BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Simpulan Dalam industri yang berbasis teknologi, inovasi sangat diperlukan untuk
meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, pengelolaan perlu dilakukan dalam perspektif proses. Pengelolaan inovasi dalam perspektif proses memungkinkan identifikasi dan pengelolaan aktivitas-aktivitas yang mendorong keberhasilan inovasi. Proses inovasi secara umum terdiri dari dari tiga fase, yaitu: pembangkitan ide, konversi ide, dan difusi. Salah satu hambatan pada fase tersebut akan menghambat keseluruhan proses inovasi. Proses inovasi memerlukan tingkat kematangan proses tertentu agar diperoleh hasil sesuai harapan. Perusahaan harus melalui serangkaian tingkatan kematangan agar menjadi lebih baik dalam memanfaatkan konsep dan praktek proses. Untuk mencapai tingkatan kematangan proses terntentu diperlukan pula tingkat kematangan perusahaan tertentu. PT INTI dalam melakukan pengelolaan inovasi telah menggunakan perspektif proses, meskipun proses bisnis utama masih menggunakan berorientasi fungsional. Dalam melakukan pengkajian pada proses inovasi tersebut, didapatkan hasil proses inovasi pada PT INTI memiliki tingkat kematangan proses P-0 dan tingkat kematangan perusahaan E-0. Pada tingkatan tersebut secara umum proses bekerja secara tidak menentu dan tidak konsisten.
82
Selanjutnya, pada fase-fase proses inovasi terdapat beberapa tantangan sebagai berikut: 1. Pada fase penyaringan ide, PT INTI belum memiliki wadah formal bagi saluran ide. 2. Pada fase penyaringan ide, karyawan menghadapi birokrasi yang panjang, kurang transparan, dan timbal balik (feedback) yang kurang dalam proses persetujuan investasi. 3. Pada fase pengembangan, alokasi tenaga ahli yang kurang dan rotasi anggota tim pengembangan membuat proses pengembangan menjadi lebih panjang dan kualitas output produk yang tidak menentu. 4. Pada fase difusi, banyaknya aturan dan kurangnya dukungan manajemen membuat produk menjadi terlambat untuk dirilis. Pada area-area kematangan proses, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan pada yang perlu menjadi perhatian, antara lain: 1.
Pada
area
desain,
proses
bisnis
utama
perusahaan
dalam
pengembangannya masih menggunakan basis fungsional, sehingga rentan terjadi silo syndrome. Selain itu, proses inovasi yang sudah menggunakan orientasi proses menjadi tidak selaras dengan proses bisnis utama yang menggunakan orientasi proses dalam pengelolaannya. 2. Pada area pelaksana, pemahaman dan sosialiasi masih dianggap kurang sehingga dapat mengurangi antusiasme dan keterlibatan pelaksana dalam implementasi dan pengembangan proses.
83
3. Pada area pemilik, tidak terdapat pemilik proses yang menjalankan pengawasan, kontrol, dan perbaikan pada proses inovasi yang bersifat lintas fungsional. 4. Pada area infrastruktur, SAP tidak digunakan secara optimal untuk membantu
pengelolaan
proses.
Divisi
diperbolehkan
untuk
menggunakan aplikasi sesuai keinginan mereka sehingga sistem TI menjadi terfragmentasi. 5. Pada area metrik, fokus pada metrik uang pada proses inovasi akan menyebabkan perusahaan melewatkan perbaikan-perbaikan yang parameternya tidak berbasis uang. Lebih lanjut, pada area-area kematangan perusahaan, terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian, antara lain: 1. Pada area pemimpin, keterlibatan eksekutif senior perlu ditingkatkan untuk mendukung kelancaran dan kesuksesan proses inovasi. 2. Pada area budaya, sikap apatis terhadap perubahan dan orientasi karyawan yang masih dominan pada fungsional akan menghambat perbaikan proses yang berkelanjutan. 3. Pada area keahlian, kuantitas karyawan yang mengerti dan memahami proses bisnis perlu ditingkatkan untuk meningkatkan keterlibatan dalam perbaikan proses yang berkelanjutan. 4. Pada area tata kelola, basis pengelolaan adalah fungsional dapat menimbulkan permasalahan integrasi proses inovasi dengan proses bisnis lain.
84
5.2.
Keterbatasan Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian itu, diantaranya adalah
sebagai berikut: 1. Penggunaan kuesioner dalam penelitian ini terbatas kuesioner yang berjumlah 27. Peningkatan jumlah responden kuesioner yang lebih besar dapat lebih menggambarkan bagaimana keadaan kematangan proses inovasi perusahaan. 2. Analisis terbatas pada pengidentifikasian tantangan yang dihadapi perusahaan dalam implementasi proses bisnis. Penelaahan dampak langsung tantangan pada hasil dan kinerja proses inovasi tidak dilakukan. 5.3.
Implikasi Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang telah dipaparkan, peneliti
merekomendasikan beberapa hal yang perlu menjadi perhatian PT INTI dalam mengelola proses inovasi, yaitu: 1. PT INTI sebaiknya melakukan pengembangan proses bisnis utama dalam orientasi proses agar terjadi keselarasan dengan proses inovasi yang merupakan turunannya 2. PT INTI sebaiknya melakukan edukasi mengenai proses bisnis dan sosialisasi mengenai proses inovasi untuk meningkatkan pemahaman dan komitmen terhadap proses inovasi.
85
3. PT INTI sebaiknya memiliki pemilik proses agar fungsi pengawasan, kontrol, dan perbaikan pada proses bisnis, khususnya proses inovasi dapat dilakukan. 4. Kepemilikan SAP sebaiknya dioptimalkan penggunaanya dengan melakukan integrasi infrastruktur teknologi informasi pada masingmasing fungsional. 5. Perlu dilakukan eksplorasi metrik yang lebih menyeluruh pada proses inovasi agar perbaikan dan pengembangan proses dapat dilakukan dengan efektif. 6. Perlu adanya manajemen ide formal, agar ide-ide potensial dapat ditangkap dengan baik untuk selanjutnya dikembangkan menjadi produk perusahaan. 7. Diperlukan keterlibatan dan komitmen eksekutif senior perusahaan pada proses inovasi agar alokasi sumber daya dan pengembangan kompetensi terkait inovasi dapat lebih optimal. 8. Secara umum, perbaikan kematangan perusahaan diperlukan untuk meningkatkan kematangan proses. 5.4.
Saran Saran-saran bagi penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Peneliti perlu untuk meningkatkan jumlah responden yang terlibat dalam penilaian proses inovasi untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendekati populasi.
86
2. Analisis dampak pada hasil dan kinerja proses inovasi diperlukan untuk mengidentifikasi prioritas pengembangan proses inovasi.
87