Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
BAGIAN 2. MEDIA DAN BAHAN AJAR PENGEMBANGAN LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI GUNA MENUNJANG KOMPETENSI CALON GURU EKONOMI Leny Noviani & Sri Wahyuni FKIP-Universitas Sebelas Maret
[email protected]
Abstrak Laboratorium diperlukan semua program studi untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Laboratorium menjadi tempat untuk mendalami konsep, mengembangkan metode pembelajaran, memperkaya pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran berbasis laboratorium membantu dalam memudahkan dosen maupun mahasiswa dalam menjelaskan konsep, memudahkan memahami hal-hal yang dikemukakan dosen, memantapkan mengkonstruksi konsep yang dipelajari, dan mengembangkan keterampilan berpikir. Peranan Laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah sebagai sumber belajar, metode pembelajaran dan prasarana pendidikan. Kata Kunci: Laboratorium Pendidikan Ekonomi, sumber belajar, prasarana pendidikan
PENDAHULUAN Peningkatan mutu masih merupakan prioritas pembangunan pendidikan di Indonesia. Sasarannya adalah perbaikan mutu proses belajar mengajar di kelas dengan berorientasi pada setiap aspek perkembangan mahasiswa. Secara naluriah, mahasiswa menginginkan pengalaman belajar yang konkret, menyenangkan, dan mencakup semua aspek perkembangan dirinya. Sesuai dengan Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi bagian IV yaitu pembelajaran di perguruan tinggi harus bersifat interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada mahasiswa. Tuntutan pembelajaran tidak mungkin dapat terpenuhi apabila tidak didukung oleh kemampuan dosen dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang mendorong keaktifan mahasiswa. Selain kemampuan dosen, keberhasilan pembelajaran yang dimaksud juga memerlukan sarana dan prasarana yang memadai, termasuk laboratorium. Pada Permendikbud No. 49 Tahun 2014 pasal 31, prasarana minimal yang harus dimiliki dalam menunjang pembelajaran di perguruan tinggi adalah laboratorium. Dengan demikian, dosen dapat memfasilitasi kegiatan pembelajaran berbasis laboratorium. Saat ini, ketika membicarakan tentang laboratorium selalu identik dengan laboratorium IPA yang lengkap dengan sarana praktikum dan laboran. Laboratorium tidak semata-mata diperlukan di bidang studi eksakta (sain dan teknologi) melainkan juga pada bidang studi ilmu pengetahuan sosial (IPS), termasuk bidang Pendidikan [ 322 ] P a g e
Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)
Ekonomi. Laboratorium sebenarnya diperlukan semua program studi untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Adapun yang dimaksud dengan laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah pusat kegiatan belajarmengajar bidang studi Ekonomi, baik dilakukan oleh pengajar maupun peserta didik, dan di mana miniatur kegiatan Ekonomi dapat terlihat. Laboratorium di Program Studi Pendidikan Ekonomi pada Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) sebagian besar meliputi laboratorium untuk praktik bisnis yang berupa toko, bank, pajak, mini office, dan bursa efek. Namun, tidak semua program studi memiliki beberapa laboratorium tersebut. Sedangkan laboratorium untuk praktikum yang terkait dengan konsep-konsep ilmu ekonomi belum ada. Richardson (1957: 70) menyatakan bahwa laboratorium mempunyai beberapa fungsi yaitu: 1) dapat melahirkan berbagai macam masalah untuk dipecahkan, 2) tempat yang baik bagi siswa untuk melakukan eksperimen, latihan, demonstrasi atau metode yang lain, 3) dapat menyebabkan timbulnya pengertian dan kesadaran siswa akan peranan ilmuwan, 4) dapat menyebabkan timbulnya pengertian dan kesadaran siswa akan fakta, prinsip, konsep dan generalisasinya, 5) memberikan peluang kepada mahasiswa untuk bekerja dengan alat dan bahan tertentu, bekerja sama dengan teman, termotivasi untuk mengungkapkan dan menemukan dan kepuasan atas hasil yang dicapai, 6) merintis perkembangan sikap, kebiasaan yang baik dan keterampilan yang bermanfaat. Berdasarkan pendapat di atas, laboratorium menjadi tempat untuk mendalami konsep, mengembangkan metode pembelajaran, memperkaya pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, laboratorium juga sebagai tempat bagi mahasiswa untuk belajar memahami konsep ekonomi melalui optimalisasi keterampilan proses serta mengembangkan sikap ilmiah. Peralatan di laboratorium dapat dimanfaatkan sebagai media atau sarana baik di laboratorium, kelas maupun dibawa keluar kelas/lingkungan, untuk meningkatkan keterampilan proses. Dengan demikian, mahasiswa bukan hanya menjadi lebih terampil tetapi juga mempengaruhi pembentukan sikap ilmiah dan juga pencapaian hasil pengetahuannya (Freedman, 1997: 353). Jadi laboratorium sangat diperlukan dalam pembentukan sikap ilmiah mahasiswa. Terdapat empat alasan mengenai pentingnya praktikum (Woolnough dan Allsop; 1985). Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar. Melalui kegiatan laboratorium, mahasiswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum di mana mahasiswa menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Melakukan eksperimen merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh para ilmuwan. Untuk melakukan eksperimen ini diperlukan beberapa keterampilan dasar seperti mengamati, menganalisis dan mengkomunikasikan hasil praktikum untuk memahami konsep-konsep ekonomi. Dengan kegiatan praktikum, mahasiswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen P a g e [ 323 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 dengan melatih kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan sekaligus mempraktikkan dan mengobservasi dengan cermat, dan menginterprestasikan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Di dalam kegiatan praktikum, mahasiswa bagaikan seorang scientist yang sedang melakukan eksperimen, mereka dituntut untuk merumuskan masalah, merancang eksperimen, menginterpretasi data perolehan, serta mengkomunikasikannya melalui laporan yang harus dibuatnya. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran. Dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman mahasiswa terhadap materi pelajaran, khususnya konsep-konsep ekonomi yang abstrak. Kegiatan praktikum dalam laboratorium dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan pemahaman konsep dan memperbaiki miskonsepsi pada siswa (Roth, 1992). Dengan demikian keberadaan laboratorium dapat digunakan sebagai sarana dalam melaksanakan praktikum yang terkait dengan miniatur kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan memperbaiki miskonsepsi pada mahasiswa. Mengingat pentingnya laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber belajar maka penting untuk mewujudkan laboratorium pendidikan ekonomi yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran ekonomi. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan laboratorium Pendidikan Ekonomi pada LPTK, khususnya prodi Pendidikan Ekonomi dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan yang profesional. PENTINGNYA LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI Ketersediaan sarana prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan menjadi penting dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri. Salah satu sarana prasarana yang penting adalah laboratorium. Widyarti (2005:1) menyatakan bahwa laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat laboratorium serta adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap. Pengertian laboratorium juga dapat diartikan dalam bermacam-macam sudut pandang. Menurut Ikhwan Insan Cita (2012), jenis-jenis laboratorium ditinjau dari tujuan dan fungsinya dapat dibagi menjadi: 1. Laboratorium dasar. Laboratorium dasar merupakan tempat yang dapat digunakan mahasiswa untuk memperkenalkan dan memahami konsep dasar yang menjadi tuntutan untuk mengembangkan pengetahuan lanjut. 2. Laboratorium pengembangan. Laboratorium pengembangan mengembang tugas khusus, sesuai dengan spesialisasi bidang ilmu yang digeluti oleh personil-personil yang ada di laboratorium tersebut. 3. Laboratorium metodologi pengajaran. Laboratorium metodologi pengajaran di mempunyai kedudukan yang sangat khusus, karena mewarnai penampilan (performance) dosen dalam tugasnya. Jadi, laboratorium metodologi pengajaran merupakan wahana dan tempat pengembangan kompetensi pedagogis (keguruan) bagi calon guru. [ 324 ] P a g e
Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)
4. Laboratorium penelitian. Laboratorium penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai wahana atau tempat melakukan penelitian bidang ilmu yang ditekuni. Dengan demikian, laboratorium penelitian dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan kegiatan ilmiah dalam penemuan konsep, prinsip, teori, azas, aturan, atau hukum-hukum dalam bidang ilmu yang digelutinya atau disebut sebagai produk ilmiah. Laboratorium ialah tempat untuk melatih mahasiswa dalam hal keterampilan melakukan praktek, demonstrasi, percobaan, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Laboratorium yang dimaksud di sini tidak hanya berarti ruangan atau bangunan yang dipergunakan untuk percobaan ilmiah, misalnya dalam bidang sains (science), biologi, kimia, fisika, teknik, dan sebagainya, melainkan juga termasuk tempat aktivitas ilmiahnya sendiri baik berupa percobaan/eksperimen, penelitian/riset, observasi, demonstrasi yang terkait dalam kegiatan belajar-mengajar termasuk pembelajaran ekonomi. Dengan kata lain laboratorium adalah kegiatan ilmiah dalam suatu tempat yang dilakukan oleh mahasiswa atau dosen atau pihak lain, baik berupa praktikum, observasi, penelitian, demonstrasi dan pengembangan model-model pembelajaran yang dilakukan dalam rangka kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, pengertian laboratorium tidak hanya termasuk di dalamnya gedung atau ruang dan peralatannya, seperti misalnya laboratorium kimia, fisika, teknik, dan sebagainya. Akan tetapi pengertian laboratorium termasuk juga sekolah/kelas dan bahkan masyarakat sendiri. Organisasi, lembaga/instansi, alam sekitar juga merupakan laboratorium yang merupakan sumber belajar dan media dalam proses belajar-mengajar yang tidak akan habis. Dalam pelaksanaan pembelajaran, termasuk pembelajaran ekonomi hendaknya tidak hanya menyampaikan teori saja, namun juga menghubungkan antara teori dan praktek. Prinsip-prinsip akan dikaji dalam praktek sedangkan yang terdapat dalam pengalaman praktik dicari dasar-dasarnya dalam teori. Hubungan antara teori dan praktek bersifat integratif, di mana teori dan praktek secara bergantian dan bertahap saling mengisi dan saling mengkaji. Hubungan antara teori dan praktek inilah yang menjadi alasan logis mengapa laboratorium dan fasilitas lain dalam proses pembelajaran menjadi penting. Dengan demikian, laboratorium diperlukan semua program studi untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Namun, Laboratorium di Program Studi Pendidikan Ekonomi pada Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) sebagian besar meliputi laboratorium untuk praktik bisnis yang berupa toko, bank, pajak, mini office, dan bursa efek. Namun, tidak semua program studi memiliki beberapa laboratorium tersebut. Sedangkan laboratorium untuk praktikum yang terkait dengan konsep-konsep ilmu ekonomi sekaligus untuk praktik pembelajaran ekonomi belum ada. Laboratorium pendidikan ekonomi merupakan sumber belajar bagi peserta didik, seperti di berbagai universitas di negara-negara maju mempunyai laboratorium pendidikan ekonomi. Misalnya di Department of Economics and Related P a g e [ 325 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 Studies University of York, Heslington mempunyai laboratorium ekonomi yang bernama EXEC laboratory (center for economics experimental) yang digunakan untuk melakukan percobaan terkait dengan ilmu ekonomi. Laboratorium ini merupakan laboratorium terbaik di dunia. La Jolla (2008), laboratorium ekonomi digunakan untuk mempelajari pengambilan keputusan ekonomi strategis. Dengan mengembangkan kombinasi teori ekonomi, teori permainan, ekonomi perilaku, percobaan laboratorium, dan penelitian survei. Pemanfaatan Laboratorium Pendidikan Ekonomi untuk lebih memahami interaksi manusia atas keputusan-keputusan ekonomi. Dengan demikian yang dimaksud dengan laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah pusat kegiatan belajar-mengajar bidang studi ekonomi, baik dilakukan oleh pengajar maupun peserta didik, dan di mana miniatur kegiatan ekonomi dapat terlihat. Kedudukan Laboratorium Pendidikan Ekonomi beserta alat yang ada di dalamnya termasuk sarana dan prasarana pendidikan. Laboratorium beserta alat yang ada di dalamnya merupakan sarana dan prasarana yang diperlukan secara langsung oleh dosen maupun mahasiswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peralatan dalam laboratorium pendidikan ekonomi mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: a) menjelaskan konsep, sehingga mahasiswa memperoleh kemudahan dalam memahami hal-hal yang dikemukakan dosen; b) memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan bahan yang dipelajari; dan c) mengembangkan keterampilan berpikir. Di samping peranannya yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber belajar; metode pendidikan; dan prasarana pendidikan. Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber belajar berarti merupakan tempat kegiatan penyelidikan, mengungkapkan dan memecahkan masalah atau melakukan percobaan-percobaan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai metode pendidikan, berarti kegiatan laboratorium pendidikan ekonomi memandang posisinya sebagai observation method dan experimental method. Sedangkan sebagai prasarana pendidikan, laboratorium pendidikan ekonomi merupakan wadah proses belajar mengajar yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan bermacam kondisi yang dapat dikendalikan. Peranan dan fungsi laboratorium pendidikan ekonomi cukup besar terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sebagai tempat melakukan sesuatu kegiatan percobaan dan penyelidikan, laboratorium pendidikan ekonomi memberikan kemudahan bagi mahasiswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang sedang dipelajari atau disampaikan dosen. Sedangkan bagi dosen, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di laboratorium justru memberikan kemudahan dalam menyampaikan konsep-konsep yang kurang dikuasai mahasiswa, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya verbalism pada mahasiswa, dan menjadikan pengajaran menjadi lebih menarik, tidak membosankan, yang pada akhirnya dapat mengembangkan keterampilan dan keberhasilan pengajaran ekonomi itu sendiri. [ 326 ] P a g e
Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)
FUNGSI LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI Kertiasa (2006), fasilitas laboratorium adalah sarana fisik laboratorium seperti fasilitas ruangan, instalasi listrik, air dan gas. Laboratorium sebagai tempat sekelompok orang yang melakukan berbagai macam kegiatan penelitian, pengamatan, pelatihan, dan pengujian ilmiah sebagai pendekatan antara teori dan praktik Decaprio (2013). Laboratorium saat ini bukan saja dipakai oleh ilmu pengetahuan alam tetapi juga digunakan ilmu pengetahuan sosial. Laboratorium sosial dapat berupa lingkungan yang menjadi objek suatu pengamatan dan percobaan. Dengan demikian, laboratorium pendidikan ekonomi dapat diartikan sebagai sarana atau tempat yang mendukung proses pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan pengembangan pemahaman, keterampilan, dan inovasi di bidang ekonomi. Laboratorium pendidikan ekonomi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sebuah ruangan, di mana dosen dan mahasiswa dapat melakukan praktik yang terkait dengan ilmu ekonomi maupun metodologi pembelajaran ekonomi. Secara umum laboratorium memiliki beberapa fungsi, seperti yang diungkapkan oleh Decaprio (2013) sebagai berikut: 1. Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori dan praktik. 2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari kalangan mahasiswa, dosen ataupun peneliti lainnya. 3. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari suatu objek keilmuan dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial. 4. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam mempergunakan alat media yang tersedia di dalam laboratorium untuk mencari dan menentukan kebenaran ilmiah sesuai dengan berbagai macam riset atau pun eksperimentasi yang akan dilakukan. 5. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai macam keilmuan sehingga akan mendorong mereka untuk selalu mengkaji dan mencari kebenaran ilmiah dengan cara penelitian, uji coba maupun eksperimentasi. 6. Laboratorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para peneliti dalam keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan yang didapat dalam proses kegiatan kerja di laboratorium. 7. Laboratorium dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan berbagai masalah melalui kegiatan praktik, baik itu masalah dalam pembelajaran, masalah akademi, maupun masalah yang terjadi di tengah masyarakat yang membutuhkan penanganan. 8. Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para mahasiswa, dosen, aktivis, peneliti dan lain-lain untuk memahami ilmu pengetahuan yang masih bersifat abstrak sehingga menjadi sesuatu yang bersifat konkret dan nyata.
P a g e [ 327 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 Berdasarkan fungsi laboratorium yang telah diungkapkan di atas, maka fungsi laboratorium pendidikan ekonomi antara lain: 1. Laboratorium sebagai sumber belajar Ekonomi Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber untuk memecahkan masalah atau melakukan percobaan yang berkaitan dengan kompetensi dalam mata pelajaran ekonomi. Misalnya pojok bursa dapat digunakan sebagai sumber belajar untuk menggali mengenai informasi dan data tentang pasar modal dan melakukan simulasi yang terkait dengan perdagangan surat-surat berharga. Contoh lain misalnya laboratorium ekspor impor, yang dapat digunakan sebagai sumber belajar mengenai prosedur ekspor dan impor beserta perangkatnya. 2. Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai prasarana pembelajaran ekonomi Laboratorium pendidikan ekonomi merupakan prasarana pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Laboratorium ini terdiri dari ruang tertutup maupun ruang terbuka. Ruang tertutup dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan didesain dalam berbagai situasi yang dapat dikendalikan, khususnya peralatan dan perlengkapan untuk melakukan simulasi kegiatan ekonomi. Ruang terbuka, merupakan kondisi nyata yang dapat digunakan sebagai sumber belajar dan sarana pendidikan, misalnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar mahasiswa. Dosen dan mahasiswa dapat memanfaatkan laboratorium dalam mengaplikasikan metode percobaan/simulasi dan metode pengamatan. Dosen yang profesional akan selalu di tuntut kreativitasnya dalam membuat alatalat sederhana, media pembelajaran yang inovatif untuk menjelaskan teori dan konsep ilmu ekonomi agar mudah dipahami oleh mahasiswa. Dalam kegiatan pembelajaran diperlukan alat peraga yang dapat digunakan oleh dosen dalam proses pembelajaran ekonomi. Alat peraga ada ada yang sederhana yaitu dapat dibuat oleh dosen maupun mahasiswa dan alat peraga yang tidak dapat dibuat sendiri karena keterbatasan biaya dan kemampuan misalnya layar, LCD, Laptop/komputer, cash register dan lainnya. Alatalat peraga ini menjadi hal yang penting dalam laboratorium pendidikan ekonomi. Dalam tulisan ini, laboratorium pendidikan ekonomi yang ingin dikembangkan adalah ruangan, di mana terdapat berbagai media pembelajaran, peralatan, data-data maupun buku-buku ekonomi yang dapat digunakan oleh dosen dan mahasiswa dalam memperdalam konsep ekonomi. Dengan demikian akan ada transfer knowledge yang terkait dengan aplikasi model pembelajaran yang inovatif yang berguna bagi lulusan LPTK, khususnya prodi Pendidikan Ekonomi. Laboratorium pendidikan ekonomi dapat digunakan sebagai laboratorium simulasi untuk mengaplikasikan kompetensikompetensi ekonomi guna menunjang proses pembelajaran ekonomi. Beberapa bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam laboratorium Pendidikan Ekonomi antara lain: 1) Simulasi Kelangkaan dan Pilihan, 2) Simulasi produksi “Block Note”, 3) Simulasi lelang, 4) Simulasi pasar “apel” (kompetensi permintaan dan penawaran), 5) Pojok bursa, 6) Pojok perpajakan, 7) Pojok ekspor-impor, 8) Pojok perbankan, dan sebagainya.
[ 328 ] P a g e
Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN EKONOMI DI LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI Prosedur dalam praktikum pembelajaran ekonomi sebagai implementasi penggunaan laboratorium Pendidikan Ekonomi dapat dicontohkan sebagai berikut: 1. Simulasi Kelangkaan dan Pilihan dalam Konteks Ekonomi Indonesia Dalam kegiatan ini, mahasiswa diminta berpartisipasi sebagai produsen dari dua barang, sehingga mereka dapat mendalami masalah kelangkaan. Mereka membuat pilihan tentang penggunaan sumber daya yang langka untuk memproduksi dua barang atau satu dari dua barang. Selanjutnya mereka membuat kurva kemungkinan produksi, memasukkan biaya oportunitas dan menyimpulkan bahwa: kelangkaan mengharuskan pilihan dan setiap pilihan memiliki biaya oportunitas. Pada awal pembelajaran, dosen menjelaskan bahwa mahasiswa akan berperan menjadi produsen. Membentuk kelas menjadi kelompok kecil antara 2-3 orang per kelompok. Setiap kelompok di berikan media berupa potongan gambar dan gunting. Setiap kelompok memiliki sumber yang sama untuk memproduksi beberapa segi empat atau segitiga. Dosen memberikan waktu beberapa menit pada mahasiswa untuk membuat segi empat dan atau segitiga. Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, mahasiswa membuat tabel dan menggambar kurva kemungkinan produksi dalam grafik. Mahasiswa diminta mengidentifikasi dan menjelaskan temuannya berdasarkan eksperimen mengenai: kelangkaan yang dihadapi kelompok, sumber daya yang digunakan dalam memproduksi segitiga dan persegi, menjelaskan biaya oportunitas, dan menjelaskan kurva kemungkinan produksi. Pada akhir pembelajaran dosen memberikan konfirmasi mengenai konsep yang telah dipelajari melalui eksperimen produksi segitiga dan persegi (Liudmila Guinkel (Rusia) dari Old Mac Donald to Uncle Sam, 2002, Dewan Pendidikan Ekonomi, New York). 2. Simulasi Produksi “Block Note” Melalui sebuah simulasi produksi ini, mahasiswa belajar tentang apa produktivitas, mengapa produktivitas penting bagi pertumbuhan ekonomi, dan bagaimana meningkatkannya. Tujuan kegiatan praktik produksi ini, adalah mahasiswa dapat: menyebutkan keunggulan dan kelemahan produksi berdasarkan sistem borongan dan spesialisasi, mendefinisikan produktivitas pekerja sebagai output per pekerja, mengidentifikasi efek dari teknologi baru terhadap produktivitas pekerja, dan menganalisis bagaimana produktivitas dapat meningkat melalui spesialisasi, pelatihan dan pendidikan, investasi modal, dan peningkatan teknologi. Dalam kegiatan ini, dapat menggunakan alat atau bahan dari kertas bekas sebagai bahan baku dalam pembuatan block note, gunting, penggaris, spidol dan klip. Pada awal pembelajaran, dosen membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Satu kelompok besar sebagai kelompok spesialisasi dan yang lain sebagai kelompok borongan. Masingmasing kelompok dibagi lagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 anggota. Setiap kelompok kecil harus memproduksi block note dengan sumber daya yang telah disediakan dengan teknik sesuai kelompok besar. Apabila kelompok kecil merupakan P a g e [ 329 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 anggota kelompok spesialisasi, maka kelompok tersebut harus memproduksi dengan menggunakan metode spesialisasi dan sebaliknya. Dosen mengatur jalannya waktu produksi hingga 3 putaran/3 kali proses produksi. Dosen memberikan alat produksi sebagai temuan teknologi untuk meningkatkan produktivitas kepada kelompok yang dapat memproduksi paling banyak produk. Setelah kegiatan praktik produksi selesai, mahasiswa mendiskusikan: kelemahan dan kelebihan masing-masing metode produksi, upaya untuk meningkatkan produktivitas pekerja, dampak temuan teknologi dalam kegiatan produksi. Pada akhir pembelajaran, dosen memberikan penjelasan mengenai konsep yang dipelajari melalui kegiatan praktik dan mengkaitkan dengan konsep pertumbuhan ekonomi. (Elaine C. Coulson dan Sarapage McCorkle. 1994) SIMPULAN Sebuah laboratorium diperlukan semua program studi untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Namun, laboratorium untuk praktikum yang terkait dengan konsep-konsep ilmu ekonomi sekaligus untuk praktik pembelajaran ekonomi di berbagai LPTK di Indonesia belum ada. Laboratorium pendidikan ekonomi merupakan sumber belajar bagi peserta didik, yang digunakan untuk melakukan percobaan terkait dengan ilmu ekonomi. Laboratorium ekonomi juga digunakan untuk mempelajari pengambilan keputusan ekonomi strategis. Pembelajaran berbasis laboratorium membantu dalam memudahkan dosen maupun mahasiswa dalam menjelaskan konsep, memudahkan memahami hal-hal yang dikemukakan dosen, memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan bahan yang dipelajari, dan mengembangkan keterampilan berpikir. Peranan Laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah sebagai sumber belajar; metode pendidikan; dan prasarana pendidikan. Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber belajar berarti merupakan tempat kegiatan penyelidikan, mengungkapkan dan memecahkan masalah atau melakukan percobaan-percobaan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai metode pendidikan, sebagai observation method dan experimental method. Sedangkan sebagai prasarana pendidikan, merupakan wadah proses belajar mengajar yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan bermacam kondisi yang dapat dikendalikan. Peranan dan fungsi laboratorium pendidikan ekonomi cukup besar terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sebagai tempat melakukan sesuatu kegiatan percobaan dan penyelidikan, laboratorium pendidikan ekonomi memberikan kemudahan bagi mahasiswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang sedang dipelajari atau disampaikan dosen. Sedangkan bagi dosen, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di laboratorium justru memberikan kemudahan dalam menyampaikan konsep-konsep yang kurang dikuasai mahasiswa, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya verbalism pada mahasiswa, dan menjadikan pengajaran menjadi lebih menarik, tidak membosankan, yang pada akhirnya dapat mengembangkan keterampilan [ 330 ] P a g e
Pengembangan Laboratorium Pendidikan… (Leny Noviani & Sri Wahyuni)
dan keberhasilan pengajaran ekonomi itu sendiri. Pembelajaran dengan berbasis laboratorium akan memunculkan transfer knowledge yang terkait dengan aplikasi model pembelajaran yang inovatif yang berguna bagi lulusan LPTK, khususnya prodi Pendidikan Ekonomi. Selain itu juga dapat digunakan sebagai laboratorium simulasi untuk mengaplikasikan kompetensi-kompetensi ekonomi guna menunjang proses pembelajaran ekonomi. DAFTAR PUSTAKA Decaprio, Richard. (2013). Tips Mengelola Laboratorium Sekolah, IPA, Bahasa, Komputer dan Kimia. Jogyakarta: Diva Press. Depdiknas, Dirjen Dikti, Direktorat P2TK dan KPT. (2006). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikti, Direktorat P2TK dan KPT Elaine C. Coulson dan Sarapage McCorkle. (1994). Master Curriculum Guide in Economics, Teaching Strategies 5-6. New York: Council on Economic Education Freedman, M. P. (1997). Relationship among laboratory instruction, attitude toward sciense, and achievement in science knowledge. Journal of Research in Science Teaching (vol: 34). New York: John Willey & Sons. Insan
Cita, Ikhwan. (2012). Pengenalan Laboratorium. Diakses dari http://ikhwaninsancita.blogspot.com/2012/12/lab/html. Pada tanggal 2 April 2015
Liudmila Guinkel. (2002). Teaching Strategies. Old Mac Donald to Uncle Sam. New York: Council on Economic Education Muslim, Much. Azis. Pengelolaan Laboratorium. Di Akses dari http://unnes.info. Pada tanggal 20 Januari 2013. Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi Ramdhan, Bilyardi. (2009). Manajemen Laboratorium. //ummi.bilyardi.ac.id. Pada tanggal 21 Januari 2013.
Diakses
dari
http:
Richardson, J. S. (1957). Science teaching in secondary schools. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Robbins, Stephen. P & Coulter, Mary. 2007. Manajemen. Alih bahasa Harry Slamet. Edisi ke delapan, Jilid I. Jakarta: PT Indeks Roth, K.J. (1992). Science Education: It’s Not Enough to Do or Relate. Relevant Research Vol II. The National Science Teachers Association. Suyanta. (2010). Manajemen Operasional Laboratorium. http://uny.suyanta.ac.id. Pada tanggal 20 Januari 2013.
Diakses
dari
Syahza, Almasdi. (2011). Manajemen Laboratorium. http://almasdi.unri.ac.id. Pada tanggal 20 Januari 2013.
Diakses
dari
P a g e [ 331 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
MEMANFAATKAN EDMODO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN AKUNTANSI Laksmi Mahendrati Dwiharja Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
Abstrak Seiring dengan pesatnya e-learning sebagai salah satu media pendukung pembelajaran, Edmodo menyediakan kemudahan bagi guru dan siswa untuk meminimalisir hambatan belajar di kelas dan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Edmodo menjadikan hambatan ruang dan waktu dapat diminimalisir dengan network berbasis lingkungan sekolah. Pembelajaran akuntansi kerap dipandang kurang menarik, maka guru didorong untuk lebih kreatif dalam mengoperasikan e-learning Edmodo dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam cyber class seperti pemberian tugas mandiri, games, maupun diskusi. Beberapa hambatan pemanfaatan Edmodo dapat diminimalisir dengan beberapa solusi yang membutuhkan kerjasama antara guru dan siswa. Dengan Edmodo, siswa diharapkan lebih aktif berpartisipasi dalam pembelajaran akuntansi dan tujuan belajar dapat tercapai sekalipun siswa dan guru tidak berada dalam satu ruangan. Pemanfaatan Edmodo secara luas juga diharapkan mampu meningkatkan kompetensi siswa agar lebih siap menghadapi MEA. Kata kunci: e-learning, Edmodo, pembelajaran akuntansi
PENDAHULUAN Pendidikan dianggap sebagai kelembagaan pokok dalam mengembangkan keahlian dan pengetahuan, serta sebagai salah satu bentuk investasi. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan memiliki andil yang sangat besar untuk mencetak pemikir dan pelaku bangsa agar mampu memberikan kontribusi positif dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sistem pendidikan Indonesia mengalami perkembangan seiring meningkatnya kebutuhan akan pendidikan yang berkualitas, terutama saat ini Indonesia tengah dihadapkan oleh arus Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga berbagai metode dan strategi pembelajaran mengalami perbaikan berkelanjutan untuk memenuhi tuntutan global. Berbagai upaya dan alternatif pembelajaran diimplementasikan guna meningkatkan mutu pendidikan dari segala aspek, yang merubah sistem konvensional menjadi lebih relevan dengan kebutuhan yang makin kompetitif. Indonesia perlu mengenalkan dan mengimplementasikan konsep edukasi yang berputar di aktivitas yang beragam, program-program yang bervariasi untuk menciptakan sebuah suasana pengembangan murid yang baik (Sastroprawiro, 2011). [ 332 ] P a g e
Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)
Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang secara umum dinilai cukup sulit oleh para siswa. Dalam mempelajari akuntansi yang bersifat prosedural, tentunya memerlukan perhatian dari guru agar siswa tertarik dan mampu mencapai target yang telah ditentukan. Secara umum dilihat dari perspektif siswa, akuntansi merupakan ilmu yang melulu soal angka, kurang fun, dan kaku. Namun bukan berarti tidak ada kesempatan untuk memberikan “warna” dalam pembelajaran akuntansi, karena dengan kreativitas dan menggunakan aplikasi yang tersedia, pendidik mampu meningkatkan minat belajar akuntansi peserta didik. Salah satu media yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran adalah Edmodo. Edmodo merupakan media sosial yang mendukung pembelajaran, dengan tampilan hampir serupa facebook Sebagian besar pembelajaran akuntansi dilakukan dengan metode tradisional dengan sistem teacher centered. Hal ini telah lumrah dilakukan di manapun karena akuntansi merupakan ilmu prosedural yang telah memiliki konsep baku secara nasional maupun internasional. Seringkali pula durasi yang diberikan dalam kelas tatap muka dirasa kurang, sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif. Memanfaatkan media elearning seperti Edmodo sebagai sarana pendukung pembelajaran akuntansi dengan menerapkan beberapa strategi pembelajaran yang menarik, diharapkan dapat meminimalisir hambatan berupa waktu, jarak, dan meningkatkan minat siswa terhadap akuntansi. PEMBAHASAN Pembelajaran Akuntansi Belajar merupakan kegiatan yang membutuhkan proses, yang dapat didukung dengan berbagai metode, sarana-prasarana, dan pengkondisian. Metode, sarana dan kondisi yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar diset sedemikian rupa untuk mendukung belajar siswa. Guru mengimplementasikan dan mengembangkan metode sesuai dengan materi ajar yang akan dilaksanakan. Selanjutnya, bentuk pengajaran dan digunakan oleh pendidik dapat disesuaikan dengan materi, kebutuhan siswa, dan target yang akan dicapai. Rooijakkers (1993), menguraikan bahwa pengajar hendaknya bekerja dengan cara seperti tersebut di bawah ini, agar dapat memilih bentuk pengajaran secara tepat: 1. Memilih bentuk pengajaran yang akan meningkatkan proses belajar sebesarbesarnya. Untuk itu pengajar perlu mengetahui secara mendalam tujuan apa yang ingin ia capai, dan bagaimana tiap langkah dari proses belajar harus dipenuhi. 2. Meneliti faktor-faktor apa yang mungkin bisa menghambat. Kalau ada hambatan, maka hambatan apa saja yang dapat diatasi dan hambatan mana yang sama sekali tidak dapat diatasi. Keahlian guru dalam penyelenggaraan dan mengolah pembelajaran berkontribusi dalam professional development. Widayati (2013) menguraikan aspek-aspek profesionalitas guru yang dapat dilihat dari; (1) Peningkatan kualitas pembelajaran dengan memberdayakan berbagai aspek sehingga guru meningkat kreativitas dan P a g e [ 333 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 produktivitasnya. Kreativitas dan produktivitas menjangkau berbagai aspek pendukung pembelajaran dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran, metode, media, evaluasi, dan tindak lanjut; (2) Penguasaan, penerapan, dan produk ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti menulis buku, karya ilmiah, penelitian, membuat alat peraga, penerapan aspek teknologi dalam pembelajaran seperti media baik yang dihasilkan dalam bentuk software maupun hardware. Dengan cara demikian, dapat dikembangkan unit produksi yang memberikan kontribusi pada sekolah, mengembangkan jiwa kewirausahaan, kerjasama, dan sebagainya; (3) Kontribusi guru dalam karya yang dapat dimanfaatkan orang lain juga dapat dijadikan tolok ukur profesionalitas guru. Guru-guru dapat menyebarluaskan temuannya ke berbagai media sehingga para stakeholder dapat turut merunut dan memanfaatkan karya guru; (4) Penerapan strategi atau teknologi baru dalam pembelajaran seperti e-learning, lesson study, quantum learning, konstruktivisme; (5) Memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana pembelajaran seperti internet dan (6) Motivasi terus berkembang untuk maju dan berkualitas dalam pembelajaran, administrasi, pengembangan diri, yang mengarah pada perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran. Setelah melakukan pengidentifikasian dan menyusun bahan ajar, selanjutnya, guru mulai merancang strategi belajar manakah yang akan diimplementasikan, yang mampu mendukung kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran terdiri dari rangkaian materi dan prosedur untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa secara efektif dan efisien. Salah satu tuntutan bagi guru adalah meningkatkan kompetensi siswa dengan strategi maupun metode belajar yang merangsang dan meningkatkan kognitif peserta didik. Guru memberikan pembelajaran, tetapi tetap membuka adanya reaksi, respons, dan uneg-uneg dari siswa (Mulyoto, 2013). Guru berperan mengarahkan pemikiran siswa untuk menggali pola pikir peserta didik dengan instrumen strategi aktivitas belajar yang tepat, sehingga merangsang siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Partisipasi siswa sangatlah penting untuk mengetahui sejauh mana level berpikir siswa telah tercapai. Partisipasi juga bisa dijadikan salah satu acuan untuk evaluasi pembelajaran berikutnya, sehingga proses dan hasil belajar akan terus berkembang. Pembelajaran akuntansi dapat didefinisikan sebagai serangkaian prosedur belajar yang bertujuan agar peserta didik mampu menerapkan metode-metode akuntansi berdasarkan kaidah keilmuannya. Peserta didik diharapkan mampu memahami pentingnya akuntansi sebagai bahasa bisnis dalam membuat keputusan demi keberlangsungan suatu entitas, dan membuat pelaporan keuangan sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Pembelajaran akuntansi dilakukan dengan menerapkan strategi belajar pendukung agar aktivitas belajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
[ 334 ] P a g e
Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)
Edmodo Ketiadaan jarak sebagai dampak dari internet dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif pembelajaran. Daryanto (2013) menjelaskan bahwa karena sifat internet yang dapat dihubungi setiap saat, artinya siswa dapat memanfaatkan program-program pendidikan yang disediakan di jaringan internet kapan saja sesuai dengan waktu luang mereka sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk mencari sumber belajar dapat teratasi. Dengan perkembangan pesat di bidang teknologi komunikasi, multimedia, dan informasi; mendengarkan ceramah, mencatat di atas kertas sudah tentu ketinggalan zaman. Kemudahan akses internet menjangkau seluruh belahan dunia memungkinkan berbagai inovasi dalam bidang pendidikan, yakni mempermudah koneksi peserta didik dengan pendidik, salah satunya dengan memanfaatkan Edmodo. Edmodo merupakan social network berbasis lingkungan sekolah (school based environment) yang dikembangkan oleh Nicolas Borg and Jeff O'Hara, dengan fitur-fitur pendukung proses belajar mengajar. Edmodo dapat diakses bebas di www.edmodo.com oleh guru, siswa, maupun orang tua siswa. Edmodo telah banyak digunakan sebagai Professional Development Tools oleh banyak praktisi pendidikan di U.S, seperti Lia Nielsen dan Marianthe Williams (www.techlearning.com, November 2014). Edmodo berpengaruh cukup besar dalam inovasi pembelajaran menggunakan teknologi jaringan internet. “It is estimated that more than twenty-nine million teachers and students around the world are using Edmodo on daily basis (http://www.edmodo.com/about). Edmodo was also recognized by the American Association of School Librarians in 2011 as one of the top 25 websites that foster the qualities of information, creativity, active participation, and collaboration in the category entitled ‘Social Networking and Communication’” (Kongchan, 2012 dalam AlKathiri,2014). Bila dibandingkan dengan media sosial Learning Management System lainnya, Edmodo memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: (1) Mirip facebook, mudah digunakan, (2) Closed group collaboration, hanya yang memiliki group code yang dapat mengikuti kelas, (3) Free, diakses online, dan tersedia untuk perangkat smartphone , android dan iphone, (4) Tidak memerlukan server di sekolah, (5) Dapat diakses dimanapun dan kapanpun, (6) Edmodo selalu diupdate oleh pengembang, (7) Edmodo dapat diaplikasikan dalam satu kelas, satu sekolah, antar sekolah dalam satu kota atau kabupaten, (8) Edmodo dapat digunakan bagi siswa, guru, dan orang tua, (9) Edmodo digunakan untuk berkomunikasi dengan menggunakan model sosial media, learning material, dan evaluasi, (10) Edmodo mendukung model team teaching, coteacher, dan teacher, (11) Terdapat notifikasi, (12) Fitur badge dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan motivasi siswa (Priowirjanto,2013) Sedangkan Menurut Rusman (2013), e-learning dalam kegiatan pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut, (1) Tersedianya fasilitas e-moderating di mana dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah P a g e [ 335 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 melalui teknologi internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu. (2) Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstuktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya saling mengetahui sampai seberapa jauh bahan ajar dipelajari, (3) Siswa dapat belajar atau mengulang bahan pelajaran yang sudah dipelajari setiap saat di mana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. (4) Bila peserta didik memerlukan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan (5) Baik guru dan siswa dapat melakukan diskusi terhadap masalah pembelajaran melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang lebih banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan wawasan yang lebih luas, (6) Berubahnya peran siswa menjadi aktif dan lebih mandiri dalam kegiatan pembelajaran, (7) Relatif lebih efisien bagi siswa yang bertempat tinggal jauh karena siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran melalui e-learning Bullen dan Beam dalam Rusman (2013) juga menguraikan kelemahan e-learning dalam kegiatan pembelajaran antara lain; (1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar sesama siswa itu sendiri dalam kegiatan pembelajaran. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam kegiatan pembelajaran, (2) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dengan memanfaatkan elearning sehingga muncul aspek bisnis, (3) Kegiatan pembelajarannya cenderung ke arah pelatihan pada siswa daripada pendidikan, (4) Berubahnya guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran yang berpusat pada guru, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan komputer dan internet, (5) Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (6) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet secara gratis sehingga dibutuhkan biaya untuk menggunakan fasilitas internet di tempat lain (7) Kurangnya tenaga yang mengetahui, memahami dan mempunyai ketrampilan untuk mengoperasikan internet dan (8) Kurangnya tenaga ahli yang bisa dalam hal penugasan bahasa pemrograman komputer. Edmodo yang memberikan kontribusi positif dan solusi terhadap hambatan pembelajaran, seperti waktu yang terbatas, adanya kegiatan yang tidak memungkinkan untuk menghadiri tatap muka di kelas, maupun jarak. Edmodo mendorong peserta didik untuk lebih bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya, mempermudah akses orang tua dalam mengawasi jalannya proses belajar anak-anaknya, serta memberikan wadah bagi pendidik untuk mengembangkan profesionalitas dengan memanfaatkan layanan kelas virtual Edmodo. Dengan pesatnya teknologi informasi saat ini dan besarnya pemanfaatan internet secara global, seharusnya seluruh kelemahan e-learning telah ditekan seminimal mungkin. Adapun terkait tenaga ahli, sesungguhnya, penggunaan Edmodo yang berupa sosial media terkait kemudahan aksesnya bahkan melalui mobile phone sekalipun, satu-satunya tenaga ahli yang diperlukan hanyalah kemampuan guru mengoperasikan Edmodo dan kreativitas mengelola kelas virtual tersebut. [ 336 ] P a g e
Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)
Pemanfaatan Edmodo dalam Pembelajaran Akuntansi E-learning, dalam hal ini Edmodo, merupakan pembelajaran yang dapat berlangsung kapanpun dan di manapun sehingga tidak diharuskan berada dalam satu dimensi waktu dan ruang. Pembelajaran akuntansi kerap kali dilakukan secara behavioristik, dikarenakan akuntansi memang ilmu pengetahuan mengenai pencatatan finansial yang bersifat prosedural dengan aturan yang telah ditetapkan. Siklus akuntansi, ayat jurnal, hingga pelaporan keuangan telah diatur dalam konsep baku dan sistematis. Seringkali pula karena keterbatasan waktu atau karakteristik individual siswa, siswa tidak mengajukan pertanyaan apabila terdapat pertanyaan yang tidak dipahami. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya pencapaian kompetensi untuk beberapa siswa. Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya bergantung dari satu atau lebih tiga model dasar dialog atau komunikasi sebagai berikut (Boettcher,1999 dalam Daryanto, 2013) ; (1) Komunikasi antara guru dengan siswa;(2) Komunikasi antara siswa dengan sumber belajar;(3) Komunikasi siswa dengan siswa. Edmodo dalam pembelajaran akuntansi dapat diterapkan sebagai media blended e-learning, sebagaimana yang umumnya masih diterapkan di Indonesia. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dapat ditunjang dengan menggunakan e-learning Edmodo. Media pembelajaran yang diterapkan dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kemudahan memperoleh informasi, keterampilan guru mengoperasikan media, durasi, dan yang paling penting adalah sesuai kemampuan berpikir siswa. Selanjutnya berdasarkan tiga model dasar dialog atau komunikasi di atas, maka dapat diuraikan beberapa teknik belajar yang dapat diimplementasikan dengan dukungan Edmodo: Tugas Mandiri Johnson (2009), menguraikan bahwa menugaskan murid mengerjakan tugas mandiri memiliki banyak keuntungan. Pertama, anda bebas memanaskan kelas dan dapat bertindak sebagai pemberi informasi daripada pemimpin kelas. Kedua, murid-murid akan belajar bertanggung jawab atas pendidikan mereka; mereka memiliki kesempatan untuk melatih kemampuan penting seperti menentukan prioritas dan mengelola waktu; dan mereka dapat belajar sesuai pola yang mereka kehendaki. Ketiga dan mungkin yang terpenting, dengan memberi tanggungjawab lebih di pundak murid-murid anda, anda menunjukkan bahwa anda percaya pada kepandaian dan kemampuan belajar mereka. Tugas mandiri akuntansi dapat berupa latihan soal, pemecahan kasus informasi keuangan perusahaan yang membantu siswa untuk berpikir lebih kritis, maupun berupa penelitian mandiri. Menurut Yamin (2008), belajar mandiri memiliki manfaat yaitu: (1) memupuk tanggung jawab, (2) meningkatkan ketrampilan,(3) memecahkan masalah, (4) mengambil keputusan, (5) berpikir kreatif, (6) berpikir kritis, (7) percaya diri yang kuat, serta (8) menjadi guru bagi dirinya sendiri.
P a g e [ 337 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 Tugas mandiri yang biasa diterapkan dalam pembelajaran akuntansi adalah pemberian modul bagi siswa untuk dikerjakan secara individual. Modul yang diberikan pada siswa dapat disesuaikan terhadap kompetensi apa yang harus dicapai oleh siswa. Parkinson & Chew (2011) menggunakan modul akuntansi konvensional berbasis elearning bernama Moodle, hampir serupa dengan fasilitas pada Edmodo. Gomez dan Berrocoso (2012) juga menggunakan Moodle sebagai e-learning platform untuk aktivitas pembelajaran dan menilai kompetensi akuntansi siswa. “The uses of Moodle range from its role as a storage and distribution location for materials such as slides and coursework assignments, to a forum for discussion between staff/students and students/students” (Parkinson & Chew,2011). Selanjutnya dalam pemanfaatan Moodle, Gomez dan Berrocoso (2012) menyebutkan bahwa “In the module we used two tools: an overall activity table and an activity sheet. With the former we list all the activities devised, with the following information for each line: activity reference and description, competencies, subcompetencies and indicators to be developed and assessed, and timeframe. Moodle dianggap praktis, mudah diakses dan dapat dijangkau kapanpun di manapun bagi siswa. Kemudahan akses pembelajaran memang sangatlah penting baik bagi guru maupun siswa. Karena kurang lebih fungsi, manfaat, tujuan dan operasional Moodle hampir sama dengan Edmodo, maka dapat diterapkan penggunaan yang sama pula. Sebagai contoh, pemberian modul laporan keuangan perusahaan sederhana yang mencakup jurnal, buku besar, neraca saldo, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi keuangan, cashflow, hingga jurnal penyesuaian. Guru dapat membuat latihan soal dan kriteria penilaian kemudian meng-upload di Edmodo. Guru dapat menguraikan terlebih dahulu dalam video yang diupload via Edmodo berupa tutorial singkat teknis tugas dan mengumumkannya pada seluruh siswa. Selanjutnya guru menetapkan batas waktu due date pengumpulan tugas. Untuk beberapa sekolah, terutama pada masa prakerin siswa SMK, guru memberikan modul manual bagi siswa untuk dikerjakan selama prakerin, dan dikumpulkan pada waktu yang ditentukan. Teknik ini memang unggul dalam kepraktisan, efisiensi waktu dan tenaga, serta penilaian yang mudah. Namun juga memiliki kelemahan, antara lain kembali lagi pada masalah proses belajar pada umumnya, guru dapat langsung menjatuhkan penilaian bahwa level kognitif yang dicapai setiap siswa adalah sama, yakni terselesaikannya modul tersebut. Sekalipun dalam masa prakerin, untuk beberapa sekolah dilangsungkan seminggu sekali, proses belajar mengajar tetap dilakukan untuk memenuhi mata pelajaran yang telah ditetapkan, tentunya kontrol guru tetaplah sangat terbatas dikarenakan durasi mengajar. Hal tersebut dapat diminimalisir dengan memanfaatkan Edmodo. Sebagai gambaran, misalnya, setelah guru memberikan modul baik manual maupun via Edmodo, guru tetap dapat memberikan perhatian lebih di luar kelas. Guru dapat menghimbau siswanya untuk bertanya apabila mengalami kesulitan dalam mengerjakan modul, ataupun ada instruksi yang tidak dipahami siswa, baik secara private message maupun [ 338 ] P a g e
Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)
sharing pada teman-temannya. Di sini, guru dapat mengontrol dan membantu siswa sembari memberikan penilaian dan evaluasi baik secara subjektif maupun objektif. Subjektif untuk mengetahui bagaimana dan sejauh mana siswa telah belajar, dan objektif terhadap hasil tugas siswa. Selanjutnya, guru dapat mengindentifikasi permasalahan apa yang selanjutnya akan dibahas dalam pertemuan selanjutnya, untuk memastikan seluruh siswa mencapai hasil belajar yang ditentukan, berdasarkan informasi kesulitan siswa yang disampaikan pada guru via Edmodo. Games Guru dapat memanfaatkan Edmodo untuk menciptakan kompetisi ringan berupa games yang menyenangkan. Topik games dapat disesuaikan dengan materi pelajaran, dilakukan secara berkala seusai pemberian materi, dan diambil dari peristiwa ekonomi atau sosial. Salah satu contoh materi akuntansi yang dapat dijadikan kuis maupun games singkat adalah introduction, dengan contoh topik adalah kasus keuangan sehari-hari. Dapat pula mengajak siswa untuk berargumentasi sejauh mana peran informasi keuangan berguna dalam sebuah usaha, bagaimana cara pencatatan yang baik dan prosedur pencatatan yang seharusnya berdasarkan perspektif mereka. Siswa dapat dibimbing untuk mengembangkan wawasan mereka berdasarkan permasalahan informasi keuangan yang mereka pahami dalam kehidupan sehari-hari ataupun dari media, lalu dikembangkan sesuai daya nalar masing-masing. Seiring dengan kompleksitas pemahaman yang meningkat, maka guru juga dapat meningkatkan level games atau kuis sembari mengontrol daya serap dan pemahaman siswa untuk dilakukan evaluasi secara kontinyu. Pembelajaran menggunakan Edmodo telah beberapa kali dilakukan dan memberikan hasil yang cukup signifikan. Dalam salah satu penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Al-Kathiri (2014) terhadap 42 siswa dengan pembelajaran menggunakan metode tradisional dikolaborasikan dengan Edmodo, menghasilkan pencapaian yang signifikan secara positif. Selanjutnya dalam pembelajaran akuntansi, peletakan dasardasar pengetahuan akuntansi sangatlah diperlukan untuk menapaki level selanjutnya, sebagaimana setiap ilmu pasti memiliki dasar yang harus dipahami terlebih dahulu. Dalam meletakkan dasar-dasar akuntansi baik persamaan, tujuan, maupun prosedur akuntansi, guru dapat memanfaatkan pengetahuan awal siswa tentang subjek materi untuk digali lebih dalam dengan bantuan Edmodo, yakni kuis maupun game kilat. Diskusi Dolvin dan Pyles (2011) menekankan bahwa telah ditunjukkan pada siswa ,metode instruksi “chalk and talk” masih menjadi metode yang paling populer dalam pelajaran keuangan (e.g Saunders, 2001, Farooqi Saunders, 2004; Iqbal. Farooqi & Saunders, 2006) sebagaimana disiplin lainnya yang serupa seperti ekonomi (Becker & Watts, 1996; Becker & Watts, 2001). Karena sifatnya yang memang membutuhkan banyak latihan soal, pelajaran akuntansi dirasa kurang merangsang antusiasme siswa P a g e [ 339 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 untuk bertanya, berargumen, dan mengetahui lebih dalam ilmu akuntansi. Di samping latihan soal, tentunya kita dapat memberikan nuansa pembelajaran yang berbeda, misalnya merangsang partisipasi aktif siswa untuk mendiskusikan isu-isu akuntansi, kesalahan-kesalahan dalam pencatatan laporan keuangan serta implikasinya bagi perusahaan. Sardiman (2009) dalam Anisa dan Ratnasari (2013) mengemukakan bahwa mengetahui apa yang dipelajari adalah awal yang baik untuk belajar. Dengan mengakses materi terlebih dahulu, siswa mengetahui apa yang akan mereka pelajari sehingga mereka lebih siap untuk belajar. Kesiapan akan meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa mengkonstruksikan berbagai pengetahuan dan pengalamannya untuk menguraikan, menganalisis dan menjawab persoalan yang diberikan oleh guru sesuai cara mereka masing-masing. Dengan kreativitas guru dalam mengontrol alur diskusi, guru harus dapat terus-menerus merangsang keingintahuan, pertanyaan-pertanyaan, argumen-argumen dan seluruh bentuk respon dari perspektif siswa. Mengkonstruksikan pengetahuan untuk mendalami materi terbukti lebih efektif hasilnya dibandingkan metode tradisional. Fowler (2006) pun mendukung metode pembelajaran aktif, dan menjelaskan bahwa lebih sering berpikir berdasarkan pengalaman, maka hasilnya akan lebih baik. Penelitian Fowler pun menunjukkan bahwa kelas aktif terbukti dapat memahami konsep dengan lebih baik. Sharing Antar Guru Edmodo tidak hanya menjadi media komunikasi antara guru dengan murid, akan tetapi dapat menjadi wadah sharing dengan guru-guru pengampu akuntansi lainnya untuk mengembangkan metode pembelajaran akuntansi. Dengan berbagi permasalahan, pengalaman dan pendapat, maka metode pembelajaran akuntansi dapat berkembang, baik dalam strategi pembelajaran, solusi kesulitan-kesulitan siswa, kelamahan dan kelebihan penerapan berbagai metode pembelajaran akuntansi, bahkan dapat melakukan kolaborasi pembelajaran secara online. Sebagaimana dikutip dari Kruger & Bester (2014), yang menyatakan bahwa Edmodo was chosen for several reasons. Lecturers can (and should) invite students to join the classrooms that they create. Edmodo can be used to communicate with their students, share information, post assignments and perform assessments. Other lecturers can also join as “observing teachers” and can therefore benefit not only by means of their own participation but also by observing that of other lecturers. Lecturers (“Teachers” on Edmodo) can join communities. Meningkatkan Pembelajaran Menggunakan Edmodo Chyun dan Mark (2005), mendeskripsikan alasan kepuasan dan ketidakpuasan penggunaan e-learning sebagai berikut:
[ 340 ] P a g e
Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)
Gambar 1. Profil Faktor Kepuasan dan Ketidakpuasan dalam Konteks e-Learning Berdasarkan gambar tersebut, maka dalam penerapan Edmodo, guru dapat merencanakan dan melaksanakan tindakan defensif untuk meminimalisir hambatan akibat ketidakpuasan siswa terhadap e-learning Edmodo. Kalimat yang tidak di-bold menunjukkan sebab-sebab ketidakpuasan dalam pembelajaran e-learning. Maka dari itu, guru wajib memiliki solusi konkret guna meningkatkan kepuasan siswa sehingga berdampak positif pada kesuksesan belajar. Untuk meningkatkan kepuasan e-learning siswa, Chyun dan Mark (2005) mengemukakan proses sistematis untuk mengurangi masalah e-learning, yang dikonsepkan dalam five step SIEME process; (1) Separate unhealthy attrition from healthy attrition;(2)Investigate satisfying and dissatisfying factors;(3) Eliminate or reduce dissatisfying factors;(4)Maintain and/or add satisfying factors, and; (5) Evaluate attrition in e-learning continuously. Edmodo menyediakan fitur serupa direct message antara siswa dengan guru, namun tidak antar siswa. Dengan tools tersebut, siswa dapat berkonsultasi secara langsung dengan guru bila menemui kesulitan dalam belajar akuntansi. Karena sifatnya yang private message, siswa tidak akan malu untuk menanyakan hambatan yang P a g e [ 341 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 dihadapi dan guru dapat memberikan arahan yang tepat secara personal pada siswa. Edmodo memiliki kelebihan berupa tidak terikat dimensi ruang dan waktu, sehingga siswa dan guru dapat mengakses 24/7. Siswa yang kurang memahami materi akuntansi, dapat dengan mudah berkomunikasi dengan guru tanpa perlu menghadiri tatap muka di kelas. Al-Kathiri (2014) menjelaskan bahwa “the chat features of Edmodo allows students to broaden both the type and amount of their communication offering them opportunities to increase their confidence and motivation”. Fitur dalam Edmodo mampu memotivasi dan mendukung proses belajar siswa, karena sifatnya yang mampu menghubungkan langsung kedua pihak. Hal ini dapat membantu mengurangi kecenderungan guru yang senantiasa memukul rata level kognitif siswa sebagaimana yang sering terjadi di dalam kelas. Diharapkan dengan Edmodo, hambatan-hambatan belajar yang dialami oleh guru maupun siswa dapat diminimalisir. SIMPULAN Ilmu akuntansi yang bersifat prosedural memang biasa disajikan dalam kelas kovensional yang berpusat pada guru. Namun dengan kreativitas, banyak peristiwa dalam ranah akuntansi yang bisa menjadi topik menarik untuk didiskusikan bahkan dalam forum edmodo, sehingga siswa juga bisa mengasah kognitif mereka untuk menyelami fenomena akuntansi sederhana hingga tingkat kompleksitas yang mampu mereka terima. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji sejauh mana elearning mampu memberikan kontribusi dalam pembelajaran. Sebagaimana penelitian eksperimental Al-Kathiri (2014) mengenai pembelajaran menggunakan metode tradisional dikolaborasikan dengan Edmodo, yang menghasilkan pencapaian yang signifikan secara positif, penggunaan e-learning dalam blended learning oleh Anisa dan Ratnasari (2013) juga terbukti meningkatkan kesiapan, partisipasi, antusiasme dan korelasi. Beberapa strategi belajar akuntansi yang dapat diterapkan dengan Edmodo yakni tugas mandiri, diskusi, dan games. Untuk penilaiannya, dapat dibuat indikator penilaian aktivitas dan kompetensi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga aspek penilaian tercakup lebih luas. Implikasi lebih jauh dalam pemanfaatan Edmodo adalah, selain meningkatkan efisiensi, juga meratakan tembok keterbatasan ruang dan waktu. Beberapa kelemahan dari Edmodo adalah merupakan kelebihan dari pembelajaran face-to face, yakni komunikasi antar siswa dengan guru dan pengawasan guru secara langsung dalam kelas. Akan tetapi pengkombinasian keduanya akan meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi mengingat segala kemudahan yang ditawarkan oleh Edmodo bagi guru dan siswa. Penggunaan Edmodo yang telah dimanfaatkan secara luas untuk meningkatkan profesionalisme guru, tak lepas dari kreativitas guru untuk dalam mengelola pembelajaran secara virtual yang efektif dan efisien. Diharapkan dengan e-learning Edmodo, kompetensi peserta didik akuntansi siap bersaing menghadapi arus MEA mendatang.
[ 342 ] P a g e
Memanfaatkan Edmodo Sebagai… (Laksmi Mahendrati Dwiharja)
DAFTAR PUSTAKA Al-Kathiri, F. (2015). Beyond the Classroom Walls: Edmodo in Saudi Secondary School EFL Instruction, Attitudes and Challenges. English Language Teaching. 8(1), 189198. Anisa, A.A., & Ratnasari, A. (2013). Blended Learning: Improving Motivation in Learning Accounting Case of SMKN 1 Bantul 2012/2013. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. 6 (1).155-159 Chyung, S.Y & Mark, V. (2005). An Investigation of the Profiles of Satisfying and Dissatisfying Factors in E-Learning. Performance Improvement Quarterly. 18 (2). 108-110 Daryanto. (2013). Media Pembelajaran, Peranannya Sangat Penting dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. Dolvin, S.D. & Pyles, M.K. (2011). The Influence of Simulation Performance on Student Interest. Journal of Economic Education Research.13 (3), 35. Gomez, A.C & Berrocoso, J.V. (2012). Design of A Competency-Based Assessment Model In The Field of Accounting. Contemporary Issues In Educational Research-Special Edition. 5 (5), 346. Johnson, L. (2009). Pengajaran yang Kreatif dan Menarik: Cara Membangkitkan Minat Siswa Melalui Pemikiran. Jakarta: Indeks. Kruger, M. & Bester, R. (2014). Mobile Learning: A Kaleidoscope. Electronic Journal of eLearning. 12 Issue 1, 61. Lou, F. (2006). Active Learning: An Empirical Study of The Use of Simulation Games In The Introductory Financial Accounting Class. Academy of Educational Leadership Journal.10 (3). 94-100. Mulyoto. (2013). Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka Parkinson, A. & Chew, L. (2011). Student Perception of E-learning Components Within an Undergraduate Accounting Module: A Pilot Study. Annual International Conference on Education & e-Learning. 3 Priowirjanto, G. (2013). Southeast Asian Ministers Of Education Organization Regional Open Learning Centre. Rooijakkers, A. (1993). Mengajar Dengan Sukses, Petunjuk Untuk Merencanakan dan Menyampaikan Pengajaran. Jakarta: Grasindo Rusman. (2013). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sastroprawiro, W.N. (2011). The Missing Abundance Mentality in Our Curriculum dalam Seri Pemikiran Mahasiswa: Ekonomi Indonesia di Mata Anak Muda UI. FEUI: Baduose Media Techlearning (2014) How To Improve Professional www.techlearning.com pada tanggal 10 April 2015
Learning.
Diakses
dari
Widayati, A. (2013). Studi Tentang Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran Akuntansi Dalam Meningkatkan Profesionalitas Guru Akuntansi SMK di DIY. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia.11 (1). P a g e [ 343 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 Yamin, M. (2008). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gsung Persada Press.
[ 344 ] P a g e
Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN PENGELOLAAN USAHA BERBASIS KNOWLEDGE MANAGEMENT UMKM DI KEDIRI Rr. Forijati
Universitas Nusantara PGRI Kediri
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis Knowledge management UMKM. Prosedur pengembangan dalam penelitian ini adalah 1) Studi pendahuluan yaitu mengeksplorasi kebutuhan UMKM dan mengeksplorasi knowledge management UMKM 2) pembuatan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha Berbasis Knowledge Management UMKM 3) validasi dari expert: ahli rancangan pembelajaran, ahli isi bidang ilmu, ahli media pembelajaran 4) pelaksanaan kegiatan pengembangan (uji coba prototype) 5) evaluasi kegiatan dengan model CIPP (Context, Input, Process dan Product). Hasil pengembangan, secara konseptual menurut tanggapan/penilaian ahli rancangan, ahli isi bidang ilmu dan ahli media pembelajaran menunjukkan produk pengembangan yang dihasilkan dinyatakan tepat dan layak untuk dimanfaatkan sebagai modul pembelajaran. Secara teknis operasional dari hasil uji coba kelompok kecil dan ujicoba lapangan menunjukkan bahwa produk pengembangan yang diujicobakan menghasilkan perolehan belajar yang positif bagi subjek uji coba (pebelajar). Hal ini ditandai dengan nilai hasil uji validitas berada dalam skala 80% - 100% atau masuk kualifikasi sangat baik. Dari dua puluh lima orang subjek uji coba lapangan diperoleh hasil rerata nilai test akhir sebesar 79,68, sedangkan rerata nilai tes awal sebesar 52,76. Dengan menggunakan Paired Samples Test, didapatkan nilai t-value -11,486 pada tingkat signifikansi .000. Hal ini berarti terdapat peningkatan yang signifikan hasil tes akhir dari tes awal. Kata Kunci: Pengembangan Modul Pengelolaan Usaha, Knowledge Management UMKM
PENDAHULUAN Pengalaman berbagai negara, baik negara maju maupun berkembang menunjukkan bahwa UMKM mempunyai peran yang penting dalam pengembangan ekonominya. Di seluruh dunia, pemerintah juga mengakui kontribusi UMKM terhadap lapangan kerja dan pembangunan ekonomi juga mempunyai peran potensial dalam proses penetapan kebijakan publik (Storey, 2005). Peran UMKM dalam perekonomian negara sangat penting dan strategis karena telah terbukti menjadi penyelamat perekonomian pasca krisis dan menjadi penyedia lapangan tenaga kerja terbesar. Selain itu, tersedianya lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan akan menekan angka kemiskinan, untuk itulah memberdayakan UMKM identik dengan menggerakkan ekonomi rakyat (Siswoyo, 2009). Usaha mikro kecil menengah, dengan karakteristik skalanya yang serba terbatas, memiliki segala kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dimaksud terletak pada kemampuan melakukan fleksibilitas dalam menghadapi berbagai tantangan lingkungan. Di antara sejumlah kekuatan yang ada pada usaha kecil adalah fleksibilitas untuk berkreasi, kemampuan untuk melakukan inovasi dan kemampuan P a g e [ 345 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 melakukan tindakan yang tidak mungkin dilakukan oleh usaha berskala besar, dan juga yang terutama karena daya tahan terhadap krisis. Di samping kekuatan, berbagai kelemahan masih dimiliki oleh UMKM antara lain: a) kurangnya pemodalan, b) minimnya pengetahuan dalam hal pengelolaan usaha, c) kesulitan dalam hal pemasaran, d) persaingan usaha yang ketat, e) kendala bahan baku (Hadiyati Ernani, 2010). Dengan segala kelemahan dan keterbatasan yang dimiliki oleh UMKM, maka diperlukan pendampingan dan pemberdayaan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM dan juga mengevaluasi keefektifan penggunaan modul tersebut dengan evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) dari Stufflebeam Knowledge management atau sering disingkat KM sendiri sejatinya dapat diartikan sebagai sebuah tindakan sistematis untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan mendistribusikan segenap jejak pengetahuan yang relevan kepada setiap anggota organisasi tersebut (Widayana, 2005). Knowledge Management merupakan suatu paradigma pengelolaan informasi yang berasal dari pemikiran bahwa pengetahuan yang murni sebenarnya tertanam dalam benak dan pikiran setiap individu atau manusia sehingga harus ditemukan mekanisme penyebarannya (information and experience sharing) agar terjadi peningkatan pengetahuan dari masing-masing pelaku kegiatan di dalam perusahaan. Oleh karena itulah dalam implementasinya yang terjadi adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mencari, membentuk, dan menyebarkan berbagai ide, gagasan, pengetahuan, dan pengalaman dari satu atau sekelompok orang ke satu atau sekelompok orang lainnya di dalam sebuah perusahaan. Ilmu pengetahuan yang diciptakan dari pengetahuan perorangan yang harus dikelola menjadi pengetahuan organisasi. Knowledge merupakan pengalaman, informasi tekstual dan pendapat para pakar di bidangnya. Knowledge Management dibangun dengan landasan adanya budaya knowledge sharing (Anantatmula, 2005). Oleh sebab itu dengan adanya sharing pengetahuan antar UMKM terutama dalam satu sentra usaha akan terjadi transfer ilmu yang akan memperkaya strategi dan pengetahuan dalam pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah. Dengan adanya transfer pengetahuan dan ketrampilan antar UMKM terutama dari satu sentra, akan mengatasi beberapa permasalahan seperti: Pertama, tidak dimilikinya aset produksi yang memadai, ditambah lagi terbatasnya akses terhadap sumber-sumber permodalan sehingga sering menyebabkan produktivitas dan pendapatan pengusaha kecil menjadi rendah. Pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pokok, sehingga kecil kemungkinan mereka bisa menabung dan memiliki modal yang cukup untuk meningkatkan atau membuka usaha baru. Kedua, karena nilai tukar hasil produksi pengusaha kecil acapkali tertinggal dengan hasil produksi dari usaha berskala besar, khususnya yang berasal dari sektor industri modern. Di sisi lain, akses pengusaha kecil ke pusat-pusat pemasaran umumnya juga cenderung rendah karena dalam banyak hal kelembagaan usaha rakyat belum berperan maksimal dalam menfasilitasi kegiatan ekonomi rakyat. Di berbagai wilayah pedesaan kegiatan ekonomi pasar relatif sepi, dan [ 346 ] P a g e
Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)
kalau pun ada umumnya lebih sebagai ajang bagi pengusaha dari luar desa untuk menyerap produk-produk masyarakat desa dengan harga yang kurang adil. Ketiga, karena sebagian besar pengusaha kecil umumnya tidak atau belum memiliki produk unggulan yang bisa diandalkan dalam arti produk itu memiliki prospek pemasaran yang cerah di pasaran dan hasil yang menguntungkan. Kalau pun ada sebagian pengusaha kecil yang memiliki produk komoditi tertentu, sering terjadi hasilnya kurang menguntungkan karena lemahnya posisi mereka dalam mata rantai perdagangan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam proses penjualan, biasanya pihak yang dominan menentukan harga adalah para pedagang atau tengkulak bukan para pengusaha kecil. Keempat Pengusaha UMKM sering tidak mempunyai catatan keuangan sehingga tidak mengetahui secara pasti keuntungan yang di dapat dan juga ketika akan mengakses pemodalan ke perbankan, mereka cenderung tidak bisa membuat proposal kredit ataupun menghitung berapa sesungguhnya modal yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan. Kondisi UMKM di atas menjadi fenomena universal di Indonesia, termasuk di Kediri. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa UMKM di wilayah Kediri masih menggunakan manajemen tradisional. Salah satu ciri manajemen tradisional adalah tidak memiliki laporan keuangan dan baik pengeluaran maupun penerimaan yang ada tidak tercatat dengan baik. Mereka tidak membutuhkan laporan keuangan yang mencatat alur penerimaan dan pengeluaran setiap hari asalkan usaha yang dilakukan tetap berjalan. Apabila UMKM tidak memiliki laporan keuangan maka UMKM tersebut tidak bersifat bankable. Kalau laporan keuangan tidak ada maka akses ke bank juga akan terkendala. Dari kondisi UMKM yang ada di Kediri maka dibutuhkan bantuan pendampingan dan pelatihan dalam mengembangkan usahanya, karena hanya 2,60% yang pernah mendapatkan pelatihan akuntansi/keuangan/pembukuan dan 2,30% yang pernah mendapatkan pelatihan Manajemen Usaha (Bappeda Kota Kediri, 2009). Hal ini juga di dukung dari hasil eksplorasi penelitian tentang kebutuhan UMKM di Kediri akan pendampingan dan pelatihan, UMKM memerlukan pelatihan tentang aspek produksi sebesar 38%, aspek manajemen usaha sebesaaar 56%, aspek desain produk 46% dan aspek kewirausahaan sebesar 15% (Forijati, 2014). Dari data di atas, maka diperlukan suatu bentuk bantuan teknis berupa pelatihan pengelolaan Usaha untuk UMKM, di mana dalam pelatihan tersebut diperlukan suatu modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM yang dapat digunakan oleh UMKM dalam mempelajari bagaimana mengelola usahanya dengan baik. Modul Pemberdayaan ini berupa Modul Pembelajaran di susun dan di kembangkan oleh peneliti dari pengamatan pada saat dilakukan FGD Knowledge Management UMKM dan dari survey pada UMKM di Kediri. Berdasarkan survey pada UMKM di Kediri di dapatkan bahwa jenis layanan yang dibutuhkan oleh UMKM 56% berupa pelatihan Manajemen Usaha. Pelatihan Manajemen Usaha yang diperlukan oleh UMKM sebagian besar berupa aspek pengelolaan keuangan usaha. Karena salah satu kelemahan dari pelaku UMKM adalah minimnya pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan keuangan usaha mereka. P a g e [ 347 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
METODE Penelitian ini dilakukan di wilayah Kediri Jawa Timur. Studi ini berada pada desain penelitian dan pengembangan (Research and Development). Subjek uji coba adalah pengusaha UMKM di Kediri. Untuk uji coba kelompok di ambil 9 orang. Dan untuk uji coba lapangan diambil 25 (dua puluh lima) pengusaha mikro kecil menengah dengan karakteristik yang sama. Suparman (1997) memberikan batasan sampel untuk uji coba lapangan berkisar antara 10 – 30 orang. Jenis data yang di kumpulkan berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa pelaksanaan pemberdayaan dengan menggunakan modul pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM berupa catatan lapangan dan hasil observasi. Sedangkan data kuantitatif berupa data dari hasil pengembangan melalui studi eksperimen semu atau uji coba terhadap modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM Teknis analisis data yang digunakan adalah 1) Analisis Validitas (Validity Analysis) 2) Uji Perbedaan, dalam pelaksanaan pemberdayaan melalui pelatihan dengan menggunakan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM yang dikembangkan, dilakukan Pre test dan Post test. Data skor tes awal (pre test) dan skor tes akhir (post test) pada uji coba lapangan dianalisis dengan menggunakan alat bantu komputer melalui program SPSS. Uji statistik dengan menggunakan Paired sample t-test (uji t-test) untuk uji beda, Sebelum menggunakan uji t-test terlebih dahulu di analisis kenormalan distribusi dan bentuk data dengan menggunakan KolmogorovSmirnov sehingga syarat statistik parametrik terpenuhi. Uji beda dengan t-test ini digunakan untuk menganalisis perbedaan rata-rata hasil pengukuran pre test dan post test dari pemberdayaan UMKM melalui pelatihan dengan menggunakan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha Berbasis Knowledge Management UMKM. Prosedur pengembangan desain pemberdayaan UMKM berbasis knowledge management ini, mengikuti tahap-tahap sebagai berikut. 1) Tahap Pertama, mengeksplorasi kendala-kendala dan kegagalan-kegagalan yang pernah dialami UMKM, untuk kemudian melaksanakan sharing knowledge dengan menggunakan proses SECI (Socialization, Externalization, Combination, Internalization). Selain itu juga melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan (need assessment) UMKM dengan melakukan eksplorasi lapangan untuk mencari model pemberdayaan berbasis knowledge management yang sesuai dengan karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah. Selain itu, dalam studi pendahuluan ini juga mulai di kembangkan draf desain instruksional Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha Berbasis Knowledge Management UMKM yang terdiri dari komponen sebagai berikut: a) Kompetensi b) Tujuan Pengembangan Modul c) Indikator d) Skenario pembelajaran yang terdiri atas: alokasi waktu, tujuan pembelajaran, dasar pemikiran, langkah-langkah pembelajaran e) Materi ajar f) Evaluasi berupa lembar kerja yang terdapat pada akhir tiap bagian pembelajaran. Hasil draf desain instruksional tersebut di validasi oleh draf awal desain pembelajaran melalui diskusi, justifikasi dan konsultasi dengan ahli (expert judgment) untuk [ 348 ] P a g e
Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)
mendapatkan program pembelajaran yang diinginkan. Penilaian tersebut di dasarkan pada makna dan pengambilan keputusan yang digunakan dalam menilai proses pemberdayaan melalui pemberian pelatihan dengan menggunakan modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM: Tabel 1. Persentase Penilaian Ahli Rancangan Pembelajaran, Ahli Isi Bidang Ilmu dan Ahli Media Pembelajaran, Pelaku UMKM Tingkat Pencapaian Kualifikasi 80% - 100% Sangat baik/Sangat Jelas/Sangat Sesuai/ Sangat Menarik/Sangat Tepat, Tidak Perlu Revisi. 66% -
79%
Baik/Cukup Jelas/ Sesuai/ Menarik/ Tepat, Tidak Perlu Revisi
56% -
65%
Cukup Baik/Cukup Jelas/Cukup Sesuai/ Cukup Menarik/Cukup Tepat/Perlu Direvisi
Kurang dari 56%
Tidak baik/Tidak Jelas/Tidak Sesuai/ Menarik/Tidak Tepat/ Perlu direvisi
Tidak
2) Pada tahap kedua merupakan studi pengembangan, berupaya untuk mengembangkan dan menyusun model prosedural yang menjadi konstruktif draf awal atau prototipe model pembelajaran berupa modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM. Dalam ujicoba terbatas ini juga dikaji efektivitas dan keterlaksanaan program menurut alokasi waktu yang disediakan dalam pengajaran. Pada uji kelompok ini juga akan di uji validitas dan reliabilitas instrumen evaluasi pelatihan yang nantikan akan di gunakan sebagai instrumen evaluasi pelatihan pada Uji lapangan. Hasil dari tahap ke dua akan diujicobakan pada uji kelompok kecil dan di revisi untuk dilanjutkan pada tahap ke tiga yaitu tahap uji lapangan. 3) Pada tahap ke tiga yaitu melakukan uji lapangan, tujuan yang dicapai adalah merekonstruksi draf awal/prototype. Pelaksanaan Uji lapangan yaitu dengan melalui pelatihan yang menggunakan sarana modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM akan di evaluasi oleh pihak eksternal dengan menggunakan instrumen evaluasi pemberdayaan CIPP (context, Input, Process, Product). Penilaian CIPP dengan menggunakan Tabel 2.
Tabel 2. Tabel Standar Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif Rerata Skor Klasifikasi Kesimpulan P a g e [ 349 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 > 4,2
Sangat baik
> 3,4- 4,2 > 2,6 – 3,4
Baik Cukup
> 1,8 – 2,6
Kurang
≤1,8
Sangat kurang
Sangat sesuai, sangat lengkap, Sangat jelas, sangat dapat digunakan. Baik, sesuai, jelas, dapat digunakan Cukup sesuai, cukup baik, cukup jelas, cukup dapat digunakan. Kurang sesuai, kurang baik, kurang jelas , kurang dapat digunakan. Tidak sesuai, tidak baik, tidak jelas, tidak dapat digunakan.
Sumber: Sudjiono, 2008 HASIL DAN PEMBAHASAN Prototipe produk pengembangan yang diuji dalam penelitian ini meliputi Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM. Setelah Draf Prototipe produk pengembangan selesai di susun selanjutnya dimintakan tanggapan atau penilaian dari ahli rancangan pembelajaran. Data hasil tanggapan atau penilaian ahli rancangan pembelajaran berupa data kuantitatif yang dihimpun dengan menggunakan instrumen angket. Komponen-komponen yang dimintakan tanggapan atau penilaian meliputi: Skenario Pembelajaran yang meliputi: a) alokasi waktu, b) tujuan Pembelajaran, c) dasar Pemikiran dan langkah-langkah kegiatan. Uraian isi pembelajaran yang meliputi: bagian I yaitu: Mengetahui Biaya suatu Usaha, bagian II yaitu Pemodalan Usaha Kecil, bagian ke III yaitu mengelola uang dengan cash flow, bagian ke IV yaitu menyusun laporan keuangan sederhana. Semua komponen tersebut dinilai dari aspek rancangan pembelajaran dengan rentang (score) 1 – 4 dengan interpretasi: 4 (sangat jelas), 3 (jelas), 2 (kurang jelas), 1 (sangat kurang jelas). Setiap besaran nilai yang diberikan ditransformasikan dalam bentuk persentase. Rancangan komponen-komponen modul secara umum dapat dikatakan sudah layak, kelayakan ini dibuktikan dari hasil tanggapan/penilaian ahli rancangan pembelajaran, ahli media pembelajaran dan ahli isi bidang ilmu bahwa dari segi aspek: pewajahan (sampul) di nilai 84% sudah baik, akan tetapi ada masukan bahwa cover dibuat menarik dan ada gambar-gambar tentang UMKM, sehingga menarik minat pembaca akan isi modul tersebut. Kata pengantar di nilai 84% sudah baik, hanya perlu kata-kata knowledge management konsisten dan diubah miring menjadi knowledge management. Diperlukan tambahan daftar tabel dan daftar gambar, sehingga lebih memudahkan dalam mencari tabel. b) Komponen-komponen yang terdapat pada skenario pembelajaran yang terdiri dari alokasi waktu, Tujuan diubah menjadi tujuan pembelajaran, dasar pemikiran dan langkah-langkah kegiatan menjadi langkah-langkah pembelajaran, dapat dikatakan sudah sesuai (80 – 100%), hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : untuk Alokasi waktu bagian I,II dan III sudah 100% artinya alokasi waktu yang sediakan sesuai dengan materi yang akan diberikan pada pemberdayaan (pelatihan pelaku UMKM), sedangkan untuk bagian IV 88%, dikatagorikan baik. Tujuan Pembelajaran yaitu untuk bagian I 92%, bagian II 92%, bagian III 100% dan bagian IV [ 350 ] P a g e
Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)
88%, hal ini diartikan bahwa tujuan pembelajaran telah sesuai dengan isi materi maupun dengan alokasi waktu serta dasar pemikiran dari modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM tersebut, dan ada masukan untuk tujuan di tambah dengan tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. c) Materi pembelajaran secara keseluruhan dapat disimpulkan sudah sesuai, jelas dan cocok untuk digunakan sebagai buku acuan dalam program pemberdayaan UMKM. Hal ini dibuktikan dengan persentase jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam angket berada pada kisaran 81% - 100% atau masuk skala penilaian sangat layak, di samping itu revisi hanya pada pemberian keterangan di setiap gambar dan tabel pada materi pembelajaran. d)Untuk komponen-komponen evaluasi dalam modul yang di tulis dengan lembar kerja sudah baik, akan tetapi lebih baik diberikan uraian di bawah yaitu kunci jawaban terletak di slide presentasi yang berada di lembar terakhir modul. Analisis Data Hasil Skor Tes Awal Dan Tes Akhir Pada Uji Coba Lapangan Sebelum di uji dengan menggunakan Paired sample t-test (uji t-test), terlebih dahulu di uji kenormalan distribusi dan bentuk data dengan menggunakan KolmogorovSmirnov sehingga syarat statistik parametrik terpenuhi. Dan hasil dari uji normalitas adalah sebagai berikut: Tabel 3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Post test N
25
Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Mean
79,68
Std. Deviation
8,265
Absolute
,163
Positive
,125
Negative
-,163
Kolmogorov-Smirnov Z
,815
Asymp. Sig. (2-tailed)
,520
Tabel 4. Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair 1
Pre test Post test
-26,920
Std. Deviation
11,719
Std. Error Mean
2,344
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -31,757
-22,083
t
-11,486
df
24
Sig. (2-tailed)
,000
a) Dari Tabel paired samples correlations didapatkan bahwa nilai selisih rata-rata dari pre test dan post test adalah: 52,76 - 79,68 = - 26,920, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil pembelajaran sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan untuk P a g e [ 351 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 mempelajari Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM. b) Dari Tabel Paired Samples Test, didapatkan nilai t-value di atas nilai kritis 1,96 dan didapatkan nilai t = -11,486 lebih besar dari 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara sebelum dan setelah mengikuti pelatihan untuk mempelajari Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM. Dan dari sig = 0,00 (sig < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pengetahuan akan manajemen usaha untuk UMKM sebelum dan setelah mempelajari modul tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produk pengembangan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM ini dapat mencapai tujuan pembelajaran yaitu tujuan pemberdayaan. Dan dapat dikatakan bahwa produk pengembangan ini sebagai salah satu sumber belajar layak digunakan untuk mengembangkan usaha bagi pelaku UMKM maupun dapat dijadikan pegangan bagi konsultan/pendamping UMKM dalam memberikan pelatihan pada UMKM. Dari hasil CIPP dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Context (Konteks), Rerata total skor sebesar 4,07 apabila dikonsultasikan dengan tabel standar konversi data kuantitatif ke kualitatif, termasuk klasifikasi sangat baik, artinya bahwa pelaksanaan pemberdayaan UMKM dengan menggunakan modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM sangat sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM.. Berdasarkan hasil wawancara dengan pelaku UMKM ketika mengikuti pelatihan, di peroleh bahwa mereka sangat terbantukan dengan adanya pelatihan dengan menggunakan modul tersebut. 2) Input, Penilaian Input terdiri dari: pertimbangan terhadap sarana dan prasarana pemberdayaan (pelatihan pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM), strategi yang digunakan dalam pemberdayaan (pelatihan), kelengkapan dan kesesuaian materi yang digunakan dalam pemberdayaan (pelatihan) dan juga tutor yang memberikan pelatihan. Hasil analisis yang diperoleh dari evaluator diperoleh nilai-nilai aspek Input sebagai berikut : 4,00. Rerata total skor Input adalah 4,00 apabila dikonsultasikan dengan tabel standar konversi data kuantitatif ke kualitatif dikatagorikan sangat baik. Artinya bahwa aspek input dalam pemberdayaan UMKM sangat sesuai, hal ini terlihat dari kesesuaian sarana dan prasarana dalam proses pemberdayaan, kejelasan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM yang diberikan pada peserta pelatihan juga alat-alat tulis dalam pelaksanaan diskusi berkelompok. Di samping itu strategi pembelajaran yang digunakan oleh konsultan/pendamping UMKM yaitu dengan membelajarkan pebelajar akan pentingnya knowledge sharing melalui diskusi berkelompok antar pelaku UMKM untuk memecahkan sebuah permasalahan pada perusahaan dan berdiskusi. Di samping itu kenyamanan tempat pelaksanaan pemberdayaan (pelatihan) yang berada pada tempat yang jauh dari kebisingan, dan juga ditunjang dengan kesiapan tutor yaitu konsultan/pendamping UMKM. 3) Process (Proses), Penilaian Proses dalam hal ini adalah Proses selama berlangsungnya Pemberdayaan (pelatihan dengan menggunakan modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM yang [ 352 ] P a g e
Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)
meliputi: Kejelasan petunjuk/pedoman dalam pemberdayaan, kejelasan materi yang digunakan, kesesuaian waktu yang digunakan, kejelasan metode dan media dalam pemberdayaan, dan kemenarikan strategi pembelajaran. Hasil analisis yang diperoleh dari evaluator dapat di sajikan sebagai berikut : 3,79. Dari data diatas diperoleh rerata skor sebesar 3,79 apabila di konsultasikan dengan tabel standar konversi data kuantitatif ke kualitatif di katagorikan sangat baik yang artinya bahwa pelaksanaan pemberdayaan UMKM sangat baik dan sesuai. Hal ini dibuktikan dengan Kejelasan Petunjuk/pedoman yang di sampaikan oleh konsultan/pendamping UMKM sebagai tutor/pendamping UMKM. Di samping itu juga kejelasan materi, media dan metode yang digunakan sangat dimengerti oleh peserta pemberdayaan (pelatihan) sehingga peserta sangat antusias dan berpartisipasi terhadap pelatihan. Dan terdapat pemahaman akan pentingnya knowledge sharing (berbagi pengetahuan dan pengalaman antar pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah). Pada saat berlangsungnya pelatihan Konsultan/pendamping UMKM selaku tutor juga memberikan feedback/balikan pada setiap pemecahan kasus. Kasus yang di berikan sesuai dengan kasus yang terjadi di lapangan. 4) Product (Produk), Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar kuesioner dan observasi yang dilakukan oleh evaluator tentang aspek-aspek komponen produk diperoleh nilai-nilai aspek konteks sebagai berikut: 4,00. Rerata total skor sebesar 4,00 apabila dikonsultasikan dengan tabel standar konversi data kuantitatif ke kualitatif termasuk klasifikasi sangat baik, hal ini berarti bahwa output dari pemberdayaan ini sangat baik dan bermanfaat bagi pelaku usaha mikro kecil menengah. SIMPULAN Penelitian pengembangan ini membahas mengenai pemberdayaan UMKM berbasis knowledge management. Berbasis knowledge management dalam hal ini adalah bahwa dalam prosedur pengembangannya pengelolaan pengetahuan dilaksanakan dengan knowledge sharing (berbagi ilmu). Knowledge sharing tercermin dalam Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis Knowledge Management UMKM yaitu dalam langkah-langkah pembelajaran selalu di utamakan budaya sharing (berbagi) pengalaman dan ketrampilan akan pengelolaan usaha terutama UMKM dalam satu sentra usaha. Pemberdayaan UMKM merupakan suatu sistem di mana terdapat diskusi dan saling bertukar informasi dan pengetahuan. Oleh karena itu, mengelola pengetahuan adalah bagaimana pengetahuan itu di kelola dan dibagikan kepada pelaku UMKM yang membutuhkannya. Oleh sebab itu, inti dari knowledge management tersebut adalah berbagi ilmu baik antar UMKM yang berada dalam satu sentra. Sedangkan kajian tentang produk pengembangan yang telah direvisi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis Knowledge Management UMKM yang dikembangkan oleh peneliti. Modul ini dipakai oleh UMKM dalam pengembangan usahanya. Berdasarkan pengamatan pada saat proses knowledge management melalui FGD (Focus Group Discussion) di peroleh data bahwa UMKM sangat membutuhkan sebuah bahan ajar tentang Manajemen (pengelolaan usaha) P a g e [ 353 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 untuk mengembangkan usahanya. Produk pembelajaran berupa Modul Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM yang dikembangkan ini dirancang dengan memuat komponen-komponen yang memudahkan pebelajar yaitu pelaku UMKM. Komponen-komponen tersebut adalah (1) Skenario pembelajaran yang terdiri dari : Alokasi waktu pembelajaran, Tujuan Pembelajaran Dasar Pemikiran, Langkah-langkah pembelajaran. (2) Materi pembelajaran yang terdiri dari 4 bagian yaitu bagian I : Mengetahui biaya suatu usaha, bagian II : Pemodalan UMKM, bagian III : Mengelola uang dengan Cash flow dan bagian IV : Menyusun Laporan Keuangan UMKM. (3) Soal Latihan. Hasil dari uji coba terhadap komponen-komponen Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM menunjukkan bahwa ahli rancangan pembelajaran menilai produk pengembangan sudah layak yang ditandai dengan pengujian validasi persentase jawaban atas angket berada pada kisaran 81% - 100%. Ahli isi bidang ilmu memberikan penilaian bahwa Modul sangat baik dan layak dengan validasi kisaran 81% - 100%. Selanjutnya ahli media pembelajaran menilai produk pengembangan ini sudah layak untuk digunakan dan diaplikasikan oleh UMKM dengan kisaran validasi 80% - 100%. Demikian juga subjek uji coba kelompok dan uji coba lapangan, kesemuanya menilai bahwa komponen-komponen Modul Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM sangat baik dan menarik untuk dipelajari. Validasi dari jawaban kedua subjek uji coba baik uji coba kelompok maupun uji coba lapangan tersebut berada pada kisaran 81% - 100%, yang artinya bahwa Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis Knowledge Management UMKM, sangat layak dan sangat sesuai untuk dipergunakan dalam mengembangkan usahanya, karena sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan dan juga kendala-kendala yang ada di lapangan untuk diselesaikan baik secara mandiri, maupun dengan berdiskusi antar pelaku UMKM terutama yang berada dalam satu sentra. Modul yang dihasilkan ini dapat di terapkan untuk menghasilkan modul-modul pendampingan UMKM dengan menggunakan sharing pengetahuan baik antar pendamping maupun antara pelaku usaha mikro kecil menengah sebagai suatu sistem pemberdayaan UMKM. Knowledge Management yang merupakan pengelolaan pengetahuan merupakan hal yang sangat penting bagi semua organisasi yang menginginkan organisasinya berkembang (Organization Learning). Pengetahuan yang dibagi tidak akan bisa habis, justru akan lebih berkembang dan menjadi kekayaan ilmu pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Anantatmula, V, 2005. Knowledge Management Criteria, Chapter 11 in Stankosky,M, Creating The Discipline of Knowledge Management, Elsevier Inc. Forijati, 2014, Pengembangan Model Pemberdayaan UMKM berbasis Knowledge Management di Kediri, UNP Kediri. Gagne. R,M, Briggs, L.J, 1988. Principles ot instructional Design. Second Edition, New York: United States of America. [ 354 ] P a g e
Pengembangan Modul Pembelajaran… (Rr. Forijati)
Hadiyati, E. 2010. Kemitraan UMKM Teori dan Aplikasi BUMN-Bank,Malang: Bayumedia Publising Kemp, J.E. 1985, Instructional Design: A Plan for Unit and Course Development.California: Fearon Publications Moeloeng, 1989.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja Rosda karya. Nonaka, Ikujiro & Takeuchi, Hirotaka, 1995. The Knowledge-Creating Company: How Japanese Companies Create the Dynamics of Innovation. Oxford: Oxford University Press Santyasa, IW, 2009b. Teori Pengembangan Modul. Bali, Universitas Pendidikan Ganesha. Siswoyo, B.B. 2009. Pengembangan dan Pemberdayaan UMKM Ke Arah Percepatan Pembangunan Ekonomi. Makalah disajikan dalam Orasi Ilmiah Pada Wisuda Program Sarjana STIE PGRI Jombang tanggal 31 Oktober 2009. Stufflebeam, D.L & Shinkfield, A.J. 1995. Systematic evaluation. Boston: Kluwer Nijhof Publishing. Storey.D.J. 2005. Competitive Experience of UK SMEs : Fair and Unfair, Report to The Competition. London: Commission London. Sudijono, Anas, 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sugiyono, 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV.Alfa Beta. Suparman, A. 1997. Desain Instruksional: Program Pengembangan Ketrampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti) untuk Dosen Muda. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka. Widayana, L. 2003a. Change Management. Surabaya: Heksa Enterprise. Widayana, L. 2005b. Knowledge Management: An Emerging Discipline Rooted in a Long History. Knowledge Research Institute, Inc.
P a g e [ 355 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
PENERAPAN MODEL PAIKEM DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKTI TRANSAKSI KEUANGAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA Moh. Danang Bahtiar
Pascasarjana UNESA
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan model PAIKEM (aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) dengan menggunakan media visual bukti transaksi keuangan dalam pembelajaran akuntansi di SMAN 1 Waru dan mengetahui aktivitas belajar siswa, keterampilan mengajar guru dan ketercapaian ketuntasan hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 4 siklus dengan subjek 39 siswa kelas XI. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, wawancara dan tes. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas belajar siswa terus mengalami peningkatan yang dapat dibuktikan dengan melihat antusiasme dari para siswa dalam bertanya, memberikan pendapat dan berdiskusi. Keterampilan mengajar guru dalam pelaksanaan model PAIKEM juga meningkat disertai dengan meningkatnya ketuntasan belajar. Pada siklus pertama tingkat ketuntasan mencapai 84,61%, siklus kedua 89,74%, siklus ketiga 97,43%, dan siklus terakhir 100%. Kata Kunci: Model PAIKEM, Media Visual Bukti Transaksi Keuangan, dan Ketuntasan Belajar Siswa.
PENDAHULUAN Mata pelajaran akuntansi merupakan bahan kajian mengenai suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan. Sedangkan tujuan dari diajarkannya mata pelajaran akuntansi adalah untuk membekali tamatan SMA dalam berbagai kompetensi dasar, agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsepkonsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang baik dan benar untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun untuk tujuan ke masyarakat, sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa (Depdiknas, 2004). Salah satu pokok bahasan pada mata pelajaran akuntansi adalah siklus akuntansi perusahaan jasa. Pada pokok bahasan ini yang di dalamnya mempelajari, materi jurnal, posting ke buku besar, neraca saldo, kertas kerja, dan laporan keuangan tidak hanya menyangkut rumus-rumus hafalan saja tetapi juga pemahaman yang harus diserap oleh siswa sehingga dapat menjelaskan dan menyusun prosedur akuntansi mulai dari pencatatan ke dalam buku jurnal hingga sampai pada penyusunan laporan keuangan dengan baik dan benar. Pada umumnya, model pembelajaran untuk mata pelajaran akuntansi yang diterapkan di sekolah adalah model pembelajaran yang bersifat konvensional. Model ini cukup mudah dilakukan karena tidak menuntut usaha yang terlalu banyak, baik dari guru maupun siswa. Model pembelajaran ini lebih berorientasi pada guru saja, sedangkan [ 356 ] P a g e
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
siswa hanya dibiarkan duduk, mendengar, menghafal, menjawab jika ada pertanyaan, atau bertanya jika guru mendorong siswa untuk berperan aktif dalam materi yang disampaikan. Guru cenderung mendominasi dalam proses pembelajaran dan kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan siswa lain, sehingga siswa cenderung pasif dan suasana kelas terasa membosankan. Di samping itu kurangnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akuntansi di SMA dimungkinkan karena media pengajaran yang digunakan guru masih sederhana, yaitu masih menggunakan media papan tulis saja. Berdasarkan studi pendahuluan dengan melakukan observasi dan wawancara di SMA Negeri 1 Waru diperoleh data bahwa dalam mata pelajaran akuntansi khususnya pada pokok bahasan melakukan tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan jasa, cara penyampaian materi oleh guru cenderung menggunakan metode ceramah, resitasi (penugasan) dan pemberian latihan-latihan soal. Seringkali guru hanya menerangkan sebatas pada apa yang tertulis di dalam buku diktat dan Lembar kerja Siswa (LKS) saja, tanpa mengenalkan lebih jauh lagi bagaimana bentuk-bentuk yang sebenarnya dari berbagai macam bukti transaksi secara nyata, termasuk menguraikan prosedur dikeluarkannya bukti transaksi tersebut hingga menjadi dokumen sumber yang dijadikan sebagai dasar pencatatan di dalam jurnal dan buku besar. Hal ini tentunya akan membawa suasana belajar yang cenderung pasif, karena siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa cenderung hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru tanpa memberikan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuannya sendiri melalui serangkaian kegiatan pembelajaran. Selain itu media pembelajaran yang digunakan oleh guru juga masih konvensional, yaitu berupa papan tulis yang tentunya kurang menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran karena siswa cenderung bosan pada materi yang diajarkan, sehingga nantinya dapat berakibat pada kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dan pada akhirnya ketuntasan belajar siswa belum dapat tercapai secara maksimal. Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai ketuntasan belajar siswa untuk mata pelajaran Ekonomi/Akuntansi kelas XI Sosial pada tahun pelajaran 2011 – 2012 yang dihitung berdasarkan hasil ulangan harian yang telah dilaksanakan sebelumnya, di mana tingkat ketuntasan belajar siswa untuk kelas XI Sosial 1 mencapai 38 % dan kelas XI Sosial 2 mencapai 50 %. Sedangkan tingkat ketidaktuntasan untuk kelas XI Sosial 1 sebesar 62 % dan kelas XI Sosial 2 sebesar 50 %. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat ketidaktuntasan belajar siswa di SMA Negeri 1 Waru untuk mata pelajaran Akuntansi dapat dikatakan masih cukup besar, terutama untuk kelas XI Sosial 1 di mana tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70 %. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut maka guru hendaknya merancang sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang selama ini sudah dilaksanakan agar menjadi lebih baik lagi
P a g e [ 357 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 dan permasalahan belajar yang selama ini dihadapi oleh siswa dapat terpecahkan sehingga nantinya dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Guru hendaknya dapat memilih suatu model pembelajaran yang dapat membuat suasana belajar di dalam kelas menjadi lebih hidup, siswa menjadi lebih aktif dan suasana belajar yang menyenangkan. Selain itu, guru mata pelajaran akuntansi hendaknya juga dapat melakukan berbagai macam inovasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga kompetensi yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal. Guru juga harus lebih kreatif lagi dalam menciptakan dan menggunakan berbagai macam media pembelajaran yang dapat membantu dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga peserta didik dapat lebih memahami isi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pelaksanaan PTK adalah dengan menerapkan model PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Pembelajaran Aktif, Inovatif, kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM), adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan (proses belajar) yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahaman melalui berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif. Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa: ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik” (Mas’ud, 2009). Dari pernyataan tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru harus menyelenggarakan pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM), hal ini dikarenakan dasar hukumnya sudah jelas yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator hendaknya dapat memfasilitasi terwujudnya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) dalam proses pembelajaran. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam model PAIKEM adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Menurut Sudjana (2007:7), beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran dapat digolongkan menjadi media grafis (visual), media fotografis, media tiga dimensi, media proyeksi, media audio dan lingkungan. Salah satu jenis media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah media visual. Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera penglihatan (Munadi, 2008:56). Pengajaran sebagai upaya terencana dalam membina pengetahuan sikap dan keterampilan para siswa melalui interaksi siswa dengan lingkungan belajar yang diatur guru pada hakikatnya lebih efektif jika dilakukan dengan menggunakan [ 358 ] P a g e
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
lambang-lambang verbal dan visual, agar diperoleh makna yang terkandung di dalamnya. Lambang-lambang tersebut dicerna dan disimak oleh para siswa sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu pengajaran dikatakan efektif apabila penerima pesan (siswa) dapat memahami makna yang dipesankan oleh guru sebagai lingkungan belajarnya. Tampilnya lambang-lambang visual untuk memperjelas lambang verbal memungkinkan para siswa lebih mudah memahami makna pesan yang dibicarakan dalam proses pengajaran. Hal ini disebabkan bahwa visualisasi mencoba menggambarkan hakikat suatu pesan dalam bentuk yang menyerupai keadaan yang sebenarnya atau realisme (Sudjana, 2007). Pada pokok bahasan melakukan tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan jasa, guru dapat melakukan inovasi dalam proses pembelajaran yaitu dengan menerapkan model PAIKEM yang digabungkan dengan menggunakan media pembelajaran visual berupa bukti-bukti transaksi keuangan. Hal ini bertujuan agar dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, siswa dapat terlibat secara aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator dalam proses belajar siswa. Selain itu dengan menggunakan media pembelajaran visual berupa bukti-bukti transaksi keuangan tentunya dapat lebih menarik minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, karena siswa dapat mengetahui secara langsung bagaimana bentuk dari macam-macam bukti transaksi tersebut kemudian komponen apa saja yang tertera dalam bukti transaksi tersebut serta bagaimana cara menganalisis bukti transaksi tersebut sampai dengan prosedur pencatatannya ke dalam jurnal dan buku besar, sehingga nantinya proses pembelajaran yang berlangsung dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi siswa. Adanya model pembelajaran PAIKEM akan menjadikan suasana belajar lebih menyenangkan dan siswa menjadi lebih aktif di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, karena siswa lebih dilibatkan secara aktif di dalam setiap tahapan dalam proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok, sementara kedudukan guru hanya sebagai fasilitator dan pendamping dalam kegiatan belajar siswa. Hal ini tentunya selain dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan juga akan memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi siswa sehingga kompetensi yang telah ditetapkan dapat tercapai secara maksimal. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “ Penerapan Model PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) Dengan Menggunakan Media Pembelajaran Visual Bukti-Bukti Transaksi Keuangan Pada Mata Pelajaran Akuntansi Sebagai Upaya Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas XI Sosial di SMA Negeri 1 Waru ”. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan model PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan pada mata pelajaran P a g e [ 359 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 akuntansi di SMA Negeri 1 Waru, (2) Bagaimana aktivitas belajar siswa ketika diterapkannya model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual buktibukti transaksi keuangan, (3) Bagaimana keterampilan mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual buktibukti transaksi keuangan, (4) Bagaimana ketercapaian ketuntasan belajar siswa siswa setelah diterapkannya model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan pada mata pelajaran akuntansi di SMA Negeri 1 Waru, selain itu juga untuk mengetahui aktivitas belajar siswa ketika diterapkannya model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi dan keterampilan mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual buktibukti transaksi keuangan pada mata pelajaran akuntansi di SMA Negeri 1 Waru, serta ketercapaian ketuntasan belajar siswa setelah diterapkannya model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan pada mata pelajaran akuntansi di SMA Negeri 1 Waru. Model Pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam menyukseskan berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di dalam kelas sehingga mereka mendapat berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya (Mulyasa, 2006:191). Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk menkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan diri pada paradigma konstruktivistik di mana dapat membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru yang terjadi melalui kreasi pemahaman baru dan merupakan hasil dari munculnya struktur kognitif baru (Santyasa, 2005:5). Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah (Mulyasa, 2006:192). Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru dan membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan
[ 360 ] P a g e
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
yang ingin dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran (Mulyasa, 2006:193). Pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull Instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (Not Under Pressure). Dengan kata lain pembelajaran menyenangkan adalah pola hubungan yang baik antara guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta didik, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didiknya (Mulyasa, 2006:194). Kelima prinsip pembelajaran tersebut saling melengkapi satu sama lain, karena keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup bila proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain biasa. Pembelajaran yang menyenangkan ditandai dengan besarnya perhatian siswa terhadap tugas sehingga hasil belajar (tujuan pembelajaran) meningkat. Selain itu, dalam jangka panjang diharapkan siswa menjadi senang belajar untuk menciptakan sikap belajar mandiri sepanjang hayat (life long learn). Garis Besar Gambaran Pembelajaran Dengan Menggunakan Model PAIKEM Pelaksanaan PAIKEM secara singkat digambarkan dalam buku pelatihan awal program MBS kerja sama Pemerintah Indonesia dengan UNESCO dan UNICEF (Soediono, 2003:3-4), adalah sebagai berikut: 1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat (learning by doing). 2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa. 3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ”pojok baca”. 4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya. 6. Secara rinci pelaksanaan PAIKEM dapat dilihat pada tabel 1. Gambaran pelaksanaan PAIKEM sebagaimana dalam Tabel 1 merupakan gambaran secara luas di mana guru diberikan kebebasan sepenuhnya untuk memilih poin mana yang sesuai pada kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran disebut PAIKEM jika semua kegiatan (dalam kolom kemampuan guru) dapat dilaksanakan. P a g e [ 361 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
Tabel 1. Gambaran Pelaksanaan PAIKEM Kemampuan Guru 1. Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
2. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan.
4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. 5. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
6. Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari. 7. Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
Sumber: Depdiknas (dalam Sudrajat).
[ 362 ] P a g e
Kegiatan Belajar Mengajar Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya: a. percobaan b. diskusi kelompok c. memecahkan masalah d. mencari informasi e. menulis laporan/cerita/puisi f. berkunjung keluar kelas Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal: a. alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri b. gambar c. studi kasus d. nara sumber e. lingkungan Siswa : a. melakukan percobaan, pengamatan atau wawancara b. mengumpulakan data/jawaban dan mengolahnya sendiri c. menarik kesimpulan d. memecahkan masalah, mencari rumus sendiri e. menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri Melalui : a. diskusi b. lebih banyak pertanyaan terbuka c. hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri a. Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) b. Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut c. Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan a. Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri b. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari a. Guru memantau kerja siswa. b. Guru memberikan umpan balik
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Menurut Djamarah (1995:137-140), ada dua fungsi utama dari media pembelajaran. Fungsi yang pertama media adalah sebagai alat bantu pembelajaran, dan fungsi yang kedua adalah sebagai media sumber belajar. Sedangkan menurut Sudjana (2007:2), manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain: 1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik; 3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran; 4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. METODE Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilakukan di kelas XI Sosial, SMA Negeri 1 Waru yang teletak di Jalan Brantas Barito, Wisma Tropodo, Waru-Sidoarjo. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2011-2012 semester genap mulai bulan Februari sampai dengan April. Objek dalam penelitian ini adalah penerapan model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan pada mata pelajaran akuntansi yang akan disampaikan kepada siswa kelas XI Sosial 1 SMA Negeri 1 Waru. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah Kepala SMAN 1 Waru, Guru mata pelajaran akuntansi, dan Siswa kelas XI Sosial 1 yang berjumlah 39 siswa. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari beberapa putaran atau siklus. Bagian yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian ini antara lain guru, siswa dan pengamat. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru pengajar. Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam empat kali putaran (Empat siklus) dan tiap putaran pada penelitian ini mengikuti alur rancangan penelitian tindakan kelas dalam beberapa tahap sebagai berikut: Tahap 1: Perencanaaan (Plan) Sebelum mengadakan penelitian, terlebih dahulu peneliti membuat rancangan kegiatan dan persiapan penelitian yang meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Mendesain perangkat atau instrumen pembelajaran yang digunakan, yaitu meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan buku siswa.
P a g e [ 363 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 2. Mempersiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan yaitu berupa lembar observasi kegiatan belajar mengajar yang meliputi aktivitas guru dan siswa, lembar evaluasi atau tes dan lembar validasi atau uji kelayakan instrumen pembelajaran. 3. Mempersiapkan alat dan media pembelajaran yang akan digunakan. 4. Mempersiapkan soal untuk pos tes dan tes formatif. Tahap 2: Kegiatan dan Pengamatan (Action and Observation) Pada tahap ini meliputi tindakan yang dilaksanakan oleh peneliti serta mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang telah dilakukan. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini dilakukan dalam empat kali putaran dengan rincian sebagai berikut: Putaran 1 : menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan. Putaran 2 : menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan menggunakan media pembelajaran visual buktibukti transaksi keuangan. Putaran 3 : menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan menggunakan media pembelajaran visual buktibukti transaksi keuangan. Putaran 4 : menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan menggunakan media pembelajaran visual buktibukti transaksi keuangan. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung juga dilakukan kegiatan pengamatan oleh 2 orang observer atau pengamat yaitu guru mata pelajaran akuntansi, dimana 1 orang observer bertugas untuk mengamati aktivitas guru dan 1 orang observer bertugas untuk mengamati aktivitas siswa. Tahap 3: Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dan merumuskan umpan balik terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini peneliti melihat dan memperhatikan serta mempertimbangkan hasil dari tindakan yang telah dilakukan. Kegiatan pembelajaran dianalisis berdasarkan lembar observasi yang diisi pengamat (observer) selama proses kegiatan belajar mengajar dan ketuntasan belajar siswa dianalisis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil post tes pada tiap putaran dan juga hasil tes formatif. Kekurangan-kekurangan yang terekam dalam lembar observasi dan hasil tes siswa diupayakan perbaikannya pada putaran berikutnya. Tahap 4: Revisi (Revisied) Pada tahapan ini peneliti membuat rancangan untuk melakukan revisi (perbaikan) dari kekurangan-kekurangan yang diperoleh dari kegiatan refleksi pada setiap putaran untuk dilakukan perbaikan pada putaran berikutnya. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar, (2) Lembar evaluasi siswa (pos tes dan tes formatif), dan (3) Lembar validasi dan uji kelayakan instrumen pembelajaran. [ 364 ] P a g e
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Analisis data mengenai penerapan model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif naratif atau deskriptif kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan model PAIKEM yang meliputi prosedur, langkah-langkah atau tahapan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap putaran dalam siklus PTK. Analisis data aktivitas siswa melalui pembelajaran dengan menggunakan model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung oleh pengamat dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif yaitu dengan menghitung frekuensi dan persentase masing-masing aktivitas yang muncul selama kegiatan pembelajaran, yaitu: Persentase Aktivitas Siswa = ∑ Frekuensi aktivitas siswa yang muncul ∑ Total frekuensi aktivita
x 100%
(Nur dalam Dzikroh, 2006:34)
Untuk penilaian terhadap keterampilan mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan penentuan skor pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh guru, di mana kriteria pemberian skor yang digunakan adalah sebagai berikut: Nilai 1 = Sangat Kurang Baik 2 = Kurang Baik 3 = Cukup Baik 4 = Baik 5 = Sangat Baik
(Riduwan, 2008:13)
Penentuan skor penilaian keterampilan mengajar guru tersebut dibuat berdasarkan skala likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Keberhasilan guru dalam mengelola kelas dapat dilihat dari persentase perolehan skor pada tiap putaran dalam proses belajar mengajar yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Persentase aktivitas guru = ∑ Nilai perolehan aktivitas guru x 100 % ∑ Nilai maksimal aktivitas guru
(Riduwan, 2008:15)
Interpretasi skor persentase aktivitas guru tersebut dikonversikan dengan kriteria: Angka (0 % - 20 %)= Sangat Kurang Baik (21 % - 40 %)= Kurang Baik (41 % - 60 %)= Cukup Baik (61 % - 80 %)= Baik (81 % - 100%) = Sangat Baik (Riduwan, 2008:15) P a g e [ 365 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
Di SMA Negeri 1 Waru siswa dikatakan tuntas belajar pada pelajaran akuntansi apabila telah memperoleh daya serap 70%. Suatu kelas juga dikatakan tuntas ketika kelas tersebut terdapat 70% siswa yang telah mencapai nilai 70. Nilai ketuntasan tersebut diperoleh dari penentuan KKM untuk pelajaran akuntansi kelas XI. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pada siklus pertama ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan. Kegiatan siklus pertama ini dimulai dengan tahap perencanaan, tindakan dan observasi, refleksi dan revisi. Pada pertemuan pertama ini total persentase skor yang diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM adalah sebesar 52,30% dengan kategori cukup baik. Hasil penilaian terhadap pengamatan aktivitas siswa yang muncul selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada putaran pertama menunjukkan jumlah keaktifan siswa yang dapat dilihat dari keberanian siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, menyampaikan ide atau memberikan pendapat kepada guru, teman atau kelompok lain serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan mencapai 48 %, sikap inovatif siswa yang meliputi kemampuan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru secara mandiri maupun kemampuan dalam memunculkan ide-ide baru baik kepada guru, kelompok belajarnya atau juga kepada kelompok lain muncul sebanyak 14 %, sikap kreatif siswa yang meliputi kemampuan dalam membuat laporan hasil diskusi dengan kelompok belajarnya serta kemampuan dalam membuat rangkuman materi pelajaran dalam buku catatan muncul sebanyak 18 %. Kemudian sikap efektif siswa yang meliputi kemampuan siswa dalam membagi tugas secara bergiliran dengan anggota kelompok belajarnya muncul sebanyak 15 %, dan sikap menyenangkan siswa yang dapat dilihat dari perhatian siswa terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung maupun temannya pada saat kegiatan diskusi berlangsung mencapai 4 %. Sedangkan perilaku yang tidak relevan, seperti siswa yang berbuat gaduh sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan atau informasi yang disampaikan oleh guru atau temannya selama kegiatan pembelajaran berlangsung muncul sebanyak 1 %. Dari hasil pos tes pada putaran pertama menunjukkan jumlah ketuntasan secara klasikal mencapai 84,61 %, di mana jumlah siswa yang tuntas sebanyak 33 orang siswa dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 orang siswa. Rata-rata nilai pos tes siswa pada putaran pertama ini sebesar 78,84. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada putaran pertama ini masih memiliki banyak kekurangan, di antaranya: guru terlalu cepat dalam menerangkan materi pelajaran sehingga siswa kurang dapat mengikuti materi yang disampaikan, guru harus [ 366 ] P a g e
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
memperhitungkan pengelolaan waktu agar tahapan pembelajaran dapat terselesaiakan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, guru masih kurang dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, pada pertemuan berikutnya perlu diadakan revisi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Siklus II Pada siklus kedua ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan. Kegiatan siklus pertama ini dimulai dengan tahap perencanaan, tindakan dan observasi, refleksi dan revisi. Pada putaran kedua ini total persentase skor yang diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM adalah sebesar 63,07 % dengan kategori baik. Hasil penilaian terhadap pengamatan aktivitas siswa yang muncul selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada putaran kedua menunjukkan jumlah keaktifan siswa yang dapat dilihat dari keberanian siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, menyampaikan ide atau memberikan pendapat kepada guru, teman atau kelompok lain serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan mencapai 49 %, sikap inovatif siswa yang meliputi kemampuan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru secara mandiri maupun kemampuan dalam memunculkan ide-ide baru baik kepada guru, kelompok belajarnya atau juga kepada kelompok lain muncul sebanyak 16 %, sikap kreatif siswa yang meliputi kemampuan dalam membuat laporan hasil diskusi dengan kelompok belajarnya serta kemampuan dalam membuat rangkuman materi pelajaran dalam buku catatan muncul sebanyak 18 %. Kemudian sikap efektif siswa yang meliputi kemampuan siswa dalam membagi tugas secara bergiliran dengan anggota kelompok belajarnya muncul sebanyak 11 %, dan sikap menyenangkan siswa yang dapat dilihat dari perhatian siswa terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung maupun temannya pada saat kegiatan diskusi berlangsung mencapai 5 %. Sedangkan perilaku yang tidak relevan, seperti siswa yang berbuat gaduh sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan atau informasi yang disampaikan oleh guru atau temannya selama kegiatan pembelajaran berlangsung muncul sebanyak 1 %. Dari hasil pos tes pada putaran kedua menunjukkan jumlah ketuntasan secara klasikal mencapai 89,74 %, dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 35 orang siswa dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 4 orang siswa. Rata-rata nilai pos tes siswa pada putaran kedua ini sebesar 86,33. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada putaran kedua ini juga masih memiliki banyak kekurangan, di antaranya: guru harus terus berusaha untuk selalu memotivasi siswa agar bersikap aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, guru harus lebih tegas dalam mengelola waktu, guru harus selalu membimbing siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang diberikan, dan guru juga harus lebih kreatif dalam menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu, pada P a g e [ 367 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 pertemuan berikutnya perlu diadakan revisi untuk memperbaiki kekurangankekuranagan tersebut. Siklus III Pada siklus ketiga ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan. Kegiatan siklus pertama ini dimulai dengan tahap perencanaan, tindakan dan observasi, refleksi dan revisi. Pada putaran ketiga ini total persentase skor yang diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM adalah sebesar 72,30 % dengan kategori baik. Hasil penilaian terhadap pengamatan aktivitas siswa yang muncul selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada putaran ketiga menunjukkan jumlah keaktifan siswa yang dapat dilihat dari keberanian siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, menyampaikan ide atau memberikan pendapat kepada guru, teman atau kelompok lain serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan mencapai 49 %, sikap inovatif siswa yang meliputi kemampuan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru secara mandiri maupun kemampuan dalam memunculkan ide-ide baru baik kepada guru, kelompok belajarnya atau juga kepada kelompok lain muncul sebanyak 15 %, sikap kreatif siswa yang meliputi kemampuan dalam membuat laporan hasil diskusi dengan kelompok belajarnya serta kemampuan dalam membuat rangkuman materi pelajaran dalam buku catatan muncul sebanyak 17 %. Kemudian sikap efektif siswa yang meliputi kemampuan siswa dalam membagi tugas secara bergiliran dengan anggota kelompok belajarnya muncul sebanyak 14 %, dan sikap menyenangkan siswa yang dapat dilihat dari perhatian siswa terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung maupun temannya pada saat kegiatan diskusi berlangsung mencapai 4 %. Sedangkan perilaku yang tidak relevan, seperti siswa yang berbuat gaduh sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan atau informasi yang disampaikan oleh guru atau temannya selama kegiatan pembelajaran berlangsung muncul sebanyak 1 %. Siklus IV Pada siklus keempat ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan. Kegiatan siklus pertama ini dimulai dengan tahap perencanaan, tindakan dan observasi, refleksi dan revisi. Pada putaran keempat ini total persentase skor yang diperoleh dari hasil pengamatan keterampilan mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM adalah sebesar 78,46% dengan kategori baik. Hasil penilaian terhadap pengamatan aktivitas siswa yang muncul selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada putaran keempat menunjukkan jumlah keaktifan siswa yang dapat dilihat dari keberanian siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, menyampaikan ide atau memberikan pendapat kepada guru, teman atau [ 368 ] P a g e
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
kelompok lain serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan mencapai 50 %, sikap inovatif siswa yang meliputi kemampuan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru secara mandiri maupun kemampuan dalam memunculkan ideide baru baik kepada guru, kelompok belajarnya atau juga kepada kelompok lain muncul sebanyak 16 %, sikap kreatif siswa yang meliputi kemampuan dalam membuat laporan hasil diskusi dengan kelompok belajarnya serta kemampuan dalam membuat rangkuman materi pelajaran dalam buku catatan muncul sebanyak 17 %. Kemudian sikap efektif siswa yang meliputi kemampuan siswa dalam membagi tugas secara bergiliran dengan anggota kelompok belajarnya muncul sebanyak 12 %, dan sikap menyenangkan siswa yang dapat dilihat dari perhatian siswa terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung maupun temannya pada saat kegiatan diskusi berlangsung mencapai 5 %. Sedangkan perilaku yang tidak relevan, seperti siswa yang berbuat gaduh sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan atau informasi yang disampaikan oleh guru atau temannya selama kegiatan pembelajaran berlangsung muncul sebanyak 0 % atau tidak ada siswa yang berperilaku tidak relevan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada putaran ketiga ini sudah dapat berjalan dengan baik, walaupun demikian guru harus terus meningkatkan keterampilan mengajar yang dimilikinya dan juga tidak bosan-bosan untuk selalu berusaha memotivasi siswa agar bersikap aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang optimal. Secara umum pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada putaran keempat ini dapat dikatakan berlangsung dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil penilaian keterampilan mengajar guru dalam menerapkan PAIKEM, di mana semua aspek keterampilan mengajar guru hampir semuanya dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu, hasil penilaian terhadap aktivitas guru pada putaran ke empat ini juga mengalami peningkatan apabila dibandingakan dengan putaran yang sebelumnya. Walaupun demikian, guru tetap harus selalu meningkatkan keterampilan mengajarnya agar dapat mencapai kategori sangat baik, serta selalu menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA Analisis Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Dalam PAIKEM Data hasil pengamatan pada lembar observasi aktivitas siswa dalam PAIKEM selama empat kali putaran dapat ditampilkan pada Gambar 1. Dari Gambar 1 tersebut dapat kita lihat hasil penilaian terhadap pengamatan aktifitas siswa yang muncul selama kegiatan pembelajaran pada pada putaran I sampai dengan putaran IV. Dari hasil pengamatan aktivitas siswa tersebut dapat dilihat bahwa keaktifan siswa terus mengalami peningkatan pada tiap putarannya, dimana putaran pertama tingkat keaktifan siswa mencapai 48%, putaran kedua mencapai 49%, putaran ketiga mencapai 49% dan P a g e [ 369 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 putaran keempat mencapai 50%. Hal ini dikarenakan guru selalu berusaha untuk memotivasi siswa agar selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk sikap inovatif siswa juga mengalami peningkatan pada tiap putaran, dimana putaran pertama sikap inovatif siswa muncul sebesar 14%, putaran kedua naik menjadi 16%, pada putaran ketiga inovatif siswa mengalami penurunan menjadi 15% tetapi pada putaran keempat mengalami peningkatan lagi menjadi 16%.
FrekuensiAktivitassisw a
Aktivitas Belajar Siswa Dalam PAIKEM 180 160
Aktif Inovatif
140 120
Kreatif
100 Efektif
80 60 40
Menyenangkan Perilaku Yang Tidak Relevan
20 0 Putaran I
Putaran II
Putaran III
Putaran IV
Putaran
Gambar 1. Aktivitas Belajar Siswa Dalam PAIKEM Untuk kreativitas siswa pada putaran pertama muncul sebanyak 18%, kemudian pada putaran kedua muncul sebanyak 18%. Pada putaran ketiga dan keempat kreativitas siswa mengalami sedikit penurunan menjadi 17%. Hal ini mungkin dikarenakan guru masih kurang maksimal dalam memotivasi siswa untuk memunculkan kreativitasnya. Sedangkan untuk sikap efektif pada putaran pertama muncul sebanyak 15%, pada putaran kedua mengalami penurunan sebesar 11%, tetapi pada putaran ketiga mengalami peningkatan kembali sebesar 14% dan pada putaran keempat mengalami penurunan kembali menjadi 12%. Untuk sikap menyenangkan pada putaran pertama muncul sebesar 4%, putaran kedua mengalami peningkatan menjadi 5%. Pada putaran keempat sikap menyenangkan siswa mengalami penurunan menjadi 4%, tetapi pada putaran keempat mengalami peningkatan kembali menjadi 5%. Untuk perilaku siswa yang tidak relevan selama kegiatan pembelajaran berlangsung frekuensinya terus mengalami penurunan pada tiap putaran, di mana pada putaran pertama sampai dengan ketiga hanya muncul sebesar 1%, dan pada putaran keempat mengalami penurunan menjadi 0%. Hal ini dikarenakan guru selalu berusaha untuk menertibkan siswa dengan cara memberikan peringatan berupa teguran atau hukuman yaitu dengan memberikan kartu hijau, kuning dan merah kepada siswa yang berperilaku tidak relevan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Secara umum dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa dalam PAIKEM terus mengalami peningkatan pada tiap putarannya, walaupun terkadang juga mengalami sedikit penurunan pada aktivitas tertentu. Hal ini berlawanan dengan perilaku siswa yang tidak relevan selalu mengalami penurunan pada tiap putaran.
[ 370 ] P a g e
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
Analisis Pengamatan Keterampilan Mengajar Guru Dalam Menerapkan Model PAIKEM Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dalam lembar observasi aktivitas guru dalam menerapkan model PAIKEM selama empat kali putaran dapat disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Penilaian Keterampilan Mengajar Guru Dalam Menerapkan Model PAIKEM No.
1. 2. 3. 4. 5.
Tahap Pembelajaran
Pendahuluan Kegiatan Inti Penutup Pengelolaan Waktu Suasana Kelas Total Skor
Putaran Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Skor 60% 48% 60% 40%
Kategori Cukup Cukup Cukup Kurang
Skor 66,66% 64% 60% 60%
Kategori Baik Baik Cukup Cukup
Skor 73,33% 72% 60% 80%
Kategori Baik Baik Cukup Baik
Skor 80% 76% 80% 80%
Kategori Baik Baik Baik Baik
53,33% 52,30%
Cukup Cukup
60% 63,07%
Cukup Baik
73,33% 72,30%
Baik Baik
80% 78,46%
Baik Baik
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa keterampilan mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM terus mengalami peningkatan pada tiap putaran. Hal ini dapat dilihat perolehan skor pada setiap tahap pembelajaran yang dilakukan, yaitu meliputi kegiatan awal atau pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pengelolaan waktu dan juga suasana kelas yang selalu mengalami peningkatan pada tiap putaran. Selain itu keberhasilan guru dalam menerapkan model PAIKEM dan mengelola kelas juga dapat dilihat dari total perolehan skor penilaian terhadap keterampilan mengajar guru yang juga selalu mengalami peningkatan, dimana pada putaran pertama memperoleh total skor sebesar 52,30 dengan kategori cukup baik. Pada putaran kedua total skor yang diperoleh guru mengalami peningkatan sebesar 63,07% dengan kategori baik. Pada putaran ketiga total skor yang diperoleh guru juga mengalami peningkatan sebesar 72,30% dengan mendapatkan kategori baik. Begitu pula pada putaran keempat total skor yang diperoleh guru meningkat sebesar 78,46% dengan mendapatkan kategori baik. Peningkatan tersebut terjadi karena guru selalu memperhatikan masukan-masukan dan saran dari pengamat pada kegiatan refleksi sehingga guru terus berusaha untuk selalu memperbaiki kekurangannya pada putaran berikutnya. Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Setelah Diterapkannya Model PAIKEM Setelah melaksanakan kegiatan penelitian di SMA Negeri I Waru, peneliti memperoleh data berupa nilai yang diperoleh siswa dari pelaksanaan pos tes pada putaran I sampai dengan Putaran IV dan juga tes formatif pada akhir seluruh putaran. Pada ketuntasan belajar, siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 70, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya apabila dalam kelas tersebut terdapat lebih besar atau sama dengan 70% siswa yang tuntas belajar. P a g e [ 371 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 Hasil analisis nilai pos tes siswa kelas XI Sosial 1 SMA Negeri I Waru selama empat kali putaran dan juga nilai tes formatif pada akhir seluruh putaran pada mata pelajaran akuntansi pokok bahasan tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan jasa dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Perhitungan Nilai Rata-Rata, Ketuntasan Kelas dan Persentase Ketuntasan Kelas Keterangan
Nilai rata-rata
Pos Tes
Pos Tes
Pos Tes
Pos Tes
Tes
Putaran I
Putaran II
Putaran
Putaran
Formatif
III
IV
78,84
86,33
88,28
88,38
88,51
Jumlah siswa yang belum tuntas
6
4
1
0
0
Jumlah siswa yang tuntas
33
35
38
39
39
84,61%
89,74%
97,43%
100%
100%
Ketuntasan kelas
Berdasarkan tabel 3 dapat diperoleh hasil bahwa rata-rata nilai siswa terus mengalami peningkatan pada tiap putaran. Pada putaran pertama rata-rata nilai pos tes siswa sebesar 78,84. Kemudian pada putaran kedua rata-rata nilai pos tes siswa mengalami peningkatan menjadi 86,33. Pada putaran ketiga rata-rata nilai pos tes siswa juga mengalami peningkatan menjadi 88,28. Demikian pula pada putaran keempat, ratarata nilai pos tes siswa juga mengalami peningkatan menjadi 88,38. Sedangkan dari hasil tes formatif juga menunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai siswa sebesar 88,51. Selain itu, dalam tabel 3 dapat juga dapat diketahui ketercapaian ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada tiap putarannya, di mana tingkat ketuntasan kelas pada putaran pertama mencapai 84,61% dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 33 orang siswa, dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 6 orang siswa. Pada putaran kedua ketuntasan kelas mengalami peningkatan menjadi 89,74% apabila dibandingkan dengan ketuntasan kelas pada putaran pertama yaitu sebesar 84,61%. Jumlah siswa yang tuntas belajar pada pertemuan kedua ini bertambah menjadi 35 orang siswa dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar berkurang menjadi 4 orang siswa. Pada putaran ketiga tingkat ketuntasan kelas mengalami peningkatan menjadi 97,43% bila dibandingkan dengan ketuntasan kelas pada putaran pertama dan kedua yaitu sebesar 84,61% dan 89,74%. Jumlah siswa yang tuntas belajar pada putaran ketiga ini juga mengalami peningkatan menjadi 38 orang dan hanya terdapat 1 orang siswa yang tidak tuntas belajarnya. Sedangkan pada putaran keempat ketuntasan kelas mengalami peningkatan sebesar 100% di mana seluruh siswa dinyatakan tuntas dalam belajar. Dari hasil tes formatif juga dapat diketahui bahwa ketuntasan kelas mencapai 100% dengan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah sebanyak 39 orang siswa, atau semua siswa dinyatakan tuntas dalam belajar. Berdasarkan data hasil rata-rata nilai pos tes dan tes formatif siswa di atas dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa selalu mengalami peningkatan pada setiap putaran baik ketuntasan belajar secara individual maupun ketuntasan belajar secara klasikal, sehingga secara umum dapat dikatakan penerapan model Pembelajaran Aktif, [ 372 ] P a g e
Penerapan Model PAIKEM… (Moh. Danang Bahtiar)
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan data yang telah diperoleh dari penerapan model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan pada kompetensi dasar tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan jasa di SMAN 1 Waru, dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, penerapan model PAIKEM dilaksanakan dalam empat putaran (4 siklus). Putaran pertama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan putaran ketiga sampai dengan keempat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang digabungkan dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan. Kedua, aktivitas belajar siswa dalam PAIKEM menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Ketiga, keterampilan mengajar guru dalam menerapkan PAIKEM menunjukkan kategori yang baik dan keempat, ketercapaian ketuntasan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model PAIKEM selalu mengalami peningkatan pada tiap putaran dengan memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70. Pembelajaran model PAIKEM pada penelitian ini masih belum sempurna baik ditinjau dari segi guru, siswa maupun instrumen yang digunakan. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: Pertama, penerapan model PAIKEM dengan menggunakan media pembelajaran visual bukti-bukti transaksi keuangan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran pada mata pelajaran akuntansi khususnya pada pokok bahasan tahap pencatatan siklus akuntansi perusahaan jasa maupun perusahaan dagang, karena hal ini telah terbukti dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Kedua, keterampilan mengajar guru dalam menerapkan model PAIKEM pada penelitian ini sudah baik, namun perlu ditingkatkan untuk penelitian yang selanjutnya agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih maksimal. Ketiga, guru hendaknya selalu menciptakan susana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dan juga berpusat pada siswa, dimana kedudukan guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing siswa dalam belajar. Hal ini dilakukan agar suasana kegiatan pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih hidup. Keempat, model PAIKEM hendaknya dapat juga diterapkan dan dikembangkan pada bidang studi atau mata pelajaran yang lain. Kelima, bagi guru mata pelajaran akuntansi maupun para peneliti lain yang hendak melakukan penelitian sejenis, hendaknya lebih kreatif lagi dalam menciptakan dan mengembangkan berbagai jenis media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mata pelajaran akuntansi, karena penggunaan media pembelajaran yang menarik dapat lebih
P a g e [ 373 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 memotivasi siswa untuk belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan pada akhirnya ketuntasan belajar siswa dapat tercapai secara optimal. DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Dzikroh. (2006). Penerapan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) Dalam Materi Cahaya Sebagai Upaya Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Di Kelas VIII-B MTs. Muhammadiyah 1 Dukun Gresik, Skripsi pada jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNESA (tidak diterbitkan). Kurikulum. (2004). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ekonomi SMA dan MA 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Mas’ud, Abu. (2009). Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAIKEM). Jurnal Pendidikan, (Online), (http://www.google.co.id/search jurnal PAIKEM, diakses 5 Januari 2011). Mulyasa, E. Dr, M.Pd. (2006). Kurikulum Yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Munadi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran Suatu Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press. Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Santyasa, I Wayan, M. Si. (2005). Model Pembelajaran Inovatif dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. ”Makalah disampaikan dalam Penataran GuruGuru SMP, SMA dan SMK se Kabupaten Jembrana, Bulan Juni-Juli 2005 di Jembrana- Bali”. Soediono. (2003). Menciptakan masyarakat peduli pendidikan anak program manajemen berbasis sekolah, kerjasama pemerintah Indonesia UNESCO dan UNICEF. Sudjana, Nana, & Ahmad Rivai. (2007). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sudrajat, Akhmad, M.Pd. (2008). Konsep PAKEM, Jurnal PAKEM (Online), (http://www.google.co.id/search jurnal PAIKEM, diakses 25 Januari 2011).
[ 374 ] P a g e
Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)
PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Siti Mazilatus Sholikha
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
Abstrak Perbaikan mutu peserta didik merupakan hal yang penting dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Penguatan proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dilakukan melalui pendekatan saintifik yang dianggap cukup efektif dalam menciptakan peserta didik yang berkarakter dan kreatif. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan teknologi informasi dalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi. Pada sisi lain, penggunaan Teknologi Informasi dapat mendukung proses pembelajaran ekonomi dengan pendekatan tersebut. Berdasarkan pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penerapan teknologi informasi dalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi dapat diaplikasikan melalui media animasi film, internet, maupun berbagai macam data yang diperoleh dari berbagai sumber penelitian. Penerapan teknologi informasi tersebut terbukti efektif dalam mempermudah para pendidik dalam proses pembelajaran serta dapat meningkatkan kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan memudahkan para siswa dalam memahami pembelajaran ekonomi. Kata kunci: Teknologi Informasi, Pendekatan Saintifik
PENDAHULUAN Masyarakat dunia pada saat ini dihadapkan pada arus globalisasi dalam berbagai aspek kehidupan. Fenomena globalisasi tersebut melanda masyarakat dunia tanpa terkecuali. Salah satu contoh globalisasi yang saat ini sedang dihadapi masyarakat di kawasan Asia Tenggara adalah diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. MEA merupakan kesepakatan bersama negara-negara kawasan Asia Tenggara untuk melakukan kerja sama di berbagai aspek kehidupan. Kesepakatan bersama ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat kawasan Asia Tenggara untuk berkompetisi dalam berbagai bidang. Solusi yang dianggap paling bijak dalam menghadapi kompetisi ini adalah dengan cara perbaikan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat diperbaiki dan ditingkatkan melalui pendidikan. Hal ini didukung oleh pernyataan Munadi (2010) yang mengatakan bahwa fungsi pendidikan adalah melestarikan tata sosial dan tata nilai yang ada dalam masyarakat dan sebagai agen pembaharuan sosial sehingga dapat mengantisipasi masa depan. Seperti yang kita semua ketahui, bahwa sejak lahir manusia telah mendapat pendidikan, baik itu pendidikan informal dari keluarga, pendidikan formal dari sekolah, maupun pendidikan nonformal dari kursus atau pelatihan. Dalam hal akademik dan peningkatan kemampuan soft skill, pendidikan formal dari sekolah mempunyai peran P a g e [ 375 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 penting dalam mewujudkannya. Akan tetapi, saat ini masih banyak peserta didik di Indonesia yang memiliki karakter moral yang kurang baik. Fenomena ini tentu saja menimbulkan kemirisan dalam dunia pendidikan kita. Perbaikan mutu peserta didik merupakan hal yang penting dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan kualitas SDM. Akan tetapi, kita juga tidak boleh lupa bahwa untuk mencapai tujuan tersebut guru sebagai teladan dari para siswa juga harus memiliki kompetensi yang mumpuni dalam mendukung profesinya. Dalam bukunya, Suryadi (1999) mengatakan bahwa untuk mencapai taraf kompetensi, seorang guru membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Pengorbanan tersebut tentu saja diperlukan para guru untuk menunjang keprofesionalitasannya sebagai seorang pendidik. Di sisi lain, perkembangan kurikulum pendidikan juga dapat mempengaruhi kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan yang dapat mendukung perbaikan kompetensi seorang guru dan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar sangat diperlukan. Dunia pendidikan Indonesia baru-baru ini melaksanakan kurikulum pendidikan terbaru, yaitu Kurikulum 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (PERMENDIKBUD) No. 59 Tahun 2014 menyebutkan bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Penguatan proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dilakukan melalui pendekatan saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/ mengumpulkan data, mengasosiasi/ menalar, dan mengkomunikasikan. Meskipun dalam pelaksanaannya menuai pro dan kontra yang pada akhirnya berujung pada keputusan hanya sekolah-sekolah tertentu yang menerapkan pelaksanaan kurikulum ini, namun pendekatan saintifik dianggap cukup efektif dalam menciptakan peserta didik yang berkarakter dan kreatif. Pelaksanaan Kurikulum 2013 yang terkait dengan pendekatan saintifik dilaksanakan pada semua mata pelajaran, termasuk juga pada mata pelajaran ekonomi. Pada sisi lain, mengingat arus globalisasi yang terjadi saat ini juga mencakup aspek kemajuan dalam penggunaan teknologi informasi, diharapkan penggunaan TI tersebut dapat mendukung proses pembelajaran ekonomi dengan pendekatan saintifik. Dalam penelitiannya, Salamor (2013) menjelaskan bahwa salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi adalah bidang pendidikan, di mana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai media dan sumber informasi. Dalam upaya menyiapkan SDM yang kompetitif, Sarbani (2013) menyarankan agar seorang peserta didik harus memperhatikan fenomena perkembangan teknologi informasi sebagai bekal untuk menyiapkan diri memasuki dunia kerja kelak.
[ 376 ] P a g e
Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik sebuah rumusan masalah, yaitu bagaimana penerapan teknologi informasi dalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi? Selanjutnya, dapat dituliskan juga bahwa yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan teknologi informasi dalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi. HASIL DAN PEMBAHASAN Teknologi Informasi Maharsi (2000) mengatakan bahwa teknologi informasi muncul sebagai akibat semakin merebaknya globalisasi dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya persaingan bisnis, semakin singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan, serta meningkatnya tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan. Untuk mengantisipasi semua ini, perusahaan mencari terobosan baru dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi diharapkan dapat menjadi fasilitator dan interpreter. Pada awalnya, teknologi informasi digunakan hanya terbatas pada pemrosesan data, dengan semakin berkembangnya teknologi informasi tersebut, hampir semua aktivitas organisasi saat ini telah dimasuki oleh aplikasi dan otomatisasi teknologi informasi. Teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya. Selanjutnya, teknologi informasi dipakai dalam sistem informasi organisasi untuk menyediakan informasi bagi para pemakai dalam rangka pengambilan keputusan. Rahardjo (2002) mendefinisikan Teknologi Informasi adalah sebagai suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, pendidikan, bisnis, dan pemerintahan serta merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan. Teknologi informasi bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan sudah merupakan kelaziman, yaitu untuk membantu mempermudah peserta dalam mendapatkan informasi kekinian mengenai materi pelajaran yang diterima. Ishak (2008) memaparkan bahwa Teknologi Informasi (TI) dilihat dari kata penyusunnya terdiri dari kata teknologi dan informasi, di mana secara mudahnya TI didefinisikan sebagai hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi akan lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya. Disebutkan juga pengertian lain dari TI, yaitu pemanfaatan hardware dan software yang digunakan untuk penyimpanan (store), P a g e [ 377 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 penemuan kembali (retrieve), dan memanfaatkan (use) informasi. Selain itu, Jaedun (2010) juga memaparkan bahwa Teknologi Informasi (Information Technology atau IT), sebenarnya merupakan kombinasi antara teknologi komputer (hard-ware dan soft-ware) yang berfungsi untuk mengolah dan menyimpan informasi, dengan teknologi komunikasi yang memiliki fungsi untuk transmisi informasi. Teknologi informasi adalah sama dengan teknologi lainnya, hanya informasi merupakan komoditas yang diolah dengan teknologi tersebut. Dalam hal ini, Teknologi mengandung konotasi memiliki nilai ekonomi. Sedangkan Hariyadi dalam Ardoni (2005), mengatakan teknologi informasi diberi batasan sebagai teknologi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran berbagai jenis informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi yang lahir karena adanya dorongan-dorongan kuat untuk menciptakan teknologi baru yang dapat mengatasi kelambatan manusia mengolah informasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah perpaduan antara teknologi komputer dengan informasi, di mana informasi tersebut diolah dengan menggunakan teknologi komputer sehingga menghasilkan sebuah teknologi yang mampu memberikan informasi dan kemudahan-kemudahan lainnya bagi para pemakainya. Pendekatan Saintifik Fauziah (2013), mendefinisikan pendekatan saintifik sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Selain itu, Hosnan (2014) mengatakan implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruki konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati bentuk, mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisi data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan, akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) berpusat pada siswa, 2) melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip, 3) melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan tingkat tinggi siswa, dan 4) dapat mengembangkan karakter siswa. Meskipun dalam pendekatan saintifik bercirikan berpusat pada siswa, namun guru juga memiliki peranan penting sebagai fasilitator dan pengamat dalam proses pembelajaran. Aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah: 1) menyediakan sumber belajar, 2) mendorong siswa berinteraksi [ 378 ] P a g e
Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)
dengan sumber belajar (menugaskan), 3) mengajukan pertanyaan agar siswa memikirkan hasil interaksinya, 4) memantau persepsi dan proses berpikir siswa serta memberikan scaffolding, 5) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa, 6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru, 7) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi, 8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya. Proses pembelajaran pada pendekatan saintifik menyentuh pada tiga ranah, yaitu: 1) ranah sikap, menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”, 2) ranah keterampilan, menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. 3) ranah pengetahuan, menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”, 4) hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) serta manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Penerapan Teknologi Informasi dalam Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran Ekonomi Pada pendekatan saintifik terdapat beberapa kegiatan pembelajaran yang meliputi: 1) mengamati, 2) menanya, 3) mengumpulkan informasi, 4) mengasosiasikan/ mengolah informasi/ menalar, 5) mengkomunikasikan pembelajaran, dan 6) membentuk jejaring. Metode mengamati (observing) mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Dalam pembelajaran ekonomi, pengamatan dapat dilakukan terhadap hal-hal seperti proses terbentuknya harga serta hubungan antara permintaan dan penawaran. Selain itu, dalam pembelajaran di kelas, mengamati dapat dilakukan melalui berbagai media yang dapat diamati siswa, misalnya melalui video, gambar, grafik, bagan, dsb. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmatullah (2011), tentang penggunaan media pembelajaran film animasi menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama terjadi peningkatan hasil belajar. Pada kelas eksperimen terjadi peningkatan yang lebih tinggi yakni sebesar 0,34 (sedang) sedangkan pada kelas kontrol hanya terjadi peningkatan sebesar 0,10 (rendah). terdapat perbedaan signifikan peningkatan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan media pembelajaran film animasi. Konsep-konsep abstrak ekonomi yang selama ini hanya ditampilkan melalui buku-buku teks selama kegiatan pembelajaran, bisa disajikan secara langsung dan kontekstual melalui film animasi yang ditayangkan selama kegiatan pembelajaran. Siswa bisa mengamati langsung berbagai proses yang terjadi yang merupakan gambaran riil dari kegiatan konsumsi yang P a g e [ 379 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 dicontohkan melalui kegiatan mengkonsumsi suatu barang, kegiatan produksi, dan kegiatan distribusi yang ditunjukkan dengan gambaran sebuah toko yang menjual dan memasarkan barang-barang produksi. Penyajian film animasi dalam durasi-durasi pendek dan menggabungkan antara animasi tokoh dan berbagai kegiatannya dengan sejumlah kejadian-kejadian nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, membuat siswa menjadi tidak lekas bosan dan bisa mengulang kembali ketika mereka memerlukan pendalaman materi pada pokok bahasan tertentu secara lebih mudah. Beberapa siswa yang ditanya oleh peneliti mengaku lebih memahami dan mengerti konsep-konsep pembelajaran IPS (ekonomi). Metode menanya (questioning) adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara pengajuan pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami materi pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru yang efektif dan berkompeten mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Inayah, dkk. (2013) diperoleh hasil bahwa kompetensi guru berpengaruh secara langsung positif terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi sebesar 40,9%. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Artinya guru dapat menumbuhkan sikap ingin tahu siswa, yang diekspresikan dalam bentuk pertanyaan. Misalnya dalam hukum permintaan dinyatakan ketika harga naik maka jumlah barang yang diminta akan turun, namun kenyataannya setiap menjelang hari raya walaupun harga cenderung naik tetapi permintaan juga ikut naik. Mengapa demikian? Diusahakan setelah ada pengamatan, yang bertanya bukan guru, tetapi yang bertanya adalah peserta didik. Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu, peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, mencari referensi lain dari internet, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aisyah (2013) terhadap Tingkat Penggunaan Internet oleh Mahasiswa Akuntansi Angkatan 2009 dan 2010 di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, menjelaskan bahwa sebesar 91.30 % internet digunakan responden untuk mencari informasi yang berkaitan dengan tugas perkuliahan. Dengan memanfaatkan search engine, materi-materi yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cepat. Selain menghemat tenaga dan biaya dalam mencarinya, materi-materi yang dapat ditemui di internet cenderung lebih up to date. Dari berbagai kemudahan tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa bisa menggunakan internet untuk belajar sendiri secara cepat, sehingga akan meningkatkan dan memperluas pengetahuan, belajar berinteraksi, dan mengembangkan kemampuan pemahaman dalam bidang mata pelajaran ekonomi.
[ 380 ] P a g e
Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)
Dalam Permendikbud Nomor 81 a Tahun 2013 dinyatakan bahwa mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar (Associating) adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, serta menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Definisi lain menjelaskan bahwa penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan menalar, yaitu: 1) cara menalar, terdiri dari penalaran induktif dan penalaran deduktif, 2) analogi, yaitu suatu proses penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang mempunyai kesamaan atau persamaan, 3) kemampuan menghubungkan antarfenomena atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu akan mempertajam daya nalar peserta didik, di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut mampu memaknai hubungan antarfenomena atau gejala, khususnya hubungan sebab-akibat, dan 4) eksplorasi, adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena. Strategi yang digunakan adalah memperluas dan memperdalam pengetahuan yang menerapkan strategi belajar aktif. Sebagai contoh, datadata yang diperoleh dari berbagai pusat penelitian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) bisa dimanfaatkan untuk belajar menalar data-data yang diperoleh. Selain bisa memanfaatkan teknologi informasi, data yang diperoleh juga bisa digunakan sebagai latihan untuk berfikir kritis. Dalam Permendikbud No. 18 a Tahun 2013 dijelaskan bahwa kegiatan mengkomunikasikan pembelajaran adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik dapat mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Dalam kegiatan mengkomunikasikan, peserta didik diharapkan sudah dapat mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian ditampilkan di depan khalayak ramai sehingga rasa berani dan percaya dirinya dapat lebih terasah. Para siswa bisa saja menggunakan bantuan teknologi informasi seperti penggunaan LCD atau power point untuk mempresentasikan hasil observasinya. Atau bahkan mungkin dengan tampilan power point yang menarik akan semakin meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Membentuk jejaring (networking) adalah model pembelajaran berupa kerja sama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, guru, teman, saudara, atau orang tua yang dianggap ahli olehnya. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Pada P a g e [ 381 ]
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 tahapan ini siswa mempresentasikan kemampuan mereka mengenai apa yang telah dipelajari sementara siswa lain menanggapi. Tanggapan siswa lain bisa berupa pertanyaan, sanggahan atau dukungan tentang materi presentasi, dan guru berfungsi sebagai fasilitator. Terdapat empat sifat kelas dalam membentuk jaringan yaitu: 1) guru dan peserta didik saling bertukar informasi, 2) guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik, 3) guru sebagai mediator, 4) kelompok peserta didik yang heterogen. Pembentukan jejaring pada pendekatan saintifik ini akan melatih siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Dengan demikian, secara otomatis kemampuan soft skills siswa juga akan terbentuk. SIMPULAN Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruki konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati bentuk, mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pada pendekatan saintifik terdapat beberapa kegiatan pembelajaran yang meliputi: 1) mengamati, 2) menanya, 3) mengumpulkan informasi, 4) mengasosiasikan/ mengolah informasi/ menalar, 5) mengkomunikasikan pembelajaran, dan 6) membentuk jejaring. Berdasarkan pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, penerapan teknologi informasi dalam pendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi dapat diaplikasikan melalui media animasi film, internet, maupun berbagai macam data yang diperoleh dari berbagai sumber penelitian. Penerapan teknologi informasi tersebut terbukti efektif dalam membantu para pendidik dan peserta didik dalam meningkatkan kreativitas, kemampuan berpikir kritis, serta memudahkan para siswa dalam memahami fenomena ekonomi yang sedang terjadi. Sehingga, dapat diketahui bahwa pemanfaatan teknologi informasi dapat mempermudah para pendidik dalam menerapkan pendekatan saintifik pada mata pelajaran ekonomi serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami permasalahan ekonomi. DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Nur Mimin. (2013). Tingkat Penguasaan dan Penggunaan ICT (Information and Communication Technology) Pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Nominal/ Volume II Nomor I/ Tahun 2013. Ardoni. (2005). Teknologi Informasi: Kesiapan Pustakawan Memanfaatkannya. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.1, No.2, Desember 2005.Rahardjo, Budi. (2002). Memahami Teknologi Informasi. Jakarta: P.T Elex Media Komputindo. Fauziah, Resti, dkk. (2013). Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 kunci sukses implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Ghalia Indonesia. [ 382 ] P a g e
Penerapan Teknologi Informasi… (Siti Mazilatus Sholikha)
Inayah, dkk. (2013). Pengaruh Kompetensi Guru, Motivasi Belajar Siswa, dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lasem Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Insan Mandiri, Vol. 1 No. 1 Tahun 2013. Ishak. (2008). Pengelolaan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 4, No. 2, Desember 2008. Jaedun, Amat dan Ishartiwi. (2010). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai Sumber Belajar Alternatif. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/ default/files/pendidikan/Ishartiwi,%20M.Pd.,%20Dr.%20/Bahan%20Pengayaan%20M akalah%20Sumber%20Belajar.pdf pada tanggal 27 Maret 2015. Maharsi, Sri. (2000). Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap Bidang Akuntansi Manajemen. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 2, No. 2, Nopember 2000: 127 – 137. Munadi, Sudji. (2010). Implementasi Transformasi Teknologi dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kejuruan Bidang Teknik. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/ sites/default/files/IMPLEMENTASI%20TRANSFORMASI%20TEKNOLOGI%20DA LAM%20MENINGKATKAN%20KUALITAS%20PEMBELAJARAN%20MENING KATKAN%20KUALITAS%20PEMBELAJARAN%20KEJURUHAN%20BIDANG% 20TEKNIK.pdf pada tanggal 05 April 2015. Pembelajaran Berbasis Masalah. INVOTEC Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan, (Online), IX (2): 165-178. PERMENDIKBUD No. 59 Tahun 2014. PERMENDIKBUD No. 81 a Tahun 2013. Rahmatullah, Muhammad. (2011). Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran Film Animasi Terhadap Hasil Belajar: Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VII SMPN 6 Banjarmasin. Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011, ISSN 1412-565X. Diakses dari http://jurnal.upi.edu/file/17-Muhammad_Rahmattullah.pdf pada tanggal 29 April 2015. Salamor, Lisye. (2013). Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Pemanfaatan ICT Pada Pembelajaran di Sekolah. Diakses pada tanggal 27 Maret 2015. Sarbani, Yohanes Adven, Endang Siti Astuti, dan Kertahadi. (2013). Analisis Penggunaan Teknologi Informasi pada Tenaga Kependidikan Sekolah. Jurnal Profit Volume 7 No. 1. Suryadi, Ace. (1999). Pendidikan Investasi SDM dan Pembangunan isu Teori dan Aplikasi Jakarta: Balai Pustaka.
P a g e [ 383 ]