BAB VII T INJAUAN KHUSUS
BAB VII TINJAUAN KHUS US PENERAPAN BETON EKSPOS PADA PEKERJAAN S TRUKTUR KOLOM DAN BALOK S ERTA SEPARATOR BEAM PADA PEKERJAAN LIFT 7.1
Uraian Umum Beton Ekspos Beton merupakan material konstruksi yang mempunyai daya tahan
(durability), perilaku dan ketahanan yang baik terhadap lingkungan luar, serta mempunyai kekuatan yang tinggi dalam menerima gaya tekan namun lemah terhadap gaya tarik. Beton bertulang merupakan struktur komposit antara material beton yang memiliki kuat tekan tinggi dan material baja tulangan yang memiliki kuat tarik tinggi. Dasar perencanaan struktur beton bertulang adalah underreinforced structure atau struktur bertulangan lemah, artinya dalam mendesain struktur beton bertulang luas tulangan tarik terpasang adalah sebesar 75 persen luas tulangan dalam kondisi regangan berimbang, sehingga apabila terjadi keruntuhan pada struktur tersebut yang terjadi adalah keruntuhan lentur (Widyawati, 2009). M enurut wawancara kami diproyek, beton ekspos merupakan tahap pelaksanaan beton untuk kolom dan balok tanpa finishing. Untuk mencapai kehalusan permukaan beton
dapat
menggunakan fly ash. Namun, jika
menggunakan fly ash akan didapat warna beton yang tidak seragam sehingga untuk mencapai kehalusan permukaan beton dapat memakai cara menghaluskan permukaan bekisting sebelum dipakai untuk memasang kolom dan balok. Untuk
VII-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
lebih jelas langkah pengerjaannya seperti apa, akan kami jelaskan di metode pelaksanaan. M enurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam jurnal Hidayat, dkk (2013), ekspos berarti membeberkan atau juga memamerkan, tereksp os berarti terlihat dengan jelas, dapat diekspos, dan terbuka. Dengan kata lain, ekspos berarti mempelihatkan atau membeberkan suatu hal dengan jelas, terbuka tanpa ditutup-tutupi. Suryaning Sety owati (2013), menjelaskan konsep material ekspos merupakan desain pada bangunan yang dipandang sebagai bagian dari pekerjaan bangunan yang belum selesai atau tanpa proses finishing. Konsep material ekspos bisa memberikan kesan yang berbeda dari material yang diberi finishing. M aterial ekspos bisa memberikan kesan alami, klasik, unik, dan etnik pada bangunan karena memiliki warna dan tekstur khas yang dimilikinya. Sehingga dapat disimpulkan pengertian beton ekspos adalah pekerjaan pengecoran kolom maupun balok tanpa adanya proses finishing agar memberi kesan alami sebuah pekerjaan. 7.1.1
Kolom Beton Ekspose Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang
memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi (Kaontole, 2015). M enurut Sudarmoko (1996), kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Sedangkan kolom menurut Asroni (2010) merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan VII-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
penting untuk diperhatikan dari suatu bangunan, karena apabila kolom ini mengalami kegagalan, maka dapat berakibat keruntuhan (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur. Kolom dapat digolongkan berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya, yaitu (Edward G.Nawy ,1998: 307 dalam Tarigan dan Barus (2013)). a.
Kolom Persegi (rectangular) dengan tulangan memanjang dan sengkang.
Gambar 7.1 Kolom persegi Sumber : Google (2017)
b.
Kolom Bulat (circular) dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang dan spiral.
Gambar 7.2 Kolom Bulat Sumber : Google (2017)
VII-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
c.
Kolom komposit yang terdiri dari beton dan profil baja struktural didalamnya. Profil baja biasanya dilapisi secara utuh oleh baja tulangan.
Gambar 7.3 Kolom Komposit Sumber : Google (2017)
Pada proyek pembangunan Deltomed Office kolom yang digunakan adalah kolom persegi (rectangular) dengan ukuran penampang 80 cm x 80 cm. Jenis Kolom M enurut Asroni (2010), Kolom dibedakan beberapa jenis menurut bentuk dan susunan tulangan, serta letak / posisi beban aksial pada penampang kolom, yaitu sebagai berikut : a.
Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susunan tulangan Berdasarkan bentuk dan susunan tulangan, kolom dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut :
Kolom segi empat, baik berbentuk persegi panjang maupun bujur sangkar dengan tulangan memanjang sengkang
Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan sengkang atau sp iral VII-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Kolom komposit, yaitu kolom yang terdiri atas beton dan profil baja struktural yang berada didalam beton.
(a) Kolom sp iral
(b) Kolom persegi
(c) Kolom komposit
Gambar 7.4 Kolom berdasarkan bentuk dan susunan tulangan Sumber : Google (2017)
b.
Jenis kolom berdasarkan letak/posisi beban aksial Berdasarkan letak beban aksial yang bekerja pada penampang kolom,
kolom dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kolom dengan posisi beban sentris dan kolom dengan posisi beban eksentris. Untuk kolom dengan posisi beban sentris, berarti kolom ini menahan beban aksial tepat pada sumbu kolom. Sedangkan untuk kolom dengan posisi beban eksentris, berarti beban aksial bekerja diluar sumbu kolom dengan eksentris.
Gambar 7.5 kolom berdasarkan letak beban aksial Sumber : Google (2017)
VII-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
c.
Jenis kolom berdasarkan panjang kolom Berdasarkan ukuran panjang dan pendeknya, kolom dibedakan atas 2
macam, yaitu kolom panjang (kolom langsing atau kurus), kolom pendek (kolom tidak
langsing
atau
kolom
gemuk).
Kolom
panjang
menyebabkan
kegagalan/keruntuhan kolom akibat kehilangan stabilitas lateral karena bahaya tekuk. Kolom pendek tidak terjadi kegagalan/ keruntuhan kolom akibat kehilangan stabilitas lateral hanya sering disebabkan oleh kegagalan materialnya. Jenis-jenis kolom tersebut dapat dilihat p ada gambar 7.6 sebagai berikut: Dalam SKSNI 2002 kolom dibedakan menjadi 2: Kolom pendek
tidak ada bahaya tekuk.
Tinggi kolom < 3x dimensi kolom (lebar/panjang) Kolom panjang
ada bahaya tekuk
Tinggi kolom > 3x dimensi kolom (lebar/panjang)
Gambar 7.6 Jenis Kolom Berdasarkan Panjang Kolom Sumber : Google (2017)
7.1.2
Balok Beton Ekspose Balok sebagai elemen struktur yang sekarang dijumpai, dalam aplikasi
dilapangan merupakan elemen yang cukup besar peranannya dalam memikul beban, terutama beban lentur. Pada perencanaan lentur balok beton bertulang, VII-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
jumlah tulangan dapat ditambah atau dikurangi yang nantinya akan menyebabkan keruntuhan tarik,keruntuhan tekan dan keruntuhan seimbang. Balok ataupun batang terlentur adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling banyak dijumpai pada setiap struktur. Balok adalah elemen struktur yang memikul beban yang bekerja tegak lurus dengan sumbu longitudinalnya. Hal ini menyebabkan balok itu melentur (Andrean, dkk 2015). Balok adalah salah satu elemen-elemen struktur yang paling banyak dijumpai pada setiap struktur. Pada struktur grid, selama baloknya benar-benar identik, beban akan sama di sepanjang sisi kedua balok. Setiap balok akan memikul setengah dari beban total dan meneruskan ke tumpuan. Ap abila balokbalok tersebut tidak identik maka bagian terbesar dari beban akan dipikul oleh balok yang lebih kaku. Ap abila balok mempunyai panjang yang tidak sama, maka balok yang lebih pendek akan menerima bagian beban yang lebih besar dibandingkan dengan beban yang diterima oleh balok yang lebih panjang. Hal ini karena balok yang lebih pendek akan lebih kaku. Kedua balok tersebut akan mengalami defleksi yang sama di titik pertemuannya karena keduanya dihubungkan pada titik tersebut. Agar defleksi kedua balok itu sama, maka diperlukan gaya lebih besar pada balok yang lebih pendek. Dengan demikian, balok yang lebih pendek akan memikul bagian beban yang lebih besar. Besar relatif dari beban yang dipikul pada struktur grid saling tegak lurus, dan bergantung pada sifat fisis dan dimensi elemen-elemen grid tersebut (Sianturi dan Tarigan, 2015).
VII-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Jenis Keruntuhan Lentur pada Balok M enurut Andrean, dkk (2015), pada penggunaan mutu beton dan ukuran penulangan besi ada 3 kemungkinan jenis keruntuhan yang mungkin terjadi sebagai berikut: 1. Keruntuhan Tarik (Under Reinforced) Keruntuhan Tarik terjadi bila jumlah tulangan baja tarik sedikit sehingga tulangan tersebut akan leleh terlebih dahulu sebelum betonny a pecah, yaitu apabila regangan baja (εs) lebih besar dari regangan beton (εy). Penampang seperti itu disebut penampang under-reinforced, perilakunya sama seperti yang diperlihatkan pada balok uji yaitu daktail (terjadinya deformasi yang besar sebelum runtuh). Semua balok yang direncanakan sesuai peraturan diharapkan berperilaku seperti itu. Pada perencanaan tulangan lentur balok beton bertulang, keruntuhan tarik terjadi apabila : < Dimana:
(1)
= keruntuhan tarik = keruntuhan tarik balance
2. Keruntuhan Tekan (Over-reinforced) Keruntuhan Tekan terjadi bila jumlah tulangan vertikal banyak maka keruntuhan dimulai dari beton sedangkan tulangan bajanya masih elastis, yaitu apabila regangan baja (εs) lebih kecil dari regangan beton (εy). Penampang seperti itu disebut penampang over-reinvorced, sifat keruntuhannya adalah getas (nondaktail). Suatu kondisi yang berbahaya karena penggunaan bangunan tidak melihat adanya deformasi yang besar yang dapat dijadikan pertanda bila mana struktur
tersebut
mau
runtuh, sehingga tidak ada kesempatan untuk VII-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
menghindarinya terlebih dahulu. Pada perencanaan tulangan lentur balok beton bertulang, keruntuhan tekan terjadi apabila : > Dimana:
(2) = keruntuhan tarik balance
= keruntuhan tarik,
3. Keruntuhan Balance Keruntuhan Balance terjadi jika baja dan beton tepat mencapai kuat batasny a, yaitu apabila regangan baja (εs) sama besar dengan regangan beton (εy). Jumlah penulangan yang menyebabkan keruntuhan balance dapat dijadikan acuan untuk menentukan apakah tulangan tarik sedikit atau tidak, sehingga sifat keruntuhan daktail atau sebaliknya. Pada perencanaan tulangan lentur balok beton bertulang, keruntuhan balance terjadi apabila : = Dimana:
(3)
= keruntuhan tarik = keruntuhan tarik balance
7.1.3 1.
Bahan yang digunakan dalam Kolom dan Balok Beton Ready Mix Penggunaan beton Ready Mix dipandang lebih praktis dan lebih
menguntungkan, hal ini dikarenakan pengadaannya lebih cepat sesuai kebutuhan, tempat kerja yang diperlukan lebih efisien, serta mutu yang dihasilkan lebih terjamin karena merupakan hasil pabrikasi. Selain itu penggunaan tenaga kerja lebih hemat. Beton Ready Mix didatangkan dari PT. Pioneer beton. Alat yang berfungsi untuk mencampur atau memproduksi beton ready mix yang besar adalah batching plant. Pada proyek pembangunan Deltomed Office batching plant berasal dari Puri-Jakarta dan Serpong-Tangerang. VII-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
Agregat Kasar Agregat kasar adalah batuan koral / kerikil dari batuan / batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu dengan besar butir lebih dari 5 mm, serta mempunyai susunan gradasi baik, padat, dan cukup sy arat kekerasannya. Agregat yang dipakai harus memenuhi sy arat-sy arat sesuai dengan PBI 1971 diantaranya : a. Berbutir kasar. b. Bersih dan tidak berpori. c. Jumlah butir pipih maksimum 20%. d. Tidak mengandung zat-zat alkali. e. Tidak pecah dan hancur karena pengaruh cuaca. f. Tidak boleh mengandung lumpur. g. Tidak boleh mengandung zat-zat reaktif yang merusak beton.
Agregat Halus
Terdapat banyak jenis agregat halus yang dijual dipasaran. Agregat halus / pasir yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh PBI 1971 diantaranya sebagai berikut : a. M utu pasir harus terdiri dari butir-butir tajam, keras, dan bersih. b. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%. Ap abila mengandung lumpur lebih dari 5% maka harus dicuci. c. Pasir laut tidak boleh dipakai untuk semua mutu beton. d. Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain. VII-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Semen Semen (Portland Cement) adalah suatu bahan ikat yang digunakan sebagai
campuran yang mempunyai sifat hidrolis, artinya bila semen itu dicampur dengan air akan mengalami pengerasan. Pada proyek pembangunan Deltomed Office, semen yang digunakan adalah Portland Cement jenis I yaitu semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. Dan harus memenuhi syarat-sy arat NI-8 dan SII-0013-18. M aterial semen harus disimpan di dalam gudang penyimpanan sesuai dengan persyaratan SII atau Spesifikasi Bahan Bangunan bagian A SKSNI 3-04-1989 yaitu: a. Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat p enyimpanan dan dijaga agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah, dan ditumpuk sesuai dengan sy arat penumpukan semen, dan menurut urutan pengiriman. b. Semen yang telah rusak dan terlalu lama disimpan sehingga mengeras atau tersimpan bahan lain tidak boleh digunakan dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan dengan segera atas biaya kontraktor. Semen harus dalam zak-zak yang utuh baik terhadap pengaruh cuaca dengan ventilasi secukupnya dan digunakan sesuai dengan urutan pengiriman dan semen yang telah disimpan lebih dari 60 hari tidak boleh digunakan. c. Semen harus disimpan dalam konstruksi secara tepat untuk melindungi terhadap penggumpalan semen dalam penyimpanan.
VII-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Air Air digunakan untuk pembuatan beton, perawatan beton, dan juga untuk
keperluan lainnya, yang bersumber dari air tanah yang diperoleh dari sumur dewatering. Persy aratan air yang boleh dipergunakan untuk adukan beton yang sesuai dengan rekomendasi laboratorium adalah jika hasil adukan dibandingkan dengan adukan yang dihasilkan dengan menggunakan air suling, maka perbedaan kekuatan betonny a tidak boleh lebih dari 10%. Sumber air yang akan dipakai tidak boleh mengandung asam alkali, minyak, zatorganis yang dapat merusak beton dan tulangan (PH 7 s.d. 8) (Tjokrodimulyo, 2007). Beton Ready Mix harus sudah dicor pada tempatny a dalam waktu maksimum 2 (dua) jam dihitung mulai dari truk mixer keluar dari lokasi batching plant sampai masuk ke proyek, kecuali dipakai retarder bisa lebih dari 2 (dua) jam maksimum 4 (empat) jam. M engenai lamanya waktu yang diperkenankan hendaknya dibicarakan sebelum Beton Ready Mix ini dipergunakan. Kontraktor harus menjamin bahwa semua pencatatan yang dilakukan di plant mengenai berat dan kondisi material dan air yang dicampur adalah benar. Catatan ini hendaknya disimpan dengan baik setelah ditandatangani oleh penanggung jawab plant. Buku pencatatan dimana berisi informasi - informasi berikut harus tersedia diproyek, seperti : a. Waktu kedatangan truck mixer. b. Waktu pencampuran material-material dan penambahan air. c. Pencatatan nomor truck mixer dan nama plant. d. Waktu ketika beton ditempatkan / dicor.
VII-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
e. Lokasi pengecoran. f. Pengambilan jumlah test silinder. g. Slump test. Admixture Dalam keadaan khusus terkadang dibutuhkan bahan tambah lain untuk menunjang kebutuhan proyek, misalnya integral atau zat adiktif. 2. Tulangan M enurut buku referensi yang dibuat oleh PT.Pembangunan Perumahan (PP) tahun 2003 pada umumnya setiap pabrik baja mempunyai standar mutu dan jenis baja, sesuai dengan yang berlaku di negara yang bersangkutan. Dengan demikian, baja tulangan yang terdapat di pasaran Indonesia dapat dibagi dalam mutu-mutu y ang tercantum dalam tabel sebagai berikut: Tabel 7.1 hasil uji tekan tulangan baja M utu
Jenis
U-22
Baja lunak
Tegangan leleh karakteristik (σau) atau tegangan karakteristik yang memberikan 2 regangan tetap 0,2% (σ0,2) (kg/cm ) 2.200
U-24
Baja lunak
2.400
U-32
Baja sedang
3.200
U-39
Baja keras
3.900
U-48
Baja keras
4.800
Sumber : proyek (2017)
Yang dimaksud dengan tegangan leleh karakteristik dan tegangan karakteristik yang memberikan regangan tetap 0,2% adalah tegangan yang VII-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
bersangkutan, dimana dari sejumlah besar hasil-hasil pemeriksaan, kemungkinan adanya tegangan yang kurang dari tegangan tersebut terbatas sampai 5% saja. Baja tulangan dengan mutu yang tidak tercantum dalam daftar di atas dapat dipakai asalkan mutu tersebut dijamin oleh pabrik pembuatny a dengan sertifikat. Pada proyek pembangunan Deltomed Office diameter tulangan baja yang digunakan untuk kolom yaitu ø19 – ø25 dan untuk diameter tulangan balok ø22 – ø25. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan pembesian di proyek sebagai berikut: a. Tulangan yang digunakan bersih dari kotoran, gemuk, karat dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan kelekatan beton terhadap keranjang tulangan. b. Pekerjaan penulangan dilaksanakan oleh engineer dengan mengikuti rencana penulangan, menghindari dari pergerakan ataupun perubahan bentuk dari tulangan pada waktu pengecoran beton. c. Kawat pengikat terbuat dari baja lunak. d. Diameter tulangan yang digunakan yaitu D 22 mm
Gambar 7.7 Tulangan balok dan kolom Sumber : Proyek (2017)
VII-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
e.
Bekisting baja (knock down) pada Struktur Kolom Pada proyek pembangunan Deltomed Office Bekisting baja digunakan untuk pengecoran kolom struktur bangunan yang terbuat dari pelat baja dan besi hollow. Pembuatan bekisting itu sendiri dilakukan di proyek pembangunan Deltomed Office sehingga penggunaan bekisting baja dinilai lebih awet, kuat dan tahan lama sehingga bisa digunakan beberapa kali sampai pekerjaan selesai.
Gambar 7.8 Bekisting baja (knock down) Sumber : Proyek (2017)
f.
Bekisting pada Struktur Balok Bekisting atau cetakan beton merupakan salah satu komponen utama dari pekerjaan struktur beton bertulang. Salah satu bahan utama bekisting beton adalah plywood atau multipleks yang merupakan material kayu olahan atau sering disebut dengan kayu lapis.
VII-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Berdasarkan
informasi
yang
penulis
temukan
pada
website
www.rumahmaterial.com Secara umum terdapat 3 jenis plywood / multipleks yang sering digunakan sebagai material bekisting beton y aitu :
Plywood Plywood atau biasa dikenal dengan sebutan kayu lapis atau triplek terbuat dari lembaran kayu tipis (Veener) yang dipotong tipis-tipis menggunakan mesin khusus dengan ketebalan tertentu. Setiap lembaran kayu tersebut direkatkan dengan menggunakan perekat khusus, kemudian disusun dengan arah sudut berbeda beda agar dapat menghasilkan kekuatan terhadap tekanan. Lapisan dalam jumlah genap akan menghasilkan papan yang tidak stabil dan mudah terdistorsi. Saat ini kayu lapis / plywood tersedia dalam berbagai ketebalan, mulai dari 3mm - 15mm. Tersedia dalam ukuran :
Ukuran 4x8 dengan ketebalan 3mm, 4mm, 5mm, 8mm, 9mm, 12mm, 15mm.
Ukuran 3x6 dengan ketebalan 9 mm, 12 mm.
Gambar 7.9 Plywood Sumber : Google (2017)
VII-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Polyfilm Polyfilm adalah produk plywood yang di coating dengan resin sehingga terlihat seperti ada lapisan plastik bening di salah satu permukaannya. Polyfilm dipergunakan dalam bidang konstruksi sebagai papan penahan cor (bekisting). Dengan menggunakan polyfilm akan didapatkan permukaan cor yang halus dan polyfilm dapat dipakai berulang-ulang. Tersedia dalam ukuran : Ukuran 4x8 dengan ketebalan 4 mm, 9 mm, 12 mm, 15 mm, 18 mm.
Gambar 7.10 Polyfilm Sumber : Google (2017)
Phenolic film Phenolic film adalah jenis plywood yang permukaannya dilapisi dengan film. Phenolic film banyak digunakan untuk pengerjaan konstruksi bangunan dalam hal ini adalah pengecoran. Sehingga mendapatkan permukaan hasil cor yang halus dan dapat dipergunakan berulang-ulang. Tersedia dalam ukuran : Ukuran 4×8 (122×244) dengan jenis double face (2 muka) dengan ketebalan 4 mm, 6 mm, 9 mm, 12 mm, 15 mm, 18 mm.
VII-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Ukuran 4×8 (122×244) dengan jenis single face (1 muka) dengan ketebalan 4 mm, 6 mm, 9 mm, 12 mm, 15 mm, 18 mm.
Gambar 7.11 Phenolic film Sumber : Google (2017)
Pada proyek pembangunan Deltomed Office Papan phenolic film digunakan sebagai bekisting untuk balok dan pelat dengan ukuran 122 × 244 cm dan ketebalan 18 mm.
7.1.4
Metode Pelaksanaan
7.1.4.1 Kolom Berikut akan kami jelaskan metode pelaksanaan kolom beton ekspos di proyek kami: a.
Penghalusan permukaan bekisting dan pemberian pelumas Penghalusan permukaan bekisting dilakukan agar bentuk kolom didapat
permukaan yang tidak bergelombang agar tidak perlu adanya perbaikan. Sehingga mencapai target untuk beton ekspos yang baik. Pemberian pelumas p ada bekisting dilakukan agar beton kolom yang telah dicor tidak menempel dengan bekisting dan permukaan kolom menjadi halus.
VII-18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Gambar 7.12 Pembersihan dan pemberian pelumas p ada bekisting Sumber: Proyek (2017)
b.
Pembesian kolom Pembesian adalah proses awal pemasangan kolom beton. Awal mula,
pembesian dengan cara perakitan kolom sesuai rencana proyek, berapa banyak tulangan dipakai, jarak antar tulangan rencana berapa. Kemudian proses pemasangan besi kolom. Berikut dibawah ini merupakan gambar perakitan kolom:
Gambar 7.13 Perakitan besi Sumber : proyek (2017)
VII-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Berikut dibawah ini merupakan gambar pemasangan kolom :
Gambar 7.14 Pemasangan besi kolom Sumber : Proyek (2017)
c.
Pemasangan bekisting Pemasangan bekisting dilakukan agar pengecoran hanya berlangsung di
daerah yang di bekisting.
Gambar 7.15 Pemasangan Bekisting Sumber : Proyek (2017)
VII-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
d.
Pengecoran kolom Tahap terakhir dari proses ini adalah proses pengecoran. Dalam proyek
ini karena bersifat skala dalam jumlah besar maka untuk campuran beton segar tidak mengaduk sendiri melainkan memesan jasa pihak lain, sehingga kondisi campuran siap saji (ready mix) dapat langsung digunakan untuk mengisi pada cetakan yang telah disediakan. 7.1.4.2 Balok Berikut akan kami jelaskan metode pelaksanaan balok beton ekspos di proyek kami: a.
Penghalusan permukaan bekisting Penghalusan permukaan bekisting dilakukan agar bentuk balok didapat
permukaan yang tidak bergelombang. Sehingga mencapai target untuk beton ekspos yang baik. Pemberian pelumas pada bekisting dilakukan agar beton balok yang telah dicor tidak menempel dengan bekisting dan permukaan balok menjadi halus.
Gambar 7.16 Pembersihan dan pemberian pelumas p ada bekisting Sumber: Proyek (2017)
VII-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
b.
Pemasangan bekisting Pemasangan bekisting dilakukan agar pengecoran hanya berlangsung di daerah yang di bekisting.
Gambar 7.17 Pemasangan Bekisting Balok Sumber : Proyek (2017)
c.
Pembesian balok Pembesian adalah proses awal pemasangan balok beton. Awal mula,
pembesian dengan cara perakitan balok sesuai rencana proyek, berapa banyak tulangan dipakai, jarak antar tulangan rencana berapa.
Gambar 7.18 Perakitan besi Sumber : proyek (2017)
VII-22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
d.
Pengecoran Tahap terakhir dari proses ini adalah proses pengecoran. Dalam proyek
ini karena bersifat skala dalam jumlah besar maka untuk campuran beton segar tidak mengaduk sendiri melainkan memesan jasa pihak lain, sehingga kondisi campuran siap saji (ready mix) dapat langsung digunakan untuk mengisi pada cetakan yang telah disediakan. 7.1.4.3 Perawatan Kolom dan Balok
Gambar 7.19 Perawatan Kolom Sumber : PT PP (PERSERO, 2003)
Gambar 7.20 Perawatan Balok Sumber : PT PP (PERSERO, 2003)
VII-23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
7.2
S ejarah Diciptakannya Elevator atau Lift Elevator atau yang lebih akrab dikenal oleh masy arakat luas dengan nama
lift adalah salah satu alat bantu dalam kehidupan manusia yang berfungsi untuk mempermudah aktifitas manusia yang rutinitasnya lebih sering berada di dalam gedung-gedung bertingkat. Lift merupakan alat transportasi yang bekerja secara otomatis. Keberadaan dari lift ini merupakan sebagai pengganti fungsi dari pada tangga dalam mencapai tiap-tiap lantai berikutnya pada suatu gedung bertingkat, dengan demikian keberadaan lift tidak dikesampingkan ini dikarenakan dapat mengefisienkan energi dan waktu p engguna lift tersebut.
1 2
6
3
7 4
8 9
5
10 11 12
Gambar 7.21 Konsep Lift Sumber: Buku direktori pelaksanaan konstruksi HK
VII-24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Nama-nama komponen pada lift beserta fungsinya dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut: Tabel 7.2 komponen-kompenen pada Lift No.
Nama
Fungsi
1
Drive Sheave
Alat yang digunakan untuk mempermudah arah gerak tali yang fungsinya untuk mengurangi gesekan (friction).
2
Hoist Machine
Ruang mesin dimana ruangan tersebut terjadinya semua
proses
pengoperasian
elevator
berlangsung secara keseluruhan. Di dalam ruang mesin terdapat beberapa alat penggerak elevator. 3
Governor adalah alat pengaman, dimana jika
Governor
kecepatan lift melebihi batas-batas yang telah ditentukan, maka governor ini akan bekerja dan kereta akan berhenti baik oleh elektrik maupun maupun mekanik. 4
Guide Rails
Profil baja khusus pemandu jalanya kereta (car) dan bobot p engimbang (Counterweight).
5
Elevator Car
Kereta elevator beroperasi pada ruang luncur dan menapak pada rail di kedua sisinya, pada sisi kanan dan kiri terdapat p emandu rail (sliding guide) yang berfungsi memandu atau menapaki rail.
VII-25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Tabel 7.2 (lanjutan) No.
Nama
6
Controller
Fungsi yang
berfungsi
untuk
mengatur
dan
mengkoordinasi cara kerja lift. 7
Drive Unit Unit penggerak yang berfungsi menggerakkan kereta dan counterweight.
8
Hoist Cables
Adalah kabel penggerak untuk mengangkat sangkar lift.
9
Door Operator
Berfungsi untuk menutup kereta dari luar. Pada pintu kereta (car door) ini dipasang alat pengaman
secara
seri
dengan
pintu
pendaratan/landing door sehingga apabila pintu terbuka maka lift tidak dapat dijalankan. 10
Sebagai tempat
Hoist Way
dimana elevator beroperasi
berbentuk lorong vertikal, disinilah elevator menjangkau tiap-tiap lantainya. Didalam ruang luncur ini terdapat beberapa komponen utama yang tak kalah pentingnya dibandingkan dalam ruang mesin. 11
Traveling Cable
Untuk memasok listrik ke kereta dan menerima sinyal listrik dari kereta ini, dipergunakan sebuah kabel listrik multi-wire untuk menghubungkan
VII-26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Tabel 7.2 (lanjutan) No.
Fungsi
Nama
ruang mesin dengan kereta. Ujung kabel yang terikat pada kereta turut bergerak dengan kereta sehingga
disebut
sebagai
“kabel
bergerak
(traveling cable). 12
Counterweight
Beban pemberat sebagai indikator keseimbangan lift
Sumber: Buku direktori pelaksanaan konstruksi HK (2009)
LIFT DAN CARA KERJANYA
Elevator atau Lift adalah seperangkat alat yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang dari suatu lantai ke lantai lainnya secara vertikal dengan menggunakan seperangkat
alat
mekanik. Perkembangan teknologi
menjadikan lift semakin baik perkembangannya, mulai dari mekanik lift, sistem control dan juga keamanannya. Sehingga menjadikan lift adalah satu-satunya alat transportasi yang paling aman dan cepat di sebuah gedung atau bangunan tinggiJurnal teknologi Elektro,Universitas M ercu Buana (ISSN : 2086‐9479). JENIS ELEVATOR / LIFT M enurut jurnal informatika (perancangan program simulasi lift sebagai alat bantu, 2011) secara umum jenis lift dilihat dari pemakaian muatan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : 1. Lift Penumpang ( Passengerelevator) 2. Lift Barang ( Freight elevator)
VII-27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
3. Lift Pelayan ( Dumb Waiter, lift barang berukuran kecil). Secara teknis lift-lift tersebut tidak jauh berbeda secara prinsip. Perbedaan yang nyata pada interior dan perlengkapan operasi dari lift-lift tersebut. Juga pada sistem pengamanan operasi yang dipasang sebagian besar sama, Lift pelayan dumb waiter sebenarnya termasuk dalam kategori lift barang namun oleh karena kapasitasny a kecil antara 50kg s/d 300kg, maka lebih sering disebut lift pelayan dumb waiter daripada disebut lift barang dan pada dumb waiter sistem pengamanan operasi yang disediakan lebih sederhana karena fungsinya hanya untuk mengangkat barang saja. Perbedaan lain juga dapat dilihat pada cara penulisan kapasitas muatannya. COP (Car Operation Panel, Operation Panel Board) didalam kereta biasanya dinyatakan dalarn kilogram (kg) atau (Ib) untuk jenis lift barang, sedangkan untuk penumpang sering dinyatakan dalam jumlah orang (persons) atau kombinasi keduanya. Perbedaan tersebut akan semakin nyata apabila dibandingkan antara lift barang untuk pabrik (besar) dengan lift penumpang yang dipergunakan di dalam gedung-gedung diperkantoran. Lift barang untuk pabrik (sesuai dengan kebutuhan) dilengkapi dengan pembuka pintu yang lebih besar, baik dipasang dengan pembukaan secara horizontal (terdiri lebih dari dua pintu) maupun yang dipasang dengan sistem pembukaan pintu vertikal (biasanya terdiri dari dua daun pintu atau lebih). Perbedaan lain juga dapat dilihat p ada cara penulisan kapasitas muatannya. Kapasitas digerakan pada COP (Car Operation Panel, Operation Panel Board) didalam kereta biasanya dinyatakan dalarn kilogram (kg) atau (Ib) untuk jenis lift barang, sedangkan untuk penumpang sering dinyatakan dalam jumlah orang VII-28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
(persons) atau kombinasi keduanya. Akan tetapi perbedaan tersebut akan menjadi semakin tipis apabila kita bandingkan lift penumpang dan lift barang yang terpasang dalam gedung perkantoran. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar lift barang yang terpasang didalam gedung hunian dipersyaratkan juga untuk dapat mengangkut penumpang atau orang. Adapun cara kerja dari lift ini adalah dengan gerakan naik turun (hoist) dimana sangkar yang berisi barang atau orang dan beban pengimbang digantungkan pada tali yag ditarik naik atau turun dengan menggunakan pully, dimana pully ini berputar sesuai dengan kebutuhan. Pully digerakkan oleh motor listrik dan gerakan pully dihentikan oleh rem, sehingga barang atau orang tidak akan naik atau turun setelah posisi angkat y ang diinginkan tercapai. Tahapan pekerjaan pemasangan Lift dapat dilihat pada gambar 7.22 sebagai berikut:
Gambar 7.22 Tahap-tahap pemasangan Lift Sumber: Buku direktori pelaksanaan konstruksi HK (2009)
VII-29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
7.2.1 KOMPONEN UTAMA ELEVATOR Komponen utama elevator terdiri dari 2 ( dua ) bagian besar , yaitu ruang mesin (Machine Room) dan ruang luncur (Hoistway). 1. Ruang mesin ( Machine Room ) Ruang mesin adalah ruang terpenting, dimana di ruangan tersebut terjadinya semua proses pengoperasian elevator berlangsung secara keseluruhan. Di dalam ruang mesin ini terdapat beberapa alat penggerak elevator. 2. Motor penggerak M otor penggerak elevator ini memiliki asupan daya tegangan bolak-balik (Ac) dari PLN yang sangat berperan dalam pelaksanaan kerja elevator, motor penggerak ini mempunyai kemampuan putar antara 50 putaran per menit sampai dengan 210 putaran per menit. Dengan kapasitas tegangan motor yang disesuaikan dengan kapasitas angkut . M otor penggerak ini dilengkapi dengan rem magnet (magnetic brake) yang berfungsi menahan motor ketika kereta telah sampai pada lantai yang dituju, pergerakan cepat atau lambatnya elevator diatur oleh PLC (Programable Logic Control)
M otor
penggerak
dalam
menarik
dan
menurunkan
elevator
menggunakan tali baja (rope) yang melingkar pada puli mesin (sheave). Jenis Penggerak Elevator / lift pada umumnya Pada umumnya jenis penggerak lift dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu : A. Lift dengan sistem penggerak hidrolis (hydrolic elevator). B. Lift dengan sistem penggerak dengan motor listrik (traction type elevator). Perbedaan pokok dari kedua jenis lift tersebut yaitu : VII-30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Tabel 7.3 Kapasitas jenis p enggerak elevator No 1. 2.
Perbandingan Pelayanan Pemakaian
Traction Machine tidak terbatas Lebih dari 80 start /stop perjam.
3.
Kecepatan
Tidak terbatas (1000m/menit)
Hydrolic terbatas 20 meter Terbatas 80 start /stop perjam Terbatas (maks 90 m/menit)
Sumber: Buku direktori pelaksanaan konstruksi HK
S eparator Beam M enurut buku direktori pelaksanaan konstruksi HK (2015) Separator beam adalah profil baja yang harus dipasang antara 2 shaft atau lebih (ruang luncur/hoist way) sebagai tempat dimana braket rel dipasang. Beam ini harus dipasang ketika ruang luncur tersebut tidak ada dinding sekat pemisahnya. Penghilangan sekat pemisah, tujuannya untuk menghemat biaya konstruksi struktur gedung. Sehingga adanya kebutuhan biaya separator beam ini harus diambil dari biaya penghematan tersebut. Jaman dulu biasanya selalu ada pemisah dinding beton sehingga braket dudukan rel bisa dipasang di sini dan tidak pernah ada masalah mengenai scope of work/lingkup pekerjaan antara kontraktor lift dan kontraktor struktur. Beam ini kadang-kadang dipasang juga pada ruang shaft yang terlalu besar. Berikut gambar adalah gambar sekta pemisah pada struktur lift.
Gambar 7.23 Dinding pemisah (core wall) pada konstruksi lift Sumber: Google (2017)
VII-31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Pada proyek pembangunan Deltomed Office dinding shaft (ruang luncur) dibuat dari bata ringan (hebel), bukan dari beton. Tentu saja ini tidak akan cukup kuat untuk menahan braket rel lift, karena braket ini bukan hanya sebagai pemegang rel saja tetapi juga harus bisa menahan pengereman darurat atau gempa bumi. M au tak mau akhirnya harus dipasang balok struktur tambahan (separator beam) atau profil baja agar braket rel tersebut bisa terpasang, karena jika hanya dipasang pada balok yang ada di tiap lantai, jarak braket terlalu jauh. Bisa 3 sampai 5 meter, padahal sy aratnya harus 2 atau 2,5 meter. Tentu saja ini merupakan pekerjaan konstruksi tambahan buat owner.
Gambar 7.24 Separator beam Sumber: Google (2017)
Gambar 7.25 Braket rel Sumber: Google (2017)
VII-32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Fastening system Fastening system adalah aplikasi menumpukan suatu material ke suatu media dengan menggunakan angkur (anchoring system). M aterial yang ditumpukan biasanya berupa baja profil (steel), braket (steel-bracket), kayu (wood), dll. M edia yang dimaksud umumnya adalah beton (concrete), dinding bata (solid-bricks), bata ringan (aerated-concrete) dan batu alam (stone). Dalam proyek pembangunan Deltomed Office Fastening system di aplikasikan pada pemasangan separator beam yaitu dengan menyambungkan profil baja pada struktur kolom utama. Site test (pengetesan lapangan) Dalam proses pelaksanaan separator beam di lapangan, biasanya dibutuhkan persetujuan (approval) dari pihak M anajemen Konstruksi atau M K (Construction
management).
Adapun
ketentuannya adalah melaksanakan
pengetesan di lapangan, yang biasanya diambil sekitar 2 s/d 5 sampel untuk ukuran dan kedalaman angkur yang sama. Biasanya diminta melakukan pengetesan hingga terjadi kegagalan (failure). Sebenarnya pengetesan lapangan ini kurang perlu dilakukan karena telah memiliki data teknis. Pengetesan ini dilakukan semata-mata hanya untuk menambah keyakinan (confidence) dari pihak proyek. Juga sebagai sy arat yang ditetapkan dalam sp esifikasi teknis dari perencana/konsultan struktur. Pengetesan lapangan juga tidak perlu dilakukan hingga failure, tetapi cukup sampai angka design-load. Karena di dalam mendesain konfigurasi angkur batas kapasitas yang digunakan hanya sampai design-load-SNI 03-2190-1999 (sy arat-sy arat umum konstruksi pesawat lift). VII-33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Tes Tarik (Pull-out test) Tes Tarik (pull-out test) dilakukan untuk mendapatkan data kapasitas angkur yang terpasang sehubungan dengan aplikasi yang sesuai standar pemasangan. Setiap produk angkur yang baik selalu memiliki data teknis yang berasal dari approval yang dikeluarkan oleh lembaga internasional yang telah diakui dalam melakukan pengetesan untuk pengambilan data. Data tersebut dirangkum menjadi 4 bagian, yaitu : 1. Mean ultimate load (kapasitas tertinggi rata-rata) 2. Characteristic load (kapasitas karakteristik), distribusi normal 95% 3. Design load (kapasitas disain), telah memiliki safety-factor 4. Recommended load (kapasitas y ang direkomendasikan)
Gambar 7.26 Concretefailure pada pull-out test Sumber: Google (2017)
Bahan yang digunakan 1. Baja Dalam proyek pembangunan Deltomed Office profil baja yang digunakan untuk separator beam adalah profil baja HB 150 x 150 x 7 x 10 dan profil baja HB 100 x 100 x6 x 8. H B at au bis a juga dis ebut WF adalah p rofil Baja VII-34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
yang memiliki bentuk penampangnya berbentuk huruf H dan digunakan pada hampir seluruh komponen struktur. Profil baja ini di desain begitu karena flensnya mempunyai kekuatan pada bidang horizontal sementara webnya memberi kekuatan pada bidang vertical. Profil baja ini digunakan untuk balok, kolom, komponen kuda-kuda dan pada aplikasi struktur penerima beban lainnya. M enurut buku peraturan perencanaan bangunan baja Indonesia (PPBBI,1984) semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru dan merupakan “Hot rolled structural stell”. Hot rolled structural stell adalah operasi pencanaian yang dilakukan pada temperatur yang lebih tinggi dari pada temperatur reklistalisasi. Pada proses Hot rolled structural stell, deformasi tidak menyebabkan terjadinya penguatan logam. Tegangan alir bahan akan semakin kecil dengan semakin tingginya temperatur operasi. Dengan mutu baja ST 37 (PPBBI-84) atau ASTM A 36 atau SS 41 (JIS. U 3101-1970), yang memiliki tegangan leleh (yield stress) minimal,Fy = 240 M pa yaitu baja memiliki tegangan nilai minimal 240 M pa. Dan tegangan tarik (tensile stress) FU = 400 M pa yaitu baja memiliki tegangan tarik minimal 400 M pa. Baja jenis ini umumnya disebut baja karbon yang mengandung karbo antara 0,25-0,29%. Semua material baja harus baru, bebas / bersih dari karat, lobang-lobang dan kerusakan lainnya, lurus, tidak terpuntir, tanpa tekukan, serta memenuhi sy arat toleransi sesuai dengan sp esifikasi ini.
VII-35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Gambar 7.27 Profil baja HB Sumber: Google (2017)
Tabel 7.4 Spesifikasi profil baja (HB) No.
Profil baja (HB)
Panjang (m)
Weight (kg)
Berat/M1 (kg)
1
150x150x7x10
12
378
31.500
2
100x100x6x8
12
206
17.167
Sumber: Google (2017)
Pada proyek pembangunan Deltomed Office profil baja yang digunakan untuk separator beam ada 2 ukuranyang berbeda sesuai dengan ketentuan shop drawing. 2. Baut Baut penyambung yang digunakan adalah HTB (High Tension Bolt) A325 yaitu baut mutu tinggi yang memiliki tegangan Tarik putus nominal antara 105-120 Ksi (735-840 M pa). Baut penyambung harus merupakan material baru, dan panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan. Baut harus dengan 2 ring, masing-masing 1 satu buah pada kedua sisinya. M utu pelat ring harus sesuai dengan mutu baut agar meningkatkan kinerja dari segi kekuatan, kekakuan, dan daktilitasny a (Dewobroto, 2009). VII-36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Gambar 7.28 Baut p enyambung Sumber: Google (2017)
3. Elektroda las Kawat las atau yang sering disebut dengan elektroda las adalah suatu material yang digunakan untuk melakukan pengelasan listrik yang berfungsi sebagai pembakar yang akan menimbulkan busur nyala. Pada proyek pembangunan Deltomed Office alat ini digunakan untuk membuat ukuran ideal dari potongan profil baja (modul) yang panjangnya berkisar dari 88 cm s/d 218 cm.
VII-37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Gambar 7.29 Shop drawing separator beam Sumber: Proyek (2017)
Jika tidak disebutkan secara khusus di dalam gambar struktur, maka elektroda las yang digunakan adalah E6010 yaitu , sesuai dengan lokasi penggunaannya (Standar industri Indonesia,2009).
Gambar 7.30 Elektroda las Sumber: Google (2017)
VII-38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Berikut penjelasan dari kode elektroda las: E
= jenis batang elektroda dengan proses las SM AV
60
= Kekuatan Tarik minimum
1
= Untuk mengelas semua posisi
0
= Angka terakhir menunjukan jenis arus las yang digunakan, kekuatan
60 x 1000 Psi = 60.000 Psi
busur las, dalamnya penetrasi (tembusan), Prosentase serbuk logam yang terkandung dalam salutan (fluks) Berikut adalah tabel keterangan untuk angka terakhir pada elektroda las: Tabel 7.5 tabel keterangan untuk angka terakhir pada elektroda las
Sumber: Standar industri Indonesia,2009
4. Anchor Anchor adalah suatu komponen yang digunakan untuk menyatukan dua elemen yang berada pada suatu bangunan. Berbeda dengan paku atau mur baut, anchor mempunyai sistem yang tidak selalu sama karena tipe dan jenisnya yang cukup banyak. Dan karena terdiri dari dua komponen seperti mur dan baut, banyak pula yang memberikan nama dengan sebutan baut tanam.
VII-39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Pada proyek pembangunan Deltomed Office jenis anchor yang digunakan untuk sambungan profil baja separator beam adalah chemical anchor 4 Ø 12, yang artinya anchor yang dipasang berjumlah 4 buah dengan diameter 12 mm. Chemical anchor adalah anchor yang menggunakan campuran zat kimia untuk keperluan baik untuk penambah kekuatan, agar tahan kondisi seperti air atau air laut dan lain-lain. M ekanisme anchor kimia ini bisa berbeda-beda. Umumnya terdiri dari dua komponen, dimana komponen utama adalah steel anchornya dan yang kedua bahan kimia sebagai pengikatnya. Anchor sering dipasang pada beton, walaupun tidak tertutup kemungkinan untuk dipasang di batu-bata atau di dinding. Jadi kekuatan beton juga sangat mempengaruhi terhadap kekuatan atau kapasitas dari sistem anchor yang dipasang. M etodenya ada 2 yang pertama dibor dulu betonny a, lubangnya dibersihkan kemudian di injeksi zat kimianya kemudian baru dimasukkan steel anchornya. Ada juga yang zat kimia yang di injeksikan berupa capsul. Anchor yang digunakan memiliki kualitas BJTD 40 yaitu anchor ulir yang mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 400 M pa. Dengan panjang penjangkaran sedalam 12 cm. Anchor harus memiliki ulir yang cukup sehingga pada saat digunakan dapat berfungsi secara benar.
VII-40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
Gambar 7.31 Detail dan potongan H-beam Sumber: Proyek (2017)
5. Cat dasar/primer dan Cat finish Seluruh material baja harus dilindungi dengan cat dasar Zinz chromate dengan tebal seperti tertera di dalam sp esifikasi ini. Sedangkan untuk cat finish tertera di dalam sp esfikasi teknis arsitektur dan jika tidak disebutkan harus mengikuti ketentuan di dalam sp esifikasi ini.
Gambar 7.32 Cat anti karat Sumber: Web bintang energy Surabaya (2017)
VII-41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan separator beam : 1. Pemahaman gambar kerja (Shop Drawing). Sebelum fabrikasi di mulai,kontarktor harus membuat gambar kerja yang diperlukan dan menyerahkan gambar kerja untuk diperiksa dan disetujui oleh konsultan/direksi. Bila mana disetujui, kontraktor dapat memulai pekerjaan fabrikasi.
Gambar 7.33 Shop drawing pekerjaan separator beam Sumber: Proyek (2017)
2. Pola pengukuran. Pola (maal) modul baja dan peralatan-peralatan lain yang di butuhkan untuk menjamin ketelitian pekerjaan harus di sediakan pada saat p abrikasi. VII-42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
3. Pabrikasi Pabrikasi dari elemen-elemen baja harus dilaksanakan oleh para pekerja yang berpengalaman dan diawasi oleh mandor-mandor yang ahli dalam konstruksi baja. Semua elemen-elemen harus di pabrikasi sesuai dengan ukuran-ukuran modul dan bentuk yang sudah ditentukan tanpa menimbulkan distorsi atau kerusakan-kerusakan lainnya dengan memperhatikan persyaratan untuk penanganan sambungan-sambungan serta las dilapangan dan sebagainya. Pemotongan elemen-elemen harus dilaksanakan dengan rapih dan pemotongan besi harus dilakukan dengan alat pemotong brender atau gergaji besi.
Gambar 7.34 Proses pemotongan profil baja Sumber: Google (2017)
4. Pengeboran. Bila menggunakan baut pada salah satu lubang, maka lubang ini di bor lebih kecil dan kemudian baru diperbesar untuk mencapai ukuran yang sebenarnya.
VII-43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
5. Pemberian tanda untuk pemasangan akhir. Semua konstruksi baja yang telah selesai dipabrikasi harus dibedakan dengan kode yang jelas sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang dengan mudah dan kode-kode tersebut di tulis dengan cat agar tidak mudah terhapus.
Gambar 7.35 Pemberian tanda pada baja Sumber: Google (2017)
6. Pengecetan baja. Sebelum memasuki tahap pengecetan, baja harus di bersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran seperti minyak, cat, lumpur karatan dll. Pengecatan tidak dapat dilakukan pada cuaca yang berkabut, berdebu atau pada cuaca lain yang buruk. Permukaan yang akan di cat harus kering dan tidak boleh berdebu. Cara mengecatny a harus dengan kuat pada permukaan baja, seluruh baut yang ada pada sudut-sudut, sambungan pelat dan lekuk-lekuk yang ada pada baja, kemudian diratakan secara baik.
VII-44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB VII T INJAUAN KHUSUS
7. Pemasangan baut akhir. Setiap pemasangan di buat bersama-sama dengan baut steel sehingga bagian dari pelat yang satu dengan lainya berhubungan rapat satu sama lainya secara menyeluruh. Baut cincin keras harus di pasang dengan cincin baut yang diperlukan, dibawah kepala baut dan sebuah di bawah mur. Selain itu harus diperhatikan bahwa cincin baut terpasang dengan cekungnya menghadap keluar. Dalam memasukan dan mengencangkan baut baja harus diatur sedemikian rupa sehingga selalu rapat, selain itu pemasangan baut baja harus diperiksa terlebih dahulu oleh konsultan dan jika sudah di setujui oleh konsultan maka baut baja boleh dipasang.
VII-45
http://digilib.mercubuana.ac.id/