Bab Vlll PENGUKURAN VOLUME DAN PENETAPAN KUALITAS KAYU Kayu merupakan komuditas. Setiap komuditas harus diberikan ciri-ciri tertentu yang menyangkut : nama, bentuk, jumlah dan kualitas. Kayu bisa dijual baik dalam bentuk kayu bulat (glondongan), yang merupakan bahan Baku (mentah) darii industri pengolahan kayu maupun sudah dalam bentuk tinggal pakai, sebagai hasil olahan industri pengolahan kayu. Masing-masing bentuk ini ada metodenya sendiri-sendiri dalam menetapkan volume dan kualitasnya. Kadang-kadang dijumpai perbedaab ukuran baik volume maupun kualita oleh penjual dan pembeli. Hal ini disebabkan metode penetapannya yang tidak sama. Oleh karena itu dalam perdagangan kayu harus ada perjanjian antara penjual dan pembeli mengenai metode mana yang digunakan dalam menetapkan volume dan kualitanya. Beberapa teori akan disampaikan pada bab ini. Kegunaan yang lain penghitungan dan penetapan volume dan kualita adalah : 1. Sebagai dasar perhitungan labs rugi bagi perusahaan hutan 2. Dasar perhitungan pungutan-pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah 3. Dasar perhitungan upah buruh 4. Sumber penyusunan angka-angka statistik hasil hutan _yang berupa kayu Dasar-dasar Umum Pengukuran Kayu Bulat Pengukuran kayu bulat yang biasanya dalam bentuk isi (volume) dapat dibedakan menjadi yolume sebenarnya dan volume perdagangan. Biasanya volume sebenarnya selalu lebih besar (banyak) dibanding dengan volume perdagangan. Hal ini memang wajar karena cara pengukurannya yang berbeda. Volume sebenarnya adalah isi dari semua zat biologis (tanpa atau dengan kulit) yang terkandung didalam kayu bulat yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud dengan volume perdagangan adalah isi yang dipergunakan didalam transaksi perdagangan yang sudah memperhitungkan bagian yang betil-betul bisa digunakan. lsi perdagangan selalu lebih rendah, karena dalam menghitung dengan cara 1. Pembulatan ukuran yang dilakukan pembulatan kebawah 2. Pengurangan
ukuran,
yakni
dari
ukuran
sebenarnya
(yang
diberi
a
trimming llowance) dihitung ukuran bakunya
Universitas Gadjah Mada
3. Perhitungan waste, artinya bagian yang dianggap tidak berguna hares dikurangkan dari ukuran Standar Satuan Isi (Volume) Ada dua standar, yakni standar lnggris (Imparial) dan standar Metnk. Dasar standar Inggris adalah ukuran organ tubuh manusia, misalnya ukuran kaki, tangan dll.. sedangkan sistem Metrik adalah satuan berdasarkan pengukuran secara ilmiah ( di Perancis). Satu meter adalah sepersepuluh juta jarak equator ke titik kutub bumf. Bann ini diwujudkan dengan logam platina yang disimpan pada 4 derajat celcius di Paris. Selanjutnya untuk menyatakan isi, maka biasanya dinyatakan dalam m kubik (m3) dalam sistem metrik dan foot cubic dalam sistem Imperial. Yang disebut satu mater kubik adalah kayu yang berdimensi panjang, lebar dan tinggi sama yakni satu meter. Demikian juga satu foot cubic adalah kayu yang panjang, lebar dan tingginya satu foot. Beberapa satuan yang dipakai untuk menentukan isi kayu bulat antara lain : 1. Saranac standart, ialah kayu yang diameter ujungnya 22 ince dan panjangnya 12 feet 2. Quebec standart, ialah kayu bulat dengan ukuran diameter bontos ujung 20 ince dsan oanjangnya 12 feet 3. Bladgeet standart, ialah kayu bulat yang diameter tengah-tengahn 16 ince dan panjangnya 1 feet 4. Glens Falls standart, kayu bulat dengan ukuran diameter bontos kecil 19 ince dan panjang 13 feet Penetapan Isi Kayu bulat Pada umumnya penghitungan isi kayu bulat dilapangan menggunakan tabel isi dengan pembuka diameter (bisa juga keliling) dan panjang. Sebenarnya didalam menetapkan yolume kayu bulat dijumpai kesulitan-kesulitanm antara lain : (1) bentuk logs tidak selalu silindris, sedang pendekatan yang digunakan adalah rumus silindris, (2)
logs digunakan untuk
bermacam-macam
kegunaan sehingga
penetapan
volumenya sering disesuaikan dengan penggunaannya Rumus Dasar Sebagai rumus dasarnya adalah : V =
II D 2 x L , hal ini diambil dari rumus
volume silinder, dimana kayu tidak ada yang persis seperti silinder, jadi harus diberikan angka bilangan bentuk Universitas Gadjah Mada
1. Huber V h = Bt x L. dimana Bt = luas bidang. tengah dan L = panjang 2. Smalian Vs = (Bp + Bu)/ 2 x L , dimana Bp = luas bontos pangkal, dan Bu = luas bontos ujung, dan L = panjang log Mengapa kedua bontos harus diukur sebab pada umumnya bentuk antara keduanya tidak sama. Secara kasar bentuj sebuah ada 4 macam, yaitu (1) bentuk silindris, (2) bentuk parabolis, (3) bentuk cone, dan (4) bentuk neiloid Rumus-rumus ini adalah untuk mengukur isi sebenarnya. Adapun untuk mengukur isi perdagangan harus diperhitungkan bagian-bagian yang tidak bisa dimanfaatkan (cacat), sehingga: Isi perdagangan adalah : Isi sebenarnya dikurangi Isi bagian nyang cacat Cara-cara Pengukuran Cara mengukur panjang, adalah mengukur jarak terpendek dari bontos ujung sampai pangkal, yang dintakan dalam meter (M) untuk sistem Metrik dan Feet (Ft) dalam sistem Imperial. Ukuran panjang harus ditambah dengan trimming allowance. Alat yang dipakai adalah untuk panjang dengan pita ukur atau tongkat ukur. sedangkan untuk mengukur diameter dengan pita ukur yang langsung bisa mengetahui diameternya dan juga dengan mengukur lilit (keliling) kemudian dilihat ditabel konversi. Untuk mengukur diametr harus hati-hati karena ada 3 bentuk penampang kayu bulat : (1) bentuk lingkaran sempurna, (2) bentuk elips, dan (3) bentuk tidak teratur, dan yang paling banyak dijumpai adalah bentuk (2) dan (3). Caranya adalah mengukur diameter terpendek dan kemudian jarak tegak lurusnya pada kedua bontosnya. Caracaranya adalah : d1 + d2
(d1+ d2):2 + (d3 + d4):2
d 1 + d2 + d3 + d4
1. D = ------------------ 2. D = ---------------------------- 3. D = ---------------------2
2
4
Bila diinginkan kemudahan dan kepraktisan dalam mengetahui diameternya. maka biasanya yang diukur adalah lilit (keliling). Caranya adalah cukup dengan sekali ukur atau ketiga bagian batang dengan melingkarkan pada bagian batang tengah, atau pada kedua bagian bontosnya. Untuk mengetahui diameternya maka dari hasil keliling kemudian dibagi dengan II (=3,1416), dan biasanya dalam satuan centimeter (Cm) atau ince (Imperial). Cara pengukuran ini adalah untuk kayu tanpa kulit. Universitas Gadjah Mada
Alat untuk mengukur diameter ada beberapa macam : 1. Tree caliper, yaitu berupa dua tangan (tongkat), dimana yang satu tidak bergerak dan tangan satunya bisa digerakkan menurut kebutuhan. Batang yang diukur diletakkan antara dua tangan tersebut dan kemudian hasilnya dapat dibaca pada mistar yang dipakai sebagai alas untuk menggerakkan tangan tersebut 2. Pita ukur, dapat merupakan ukuran dalam keliling atau langsung ke diameter. Yang biasa digunakan adalah tree-tape, yang terbuat dari kain, plastik atau baja 3. Yard stick (tongkat pengukur), yang sangat sederhana. Terbatas hanya dapat mengukur diameter saja. Tetapi alat ini karena sangat mudah dan praktis maka alat inilah yang banyak digunakan dalam praktek Tabel Isi Kayu Bulat Dalam praktek dijumpai, Tabel Isi lokal, regional dan bahkan general. Untuk perdagangan biasanya digunakan Tabel Isi General. Untuk bisa menggunakan tabel isi terlebih dahulu harus diketahui ukuran panjang dan diameternya. Sebuah tabel isi yang dibuat biasanya dengan tujuan untuk mempersingkat waktu pekerjaan (praktis). Rumus-rumus untuk mengetahui isi kayu bulat 1. Formula Rules, terdiri atas : (1) Full Measure (sistem Huber, sistem Smalian, sistem Brereton). Hasilnya isi kayu bulat sebenamya (2) Board Measure Rule, hasilnya langsung berupa isi beberapa papan yang bisa dihasilkan dari sebuah batang (log) yang diukur yolumenya. Dengan demikian harus ditentukan tebal gergaji, lebar papan, slab, metode penggergajiannya dll, dan ke (3) Quarter Girth Measure Rule. Untuk mengetahui volume kayu yang dapat dibentuk segi empat dari batang itu, yang hasilnya disebut Hoppus Measure 2. Diagram Rules, adalah khayalan yang dibuat pada sebuah batang dalam bentuk diagram yang hasilnya dapat dimanfaatkan. Beberapa bentuk diagram dipengaruhi oleh : mesin yang digunakan, efisiensi pekerjaan, dan kondisi pasaran. Adapaun rumus yang berdasarkan diagran rules ialah L Scribner Log Rule, The Spaulding Log Rule, Quebec Log Rule dan The New Brunswick Log Rule 3. Mill Tally Log Rules, adalah sebuah tabel isi yang dipandang akurat, yang dibuat berdasarkan data empiris yang sangat banyak. Yang terkenal adalah Massachusets Log Rules Universitas Gadjah Mada
4. Standaard Log Rules, hasilnya berupa standar isi dalam unit satuan isi. Standar isi yang terkenal : The Glens Falls Standaard, The Saranac Standaard, The Quebec Standaard dan The Bodgett Log Rule
5. Adapted Log Rule, ialah penggabungan dua atau lebih rumus, menjadi satu rumus. Hal ini dikerjakan mengingat tidak ada satu rumuspun yang sempurna. misalnya satu rumus cocok untuk log kecil saja, sedangkan rumus yang lain cocok untuk rumus log besar sehingga perlu ada penggabungan. Penetapan Kualitas (Standard) Kayu Bulat (Grading) Di Indonesia penetapan (pengujian ) hasil hutan yang berupa kayu bulat. dibedakan menjadi dua, yakni pengujian kayu bulat Jati dan pengujian kayu bulat rimba. Untuk kayu Jati dibedakan antara kayu bilat bernomor dan kayu bilat tidak bernomor. Pada dasarnya pengujian kayu bulat didasarkan atas hasil konyersi yang dapat diperoleh, yang dipengaruhi oleh bentuk umum, cacat, dan ukuran kayu. Kkriteria kualitas kayu adalah berdasarkan banyaknya cacat yang ada. Pengenalan cacat Adanya cacat kayu akan dapat berpengaruh langsung baik kepada pengukuran (scalling), maupun pada kualita kayu (grading), sebab yang disebut cacat itu adalah setiap kelainan yang terdapat pada kayu, baik kayu bulat maupun kayu gergajian. Bentuk cacat ukuran misalnya pada ukuran panjang dan diameter. Hampir setiap batang telah dicantumkan pada daftar kayunya, ukuran yang dimaksudkan. Akan tetapi dalam prakteknya selalu terdapat dua macam ukuran, baik panjang maupu diameternya. Ukurannya selalu diukur yang terpendek atau terkecil. Bila ada dua macam ukuran dalam satu batang, maka batang yang bersangkutan berarti ada cacat ukuran, apakah ukuran panjangnya, ataukah ukuran diameternya, dan yang dipakai selalu ukuran terpendeknya. Berarti batang tersebut akan jatuh pada ukuran atau kualitas dibawahnya. Cacat yang spesifik pada kayu bulat juga bisa didapati pada spesies tertentu. misalnya pada Agathis lorentifolia ( ada bekas cabang yang berbentuk bintang), pada Jelutung (ada saluran latex), pada Kihujan (ada bintik-bintik mats kayu) dan lain-lain. Adanya cacat lain yang terdapat hampir pada semua kayu, misalnya bekas inger-inger. racing Taut, busuk, growong, hati remuk dll, selalu dapat menurunkan kualita.
Universitas Gadjah Mada
Penyebab cacat kayu Di Indonesia terdapat jenis kayu yang dapat digolongkan kedalam berbagai golongan, yang menganding cacat khusus, diantaranya (a) cacat kayu jati, (b) cacat kayu rimba, (c) cacat kayo mewah, (d) cacat kayu dawn jarum, dan (e) cacat basil non timber. Adanya cacat khusus yang terdapat pada jenis tertentu mengakibatkan syarat pengujian khusus untuk kayu yang bersangkutan. Menurut sebab terjadinya, cacat dapat digolongkan kedalam : (1) cacat alami, yang dapat dibagi lagi kedalam : fisis, chemis, genitis (2) cacat non alami, disebabkan oleh : lobang penggerek, teknis, dan mekanis Jenis-jenis cacat kayu Berdasarkan lokasi pada batangnya, cacat bisa dibedakan kedalam : (1) cacat bentuk, yang terdiri atas : alur, bengkok, bengkak, iring-irung, puntiran, blimbing, gepeng, hampir bulat, bulat, bundar, dll (2) cacat badan, terdiri atas : alur, belah, bengkak, bekas cabang, bekas terbakar, bergelombang, hati, lobang, oleng-oleng, mata kayu, pecah-pecah, retak, kropos, luka dll (3) cacat bontos, terdiri atas : busuk, growong, hati, kulit tumbuh, kulit kropos, dll (4) cacat bongkot, terdiri atas : banir, blimbing, bekas takik, pecah dll (5) cacat ukuran, terdiri atas : kurang ukuran, lebih ukuran, kurang allowance, lebih allowance, tanpa allowance dll Pada intinya sebatang kayu dinyatakan mempunyai kualita terbaik adalah pada kayu tersebut tidak dijumpai cacat sedikitpun. Sebaliknya kualitas kayu terendah adalah batang kayu yang banyak cacatnya. Cara pengujian kayu Jati Untuk pengujian kayu Jati dibedakan menjadi dua, yakni kayu jati bernomor dan kayu jati tidak bernomor. Untuk kayu Jati bernomor, setelah diterima di TPK, kemudian diberi tanda, misalnya tahun penerimaan, nomor, tempat penimbunan, ukuran panjang dan diameter, yolume dan kualitas kayu. Sedang untuk kayu tak bernomor hanya diberi tanda : tahun penrimaan, ukuran panjang diameter, serta kualita kayunya. Didalam pembuatan sortimen kayu Jati ditetapkan prioritas (urut-urutan) sebagai berikut : (1) Prioritas pertama, yaitu sedapat mungkin dijadikan penghara kayu lapis (yeneer). dengan kriteria pengujiannya adalah : Universitas Gadjah Mada
- ukuran panjang mulai dari 2,50 m hingga 3,40 m - ukuran diameter mulai dari 35 cm hingga tak terbatas, - dengan syarat pengujiannya : batang lurus, bebas cabang, letak hati simetris, tidak punya dua hati, bercak (2) Prioritas kedua, sortimen kayu untuk penghara penggergajian, terdiri atas : - A II, ukurannya panjang 0,50 m — 1,40 m, diameter 22 cm keatas - A III, panjang dari 1,50 m — 1,90 m, diameter 22 cm keatas , panjang 2,20 m — 2,90 m, diameter 35 cm keatas , panjang 3,50 m — keatas, diameter 45 cm keatas - dengan syarat pengujiannya : berserat lurus, boleh ada 4 mata kayu, tidak banyakcak, kayu harus sehat
Universitas Gadjah Mada