BABl PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai warga Kristiani gereJa dibangun untuk tempat menyembah, mensyukuri dan mengingat kebesaran dan kemurahan Allah. Sebagai rumah Allah, gereja juga dapat dipakai untuk melaksanakan aktivitas sosial, tempat pemikahan,
tempat
bermusyawarah
warga
untuk
menyelesaikan
semua
permasalahan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Selain sebagai tempat ibadah dan kegiatan-kegiatan lain seperti yang telah disebutkan di atas gereja dapat juga berfungsi sebagai tempat berkhotbah setiap hari Minggu dan hari-hari besar agama Kristen. Kesimpulannya adalah tempat berbagai kegiatan ibadah, tempat penyalur kegiatan kemanusiaan dan kegiatankegiatan lain yang bermanfaat bagi kepentingan agama dan warga.
Dalam upaya mendukung semua kegiatan yang telah disebutkan diatas, diperlukan biaya-biaya untuk mendanai kegiatan-kegiatan rutin seperti biaya pemeliharaan dan perawatan inventaris dan kebersihan gereja, biaya-biaya operasional gereja seperti biaya air, listrik, tilpon, honorarium pegawai gereja, pendeta dan ~nya. Biaya-biaya tersebut cukup besar setiap bulannya. Untuk
'
'.
it '
membiayai serima kegiatan gereja, pengurus gereja (majelis) mandapatkan dana melalui persembahan pada setiap ibadah hari Minggu, persembahan bulanan, 1
2
persembahan persepuluhan (Tata Pranata Greja Kristen Jawi Wetan:313) bantuan darmawan, bantuan pemerintah atau lembaga-lambaga sosial lainnya. Dengan melihat terbatasnya perolehan dana dan besamya biaya operasional gereja, membawa konsekuensi bagi pengurus gereja (yang selanjutnya akan disebut majelis) untuk dapat mengelola dana seefektif dan seefisien mungkin. Mengingat bahwa dana-dana tersebut diperoleh dari warga, diharapkan pengurus gereja (majelis) dapat dipercaya dalam mengelola sumber dananya.
Merupakan tanggungjawab majelis untuk mengelola dana gereja dengan baik karena dana tersebut berasal dari warga, kalau pengelolaan dana gereja dapat dilaksanakan dengan baik berarti majelis adalah orang yang dapat dipercaya. Untuk dapat melaksanakan tugas dalam mengelola sumber yang terbatas itu majelis
sebagai
orang
yang
dapat
dipercaya
harus
mambuat
Iaporan
pertanggungjawaban dana dalam bentuk Pelaporan keuangan. Biasanya majelis membuat pelaporan keuangan setiap minggu dalam laporan minggu dan disampaikan kepada para warga dengan disajikan melalui warta gereja melalui media lembaran informasi kegiatan gereja. Pelaporan keuangan itu sangat sederhana, penerimaan dan pengeluaran disusun ke bawah, sehingga tidak dapat menimbulkan koreksi keuangan . Laporan ini secara sekilas menjelaskan sumber penerimaan dan alokasi penggunaannya. Sesuai dengan perkembangan ekonomi, sosial dan budaya, diperlukan konsep pelaporan keuangan yang memadai, sesuai dengan peraturan Greja Kristen Jawi Wetan dan pelaporan keuangan publik (PSAK 45). Sesuai dengan konsep akuntansi Greja Kristen Jawi Wetan dan PSAK
3
45 diharapkan akuntabilitas secara vertikal kepada Tuhan dan secara horisontal kepada warga dapat ditingkatkan lebih baik dari pada sebelumnya.
Sutjipto Ngumar (2000:397) menyatakan bahwa Sistem informasi akuntansi yang dilakukan oleh organisasi masjid di Indonesia terbatas pada laporan kas bulanan, sistem akuntansi pengelolaan asset dan liabilities belum diterapkan secara profesional. Pelaporan keuangan bulanan atau pelaporan keuangan tahunan hanya disampaikan kepada kalangan terbatas, biasanya disampaikan kepada badan takmir masjid saja.
Syaiful dan Tjiptohadi Suwarjuwono (2004:96), menunjukkan bahwa dengan adanya informasi keuangan dan pertanggung jawaban sumber dan kegunaan dana masjid maka akan dapat menambah kepercayaan (trust) dari masyarakat (dermawan) terhadap masjid selaku pengelola dan pengguna dana. Menjadikan pengelola keuangan yang profesional dan amanah adalah salah satu langkah maju untuk menaikkan citra dan performance masjid sebagai lembaga pengelola masjid. Serta perbaikan yang terns menerus dan learning bagi pengelolanyajuga sangat dibutuhkan dalam konteks ini.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis memfokuskan pada suatu pokok permasalahan yang berbeda dengan penelitian terdahulu yang tersebut diatas, adapun pokok permasalahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah apakah PSAK 45 dapat dijadikan pedoman untuk membuat
4
pelaporan keuangan Greja Kristen Jawi Wetan jemaat Tanjung Perak sebagai wujud pertanggungjawaban gereja terhadap warga jemaat/majelis gereja.
1.2 Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini, pertanyaan penelitian dirumuskan dalam dua pertanyaan penelitian berikut. Pertama, apakah ada perbedaan penyajian pelaporan keuangan lembaga keagamaan dengan pelaporan keuangan lembaga nirlaba seperti yang dinyatakan dalam PSAK 45. Kedua, apakah penerapan PSAK 45 ada pengaruhnya terhadap kualitas pelaporan keuangan lembaga keagamaan.
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut. Pertama, memperoleh kaidah empiris tentang ada atau tidaknya perbedaan pelaporan keuangan lembaga keagamaan dan pelaporan keuangan berdasarkan PSAK 45. Bukti empiris ini diperlukan karena PSAK 45 pada hakekatnya adalah dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas informasi pelaporan keuangan khususnya sektor publik termasuk lembaga keagamaan. Kedua, memperoleh bukti empiris tentang pengaruh PSAK 45 bila diterapkan pada pelaporan keuangan lembaga keagamaan. Bukti empiris ini diperlukan untuk menjelaskan sampai seberapa jauh pelaporan keuangan lembaga keagamaan bila menggunakan PSAK 45. Ketiga, Memperoleh bukti empiris sampai seberapa pasti signifikasi
5
perbedaan pelaporan keuangan menurut lembaga keagamaan dan pelaporan keuangan menurut PSAK 45.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, pada bidang ilmu akuntansi sektor publik, dimana penelitian ini dapat
menambah wawasan dalam pembuatan pelaporan keuangan bagi organisasi nirlaba khususnya lembaga keagamaan. Kedua, bagi obyek penelitian, lembaga keagamaan dapat membuat laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK 45, kemudian bagi warga dapat dengan aman menyalurkan sumbangannya tanpa kuatir penggunaan dananya diselewengkan. Ketiga, bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian berikutnya dengan menambahkan obyek penelitian dan variabel penelitiannya lebih luas lagi, sehingga didapatkan basil yang lebih akurat.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai implikasi teoritis, sebagai berikut. Pertama, penelitian ini memberikan bukti empiris tentang perbedaan pelaporan
keuangan lembaga keagamaan dan pelaporan keuangan berdasarkan PSAK 45. Bukti ini berupa perbandingan pelaporan keuangan lembaga keagamaan dan pelaporan keuangan berdasarkan PSAK 45, bukti empiris ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai apakah PSAK 45 juga dapat diterapkan pada organisasi nirlaba khususnya lembaga keagamaan. Kedua, penelitian ini
6
memherikan hukti empiris tentang pengaruh PSAK 45 hila diterapkan pada pelaporan keuangan lembaga keagamaan. Bukti ini herupa hasil aplikasi PSAK 45 terhadap pelaporan keuangan organisasi nirlaha khususnya lemhaga keagamaan.
Ketiga, tentang ada tidaknya perhedaan hila pertanggungjawahan keuangan management lamhaga keuangan yang tidak menggunakan pelaporan keuangan herdasarkan PSAK 45