BAGIAN EKOLOGI PERTANIAN TERPADU (Thursday, 15 November 2007) - Contributed by Wahju Qamara Mugnisjah - Last Updated ()
PERTANIAN TERPADU DALAM WACANA: KASUS DI INSTITUT PERTANIAN BOGOR Wahju Qamara Mugnisjah2) 1)
[email protected] 2.4. BAGIAN EKOLOGI PERTANIAN TERPADU DI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA, FAKULTAS PETANIAN IPB1 2.4.1. PENDAHULUAN 1. Keputusan Rektor IPB No. 001/K13/PP/2005 tentang Penataan Departemen di Lingkungan IPB Tanggal 10 Januari 2005 telah menetapkan mandat Departemen Agronomi dan Hortikultura sebagai berikut: “Pengembangan ilmu dan teknologi produksi sumber daya nabati dan pengelolaan lingkungan tumbuhnya secara berkelanjutan”. 2. Berkenaan dengan usulan tentang perlunya ada Bagian Ekologi Pertanian Terpadu di Departemen Agronomi dan Hortikultura, pemahaman sepintas atas rumusan mandat tersebut mengesankan bahwa pertanian terpadu berada di luar mandat Departemen Agronomi dan Hortikultura. Oleh karena itu, perlu direnungkan apakah sistem pertanian terpadu masih termasuk dalam lingkup mandat tersebut, dengan kata lain, apakah Bagian Ekologi Pertanian Terpadu layak berada di Departemen Agronomi dan Hortikultura. 2.4.2. PEMAHAMAN ATAS MANDAT DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA 3. Mandat Departemen Agronomi dan Hortikultura tersebut memang agak sulit untuk dipahami sehingga perlu ditelaah dengan seksama, antara lain, apakah yang dimaksudnya terdapat dua cakupan mandat dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, yaitu (a) pengembangan ilmu dan teknologi produksi sumber daya nabati yang berkelanjutan dan (b) pengelolaan lingkungan tumbuh sumber daya nabati yang berkelanjutan pula (Pemahaman I), ataukah (a) pengembangan ilmu dan teknologi produksi sumber daya nabati dan (b) pengelolaan lingkungan tumbuh sumber daya nabati secara berkelanjutan (Pemahaman II). Dengan merujuk pada pendapat bahwa, dalam konteks pembangunan, keberlanjutan itu setidaknya mencakup tiga keadaan, yaitu viable (secara ekonomi), diterima (oleh masyarakat), dan aman atau tidak merusak (lingkungan atau sumber daya alam), tampak bahwa mandat dalam Pemahaman I mengharuskan tercapainya ketiga aspek keberlanjutan itu baik dalam pengembangan ilmu dan teknologi produksi maupun dalam pengelolaan lingkungan tumbuh dari sumber daya nabati. Dalam Pemahaman II mandat Departemen Agronomi dan Hortikultura mengharuskan tiga aspek keberlanjutan hanya dalam pengelolaan lingkungan tumbuh sumber daya nabati, yakni tanah, air, dan atmosfernya serta adanya upaya ke arah yang lebih baik dalam mengembangkan ilmu dan teknologi produksi sumber daya nabati itu. Yang mana pun cakupan mandat tersebut, kedua-duanya tampak tidak bermasalah. Jadi, Departemen Agronomi dan Hortikultura berurusan dengan dua hal, yaitu yang dimaksud dalam Pemahaman I atau yang dimaksud dalam Pemahaman II. 1 Naskah akademik yang dipersiapkan untuk disampaikan di hadapan Tim 16 atau Rapat Kerja Departemen Agronomi dan Hortikultura, sebagai usulan persetujuan pembentukan Bagian Ekologi Pertanian Terpadu yang disepakati dalam rapat Bagian Ekofisiologi Tanaman tanggal 25 Januari 2006 4. Berdasarkan pemahaman yang mana pun, Departemen Agronomi dan Hortikultura berkhidmad pada komoditi sumber daya nabati. Dalam artikel ini, selanjutnya saya mengikuti Pemahaman II. Menurut Kamus Bahasa Indonesia tahun 1983, nabati berarti mengenai atau berasal dari tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa Departemen Agronomi dan Hortikultura berkhidmat pada pengembangan ilmu dan teknologi produksi sumber daya yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, yaitu tanaman, dan pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman itu secara berkelanjutan. 5. Pembatasan mandat Departemen Agronomi dan Hortikultura pada tanaman, bukan tumbuh-tumbuhan. Tanaman adalah tumbuh-tumbuhan yang telah melalui proses domestikasi sehingga pemanfaatannya oleh manusia dilakukan melalui proses budi daya. Oleh karena itu, pemanenan tumbuh-tumbuhan liar atau tegakan alami bukan termasuk mandat Departemen Agronomi dan Hortikultura. Selain itu, dengan adanya Fakultas Kehutanan di Institut Pertanian Bogor, pembatasan mandat Departemen Agronomi dan Hortikultura kepada tanaman pertanian menjadi sangat logis dan etis secara akademik. Bahkan, dalam “ke-IPB-an”, layak sekali jika Fakultas Pertanian, khususnya Departemen Agronomi dan Hortikultura, tidak menekuni tanaman-tanaman yang budi dayanya masih ekstraktif, belum seintensif seperti yang dilakukan terhadap tanaman pertanian. Tumbuhan gulma menjadi perkecualian karena terminologi gulma itu sendiri timbul dari adanya kegiatan budi daya tanaman pertanian, bukan tanaman kehutanan. Jadi, pengelolaan gulma termasuk ke dalam mandat Departemen Agronomi dan Hortikultura. 6. Pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman secara berkelanjutan, khususnya dalam aspek keamanannya, merujuk pada penggunaan ilmu dan teknologi produksi tanaman yang tidak menyebabkan kerusakan lingkungannya itu. Artinya, pengelolaan lingkungan tanaman harus dapat mempertahankan tingkat kesuburan lapang produksi yang sesuai dengan kebutuhan tanamannya dan menghindari sebanyak mungkin penggunaan masukan eksternal yang berupa bahan kimia pabrikan (pupuk buatan dan pestisida). Penggunaan masukan eksternal yang dibatasi atau sesedikit mungkin sehingga harus mengganti kekurangannya dengan menggunakan masukan internal yang sebanyak mungkin dihasilkan di kebun menjadi bidang cakupan mandat Departemen Agronomi dan Hortikultura. 7. Pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman mencakup penerapan ilmu dan teknologi yang merupakan hasil pengembangan, dalam hal ini oleh Departemen Agronomi dan Hortikultura. Dalam konteks bahwa komoditi telaahannya berupa tanaman (juga gulma), tidaklah ganjil jika dalam rangka mengelola lingkungan tumbuh tanaman itu pengadaan masukan substitusi dari bahan-bahan yang dihasilkan di kebun (Butir 5) dirancang dari awal pembangunan kebun dengan memproduksinya sendiri di kebun. Hal ini berarti bahwa pemeliharaan ternak di kebun yang dimaksudkan untuk mendapatkan limbahnya, demikian pula pemanfaatan gulma dan limbah kebun lainnya, sebagai bahan baku pupuk organik merupakan kegiatan yang termasuk dalam rangka pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman yang dimaksud oleh mandat tersebut. Pemahaman demikian sejalan dengan gagasan bahwa sistem pertanian terpadu yang paling sesuai atau layak ditekuni di Departemen Agronomi dan Hortikultura adalah yang berbasis tanaman, artinya, produksi tanaman merupakan core business-nya, sedangkan pemeliharaan ternak, yang seharusnya juga menguntungkan dari penjualan produk utamanya (daging dan telur), serta memberikan nilai tambah dari pemanfaatan limbahnya, hendaknya dipandang sebagai usaha penunjangnya (supporting business) demi peningkatan efisiensi dan produktivitas kebun. Efisiensi dan produktivitas ini merupakan dua indikator http://kecubung6.com - ::: kecubung6.com :: : :: Prof. DR. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, Powered M.Agr. by ::Mambo : :: © copyleft 2006 :::
Generated: 16 January, 2017, 11:13
kinerja yang harus ditunjukkan oleh business apa pun, dan telah dibicarakan di awal pengembangan manajemen produksi nontanaman sekali pun. Jadi, sangat jelas bahwa pertanian terpadu termasuk dalam lingkup mandat Departemen Agronomi dan Hortikultura, yang berarti bahwa Bagian Ekologi Pertanian Terpadu dapat menjadi salah satu Bagian di Departemen Agronomi dan Hortikultura. 8. Tiga aspek keberlanjutan yang dikemukakan di Butir 3 didiskusikan secara luas sebagai kinerja yang dapat dicapai oleh sistem pertanian terpadu, bukan oleh sistem monokultur. Dengan merujuk batasan agronomi sebagai pengelolaan lapang produksi untuk menghasilkan tanaman secara optimal dan berkelanjutan, adanya perhatian pada pertanian terpadu dapat menunjukkan konsistensi Departemen Agronomi dan Hortikultura terhadap batasan agronomi (yang mencakupi pula pengelolaan tanaman hortikultura) itu dan terhadap mandatnya. 2.4.3. PERTIMBANGAN PERLUNYA ADA BAGIAN EKOLOGI PERTANIAN TERPADU DI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA 9. Terdapat beberapa dasar pertimbangan yang mendukung perlu adanya Bagian Ekologi Pertanian Terpadu (Berbasis Tanaman, agar sejalan dengan mandat Departemen meskipun dua kata itu tidak perlu dinyatakan), yaitu sebagai berikut. (a) Visi IPB yang memberikan perhatian pada pertanian tropika selayaknya memperlihatkan komitmennya secara institusional terhadap sistem pertanian terpadu di ketiga ”jalur” tridharmanya. Saat ini icon pertanian terpadu hanya berupa pusat studi (baru didirikan). (b) Orientasi pengembangan ilmu dan teknologi pertanian di fakultas-fakultas yang ada di IPB lebih condong menuju hitech-farming, atau setidaknya menuju techno-farming, jika dibandingkan dengan menuju eco-farming. (c) Salah satu unsur dalam sistem pertanian berkelanjutan adalah keamanan lingkungan atau ”keramahan” teknologinya terhadap lingkungan. Keramahan teknologi tersebut tidak dapat dipertahankan dengan sistem pertanian produk revolusi hijau, kecuali jika keterpaduan (antarjenis usahanya, dalam pendekatan keterpaduan horizontal atau horizontal dan vetikal sekaligus) mendapat perhatian. (d) Pusat Studi Pertanian Terpadu dan Agroforestri di bawah LPPM IPB tidak memberikan jaminan bagi pengembangan ilmu pertanian terpadu karena pusat-pusat studi di IPB, meskipun tidak secara tertulis aturannya, akan ditutup oleh pimpinan IPB jika menjadi cost center. (e) Kompetensi bidang pertanian terpadu yang dianggap akan terakomodasi oleh adanya supporting courses dalam program pendidikan major-minor-supporting courses atau major-supporting courses akan terkendala karena secara empiris pelaksanaan program perkuliahan di Fakultas Pertanian selalu terganggu oleh jadwal yang “bertabrakan” antarmata kuliah. (f) Pertanian terpadu merupakan salah satu sistem pertanian indigenus bangsa Indonesia, yang berarti menyangkut penghidupan (mata pencaharian) petani. (g) Pengembangan sistem pertanian terpadu (dengan pendekatan horizontal dan/atau vertikal) akan berperan besar bagi perbaikan pendapatan petani yang umumnya berlahan sempit. Namun, tidak berarti bahwa Bagian Pertanian Terpadu hanya berurusan dengan lahan sempit, melainkan juga mencakup wilayah (regional). (h) Pengembangan pertanian terpadu akan mendukung pembangunan pertanian Indonesia dan sistem pangan nasional; (i) Atas inisiatif Rektor pada kepemimpinan IPB yang lalu, Program Studi Pertanian Terpadu pernah direncanakan untuk didirikan dan suatu tim yang dibentuk oleh Dekan Fakultas Pertanian telah menyusun kurikulum program studi tersebut pada tahun 2001. Hal ini berarti bahwa pertanian terpadu termasuk dalam ranah (domain) Fakultas Pertanian atau. setidaknya, ranah IPB. (j) Pada tahun 2004, dengan bekerja sama dengan Dapartemen Pertanian RI, suatu tim yang dibentuk oleh Dekan Fakultas Pertanian telah menyelesaikan tulisan mengenai konsepsi pembangunan sistem pertanian terpadu (SITANDU), yang semula direncanakan akan diimplementasikan di empat desa di Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, sejak tahun 2005, dan direplikasikan ke seluruh Indonesia sejak tahun kelima. Hal ini mempertegas bahwa pertanian terpadu termasuk dalam ranah Fakultas Pertanian. (k) Berdasarkan informasi dari salah seorang peminat pertanian terpadu dari Fakultas Peternakan, jurusannya di fakultas tersebut berpendapat bahwa pertanian terpadu bukan ranah peternakan, melainkan ranah pertanian. Informasi ini lebih mempertegas lagi bahwa pertanian terpadu merupakan ranah Fakultas Pertanian. (l) Di Fakultas Pertanian, di antara empat departemen yang ada, mengingat mandatnya masing-masing, pertanian terpadu sebagai bagian lebih tepat berada di Departemen Agronomi dan Hortikultura. (m) Penyebaran jumlah dosen antarbagian yang kini ada di Departemen Agronomi dan Hortikultura kurang berimbang, dan jumlah dosen di Bagian Ekofisiologi Tanaman terbanyak di antara bagian-bagian yang ada. Oleh karena itu, “penarikan” dosen dari Bagian Ekofisiologi Tanaman diharapkan dapat meningkatkan jumlah peminat/anggota Bagian Ekologi Pertanian Terpadu. (n) Bagian Ekologi Pertanian Terpadu telah disepakati bersama pembentukannya sebagai salah satu Bagian yang tumbuh dari perkembangan Bagian Ekofisologi Tanaman, yang salah satu bagiannya lagi masih tetap bernama Bagian Ekofisiologi Tanaman. 2.4.4. LINGKUP MANDAT BAGIAN EKOLOGI PERTANIAN TERPADU 1. Lingkup mandat yang harus diemban oleh Bagian Ekologi Pertanian Terpadu adalah pengembangan ilmu dan teknologi pertanian terpadu yang penjabarannya ke dalam bidang-bidang Tri Dharma IPB adalah sebagai berikut: dalam bidang pendidikan berupa (a) pengembangan mata kuliah pertanian terpadu untuk mendukung program pendidikan majorminor, khususnya pilihan major-supporting courses dan (b) pengembangan sarana pendidikan pertanian terpadu; dalam bidang penelitian berupa (c) pengembangan metodologi penilaian keberlanjutan sistem pertanian terpadu, (d) peningkatan efisiensi energi dalam sistem pertanian terpadu, dan (e) perancangan model-model alternatif pertanian terpadu; dalam bidang pengabdian pada masyarakat berupa (f) rekayasa pertanian terpadu indigenus untuk meningkatkan taraf keberlanjutannya, khususnya dalam aspek ekonominya. 2. Sistem pertanian terpadu yang menjadi telaahan mencakup baik yang terpadu secara horizontal maupun yang vertikal. Sistem pertanian terpadu horizontal merupakan diversifikasi agribisnis yang memadukan tanaman dengan ternak dan atau ikan, sedangkan sistem pertanian terpadu vertikal memasukkan agroindustri ke dalam sistem terpadu yang berpendekatan diversifikasi horizontal itu guna meningkatkan nilai tambah agribisnis. Skala lapang produksinya dapat berupa lahan sempit atau luas, yang berarti memperhatikan pendekatan wilayah (kesesuaian lahan) dan produk (kesesuaian pasar) demi keberlanjutan sistem. Agroekosistem pertanian terpadu yang dapat menjadi sasaran telaahannya mencakup, antara lain, pertanian organik, pertanian berkelanjutan dengan masukan eksternal rendah, dan sistem pertanian terpadu indigenus Indonesia. Dalam konteks pembangunan permukiman, eco-village dapat menjadi bidang telaahan pula. 2.4.5. RANAH DAN FALSAFAH http://kecubung6.com - ::: kecubung6.com :: : :: Prof. DR. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, Powered M.Agr. by ::Mambo : :: © copyleft 2006 :::
Generated: 16 January, 2017, 11:13
BAGIAN EKOLOGI PERTANIAN TERPADU 2.4.5.1. Ranah 3. Ranah Bagian Ekologi Pertanian Terpadu mencakup pengembangan ilmu pengetahuan (ilmu dan teknologi) dan pengelolaan sumber daya lahan dan hayati dalam kegiatan budi daya pertanian. 2.4.5.2. Falsafah 4. Bagian Ekologi Pertanian Terpadu berfalsafah bahwa sebagai unit struktural terkecil di Departemen Agronomi dan Hortikultura mengemban tugas mulia dalam pengembangan kualitas manusia dan kehidupan masyarakat Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 melalui proses pembelajaran, pengembangan, dan pengamalan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pengelolaan sumber daya lahan dan hayati, khususnya dalam sistem pertanian terpadu. 2.4.6. VISI, MISI, DAN TUJUAN BAGIAN EKOLOGI PERTANIAN TERPADU 5. Bagian Ekologi Pertanian Terpadu memiliki peran yang strategik dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pengelolaan sumber daya alam melalui pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sebagaimana diketahui, Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah, khususnya sumber daya lahan dan hayatinya dengan keragaman yang tinggi. Dukungan ilmu pengetahuan, baik yang teoritis maupun yang terapan, serta tenaga-tenaga sarjana dan profesional yang kompeten di bidangnya diperlukan untuk pengelolaan sumber daya lahan dan hayati yang berjalan sinergik dengan keunggulan posisi geografik Indonesia yang beriklim tropis. 6. Kebijakan apa pun yang akan diambil oleh Bagian Ekologi Pertanian Terpadu memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang memadai. Hasil-hasil yang akan dicapai akan memberikan informasi tentang kinerja Bagian itu. Oleh karena itu, penilaian yang kritis atas kinerja Bagian Ekologi Pertanian Terpadu kelak (bahkan sejak usulan ini!) perlu dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Lebih dari itu, Bagian Ekologi Pertanian Terpadu perlu melakukan orientasi atas rencana strategiknya agar dapat meletakkan misi, tujuan, strategi, dan rencana portofolionya guna mengantisipasi lingkungan strategik yang selalu berubah itu. Untuk keperluan ini, jati diri Bagian ini perlu diidentifikasi dari kekuatan dan kelemahannya sehingga kompetensinya dapat diketahui pula. Dengan merujuk pada sumber informasi yang masih terbatas pada saat ini, gambaran rencana strategik Bagian Ekologi Pertanian Terpadu dikemukakan sebagai berikut. 2.4.6.1. Visi 7. Bagian Ekologi Pertanian Terpadu bervisi sebagai unsur pelaksana akademik di Departemen Agronomi dan Hortikultura yang berperan aktif dan inovatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berwawasan ke depan untuk menggalang pengelolaan sumber daya lahan dan hayati secara berkelanjutan. 2.4.6.2. Misi 8. Misi Bagian Ekologi Pertanian Terpadu adalah menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengembangan, serta pelayanan pada masyarakat dalam bidang ilmu pengetahuan pertanian dan pengelolaan sumber daya lahan dan hayati secara inovatif dan berkualitas dan mengembangkan sikap pribadi yang jujur kepada mahasiswa dan tenaga kependidikan dalam rangka mendukung pembangunan ilmu pengetahuan pertanian dan pengelolaan sumber daya lahan dan hayati, khususnya dalam sistem pertanian terpadu secara berkelanjutan. 2.4.6.3. Tujuan 9. Tujuan Bagian Ekologi Pertanian Terpadu adalah sebagai berikut: (a) mendukung program pendidikan major-minor, khususnya major-supporting courses; (b) mengembangkan ilmu dan teknologi yang dapat merekaraya peningkatan keberlanjutan agroekosistem terpadu indigenus Indonesia, khususnya dari aspek ekonominya; (c) mengembangkan model-model pertanian terpadu yang berkelanjutan, baik yang berbasis pada model-model indigenus Indonesia maupun yang berupa penemuan model-model alternatif; (d) mendukung pengembangan sumber daya manusia berpribadi jujur yang berkompetensi dalam pengembangan pertanian terpadu; dan (e) mengembangkan sistem manajemen pertanian terpadu berkelanjutan yang adil. 2.4.7. STRATEGI DAN PROGRAM KERJA 2.4.7.1. Strategi 10. Strategi yang ditempuh untuk mencapai tujuan Bagian Ekologi Pertanian Terpadu merujuk pada perubahan dan perkembangan yang terjadi di luar (eksternal) dan di dalam (internal) Bagian itu khususnya dan di IPB umumnya. Perubahan dan perkembangan eksternal yang berpengaruh terhadap Bagian Ekologi Pertanian Terpadu dianggap sebagai kekuatan pengendali (external forces/drivers/driving forces) yang dapat menjadi peluang atau ancaman bagi perkembangan Bagian Ekologi Pertanian Terpadu di masa yang akan datang. Perubahan dan perkembangan internal dianggap sebagai modal dasar Bagian Ekologi Pertanian Terpadu dalam mengembangkan diri untuk mencapai misinya, dengan kemampuan untuk mengantisipasi tuntutan pengaruh eksternal tersebut. Modal dasar itu merupakan kekuatan efektif dan potensial sehingga perlu dipertimbangkan dalam pengembangan Bagian Ekologi Pertanian Terpadu itu sendiri. Strategi pencapaian misi Bagian Ekologi Pertanian Terpadu ditempuh menurut pembidangan sebagai berikut. Strategi Pendidikan dan Pengajaran 11. Bagian Ekologi Pertanian Terpadu menyiapkan tenaga kependidikan berpribadi jujur yang kompeten di bidangnya dan dapat bersinergi satu sama lain dalam mendukung penyelenggaraan sistem pendidikan major-minor, terutama major-supporting courses, di Departemen Agronomi dan Hortikultura khususnya dan di luar Departemen itu pada umumnya, dengan mata kuliah ampuan yang selalu berkembang sesuai dengan tuntutan pembangunan ilmu pengetahuan dan kebutuhan pengelolaan sumber daya lahan dan hayati. Strategi Penelitian dan Pengembangan 12. Bagian Ekologi Pertanian Terpadu menghasilkan temuan-temuan baru di bidang pengelolaan sumber daya lahan dan hayati melalui berbagai penelitian yang relevan dan mengembangkannya untuk menghasilkan teknologi yang bermanfaat bagi pengelolaan sumber daya tersebut secara berkelanjutan dan bagi penyelengaraan proses pendidikan tinggi di bidang ilmu pengetahuan pertanian, khususnya pertanian terpadu. Strategi Pelayanan pada Masyarakat 13. Bagian Ekologi Pertanian Terpadu menyelenggarakan kerja sama dengan berbagai pihak dalam penyelenggaraan pendidikan untuk menyebarluaskan ilmu dan teknologi di bidang ilmu pengetahuan dan dalam pengelolaan sumber daya lahan dan hayati, khususnya dalam kegiatan pertanian terpadu, secara berkelanjutan yang disertai dengan upaya pemberdayaan masyarakat yang memerlukan. Strategi Pembinaan Mahasiswa dan Hubungan Alumni 14. Bagian Ekologi Pertanian Terpadu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang manajerial, keorganisasian, komunikasi, dan sistem informasi dan meningkatkan hubungan dengan alumni Departemen Agronomi dan Hortikultura khususnya dan alumni IPB pada umumnya untuk menjalin kerja sama dalam rangka penyempurnaan pelaksanaan akademik di Departemen Agronomi dan Hortikultura. Strategi Manajemen 15. Bagian Ekologi Pertanian Terpadu mengembangkan profesionalisme, kejujuran, dan keterbukaan pemegang jabatan akademik struktural dan jabatan lainnya di lingkungan Departemen Agronomi dan Hortikultura dalam penyelenggaraan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan mengembangkan keterpaduan penyelenggaraan kegiatan antarbidang strategi untuk mencapai kinerja manajemen yang berkualitas, http://kecubung6.com - ::: kecubung6.com :: : :: Prof. DR. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, Powered M.Agr. by ::Mambo : :: © copyleft 2006 :::
Generated: 16 January, 2017, 11:13
efisien, dan produktif. 2.4.7.2. Program Kerja 16. Program kerja Bagian Ekologi Pertanian Terpadu untuk periode 2006-2010 digolongkan berdasarkan bidang-bidang strategi di atas. Keseluruhan program di bawah ini perlu dilihat prioritasnya berdasarkan kepentingan peningkatan kinerja Bagian Ekologi Pertanian Terpadu dan ketersediaan sumber dayanya. Bidang Pendidikan dan Pengajaran 26. Program kerja di Bidang Pendidikan dan Pengajaran adalah sebagai berikut: (a) penyusunan GBPP dan SAP mata kuliah yang diampu Bagian; (b) peningkatan mutu bahan ajar, termasuk penyempurnaan silabus mata kuliah; (c) peningkatan sistem tutorial, termasuk pemanfaatan teknologi multimedia dalam proses pembelajaran; (d) penyediaan bahan ajar, termasuk penyusunan diktat perkuliahan dan penuntun praktikum serta berlangganan jurnal ilmiah. Bidang Penelitian dan Pengembangan 27. Program kerja di Bidang Penelitian dan Pengembangan adalah sebagai berikut: (a) penyusunan rencana penelitian (payung) Bagian dan penelitian di bawah koordinasi Departemen; (b) pengintegrasian kegiatan penelitian ke dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat: (c) pengembangan kerja sama penelitian dengan instansi lain, khususnya yang menawarkan pendanaan berupa hibah: (d) penerbitan jurnal ilmiah tentang pertanian terpadu, antara lain, dengan “menghidupkan kembali” jurnal ilmiah yang kini terkendala kelancaran terbitnya. Bidang Pengabdian pada Masyarakat 28. Program kerja di Bidang Pelayanan pada Masyarakat adalah sebagai berikut: (a) pengintegrasian kegiatan pengabdian pada masyarakat ke dalam bidang penelitian; (b) pembangunan kerja sama/kemitraan dengan instansi lain, antara lain, tentang program pendidikan pesanan; (c) pengembangan kerja sama dengan pemerintah daerah setempat dalam rangka "pengisian" program otonomi daerah, khususnya dalam upaya pemberdayaan masyarakatnya (antara lain, dengan membangun model eco-village dan desa binaan). Bidang Pembinaan Mahasiswa dan Hubungan Alumni 29. Program kerja di Bidang Pembinaan Mahasiswa dan Hubungan Alumni adalah sebagai berikut: (a) peningkatan pembimbingan akademik bagi mahasiswa; (b) penggalangan sumber bea siswa bagi mahasiswa; (c) pembinaan disiplin mahasiswa; (d) integra kegiatan kemahasiswaan ke dalam program Tri Dharma Bagian; (e) peningkatan keterlibatan mahasiswa dalam LKTI dan kegiatan pengembangan bakat dan kompetensi keagronomian lainnya; (f) inventarisasi data alumni IPB yang berkiprah dalam pertanian terpadu; (g) peningkatan hubungan dengan alumni IPB yang berkiprah dalam pertanian terpadu. Bidang Manajemen 30. Program kerja di Bidang Manajemen adalah sebagai berikut: (a) peningkatan sarana kependidikan (misalnya sistem informasi dan perpustakaan Bagian); (b) pembinaan stardard of conduct (loyalitas dan integritas) tenaga kependidikan dalam bertugas; (c) pemantauan prestasi tenaga kependidikan, antara lain, kelancaran kenaikan jabatan fungsional/pangkatnya; (d) penyelenggaraan diskusi (Rabuan) dan rapat berkala (Rabuan Minggu I Bulanan), antara lain, untuk tukar pengalaman antartenaga kependidikan dalam pelaksanaan tugas dan pemantauan kinerja Bagian; (e) pemantauan semesteran (antarsemester) mengenai kerja sama dengan instansi lain dalam rangka penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi; (f) evaluasi tahunan (antartahun) kinerja Bagian dalam rangka penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi; (g) perhatian atas kesejahteraan dan karier atau jenjang pendidikan tenaga kependidikan dan tenaga penunjang Bagian. 2.4.8. TENAGA KEPENDIDIKAN DAN TENAGA PENUNJANG KEPENDIDIKAN 2.4.8.1. Tenaga Kependidikan 31. Tenaga kependidikan yang diperlukan, setidaknya di tahap awal pembentukan Bagian Ekologi Pertanian Terpadu, mencakup bidang-bidang keahlian sebagai berikut: (a) statistika untuk mendukung metode penelitian, antara lain, metode penilaian keberlanjutan suatu agroekosistem terpadu (penetapan parameter agregat dan parameter unsur keberlanjutan); (b) agronomi dan ilmu tanaman untuk pembelajaran/penelitian aspek tanaman; (c) budi daya dan ilmu ternak untuk pembelajaran/penelitian aspek ternak; (d) budi daya dan ilmu ikan untuk pembelajaran/penelitian aspek ikan; (e) ekonomi dan sosial untuk pembelajaran studi kelayakan dan kelembagaan sistem pertanian terpadu. 32. Tenaga kependidikan itu didapatkan dari dalam dan luar Departemen Agronomi dan Hortikultura. Pada saat usulan ini ditulis, dari Departemen Agronomi dan Hortikultura 2 orang dosen telah menyatakan kesediaannya untuk mengisi bidang statistika, sedangkan 5 orang lainnya untuk bidang agronomi dan ilmu tanaman; selain itu, dari Fakultas Peternakan 1 orang dosen bersedia pindah tugas ke Departemen Agronomi dan Hortikultura untuk mengisi bidang budi daya dan ilmu ternak. Lampiran 1 menyajikan ragam minat kedelapan dosen tersebut selama penugasannya di IPB hingga saat ini berdasarkan mata kuliah yang diberikannya. Informasi tersebut sangat berarti bagi pelaksanaan program Bagian Ekologi Pertanian Terpadu. Bidang budi daya dan ilmu ikan akan disegerakan pengisian dosennya, sedangkan bidang ekonomi dan sosial sebetulnya tidak terlalu mendesak, setidaknya di awal pembentukan Bagian ini. Diperkirakan bahwa total tenaga kependidikan yang diperlukan pada tahap awal berdirinya Bagian ini adalah 10-12 orang dan jumlah dosen tersebut tidak akan mendapat kesulitan untuk terpenuhi dari dalam IPB sendiri. 33. Meskipun terkesankan bahwa tenaga kependidikan yang diperlukan itu tumpang-tindih keberadaannya dengan yang kini ada di Bagian-Bagian/Departemen lain, hal itu tidak perlu dipermasalahkan karena kesediaan mereka untuk bergabung di Bagian Ekologi Pertanian Terpadu sudah diikuti dengan komitmen untuk menekuni bidang keilmuannya dalam sistem pertanian terpadu, tidak dalam sistem monokultur. Jadi, sebetulnya tidak akan ada tumpang tindih penugasan/mandat antarunit di IPB, bahkan akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas IPB secara keseluruhan seperti yang diharapkan dengan perubahan statusnya menjadi perguruan tinggi BHMN. 2.4.8.2. Tenaga Penunjang Kependidikan 34. Tenaga penunjang kependidikan yang diperlukan adalah tenaga yang akan mengisi bidang administrasi dan perbantuan pelaksanaan pertanian terpadu di lapang, yang masing-masing di tahap awal pembentukan Bagian ini diperlukan sebanyak satu orang. Tenaga penunjang kependidikan ini tidak perlu harus tenaga tetap di Bagian. Kedua tenaga ini akan diusulkan pengangkatannya ke Departemen Agronomi dan Hortikultura segera setelah Bagian ini disetujui kehadirannya. Tenaga bidang administrasi setidaknya berkualifikasi Diploma Komputer (A. Md), sedangkan untuk bidang perbantuan kebun berkualifikasi D3 Pertanian (A. Md). Kedua tenaga penunjang itu diharapkan dapat mendukung tugas-tugas dosen dan pelayanan Bagian kepada mahasiswa dan pihak lain baik di dalam maupun di luar kampus. 2.4.9. MATA KULIAH YANG DIAMPU BAGIAN 35. Mata-mata kuliah yang dapat diampu oleh Bagian Ekologi Pertanian Terpadu, antara lain, adalah Dasar Pertanian Terpadu (Principles of Integrated Agriculture), Pertanaman Ganda (Multiple Cropping), Pertanian Berkelanjutan dengan Masukan Eksternal Rendah (Low-External-Input and Sustainable Agriculture, LEISA), Pertanian http://kecubung6.com - ::: kecubung6.com :: : :: Prof. DR. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, Powered M.Agr. by ::Mambo : :: © copyleft 2006 :::
Generated: 16 January, 2017, 11:13
Organik (Organic Farming), dan Perancangan Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming System Design). Matamata kuliah ini telah diusulkan kepada Ketua Departemen Budi Daya Pertanian untuk dipertimbangkan sebagai matamata kuliah pilihan Topik Khusus I, II, atau III dalam kurikulum Major-Minor yang tengah dirumuskan kembali. Pada masa yang akan dataing, dengan kompetensi Bagian Ekologi Pertanian Terpadu yang setidaknya dapat melayani S0, S1, hingga S2, beberapa mata kuliah lainnya dapat diampu, atau setidaknya topik-topik berikut dapat dipertimbangkan untuk memperkaya lima mata kuliah tersebut di atas: agroforestri (agroforestry), kampung ramah lingkungan (ecovillage), permakultura (permaculture), pertanian indigenus Indonesia (Indonesian indigenous agriculture), pengendalian hama terpadu (integrated pest control), pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), pertanian alternatif (alternative agriculture), plasma nutfah dan biodiversitas dalam pertanian (germ plasm and biodiversity in agriculture). Silabus dan dosen pengasuh mata-mata kuliah tersebut disajikan sebagai Lampiran 2 dan 3. 2.4.10. FASILITAS YANG DIPERLUKAN 36. Di antara hal-hal yang dihadapi Departemen Budi Daya Pertanian saat ini, pembagian aset/fasilitas yang dimilikinya kepada Departemen Arsitektura Lansekap dan Departemen Agronomi dan Hortikultura masih belum terlaksana. Disadari bahwa perubahan nama-nama Bagian di suatu Departemen, apakah berkurang ataukah menjadi bertambah memerlukan pertimbangan yang mungkin tidak sederhana. Namun, dengan semangat kebersamaan sefakultas atau se-IPB, diharapkan pembagian aset itu tidak menimbulkan masalah yang akan merugikan kebersamaan itu. Oleh karena itu, dalam konteks pengusulan adanya Bagian Ekologi Pertanian Terpadu, Bagian ini lebih mengutamakan fasilitas berupa kebun daripada yang berupa laboratorium. Hal-hal yang berkaitan dengan analisis laboratorium diharapkan dapat dipenuhi dengan adanya Bagian-bagian yang kini ada, baik di Departemen Budi Daya Pertanian (jika Bagian-bagian itu masih tetap ada) maupun yang ada di luar Departemen Budi Daya Pertanian sekarang. Bagian Ekologi Pertanian Terpadu berharap dapat memiliki sejumlah laboratorium lapang (field laboratory) yang diperoleh melalui kerja sama dengan pemerintah daerah, khususnya Kota Madya Bogor dan Kabupaten Bogor dalam tahap awal, yang selanjutnya diperluas ke seluruh kabupaten yang bekerja sama dengan IPB. Kebun di kampus diperlukan untuk sarana praktikum mahasiswa dan penelitian dosen yang akan dipadukan dengan fungsinya sebagai laboratorium pembelajaran (teaching laboratory) yang berperan untuk pengembangan labratorium lapang tersebut. Laboratorium lapang akan berfungsi sebagai sarana pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terintegrasi antara ketiga komponen darmanya. Lampiran 4 menyajikan kebutuhan ruangan dan kebun oleh Bagian Ekologi Pertanian Terpadu. 2.4.11. LEMBAGA DAN PERORANGAN TARGET KEMITRAAN 37. Lembaga-lembaga domestik dan mancanegara, lembaga perintah dan nonpemerintah, serta perorangan dapat menjadi target kemitraan asalkan tidak berpotensi merugikan IPB khususnya, masyarakat tani, dan negara pada umumnya. Lingkup kemitraan adalah pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi sepanjang memenuhi peraturan internal IPB. Lampiran 5 menyajikan lembaga-lembaga potensial calon mitra Bagian Ekologi Pertanian Terpadu meskipun masih belum menyebutkan nama lembaga atau perorangannya. Prioritas kemitraan akan diberikan kepada pembangunan model-model pertanian yang berkelanjutan agar dapat menjadi bagian dari laboratorium lapang sebagaimana yang dibahas dalam Butir 36. Dalam jangka panjang, Bagian ini mencanangkan pembangunan model perkampungan ramah lingkungan yang berbasis pertanian terpadu yang berkelanjutan dan bermanfaat untuk agrowisata. 2.4.12. PENUTUP 38. Pokok-pokok pikiran tentang pembentukan Bagian Ekologi Pertanian Terpadu ini memerlukan pembahasan yang mendalam dari segenap tenaga kependidikan di Departemen Budi Daya Pertanian. Pimpinan Fakultas Pertanian diharapkan dapat menyetujui kehadiran Bagian ini di Fakultas Pertanian karena di Fakultas Pertanian-lah adanya kosa kata seperti, bahkan terkesan posesif, pertanian konservasi (di Departemen Ilmu-Ilmu Tanah), pengendalian hama terpadu (di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan), serta pertanian organik dan pertanian berkelanjutan dengan masukan eksternal rendah (Departemen Budi Daya Pertanian). 39. Pertanian terpadu sebetulnya merupakan bidang tekunan yang menantang bagi tenaga kependidikan di IPB, tidak saja di jalur divisi-pusat-LPPM-IPB-MWA (Pasal 67-69 ART IPB, jalur litbang), yang sekarang dipahami sebagai satu-satunya unit yang paling tepat menekuninya, tetapi juga di jalur bagiandepartemen-fakultas-IPB (Pasal 56-58, jalur pendidikan) dan jalur SUA-Departemen/Fakultas-IPB-MWA atau SUAPusat/LPPM-IPB-MWA, SUP-Fakultas/LPPM-IPB-MWA, serta SUK-badan usaha-MWA-IPB (Pasal 111-115 ART IPB, jalur unit usaha). Oleh karena itu, tulisan ini diharapkan dapat meyakinkan pimpinan dan tenaga kependidikan Departemen Budi Daya Pertanian bahwa pertanian terpadu tidak berada di luar mandat Departemen Agronomi dan Hortikultura. Wahju Qamara Mugnisjah Lampiran 1. Mata Kuliah Asuhan Dosen Peminat Bagian Ekologi Pertanian Terpadu, Departemen Agronomi dan Hortikultura, di Home Base-nya pada Saat Inia No. Nama Dosen Bag./Dep.b/Fak. Saat Ini Mata Kuliah Asuhanc 1. BPP (Dr., Ir.) Fakultas Peternakan Ilmu Lingkungan Peternakan 2. DAS (Ir., M. Si) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Manajemen Budi Daya Perairan Tawar 3. ESY (Ir., M.Agr.Sc) Bag. Pemuliaan Tanaman, DAHd Perancangan Percobaan (S1), Statistk Praktis Pemuliaan Tanaman (S1), Analisis dan Teknik Percobaan Pemuliaan Tanaman (S1), dan Metode Kuantitatif Pemuliaan Pemuliaan Tanaman (S1) 4. AQO (Ir., M.Si.) Bag. Ilmu dan Teknologi Benih, DAH Dasar-Dasar Ilmu dan Teknologi Benih (S1), Produksi Benih (S1), Rancangan Percobaan (S1), Kuantifikasi Metabolisme Benih (S2), Teknik Perancangan Percobaan (S0), dan Matematika (S0) 5. SUW (Dr., Ir., M.Si.) Bag. Ekofisiologi Tanaman Manajemen Produksi Tanaman (S1), Tanaman Rempah (S1), Dasar-Dasar Agronomi (S1), Pembiakan Tanaman Perkebunan (S0), dan Ekologi Kuantitatif (S2). 6. SZA (Ir.) Bag. Ekofisiologi Tanaman Dasar-Dasar Agronomi (S1), Pengendalian Gulma (S1), Tanaman Perkebunan Utama (S1), Kapita Selecta Usaha Perkebunan (S0), Pengendalian Gulma Perkebunan (S0), Tanaman Sela (S0), dan Tanaman Rempah (S0) 7 WQM (Dr., Ir., M.Agr.) Bag. Ekofisiologi Tanaman Manajemen Produksi Tanaman (S1), Kapita Selekta Agribisnis Benihe (S1), Dasar-Dasar Agronomi (S1), Teknik Penulisan Ilmiah (S1), Tanaman Rempah (S1), Sistem Produksi Tanaman (S2), dan Ekofisiologi Tanaman Tropika (S2/S3) a *Dr. Ir. http://kecubung6.com - ::: kecubung6.com :: : :: Prof. DR. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, Powered M.Agr. by ::Mambo : :: © copyleft 2006 :::
Generated: 16 January, 2017, 11:13
Hariyadi, M.S. dan Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S. mendukung, tetapi tidak akan menjadi anggota bagian ini. Masih diperlukan 2-4 orang dosen untuk bidang budi daya dan ilmu ternak dan budi daya dan ilmu ikan b Menurut SK Rektor No. tentang Home Base Tenaga Kependidikan c Menurut Biodata Bahan Pemilihan Departemen, kecuali untuk No. 1 dari Katalog Panduan Program Sarjana (IPB) 2000-2005 (Edisi 2000). d DAH, Departemen Agronomi dan Hortikultura e Sebagai dosen tamu Lampiran 2. Silabus mata Kuliah yang Diampu oleh Bagian Ekologi Pertanian Terpadu, Departemen Agronomi dan Hortikultura No. Mata Kuliah Sks Silabus 1. Dasar Pertanian Terpadu 2(2-0) Batasan pertanian terpadu; pertanian terpadu versus pertanian konvensional; ragam dan karakteristik pertanian terpadu khas (indigenus) Indonesia; ragam dan karakteristik pertanian terpadu mancanegara; peran pertanian terpadu dalam pembangunan pertanian Indonesia 2. Pertanaman Ganda 3(2-1) Batasan pertanaman ganda; pertanaman ganda versus pertanaman tunggal dan pertanaman terus-menerus; ragam dan karakteristik pertanaman ganda di Indonesia dan mancanegara; basis ekofisiologi pertanaman ganda; rancangan pertanaman ganda; arahan penelitian dalam pertanaman ganda 3. Pertanian Berkelanjutan dengan Masukan Eksternal Rendah (LEISA) 3(2-1) Batasan pertanian berkelanjutan; batasan LEISA; LEISA versus HEIA dan LEIA; prinsip ekologik LEISA; menuju pembangunan LEISA; sumber teknologi untuk LEISA; teknologi pertanian yang mendukung LEISA, arah penelitian untuk mendukung LEISA; participatory technology development (PTD) untuk membangun LEISA 4. Pertanian Organik 3(2-1) Batasan pertanian organik; pendorong timbulnya pertanian organik; prinsip pertanian organik, pertanian organik versus pertanian konvensional, LEISA, dan pertanian ramah lingkungan; standar pertanian organik Indonesia dan mancanegara; teknologi pertanian organik; arahan penelitian dalam pertanian organik 5. Perancangan Sistem Pertanian Terpadu 3(2-1) Pengertian perancangan sistem pertanian terpadu (SITANDU); asas-asas dan rekayasa ekologis dalam pembangunan SITANDU; konsepsi dasar untuk perancangan SITANDU; prinsip dalam perancangan SITANDU; optimasi dalam perancangan SITANDU; Langkah-langkah normatif dalam perancangan SITANDU; kasus dan kelayakan financial rancangan SITANDU di lahan basah dan di lahan kering Lampiran 3. Mata Kuliah dan Dosen Pengasuhnya di Bagian Ekologi Pertanian Terpadu, Departemen Agronomi dan Hortikultura No. Sandi Dosena Mata Kuiiah Jumlah Mata Kuliah Dasar Pertanian Terpadu Pertanam-an Ganda LEISA Pertanian Organik Perancangan SITANDU 1. Dr. Ir. BPP V V V 3 2. Ir. ESY, M.Agr.Sc. V V 2 3. Ir. AWA, M.S. V V V 3 4. Dr. Ir. HAR, M.S. V V V 3 5. Ir. AQO, M.Si. V V 2 6. Dr. Ir. SUW, M.Si. V V V 3 7. Ir. SZA V V 2 8. Dr. Ir. WQM, M.Agr. V V V 3 9. Ikanb V V 2 10. Sosc V V 2 Jumlah Dosen 6 4 5 5 5 a Nama lengkap dosen terdapat dalam Lampiran 1 b Dosen dari bidang ilmu dan budi daya ikan (belum ada) c Dosen dari bidang ilmu sosial (belum ada) Lampiran 4. Kebutuhan Fasilitas untuk Bagian Ekologi Pertanian Terpadu, Departemen Agronomi dan Hortikultura No. Peruntukan Fasilitas Bentuk Fasilitas Satuan Ukuran (maksimal) Total Luas 1. Kepala Bagian Kamar 1 buah 3 x 3 m2 9 m2 Kursi 1 buah Meja 1 buah Lemari buku 1 buah Lemari kabinet 1 buah 2. Ruang diskusia Kamar 1 buah 3 x 5 m2 15 m2 Kursi 12 buah Meja rapat 6 buah Lemari kabinet 1 buah Kursi adm. 1 buah Meja adm. 1 buah 3. Dosen (10-12 orang) Kamarb 6 4 x 5 m2 120 m2 Kursi 12 buah Meja 12 buah Lemari buku 12 buah Lemari kabinet 12 buah 4. Teaching Lab: a. Bangunan Kebun Kantor 1 buah 6 x 6 m2 36 m2 Ruang peralatan kebun 1 buah 6 x 6 m2 36 m2 Gudang sarana produksi 1 buah 6 x 6 m2 36 m2 b. Kebun Pendidikan Lahan basahc 1 hamparan 2 ha 2 ha Lahan kering 1 hamparan 2 ha 2 ha 5. Kabun Etalase dan bangunannya (Halaman kampus: Plaza di depan Grawida berikut kolam (di luar arboretum) Bangunan taman 1 buah Rumah kaca 2 buah Kolam dan sekitarnya di luar arboretum 1 buah a Berfungsi juga sebagai ruang administrasi b Dua orang dosen per kamar c Berupa sawah atau lahan lahan berkolam alami Lampiran 5. Lembaga Calon Mitra Potensial Bagian Ekologi Pertanian Terpadu, Departemen Agronomi dan Hortikultura No. Status Lembaga Tempat Lembaga Bidang/Unit Kerja Lembagaa 1. Lembaga pemerintah Internal IPB Unit-unit kerja yang ada di IPB baik di tingkat universitas, fakultas/lembaga, departemen/pusat maupun bagian/divisi Luar IPB Departemen Pertanian/Kehutanan/ dsb berikut lembaga di bawahnya yang berhubungan denganya, di pusat dan di daerah otonom, perbankan, universitas, dsb. 2. Lembaga nonpemerintah Domestik Lembaga swadaya masyarakat, perusahaan pertanian, perbankan, universitas, dsb. Mancanegara Lembaga swadaya masyarakat, perusahaan pertanian, perbankan, universitas, dsb. a Kemitraan dilakukan jika diperlukan dan sangat selektif agar tidak merugikan kepentingan IPB (khususnya), petani dan negara (pada umumnya)
http://kecubung6.com - ::: kecubung6.com :: : :: Prof. DR. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, Powered M.Agr. by ::Mambo : :: © copyleft 2006 :::
Generated: 16 January, 2017, 11:13