BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bejana Tekan (Pressure Vessel). Bejana tekan atau
istilah dalam dalam tehnik adalah tabung tertutup
berbentuk silinder, sebagai penampung yang dapat menahan tekanan dalam (Internal Pressure) maupun tekanan luar (External Pressure). Adapun komponen-komponen dari suatu bejana tekan, terdiri dari beberapa bagian utama seperti; dinding (Shell), Kepala bejana (Head), lubang akses manusia (Manhole), nosel (Nozzel), dudukan penyangga (support) dan aksesoris lainnya yang digunakan sebagai alat pendukung, baik komponen yang berada di dalam maupun komponen yang berada di luar, sebagai suatu alat proses pemisahan dan penampungan, baik untuk pemisah minyak mentah, air dan gas atau fluida lainnya yang akan dipisahkan dalam bejana tekan ini juga akan mengendap secara gravitasi di dalam bejana tekan tersebut sehingga terpisah secar sendirinya. Adapun material atau bahan yang digunakan untuk membuat bejana tekan ini adalah pelat baja yang terlebih dahulu direncakan dan dihitung ketebalan pelat yang akan digunakan dan spesifikasi material yang akan direncanakan didalam proses fabrikasi pembuatan bejana tekan ini. Sistem penyamabungna yang digunakan antara komponen satu dengan yang lainnya digunakan sistem pengelasan. Bejana tekan paling sering dogunakan sebagai penampung fluida cairan, uap air, atau gas pada tingkatan tekanan lebih besar dari tekanan udara. Bejana tekan menampung suatu unsur yang digunakan secara luas untuk berbagai aplikasi industri yang mencakup
7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
bahan kimia, farmasi makanan dan minuman, minyak dan bahan bakar, industri nuklir, dan industri plastik.
2.2 Bejana Tekan Silindris Penelaahan bejana tekan dapat dimulai dengan meninjau bejana tekan silindris seperti sebuah ketel, seperti yang terlihat pada Gambar 2.1. Sebuah segmen dipisah tersendiri dari bejana ini dengan membuat dua bidang tegaklurus terhadap sumbu silinder tersebut dan sebuah bidang tambahan yang membujur melalui sumbu yang sama, seperti terlihat pada Gambar 2.2. Tegangan-tegangan yang terjadi pada irisan silinder tersebut adalah tegangan normal. Tegangan ini merupakan tegangan utama. Tegangan-tegangan ini yang dikalikan dengan masing-masing luas dimana meraka bekerja akan menjaga keseimbangan elemen silinder ketika melawan tekanan dalam.
Gambar 2.1 Bejana tekan silindris
Gambar 2.2 Tegangan yang tejadi pada dinding bejana
Misalkan tekanan dalam yang melebihi tekanan luar p ( tekanan terukur), dan radius dalam silinder sebesar ri. kemudian gaya pada suatu luasan yang kecil tak berhingga Lridθ (dimana dθ adalah sudut kecil tak berhingga) dari silinder tersebut yang disebabkan oleh tekanan dalam yang bekerja tegak lurus adalah pLridθ seperti
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.3. Komponen gaya yang bekerja dalam arah mendatar adalah (pLridθ)cosθ. Jadi gaya perlawanan total sebesar 2P yang bekerja pada segmen silindris adalah.
𝜋/2
2𝑝 = 2 ∫0
𝑝𝐿𝑟𝑖 𝑐𝑜𝑠 𝑑𝜃 = 2𝑝𝑟𝑖 …….………………………(2.1)
Karena bentuk bejana yang simetri, maka setengah gaya total ini mendapatkan perlawanan pada potongan melalui silinder sebelah atas dan setengah lagi pada sebelah bawah. Tegangan normal σ2 yang bekerja sejajar dengan sumbu silinder tidak masuk dalam integrasi di atas.
Gambar 2.3 Tegangan pada penampangan melintang bejana
Kedua gaya P melawan gaya yang disebabkan oleh tekanan dalam p, yang bekerja tegaklurus dengan luas proyeksi A1 dari segmen silindris terhadap garis tengah silinder, seperti Gambar 2.4. Luas ini dalam Gambar 2.2 adalah 2riLp, jadi bisa dituliskan bahwa
2𝑝 = 𝐴1 𝑝 = 2𝑟𝑖 𝐿𝑝 ….…………………………….………………………………(2.2)
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.4 Luas proyeksi A1
Gaya ini mendapat perlawanan dari gaya-gaya yang terbentuk di dalam material dalam potongan membujur. Diketahui bahwa jari-jari luar silinder adalah ro dan jarijari dalam silinder ri luas potongan yang membujur adalah
….…………………..……………….…………(2. 2𝐴 = 2𝐿(𝑟𝑜 𝑟𝑖 ) ….…………………..……………….…………(2.3)
Jika tegangan normal rata-rata yang bekerja pada potongan membujur adalah σ1, maka gaya yang mendapat perlawanan dari dinding silinder adalah
2𝐿 (𝑟𝑜 𝑟𝑖 ) ….……………..………………..……………………(2.4)
Dengan mempersamakan kedua gaya gaya tersebut maka
2𝑟𝑖 𝐿𝑝 = 2𝐿(𝑟𝑜 𝑟𝑖 )𝜎1 ……………………………………………(2.5)
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berhubung
𝑟𝑜 − 𝑟𝑖 adalah tebal t maka persamaan di atas dapat ditulis sebagai
berikut
𝜎1 =
𝑝𝑟𝑖 𝑡
………………………………….…………………(2.6)
Tegangan normal seperti yang ditulis diatas sering disebut sebagai tegangan keliling (Circumferential stress) Tegangan normal yang lain σ2 bekerja membujur atau searah dengan sumbu silinder seperti terlihat pada Gambar 2.2. Dengan membuat sebuah irisan melalui bejana yang tegak lurus terhadap sumbu silinder. Gaya yang dibentuk oleh tekanan dalam adalah
𝑃𝜋𝑟𝑖2 ……...…………………..…………….…………………(2.7)
Dan gaya yang terbentuk oleh tegangan membujur σ2 dalam dinding adalah
𝜎2 (𝜋𝑟02 𝜋𝑟𝑖2 ) ..…………………..………. ……………………(2.8)
Dengan menyamakan kedua gaya ini akan didapat tegangan arah membujur σ2
𝑃𝜋𝑟𝑖2 (𝜋𝑟02 𝜋𝑟𝑖2 ) ..……………………….……..………………(2.9)
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/
𝜎2 =
𝑝 𝑟𝑖2
𝑟𝑜2 −𝑟𝑖2
=
𝑝 𝑟𝑖2 (𝑟𝑜 +𝑟1 )(𝑟𝑜 −𝑟1 )
……..……………..….(2.10)
karena ro-ri adalah tebal dinding silinder dan penurunan persamaan ini terbatas pada bejana berdinding tipis , maka ro ≈ ri ≈ r , jadi
𝜎2 =
2.3
𝑃𝑟 2𝑡
…………..……………………….…………….(2.10)
Beban yang bekerja pada bejana tekan Bejana tekan dikenai bermacam-macam pembebanan yang berbeda-beda pada
setiap komponennya. Kategori dan intensitas gaya-gaya ini menjadi fungsi dari pembebanan alami dan geometri serta kontruksi dari komponen bejana.
2.3.1 Tekanan Desain (Pressure Design). Tekanan desain adalah tekanan yang digunakan untuk menentukan ketebalan shell minimum yang diperlukan bejana. Tekanan desain besarnya diatas tekanan operasi (10% dari tekanan operasi atau minimum10 psi) ditambah dengan besarnya static head dari fluida kerja. Tekanan desain minimum untuk bejana Code nonvacuum adalah 15 psi. Untuk tekanan desain yang lebih kecil Code tidak berlaku.
Tekanan Kerja Ijin Maksimum (Maximum Allowable Working Pressure) didefinisikan sebagai tekanan maksimum yang terukur yang diijinkan yang diukur pada bagian paling atas dari bejana pada kondisi operasi dan pada tekanan desain. Definisi ini berdasarkan asumsi sebagai berikut: 12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada kondisi korosi
Masih di bawah pengaruh temperature desain
Pada kondisi operasional normal
Dibawah pengaruh beban lain
Tekanan yang dialami bejana bisa dikategorikan menjadi dua jenis yaitu tekan dalam (internal pressure) dan tekanan luar (external pressure). Tekanan dalam pada bejana berasal dari fluida yang dikandung oleh bejana itu sendiri, biasanya adalah bejana yang memiliki tekanan kerja lebih besar dari tekanan atmosfir. Sedangkan tekanan luar adalah tekanan untuk bejana vakum. Tekanan desain dirumuskan sebagai berikut. Pd = Po + a + Static Head ………..…………………………….(2.11) Dimana : Pd
= Tekanan desain, Mpa
Po
= Tekanan operasi, Mpa
a
= 0,1 Po atau 10 Mpa minimum
Sehingga Statich Head :
ρ
= Densitas udara kg/mm3
g
= Percepatan gravitasi, mm/sec2
H
= Tinggi bejana, mm
13 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.2
Bobot Mati Bejana (Dead Load) Dead load adalah beban yang berupa berat bejana itu sendiri dan elemen-
elemen lain yang terpasang secara permanen pada bejana. Berat bejana bisa digolongkan menjadi 3, yaitu :
Bobot kosong Adalah berat bejana tanpa insulasi luar, fireproofing, panel-panel operasi, atau struktur luar dan perpipaan. Pada dasarnya ini adalah berat bejana yang hanya head terdiri dari shell dan head.
Bobot operasi. Adalah berat bejana pada kondisi terpasang dan beroperasi penuh. Ini adalah berat bejana dengan tambahan insulasi internal maupun eksternal, fireproofing, segala elemen internal, opening yang menghubungkan system perpipaan, semua ( struktur yang diperlukan pada system bejana , dan peralatan yang lain (heat exchangers).
Shop test dead load Berat bejana yang hanya terdiri dari shell saja setelah proses pengelasan selesai dan diisi dengan fluida tester (air).
2.3.3
Beban Angin. Angin yang dimaksud adalah angin dengan aliran yang turbulen dipermukaan
bumi dengan kecepatan yang bervariasi. Angin disini juga diasumsikan sebagai angin yang mempengaruhi kecepatan rata-rata terentu pada fluktuasi aliran turbulen tiga
14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dimensi lokal. Arah aliran biasanya horizontal meskipun bisa saja menjadi vertical ketika melewati permukaan yang berintangan. Kecepatan angin diukur berdasarkan ketinggian standar 30 m. Tekanan angin dirumuskan sebagai berikut.
Pw = 0,0025 x Vw...........................................................................(2.12) Dimana :
Pw = Tekanan angin, atm Vw = Kecepatan angin, mph
Akibat tekanan angin ini maka terjadi geseran dan momen. Tegangan geser akibat beban angin dirumuskan sebagai berikut. V = Pw DH ...…………................................................................(2.13)
dan momen terbesar di dasar bejana akibat beban angin adalah M = PwDHh DHh……………............................................................(2.14) ……………............................................................(2.14)
sedangkan momen pada ketinggian hT Mr = M – hr (V-0,5PwDhr)……...................................................(2.15) Dimana
V
= tegangan geser akibat beban angin, kg
D
= diameter luar bejana, mm
H
= panjang vessel, mm
hT
= jarak antara dasar bejana dengan sambungan skirt, m
h
= H/2
15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.4
Beban karena gempa secara tiba-tiba di dalam tanah tempat bejana berada dan bejana terpengaruh oleh
gerakan tersebut. Faktor utama yang merusakan struktur bejana akibat getaran adalah intensitas dan durasi gempa yang terjadi. Gaya dan tegangan yang terjadi selama gempa paada struktur adalah transien, tegangan dinamik alami, dan tegangan kompleks. Untuk menyederhanakan prosedur desain komponen vertikal pergerakan gempa biasanya diabaikan dengan asumsi pada arah vertikal struktur memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan pergerakan gempa. Gaya aksi akibat gempa arah horizontal pada bejana direduksi dalam gaya statik equivalen. Hal yang terpenting untuk mengatasi kekuatan gempa pada sebuah struktur adalah struktur yang paling beresiko mengalami kegagalan terhadap pengaruh seismik mpa harus didesain untuk bisa menahan gaya geser horizontal minimum yang diterima gempa pada bagian dasar bejana pada segala arah. Tegangan yang terjadi pada bejana tekan vertikal akibat beban seismik adalah tegangan geser di dasar bejana dan momen. Tegangan geser dasar adalah tegangan geser total akibat beban seismik pada dasar bejana. Tegangan geser V untuk bejana dengan silinder shell yang kaku bisa dirumuskan sebagai berikut :
V=ZIKCSW……………………………………………………………..(2.16)
Dimana:
Z
= faktor seismik
I
= koefisien occupancy importance
K
= faktor gaya horizontal
C
= koefisien numeris
16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
S
= koefisien numeris untuk struktur yang beresonsi
W
= berat total bejana
Harga koefisien numeris bisa ditentukan dengan persamaan berikut :
𝐶=
1 15√𝑇
………………………………………………….(2.17)
Harga C tidak bolehlebiih dari 0.12 Nilai S bisa di tentukan dengan persamaan di bawah ini S = 1.5 jika T ≤ 2.5 S = 1.2 + 0.24 T – 0.48T2 Jika T > 2.5 Sedangkan harga T bisa dicari dengan menggunakan persamaan berikut 𝐻 2
T = 0.0000265 ( ) √ 𝐷
Dimana :
𝑤𝐷 𝑡
……………….…………………(2.18)
H
= Panjang bejana termasuk skirt, mm
D
= Diameter luar bejana, mm
W
= Massa total bejana, kg
t
= Tebal vessel yang (dibutuhkan sudah termasuk factor korosi), mm
Sedangkan momen yang terjadi akibat gempa dirumuskan sebagai berikut.
M = [FiH + (V-Fi)(2H/3)]………………………………………….(2.19) Dimana Fi = 0,7TV atau Ft = 0 untuk T ≤ 0,7
17 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4
Komponen utama bejana tekan. Komponen utama bejana tekan merupakan komponen yang paling dominan
dan selalu ada pada setiap bejana tekan. Komponen-komponen ini antara lain; shell, head, nozzle, support dan skirt support.
2.4.1
Shell Shell adalah komponen yang paling utama yang berisi fluida yang bertekanan.
Pada umumnya ada dua tipe shell yang ada yaitu shell silindris dan spherical shell shell. Tetapi hanya shell silindris sering digunakan dalam desain bejana tekan. Ketebalan shell dipengaruhi oleh tekanan desain. Tekanan desain dibedakan menjadi dua yaitu tekanan desain internal dan tekanan desain eksternal. Untuk menentukan ketebalan shell harus memperhatikan beban yang terjadi pada shell. Arah penyambungan shell juga akan mempengaruhi perhitungan ketebalan shell shell. A. Ketebalan shell berdasarkan internal pressure design. Berdasarkan standar ASME, ketebalan shell berdasarkan internal pressure bisa ditentukan dengan persamaan berikut: 1. Sambungan memanjang (longitudinal joint). Untuk sambungan jenis ini ketebalan shell harus bisa menahan tegangan yang terjadi. Tegangan yang dominan pada sambungan memanjang adalah tegangan arah melingkar atau circumferential stress. Besarnya ketebalan shell ditentukan dengan persamaan berikut:
18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
𝑡=
𝑃𝑅 𝑆𝐸−0,6𝑃
…………………………………………..(2,20)
Dimana : t
= Ketebalan minimal shell yang diperlukan, mm
P
= Tekanan dalam desain (Internal Design Pressure), Mpa
R
= Jari-jari dalam Shell, mm
S
= Tegangan ijin maksimum, Mpa
E
= Efisiensi sambungan las
2. Sambungan melingkar (circumferential joint). Sambungan melingkar harus bisa menahan tegangan arah longitudinal atau longitudinal stress. Untuk memenuhi kriteria tersebut maka ketebalan shell dapat ditentukan dari persamaan berikut:
𝑡=
𝑃𝑅 2𝑆𝐸+0,4𝑃
…………………………………………..(2,21)
B. Ketebalan shell berdasarkan tekanan luar (external pressure design). design Ketebalan shell untuk beberapa tipe sambungan berdasarkan external pressure dapat ditentukan dari persamaan di bawah ini. 1. Untuk silinder dengan Do/t ≥ 10
𝑃𝑎 =
4𝐵 3(𝐷𝑜 /𝑡)
……………………..…………………..(2,22)
Atau dengan persamaan
19 http://digilib.mercubuana.ac.id/
𝑃𝑎 =
2𝐴𝐸 3(𝐷𝑜 /𝑡)
……………………..…………………..(2,23)
2. Untuk silinder dengan Do/t < 10 Tentukan harga faktor A dan factor B dari grafik UGO-28.0 dan UCS28.2. Jika Do/t kurang dari 4 maka faktor A dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
𝐴 = (𝐷
1,1
𝑜 /𝑡)
……………………..…………………..(2,24)
2
Untuk harga A lebih besar dari 0,1 maka harga A yang dipakai adalah 0,1. Kemudian untuk menentukan harga tekanan eksternal ijin maksimum Pa bisa ditentukan dengan persamaan berikut:
2,167
𝑃𝑎𝑎11 = [
𝐷 ( 𝑡𝑜 )
− 0,0833] 𝐵
……………….……..(2,25)
Dan
𝑃𝑎2 =
2𝑆 𝐷 ( 𝑡𝑜 )
[1 −
1
] 𝐵 ………………………..(2,26) 𝐷 ( 𝑡𝑜 )
Diantara harga Pa1 dan Pa2 dicari harga yang paling kecil kemudian dijadikan sebagai tekanan kerja ijin maksimum eksternal Pa, kemudian bandingkan
20 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan P (tekanan desain eksternal). Apabila Pa labih kecil dari P maka ketebalannya harus diperbesar dari harga semula.
2.4.2
Head. Seluruh bejana tekan harus ditutup dengan head. Head lebih banyak
berbentuk kurva dari pada pelat datar. Bentuk kurva lebih banyak memiliki keuntungan antara lain kuat sehingga ketebalan head bisa lebih tipis, lebih ringan walaupun agak mahal. Berikut tipe head dan persamaan unuk menetukan ketebalanya. A. Ketebalan head berdasarkan tekanan internal. a. Sphere dan Hemispherical head
𝑡=
𝑃𝑅 2𝑆𝐸+0,8𝑃
…………………………………………..(2,27)
. b. Ellipsoidal head.
𝑡=
𝑃𝐷 2𝑆𝐸+1,8𝑃
…………………………………………..(2,28)
c. Cone dan cconical head.
𝑡=
𝑃𝑅 2𝑐𝑜𝑠∝ (𝑆𝐸+0,4𝑃)
…………………………………..(2,29)
21 http://digilib.mercubuana.ac.id/
d. ASME Flange dan Dished head. Jka perbandingan L/r = 50/3
𝑡=
0,885𝑃𝐿
…………………………………………….(2,30)
𝑆𝐸+0,8𝑃
Jika perbandingan L/r < 50/3
𝑡=
𝑃𝐿𝑀 2𝑆𝐸+𝑃 (𝑀−0,2)
……………………………………..(2,31)
e. Circular flat head 𝑡 = 𝑑√0.13𝑃/𝑆𝐸 atau 𝑡 = 𝑑𝑥√𝐶𝑃/𝑆𝐸 …………………….(2.32)
B. Ketebalan head berdasarkan tekanan eksternal. a. Sphere dan hemispherical head. Prosedur untuk menentukan ketebalan head. -
Asumsikan ketebalan head kemudian hitung harga A.
-
Masukan harga A pada grafik material Fig G ASME
-
Dari grafik tersebut akan ditemukan harga B kemudian subtitusikan ke persamaan berikut.
𝑃𝑎 =
𝐵 (𝑅𝑜 −𝑡)
……………………………………………..(2,33)
Jika Pa perhitungan di atas lebih besar dari tekanan desain maka ketebalan yang diasumsikan aman digunakan, tetapi jika Pa lebih kecil dari tekanan
22 http://digilib.mercubuana.ac.id/
desain maka ketebalan yang diasumsikan harus diperbesar dan prosedur diulangi lagi. b. Elipsoidal head. Penentuan ketebalan ellipsoidal head sama dengan prosedur diatas tetapi Ro= K1 x Do Dimana K1 = 0,9 (Tabel UG-37 ASME) c. ASME Flanged and Dishead head. Prosedur untuk menentukan ketebalan head sama hanya Ro adalah sama dengan Do d. Cone and Conical section Prosedur untuk menentukan ketebalan head pada prinsipnya sama tetapi untuk head tipe ini menggunakan tabel UGO-28 ASME dengan harga Pa dibawah ini.
𝑃𝑎 =
2.4.3
4𝐵 3(𝐷𝑡 / 𝑡𝑒 )
……….…………………………………..(2,34) ……….…………………………………..(2,34
Nozzle/Opening. Bukaan atau nosel pada silinder atau conical pada bagian bejana tekan, atau
pada Head, biasanya berbentuk lingkaran atau ellips. Jika bukaan terpanjang dari ellips lebih dari dua kali dari pada bukaan terpendek dari ellips, penguat (reinforcement) sepanjang bukaan terpendek perlu di tambahkan ini dibutuhkan untuk memberikan kekuatan agar dapat menahan moment puntir yang melebihi batas yang di ijinkan. Nozel memiliki beberapa fungsi antara lain:
23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menyambungkan pipa yang berfungsi untuk mengalirkan fluida dari atau ke bejana tekan.
Sebbagai tempat untuk sambungan instrument, seperti level gauges, thermowells atau pressure gauges.
Sebagai tempat untuk masuk orang untuk mempermudah perawatan.
Sabagai tempat untuk akses langsung ke peralatan lain misalnya heat exchanger.
Gambar 2.5.Penguat Bukaan (Reinforce Opening)
𝑡𝑟 =
𝑃𝑅 𝑆𝐸−0,6𝑃
……….…………………………………(2,35)
Ketebalan dinding Nozzle yang diperlukan (tra)
𝑡𝑟 =
𝑃𝑅𝑛 𝑆𝐸−0,6𝑃
……….…………………………………(2,36)
Dimana :
24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
P
= Tekanan desain , Mpa
R
= Jari-jari dalam vessel, mm
Rn
= Jari-jari dalam Nozzle, mm
S
= Tegangan ijin maksimal, Mpa
E
= Effisiensi sambungan las
Setelah tebal minimum dinding nozzle di dapatkan maka kita perlu mengecheck apakah ketebalan dan lasan yang ada mampu menahan beban setelah penurunan kemampuan menahan beban akibat bukaan (streght reduction factor).
Tanpa Element Penguat : = A= dtrF +2tn tr F(1-f -fr1)
.................................................(2,37)
= A1= (Gunakan hasil yang terbesar.) = d(E1 t-ft -ftr) – 2tn (E1t-Ft -ft Ftr) (1 (1-fr - 1) -fr
.................................(2,38)
= 2(t+tn)(E1t-ft -ftr))-2t -ft -2t 2tn(E1t-ft -ftr)(1 -ft )(1-f -fr1) -f
................................(2,39)
= 2 = (Gunakan hasil terkecil). =A =5(tn-trn) fr2 t
............................................................(2,40)
=5(tn-trn) fr2 tn
............................................................(2,41)
= A3 = (Gunakan hasil terkecil). = 5t ti fr2
....................................................................(2,42)
= 5ti ti fr2
....................................................................(2,43)
= 5h ti fr2
...................................................................(2,44)
= A41=Lasaan terluar nosel=(leg)2fr2 ..................................(2,45)
25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
= A43=Lasaan terluar nosel=(leg)2fr2 .....................................(2,46)
Jika A1+A2+A3+A41+A42+A43 ≥ A
Area dan bukaan yang ada sudah cukup kuat
Jika A1+A2+A3+A41+A42+A43 < A
Area dan bukaan yang ada belum cukup kuat jadi perlu ditambahkan element penguat
Dengan Element Penguat : = A= Sama seperti diatas
= A1= Sama seperti diatas = 2 = (Gunakan hasil terkecil) =A = 5(tn-ttrn) fr2 t
.............................................................(2,47)
=2(t (tn-ttrn)(2.5 )(2.5t )( 2.5tn-te) fr2
...................................................(2,48) ...................................................(2,48
= A3= Sama seperti diatas
= A41=Lasaan terluar nosel=(leg)2fr3 .....................................(2,49) = A42=Lasaan terluar nosel=(leg)2fr
..................................(2,50)
= A43=Lasaan terluar nosel=(leg)2fr2 .....................................(2,51)
= A5 = (Dp-d-2tn) te fr4 ..............................................................(2,52) Jika A1+A2+A3+A41+A42+A43+A5 ≥ A
Area dan bukaan yang ada sudah cukup kuat
Dimana :
26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
A
= Total luas area yang perlu diperkuat
A1
= Total luas area yang perlu diperkuat yang terdapat pada dinding bejana.
A2
= Total luas area yang perlu diperkuat yang terdapat pada dinding nosel.
A3
= Total luas area yang perlu diperkuat yang terdapat pada dinding nosel yang masuk kedalam.
A5
= Total luas area yang perlu diperkuat yang terdapat pada elelment penguat.
A42, A43 = Area yang terdapat pada lasan untuk penguat. c
= Korosi yang dijinkan
D
= Diameter dalam dinding bejana
Dp
= Diameter luar element penguat
d
= Diameter bukaan.
E
= 1 Jika kategori lasan adalah B butt joint.
F
= Correction factor, 1.
fr
= Strenght reduction factor, tidak lebih dari 1
fr1
= sn / sv Untuk nosel yang masuk kedalam atau 1
fr2
= sn / s v
fr3
= (Terkecil antara sn atau sp) / sv
fr4
= sp / s v
h
= Jarak antara nosel yang masuk terhadap permukaan dalam vessel. 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Rn
= Radius dalam nosel
Sn
=
Tegangan ijin nosel
Sp
=
Tegangan ijin element penguat
Sv
=
Tegangan ijin bejana
t
= Tebal diding vessel
te
= Tebal element penguat
ti
= Tebal dinding nosel yang masuk.
tn
= Tebal dinding nosel. (Jika Pipa tebal yang digunakna adalah tebal nominal. [Lihat UG-16(d)]).
tr
2.4.4
= Tebal dinding nosel yang dibutuhkan berddasarkan stress melingkar
Support. Komponen ini berfungsi untuk menahan bejana tekan agar tidak berpindah
atau bergeser. Penyangga ini harus bisa menahan beban baik berupa beban berat bejana ataupun beban dari luar seperti angin dan gempa bumi. Perancangan penyangga tidak seperti desain bejana tekan karena penyangga tidak mempunyai tekanan. A. Saddle Supports. Tabung horizontal biasanya disangga dengan saddle supports pada dua tempat. Struktur seperti ini akan menyebarkan berat bejana sehingga akan menghindari terjadinya tegangan lokal pada shell pada titik sangga. Dimensi penyangga tergantung pada ukuran dan kondisi desain dari bejana tekan.
28 http://digilib.mercubuana.ac.id/
B. Leg Supports. Bejana tekan vertikal kecil biasanya menggunakan penyangga tipe leg support. Perbandingan maksimum antara panjang leg dengan diameter bejana tekan biasanya 2:1. Banyaknya leg yang dibutuhkan tergantung pada ukuran bejana tekan dan besarnya beban yang diterima. C.
Lug Supports. Lug support adalah penyangga yang penyambunganya langsungh dilas di shell. Jenis penyangga seperti bisa juga digunakan pada bejana tekan vertikal. Lug support bisa digunakan pada bejana tekan dari ukuran kecil sampai medium (diameter 1 sampai 10 ft) dan bejana tekan dengan perbandingan tinggi dan diameter antara 2:1 sampai 5:1.
D. Skirt Supports
Bejana tekan silindris vertikal biasanya menggunakan penyangga tipe skirt support. Penyangga skirt adalah perpanjangan shell yang dilas lebih rendah darishell pada bejana tekan vertikal silindris. Sedangkan skirt untuk bejana tekan tipe spherical dilas didekat garis tengah bejana.
Skirt
Gambar 2.6. Gamba Potongan Skirt Suport
29 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ketebalan skirt dipengaruhi oleh beban yang bekerja pada skirt pada saat vessel beroperasi maupun pada saat pengujian hidrostatik. Beban yang bekerja pada skirt adalah berat total bejana dan momen. E.
Anchor bolts dan base ring.
Anchor bolts berfungsi untuk mengunci bejana agar tetap pada pondasinya. Beban yang bekerja pada anchor bolts adalah beban momen akibat angin maupun gempa bumi. Ukuran anchor bolts ditentukan dengan menggunakan luas total yang dibutuhkan untuk melawan momen yang bekerja pada dasar bejana.
2.5
Kategori Pengelasan Bejana Tekan Sambungan las pada bejana tekan dikategorikan menjadi bebraa bagian
menurut standard ASME Part UW.
Gambar 2.7. Kategori sambungan las pada bejana tekan
1. Kategori A. Sambungan berlas longitudinal yang berada pada badan utama, ruang hubung, transisi diameter atau nozel; tiap sambungan berlas yang berada pada bejana berbentuk bola, pada formed head atau flat head, atau pada pelat sisi dari suatu 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/
bejana bersisi-datar; sambungan berlas melingkar yang menghubungkan hemisferis head ke badan utama, ke transisi diameter, ke nozel atau ke ruang hubung.
2. Kategori B. Sambungan berlas melingkar yang berada pada badan utama, ruang hubung, nozel, atau transisi diameter termasuk sambungan antara transisi dan silinder baik pada ujung besar maupun ujung kecilnya; sambungan berlas melingkar yang menghubungkan formed head selain hemisferis ke badan utama, ke transisi diameter, ke nozel atau ke ruang hubung.
3. Kategori C. Sambungan berlas yang menghubungkan flensa, Van Stone Lap Lap, dudukan head ke transisi diameter, ke tube, atau flat cover ke badan utama, ke formed head, nozel atau ke ruang hubung; tiap sambungan berlas yang menghubungkan satu pelat sisi ke palat sisi lainya dari bejana bersisi-datar.
4. Kategori D. Sambungan berlas yang menghubungkan ruang hubung atau nozel ke badan utama, ke bejana berbentuk bola, ke transisi diameter, ke head atau bejana bersisi datar, dan sambungan yang menghubungkan nozel ke ruanghubung (untuk nozel pada ujung kecil dari trsnsisi diameter, lihat kategori B).
31 http://digilib.mercubuana.ac.id/
TYPES OF WELDED JOINTS Joint Efficiency, E When the joint :
Types
1
a. fullradiographed
b. Spot Examined
c. Not Examined
Butt joints as attained doublewelding or by other means which will obtain the same quality of deposited weld metal on the inside and outside weld surface. Backing plate ifused shall be removed after completition of weld.
1
0.85
0.70
Single-welded butt joint with backing strip which remians in place after welding
0.90
0.80
0.65
Single-welded butt joint without backing strip
-
-
0.60
Double-full fillet lap joint
-
-
0.55
Single-full fillet lap joint with plug welds
-
-
0.50
Single-full fillet lap joint without plug welds
-
-
0.45
2
3
4
5
6
Tabel 2.1 Jenis sambungna las
32 http://digilib.mercubuana.ac.id/