Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103
PRE-SERVICE INSPECTION BEJANA TEKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR Sri Nitiswati, Mudi Haryanto Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir - BATAN ABSTRAK PRE-SERVICE INSPECTION BEJANA TEKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR. Keselamatan operasi PLTN tidak terlepas dari jaminan mutu saat pabrikasi atau konstruksi struktur, sistem dan komponen (SSK) PLTN. Pabrikasi atau konstruksi SSK PLTN harus mengacu pada standar atau code tertentu dan dilakukan dengan ketat, artinya semua ketentuan atau persyaratannya harus dipatuhi. Oleh karena itu setelah proses pabrikasi atau konstruksi, harus dilakukan pemeriksaan atau inspeksi yang disebut dengan pre-service inspection (PSI). PSI dilakukan dengan tujuan untuk mengkonfirmasi bahwa semua SSK telah dipabrikasi atau dikonstruksi dengan benar dan aman. Makalah ini membahas peran PSI pada bejana tekan PLTN dengan tujuan untuk mengetahui jenis metode yang digunakan dalam melakukan PSI dan pentingnya melakukan PSI pada bejana tekan PLTN. Metode pembahasan adalah dengan mengidentifikasi bagian bejana tekan yang rentan mengalami kegagalan serta metoda inspeksinya. Bagian bejana tekan yang rentan mengalami kegagalan adalah bagian-bagian yang dilas circumferential, longitudinal dan meridional pada bagian badan (shell), kepala (head), katup dan nosel, serta daerah beltline. Metode inspeksinya adalah metode permukaan yang terdiri dari visual, penggunaan cairan penetran dan partikel magnetik, serta metode volumetrik seperti radiografi dan ultrasonik. Dengan metode-metode tersebut semua jenis cacat yang ada pada bejana tekan PLTN setelah proses pabrikasi atau konstruksi dapat terdeteksi. Hal ini penting untuk dipahami khususnya bagi BATAN yang akan membangun reaktor daya eksperimental (RDE), karena PSI mutlak dilakukan. Kata kunci: pembangkit listrik tenaga nuklir, bejana tekan, pre-service inspection, pabrikasi, konstruksi ABSTRACT PRESSURE VESSEL PRE-SERVICE INSPECTION OF NUCLEAR POWER PLANT. Quality assurance during structure, system and components (SSCs) fabrication and construction have a significant role in the safety of nuclear power plant operation. Fabrication or construction of SSCs of the NPP shall strictly follow a certain standard or code, meaning that all procedures and requirements shall be fulfilled. Therefore after fabrication or construction processes, examination or inspection to the main of SSCs shall be conducted and called as pre-service inspection (PSI). The aim of PSI is to confirm that all SSCs have been well and safely fabricated and constructed. This paper discusses the PSI of pressure vessel with the aim to obtain the PSI method and its importance to the pressure vessel. The review method is achieved by identifiying weak areas of pressure vessel and its inspection methods. Susceptible areas of pressure vessel are those, which are circumferential, longitudinal and meridional welded, such shell, head, nozzles and flanges, and beltline region. Inspection methods are surface method consisting of visual, dye penetrant and magnetic particle, and volumetric method such as radiography and ultrasonic. By these methods, all defects in the nuclear power plant pressure vessel after fabrication and construction can be detected. This is important to understand especially for BATAN, who has a plan to construct an experimental power reactor, since the PSI has to be performed. Keywords: nuclear power plant, pressure vessel, pre-service inspection, fabrication, construction
Vol.20 No. 2 November 2016
80
Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103
penelitian, dimana PSI setelah pabrikasi atau
PENDAHULUAN Pembangkit
Listrik
Tenaga
Nuklir
konstruksi untuk SSK utama juga bersifat
(PLTN) terdiri dari beberapa struktur, sistem
mandatory.
dan komponen (SSK) utama diantaranya bejana
digunakan untuk menyatukan bagian-bagian
tekan
menjadi satu kesatuan komponen pada proses
reaktor,
pembangkit
uap,
pengatur
Metode
atau
yang
konstruksi
paling
SSK
umum
tekanan (pressurizer), pipa pendingin reaktor,
pabrikasi
reaktor
dan pompa pendingin reaktor. Pengelasan ada-
penelitian adalah juga dengan proses pengela-
lah metode yang paling umum digunakan untuk
san. Apabila PSI tidak dilakukan dengan
menyatukan bagian-bagian menjadi satu kesatu-
benar dan konsisten berdasarkan standar atau
an komponen pada proses pabrikasi atau kon-
code tertentu yang diacu, dapat berakibat ter-
struksi SSK PLTN. Prinsip dasar proses penge-
jadi penuaan dini (premature aging) SSK
lasan terdiri dari pelelehan dan pendinginan.
PLTN atau SSK reaktor penelitian yang akan
Kemungkinan terjadi cacat komponen seperti
diketahui atau terdeteksi ketika dilakukan in-
porositas, inklusi, laminasi dan retak akibat pro-
speksi pada masa layanan yang disebut
ses casting, pengerolan dan pengelasan tidak
dengan in-service inspection (ISI).
dapat dihindari. Hasil dari siklus panas proses
Makalah ini akan membahas peran PSI
pengelasan menimbulkan tegangan sisa yang
untuk bejana tekan PLTN karena bejana tekan
merupakan tegangan internal dan mempunyai
PLTN
potensi dapat menimbulkan permasalahan [1].
kritis.Tujuannya adalah untuk mengetahui
adalah
komponen
utama
paling
Proses pendinginan yang tidak merata
jenis metode yang digunakan untuk mela-
setelah pengelasan dapat memicu timbulnya
kukan PSI dan pentingnya melakukan PSI
cacat komponen berupa retak atau sobekan
pada bejana tekan PLTN. Metode pembahasan
yang dikenal dengan istilah hot tear dan cold
yang digunakan meliputi identifikasi bagian
tear. Semua permasalahan yang timbul akibat
bejana tekan yang rentan mengalami degrada-
proses pabrikasi atau konstruksi yang berupa
si / kegagalan dan metode inspeksinya. Pada
cacat komponen harus teridentifikasi, dan satu-
makalah ini diberikan contoh hasil ISI pada
satunya cara adalah dengan melakukan inspeksi
bejana reaktor penelitian G.A. Siwabessy dan
untuk mengetahui kondisi SSK setelah pabri-
TRIGA2000, dimana kondisi yang sama juga
kasi atau konstruksi yang disebut dengan pre-
terjadi dan terdeteksi pada bejana tekan PLTN
service inspection (PSI)
[2,3]
. Di negara-negara
apabila PSI tidak dilakukan dengan benar dan
yang sudah mengoperasikan PLTN, PSI harus
konsisten. Contoh kondisi SSK dari hasil ISI
dilakukan dan bersifat mandatory khususnyaun-
yang diberikan ini tidak terjadi seandainya
tuk SSK utama PLTN termasuk bejana tekan
setelah proses pabrikasi atau konstruksi dila-
dan keharusan melakukan PSI diatur oleh badan
kukan PSI dengan mengacu pada standar atau
regulasi setempat [2-5].
code tertentu yang direkomendasikan dan di-
Hal yang sama juga berlaku untuk reaktor 81
patuhi / dilakukan dengan benar dan konsisVol.20 No. 2 November 2016
Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103
ten. Diharapkan dengan melakukan kajian /
negara Jepang. Demikian pula apabila
bahasan ini akan dipahami metode dan pen-
pemasok teknologi PLTN dari Amerika,
tingnya melakukan PSI khususnya oleh BA-
maka digunakan standar atau code dari
TAN yang akan membangun reaktor daya eks-
Amerika. American Society of Mechanical
perimental.
Engineers (ASME) Boiler and Pressure Vessel Code adalah standar dan code yang berlaku di Amerika. ASME Boiler and
PRE-SERVICE INSPECTION Pre-service inspection( PSI) adalah inspeksi
yang
dilaksanakan
selama
Pressure Vessel Code Section III: “Rules
masa
for Construction of Nuclear Facility Com-
dekomisioning atau setelah proses pabrikasi
ponents”, adalah standar dan code yang
dari suatu pembangkit daya termasuk PLTN
[3]
berisi
persyaratan-persyaratan
untuk
dan merupakan bagian dari kegiatan konstruksi
perancangan dan konstruksi dan persyara-
suatu
untuk
tan-persyaratan untuk melakukan PSI dan
komponen
ISI pada komponen-komponen PLTN.
PLTN telah dikonstruksi dengan tepat dan
ASME Section III, Division 1 - Subsection
aman, dan memberikan data kondisi awal suatu
NB dikhususkan untuk komponen kelas 1,
PLTN.
mengkonfirmasi
Tujuan
PSI
bahwa
adalah
semua
komponen setelah pabrikasi atau konstruksi
[2]
.
dimana bejana tekan termasuk di dalamnya
Hasil dari PSI disebut dengan “as built manu-
[6]
facturing and construction data”, yang selan-
Code Section XI: “Rules for In-service In-
jutnya digunakan sebagai data dasar (data awal)
spection of Nuclear Power Plant Compo-
untuk dibandingkan dengan hasil-hasil inspeksi
nents”, adalah standar dan code yang berisi
selanjutkan untuk komponen yang sama pada
aturan-aturan untuk melakukan PSI dan ISI
masa layanan (service) yang disebut dengan in-
pada komponen-komponen PLTN. ASME
service inspection (ISI)
[3]
. Oleh karena itu PSI
. ASME Boiler and Pressure Vessel
Section
XI,
Subsection
IWB:
dilakukan untuk meyakinkan bahwa SSK utama
“Requirements for Class 1 Components of
PLTN mempunyai kualitas yang dapat diterima
Light-WaterCooled Plant”, berisi persyara-
berdasarkan standar atau code tertentu dan
tan dan ketentuan untuk melakukan PSI
hasilnya digunakan sebagai koleksi data dasar
dan ISI, evaluasi, pemeriksaan tambahan,
sebelum PLTN beroperasi.
standar dan kriteria penerimaan untuk komponen-komponen
a. Standar dan code
kelas
1.
Bejana
tekan PLTN termasuk komponen kelas 1,
Standar dan code yang digunakan sebagai
sehingga standar dan code untuk PSI
pedoman pelaksanaan PSI tergantung dari
digunakan ASME Section XI, Subsection
vendor/pemasok teknologi PLTN. Misalnya
IWB [7].
pemasok teknologi PLTN dari negara Jepang, maka digunakan standar dan code dari Vol.20 No. 2 November 2016
82
Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103
atau tidak redundan. Kegagalan katastropik
b. Filosofi PSI bejana tekan ASME Section XI, Subsection IWB dikem-
bejana tekan dapat mengakibatkan pelelehan
bangkan dengan tujuan untuk meyakinkan
teras reaktor dengan cepat sehingga tempera-
bahwa bagian/area yang kritis dari bejana
tur dan tekanan naik menjadi tinggi, dimana
tekan yaitu bagian las-lasan di daerah belt
kondisi
line, katup-katup dan nosel-nosel harus terja-
pengungkung PLTN jenis PWR. Oleh karena
ga integritasnya sepanjang umur operasi
itu bejana tekan PLTN jenis PWR berada di
PLTN. Bagian yang dilas merupakan bagian
peringkat nomor 1 di dalam prioritas SSK uta-
yang paling lemah karena mendapat panas
ma PWR dan termasuk komponen kelas 1
yang tinggi sehingga pada bagian tersebut
Untuk mencegah atau meminimalkan kegaga-
ada tegangan sisa yang lebih besar dari ba-
lan bejana tekan PLTN, maka PSI bejana
gian lainnya, hal ini bisa memicu terjadinya
tekan
retak atau yang dikenal dengan stress corro-
diketahui ada tidaknya cacat pada bejana
sion cracking. Untuk menjaga integritas las-
tekan
lasan, maka setelah bejana tekan selesai
diketahui ada cacat dan berdasarkan standar
dipabrikasi dan dikonstruksi harus segera
dan code tertentu ukuran cacatnya diluar toler-
dilakukan PSI. ASME Section XI, Subsec-
ansi yang dapat diterima / diijinkan maka ha-
tion IWB mempersyaratkan pemeriksaan
rus dilakukan perbaikan sehingga kondisi be-
tambahan yaitu uji tekanan (pressure test)
jana tekan benar-benar bebas dari cacat.
ini
harus
tidak
dirancang
dilakukan
sebelum
untuk
sehingga
dioperasikan.
[8]
.
dapat Apabila
terhadap bejana tekan untuk memastikan bahwa bejana tekan mampu menahan tekanan tinggi sesuai desainnya dan tidak bocor
METODOLOGI Metodologi pembahasan meliputi iden-
[7]
. Pemeriksaan secara visual dan pember-
tifikasi bagian bejana tekan PLTN yang rentan
sihan untuk memastikan bahwa bagian las-
mengalami degradasi / gagal dan identifikasi
lasan dan seluruh bagian shell (badan) beja-
metode PSI nya. PSI bejana tekan harus
na tekan sudah benar-benar bersih dari ser-
dilakukan 100% terhadap semua sambungan
buk-serbuk (debris) akibat pekerjaan pabri-
las-lasan maupun material induknya (base
.
metal). Bagian-bagian bejana tekan yang
terdokumentasi
rentan mengalami degradasi adalah seluruh
kasi dan konstruksi harus dilakukan Semua
aktivitas
harus
[1]
sebagai data dasar yang akan digunakan se-
sambungan
las-lasan
circumferential
dan
bagai pembanding dengan kondisi terkini
longitudinal yang ada pada daerah beltline dan
pada saat melakukan ISI bejana tekan.
badan bejana tekan (shell) bagian atas serta bagian bawah, las-lasan circumferential dan
c. Pre-service inspection (PSI) bejana tekan
83
meridional kepala bejana tekan bagian atas
Bejana tekan PLTN adalah satu-satunya
(upper head) dan bagian bawah (bottom
komponen yang tidak mempunyai back-up
head), las-lasan antara katup-katup / noselVol.20 No. 2 November 2016
Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103
nosel yang terdapat pada badan bejana tekan
pengelasan adalah porositas dan retakan. Po-
dan kepala bejana tekan bagian atas dan bagian
rositas terjadi karena ketidaksempurnaan pros-
bawah, serta las-lasan antara nosel dengan
es pengelasan dan dapat disebabkan oleh
sistem instrumentasi. Metode PSI nya adalah
faktor manusia maupun karena material
secara
/
lasnya. Adanya porositas mengakibatkan kom-
dengan
ponen menjadi getas sebelum digunakan. Se-
menggunakan cairan penetran dan partikel
lain itu bagian yang dilas merupakan bagian
magnetik serta metode volumetrik terdiri dari
yang paling lemah karena mendapat panas
radiografi dan ultrasonik.
yang tinggi sehingga pada bagian tersebut ada
visual
videoscope,
menggunakan secara
boroscope
permukaan
[1-5,
7]
, metode yang
tegangan sisa yang lebih besar dari bagian
digunakan untuk PSI bejana tekan maupun
lainnya dan bisa memicu terjadinya retak atau
metode
utama
yang dikenal dengan stress corrosion cracking
lainnya untuk PLTN secara umum adalah sama,
(SCC). Retak jenis lain adalah hot tear dan
yaitu metode visual, metode permukaan dan
cold tear yang terjadi karena proses pendingi-
metode volumetrik. Ketiga metode tersebut
nan yang tidak merata yang berlangsung sete-
mempunyai kelebihan dan kekurangannnya
lah proses pengelasan. Porositas, SCC, cold
masing-masing yang tergantung pada tujuan
tear dan hot tear adalah jenis-jenis cacat aki-
dan obyek yang diperiksa. Oleh karena itu
bat pengelasan yang harus dihindari.
Dari referensi PSI
komponen-komponen
dalam melakukan PSI bejana tekan selalu
Untuk mengetahui ada/tidaknya cacat-
digunakan lebih dari 1 metode sehingga saling
cacat seperti disebutkan di atas, maka setelah
mengisi berdasarkan jenis cacat dan lokasi/area
proses pabrikasi dan konstruksi selesai segera
yang diinspeksi. Penerapan metode visual
dilakukan PSI dengan metode visual dengan
menggunakan boroscope / videoscope selalu
menggunakan boroscope / videoscope. Apabi-
dilakukan pada urutan yang pertama pada
la dari hasil PSI ditemukan / diketahui ada
pelaksanaan PSI sebelum metode lainnya
porositas, SCC, cold tear dan hot tear, maka
diterapkan dengan tujuan untuk mengetahui
bagian las-lasan yang ada cacatnya tersebut
kondisi secara umum permukaan badan bejana
harus diperbaiki (repair) dengan cara dil-
tekan dan bagian-bagian lainnya.
akukan pengelasan ulang seperti diatur pada ASME Section XI
HASIL DAN PEMBAHASAN
[7]
. Untuk memastikan bah-
wa cacat yang ditemukan / diketahui dengan
Telah dijelaskan di atas bahwa proses
metode visual adalah porositas, SCC, cold tear
pengelasan tidak mungkin dihindari pada proses
dan hot tear, maka perlu dipastikan kembali
fabrikasi dan konstruksi bejana tekan PLTN.
dengan metode volumetrik radiografi. Oleh
Akibat pengelasan ada kemungkinan terjadi
karena itu setelah proses pengelasan selesai
cacat komponen juga tidak bisa dihindari. Jenis
dan sebelum dilakukan PSI harus diikuti
cacat-cacat yang mungkin terjadi akibat proses
dengan pemberian perlakuan panas (heat
Vol.20 No. 2 November 2016
84
Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103
treatment) dengan tujuan untuk menurunkan
bejana tekan RSG-GAS di bawah ini
tegangan sisa dan mengurangi kebolehjadian
Sedangkan
metode
volumetrik
terjadinya SCC seperti diatur pada ASME Sec-
ultrasonik
digunakan
untuk
tion III, Subsection NB
[6]
[9,10]
.
dengan mengukur
. Apabila PSI metode
ketebalan badan bejana tekan secara random
visual tidak dilakukan berdasarkan standar dan
dan mengetahui ada / tidaknya cacat retak
code, maka akan terjadi cacat porositas dan hot
pada bagian / daerah yang sulit dilakukan PSI
tear yang dapat diketahui dari hasil ISI seperti
dengan radiografi, seperti nosel-nosel dan
ditunjukkan berturut-turut pada Gambar 1 untuk
katup-katup.
bejana tekan TRIGA 2000 dan Gambar 2 untuk
Gambar 1. Porositas pada bagian pengelasan bejana reaktor TRIGA2000 [9]
Gambar 2. Hot tear pada bagian pengelasan bejana reaktor RSGGAS [10]
ASME Section IX: “Welding And Bra-
PSI ditemukan debris, maka serbuk-serbuk
zing Qualification” mengijinkan dilakukan
pengotor tersebut harus segera dibersihkan
penggerindaan pada bagian yang dilas dengan
sampai benar-benar bersih dengan cairan ter-
tujuan agar permukaan badan bejana tekan
tentu dan dipastikan bahwa tidak ada serbuk-
reaktor yang ada lasnya menjadi rata
[11]
. Sela-
serbuk dan pengotor lainnya tertinggal baik
ma proses penggerindaan akan timbul serbuk-
pada permukaan lasan maupun pada permu-
serbuk (debris) hasil dari penggerindaan dan
kaan badan bejana tekan. Apabila PSI metode
pengotor lainnya yang tersebar di seluruh per-
visual untuk melihat ada / tidaknya serbuk-
mukaan bagian yang di las maupun permukaan
serbuk hasil penggerindaan dan pembersihan
badan bejana tekan reaktor. Oleh karena itu se-
tidak dilakukan dengan benar berdasarkan
telah proses penggerindaan lasan harus segera
standard dan code, maka akan terjadi korosi
dilakukan PSI dengan metode visual menggu-
sumuran yang diketahui dari hasil ISI, seperti
nakan boroscope / videoscope. Tujuannya ada-
ditunjukkan berturut-turut pada Gambar 3
lah untuk memastikan bahwa permukaan badan
untuk bejana tekan TRIGA 2000 dan Gambar
bejana tekan bersih dari debris hasil penggerin-
4 bejana tekan RSG-GAS [9,10].
daan dan pengotor lainnya. Apabila hasil dari 85
Vol.20 No. 2 November 2016
Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103
Gambar 3. Korosi sumuran pada bagian pengelasan dan badan bejana reaktor TRIGA2000 [9] KESIMPULAN
Gambar 4. Korosi sumuran pada badan bejana reaktor RSG-GAS [10] DAFTAR PUSTAKA
Dari hasil dan pembahasan diketahui
1.
S.NITISWATI, dkk. “Peran Uji Tak
metode yang digunakan untuk PSI bejana tekan
Rusak Pada Masa Konstruksi Dan
PLTN adalah metode visual dan metode per-
Operasi PLTN”, Prosiding Seminar
mukaan yang terdiri dari cairan penetran dan
Keselamatan Nuklir Bapeten, 2008.
partikel magnetic, serta metode volumetrik
2.
R. F. SAMMATARO, “Preservice In-
yang meliputi radiografi dan utrasonik. PSI
spection And Inservice Inspection Re-
sangat
penting
berdasarkan
dilakukan
standar
direkomendasikan. melaksanakan
dan
dengan
ketat
quirements For Containment Structures
code
yang
in The United States-A Status Report”,
Ketidakpatuhan
PSI
dapat
dalam
Nuclear
mengakibatkan
(2006).
penuaan dini bejana tekan PLTN dan dapat berakibat
fatal
yaitu
gagalnya
3.
Engineering
and
Design
ATOMIC ENERGY REGULATORY
fungsi
BOARD, “In-Service Inspection of
keselamatan bejana tekan PLTN karena adanya
Nuclear Power Plants”, AERB Safety
produk cacat bejana tekan PLTN yang tidak
Guide No.AERB/NPP/SG/O-2,(2004).
diketahui / terdeteksi dan tidak terdokumentasi
4.
G. MAES et. al, “Experience Gained
sejak awal sebelum PLTN beroperasi. Oleh ka-
From Inservice Inspection of PWR
rena itu cacat pada masa pabrikasi/konstruksi
Main Coolant Pump Welds, Conducted
harus dihindari semaksimal mungkin. Untuk itu
from the
peran PSI sangat penting dan mandatory dila-
Qualified UT and ECT Procedure”,
kukan untuk mencegah penuaan dini atau suatu
NDT-Net, Vol. 4, No.10, 1999.
keadaan dimana bejana tekan gagal menjalan-
5.
Inner
Surface,
using a
IAEA / NEA, “Nuclear Power Plant
kan fungsinya karena terjadi retak yang tidak
Operating Experiences-Incident Report-
terdeteksi sejak awal.
ing System”, 2003-2006.
Vol.20 No. 2 November 2016
86
Sigma Epsilon, ISSN 0853-9103
6.
ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Section III, “Rules for Construction of Nuclear Facility Components”, Subsection NB-Class 1 Components, 2008.
7.
ASME Boiler and Pressure Vessel Code, Section XI, “Rules for Inservice Inspection of Nuclear Power Plant Components”, 2008.
8.
V.N.
SHAH,
P.E.
MACDONALD,
“Aging And Life Extension of Major Light Water Reactor Components”, Elsevier Science, ISBN: 9780444894489, 1993. 9.
S.
NITISWATI,
“Laporan
Inspeksi
Tangki Reaktor TRIGA 2000 – PTNBR Dengan Metode Visual”, No. Dokumen PTRKN-0011/2006, September (2006). 10.
S.
NITISWATI,
Tangki
Reaktor
“LaporanInspeksi Serba
Guna
G.A.
Siwabessy Dengan Metode Visual”, No. Dokumen
P2TKN-5020014/2005,
September (2005). 11.
ASME Boiler And Pressure Vessel Code, Section IX, “Welding and Brazing Qualifications”, 2008.
87
Vol.20 No. 2 November 2016