Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
BAKTERI KITINOLITIK Pseudomonas sp TNH 54 DAN PERANANNYA PADA PROSES ENZIMATIS MATERIAL KITIN Oleh : Nuniek Herdyastuti Jurusan Kimia FMIPA – Universitas Negeri Surabaya Email :
[email protected] Abstrak Bakteri kitinolitik merupakan bakteri yang mempunyai kemampuan untuk mendegaradasi senyawa kitin dengan menggunakan enzim kitinase. Pseudomonas sp TNH 54 merupakan salah satu bakteri kitinolitik yang telah diisolasi dari tanah sawah di sekitar kampus UNESA dan telah diuji secara morfologi, fisiologi dan genetik berdasarkan 16SrRNA. Kitin sebagai polimer yang melimpah di alam setelah selulosa berperan sebagai substrat bagi enzim kitinase yang selanjutnya didegradasi untuk menghasilkan senyawa turunan kitin seperti N- Asetil glukosamin. Dikarenakan bentuk kitin yang sangat rapat maka perlu dilakukan modifikasi kitin dengan tujuan untuk memutus ikatan hidrogen di dalamnya. Modifikasi kitin dapat dilakukan dengan menambahkan senyawa kimia seperti asam klorida, natrium hidroksida ataupun sodium dodecyl sulphate. Enzim kitinase menunjukkan aktivitas tertinggi 1,858 U/mL dengan menggunakan kitin jenis amorf. Hal ini dikarenakan adanya penataan ulang kembali pada rantai kitin sehingga terjadi perubahan volume dan luas pori sebesar 3,252 m2/g serta morfologinya lebih terbuka dibandingkan dengan kitin yang tidak dimodifikasi. Kitinase mempunyai manfaat yang cukup banyak diantaranya sebagai anti jamur dan berperan pada pembentukan senyawa N-Asetil glukosamin. Sebagai anti jamur, kitinase mampu menunjukkan kemampuan penghambatan terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus niger, Aspergillus parasiticus ataupun Fusarium oxysporum f.sp.capsici. Hasil degradasi kitinase terhadap kitin jenis amorf mampu menghasilkan N-Asetilglukosamin dengan kemurnian 76%. Dikatakan bahwa N-asetil glukosamin adalah senyawa tidak beracun, aman bagi tubuh dan merupakan kandidat food supplement serta berperan sebagai pengobatan pada penderita osteoarthritis. Kata kunci : Bakteri kitinolitik, kitin, N-Asetil glukosamin, Pseudomonas sp TNH 54 Kitin dan perannya sebagai substrat
mengolah udang untuk ekspor dalam
kitinase
bentuk udang beku dihasilkan limbah
Kitin merupakan polimer yang
berupa kulit keras (cangkang) sekitar 50 –
sangat melimpah di alam sehingga dapat
60 % yang dibuang begitu saja atau hanya
diperoleh dari berbagai sumber, salah
digunakan sebagai campuran makanan
satunya adalah dari cangkang udang windu
ternak
(Penaousse
dihasilkan
monodon).
Pada
pabrik
pembekuan udang (cold storage) yang
sehingga limbah
diperkirakan udang
lebih
akan dari
500.000 ton. Dalam Firdaus (2009), A-8
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
Focher menyatakan bahwa, kulit udang
Linier polisakarida yang dibentuk
mengandung protein (25 – 40 %), kalsium
dari
karbonat (45 – 50 %), dan kitin (15 – 20
glukosamin
%), tetapi besarnya kandungan komponen
merupakan
seperti
pada
Gambar
tersebut tergantung pada jenis udangnya.
1(Nathalie,
2006).
Ikatan
tersebut
Kandungan kitin dalam kulit udang lebih
membentuk fibra yang linier, rantainya
sedikit dari kandungan kulit kepiting,
dapat membentuk kristal karena adanya
tetapi kulit udang lebih mudah didapat dan
ikatan
tersedia
dalam
membentuk
sebagai
limbah.
jumlah
banyak
N-asetil-
membentuk polimer
hidrogen
intramolekul
mikrofibril
yang
kitin
dan
panjang
menghasilkan struktur yang rigid dan
diperkirakan dunia dapat memperoleh
stabil (Gooday, 1990). Dalam Yurnaliza
kembali
(2002),
dari
tahun
residu
1993
kitin
Pada
yang
-1,4
ikatan
invertebrata
laut
Richard
menyatakan
kitin
sebanyak 37.000 ton dan meningkat
berbentuk padat, amorf, tidak berwarna,
menjadi 80.000 ton pada tahun 2000
tidak larut dalam air, asam encer, alkohol
(Ogawa et al., 2002). Dengan kata lain
dan semua pelarut organik tetapi kitin
kitin dapat diproduksi secara murah dan
dapat larut dalam fluoroalkohol dan asam
sekaligus
membantu
menyelesaikan
mineral pekat.
masalah
lingkungan
dan
untuk
mempromosikan nilai ekonomis produksi laut.
Gambar 1. Kitobiosa, merupakan disakarida N-Asetil-glukosamin yang membentuk seyawa kitin
A-9
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
Kitin mempunyai tiga bentuk struktur
yebabkan kitin tidak larut dalam pelarut,
yaitu α, β dan γ. Kitin-α lebih banyak
sedangkan
ditemukan
bentuk
swollen di dalam air sehingga dapat larut
polimorfik yang paling stabil dengan
seperti dalam asam format (Coutiño et al.,
struktur yang rapat padat, mempunyai
2006 ; Majt´an et al., 2007).
di
alam
karena
rantai anti paralel dan mempunyai ikatan hidrogen yang ditemukan
pada
kuat.
Kitin-α
golongan
kitin-β
dapat
membentuk
Keberadaan kitin di alam yang
banyak
sangat
crustaceae
melimpah
terdegradasi,
karena
ini
dengan
adanya
cepat
beberapa
seperti kepiting, lobster dan sebagainya.
bakteri dan fungi yang mempunyai enzim
Bentuk kitin-β jarang ditemukan, terdapat
kitinase yang mampu mendegradasi kitin.
pada
Dua
golongan
moluska,
mempunyai
famili
tersebut
mengandung
struktur paralel tertutup dengan interaksi
endokitinase dan eksokitinase yang akan
intramolekul yang lebih lemah tetapi
memotong
sedikit lebih stabil daripada kitin-α, dan
(Gambar 2).
mempunyai
kelarutan
rantai
kitin
secara
tertinggi
dibandingkan dua bentuk lainnya. Bentuk ketiga adalah kitin-γ merupakan gabungan dari struktur kitin α dan β. Struktur kitin-α yang men
Gambar 2. Sisi spesifik pemotongan tiga jenis kitinase terhadap kitin
A - 10
acak
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
Proses degradasi enzim kitinase memotong
modifikasi terhadap kitin.
kitobiosa (GlcNAc)2 menggunakan enzim
bahwa kitin jenis koloidal sebagai sumber
kitobiosidase
(ekso-N,N’-diasetil
kitin terbaik untuk memproduksi kitinase
kitobiohidrolase) atau memotong kitotriosa
(Suraini et al., 2008; Shanmugaiah et al.,
(GlcNAc)3
enzim
2008 ; Herdyastuti, 2009 ; Singh, 2010 ;
(ekso-N,N’,N’’-triasetil
Day, 2011). Modifikasi kitin jenis lain
kitotriohidrolase) dari ujung reduksi atau
yaitu kitin jenis amorf dapat menunjukkan
nonreduksi rantai kitin (Brurberg, 2000).
aktivitas yang lebih tinggi terhadap enzim
menggunakan
kitotriosidase
Kitin diidentifikasi sebagai sumber
kitinase
dibandingkan
Dilaporkan
dengan
kitin
karbon terbaik. Bentuk kitin yang rapat
koloidal (Gambar 3) yaitu sebesar 1,585
dan kompak karena adanya bentuk -
U/mL (Herdyastuti, 2015). Kitin
secara
dengan
komersial
dapat
dalam
menstabilkan bentuk polimorfiknya secara
berbagai
bidang
alami dapat menyebabkan kitin tidak larut
enzimologi,
dalam pelarutnya (Majtán, 2006). Hal ini
pangan
dapat menyebabkan kesulitan pada reaksi
kosmetik dan lain-lain (Rattanakit et al.,
enzim dan substrat, sehingga dilakukan
2002).
rantai
antipararel
yang
gizi,
dimanfaatkan misalnya
obat-obatan, mikrobiologi,
biokimia, pertanian, tekstil,
Aktivitas kitinase (U/mL)
2 1,5 1
0,5 0 Kt
Gambar 3.
Kk Jenis Ks Subtrat Ka
Kb
Uji aktivitas kitinase dengan berbagai jenis substrat : kitin serbuk (Kt), kitin koloidal (Kk), kitin superfine (Ks), kitin amorf (Ka) dan kitin bead (Kb)
A - 11
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
Pseudomonas
sp
TNH
54
dengan menghasilkan monomer N-asetil
sebagai
glukosamin.
pengahasil enzim kitinase Kitinase
(EC.3.2.1.14)
adalah
Telah diisolasi bakteri dari lumpur
enzim yang mengkatalisis hidrolisis kitin
sawah yang ada di lingkungan kampus
menjadi oligomer atau monomer senyawa
UNESA secara langsung menggunakan
N-asetil
medium
glukosamin.
Kitinase
dapat
LB.
Berdasarkan
morfologi
dihasilkan oleh beberapa mikroorganisma
koloni yang diperoleh pada media LB
dan
padat diperoleh 63 isolat yang mempunyai
mempunyai peran penting
pada
fisiologi dan ekologi. Kitinase dapat
aktivitas
ditemukan
koloni
pada
bakteri,
jamur
dan
kitinase.
Hasil
menunjukkan
karakteristik
bahwa
koloni
kelenjar pencernaan binatang yang dapat
berwarna kuning, bentuk bulat, elevasi
mengkonsumsi kitin sebagai makanannya.
konveks, margin rata dan diameter koloni
Tronsmo dan Harman (1993) menyatakan
3 – 5 mm seperti pada Gambar 4.
bahwa enzim kitinase dibagi dalam tiga
Uji fisiologi dilakukan dengan
tipe, yaitu :
menggunakan
a) Endokitinase (EC.3.2.1.14) Enzim
endokitinase
bekerja
Microbact
dengan
ditemukan
pada
ini
banyak
beberapa
varietas
TNH54 diduga merupakan kelompok dari Burkholderia pseudomallei dengan percent probability 99%. Hasil identifikasi 16S-
tanaman.
rRNA isolat TNH54 menunjukkan bahwa
b) eksokitinase atau kitobiosidase Enzim
jenis
eksokitinase
isolat akan
merupakan
golongan
seperti tampak pada pohon filogenetik
reduksi kitin pada setiap tahapnya dan
(Gambar
biasanya banyak ditemukan pada bakteri.
-1,4-
TNH54
Pseudomonas sp dengan kemiripan 98 %
menghidrolisis kitin pada ujung non
c)
(Gram Negative
morfologi dan fisiologi terhadap isolat
asetil glukosamin dengan berat molekul jenis
GNB
kits
seperti pada Tabel 1. Berdasarkan uji
kitin membentuk oligomer pendek N-
Enzim
Identification
Bacilli) 12ª/B/E, 24E – Oxidase Positive
memotong ikatan -1,4 bagian internal
rendah.
TM
5).
Sehingga
isolat
yang
ditemukan disebut sebagai Pseudomonas
N-asetilglukosaminidase
sp TNH 54 (Herdyastuti et al, 2012).
(EC.3.2.1.30) Enzim -1,4- N-asetilglukosaminidase bekerja pada pemutusan diasetil atau
Pseudomonas
sp
TNH
menghasilkan
enzim
54
mampu
kitinase
dengan
aktivitas spesifik 7,53 U/mg dengan
kitobiosa, kitotriosa dan kitotetraosa A - 12
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
pengendapan
amonium
sulfat.
Hasil
keberadaan
logam
Mn2+
serta
karakterisasi kitinase menunjukkan kondisi
menunjukkan massa atom relative pada
optimum pada pH 5, suhu 35 C,
26,1 dan 29 kDa menggunakan staining
mempunyai nilai KM 1,51 mg/mL dan
Calcofluor White M2R (Herdyastuti et al,
Vmaks 0,35 µml/mL jam, diaktivasi dengan
2012).
Gambar 4. Hasil isolasi bakteri dari tanah sawah menunjukkan single coloni (a) dan pewarnaan gram (b) Tabel 1. Karakter Fisiologi Isolat TNH54 hasil Identification kits MicrobactTM GNB (Gram Negative Bacilli) 12ª/B/E, 24E – Oxidase Positive
UJI
Hasil
UJI
Hasil
UJI
Hasil
Reduksi Nitrate (NIT) Produksi H2S (H2S) Asam dari xylose (XYL) Hidrolisis Urea (UR)
+
Tryptophane deaminase (TDA) Asam dari inositol (INO) Asam dari sukrosa (SUC) Asam dari adonitol (ADO) Arginine dihidrolase
-
Oxidase (OXI)
+
Motilitas (MOT)
+
Lysine decarboxilase (LYS) Asam dari glukosa (GLU) Onitrophenol Galaktopiranosida (ONPG) Voges proskauer (VP)
+
Ornithine decarboxyl (ORN) Asam dari mannitol (MAN) Indole (IND)
+
+
Gelatin liquefaction (GEL) Asam dari sorbitol (SOR) Asam dari laktose (LAC) Asam dari raffinose (RAF)
-
Penggunaan sitrat (CIT) Malonate inhibition (MAL) Asam dari rhamnose (RHA) Asam dari arabinosa (ARA) Asam dari salicin (SAL)
+ +
+
+ +
A - 13
+ -
+ + -
+ +
+ + +
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
Gambar 5. Phylogenetic tree bakteri kitinolitik dari lumpur sawah dikelompokkan dalam Pseudomonas sp dengan kemiripan 98% Pemanfaatan mikroba kitinolitik
sp dan Pseudomonas sp telah berhasil
merupakan salah satu cara pengendalian
digunakan sebagai kontrol pada beberapa
hayati yang efektif untuk jamur patogen
jamur patogen (Gomes et al., 2000 ;
tanaman. Enzim kitinase yang diproduksi
Gohel, 2006 ; Nandakumar et al., 2007).
oleh
Hal ini dikarenakan adanya kitin pada
beberapa
terbukti dapat
mikroorganisma
telah
menghidrolisis struktur
media
dapat
menginduksi
kitin, senyawa utama penyusun dinding sel
kitinase
tabung kecambah spora dan miselia,
mendegradasi
sehingga jamur tidak mampu menginfeksi
dibandingkan bila ditumbuhkan tanpa kitin
tanaman.
secara
(Parani dan Saha, 2009). Enzim kitinase
mikroskopik menunjukkan kemampuan
dari Pseudomonas sp TNH 54 terbukti
enzim kitinase yang bertanggungjawab
mampu menunjukkan penghambatan pada
terhadap degradasi dinding sel jamur
pertumbuhan Aspergillus niger sebesar
fitopatogenik
3,63 cm dengan indeks kitinolitik 1,17
Sejumlah
Hasil
observasi
(Harigi, agen
et
al.
2007).
biokontrol
dari
sehingga
produksi
jamur
seperti pada Gambar 6.
mikroorganisma kitinolitik Trichoderma A - 14
kemampuan lebih
baik
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
A
B
Gambar 6. Hasil penghambatan kitinase terhadap jamur patogen A. niger (A) dan kontrol (B) Kitin jenis amorf sebagai penghasil
menunjukkan
senyawa N-Asetil glukosamin
penggembungan pada masing-masing jenis
Struktur kitin yang rapat dan kompak
apabila
dimodifikasi
bahwa
perlakuan
kitin merubah luas dan volume pori
maka
menjadi lebih besar meskipun jari-jarinya
strukturnya menjadi lebih terbuka dan
tidak
berongga
2007)
mempermudah enzim untuk berinteraksi
sehingga memudahkan interaksi enzim
terhadap substratnya sehingga aktivitasnya
dengan substrat. Hal ini dikarenakan
tinggi (Herdyastuti et al, 2015).
(Illankovan
et
al.,
terjadinya penataan ulang kembali pada
berubah.
Hal
Berdasarkan
tersebut
morfologi
akan
pada
rantai kitin yang dapat terlihat pada
Gambar 7 menunjukkan bahwa kitin jenis
perubahan karakteristik secara fisik dan
amorf lebih terbuka dibandingkan dengan
morfologi dibandingkan kitin serbuk. Kitin
kitin serbuk sehingga lebih cepat terbentuk
dengan jenis amorf dapat menunjukkan
produknya
aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
yang diduga sebagai N-Asetil glukosamin.
dengan
Apabila
kitin
modifikasi
lainnya
berupa
dalam
potongan-potongan
bentuk
kitin
serbuk
dikarenakan adanya perubahan luas dan
diperlukan waktu inkubasi lebih dari 12
volume pori seperti pada Tabel 2 dan
hari
Gambar
glukosamin (Hoang et al., 2011).
7.
Hasil
analisis
tersebut
A - 15
untuk
mendapatkan
N-Asetil
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
Tabel 2. Hasil analisis sifat fisik berbagai jenis kitin No. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Substrat Kitin serbuk Kitin koloidal Kitin superfine Kitin amorf Kitin bead
Jari-jari pori (A) 19,108 19,044 162,879 19,159 19,011
Luas Pori (m2/g) 1,365 2,780 6 x 10-2 3,252 0,606
Volume pori (cc/g) 4,00 x 10-2 5,00 x 10-2 1 x 10-4 1,30 x 10-2 4,00 x 10-3
Gambar 7. Perbedaan morfologi kitin sebelum didegradasi (a) dan setelah didegradasi oleh kitinase (b) selama 36 jam
N-asetil-glukosamin merupakan turunan
senyawa antara dan diperlukan pada fungsi
monosakarida glukosa dan didistribusikan
sel.
secara luas di seluruh dunia. Monosakarida
glukosamin
amino tersebut mempunyai rumus molekul
supplement,
C8H15NO6, dan berat molekulnya adalah
pengobatan pada penderita osteoarthritis
221,2. Secara umum N-asetil-glukosamin
(Illankovan et al., 2006). Penelitian medis
merupakan serbuk berwarna putih dan
yang
sedikit manis, mempunyai titik leleh pada
menunjukkan
221° C mempunyai kelarutan 25 % dalam
pengobatan penyakit autoimun dengan
air , serta 1 % larutan air tidak berwarna
menggunakan turunan glukosa. Turunan
dan jelas (Chen and Liu, 2010).
glukosa berpartisipasi dalam berbagai
N-Asetil berfungsi
sebagai
glukosamin nutrien,
N-asetil D-glukosamin dan Dmerupakan kandidat serta
melibatkan
berperan
food
sebagai
N-asetilglukosamin
potensi
pada
berbagai
dapat
fungsi tubuh, dan banyak yang percaya
metabolit
bahwa glukosamin dengan atau tanpa A - 16
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
kondroitin, dapat meredakan rasa tidak
mengungkapkan
nyaman dan peradangan pada orang yang
glukosamin tidak beracun, aman bagi
menderita arthritis. Pusat penelitian Irvine,
tubuh dan lebih lanjut menunjukkan bahwa
Universitas
54% dari glukosamin yang diberikan akan
bahwa
California
adanya
menyebutkan
supplement
N-asetil
glukosamin
mengurangi glikosilasi
kelainan protein
N-asetil-
diekskresikan ke dalam urin dalam satu
glukosamin dalam makanan, lebih efektif daripada
bahwa
hari.
dan
dapat
dalam
proses
diproduksi pada kondisi optimal dengan
serta
konsentrasi substrat 1,2 %, suhu 30 C dan
dalam
sel
N-Asetil
glukosamin
yang
menghambat inflammatory demyelination
waktu
pada
membuka
selanjutnya dimurnikan dengan etanol
kemungkinan untuk melakukan terapi
menunjukkan kromatogram seperti pada
metabolisme dengan N-asetil glukosamin
Gambar 8.
mencit.
Hal
ini
inkubasi
selama
8
jam
dan
untuk mencegah penyakit pada system
N-Asetil glukosamin tersebut telah
pusat syaraf, Multiple sclerosis (MS) yang
dikarakterisasi berdasarkan sifat fisik dan
dalam waktu dekat dapat menyebabkan
kimia,
inflamasi dan dalam jangka panjang
diaplikasikan
menyebabkan
seperti dalam bidang kesehatan sebagai
neurodegeneration
(Demetriou, 2005). Hasil uji toksisitas
diharapkan dalam
ke
depan
beberapa
dapat bidang
pengobatan osteoarthritis.
Gambar 8. Kromatogram N-Asetil glukosamin hasil hidrolisis enzimatis menunjukkan waktu retensi 3,1menit
A - 17
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
deproteinasi, deasetilasi I dan deasetilasi II. DPPM UII Yogyakarta. Gooday, G.W. 1990. Physiology of Microbial Degradation of Chitin and Chitosan, Biodegradation. 1 : 177-190 Gohel,V., Chaudhary, Vyas, and Chhatpar. 2006. Stastical Screenings of Medium Components for The Production of Chitinase by The Marine Isolate Pantoe dispersa. Biochemical Engineering Journal. 28 : 50-56 Gomes R.C., L.T.A.S. Semeˆdo, R.M.A. Soares, C.S. Alviano, L.F. Linhares and R.R.R. Coelho. 2000. Chitinolytic activity of Actinomycetes from a cerrado soil and their potential in biocontrol. Letters in Appl. Microbiol. 30 : 146–150 Harighi,M.J., Zamani,M.R., and Motallebi, M. 2007. Evaluation of Antifungal Activity of Purified Chitinase 42 from Tricodherma atroviride PTCC5220. Biotechnol.6 (1) : 2833 Herdyastuti,N., Raharjo T.J., Mudasir, Matsjeh,S. 2009. Kitin dari limbah cangkang udang sebagai media untuk bakteri kitinolitik yang diisolasi dari lumpur sawah, Jurnal Manusia dan Lingkungan .16 (2) : 115-121 Herdyastuti,N., Cahyaningrum S.E., Raharjo T.J., Mudasir, Matsjeh,S. 2012. Potential antifungal of Chitinolytic Bacteria Pseudomonas sp TNH54 from Mud Field, Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. 3 (3) : 11171124 Herdaystuti, N. Cahyaningrum, S.E., Tamimi M. and Wirawan A. (2015). Modification of chitin as substrates for chitinase, African
Ucapan Terima kasih Ucapan terima kasih ditujukan kepada Kemenristek Dikti yang telah memberikan dana pada penelitian yang telah kami lakukan baik Hibah Bersaing maupun Fundamental (2008 – 2016). Kepada teman-teman di kelompok Kitinase : Bu Sari Edi serta mahasiswa bimbingan saya : Mizan Tamimi, Fauziah, Adi Wirawan, Rio Widodo, Intan Ayu Apriliana, Fitria Dewi, Intan Fitria, Medya Indra dan Kartika
Vidya
yang
telah
banyak
membantu penelitian.
Daftar Pustaka Chen, J.K., Shen,C.R., and Liu, C.L. 2010. N-Acetylglucosamine : Production and applications, Marine. Drugs, 8 : 2493-2516 Coutin˜o, L.R., Marı´a del Carmen, M.C., Huerta, S., Revah, S., Shirai, K. 2006. Enzymatic hydrolysis of chitin in the production of oligosaccharides using Lecanicillium fungicola chitinases. Process Biochemistry. 41 : 1106– 1110. Dai De-hui, Wei-lian Hu, Guang-rong Huang and Wei Li. 2011. Purification and characterization of a novel extracellular chitinase from thermophilic Bacillus sp. Hu1. African Journal of Biotechnology . 10(13) : 2476-2485 Demetriou, M. 2005 The Journal of Immunology.175(11) : 7202-7208. Firdaus, F., Darmawan, E., Mulyaningsih, S. 2009. Karakteristik spektra infrared (IR) kulit udang, kitin dan kitosan yang dipengaruhi oleh proses demineralisasi, A - 18
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
Journal of Biotechnology. 14 (18) : 1590-1595 Hoang,K.C., Lai,T.H., Lin,C.S., Chen,Y.T., and Liau, C.Y. 2011. The Chitinolytic Activities of Streptomyces sp. TH-11, Int. J. Mol. Sci. 12 : 56-65 Ilankovan P., Hein S., Chuen-How Ng, Trung T.S., Stevens W.F. 2007. Production of N-acetyl chitobiose from various chitin substrates using commercial enzymes. J.Carb.Poly. available online at www.sciencedirect.com Jamialahmadi,K., J.Behravan, MF.Najafi, MT.Yazdi, AR. Shahverdi, and MA.Faramarzi. 2011. Enzymatic production of N-Acetyl-Dglucosamine from chitin using crude enzyme preparation of Aeromonas sp PTCC1691. Biotechnology. 10 (3) : 292-297. Majt´an, J., B´ılikov´a, K., Markoviˇc, O., J´an Gr´of, Kogan, G., and Sim´uth, J. 2007. Isolation and characterization of chitin from bumblebee (Bombus terrestris). Intern. J. Biol. Macromol. 40: 237– 241 Nandakumar,R., Babu,S., Raguchander,T., and Samiyappan,R. 2007. Chitinolytic Activity of Native Pseudomonas fluorescens Strains, J. Agric. Sci. Technol. 9: 61-68 Nathalie,C., Fleury, A., Fukamiza,T., and Ryszard,B. 2006. Two-exo--Dglukosaminidase from Actinomycetes define anew subfamily 2 of glikoside hydrolases. Biochem.Journal. 394 : 675-686. Ogawa K. Yoshida, Kariya, Ohnishi and Ikeda R. 2002. Purification and Characterization of a Novel Chitinase from Burkholderia cepacia strain KH2 isolated from the Bed Log of Lentinus edodes, Shiitake mushroom. J.Gen. Appl. Microbiol. 48 : 25-33.
Parani,K., and Saha, B.K. 2009. Studies on interaction of Serratia marcescens (SR1) with fungal pathogens, American-Eurasian J.Agric. & Environ.Sci. 5(2) : 215-218 Rattanakit N, Plikomol A, Yano S, Wakayama M, Tachiki T. 2002. Utilization of shrimp shellfish waste as a substrate for solid-state cultivation of Aspergillus sp S1-13: Evaluation of a culture based on chitinase formation which is necessary for chitin-assimilation. J.Biosci.Bioeng. 93 (6) : 550-556 Shanmugaiah, V., Mathivanan N., Balasubramanian, N. and Manoharan, P.T. 2008. Optimization of cultural conditions for production of chitinase by Bacillus laterosporous MML2270 isolated from rice rhizosphere soil, African J. Biotechnol. 7 (15) : 2562-2568 Singh, A.K. 2010. Optimization of culture conditions for thermostable chitinase production by Paenibacillus sp. D1, African Journal of Microbiology Research. 4(21) : 2291-2298 Suraini, A.A., Sin T.L., Alitheen N., Shahab N. and Kamaruddin K.2008. Microbial Degradation of Chitin Materials by Trichoderma virens UKM1. J. Biol. Sci. 8 (1) : 52-59 Yurnaliza. 2002. Senyawa Kitin dan Kajian Aktivitas enzim Mikrobial Pendegradasinya, FMIPA-USU.
A - 19