BAHASA RAHASIA “VERLAN” SATU KAJIAN MORFONOLOGI Makalah
Oleh: Nurul Hikmayaty Saefullah, S.S NIP. 197806072005012001
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA PRANCIS FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2009
BAHASA RAHASIA “VERLAN”* SATU KAJIAN MORFONOLOGI Oleh: Nurul Hikmayaty Saefullah Morphonology plays a role important in the process of verlanisation. It gives many possibilities to the human creativity in the language development and changes. Secret language such as verlan which utilize creativity in its process is the most influential in French community. Verlan is a characteristic of the development of modern French language. Kata kunci: morfonologi, verlan, verlanisasi A. Pendahuluan Bahasa manusia selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan dan perubahan ini, di antaranya, dimulai dari adanya keinginan individu maupun sekelompok orang untuk menggunakan bahasa secara rahasia. Beberapa bahasa di dunia mengenal bahasa rahasia, seperti misalnya bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Jerman, Thailand, dan beberapa bahasa lain, namun hanya beberapa saja yang menampakkan proses kreatif dalam pembentukannya. Pembentukan sebuah kata dalam bahasa tentu berkaitan dengan morfologi, yang merupakan ilmu bahasa tentang seluk beluk bentuk kata (struktur kata). Ketika kreativitas memicu munculnya bentuk baru dari sebuah kata, maka morfologi dapat bergabung dengan cabang lain dari linguistik, misalnya fonologi. Bagaimana fonologi sebagai ilmu tentang bunyi berperan di dalam proses pembentukan sebuah kata secara kreatif, ditunjukkan oleh beberapa variasi pengucapan kata tertentu, terutama berhubungan dengan silaba, oleh individu atau sekelompok orang. Ketika morfologi bergabung dengan fonologi, maka dikenal istilah morfofonologi atau morfonologi. Menurut Kridalaksana (2001:142), istilah ini digunakan untuk menjelaskan “struktur bahasa yang menggambarkan pola fonologis dari morfem; termasuk di dalamnya penambahan, pengurangan, penggantian fonem, atau perubahan tekanan yang menentukan bangun morfem”. Bahasa rahasia, yang sengaja dibuat agar hanya dimengerti oleh sekelompok orang tertentu, dibentuk melalui proses, salah satunya, morfonologi ini. Di Prancis, proses morfonologi dialami oleh bahasa rahasia yang dikenal dengan nama “Verlan”. Apakah itu verlan? Bagaimana awal mula munculnya bahasa rahasia ini? Bagaimana proses morfonologi berlaku bagi verlan? *
Dipresentasikan dalam Seminar Jurusan Bahasa dan Sastra Prancis Fak. Sastra Universitas Padjadjaran pada tanggal 12 Mei 2009.
-1-
1. Verlan, Sejarah, dan Keadaan Masa Kini Verlan adalah bentuk slang bahasa Prancis yang ‘bermain-main’ dengan kata: memisahkan setiap silaba, membolak-baliknya, dan membentuknya kembali menjadi sebuah kata. Di dalam artikel “verlan-french slang” (http://french.about.com, 2009), kata verlan sendiri berasal dari proses verlanisasi kata l’envers seperti berikut: l'envers → l'en vers → vers l'en → versl'en → verslen → verlen → verlan [lBvèR] [l B.vèR] [vèR.l B] [vèR.lB] [vèRlB] [vèRlB] Kata verlan pertama kali diperkenalkan oleh Esnault pada tahun 1953, namun proses verlanisasi itu sendiri sudah dikenal jauh sebelum itu, contohnya kata Lontou untuk menggantikan ‘Toulon’ (awal abad ke-19), Séquinzouil atau ‘Louis XV’ (dibaca Louis Quinze, sekitar tahun 1760), Bonbour untuk ‘Bourbon’ (1585), Sispi atau ‘Pie VI’ (dibaca Pie Six, 1791) (Calvet, 1999:60). Verlan sesungguhnya memiliki aturan-aturan dan prinsip-prinsip tertentu dalam pembentukannya. Kini, pembentukan dan penggunaan verlan lebih banyak ditemukan pada generasi muda yang hidup di daerah pinggiran kota, terutama Paris, dan pada umumnya mereka adalah imigran. Verlan sering digunakan di dalam film dan lagu karena prosesnya termasuk yang paling produktif di antara bahasa slang lainnya. Hal ini menyebabkan verlan menjadi sangat populer di antara pemuda kalangan manapun di Prancis, tingkat bahasanya naik menjadi bahasa familiar, dan sedikit demi sedikit kehilangan identitas ke’slang’annya. Bahkan, kini, verlan digunakan juga dalam iklan. 2. Verlan, Lagu, dan Permasalahan Sebagaimana disinggung sebelumnya, verlan kini sering digunakan di antaranya dalam lagu. Rap, Hiphop, adalah jenis musik Prancis yang sering memunculkan fenomena verlan dalam lirik. Di dalam tulisan ini, akan disajikan beberapa contoh verlan yang digunakan oleh musisi rap dan hiphop Prancis, seperti Zoxea, IAM, 113, dan McSolaar dalam tujuh buah lagu mereka. Bagaimanakah proses morfonologi yang terjadi di dalam lirik lagu rap dan hiphop masa kini? Apakah proses transformasinya sesuai dengan aturan ‘standar’ verlanisasi? Permasalahan tersebut akan dibahas dalam tulisan ini sehingga, melalui bahasa rahasia verlan ini, akan didapat gambaran mengenai perkembangan bahasa Prancis Modern.
-2-
3. Verlan, Korpus, dan Data Analisis Korpus diperoleh dari laman www.rap2france.com dan www.parolesmania.com, berupa tujuh buah lagu dari empat musisi rap dan hiphop Prancis, yaitu:
Zoxea, dalam lagu “A mon tour de briller”, “La ruée vers roro”, dan “60 Piges”; IAM, dalam lagu “Un bon son brut pour les truands”; 113, dalam lagu “Face à la police” dan “Ouais Gros”; McSolaar, dalam lagu “L’Aigle ne chasse pas les mouches”.
Dari tujuh data tersebut, ada duapuluh korpus berupa kata dalam bentuk verlan yang akan dianalisis. B. Pembahasan 1. Verlan dan Teori Verlanisasi Verlanisasi, secara garis besar, adalah proses pembalikan susunan fonem atau huruf dalam kata, atau silaba dalam kata, atau kata dalam frasa. Seperti kita ketahui, bahasa Prancis terkenal dengan perbedaan fonetik dari grafi, maka proses verlanisasi ini seringkali mengikuti fonetiknya. Di dalam L’argot, Calvet (1999:62) mencontohkan frasa ‘comme ça’ (begitulah). Menurut Kamus Le Petit Robert (2006:321&479), frasa ini dibaca [kOmsa] dan ternyata bentuk verlan dari frasa ini adalah ‘sakom’ yang prosesnya didasarkan pada fonetik [kOmsa] bukan pada grafi ‘comme ça’. Hal yang paling penting di dalam melakukan proses verlanisasi adalah adanya aturan baku tertentu yang harus diikuti. Bagaimanakah proses verlanisasi menurut aturannya? Ada beberapa bagian penting yang harus diperhatikan, yaitu jumlah silaba dari kata yang akan diproses, dan proses-proses lain yang berlangsung sebelum atau sesudah proses verlanisasi tersebut. Berikut dapat dilihat berbagai proses yang mungkin terjadi di dalam verlanisasi. Teori di bagian a. dan b. terutama bersumber dari http://monsu.desiderio.free.fr. a. Verlanisasi dan Jumlah Silaba 1) Monosilaba tertutup Monosilaba tertutup adalah kata dengan jumlah silaba satu dan berakhir dengan konsonan (C). Di dalam bahasa Prancis, huruf e-caduc di akhir kata tidak dibunyikan dan tidak menjadikan kata termasuk silaba terbuka. Jadi, kata dengan monosilaba tertutup harus dibentuk terlebih dahulu menjadi disilaba (CVCV)
-3-
sebelum verlanisasi sehingga prosesnya menjadi pembalikan dua silaba terbuka, contohnya pada kata ‘femme’ (perempuan) (Aronoff et al., 2005:89): femme [fam] → [fame] → [fa.me] → [me.fa] → [mefa] [mœf] meufa → meuf Pada contoh di atas, silaba kedua mengalami pelesapan atau apokope, dan hal ini dapat terjadi juga pada kata-kata lainnya. 2) Monosilaba terbuka Apabila sebuah kata mengandung silaba terbuka (CV), prosesnya hanya tinggal membalikkan urutan fonem. Contohnya pada kata ‘chaud’ (panas) dan ‘nez’ (hidung) berikut: chaud [Ho] → [oH] auch nez → zen Dalam dua kata di atas terlihat adanya dua proses transformasi yang berlainan, berdasarkan fonetik (chaud → auch) dan grafi (nez → zen). 3) Disilaba Susunan dua silaba terbuka langsung mengalami proses pembalikan, seperti pada kata ‘bizarre’ (aneh): bizarre [bizaR] → [bi.zaR] → [zaR.bi] → [zaRbi] zarbi Transformasi juga berlaku bagi frasa, misalnya pada frasa ajakan ‘vas-y’ (ayolah): vas-y [vazi] → [va.zi] → [zi.va] → [ziva] ziva 4) Trisilaba Di dalam proses verlanisasi yang terjadi pada kata dengan tiga silaba, ada beberapa proses transformasi yang berlaku: (a) Pemindahan silaba pertama ke tempat paling akhir: S1 S2 S3 > S2 S3 S1. Contoh tipe ini misalnya terjadi pada verba ‘travailler’ (bekerja): travailler → tra.va.iller → va.iller.tra → va.ille.tra → vailletra
-4-
S1 S2 S3
S2 S3 S1
(b) Inversi total silaba: S1 S2 S3 > S3 S2 S1, misalnya pada kata ‘calibre’ (kaliber): calibre → ca.li.bre → bre.li.ca → brelica S1 S2 S3 S3 S2 S1 (c) Pemindahan silaba terakhir ke tempat paling awal: S1 S2 S3 > S3 S1 S2. Contoh untuk tipe ini adalah pada kata ‘enculé’ (homoseksual/disodomi): enculé → en.cu.lé → lé.en.cu → lé.an.cu → léancu S1 S2 S3 S3 S1 S2 b. Transformasi Pra-Verlanisasi dan Pasca-Verlanisasi 1) Paragog Kridalaksana (2001:154) menerangkan paragog sebagai “penambahan bunyi pada akhir kata untuk keindahan bunyi atau kemudahan lafal”. Di dalam bahasa Prancis, paragog berhubungan dengan e-caduc pada monosilaba tertutup. Contohnya adalah pada kata ‘femme’ yang telah dijelaskan terlebih dahulu. Paragog hanya muncul pada proses pra-verlanisasi. 2) Aferesis Aferesis adalah “penanggalan bunyi atau kata dari awal sebuah ujaran” (Kridalaksana, 2001:2). Contoh aferesis pra-verlanisasi adalah kata ‘ricain’ yang merupakan aferesis dari ‘Américain’ (orang Amerika), dan ‘gétran’ yang berasal dari kata ‘étranger’ (orang asing). Sedangkan contoh aferesis pasca-verlanisasi adalah ‘ziczic’ yang berasal dari kata ‘musique’ (musik). 3) Apokope Apokope merupakan “pemenggalan satu bunyi atau lebih dari ujung kata” (Kridalaksana, 2001:16). Dalam hal ini terjadi penghilangan bunyi vokal di akhir kata, misalnya e tertutup yang menjadi e-caduc. Contoh apokope pra-verlanisasi kata ‘jeter’ (melempar) menjadi ‘jeteu’, ‘jet’ kemudian ‘tej’. Sedangkan pada proses pasca-verlanisasi misalnya ‘dreup’ yang berasal dari ‘dreupou’, ‘poudre’ (kokain/heroin). 4) Sinkope Serupa dengan apokope, sinkope mengalami penghilangan bunyi atau huruf dari tengah-tengah kata (Kridalaksana, 2001:198). Contohnya dapat dilihat
-5-
pada frasa ‘comme ça’ seperti telah dijelaskan sebelumnya. Sinkope hanya muncul pada proses pra-verlanisasi. 5) Reverlanisasi Reverlanisasi yang terjadi pada proses pasca-verlanisasi dapat dikatakan sebagai proses pembentukan verlan dari sebuah kata yang sudah dalam bentuk verlan. Misalnya kata ‘Arabe’ (orang Arab): Verlanisasi: Arabe → arabeu → rabeu → beura → beur. Reverlanisasi: beur → beureu → reubeu. 6) Verlanisasi Ganda Reverlanisasi ganda hanya dapat berlangsung pada proses pascaverlanisasi. Reverlanisasi ganda ini dilakukan dengan cara mentransformasi satu frasa silaba demi silaba. Contohnya frasa imperatif ‘lâche-moi’ (tinggalkan saya): Verlanisasi silaba pertama: lâche → chela Verlanisasi silaba kedua: moi → oim Jadi, transformasi frasa lâche-moi’ menghasilkan verlan ‘chelaoim’. 2. Verlan dan Analisis Verlanisasi Setelah mengenal proses verlanisasi melalui teori yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, didapatkan gambaran mengenai proses verlanisasi yang dapat menjawab permasalahan pada korpus lagu yang akan dianalisis. Analisis terhadap korpus berupa duapuluh kata verlan akan dimulai dengan pengelompokkan kata-kata tersebut berdasarkan jumlah silaba dari kata dasarnya. Kemudian kata-kata tersebut dianalisis apakah tergolong verlan fonetik ataukah verlan grafi, dan melihat proses transformasi pra-verlanisasi dan pasca-verlanisasi yang terjadi. Pada akhirnya analisis tersebut akan memberi gambaran apakah proses verlanisasi yang dilakukan oleh para musisi tersebut sesuai dengan prosedur standar verlanisasi. Analisis akhir akan membawa pada simpulan umum apakah proses verlanisasi pada data memberikan gambaran dari ciri perkembangan bahasa Prancis modern. a) Monosilaba Dari duapuluh korpus, terdapat empat korpus berupa kata verlan yang termasuk monosilaba, dan semuanya merupakan monosilaba tertutup. Kata-kata verlan tersebut adalah ‘keuf’, ‘pe-pom’, ‘seuf’, dan ‘teuschi’. (1) keuf
keufli ← keu.fli ← fli.keu ← flikeu
-6-
[kœf] ← [kœfli]
[flike] ← [flik] flic
(2) teuschi ← teu.schi ← schi.teu ← schiteu [tœHi] [Hite] ← [Hit] schit ← shit (3) seuf seufeu ← seu.feu ← feu.seu ← feuseu [sœf] ← [sefœ] [fœse] ← [fèse] ← [fès] fesseu fesse (4) pe-pom ← pom.pe ← pompe [pepom] [pom.pe] [pomp] Ternyata, keempat korpus mengalami proses pra-verlanisasi paragog berupa penambahan bunyi e [e] di akhir kata yang berfungsi untuk membentuk monosilaba tertutup (CVC) menjadi disilaba terbuka (CVCV). Verlan ‘keuf’ berasal dari kata slang argot bahasa Prancis, ‘flic’, yang artinya polisi. Dalam proses pasca-verlanisasi, verlan ‘keuf’ mengalami apokope sehingga silaba akhir ‘-fli’ menghilang atau tidak dilafalkan. Sedangkan verlan ‘teuschi’ berasal dari kata ‘shit’, kata berbahasa Inggris yang merupakan umpatan yang sangat kasar. Verlan ‘seuf’ yang kata dasarnya adalah ‘fesse’ (bokong) mengalami proses perubahan fonetik [è] menjadi [œ] dan proses verlanisasi mengikuti fonetik [œ]. Verlan ‘keuf’, ‘seuf’, ‘teuschi’,dan ‘pe-pom’ dibentuk berdasarkan fonetik dan grafi. b) Disilaba (5) bum-al ← al.bum ← album (6) ceau-mor ← mor.ceau ← morceau (7) cher-tou ← tou.cher ← toucher (8) méelar ← mée.lar ← lar.mée ← larmée ← l’armée (9) péra ← pé.ra ← ra.pé ← rapé (10) ver-la ← la.ver ← laver Korpus verlan no (5) sampai dengan 1( 0) merupakan inversi silaba berdasarkan grafemnya, verlan tersebut adalah ‘bum-al’ dari nomina ‘album’ (album dalam artian hasil rekaman), ‘ceau-mor’ dari nomina ‘morceau’ (potongan), ‘chertou’ dari verba ‘toucher’ (menyentuh), ‘méelar’ dari nomina ‘l’armée’ (tentara), ‘péra’ dari kata ‘rapé’, dan ‘ver-la’ dari verba ‘laver’ (mencuci).
-7-
(11) cé-fran ← fran.cé ← francé [se.fRB] [fRBse] français (12) ché-lâ ← lâ.ché ← lâché [He.la] [laHe] lâcher (13) rotca ← rot.ca ← carot [ROtka] [kaROt] carotte Verlan ‘cé-fran’, ‘ché-lâ’, dan ‘rotca’ memiliki persamaan proses verlanisasi. Ketiganya dibentuk dari persamaan fonetik kata-kata dasarnya, yaitu ‘français’ (orang/bahasa Prancis), ‘lâcher’ (melepaskan), dan ‘carotte’ (wortel). Prosesnya pun amat sederhana. (14) sta-beu ← beu.sta ← beusta [sta.bœ] [bœsta] ← [basta] ← [bæsterd] busta bastard (15) ti-peu ← peu.ti ← peuti [ti.pœ] [pœti] ← [peti] petit Berbeda halnya dengan korpus no (11) hingga (13) yang transformasinya sederhana, verlan ‘sta-beu’ dan ‘ti-peu’ mengalami proses perubahan fonetik terlebih dahulu. Verlan ‘sta-beu’ yang kata dasarnya berasal dari bahasa Inggris, ‘bastard’ (orang jahat), mengalami dua kali perubahan fonetik, yaitu [æ] menjadi [a] kemudian [œ]. Proses pra-verlanisasi yang dialaminya adalah apokope, yaitu penghilangan bunyi [erd]. Fonetik [œ] inilah yang mendasari pembentukan verla ‘sta-beu’, sama halnya dengan verlan ‘ti-peu’, yang berasal dari adjektiva ‘petit’ (kecil), yang mengalami perubahan fonetik [e] menjadi [œ]. (16) zics [zik] zic ← zicmu ← zic.mu ← mu.zic ← muzic [zikmy] [myzik] musique Verlan ‘zics’ atau ‘zic’ mengalami verlanisasi yang didasarkan pada persamaan fonetik ‘musique’ (musik), yang merupakan nomina acuannya, dengan
-8-
‘muzic’, sebagai dasar munculnya verlan ‘zic’. Proses transformasinya tidak terlalu rumit, hanya saja, di akhir proses, verlan ‘zicmu’ mengalami proses pascaverlanisasi berupa apokope, yaitu penghilangan bunyi [my] sehingga verlan yang digunakan adalah ‘zic’. c) Trisilaba (17) ché-arra ← ché.ar.ra ← ar.ra.ché ←arraché [He.aRa] [aRaHe] arracher (18) licepo ← li.ce.po ← po.li.ce ← police (19) cainfri ← cain.fri ← fri.cain ← fricain ← africain [kCfRi] [fRikC] [afRikC] (20) gar-ci ← ci.gar ← cigar ← cigarette [gaR.si] [sigaR] [sigaRèt] Verlan ‘ché-arra’ mengalami proses verlanisasi yang sederhana dengan pembentukan yang disesuaikan dengan fonetik dari kata dasarnya, yaitu verba ‘arracher’ (merenggut). Tipe transformasi yang dialami verba ‘arracher’ hingga menjadi ‘ché-arra’ adalah tipe ketiga, yaitu pemindahan silaba terakhir ke tempat paling awal. Prosesnya adalah sebagai berikut: ar.ra.cher → ché.ar.ra [aRaHe] [He.aRa] S1 S2 S3 > S3 S1 S2 Sedikit berbeda dengan verlan ‘ché-arra’, verlan ‘licepo’ juga mengalami proses yang sederhana, namun pembentukannya hanya didasarkan pada grafemnya. Proses yang dialami oleh kata ‘police’ (polisi) hingga menjadi verlan ‘licepo’ termasuk ke dalam tipe pertama, yaitu pemindahan silaba awal ke tempat paling akhir: po.li.ce → li.ce.po S1 S2 S3 > S2 S3 S1 Korpus (19) memperlihatkan adanya proses aferesis pra-verlanisasi, yaitu dengan menghilangkan silaba pertama dari kata ‘africain’ (orang Afrika) menjadi ‘fricain’. Kata ‘fricain’ inilah yang mengalami proses verlanisasi sehingga verlan ‘cainfri’ muncul. Data verlan terakhir, ‘gar-ci’, merupakan transformasi dari kata ‘cigar’. Kata ‘cigar’ ini berasal dari nomina ‘cigarette’ (rokok) yang mengalami proses apokope pra-verlanisasi, yaitu penghilangan silaba terakhir dari kata yang terjadi sebelum proses verlanisasi. C. Simpulan
-9-
1. Verlan dan Verlanisasi dalam Lagu Analisis mengenai proses morfonologi verlan di dalam lagu rap dan hiphop Prancis menghasilkan beberapa ciri penting mengenai verlan dan verlanisasi, bahwa betapapun verlan digolongkan sebagai bahasa rahasia yang paling kreatif dari segi pembentukannya, para musisi rap dan hiphop Prancis tetap mematuhi kaidah, prosedur, dan aturan dalam pembentukan dan penggunaannya di dalam lirik lagu mereka. Hal ini dapat dilihat pada bagian analisis, tidak ditemukan satupun korpus yang melenceng dari teori verlanisasi yang baku. Ciri kedua yaitu, bahwa proses kreatif pembentukan verlan ditemukan pada berlakunya proses verlanisasi pada kata pinjaman dari bahasa Inggris (‘shit’ menjadi ‘teuschi’ dan ‘bastard’ menjadi ‘sta-beu’). Prosesnya sendiri berlangsung sesuai dengan prosedur transformasi yang ada di dalam verlanisasi. Selain itu, proses verlanisasi juga berlaku bagi ragam bahasa slang Prancis, argot, yaitu ‘flic’ yang berarti polisi menjadi ‘keuf’. Jadi, dapat dikatakan bahwa pembentukan bahasa rahasia “verlan” melalui proses morfonologi – yang dinamakan verlanisasi – di dalam lagu rap dan hiphop masa kini tetap mengacu pada aturan standar verlanisasi sehingga transformasi yang dihasilkan sesuai dengan prosedur yang berlaku. 2. Verlan dan Perkembangan Bahasa Prancis Modern Duapuluh korpus yang berasal dari tujuh lagu dari empat musisi rap dan hiphop Prancis ini dapat dikatakan merepresentasikan keadaan masa kini bahasa Prancis yang selalu berkembang mengikuti perkembangan budaya global. Lagu sebagai salah satu sarana kreativitas kebahasaan kini dapat diidentikkan dengan pengguna bahasa, terutama sekali lagu rap dan hiphop yang amat dekat dengan kehidupan para remaja dan berkembang dari daerah marginal. Menurut Oliver Cachin, seorang jurnalis musik, musik rap merupakan media penyampaian pesan dari generasi muda (Prancis) yang hidup di pinggiran kota (http://www.globalpolicy.org). Ia juga mengatakan bahwa remaja menggunakan bahasa untuk menciptakan identitas diri mereka dan untuk melawan Amerikanisasi yang terjadi di sekitar mereka. Merekalah yang menghidupkan bahasa Prancis dengan cara mereka sendiri. Dari sini dapat disimpulkan bahwa bahasa Prancis, dulu, kini, dan akan datang, selalu mengalami perkembangan dan perubahan selama para remaja dengan kreatif menciptakan bahasa sebagai cara pengekspresian diri mereka. Verlan, sebagai salah satu wujud kreativitas berbahasa remaja, apakah melalui lagu atau media lainnya, dapat menjadi ciri perkembangan bahasa Prancis modern.
- 10 -
Bibliografi Aronoff, Mark et al. 2005. What is Morphology? Blackwell Publishing. Calvet, Louis-Jean. 1999. L’argot. Paris: PUF. Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. Rey-Debove, Josette et al. 2006. Le Petit Robert de la langue française. Paris: Dictionnaires de Robert. Sitografi Anonim. 2009. Verlan-French Slang. About.com, a part of The New York Times Company. Diakses pada tanggal: 22 Januari 2009 dari laman
. Anonim. Tanpa tahun. La verlanisation. Diakses pada tanggal: 21 Januari 2009 dari laman . BBC. 2002. Parlez-Vous Verlan?. Global Policy Forum. Diakses pada tanggal: 22 Januari 2009 dari laman .
- 11 -