rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Taman Pintar dirancang
berangkat dari permasalahan kualitas ruang
publik yang semakin menurun, salah satunya adalah Taman Senaputra di kota Malang. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya perancangan Taman Pintar di Taman Senaputra mengambil tema dasar Arsitektur Perilaku. Pada hasil rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur Perilaku yang lebih spesifik yang belum keluar pada tahap analisis dan konsep. Pada tema besar Arsitektur Perilaku terdapat 4 konsep yang memiliki penerapannya masing-masing ke dalam rancangan. Konsep tersebut berupa setting behavior, ruang personal, persepsi, dan teritorial. Konsep dari tema Arsitektur Perilaku yang akan diterapkan ke dalam rancangan Taman Pintar adalah konsep Persepsi. Persepsi dapat diartikan sebagai interpretasi seseorang terhadap sesuatu yakni ruang. Penerapan konsep persepsi ke dalam rancangan Taman Pintar ini diharapkan anak-anak dapat memperoleh pembelajaran baru untuk pengembangan bakat dan minat anak. Selain itu Anak-anak dapat mengekspresikan dirinya dengan hadirnya alat-alat peraga yang disediakan di Taman Pintar. Konsep Persepsi yang digunakan adalah persepsi jarak, tekstur, pergerakan, cahaya dan warna. Persepsi jarak dan tekstur diterapkan pada bangunan peraga minat dan bakat. Persepsi pergerkan diterapkan pada bangunan peraga IPTEK. Persepsi cahaya diterapkan pada bangunan Exhibition. Persepsi warna diterapkan pada bangunan taman baca. Aspek-aspek tersebut diharapkan
234
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
dapat membentuk karakteristik anak yang diterapkan ke dalam rancangan tapak, ruang, maupun bangunan. Berikut gambaran konsep persepsi yang diterapkan ke dalam rancangan dalam gambar 6.1.
Gambar 6.1 Skematik Konsep Sumber: hasil rancangan2012
235
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
6.1
Penerapan Konsep Pada Tapak Penerapan konsep pada tatanan massa diwujudkan pada bentuk dan pola tatanan massa berdasarkan kondisi tapak. Kondisi eksisting tapak pada Taman Senaputra adalah berkontur, sehingga pola serta bentukan massa menyesuaikan dengan bentukan tapak dan kontur yang ada. Hal ini sebagai perwujudan dari integrasi keislaman yakni mengenai penghindaran kemudharatan. Dari kondisi yang ada di tapak tidak sepenuhnya diratakan, namun diolah kembali sehingga menjadi komposisi baru yang disesuaikan dengan kebutuhan pada kawasan. Bentukan massa yang asimetris dihadirkan karena mengikuti pola bentukan tapak. Selain itu grid yang digunakan dalam pembentukan pola massa yakni grid dengan sudut siku 90 derajat dan grid berdasarkan bentuk tapak. Selain itu pola tatanan massa terbentuk berdasarkan zonasi fungsi bangunan. Tatanan massa disesuaikan mulai dari fungsi primer, sekunder hingga fungsi penunjang. Pola tatanan massa berdasarkan zonasi fungsi bangunan ini juga berkaitan dengan integrasi keislaman, yakni nilai kemanfaatan. Dimana ruang-ruang yang dihadirkan menjadi tepat guna, yakni sebagai tempat untuk pembelajaran, mencerdaskan serta menambah ilmu pengetahuan bagi pengunjung khusunya anak-anak. Oleh karenanya pola penataan massa bangunan diatur sesuai dengan fungsi yang paling utama, sehingga diharapkan pengunjung dapat memasuki bangunan utama yang ada di kawasan. Dengan mengarahkan pengunjung mulai dari fungsifungsi utama bangunan yang dihadirkan diharapkan tidak akan terlewatkan 236
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
oleh pengunjung. Berikut gambaran tatanan massa Taman Pintar yang terlihat pada gambar 6.2.
Gambar 6.2 Pola Tatanan Massa Sumber: hasil rancangan2012
237
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
Dari gambar 6.2 dapat dilihat fugsi primer yang dihadirkan terwujud pada bangunan utama, yakni bangunan peraga minat dan bakat, peraga IPTEK, taman baca, dan exhibition.
Untuk fungsi sekunder
terwujud pada area bermain anak, karena diharapkan pada Taman Pintar ini selain anak memperoleh pembelajaran, anak juga dapat bermain di dalamnya. Fungsi penunjang yang dihadirkan terwujud pada bangunan area outbond, kolam renang, food court, toko souvenir, musholla dan kantor pengelola. Dengan hadirnya pola tatanan massa berdasarkan zonasi fungsi ruang juga dapat membentuk karakteristik anak sesuai dengan penerapan konsep persepsi yang dihadirkan pada pola tatanan massa. Anak cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga anak dapat terus mengembangkan pola berfikirnya ketika berada di kawasan Taman Pintar. 6.2
Penerapan Konsep Pada Interior Bangunan Pada ruang-ruang yang ada di Taman Pintar menggunakan penerapan konsep persepsi jarak, tekstur, pergerakan, cahaya, dan warna. Pada ruang peraga minat dan bakat konsep persepsi yang diterapkan adalah persepsi jarak dan tekstur. Persepsi jarak disni diterapkan pada penempatan kolom-kolom pembatas di dalam ruang, seolah-olah kolom tersebut mengarahkan pengunjung untuk menuju ke ruang berikutnya. Jarak yang digunakan antara 1 sampai 1,5 meter. Persepi tekstur diterapkan pada lantai, yakni mulai dari tekstur yang paling kasar hingga
238
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
tekstur yang hanya dilihat secara visual saja. Penerapan persepsi tekstur ini juga sebagai penyatu antar satu ruang dengan ruang yang lain. Pada masing-masing ruang juga diterapkan persepsi jarak dan tekstur, yakni yang terdapat pada lantai, dinding, dan plafon. Pada area loby dihadirkan suasana ruang yang ceria dan terang, sehingga anak tidak merasa bosan dan jenuh ketika berada di dalam ruang. Pada area polisi terdapat sebuah penjara yang menyerupai aslinya. Dengan kesan ruang yang sempit dan plafon yang rendah, sehingga berdampak akan memberikan ketakutan tersendiri bagi penghuni ruang. Hal ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi anak untuk tidak melakukan kejahatan yang nantinya akan dapat dimasukkan ke dalam penjara. Pada area pemadam kebakaran terdapat sebuah replika bangunan, dimana bangunan tersebut akan terbakar dan anak-anak belajar memadamkan bangunan tersebut seperti yang terlihat pada gambar 6.3 di bawah ini:
239
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
Gambar 6.3 Penerapan persepsi pada ruang Sumber: hasil rancangan2012
240
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
Gambar di atas juga menjelaskan tentang penerapan persepsi jarak dan tekstur juga membentuk karakteristik anak yang memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga ruang-ruang yang dihadirkan tidak hanya sekedar tempat bermain anak juga memberi penambahan ilmu bagi anak. Selain itu anak merupakan masa belajar yang paling potensial sehingga ruang yang dihadirkan dapat membantu proses belajar anak. Pada area polisi dan pemadam kebakaran dapat membentuk karakteristik anak untuk dapat menjalin interaksi sosial dengan saling bekerja sama dan saling membantu. Pada ruang profesi dokter, penerapan konsep persepsi tekstur terdapat pada dinding yakni mulai dari tekstur yang dapat diraba hingga tekstur yang hanya bisa terliat secara visual. Selain itu juga penempatan kolom-kolom pembatas yang seolah-olah mengarahkan pengunjung. Tidak jauh berbeda dengan ruang siaran, penerapan konsep persepsi tekstur pada dinding,sehingga secara tidak langsung anak juga dapat mengenali jenis material yang digunakan. Pada ruang menari dan berakting persepsi tekstur diterapkan pada lantai, yang menggunakan tekstur batu alam yang dapat diraba hingga tekstur batu alam yang hanya bisa dilihat secara visual, seperti yang terlihat pada gambar 6.4 dibawah ini:
241
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
Gambar 6.4 Penerapan persepsi pada ruang Sumber: hasil rancangan2012
242
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
Dar gambar 6.4 diatas dapat dilihat pula karakteristik anak yang terbentuk dari suasana ruang yang dihadirkan. Pada ruang dokter suasana ruang dihadirkan dengan kesan yang bersih, menyegarkan dan terang. Suasana tersebut memberikan dampak psikis yang baik bagi anak, sehingga tidak membuat rasa takut kepada anak ketika memasuki ruang dokter. Tidak jauh berbeda dengan suasana ruang siaran dan berakting. Suasana ruang yang dihadirkan dapat menjadi pembelajaran bagi anak untuk pengembangan minat dan bakat anak. Anak memiliki daya imajinasi yang tinggi sehingga anak dapat mengembangkan bakat melalui ruangruang peraga yang dihadirkan. Konsep persepsi pergerakan diterapkan pada bangunan peraga IPTEK, dimana pergerakan terlihat dari susunan ruang di dalamnya. Ruang yang dihadirkan seolah-olah mengalami pergerakan, mulai dari pergerakan sempit ke pergerakan yang semakin melebar. Konsep persepsi cahaya diterapkan pada exhibition, dimana cahaya-cahaya tersebut dimasukkan ke dalam ruangan dengan bentukan bingkai bukaan. Konsep persepsi warna diterapkan ke dalam taman baca. Warna-warna yang digunakan adalah warna-warna yang cerah yang dapat membangkitkan semangat anak ketika berada di dalam ruang. Warna kuning, hijau, merah merupakan warna-warna yang digunakan baik dalam elemen dinding, plafon, serta perabot yang ada di dalam ruang. Dapat dilihat pada gambar 6.5 di bawah ini:
243
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
Gambar 6.5 Penerapan persepsi pada ruang Sumber: hasil rancangan2012
244
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
Pada gambar 6.5 di atas juga dapat dilihat karakteristik anak yang terbentuk dari ruang-ruang yang dihadirkan. Penerapan persepsi cahaya pada exhibition membentuk karakteristik anak akan rasa ingin tahu yang besar, selain itu juga dapat memperoleh pembelajaran baru bagi anak mengenai cahaya. Penerapan persepsi pergerakan membentuk karakteristik anak kaya akan fantasi sehingga anak dapat mengembangkan potensi diri yang dimiliki. Penerapan persepsi cahaya dapat membantu anak mengatasi kejenuhan ketika di dalam ruang, selain itu anak dapat belajar mengenai warna. Pada kawasan Taman Pintar, selain terdapat ruang-ruang utama yang berfungsi sebagai tempat bermain dan belajar juga terdapat beberapa ruang penunjang. Ruang-ruang tersebut dihadirkan untuk menunjang kegiatan bermain dan belajar di Taman Pintar. Ruang-ruang tersebut adalah kolam renang, area outbond, playground, food court, toko souvenir, kantor pengelola, dan musholla, seperti yang terlihat pada gambar 6.5. 6.3
Penerapan Konsep Pada Eksterior Bangunan Pada eksterior bangunan taman pintar ini menerapkan konsep persepsi jarak, tekstur, pergerakan, dan warna. Persepsi pergerakan diterapkan pada bentukan atap, fasad bangunan, serta kolom selasar. Persepsi jarak diterapkan pada fasad dan area playground. Persepsi tekstur dan warna diterapkan pada fasad bangunan serta lantai pada kawasan, seperti yang terlihat pada gambar 6.6 di bawah ini:
245
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
Gambar 6.6 Penerapan persepsi pada bentuk Sumber: hasil rancangan2012
246
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
Gambar di atas menjelaskan penerapan konsep persepsi pada bentuk bangunan. Bentuk bangunan yang dihadirkan akan dapat membentuk karakteristik anak. Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga bentukan-bentukan yang dimunculkan dalam rancangan dapat dijadikan sebagai pembelajaran pengenalan bentuk. Selain itu anak memiliki daya kosentrasi pendek, sehingga bentukan yang dihadirkan bentukan yang memiliki pergerakan tidak monoton dan dengan lapisan tekstur dan warna yang menarik. Dengan demikian anak tidak merasa bosan ketika berada di kawasan Taman Pintar. 6.4
Penerapan Konsep Pada Struktur Penggunaan struktur pada Taman Pintar ini didasarkan pada nilainilai penghindaran kemudharatan yaitu memberikan struktur yang aman bagi anak serta tidak menggunakan struktur yang berlebihan. Material yang aman bagi anak adalah material yang tidak membahayakan keselamatan anak, melapisinya dengan bahan tertentu. Tidak memberikan sudut-sudut lancip juga salah satu penghindaran kemudharatan bagi anak. Struktur atap menggunakan rangka baja ringan, karena bentukan atap yang memiliki modifikasi bentuk sehingga tidak memungkinkan menggunakan rangka kayu. Penutup atap menggunakan steel deck yang ditata sesuai bentukan atap masing-masing bangunan. Untuk mengurangi panas yang ditimbulkan bahan penutup atap, terdapat rongga udara pada
247
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
atap, sehingga penghawaan dapat tetap masuk ke dalam bangunan, seperti yang terlihat pada gambar 6.7 di bawah ini:
Gambar 6.7 Penerapan persepsi pada struktur Sumber: hasil rancangan2012
248
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
Gambar 6.7 di atas menjelaskan struktur yang digunakan pada Taman Pintar. Selain itu struktur pondasi menggunakan pondasi batu kali dengan kedalaman kurang lebih 1 – 1.50 meter pemilihan pondasi ini karena tinggi bangunan yang hanya 1-2 lantai dengan beban bangunan berupa beban mati dan beban hidup yang masih dapat ditampung dengan pondasi batu kali. Struktur dinding menggunakan batu bata untuk memberikan perlindungan maksimal bagi pengguna khususnya ank-anak. Dengan pemberian finishing yang disesuaikan tema ruang masing-masing.
6.5
Penerapan Konsep Pada Utilitas 1. Sistem Penyediaan Air Bersih (SPAB) Penyediaan Air bersih didapat dari PDAM yang kemudian didistribusikan
ke
seluruh
kawasan.
Penyediaan
air
bersih
menggunakan sistem tandon atas dan tandon bawah. Untuk penyediaan air kolam renang menggunakan sistem filterisasi, dimana setelah air yang digunakan di saring ulang ulang dan diisikan kembali ke dalam kolam renang. Hal ini sebagai perwujudan nilai penghilangan kemudharatan, dimana air yang dibuang tidak akan siasia karena diolah untuk dipakai kembali. 2. Sistem Pembuangan Air Kotor (SPAK) Sistem pembuangan air kotor menggunakan pengolahan air limbah dan sumur resapan. Di dalam septic tank atau sumur kotoran, bahwa
249
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
kotoran mengendap, sedang aimya dibuang ke dalam riol air limbah yang ada. Kalau tidak ada riol ini, air kotor dari septic tank atau sumur kotoran dialirkan ke suatu sumur peresapan melalui pipa yang berlubang-lubang, berdiameter kira-kira 10 cm. Isi sumur peresapan terdiri atas tiga lapis, tiap lapis 0,5 m tebalnya. Lapis terbawah adalah pasir, di atasnya adalah selapis kerikil halus dan lapis teratas adalah kerikil kasar, supaya tidak lekas menjadi rapat terisi butir-butir tanah. Dinding sumur peresapan dilapisi ijuk, juga pada nermukaan sumur peresapan dilapisi ijuk. Peresapan dibuat dengan jarak paling sedikit 2 meter dari septic tank. Air dari kamar mandi dan bak cuci boleh dialirkan masuk ke dalam sumur peresapan. 3. Sistem Jaringan Listrik Listrik yang digunakan berasal dari PLN, dimana terdapat gardu utama dan gardu pembantu untuk mendistribusikan listrik ke seluruh bangunan yang ada di kawasan. Perletakan gardu tersebut di tempat yang tidak dapat dijangkau oleh anak-anak, sehingga tidak membahayakan anak. Untuk di dalam bangunan terdapat area kotroling yang di dalamnya terdapat pengaturan jaringan listrik. Area ini diletakkan di dekat area hijau yang diberi batasan khusus untuk mengantisipasi jangkauan anak-anak, seperti yang terlihat pada gambar 6.8 di bawah ini:
250
rh.sofiana.07660003.
perancangan taman pintar di taman senaputra kota malang
Gambar 6.8 Penerapan persepsi pada utilitas Sumber: hasil rancangan2012
251