TPI-
190
Gillnet
0,651
0,554
Blanakan)
191
Gillnet
0,563
0,506
192
Gillnet
0,698
0,574
193
Gillnet
0,632
0,609
194
Gillnet
0,632
0,589
195
Gillnet
0,600
0,332
196
Gillnet
0,698
0,443
197
Gillnet
0,584
0,510
198
Gillnet
0,666
0,520
199
Gillnet
0,552
0,450
200
Gillnet
0,596
0,507
201
Gillnet
0,698
0,388
202
Gillnet
0,645
0,472
203
Gillnet
0,570
0,499
204
Gillnet
0,656
0,313
205
Gillnet
0,516
0,225
Indramayu (TPI-
206
Gillnet
0,394
0,290
Eretan Wetan)
207
Gillnet
0,329
0,276
208
Gillnet
0,318
0,298
Lanjutan Lampiran 8
331
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
209
Gillnet
0,354
0,063
210
Gillnet
0,247
0,303
211
Gillnet
0,529
0,209
212
Gillnet
0,457
0,315
213
Gillnet
0,456
0,201
214
Gillnet
0,373
0,254
215
Gillnet
0,353
0,329
216
Gillnet
0,463
0,321
217
Gillnet
0,353
0,386
218
Gillnet
0,595
0,527
219
Gillnet
0,729
0,597
Cirebon (PPN-
220
Gillnet
0,601
0,117
Kejawanan)
221
Gillnet
0,155
0,425
222
Gillnet
0,449
0,139
223
Gillnet
0,191
0,034
224
Gillnet
0,080
0,013
225
Gillnet
0,447
0,200
226
Gillnet
0,287
0,065
227
Gillnet
0,677
0,158
228
Gillnet
0,112
0,055
Pemalang (TPI-
229
Gillnet
0,751
0,715
Asem Doyong)
230
Gillnet
0,830
0,409
231
Gillnet
0,765
0,663
232
Gillnet
0,668
0,415
233
Gillnet
0,799
0,777
234
Gillnet
0,488
0,557
235
Gillnet
0,669
0,652
236
Gillnet
0,433
0,337
237
Gillnet
0,406
0,481
238
Gillnet
0,709
0,666
239
Gillnet
0,874
0,503
Lanjutan Lampiran 8
332
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
240
Gillnet
0,825
0,368
241
Gillnet
0,806
0,681
242
Gillnet
0,593
0,586
243
Gillnet
0,859
0,390
Rembang (PPP-
244
Gillnet
0,739
0,620
Tasik Agung)
245
Gillnet
0,326
0,272
246
Gillnet
0,866
0,621
247
Gillnet
0,930
0,787
248
Gillnet
0,778
0,628
249
Gillnet
0,862
0,705
250
Gillnet
0,631
0,055
251
Gillnet
0,530
0,060
252
Gillnet
0,832
0,478
253
Gillnet
0,809
0,630
254
Gillnet
0,714
0,448
255
Gillnet
0,539
0,072
256
Gillnet
0,673
0,206
257
Gillnet
0,763
0,454
258
Gillnet
0,830
0,462
Tuban (TPI-
259
Gillnet
0,580
0,352
Belu)
260
Gillnet
0,570
0,457
261
Gillnet
0,518
0,424
262
Gillnet
0,456
0,361
263
Gillnet
0,433
0,345
264
Gillnet
0,456
0,191
265
Gillnet
0,517
0,319
266
Gillnet
0,410
0,276
Lamongan (PPN-
267
Gillnet
0,317
0,289
Brondong)
268
Gillnet
0,253
0,091
269
Gillnet
0,577
0,435
Lanjutan Lampiran 8
333
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
270
Gillnet
0,442
0,256
271
Gillnet
0,382
0,327
272
Gillnet
0,449
0,482
273
Gillnet
0,331
0,288
274
Gillnet
0,546
0,382
275
Gillnet
0,556
0,336
276
Gillnet
0,476
0,282
277
Gillnet
0,482
0,335
278
Gillnet
0,552
0,410
279
Gillnet
0,598
0,473
280
Gillnet
0,427
0,477
281
Gillnet
0,432
0,388
Bresik (PPI-
282
Gillnet
0,456
0,299
Panceng)
283
Gillnet
0,248
0,220
284
Gillnet
0,549
0,414
285
Gillnet
0,657
0,450
286
Gillnet
0,635
0,478
287
Gillnet
0,581
0,522
288
Gillnet
0,461
0,412
289
Gillnet
0,431
0,400
334 Lampiran 9 Daftar atribut dalam analisis Rapfish perikanan pelagis kecil yang berbasis di pantai utara Jawa ECOLOGY
ECONOMY
SOCIAL
1. Exploitation status
1. Profitability
1. Socialization in Fishing
1.
2. Recruitement Variability 3. Change in Trophic Level 4. Migratory range 5. Page Collapse
2. Fisheries in GDP 3. Average Wage 4. Limited entry
2. New Entrants into Fishery 3. Fishing Sector
4.
5. Marketable Right
4. Environmental Knowledge 5. Education Level
6. Size of Fish Caught
6. Other Income
6. Conflict Status
6.
7. Catch Before Maturity
7. Sector Employment
7. Fishers’ Influence
7.
8. Discarded Bycatch 9. Species Caught 10. Primary Production
8. Ownership Transfer 9. Market
8. Fishing Income 8.
10. Subsidy
9. Kin Participation
ETHICS
TECHNOLOGY
MARITIME AFFAIRS
Adjacency and Reliance
1. Trip Length
2.
Alternatives
3.
Equity in Entry to Fishing Just management Influence in Ethical Formation Mitigation of Habitat Destruction Mitigation of Ecosystem Destruction Illegal Fishing
2. Landing Sites 3. Onboard Handling 4. Presale Processing 5. Gear
1. Development of Appreciation on Maritime Affairs 2. People Participation 3. Appreciation on Marine Esthetics 4. Satisfaction on Maritime Jobs 5. Appreciation on Fisheries products
5.
9.
Discards and Wastes 10. Conflicting Regulation 11. Law Enforcement
6. Gear Selectivity 7. FADS
8. Vessel Size 9. Catching Power 10. Gear Side Effect
6. Existence of Management Regulation 7. Conflict of Management Regulation
335 /
335 Lampiran 10 Acuan pengukuran masing-masing atribut setiap dimensi yang dipergunakan dalam analisis “rapfish” perikanan pelagis kecil yang berbasis di pantai utara Jawa Dimensi Ekologi Atribut
Skala Skor
Baik
Buruk
Penjelasan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2; 3; 4 (killer=4)
0
4
Semakin rendah tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan di wilayah/unit analisis, maka resiko/ancaman bagi keberlanjutan perikanan di wilayah/unit analisis akan semakin kecil. Nilai/skor jika tingkat eksploitasi berada pada tingkat jauh dibawah potensi lestari [0]; Mendekati potensi lestari [1]; Sama dengan potensi lestari [2]; Over eksploitasi [3]; Mendekati kollaps [4]
1. Exploitation status
Status mengacu pada standar FAO/Ditjen Perikanan Tangkap DKP 2. Recruitment variability
0; 1; 2
0
2
Coefficient Variability rendah/ konsisten dari jenis-jenis ikan yang dianalisis menunjukkan fungsi ekosistem masih berjalan baik,dimana tingkat pemulihan dari jenis ikan tersebut masih belum berubah. Semakin baik fungsi ekosistem maka secara tidak langsung resiko/ancaman bagi keberlanjutan usaha perikanan di wilayah/ unit analisis semakin kecil. Skor COV rendah atau konsisten (kisaran normal variabilitas), <40% [0]; Sedang, 40-100% [1]; Tinggi/tidak konsisten (pola rekruitmen telah berubah atau diluar kisaran umum), >100% [2]
336 Lanjutan Lampiran 10 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
3. Change in tropic level (proxi: penurunan panjang rata-rata ikan
0; 1; 2
0
2
Trophic level dari sumberdaya ikan di suatu wilayah/unit analisis menunjukkan tingkat kemantapan ekosistem tersebut (terkait dengan rantai pangan dan jaring makanan). Oleh karena itu jika trophic level alami dari kelompok sumberdaya ikan yang dieksploitasi tidak berubah menunjukkan tidak adanya perubahan ekosistem. Nilai/skor jika trophic level, Tidak berubah [0]; Berubah sedikit [1]; Berubah banyak [2] Catatan: Dapat digunakan pula informasi tidak langsung seperti panjang rata-rata ikan selama 5 tahun terakhir, dimana nilai/skor jika ukurannya: Tidak berubah [0]; Sedikit lebih kecil [1]; Jauh mengecil [2]
4. Migratory range
0; 1; 2
0
2
Semakin kecil/sempit ruaya dari ikan- ikan yang ditangkap maka semakin efektif usaha pengelolaannya, sehingga seiring dengan itu resiko/ancaman terhadap keberlanjutan usaha perikanan di wilayah/unit analisis semakin kecil pula. Nilai/skor jika ruayanya 1-2 [0]; 3-4 [1]; Lebih dari 4 [2]
337 Lanjutan Lampiran 10 (1) 5. Range collapse
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2; 3 (killer=3)
0
3
Semakin sedikit/tidak adanya gejala penurunan jumlah ikan dalam geografis/cakupan area yang luas menunjukkan ekosistem yang baik. Dengan demikian semakin kecil pula resiko/ancaman terhadap keberlanjutan usaha perikanan di wilayah/unit analisis. Nilai/skor jika: Tidak ada bukti [0]; Ada sedikit gejala [1]; Ada gejala penurunan yang mudah terbaca [2]; Ada gejala penurunan yang sangat jelas [3]
6. Size of fish caught
0; 1; 2
0
2
Tidak berubahnya ukuran ikan yang tertangkap selama 5 tahun terakhir mengindikasikan cukup waktu bagi ikan untuk dewasa sebelum tertangkap. Hal ini menunjukkan ancaman bagi keberlanjutan usaha perikanan di wilayah yang dianalisis kecil. Skor jika Tidak terjadi perubahan [0]; Terjadi perubahan secara gradua [1]; Terjadi perubahan secara cepat [2] Catatan: Ukuran mata jaring dapat menunjukkan ukuran ikan yang tertangkap, sehingga dapat pula digunakan sebagai informasi berupa apakah terjadi penurunan ukuran mata jaring dalam 5 tahun terakhir. Nilai/skor jika: Tidak terjadi penurunan[0]; Ada penurunan ukuran yang kecil [1]; Ada penurunan ukuran yang besar [2].
338 Lanjutan Lampiran 10 (1) 7. Catch before maturity
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2
0
2
Sumberdaya perikanan termasuk kategori sumberdaya dapat pulih (renewable resources). Apabila tingkat kemampuan pulihnya secara alami (natural replenishment) semakin terjamin dimana sumberdaya ikan yang dieksploitasi memiliki kesempatan untuk matang atau bereproduksi minimal satu kali sebelum tertangkap, maka secara langsung resiko/ancaman terhadap keberlanjutan usaha perikanan di wilayah/unit analisis akan semakin kecil. Nilai/skor jika: Sangat sedikit, hampir semua ikan tertangkap dapat mencapai umur matang, <30% [0]; Beberapa dapat mencapai masa matang, 30-60% [1]; Lebih dari setengah populasi ikan tertangkap (>60%) tidak mencapai umur matang [2]
8. Discarded by catch
0; 1; 2
0
2
Atribut ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan sumberdaya perikanan. Semakin sedikit ikan sampingan yang tertangkap dan dibuang berarti semakin efisien penggunaan/ pemanfaatan sumberdaya perikanan. Lebih lanjut hal ini berimplikasi pada semakin terjaminnya keberlanjutan usaha perikanan di wilayah/unit yang dianalisis. Nilai/skor jika ikan sampingan: Tidak ada atau sedikit sekali yang dibuang [0]; Setengahnya dibuang [1]: Hampir semua dibuang [2]
339 Lanjutan Lampiran 10 (1) 9. Species caught
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2; 3
0
3
Penangkapan ikan yang melampaui tingkat lestari secara terus menerus, dapat mengakibatkan terjadinya deplesi. Dalam hal ini, berkurangnya jumlah species ikan yang tertangkap dapat dijadikan indikasi terjadinya kepunahan terhadap species ikan yang ada. Nilai/skor : Tidak ada [0]; Berkurang 1 – 2 jenis ikan: Berkurang 3 – 24 jenis ikan [2]; Berkurang > 25 jenis ikan [3]
10 Primary production
0; 1; 2; 3
3
0
Produksi primer plankton dan benthos merupakan faktor pendukung utama kehidupan setiap mahluk hidup di ekosistem perairan/aquatic ecosystem. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat kesuburan suatu wilayah/unit usaha perikanan yang dianalisis (dan merupakan suatu ekosistem perairan) menunjukkan resiko/ancaman terhadap keberlanj utan usaha perikanan di wilayah/unit analisis tersebut cenderung mengecil. Nilai/skor jika produksi primer suatu perairan (dalam g C/m2/th): Rendah, 0-49 [0]; Sedang, 50-99 [1]; Tinggi, 100-150 [2]; Sangat Tinggi, > 150 [3]
Catatan: Jika total nilai dari atribut pembunuh lebih dari 5 (lima), maka seluruh nilai dari dimensi ekologi adalah “buruk”
340 Lanjutan Lampiran 10 Dimensi Ekonomi Atribut
Skala Skor
Baik
Buruk
Penjelasan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2; 3 (killer=3)
0
3
Jika tingkat keuntungan hasil tang-kapan per trip dalam volume dan jenis tangkapan yang sama semakin tinggi, maka tingkat eksploitasi per trip akan cenderung menurun. Hal ini berakibat pada semakin kecilnya resiko/ancaman terhadap keberlan-jutan usaha perikanan di wilayah/ unit analisis.
1. Profitability
Nilai/skor jika tingkat keuntungan: Sangat menguntungkan, R/C>2,5 [0]; Menguntungkan, 1
0; 1; 2
2
0
Jika dalam wilayah/unit yang diana lisis sektor usaha sektor usaha lain relatif memberikan kontribusi terhadap perekonomian yang lebih besar (tampak dari kontribusi terhadap PDRB), maka perhatian (dari para stakeholder) terhadap keberlanjutan dari usaha perikanan tersebut akan semakin besar. Nilai/skor jika kontribusi perikanan dalam PDB wilayah/unit yang dianalisis: Kecil [0]; Sedang [1]; Tinggi [2]
341 Lanjutan Lampiran 10 (1) 3. Average wage
(2)
(3)
(4)
0; 1; 2; 3; 4
4
0
(5) Jika pendapatan rata-rata masyarakat perikanan dibandingkan rata-rata penduduk di wilayah/unit analisis secara keseluruhan semakin tinggi maka kecenderungan masyarakat tersebut akan semakin mendukung keberlanjutan usaha perikanan. Nilai/skor jika tingkat pendapatan masyarakat perikanan yang dianalisis: Jauh lebih rendah [0]; Sedikit lebih rendah [1]; Ku-rang lebih sama [2]; Sedikit lebih tinggi [3]; Jauh lebih tinggi [4].
4. Limited entry
0; 1; 2; 3; 4
4
0
Pembatasan akses/peluang yang dikombinasikan dengan pengelolaan yang baik dapat mengurangi tekanan terhadap stok ikan jenis-jenis tertentu dengan mengurangi jumlah nelayan yang menangkap jenis-jenis ikan tersebut Nilai/skor jika peluang: Terbuka lebar/hampir tidak ada hambatan [0]; Besar [1]; Sedang [2]; Kecil [3]; Tertutup [4]
5. Marketable right
0; 1; 2
2
0
Semakin mudah hak pemilikan terhadap pengusahaan perikanan dipindahtangankan/dijual maka akan menciptakan suatu insentif keuangan untuk memelihara kelestarian dan meningkatkan kualitas sumberdaya perikanan (hak jual semakin tinggi jika kualitas perikana n tinggi/menghasilkan banyak keuntungan). Nilai/skor jika hak pemilikan tersebut: Umumnya dijual [0]; Sebagian dapat dijual [1]; Tidak ada yang dapat dijual [2]
342 Lanjutan Lampiran 10 (1) 6. Other income
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2; 3
0
3
Semakin sedikit masyarakat perikanan yang dianalisis melakukan kegiatan di sektor perikanan sebagai pekerjaan utama, maka resiko/ ancaman terhadap keberlanjutan usaha perikanan (terjadinya ekspoitasi sumberdaya perikanan yang berlebihan – over fishing - semakin rendah). Nilai/skor jika sifat pekerjaan: Untuk kesenangan [0]; Sambilan [1]; Musiman [2]; Utama [3]
7. Sector employment
0; 1; 2
0
2
Semakin kecil prosentase jumlah nelayan dengan alat tangkap yang sama maka tingkat persaingan didalam upaya mengeksploitasi sumberdaya perikanan semakin rendah. Disamping itu semakin mudah untuk diatur (resiko/ancaman terhadap keberlanjutan usaha perikanan di wilayah/unit analisis semakin kecil). Nilai/skor jika prosentasenya: <10% [0]; 10-20% [1]; >20% [2]
8. Ownership transfer
0; 1; 2
0
2
Jika keuntungan lebih banyak dinikmati oleh komunitas lokal, cenderung mereka akan lebih mendukung keberlanjutan usaha perikanan (resiko/ancaman terhadap kelestarian sumberdaya perikanan semakin kecil). Nilai/skor jika keuntungan dari usaha perikanan tangkap yang dianalisis terutama lari ke pengusaha & masyarakat: lokal [0]; Campuran [1]; Luar daerah [2]
343 Lanjutan Lampiran 10 (1) 9. Market
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2
0
2
Pasar atau pengguna lokal cenderung akan lebih peduli/bersahabat (concern/sterwardship) atas sumberdaya perikanan di wila-yah/unit analisis. Karenanya akan mendukung usaha area penangkapan dan sumberdaya perikanan yang terkandung didalamnya. Nilai/skor jika tujuan pemasaran: Lokal/nasional [0]; Nasional/regional [1]; International [2]
10. Subsidy
0; 1; 2; 3; 4 killer = 4
0
4
Semakin kecil subsidi yang diberikan/diperoleh nelayan, maka secara tidak langsung menunjukkan kemandirian mereka untuk mendu-kung keberlanjutan usaha perikanan semakin besar (semakin kecil resiko/ancaman terhadap keberlan-jutan usaha perikanan). Nilai/ skor jika subsidi tersebut: tidak ada [0]; Sedikit/Beberapa [1]; Besar [2]; Tergantung [3]; Sangat tergantung [4]
Catatan 1. Dapatkan data ya ng ada di Kantor Statistik Propinsi, dan tanyakan kepada pejabat Dinas Perikanan untuk memperkirakan secara kasar prosentase PDB perikanan tersebut 2. Nelayan dipakai sebagai proksi untuk jumlah tenaga kerja sektor perikanan 3. Jika total nilai dari atribut pembunuh lebih dari 5 (lima), maka seluruh nilai dari dimensi ekonomi adalah “buruk”
344 Lanjutan Lampiran 10 Dimensi Sosial Atribut
Skala Skor
Baik
Buruk
Penjelasan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2
2
0
Untuk pengelolaan usaha perikanan yang semakin terikat secara emosional – hubungan sosial dan berskala luas (satu komunitas masyarakat s/d. negara) akan semakin mempermudah melakukan pengelolaan usaha perikanan di wilayah/unit analisis – terkait dengan berjalannya fungsi kelembagaan.
1. Socialization of fishing
Nilai/skor jika status kepemilikan usaha tersebut milik: Orang lain yang tidak ada hubungan langsung/perusahaan perikanan [0]; Orang yang ada hubungan langsung (keluarga/ pemilik kapal/juru mudi) [1]; Kelompok masyarakat yang terkait hubungan sosial (Kelompok nelayan/KUD Mina) [2] 2. New entrants into the fishery
0; 1; 2; 3
0
3
Semakin kecil tingkat pertumbuhan jumlah masyarakat yang bergerak di bidang perikanan maka semakin kecil penambahan tingkat kebutuhan akan sumberdaya perikanan (memperkecil resiko/ancaman terhadap keberlanjutan usaha perikanan di wilayah/unit analisis). Nilai/skor jika tingkat pertumbuhannya: < 10% [0]; 10-20% [1]: 20-30% [2]; > 30% [3].
345 Lanjutan Lampiran 10 (1) 3. Fishing sector
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2
0
2
Semakin kecil persentase jumlah rumah tangga nelayan menunjukkan semakin kecil ketergantungan komunitas tersebut terhadap sumberdaya perikanan (resiko/ ancaman terhadap keberlanjutan usaha perikanan semakin kecil). Nilai/skor jika besarnya persentase < 1/3 [0]; 1/3 – 2/3 [1]; > 2/3 [2].
4. Environmental knowledge
0; 1; 2
2
0
Pengetahuan/pemahaman tentang lingkungan hidup secara tidak lansung mengindikasikan tingkat kepedulian nelayan (traditional knowledge) terhadap keberlanjutan usaha perikanan di wilayah/unit analisis. Nilai/skor jika: Tidak mengetahui [0]; Mengetahui sedikit/sebagian [1]; Mengetahui banyak [2]
5. Education level
0; 1; 2
2
0
Semakin tinggi tingkat pendidikan rata-rata masyarakat perikanan maka cenderung akan semakin meningkatkan kepedulian masyarakat (public awareness) terhadap keberlanjutan usaha perikanan di wilayah/unit analisis. Nilai/skor jika tingkat pendidikan: Dibawah [0]; Sama [1]; Diatas [2]
346 Lanjutan Lampiran 10 (1) 6. Conflict status
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2
0
2
Umumnya keberlanjutan usaha perikanan di wilayah/unit analisis akan lebih terjamin jika tidak pernah terjadi konflik, baik konflik antar stakeholder usaha perikanan maupun konflik antara stakeholder usaha perikanan dengan masyarakat diluar usaha perikanan tangkap. Nilai/skor jika konflik: Tidak ada/tidak terjadi [0]; Kadang-kadang terjadi [1]; Sering sekali terjadi [2]
7. Fisher influence
0; 1; 2
2
0
Semakin besar tingkat partisipasi (keterlibatan/pengaruh) masyarakat nelayan/perikanan dengan pengeta- huan tradisionalnya dalam pengam-bilan keputusan di bidang pengelolaan sumberdaya perikanan maka akan mendukung kelestarian sumberdaya perikanan (resiko/ ancaman terhadap keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan semakin kecil). Nilai/skor jika besarnya keterlibatan/pengaruh: Tidak ada (tidak pernah/hampir) [0]; Sedang (kadang-kadang) [1]; Besar (selalu/hampir selalu) [2]
8. Fishing income
0; 1; 2
2
0
Semakin besar persentase/bagian pendapatan nelayan dari total pendapatan keluarga berasal dari usaha perikanan maka semakin tinggi tingkat kepeduliannya terhadap upaya pele starian/ keberlanjutan pengelolaan sumber-daya perikanan Nilai/skor jika persentasenya: <50% [0]; 50-80% [1]; >80% [2]
347 Lanjutan Lampiran 10 (1) 9. Kin participan
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2; 3; 4
4
0
Semakin banyak anggota keluarga yang terlibat dalam usaha perikanan, maka semakin tinggi perhatian akan diberikan kepada keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan. Nilai/skor jika anggota keluarga yang terlibat dalam usaha perikanan: Tidak ada [0]; 1-2 orang [1]; Beberapa, 3-5 orang [2]; Cukup banyak, 6-8 orang [3]; Banyak, > 8 orang [4]
Catatan 1. Jumlah nelayan dipergunakan sebagai proksi untuk jumlah tenaga kerja di sektor perikanan
348 Lanjutan Lampiran 10 Dimensi Teknologi Atribut
Skala Skor
Baik
Buruk
Penjelasan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2; 3; 4
0
4
Kemampuan lama melaut secara tidak langsung menunjukkan kemampuan mengeksploitasi sumberdaya perikanan. Semakin singkat waktu melaut berarti semakin kecil kemampuan mengeks-ploitasi sumberdaya perikanan.
1. Trip length
Nilai/skor jika lama rata-rata melaut: Singkat, ≤ 1 hari [0]; Cukup singkat, 2 - 4 hari [1]; Sedang, 5 – 8 hari [2]; Cukup lama, 8 – 10 hari [3]; Lama, <10 hari [4] 2. Landing sites
0; 1; 2; 3
0
3
Tempat pendaratan yang menyebar/berjumlah banyak secara langsung mempercepat waktu penurunan ikan, dan dengan demikian meningkatkan keuntungan nelayan. Nilai/skor jika lokasinya: Tersebar , >3 tempat [0]; Agak terpusat, 3 tempat [1]; Terpusat, 1-2 tempat [2]; Tidak ada tempat pendaratan – termasuk penjualan di tengah laut [3]
3. Onboard handling
0; 1; 2; 3
3
0
Semakin baik penanganan ikan di atas kapal, maka semakin memper-kecil terjadinya penurunan kualitas ikan pada saat akan didaratkan/dijual (meningkatkan keuntungan nelayan). Nilai/skor jika tingkat penanganan: Rendah, tidak ada [0]; Sedang, beberapa - seperti penggaraman, perebusan [1]; Baik - seperti pembekuan [2]; Sangat baik, penanganan hidup [3]
349 Lanjutan Lampiran 10 (1) 4. Pre-sale processing
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2
2
0
Semakin baik penanganan ikan sebelum dijual maka semakin meningkatkan keuntungan nelayan. Nilai/skor jika pengolahan tersebut: Tidak ada [0]; Sebagian [1]; Hampir seluruhnya [2]
5. Gear
0; 1
0
1
Ancaman pada ekosistem perairan yang ditimbulkan oleh alat tangkap pasif relatif lebih kecil dibandingkan alat tangkap aktif. Nilai/skor jika sifat alat: Pasif [0]; Aktif [1]
6. Gear selectivity
0; 1; 2
2
0
Peningkatan selektifitas penangkapan sangat terkait dengan efisiensi penggunaan sumberdaya perikanan (mengurangi tertangkapnya ikan nontarget). Nilai/skor jika: Sedikit [0]; Sebagian [1]; Banyak [2]
7. FADS
0; 0.5; 1
0
1
Penggunaan alat bantu penangkapan akan meningkatkan kemampuan mengeksploitasi sumberdaya perikanan. Nilai/skor jika: Tidak menggunakan [0]; Penggunaan umpan [0.5]; Penggunaan alat penarik perhatian [1]
8. Vessel size
0; 1; 2; 3; 4
0
4
Semakin besar ukuran kapal maka semakin tinggi kemampuan eksploitasi sumberdaya perikanan. Nilai/skor jika panjang rata-rata: <5m [0]; 5-10m [1]; 10-15m [2]; 15-20m [3]; >20m [4]
350 Lanjutan Lampiran 10 (1) 9. Catching power
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2; 3; 4
0
4
Semakin meningkatnya kemampuan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan berarti semakin tinggi ancaman/resiko terhadap keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan (peningkatan upaya eksploitasi). Nilai/skor jika perubahannya: Tidak ada [0]; Sedikit [1]; Sedang [2]; Agak besar [3]; Besar [4]
10. Gear side effect
0; 1; 2
0
2
Dampak dari penggunaan alat-alat yang merusak ekosistem adalah meningkatnya resiko/ancaman terhadap keberlanjutan usaha perikanan. Nilai/skor jika penggunaan alat yang merusak lingkungan: Tidak ada [0]; Beberapa [1]; Banyak [2]
351 Lanjutan Lampiran 10 Dimensi Etik Atribut
Skala Skor
Baik
Buruk
Penjelasan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1; 2; 3
3
0
Nelayan yang hidup dekat ke area penangkapannya (kegiatan dilakukan turun-temurun) dan sangat tergantung kehidupannya pada usaha perikanan, maka cenderung akan mempertahankan keberlanjutan dari area penangkapan tersebut.
1. Adjacency and reliance
Nilai/skor jika: Tidak dekat tempat tinggal/tidak tergantung [0]; Dekat tempat tinggal/tidak tergantung [1]; Jauh dari tempat tinggal/cukup tergantung [2]; Dekat dari tempat tinggal/ cukup tergantung [2]; Dekat dari tempat tinggal/sangat tergantung [3] 2. Alternatives
0; 1; 2
2
0
Semakin banyak pekerjaan di luar perikanan secara tidak langsung menurunkan tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan. Nilai/skor jika ketersediaannya: Tidak ada [0]; Ada beberapa [1]; Banyak [2]
3. Equity in entry to fishery
0; 1; 2
2
0
Semakin dibatasi akses ke usaha perikanan serta pengaturannya tersebut berdasarkan pada sejarah/adat/tradisi maka umumnya keputusan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan semakin bijak. Disamping itu juga akan mengurangi potensi terjadinya konflik pemanfaatan sumberdaya perikanan tersebut. Nilai/skor jika: Tidak ada persyaratan, semua orang boleh [0]; Ada persyaratan [1]; Ada persyaratan tradisi lokal [2]
352 Lanjutan Lampiran 10 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
4. Just management
0; 1; 2; 3; 4
4
0
Proses pengambilan keputusan serta pelaksanaannya yang semakin melibatkan seluruh stakeholders dalam posisi yang seimbang akan lebih dapat menghasilkan mekanisme pengaturan sumberdaya perikanan di wilayah/unit analisis yang baik. Nilai/skor jika: Dilakukan pemerintah semata [0]; Dilakukan pemerintah dan dikonsultasikan ke masyarakat [1]; Dilakukan bersama dipimpin pemerintah [2]; Dilakukan bersama dipimpin tokoh masyarakat [3]; Dilakukan bersama dengan peran dan kedudukan yang seimbang [4]
5. Influences of ethical formation
0; 1; 2; 3; 4
4
0
Aturan-aturan sosial yang ada didalam masyarakat nelayan dapat berdampak positif (mendukung) ataupun negatif (membahayakan/mengancam) terhadap keberlanjutan pengelolaan perairan di wilayah/unit analisis (dalam kaitannya dengan kegiatan penangkapan ikan). Nilai/skor jika: sangat negatif [0]; negatif [1]; tidak berdampak apa-apa [2]; Positif [3]; Sangat positif [4]
6. Mitigation of habitat destruction
0; 1; 2; 3; 4
4
0
Perbaikan atau pemeliharaan habitat ikan akan menjamin kelestarian sumberdaya perikanan di wilayah/unit analisis. Nilai/skor jika: Banyak kerusakan, belum ada upaya perbaikan [0]; Ada beberapa kerusakan, belum ada upaya perbaikan [1]; Tidak ada kerusakan habitat [2]; Ada upaya sedikit upaya perbaikan [3]; Ada banyak upaya perbaikan [4]
353 Lanjutan Lampiran 10 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
7. Mitigation of ecosystem destruction
0; 1; 2; 3; 4
4
0
Pemeliharaan atau perbaikan ekosistem akan menjamin kelestarian sumberdaya perikanan di wilayah/unit analisis.
8. Illegal fishing
0; 1; 2
Nilai/skor jika: Banyak kerusakan [0]; Beberapa kerusakan [1]; Tidak ada kerusakan maupun upaya perbaikan [2]; Telah dilakukan beberapa upaya perbaikan [3]; Telah banyak upaya perbaikan [4] 0
2
Pemanfaat sumberdaya perikanan akan lebih patuh pada aturan pengelolaan sumberdaya perikanan pada saat kepedulian masyarakat terhadap segala kegiatan penangkapan ikan ilegal tinggi. (Adanya tekanan publik). Nilai/skor jika kepedulian tersebut: Tinggi (Aktif) [0]; Sedang(Pasif) [1]; Rendah [2]
9. Discards and wastes
0; 1; 2
0
2
Besarnya jumlah ikan yang terbuang, terutama jika tidak tercatat akan mengakibatkan status eksploitasi tidak dapat diukur dengan baik (bisa terjadi over fishing/over exploitation). Nilai/skor jika jumlah ikan yang terbuang: Sedikit/Tidak ada [0]; Sedang [1]; Banyak [2]
354 Lanjutan Lampiran 10 (1) 10. Conflicting regulation
(2)
(3)
(4)
(5)
0; 1
0
1
Semakin sedikit frekuensi konflik menunjukkan koordinasi antar instansi pemerintah sebagai salah satu stakeholders, salah satu faktor yang disyaratkan dalam mewujudkan pengelolaan sumberdaya perikanan yang baik/lestari. Nilai/skor jika konflik: Tidak ada [0]; Ada [1]
11. Law enforcement
0; 1; 2
2
0
Peraturan perundangan yang telah ditetapkan harus dilaksanakan agar pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan dapat terwujud. Nilai/skor jika derajat pelaksanaan peraturan-perundangan: Tidak ada [0]; Ada sedikit [1]; Ada banyak [2]
Catatan 1. Pertanyaan ditujukan untuk dinas yang menangani perikanan dan nelayan yang dijadikan sebagai responden, disamping diperlukan juga data sekunder/statistik/stakeholder perikanan tangkap lainnya
355 Lanjutan Lampiran 10 Dimensi Kelembagaan Atribut
Skala Skor
Baik
Buruk
Penjelasan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0;1;2
2
0
Apresiasi kebahariaan di kalangan masyarakat harus ditumbuhkan agar timbul motivasi di kalangan masyarakat untuk mengusahakan kelestarian sumberdaya. Tindakan nyata dari masyarakat dalam upaya melindungi/menjaga perairan beserta isinya akan menjamin adanya keberlanjutan.
1. Development of appreciation on maritime affairs
Nilai/skor upaya yang dilakukan : Tidak ada [0]; Sering dikemukakan/diperbincangkan [1]; Tercantum dalam program [2] 2. People participation
0;1;2
2
0
Ketidak-pedulian masyarakat menambah resiko terhadap kelestarian sumberdaya Nilai/skor tindakan masyarakat berkaitan dengan inisiatif sebagai wujud kepedulian : Tidak peduli [0]; Tidak berinisiatif, tapi mendukung program [1]; Sering memunculkan inisiatif/program/kegiatan [2]
3. Appreciation on marine esthetics
0;1
1
0
Senada dengan apresiasi terhadap kebaharian secara umum Nilai/skor apresiasi masyarakat terhadap keindahan : Tidak berkembang [0]; Berkembang dengan baik [1];
356 Lanjutan Lampiran 10 (1) 4. Satisfaction of maritime jobs
(2)
(3)
(4)
(5)
2;1;0
2
0
Kepuasan terhadap pekerjaan kelautan akan mendorong individu yang bersangkutan termotivasi untuk melestarikan arena bekerja tersebut Nilai/skor kepuasan bekerja di laut ditunjukkan melalui : Tidak peduli [0]; Ingin bekerja di bidang lain [1]; Ingin tetap bekerja di bidang perikanan/ kelautan [2]
5. Apresiasi pada produk perikanan
1;0
1
0
Masyarakat yang memiliki apresiasi yang rendah terhadap produk perikanan tidak memiliki sense yang baik terhadap pelestarian sumberdaya laut Nilai/skor kebiasaan mengkonsumsi ikan : Tidak berkembang [0]; Berkembang baik [1]
6. Existence of marine management regulation
0;1;2
2
0
Keberadaan peraturan pengelolaan sumberdaya kelautan memfasilitasi pelestarian sumberdaya tersebut Nilai/skor keberadaan peraturan ya ng mengatur tentang pengelolaan sumberdaya ikan : Tidak ada [0]; Sedikit [1]; Banyak [2]
7. Existence of conflict of marine management regulation
0;1
1
0
Konflik peraturan memperbesar resiko kelestarian sumberdaya Nilai/skor Intensitas konflik peraturan : Tidak ada [0]; Ada [1]
357 Lampiran 11 Hasil skoring atribut setiap dimensi untuk masing-masing perikanan pelagis kecil yang di analisis Rapfish
Exploitation status
Recruitment variability
Trophic level change
Migratory Range
Range colapse
Size of fish caught
Catch before maturity
Discarded by catch
Species caught
Primary production
(1)
EKOLOGI
Attributes > Perikanan Pelagis Kecil V
Abbreviation
Dimensi Ekologi
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Subang-Purse Seine Subang-Gill Net Indramayu-Purse Seine Indramayu-Gill Net Cirebon-Gill Net Pemalang-Purse Seine Pemalang-Payang
SBGPSM SBGGN IDMPSM IDMGN CRBGN PMLPSM PMLPY
3 3 3 3 3 3 3
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 2 1
2 2 1 1 1 2 2
2 3 2 2 2 3 2
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1
3 3 3 2 2 3 3
Pemalang-Gill Net
PMLGN
3
1
1
2
1
1
0
0
1
3
Pekalongan-Purse Seine Pekalongan-Gill Net
PKLPSM
3
1
2
2
2
2
1
0
1
3
PKLGN
3
1
1
1
2
1
0
0
1
2
Rembang-Purse Seine
RMBPSM RMBPY RMBGN
3 3 3
1 1 1
2 2 2
1 0 1
2 2 2
1 0 1
1 1 1
0 0 0
1 1 1
2 3 2
Rembang-Payang Rembang-Gill Net
358 Lanjutan Lampiran 11 (1) Tuban-Purse seine Tuban-Gill Net Lamongan-Purse Seine Lamongan-Payang Lamongan-Gill Net Gresik-Purse Seine Gresik-Payang Gresik-Gill Net
(2) TBNPSM TBNGN LMGPSM LMGPY LMGGN GRSPSM GRSPY GRSGN
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
3 3 3 3 3 3 3 3
1 1 1 1 1 1 1 1
1 2 2 1 1 2 1 1
1 0 1 2 2 2 1 1
2 3 3 3 2 2 2 2
1 2 2 2 1 2 1 1
1 1 1 1 1 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1
3 3 3 3 2 3 2 2
359 Lanjutan Lampiran 11 (1) Reference fisheries: GOOD - best attribute values BAD - worst attribute values UP - half good, half bad DOWN - opposite to UP Anchor Fisheries:
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
0 4 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 4 4 4 4 4 4
0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0
0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0
0 2 0 2 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0
0 3 0 3 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0 0 0
0 2 2 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0
0 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0
0 2 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0
0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3
360 Lanjutan Lampiran 11 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
0.3
0.2
0.3
0.2
User-entered scoring error limits per attribute: (score is expected to be in interval score-Emin to score+Emax) Emin Emax
DEFAULT 95% probability scoring error limits set at 20% of full attribute scale Error limit above or below score (assumes 0 mean Normal error distribution)
0.3
0.3
0.2
0.2
0.3
0.2
361 Lanjutan Lampiran 11
Profitability
GDP
Average wage
Limited entry
Marketable right
Other income
Sector employment
Ownership transfer
Market
Subsidy
(1)
EKONOMI
Attributes > Perikanan Pelagis Kecil V
Abbreviation
Dimensi Ekonomi
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Subang-Purse Seine Subang-Gill Net Indramayu-Purse Seine Indramayu-Gill Net Cirebon-Gill Net Pemalang-Purse Seine Pemalang-Payang Pemalang-Gill Net
SBGPSM SBGGN IDMPSM IDMGN CRBGN PMLPSM
1 1 1 3 3 2
0 0 0 0 0 0
2 1 3 1 2 2
0 0 0 1 1 0
2 2 2 2 2 2
2 3 2 3 3 3
2 1 1 2 2 2
1 0 1 0 0 1
1 0 1 1 0 1
1 1 1 3 1 1
PMLPY
1
0
1
0
2
3
1
0
0
1
PMLGN
1
0
2
0
2
3
1
2
0
1
Pekalongan-Purse Seine
PKLPSM
1
0
2
0
2
3
2
1
0
1
Pekalongan-Gill Net
PKLGN
2
0
1
1
2
3
2
0
0
1
Rembang-Purse Seine
RMBPSM RMBPY RMBGN
2 1 1
0 0 0
1 1 1
1 1 1
2 2 2
3 3 3
2 1 2
0 0 0
1 0 0
1 1 1
Rembang-Payang Rembang-Gill Net
362 Lanjutan Lampiran 11 (1) Tuban-Purse seine Tuban-Gill Net Lamongan-Purse Seine Lamongan-Payang Lamongan-Gill Net Gresik-Purse Seine Gresik-Payang Gresik-Gill Net
(2) TBNPSM TBNGN LMGPSM LMGPY LMGGN GRSPSM GRSPY GRSGN
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
2 3 3 2 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0
2 1 2 1 1 2 2 2
0 0 0 0 1 0 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3
1 1 1 1 2 2 2 2
1 0 1 0 0 1 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1
363 Lanjutan Lampiran 11 (1) Reference fisheries: GOOD - best attribute values BAD - worst attribute values UP - half good, half bad DOWN - opposite to UP Anchor Fisheries:
(2)
(3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
(4)
0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3
(5)
2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2
(6)
4 0 4 0 4 4 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4
(7)
4 0 4 0 4 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 4
(8)
2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2
(9)
0 3 3 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0 0 0
(10)
(11)
(12)
(13)
0 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0
0 2 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0
0 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0
0 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0
364 Lanjutan Lampiran 11 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
0.28
0.28
0.31
0.29
0.23
0.22
0.23
0.28
0.28
0.31
User-entered scoring error limits per attribute: (score is expected to be in interval score-Emin to score+Emax) Emin Emax
DEFAULT 95% probability scoring error limits set at 20% of full attribute scale Error limit above or below score (assumes 0 mean Normal error distribution)
365 Lanjutan Lampiran 11
Conflict status
Fisher influence
Fishing income
Kin participant
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
0 0 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1
1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0
1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2
1 1 4 2 2 2 1 0 2 2 2 0 2
Education level
Environmental knowledge
SBGPSM SBGGN IDMPSM IDMGN CRBGN PMLPSM PMLPY PMLGN PKLPSM PKLGN RMBPSM RMBPY RMBGN
(3)
Fishing sector
Subang-Purse Seine Subang-Gill Net Indramayu-Purse Seine Indramayu-Gill Net Cirebon-Gill Net Pemalang-Purse Seine Pemalang-Payang Pemalang-Gill Net Pekalongan-Purse Seine Pekalongan-Gill Net Rembang-Purse Seine Rembang-Payang Rembang-Gill Net
(2)
Entrants to fisheries
(1)
Abbreviation
Socialization of fishing
Attributes > Perikanan Pelagis Kecil V
SOSIAL
Dimensi Sosial
366 Lanjutan Lampiran 11 (1) Tuban-Purse seine Tuban-Gill Net Lamongan-Purse Seine Lamongan-Payang Lamongan-Gill Net Gresik-Purse Seine Gresik-Payang Gresik-Gill Net
(2) TBNPSM TBNGN LMGPSM LMGPY LMGGN GRSPSM GRSPY GRSGN
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 1 1 1
1 2 1 2 0 2 1 1
1 0 2 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 1 0 0
1 0 1 1 0 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 2 2 2
367 Lanjutan Lampiran 11 (1) Reference fisheries: GOOD - best attribute values BAD - worst attribute values UP - half good, half bad DOWN - opposite to UP Anchor Fisheries:
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0
0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 3 0
0 2 0 2 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0
2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2
2 0 2 0 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2
0 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0
2 0 0 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2
2 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2
4 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 4 4 4 4 4 4 4
368 Lanjutan Lampiran 11 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
0.23
0.20
0.20
0.22
0.21
0.22
0.22
0.21
0.23
0.31
User-entered scoring error limits per attribute: (score is expected to be in interval score-Emin to score+Emax) Emin Emax
DEFAULT 95% probability scoring error limits set at 20% of full attribute scale Error limit above or below score (assumes 0 mean Normal error distribution)
369 Lanjutan Lampiran 11
Entry equity
Influences ethical formation
Mitigation habitat destruction
Mitigation ecosystem depletion
Illegal fishing
Discards and wastes
Conflicting regulation
Law enforcement
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
Just management
Alternative
(2)
Adjacency
(1)
ETIK
Attributes > Perikanan Pelagis Kecil V
Abbreviation
Dimensi Etik
Subang-Purse Seine Subang-Gill Net Indramayu-Purse Seine Indrama yu-Gill Net Cirebon-Gill Net Pemalang-Purse Seine Pemalang-Payang Pemalang-Gill Net
SBGPSM SBGGN IDMPSM IDMGN CRBGN PMLPSM
2 3 2 3 3 1
1 0 1 0 0 1
0 2 0 2 0 0
3 0 1 1 1 3
2 2 2 3 3 2
0 0 3 0 0 1
0 0 3 0 0 2
0 1 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0
1 0 1 0 0 1
1 0 0 0 0 1
PMLPY
3
0
2
3
2
0
0
1
0
0
0
PMLGN
2
1
1
1
2
3
3
0
0
1
1
Pekalongan-Purse Seine
PKLPSM
3
2
0
0
2
1
2
0
0
1
2
Pekalongan-Gill Net
PKLGN
3
0
0
1
3
1
0
1
0
0
0
Rembang-Purse Seine
RMBPSM RMBPY
3 2
0 0
0 1
1 2
3 2
1 0
0 1
1 1
0 0
0 1
0 1
Rembang-Payang
370 Lanjutan Lampiran 11 (1) Rembang-Gill Net Tuban-Purse seine Tuban-Gill Net Lamongan-Purse Seine Lamongan-Payang Lamongan-Gill Net Gresik-Purse Seine Gresik-Payang Gresik-Gill Net
(2) RMBGN TBNPSM TBNGN LMGPSM LMGPY LMGGN GRSPSM GRSPY GRSGN
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
3 3 3 3 2 3 3 3 3
0 1 0 0 0 1 1 0 0
0 0 2 0 1 0 1 2 2
2 1 3 1 2 1 3 1 1
3 2 3 2 2 3 3 3 3
1 3 0 3 0 0 0 1 1
1 3 1 3 1 1 1 0 0
0 0 1 0 2 1 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 0 1 1 0 1 0 0
0 0 0 0 1 0 1 0 0
371 Lanjutan Lampiran 11 (1) Reference fisheries: GOOD - best attribute values BAD - worst attribute values UP - half good, half bad DOWN - opposite to UP Anchor Fisheries:
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
1
3 0 3 0 3
2 0 2 0 2
2 0 2 0 2
4 0 4 0 4
4 0 4 0 4
4 0 4 0 4
4 0 0 4 4
0 2 2 0 0
0 2 2 0 0
0 1 1 0 0
2 0 0 2 0
2
3
2
2
4
4
4
4
0
0
1
0
3
3
2
2
4
4
4
4
0
2
1
0
4
3
2
2
4
4
4
4
2
2
1
0
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
3 3 3 3 3 3 0 0 0 0
2 2 2 2 2 0 0 0 0 0
2 2 2 2 0 0 0 0 0 0
4 4 4 0 0 0 0 0 0 0
4 4 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 2 2 2 2 2 2 2 2 0
2 2 2 2 2 2 2 2 0 0
1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 2 2 2 2
372 Lanjutan Lampiran 11 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
15 16 17 18 19
0 0 0 0 0
0 0 0 0 2
0 0 0 2 2
0 0 4 4 4
0 4 4 4 4
4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
2 2 2 2 2
0.21
0.21
0.21
0.22
0.23
0.21
0.21
0.21
0.20
0.20
0.21
User-entered scoring error limits per attribute: (score is expected to be in interval scoreEmin to score+Emax) Emin Emax
DEFAULT 95% probability scoring error limits set at 20% of full attribute scale Error limit above or below score (assumes 0 mean Normal error distribution)
373 Lanjutan Lampiran 11
Trip length
Landing sites
Presale processing
On board handling
Gear
Selective gear
FAD
Vessel size
Catching power
Gear side effect
(1)
TEKNOLOGI
Attributes > Perikanan Pelagis Kecil V
Abbreviation
Dimensi Teknologi
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Subang-Purse Seine Subang-Gill Net Indramayu-Purse Seine Indramayu-Gill Net Cirebon-Gill Net Pemalang-Purse Seine Pemalang-Payang Pemalang-Gill Net
SBGPSM SBGGN IDMPSM IDMGN CRBGN PMLPSM
3 0 2 0 0 3
1 2 2 2 2 1
1 1 1 1 1 1
1 0 1 0 1 1
1 0 1 0 0 1
1 1 0 0 0 1
1 0 1 0 0 1
2 1 2 1 1 2
3 1 3 2 2 3
1 1 0 0 0 1
PMLPY
0
2
1
0
0
1
0
1
1
1
PMLGN
4
2
1
1
1
0
1
2
3
0
Pekalongan-Purse Seine
PKLPSM
4
1
1
2
1
1
1
4
4
1
Pekalongan-Gill Net
PKLGN
0
2
1
1
0
0
0
1
2
0
Rembang-Purse Seine
RMBPSM RMBPY RMBGN
2 2 0
2 1 2
1 1 1
1 1 1
1 1 1
0 1 0
1 1 0
1 2 1
2 2 2
0 1 0
Rembang-Payang Rembang-Gill Net
374 Lanjutan Lampiran 11 (1) Tuban-Purse seine Tuban-Gill Net Lamonga n-Purse Seine Lamongan-Payang Lamongan-Gill Net Gresik-Purse Seine Gresik-Payang Gresik-Gill Net
(2) TBNPSM TBNGN LMGPSM LMGPY LMGGN GRSPSM GRSPY GRSGN
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
0 0 2 3 1 0 0 0
2 2 2 1 2 1 2 2
1 0 1 1 1 1 1 0
1 0 1 1 1 1 1 0
1 0 1 1 0 1 1 0
0 1 0 1 0 1 0 0
1 0 1 1 0 1 0 0
2 1 2 2 1 2 2 1
3 1 3 2 2 3 2 1
0 1 0 1 0 1 0 0
375 Lanjutan Lampiran 11 (1) Reference fisheries: GOOD - best attribute values BAD - worst attribute values UP - half good, half bad DOWN - opposite to UP Anchor Fisheries:
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
0 4 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 4 4 4 4 4 4
0 3 0 3 0 0 0 0 0 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 0
3 0 3 0 3 3 3 3 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3
2 0 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2
0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
2 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2
0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 4 4 0 0 0 4 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0
0 4 4 0 0 4 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0 0
0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
376 Lanjutan Lampiran 11 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
0.23
0.26
0.27
0.25
0.20
0.24
0.20
0.26
0.25
0.24
User-entered scoring error limits per attribute: (score is expected to be in interval score-Emin to score+Emax) Emin Emax
DEFAULT 95% probability scoring error limits set at 20% of full attribute scale Error limit above or below score (assumes 0 mean Normal error distribution)
377 Lanjutan Lampiran 11
(3)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1 1 2 2 1 2 1 2 2 0 2 2 2
1 1 1 1 1 2 1 1 0 1 1 1 1
1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
2 2 2 2 2 0 2 1 1 0 0 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1
0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
Conflict of marine management regulation
Marine management regulation
(4)
Maritime appreciation
Appreciation to fisheries product
SBGPSM SBGGN IDMPSM IDMGN CRBGN PMLPSM PMLPY PMLGN PKLPSM PKLGN RMBPSM RMBPY RMBGN
Satisfaction to work of oceanic
Subang-Purse Seine Subang-Gill Net Indramayu-Purse Seine Indramayu-Gill Net Cirebon-Gill Net Pemalang-Purse Seine Pemalang-Payang Pemalang-Gill Net Pekalongan-Purse Seine Pekalongan-Gill Net Rembang-Purse Seine Rembang-Payang Rembang-Gill Net
(2)
Appreciation to marine esthetic
(1)
Abbreviation
KELEMBAGAAN
Attributes > Perikanan Pelagis Kecil V
People participation
Dimensi Kelembagaan
378
Lanjutan Lampiran 11 (1) Tuban-Purse seine Tuban-Gill Net Lamongan-Purse Seine Lamongan-Payang Lamongan-Gill Net Gresik-Purse Seine Gresik-Payang Gresik-Gill Net
(2) TBNPSM TBNGN LMGPSM LMGPY LMGGN GRSPSM GRSPY GRSGN
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
2 1 0 1 2 2 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 0 0 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1
1 2 1 2 1 2 2 2
0 0 0 0 0 0 0 0
379 Lanjutan Lampiran 11 (1) Reference fisheries: GOOD - best attribute values BAD - worst attribute values UP - half good, half bad DOWN - opposite to UP Anchor Fisheries:
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
2 0 2 0 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0
2 0 2 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 2
1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1
2 0 2 0 2 2 0 0 0 0 0 2 2 2
1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1
2 0 0 2 2 0 0 0 0 0 2 2 2 2
1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1
380 Lanjutan Lampiran 11 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
0.22
0.29
0.20
0.21
0.25
0.25
0.20
User-entered scoring error limits per attribute: (score is expected to be in interval score-Emin to score+Emax) Emin Emax
DEFAULT 95% probability scoring error limits set at 20% of full attribute scale Error limit above or below score (assumes 0 mean Normal error distribution)