BAB V SIMPULAN DAN SARAN
1.
Simpulan Levi Strauss, seorang antropolog berkebangsaan Prancis menganggap
bahwa dongeng adalah hasil mekanisme bekerjanya human mind
atau nalar
manusia. Pendapat ini, didasarkan pada ditemukan adanya struktur-struktur tertentu ketika menganalisis sebuah mitos. Hal tersebut setidak-tidaknya menunjukan bahwa keinginan-keinginan yang tidak disadari dan selama ini yang diduga diekspresikan tanpa kekangan, ternyata merupakan ekspresi-ekspresi yang muncul lewat jalur struktural tertentu, atau lewat kekangan-kekangan, batasanbatasan tertentu. Pembuktikan terhadap teori strukturalisme Levi Strauss ini diterapkan terhadap cerita rakyat PAL. Analisis yang diterapkan adalah analisis struktur, nilai moral, dan model pelestarian cerita PAL di Madrasah Tsanawiyah. Hasil analisis cerita PAL dapat disimpulkan sebagai berikut. Penerapan
analisis
struktur
cerita
PAL
menggunakan
teori
Strukturalisme Levi Strauss menghasilkan ”struktur permukaan” dan “struktur dalam”. Struktur permukaan cerita rakyat PAL pada dasarnya adalah cerita PAL itu sendiri. Struktur ini memperlihatkan adanya episode-episode dalam cerita PAL. Episode-episode tersebut yaitu; episode perjalanan rombongan KG, kisah perjalanan, mendirikan padepokan, padepokan Nimbasari, dan episode empat bupati melamar DAW.
205
206
Berdasarkan analisis terhadap unit-unit yang ada dalam setiap episode dengan melihat hubungan sintagmatik dan paradigmatik, sinkronik dan diakronik akhirnya ceriteme-ceriteme dalam cerita PAL dapat ditemukan. Ceriteme-ceriteme tersebut yaitu; SR menikah dengan KW, bertemu dengan makhluk halus, meminta pertolongan Tuhan, kesulitan menentukan arah, menggunakan kesaktian, membuka hutan, KG mewariskan pedepokan kepada KW, KG mengembara ke selatan, empat bupati berebut satu putri, WK menolong DAW, bupati mengeroyok WK, dan DAW meninggal. Hubungan antarceriteme-ceriteme pada cerita PAL dengan kebudayaan Jawa menghasilkan “struktur dalam”. Struktur dalam pada cerita PAL merupakan gambaran tentang konflik-konflik yang terjadi di dalam kehidupan dan memberikan alternatif penyelesaiannya. Awal mula manusia adalah seorang pengembara yang belum memiliki eksistensi di dunia. Ia harus memperjuangkan eksistensinya di tengah berbagai macam eksistensi dunia. Setelah eksistensi dapat dipertahankan dan lingkungan sosial antarmanusia dapat terwujud, harus ada tatanan, nilai dan norma-norma yang mengatur hubungan tersebut. Struktur dalam pada cerita PAL memperlihatkan adanya struktur sejarah kehidupan manusia. Struktur sejarah kehidupan manusia dalam cerita PAL adalah; menghadapi alam, membentuk kekuasaan, kehidupan bermasyarakat, dan penentuan kehidupan. Struktur sejarah kehidupan ini, menggambarkan empat pandangan manusia Jawa tentang alam kodrati dan adikodrati, yaitu pandangan tentang sikap manusia terhadap dunia luar (alam asli), kekuasaan, kehidupan bermasyarakat, dan konsep takdir.
207
Melalui analisis struktur dalam yang dikaitkan dengan budaya Jawa, ditemukan konsep sak madya yang berarti sedang-sedang saja, secukupnya, atau kedudukan di tengah. Konsep ini memberikan pesan bahwa manusia Jawa akan merasa tenang dan tentram apabila berada pada posisi di tengah, artinya tidak berlebihan. Pada posisi ini semuanya dapat disatukan, tidak ada oposisi-oposisi yang dapat menciptakan konflik. Analisis terhadap nilai moral cerita PAL, menunjukan bahwa cerita ini berisi pesan-pesan moral yang dapat dijadikan tuntunan dalam kehidupan. Pesan moral tersebut tergambar dari bagaimana seharusnya manusia berhubungan dengan Tuhan, berhubungan dengan manusia lainnya. berhubungan dengan alam semesta, berhubungan dengan makhluk lain, dan berhubungan dengan dirinya sendiri. Nilai moral yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan dapat disimpulkan bahwa manusia harus; bersukur atas semua karunia yang Tuhan berikan, memohon petunjuk kepada Tuhan sebelum melakukan aktifitas, berusaha dengan tekun untuk mewujudkan keinginannya, dan yakin terhadap adanya takdir/ketentuan Tuhan. Hubungan manusia yang satu dengan manusia lainnya harus saling menghormati, tolong menolong, dan saling menjaga eksistensi manusia lain. Demikian juga terhadap alam, manusia dapat memanfaatkan alam untuk kepentingan kehidupannya. Namun demikian, pemanfaatan alam ini harus memperhatikan keseimbangan, sehingga alam dapat memberikan manfaatnya kepada manusia tanpa alam itu sendiri menjadi rusak.
208
Hubungan manusia dengan makhluk lain dapat dilihat dalam cerita PAL, yaitu bahwa terhadap makhluk selain manusia harus berhubungan dengan serasi, saling menghormati, dan saling tidak mengganggu. Sementara terhadap dirinya sendiri manusia harus dapat mengontrol diri dan harus bisa mawas diri. Berdasarkan analisis cerita PAL, dapat dikatakan bahwa konsep Levi Strauss mengenai humand mind atau nalar manusia yang tertuang dalam sebuah mitos dapat dibuktikan. Namun demikian, yang perlu mendapat tekanan dalam hal ini adalah, bahwa cara berpikir manusia yang dikatakan hampir sama diseluruh belahan dunia ini, tidak terlepas dari yang memberikan manusia itu mampu berpikir yaitu Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa. Tuhan telah memberikan kepada manusia untuk dapat berpikir sehingga mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar. Konsep diatas menjawab pertanyaan mengapa manusia akan merasa sedih jika nilai kemanusiannya dinodai oleh manusia lainnya. Nilai moral yang sifatnya universal juga dapat dijawab melalui pemahaman ini, bahwa manusia mempunyai hati nurani. Hati nurani inilah yang mengajak manusia untuk bertindak benar. Jika ada manusia yang melakukan tindakan-tindakan yang salah berarti mereka sedang mengingkari hati nuraninya. Analisis struktural Levi Strauss pada cerita PAL ini menunjukkan bahwa carita rakyat yang merupakan sebuah karya sastra dapat menunjukan fungsinya. Fungsi menghibur dan bermanfaat yang diusung oleh karya sastra dapat terlihat. Selain itu, hipotesis bahwa cerita PAL merupakan pencerminan angan-angan kolektifnya juga dapat dibuktikan. Berdasarkan hal ini pula, maka
209
salah satu fungsi folklor yaitu sebagai sistem proyeksi dalam hal ini berperan sebagai alat pencerminan angan-angan yang dalam pandangan psikoanalisis disebut collective unconsciousjuga dapat dibuktikan. Berkaitan dengan fungsi folklor khususnya cerita rakyat, maka cerita PALperlu mendapatkan upaya pelestarian. Berdasarkan analisis terhadap upaya pelestarian cerita PAL sebagai bahan ajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri Bobotsari, baik analisis dari kurikulum, analisis model pembelajaran maupun analisis bahan pembelajaran, maka diperoleh simpulan bahwa cerita PAL dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di Madrasah Tsanawiyah. 2. SARAN Setelah memahami cerita PAL sebagai hasil imajinasi manusia yang mengandung pesan dan nilai-nilai moral yang dapat digunakan oleh genarasi penerus, maka ada beberapa pesan yang ingin penulis sampaikan berkaitan dengan cerita rakyat. 1) Perlu adanya sikap yang arif dan bijak ketika kita mempersoalkan mitos yang sebagian orang mengganggapnya sebagai sebuah takhayul dan sebagian lagi mengganggap sebuah fakta, sehingga tidak ada konflik diantara keduanya. 2) Mitos sebagai sebuah karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia, sehingga perlu penyikapan yang khusus. Mana yang dapat diambil sebagai pedoman hidup dan mana yang hanya sebagai hiasan dalam sebuah mitos dan tidak perlu mendapat tekanan, karena pada dasarnya karya sastra berfungsi menghibur dan bermanfaat.
210
3) Perlu adanya pelestaraian terhadap cerita rakyat yang ada dan berkembang dalam masyarakat, sehingga dapat memperkaya budaya bangsa. Salah satu model pelestarian yaitu melalui pembelajaran di sekolah. Guru dan khususnya penentu kebijakan dalam dunia pendidikan bersikap lebih proaktif untuk ikut melestarikan budaya bangsa melalui cerita rakyat. 4) Perhatian pemerintah khususnya pemerintah daerah terhadap cerita-cerita rakyat diharapkan lebih nyata. Salah satunya adalah menyediakan dana untuk pembuatan buku mengenai cerita-cerita rakyat yang ada di daerahnya. Dengan jalan ini, maka harapan cerita rakyat dapat lestari dan dimanfaatkan oleh masyarakat dapat terwujud. 5) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dalam bidang ilmu sastra maupun folklor, khususnya bagi peneliti yang akan mengkaji lebih lanjut tentang tradisi lisan.